studi pustaka yang dilakukan dengan cara membaca referensi yang

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Bab II berisi tentang kajian pustaka yaitu mendokumentasikan dan
menghubungkan hal-hal yang berkaitan dengan judul yang diangkat yang
diperoleh penulis dari membaca berbagai literature. Berbagai teori yang telah
dikumpulkan tersebut akan berguna sebagai landasan penelitian.
Metode yang digunakan dalam bab II ini adalah menggunakan metode
studi pustaka yang dilakukan dengan cara membaca referensi yang berhubungan
dengan judul, mengutip pendapat dan pemyataan yang mendukung teori yang
digunakan dalam penelitian.
Sistematika penyusunan bab II terdiri atas: pendahuluan, pengertian
pengoperasian, akuntansi syariah, BMT, musyarakah, teknik pembukuan
akuntansi syariah, pemyataan akuntansi keungan syariah no. 59.
2.2. Pengertian Pengoperasian
Pengoperasian dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu, 1996 :
963) berarti hal, cara, hasil atau proses kerja mengoperasikan sesuatu. Dalam
penelitian ini yang dimaksudkan dengan pengoperasian yaitu cara atau proses
produk musyarakah seperti cara pemasarannya, bagaimana akadnya dan cara
perhitungan bagi hasilnya.
2.3. Akuntansi Syariah
2.3.1. Pengertian Akuntansi
Menurut
Mulyadi
(2002)
"Akuntansi
merupakan
proses
pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi
yang dinyatakan dalam satuan uang". APB (Accounting Principle Board)
statement no. 4 (1970) mendifinisikan Akuntansi adalah suatu kegiatan
jasa yang fungsinya memberikan informasi kuantitatif umumnya dalam
ukuran uang, mengenai suatu bahan ekonomi yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang digunakan dalam
memilih diantara beberapa altematif. (dikutip oleh Anis, 2003: 31)
2.3.2. Pengertian Akuntansi Syariah
Syariah mengandung semua aspek yang secara positif dapat
disebut hukum, sumbemya berasal dari Al-Qur'an, Hadist, Ijma', dan
Qiyas (Tim Pengembangan Perbankan Syariah IB:, 2001 ; 5). Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi Syariah adalah akuntansi
yang didasarkan pada syariat Islam dimana sumber hukum utamanya
adalah Al-Qur'an dan Hadist. Akuntansi Syariah muncul kepermukaan
karena adanya kebutuhan atau permasalahan yarg menerpa bank Syariah
pada umumnya yaitu kesulitan dalam menerapkan akuntansi yang cocok
untuk bank Syariah. Karena lembaga keuangan tersebut bemafaskan Islam
maka tentunya berbeda pula sistem dan pencatatan transaksinya dengan
akuntansi konvensional, lembaga bisnis Islam mestinya menerapkan
akuntansi Islam pula.
10
2.3.3. Pendorong Munculnya Akuntansi Syariah
Akuntansi Syariah muncul kepermukaan dan menjadi perdebatan
dikalangan praktisi maupun akademisi adalah sebagai akibat dari
munculnya lembaga keuangan Islam di Indonesia.
Beberapa hal yang mendorong munculnya Akuntansi Islam adalah
sebagai berikut (Harahap, 1999) :
a. Meningkatnya religiousity masyarakat.
b. Meningkatnya tuntutan kepada etika dan tanggung jawab sosial yang
selama ini tampak diabaikan oleh Akuntansi konvensional.
c. Semakin lambatnya Akuntansi konvensional mengantisipasi tuntutan
masyarakat khususnya mengenai penekanan pada keadilan, kebenaran
dan kejujuran.
d. Kebangkitan umat Islam khususnya kaum terpelajar yang merasakan
kekurangan yang terdapat dalam kapitalisme itu sendiri.
e. Perkembangan atau anatomi disiplin Akuntansi itu sendiri.
f. Kebutuhan akan system Akuntansi dalam lembaga bisnis Syariah
seperti bank, asuransi, pasar modal dan Iain-lain.
g. Kebutuhan yang semakin besar pada norma perhitungan zakat dengan
menggunakan norma akuntansi yang sudah mapan sebagai dasar
perhitungan .
h. Kebutuhan akan pencatatan, pertanggung jawaban dan pengawasan
harta umat.
2.3.4. Prinsip Umum Akuntansi Syariah
Nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat
dalam system Akuntansi Syariah.
