perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dibuktikan oleh data riset dari pendidikan jurnalisme TV Universitas Indonesia tahun 2004 yang menyebutkan jumlah televisi yang beredar di Indonesia di tahun 2004 mencapai angka 30 Juta. Jumlah tersebut diperkirakan terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun1. Bukti itu diperkuat oleh data Nielsen Media Research, yang menyebutkan bahwa pada tahun 2004 penetrasi media televisi di Indonesia mencapai 90,7%, sedangkan radio 39%, suratkabar 29,8%, majalah 22,4%, internet 8,8%, dan orang menonton bioskop sebesar 15%. Perkembangan dan keberadaan televisi telah jauh melampaui media lain2. Singkatnya, televisi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, tak terkecuali para penyandang disabilitas tuna rungu. Survey tentang ketertarikan tuna rungu terhadap televisi yang dilakukan di salah satu SLB B di kota Solo dilansir sebesar 70,00% 3. Sebanyak 43,33% responden tuna rungu menyatakan aktif menonton televisi setiap hari sedikitnya 30-45 menit. 1 Data Riset Pendidikan Jurnalisme TV Universitas Indonesia 2004. Diakses tanggal 4 Mei 2012 dari http://bengkelkomunikasi.blogspot.com/2010_04_01_archive.html 2 Nielsen Media Research 2004. Diakses tanggal 4 Mei 2012 dari http://ptkom.blogspot.com/2010/07/mimetisme-dan-etika-komunikasi-pada.html 3 commit to user Data Riset Ketertarikan Tuna Rungu Non Alat Bantu Dengar di SLB B YRTRW Surakarta Terhadap Berita Televisi Tahun 2012 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Tayangan berita menjadi program acara televisi yang mendapat perhatian paling tinggi dari para penyandang tuna rungu. Televisi dianggap mampu menyuguhkan berita secara aktual dengan penyuguhan yang menarik melalui gambar (visual) dan suara (audio)4. Survey tentang ketertarikan tuna rungu terhadap berita televisi yang dilakukan di salah satu SLB B di kota Solo dilansir sebesar 60,00% responden yang merasa sangat tertarik dan 30,00% responden yang tertarik dengan berita televisi 5. Berdasarkan survey pula didapatkan hasil bahwa 60,00% responden tuna rungu di SLB B tersebut tidak kehilangan motivasi mereka untuk mengakses berita televisi walau memiliki gangguan pendengaran 6. Program acara berita yang paling mereka respon adalah Seputar Indonesia RCTI yaitu sebanyak 45,00% responden7 karena konsep penyajian beritanya yang aktual dan juga karena pada program acara berita Seputar Indonesia RCTI pernah ditampilkan peraga bahasa isyarat untuk pemirsa tunarungu pada September 1991, yang bertujuan memudahkan kaum tuna rungu memahami berita gambar yang sedang ditayangkan. Penghapusan peraga bahasa isyarat pada Seputar Indonesia RCTI memang menjadi kekecewaan di benak pemirsa tuna rungu, namun keakraban mereka terhadap Seputar Indonesia RCTI tetap melekat hingga kini8. Melalui penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kaum tuna rungu juga merupakan bagian dari pemirsa berita televisi aktif, karena kebutuhan 4 Pengembangan Media Audio Visual (B). diakses 6 Juni 2012 dari http://umarstain.blogspot.com/2011/06/pengembangan-media-audio-visual-b.html 5 Data Riset Ketertarikan Tuna Rungu Non Alat Bantu Dengar di SLB B YRTRW Surakarta Terhadap Berita Televisi Tahun 2012 6 Ibid 7 Ibid 8 commit to usersedikit perubahan. Diakses 7 Juli 2012 Dok. TEMPO, 28 September - 4 Oktober 1991, dengan dari http://ryannk.multiply.com/journal/item/83/BAHASA-ISYARAT-UNTUK-SIAPA perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 mereka akan informasi ditunjang dengan mudahnya mendapatkan akses televisi khususnya di perkotaan besar. Namun fenomena yang terjadi adalah justru masih rendahnya sensitifitas media televisi terhadap kebutuhan penyandang tuna rungu dalam hal aksesibilitas informasi televisi. Pemberian bantuan aksesibilitasi informasi terhadap penyandang tuna rungu di Indonesia belum sepenuhnya terwujud sesuai Pancasila dan UUD 1945 untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan tuna rungu. Fenomena tersebut antara lain 9: · Belum tersedianya berbagai sarana informasi dan komunikasi akses terhadap indra suara yang memenuhi karakteristik tuna rungu pada media elektronik, maupun teknologi lainnya · Belum adanya keikutsertaan dan terlibatnya penyandang disabilitas dalam organisasi perancangan dan pembangunan media/peralatan/sistem teknologi informasi dan komunikasi · Belum adanya pelatihan kepada komponen lembaga informasi dan komunikasi serta komponen masyarakat tentang karakteristik dan cara pemenuhan hak informasi dan komunikasi bagi penyandang tuna rungu. Menurut Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming, kaum tuna rungu memang masih menjadi komunitas terpinggirkan dalam penerimaan informasi. Perlakuan diskriminatif dan marginalisasi dirasakan para tuna rungu karena tidak adanya fasilitas aksesibilitas informasi media televisi bagi tuna rungu seperti penggunaan fitur peraga isyarat, pemunculan teks, penataan 9 Uning Pratimaratri, Jaminan Aksesibilitasi Bagi Penyandang Cacat (Sebagai Perwujudan Perlindungan Hak Asasi Manusia) Dalam Buku Hak Asasi Manusia (Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Prespektif