Berikut uraian ketiga prinsip umum tersebut adalah (Muhammad,
2000):
a. Prinsip pertanggung jawaban
Implikasi dari prinsip pertanggung jawaban dalam bisnis dan
akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktek bisnis
harus selalu melakukan pertanggung jawaban apa yang telah
diamanatkan dan yang diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
11
Wujud pertanggung jawabannya biasanya dalam bentuk laporan
akuntansi.
b" ^Sa ka1 dalam konteks aplikasi Akuntansi mengan ung 2
pengertian yaitu pertama, adalah berkaitan dengan praktik moral yaitu
kehfiurr yang merupakan faktor yang sangat dominan Tanpa
S ran infoLsi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan
S merugta masyarakat (pemakai), kedua kata add benritt letoh
fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika (syariah dan
moraT Pengerttan ke'duaTnllah yang lebih merupakan pendorong
rtuf'meTatukan upaya-upaya dekonstruksi terhadap bangunan
Akuntansi modern menuju pada bangunan Akuntansi (alternatif) yang
lebih baik.
C- ^^Stbraran tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadila^
contohnya dalam akuntansi kita akan selalu dinadapkan pada masak*
pengaS pengukuran dan pelaporan. Aktivitas mi akan dapat
Sukan^'denga^ baik apabila dilandasi dengan mlai kebenaran.
Kebenal akL dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
2.4. BMT (Baitul Maal Wat Tamawil)
2.4.1. Pengertian BMT
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu Baitul
maal adalah lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq, dan shodaqoh dan
baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT
sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan syariah.
Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai
beberapa peran (Heri Sudarsono, 2003 :85):
a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syariah.
12
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil dan aktif
menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro. Misalnya
melakukan pendampingan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan
terhadap usaha-usaha nasabah atau masyakat umum.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir dengan cara BMT harus
mampu melayani masyarakat dengan lebih baik. Misalnya : dengan
tersedianya dana setiap saat, birokrasi yang sederhana.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Misalnya BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal
golongan nasabah dan jenis pembiayaan.
BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya
konsisten terhadap perannya, komitmen tersebut (Heri Sudarsono, 2003 :
86)
a. Menjaga nilai-nilai syariah dalam operasi BMT. Dalam operasinya
BMT bertanggung jawab bukan saja terhadap nilai ke-Islaman secara
kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai ke-Islaman di masyarakat dimana
BMT itu berada. Maka setidaknya BMT memiliki majelis taklini atau
kelompok pengajian (usroh).
b. Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT tidak menutup
mata terhadap masalah - masalah nasabahnya, tidak saja dalam aspek
ekonomi, tetapi aspek kemasyarakatan nasabah yang lainnya. Maka
BMT setidaknya ada biro konsultasi bagi masyarakat bukan hanya
berkaitan dengan masalah pendanaan atau pembiayaan tetapi juga
masalah kehidupan sehari-hari mereka.
c. Meningkatkan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntutan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk menciptakan BMT
yang mampu membantu kesulitan ekonomi masyarakat. Maka setiap
BMT dituntut mampu meningkatkan SDM dengan melalui pendidikan
dan pelatihan.
d. Ikut terlibat dalam memelihaia kesinambungan usaha masyarakat.
Keterlibatan memelihara kesinambungan usaha masyarakat.
13
Keterlibatan BMT di dalam kegiatan ekonomi masyarakat akan
membantu konsistensi masyarakat dalam memegang komitmen
sebagai seorang nasabah. Maka BMT yang berugas sebagai pengelola
zakat, infaq, dan shodaqoh juga harus membantu nasabah yang
kesulitan dalam masalah pembayaran kredit.
Kegiatan yang dikembangkan BMT (Rasyid, 2001) adalah
a. Menggalang dan menghimpun dana untuk membiayai usaha-usaha
anggotanya. Modal awal BMT diperoleh dari simpanan pokok para
pendiri. Selanjutnya BMT mengembangkan modalnya dari simpanan
pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela anggota. Untuk
memperbesar modal, BMT bekerjasama dengan berbagai pihak yang
mempunyai kegiatan sama seperti BUMN, proyek-proyek pemeiintah,
LSM, dan organisasi lainnya. Para penyimpan akan memperoleh bagi
hasil yang mekanismenya sudah diatur dalam BMT.
b. Memberikan pembiayaan kepada anggota sesuai dengan penilaian
kelayakan yang dilakukan oleh pengelola BMT bersama anggota yang
bersangkutan. Sebagai imbalan atas jasa ini BMT akan mendapat bagi
hasil sesuai aturan yang ada.
c. Mengelola usaha simpan pinjam itu secara profesional sehingga
kegiatan
BMT
bisa
menghasilkan
keuntungan
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Mengembangkan usaha-usaha disektor riil yang bertujuan untuk
mencari keuntungan dan menunjang usaha anggota. Misalnya :
distribusi dan pemasaran, penyediaan bahan baku, sistem pengelolaan
dan lainnya.
14
2.4.2. Prinsip Operasi BMT
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR Syariah, yakni
menggunakan 3 prinsip :
a. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan
BMT.
1) Al-Mudharabah
2) Al-Musyarakah
3) Al-Muzara'ah
4) Al-Musaqah
b. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah agen yang diberi kuasa
melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak
sebagai penjual, dengan menjuai barang yang telah dibelinya tersebut
dengan ditambah mark-up keuntungan BMT nantinya akan dibagi
kepada penyedia dana.
1) Bai'al-Murabahah
2) Bai'al-Salam
3) Bai'al-Istishna
4) Bai 'al-Bitsaman Ajil
c.
System non profit
15
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial.
Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja. (Al-Qordhul
Hasan)
d. Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai
bentuk) dengan perjanjian pembagian keuntungan / kerugian yang
disepakati.
1) Al-Musyarakah
2) Al-Mudharabah
e. Produk Pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi
hasil setelah jangka waktu tertentu.
1) Pembiayaan Al-Murabahah (MBH)
2) Pembiayaan Al-Bai 'Bitsaman Ajil (BBA)
3) Pembiayaan Al-Mudharabah (MDA)
4) Pembiayaan Al-Musyarakah (MSA)
1. Pelayanan Zakat dan Shadaqoh
a. Penggalangan dana Zakat, Infaq dan Shadaqoh (ZIS)
1) Zis Masyarakat
16
2) Lewat kerjasama antara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat,
Infaq dan Shadaqoh (BAZIS)
b. Penyaluran dana ZIS
1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya
membantu.
2) Pemberian bea siswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang
mampu dalam membayar SPP.
3) Penutupan terhadap
pembiayaan
yang macet karena faktor
kesulitan pelunasan.
4) Membantu masyarakat yang perlu pengobatun.
2.
Mendirikan BMT
a.
Modal Pendirian BMT
BMT dapat didirikan dengan modal awal minimal sebesar Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah). Modal awal ini dapat berasal dari satu
atau beberapa tokoh masyarakat setempat, yayasan, kas masjid atau
BAZIS setempat. Namun sejak awal anggota pendiri BMT hams
terdiri antara 20 sampai 44 orang hal ini diperlukan agar BMT menjadi
milik masyarakat setempat (Heri Sudarsono, 2003 : 92).
b.
Badan Hukum BMT
BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat
koperasi.
17
1) KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat
Surat Keterangan Operasional dan PINBUK (Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil).
2) P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp.
5.000.000,00 sampai 10.000.000,00 atau lebih besar mencapai Rp.
20.000.000,00 untuk segera memulai langkah operasional. Modal
awal ini dapat berasal dari perorangan, lembaga, yayasan, BAZIS,
pemda atau sumber-sumber lainnya.
3) Atau langsung mencari pemodal-pemodal pendiri dari sekitar 20
sampai 44 orang di kawasan itu untuk mendapatkan dana urunan
hingga mencapai jumlah Rp. 20.000.000,00 atau minimal Rp.
5.000.000,00
4) Jika calon pemodal telah ada maka dipilih pengurus yang ramping
(3 sampai 5 orang) yang akan mewakili pendiri dalam
mengarahkan kebijakan BMT.
5) Melatih 3calon peserta (minimal pendidikan D3 dan lebih baik SI)
dengan menghubungi Pusdiklat PINBUK P^opinsi atau Kabupaten
/ Kota.
6) Melaksanakan persiapan-persiapan sarana perkantoran dan
formulir yang diperlukan.
7) Menjalankan bisnis operasi BMT secara professional dan sehat.
2.5.
Musyarakah
2.5.1. Pengertian Musyarakah
"Musyarakah adalah kerjasama antara dua belah pihak atau lebih
dimana masing-masing pihak menyetorkan dana dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan "(M. Syafi'I Antonio, 2001).
"Musyarakah adalah percampuran dana untuk tujuan pembagian
keuntungan" (Tim Pengembangan Perbankan Syariah, 2001 : 71).
Menurut Muhammad (2002 : 95) "musyarakah adalah kerjasama
dalam suatu usaha oleh dua pihak".
Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa musyarakah
adalah kerjasama antara dua orang atau lebih unmk melakukan usaha
bersama dimana masing pihak menyetorkan dana atau modal, keuntungan
akan dibagi sesuai kesepakatan dan rugi dibagi sesuai porsi modalnya atau
sesuai kesepakatan.
Gambar 2.1. Skema Musyarakah
(Syafi'I, 2001)
Nasabah
Bank Syariah
Parsial :
Parsial
Asset Value
Pembiayaan
:>, w a <->jmmm<mM-m
KEUNTUNGAN
t:s-.stsK^.^a«»»i»j*sj»t<»i#t*aisrfl
Bagi hasil keuntungan sesuai
porsi kontribusi modal
(nisbah)
«fe.*.''tv Wt.*.*i«fet^4tiQS$*fcii^gttBUfc«<^';
<«•
1
19
2.5.2. Landasan Syariah
a. Al Qur'an
"... maka merekaberserikat pada sepertiga..."(Qs. AnNissa': 12)
"Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuah
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh."(Qs. Shaad: 24)
"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi dan carilah karunia Allah SWT..."(Qqs. Al Jumuah: 10)
"Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia
Tuhanmu..."(Qs. Al Baqarah: 198)
Surat An Nissa': 12 dan Shaad: 24 menunjukkan bahwa Allah
memperbolehkan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Surat Al
Jumuah: 10 dan Al Baqarah: 198 tersebut berisi dorongan bagi kaum
muslimin untuk melakukan usaha.
b. Al Hadist
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rosulullah SAW bersabda,
"Sesungguhya Allah Azza wa Jalla berfirman,'Aku pihak keuga dan
dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati
lainnya." (HR Abu Dawud no. 2936, dalam kitab Al Buyu, daan Hakim)
2.5.3. Rukun Musyarakah
a. Ucapan (sigot), penawaran (ijab) dan penerimaan (qobul)
b. Pihak yang berkontrak
c. Obyek kesepakatan-kesepakatan modal dan kerja
20
2.5.4. Syarat Musyarakah
a. Kedua belah pihak mengerti hukum
b. Modal hams tunai sehingga mudah dihitung / diukur
c. Pembagian keuntungan disepakati bersama
Syarat yang lain yaitu ;
a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini hams dapat
diwakilkan kepada orang lain sehingga bila hams ada seorang yang
diwakilkan untuk melakukan transaksi dengan perusahaan lain akan
lebih leluasa.
b. Pembagian keuntungan hamsjelas.
2.5.5. Jenis-jenis Musyarakah
a. Musyarakah Kepemilikan
Yaitu terjadi karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih (M.
Syafi'I Antonio, 2001).
b. Musyarakah Akad
Yaitu musyarakah yang terjadi karena kesepakatan dua orang atau
lebih untuk memberikan modal musyarakah dan merekapun bersepakat
berbagi keuntungan dan kerugian (M. Syafi'I Antonio, 2001)
Musyarakah akad terbagi menjadi:
1) Syirkah Inan
21
Adalah suatu akad dimana dua orang atau lebih bersekutu dalam
modal dan sama-sama berdagang serta bersekutu dalam
keuntungan (Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, 2001).
2) Syirkah Mufawadoh
Adalah suatu kerjasama antara dua orang atau lebih dimana modal
yang disetor setiap pihak dan usaha fisik yang dilakukan sama
(Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, 2001).
3) Syirkah Wujuh
Adalah kerjasama antara dua orang atau lebih yang mempunyai
reputasi dan prestasi baik serta ahli dalam bisnis (M. Syafi'I
Antonio, 2001).
4) Syirkah A'mal/Abdan
Adalah kerjasama beberapa orang dengan modal profesi dan
keahlian masing-masing, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
(Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, 2001). Menurut
Tagyuddin (2000) abdan adalah perseroan antara dua orang atau
lebih dengan badan masing-masing pihak, tanpa harta dari mereka.
5). Syirkah Al Mudharabah
Adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%) dan pihak
kedua sebagai pengelola (mudharib). Para ulama berbeda pendapat
mengenai hal ini. Ulama yang setuju beralasan bahwa syirkah al
mudharabah telah memenuhi rukun dan syarat sebuah kontrak
(akad) musyarakah (M. Syafi'I Antonio, 2001).
22
2.5.6. Manfaat Musyarakah (M. Syafi'I Antonio, 2001 ; 97)
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan hasil usaha bank
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spreat.
c. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar
halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
d. Prinsip bagi hasil musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap
dimana bank akan menagih nasabah dengan jumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun memgi dan
terjadi krisis ekonomi.
2.5.7. Resiko Musyarakah (Antonio, 2001 ; 98)
a. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
c. Penuyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur.
2.6. Teknik Pembukuan Akuntansi Syariah
Kebijakan akuntansi berkaitan dengan dasar teknik pembukuan yang
dipakai dalam melakukan penyusunan laporan keuangan. Didalamnya
meliputi bagaimana suatu transakisi dicatat, dinilai jumlahnya dan diakui
menurut PAPSI (2003: 60,61):
a. Pada saat BMT membayarkan uang tunai kepada syirkah
Db. Pembiayaan musyarakah
Kr. Kas / Rekening mitra/ Kliring
23
b. Pada saat BMT menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah
1). Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai buku :
Db. Pembiayaan Musyarakah
Kr. Kerugian penyerahan aktiva
Kr. Aktiva non-kas
2). Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku :
Db. Pembiayaan musyarakah
Kr. Aktiva non-kas
Kr. Keuntungan penyerahan aktiva
c. Pengeluaran biaya dalam rangka akad musyarakah
Db. Uang muka dalam rangka akad musyarakah
Kr. Kas / Kliring
d. Pengakuan biaya-biaya yang drkeluarkan atas pemberian pembiayaan
musyarakah
1). Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai biaya pembiayaan
musyarakah
Db Biaya akad musyarakah
Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah
2). Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan
musyarakah
Db Pembiayaan Musyarakah
Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah
e. Penerimaan pendapatan /keuntungan Musyarakah
Db Kas/Rekening syirkahfKMng
Kr. Pendapatan / Keuntungan musyarakah
f. Pengakuan kerugian Musyarakah
Db. Kerugian musyarakah
Kr. Pembiayaan musyarakah
24
g. Penurunan / pelunasan modal musyarakah dengan mengalihkan kepada
mitra musyarakah lainnya.
Db. Kas / Rekeningsyirkah
Kr. Pembiayaan musyarakah
h. Pengakuan kerugian yang lebih tinggi dari modal mitra akibat kelalainan
atau penyimpangan mitra musyarakah.
Db. Piutang mitra jatuh tempo
Kr. Pembiayaan musyarakah
i. Pengambilan modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar lebih rendah
dari nilai historis
Db. Aktiva non-kas
Db. Kerugian penyelesaian pembiayaan musyarakah
Kr. Pembiayaan musyarakah
j. Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar lebih tinggi
dari nilai historis
Db. Aktiva non-kas
Kr. Keuntungan penyelesaian pembiayaan musyarakah
Kr. Pembiayaan musyarakah
2.7. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah No. 59
2.7.1. Aspek Definisi
Difmisi merupakan suatu pengertian atas suatu nama atau istilah
yang menggambarkan fungsi dan konsekuensi dari fungsi tersebut sebagai
hak atau kewajiban pihak BMT atau pihak lain. Berdasarkan suatu definisi
BMT dapat memasukkan unsur-unsur dari laporan keuangan kedalam
kelompok yang sesuai.
25
2.7.2. Aspek Pengakuan
Pengakuan bagi hasil berdasar prinsip musyarakah adalah mengacu
pada periakuan pengakuan bagi hasil pada BMI. Pada BMI pendapatan
bagi hasil dan margin digolongkan sebagai non-performing asset dan
diakui pada saat kas diterima (cash basis). Pengakuan pendapatan BMT
pada dasarnya adalah secara acrual basis kecuali untuk aktiva produktif
yang digolongkan sebagai non performing, yaitu aktiva yang tergolong
kurang lancar, diragukan dan macet menurut kriteria BI, akan diterapkan
pengakuan dengan cash basis (Lapoliwa, 1993 ;262).
2.7.3. Aspek Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan angka satuan pengukuran terhadap
suatu obyek untuk menunjukkan makna tertentu obyek itu, dapat berupa
transaksi /kejadian, barang, jasa dan Iain-lain. Berdasarkan uraian tersebut
maka pengukuran berarti proses penetapan jumlah uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan
L/R dengan demikian pengukuran merupakan suatu tahapan yang harus
dilalui sebelum penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan.
2.7.4. Aspek Penyajian dan Pengungkapan
Pengungkapan bersangkutan dengan masalah bagaimana suatu
informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan. Informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan adalah informasi dalam periode
berjalan.
Download