Hukum dan Masyarakat) (Editor : Prof. Dr. H. Muladi, S.H.) commit (Bandung: PT. Refika Aditama, 2004), hal. 262 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 layout teks pada layar televisi, ataupun dalam bentuk lainnya. Saat ini sudah tidak ada lagi berita yang disajikan dengan disertai interpreter bahasa isyarat seperti yang pernah dilakukan beberapa stasiun televisi di Indonesia pada tahun 90-an seperti pada program Siaran Berita Nasional dan Dunia Dalam Berita TVRI, Seputar Indonesia RCTI, serta Liputan Enam SCTV, sehingga banyak tuna rungu khususnya tuna rungu non alat bantu dengar yang tidak dapat mengakses informasi berita karena yang bisa dinikmati hanya tayangan gambar dari berita tersebut10. Ini tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Hak Aksesibilitas Informasi Kaum Difabel, dimana dinyatakan bahwa publik memiliki hak untuk mendapatkan informasi tanpa membedakan kondisi fisik seseorang. Undang-undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dalam pasal 5 dan pasal 7 juga menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan11. Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pada pasal 4 turut menegaskan bahwa azas pelayanan publik diantaranya kesamaan hak, persamaan perlakukan/tidak diskriminatif, dan pelayanan yang menyediakan fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan. Ini berarti kedua undang-undang tersebut mengamanatkan agar pemerintah berupaya 10 Komnas: “Televisi Masih Diskriminatif Terhadap Penyandang Disabilitas”. Diakses tanggal 18 Juni 2012 dari http://makassar.antaranews.com/berita/34575/komnas--televisi-masihcommit to user diskriminatif-terhadap-penyandang-disabilitas 11 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 melakukan perbaikan pelayanan dan fasilitas publik guna memenuhi kepentingan seluruh masyarakat termasuk para penyandang cacat12. Sementara itu, Pasal 5 Standard Rules on the Equalization of Opportunities for Persons with Disabilities 1993 menjelaskan bahwa negara harus mengakui dan menjamin aksesibilitas para penyandang cacat melalui (1) menetapkan program-program aksi untuk mewujudkan aksesibilitas fisik penyandang cacat, dan (2) melakukan upaya-upaya untuk memberikan akses terhadap informasi dan komunikasi para penyandang cacat. Negara memiliki kewajiban untuk juga menjamin bahwa media massa, utamanya televisi, radio, dan koran, dapat menghadirkan layanan media yang ramah terhadap kaum difabel. Termasuk dalam hal ini adalah layanan informasi publik via komputer dan internet sebaiknya didesain mudah diakses oleh kaum difabel13. Satu-satunya alat bantu bagi tuna rungu dalam mengakses berita televisi adalah dengan penggunaan alat bantu dengar. Alat bantu dengar merupakan sebuah alat elektronik menggunakan batere dimana dalam pemakaiannya terdapat mikrofon yang mengubah gelombang dari suara tersebut menjadi energi listrik yang kemudian diterima amplifier yang dapat memperbesar volume suara dan mengirimkannya pada speaker yang ada pada bagian dalam telinga 14. Namun harga sebuah alat bantu dengar yang relatif mahal, dengan kisaran harga ratusan ribu hingga jutaan bahkan puluhan juta15 12 13 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si., SMB II dan Aksesibilitas Penyandang Cacat. Diakses tanggal 24 Juni 2012 dari http://herususetyo.multiply.com/journal/item/10 14 to user Adams Goerge L,MD.dkk.1994, Bukucommit Ajar Penyakit THT, Buku Kedokteran EGC 15 Better Hearing Indonesia. Diakses tanggal 21 Juni 2012 dari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 mengakibatkan alat ini tidak terjangkau bagi lapisan masyarakat tuna rungu dengan tingkat ekonomi rendah. Menurut data Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2000, presentase difabel di daerah pedesaan adalah sebesar 0,83 % lebih tinggi dibanding dengan persentase di daerah perkotaan sebanyak 0,63 %16. Fenomena ini menunjukkan lebih banyak jumlah tuna rungu non (tanpa kepemilikan) alat bantu dengar di Indonesia karena faktor ekonomi serta pemahaman tentang efektifitas alat bantu dengar. Akibat belum terpenuhinya karakteristik disabilitas pada media televisi yang dapat memudahkan penyandang tuna rungu mengakses informasi berita televisi, maka penyandang tuna rungu non alat bantu dengar harus mengupayakan cara tersendiri agar tidak kehilangan hak mereka untuk mendapatkan informasi sesuai dengan SLB B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Solo menjadi salah satu SLB yang mendisiplinkan muridnya untuk membiasakan diri menonton berita televisi. Melalui tangan dingin Dra. Sri Sumarsih selaku guru, murid-murid tuna rungu di sana dilatih untuk dapat mengakses informasi berita televisi secara lebih optimal melalui program kelas menonton berita televisi di luar jam pelajaran. Program acara berita yang dipilih adalah Seputar Indonesia karena berdasarkan survey, menjadi program acara berita yang paling menarik minat para murid tuna rungu yaitu sebanyak 45,00% http://www.alatbantudengarku.com/HargaAlatBantuDengar.php 16 Anonim, Survey Sosial Ekonomi, Biro Pusat Statistik, 2000 17 Mei 2012 dari http://titianaadinda.blogspot.com/2010_03_01_archive.html commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 responden17. Seputar Indonesia RCTI juga dianggap oleh para guru di SLB B YRTRW Solo memiliki konsep yang lebih tegas dan menarik serta selalu menampilkan berita-berita aktual dan memberikan penanyangan yang peduli terhadap pendidikan sehingga baik untuk diakses para murid tuna rungu. Dibuktikan dengan diraihnya berbagai penghargaan oleh RCTI antara lain sebagai 3 besar stasiun televisi yang peduli penayangan informasi pendidikan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2008 18 dan juga pernghargaan CNN Television Journalism Awards 2012, sebuah ajang apresiasi dan pengakuan dunia jurnalistik di Indonesia19. Mahalnya alat bantu dengar mengakibatkan benda tersebut hanya dapat dimiliki oleh beberapa siswa saja. Tercatat jumlah siswa tuna rungu YRTRW Solo berjumlah total 104 siswa dengan kepemilikan alat bantu dengar adalah 34 siswa, sedang sisanya yaitu 70 siswa adalah siswa tuna rungu tanpa kepemilikan (non) alat bantu dengar. Sehingga di dapat kesimpulan bahwa lebih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengakses berita televisi. Sehubungan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai cara siswa tuna rungu non alat bantu dengar di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Solo dalam mengakses berita televisi. Maka penelitian ini dapat mengangkat judul “AKSESIBILITAS INFORMASI TUNARUNGU (Studi Deskriptif Kualitatif Aksesibilitas Informasi Siswa Tuna Rungu Non Alat Bantu Dengar di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna 17 Data Survey Penulis Terhadap Tuna Rungu SLB B YRTRW Solo tahun 2012 Analisis Keunggulan dan Kelemahan Produk PT RCTI. Diakses tanggal 2 Juli 2012 dari http://mohieqone.blogspot.com/2010/03/analisis-keunggulan-dan-kelemahan_01.html 19 commit to user CNN Television Journalism Awards 2012. Diakses tanggal 2 Juli 2012 dari http://www.rcti.tv/contents/read/35/cnn-television-journalist-award-2012 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 Rungu Wicara (YRTRW) Solo Terhadap Program Acara Berita Seputar Indonesia RCTI).” B. RUMUSAN MASALAH Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : ”Bagaimana cara siswa tuna rungu non alat bantu dengar di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Solo dalam mengakses informasi berita Seputar Indonesia RCTI?” C. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara siswa tuna rungu non alat bantu dengar di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Solo dalam mengkases informasi berita Seputar Indonesia RCTI. D. MANFAAT 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan bagi pihak terkait dalam upaya penyediaan fasilitas-fasilitas aksesibilitas informasi yang efektif untuk kaum tuna rungu pada program acara berita di televisi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan titik tolak untuk penelitian serupa dalam ruang lingkup yang lebih luas dan lebih mendalam. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 E. LANDASAN TEORI E.1. Komunikasi E.1.1. Pengertian Komunikasi Kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication yang secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna20. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi manusia yaitu“Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another". Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain21. 20 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal 41. 21 commit toand user Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, Communication Human Behaviour (USA:Alyn and Bacon, 2005), hal. 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society (dalam Effendy, 1994) mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect” atau “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”22. Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu: 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) 2. Pesan (mengatakan apa?) 3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) 4. Komunikan (kepada siapa?) 5. Efek (dengan dampak/efek apa?). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. 22 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), commit to user hal. 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 E.1.2. Proses Komunikasi Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu23: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam 23 commit to user Ibid., hal. 11-19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna). Wilbur Schramm (dalam Effendy)24 menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang 24 commit to user Ibid perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya25. 2. Proses komunikasi sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses komunikasisekunder menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.). E.1.3. Fungsi komunikasi Onong Effendy berpendapat bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi26. William I. Gorden mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu27 : 1. Sebagai komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, 25 Sendjaja Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi (Jakarta:Universitas Terbuka, 1994), hal 33 Effendy, op. cit., hal. 27 27 commit to(Bandung: user PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. William I. Gorden, Pengantar Ilmu Komunikasi 76 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebar mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan. c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri28. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. 2. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. 3. Sebagai komunikasi ritual Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lainlain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain commit toSeri user Abraham H Maslow, Motivasi dan Kepribadian, Manajemen No. 104 Cetakan Pertama. (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1994) 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. 4. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya. Tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 E.1.4. Konteks-Konteks Komunikasi Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia. 2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi. 3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Michael Burgoon dan Michael Ruffner (dalam Sendjaja)29 memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah 29 commit to user Sendjaja., op. cit., hal. 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. 4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. 30 5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Mulyana31 juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini. E.2. Televisi E.2.1. Pengertian Televisi 30 31 user Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasicommit (Jakarta to : PT Grasindo, 2005), hal. 52 Deddy Mulyana, op. cit., 74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar32. Televisi adalah alat elektronik yang berfungsi menyebarkan gambar dan diikuti oleh suara tertentu. Pada dasarnya sama dengan gambar hidup bersuara33. Milton Chen34 mengatakan bahwa menonton televisi adalah kegiatan khusus; yakni menyaksikan program-program yang ditayangkan televisi. E.2.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan 32 sesaat. Secara sederhana, komunikasi massa adalah Soerdjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 24 33 to (Jakarta: user Bumi Aksara, 1995), hal. 20 Sudarwan Danim, Media Komunikasi commit Pendidikan 34 Milton Chen Ph. D, Anak-Anak & Televisi (PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1996), hal. 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film 35. Menurut Elizabeth-Noelle Neuman (dalam Jalaludin Rahmat )36, ada empat tanda pokok komunikasi massa yaitu : (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Komunikasi massa itu sendiri berkembang seiring dengan digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi lebih tepatnya setelah mesin cetak ditemukan oleh Johan Gutenberg pada awal abad 20. Gejala pengembangan komunikasi massa makin meluas ketika radio dan film digunakan sebagai media komunikasi massa disusul tumbuhnya industri televisi pada pertengahan abad 20 era tahun 1950-an. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesannya. Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam 35 36 commit to user Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) , hal. 189 Ibid perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa37. Televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect)38. Pada saat ini televisi merupakan salah satu media komunikasi yang banyak dibutuhkan masyarakat karena televisi memiliki sifat media yang khas sebagai media pandang dengar (audio-visual) sifat ini menjadikan keunggulan media televisi mampu menyampaikan pesan yang lebih hidup. Segala informasi seperti isu sosial politik, ekonomi, budaya, hukum, kriminalitas, olah raga sampai dengan masalah gosip para public figure, kuis, permainan (games) semuanya ditayangkan di media televisi dengan beragarn kreasi pengemasan program acaranya. Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya elecctrische telescope sebagai perwujudan gagasan dari seorang mahasiswa di Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dan satu tempat ke tempat lain. Hal ini 37 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi ( Jakarta: commit to user Kencana, 2008), hal. 13 38 Wiryanto, op. cit., hal. 67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak” televisi39. Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly Buonanno40: “The thing that brought many to study television in the first place, namely a popular reach, commercial scale, political power, and cultural nsignificance that made The Tube a metonym of society as a whole, has passed”. Secara teknis televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Istilah televisi (television) merupakan suatu kata yang berasal dari gabungan kata tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan vision (bahasa Latin videra) artinya melihat/memandang. Jadi secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh. Tepatnya, televisi ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan41. Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (dalam Wawan Kuswandi)42: 39 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 5-6 40 Bounnanoo, Milly, 2006, The Age of Television Experiences and Theories. Book Review by John Hartly. International Journal of Communications. 41 commit to user UNS Press,1993), hal. 47. Sofiah, Komunikasi Media Film dan Televisi (Surakarta: 42 Wawan Kuswandi, op. cit., hal. 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar, sehingga dapat memungkinkan menampilkan pesan suara maupun gambar secara bersamaan. Televisi menciptakan suasana yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi sangat mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat khalayak secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang singkat. Daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pala-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum munculnya televisi, berubah total sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama dengan mahluk buta yang hidup dalam tempurung. Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), maka pesanpesan yang disampikan melalui komunikai massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesan-pesan televisi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual)43. Karena sifat komunikasi massa media televisi yang transitory (hanya meneruskan) itu maka: (1) isi pesan yang akan disampaikannya harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian kata per kata harus benar, (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik44. Paradigma Harold Lasswell tentang proses komunikasi yang berbunyi "Who, says waht, to whom, in which channel, and with what effect". Secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Memasukan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak, sasaran, serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Posisi dan peran media massa, termasuk televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. 43 44 Ibid., hal. 16 Ibid., hal. 18 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 E.1.3. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa Harold Lasswell (dalam Darwanto) melihat fungsi utama media massa sebagai berikut 45: a. The surveillance of the environment, yang berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan. b. The correlation of part of society inresponding to the environment yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi. c. The transmission of the social heritage from one generation to the next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell tersebut, Charles R. Wright (dalam Nurudin), dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai “Communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effect they might have”46. Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan, justru karena fungsi hiburan orang/masyarakat mengkonsumsi media massa. 45 46 commit to user Pustaka Pelajar, 2007), hal. 32-33 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidik (Yogyakarta: Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2003), hal. 73 ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 c. The transmission of the social heritage from one generation to the next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell tersebut, Charles R. Wright (dalam Nurudin), dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai “Communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effect they might have”47. Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan, justru karena fungsi hiburan ini orang/masyarakat mengkonsumsi media massa. E.3. Komunikasi Non Verbal E.3.1. Pengertian Komunikasi Non Verbal Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditermukan pada zaman Aristoteles (400-600 SM). Namun studi 47 commit to user Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2003), hal. 73 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, baru dilakukan pada zaman Yunani dan Romawi Kuno48. Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara 49. Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata 50”. Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language)51. Nonverbal communication is all aspects of communication other than words themselves. It includes how we utter words 48 Teori Komunikasi Verbal dan Non Verbal. Diakses 5 Oktober 2013 dari http://fryzz.wordpress.com/2011/07/05/teori-komunikasi-verbal-dan-nonverbal/ Jembatan Komunikasi Bagi Anak Tuna Rungu. Diakses 21 Juli 2012 dari http://darylisminari.blogspot.com/2012/09/jembatan-komunikasi-bagi-anak-tuna_21.html 50 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 22 51 commitPrima, to user Atep, Adya Barata, Dasar – dasar Pelayanan (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2004), hal. 20 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 (inflection, volume), features, of environments that affect interaction (temperature, lighting), and objects that influence personal images and interaction patterns (dress, jewelry, furniture). Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel)52. E.3.2. Bentuk Komunikasi Non Verbal Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu53: a. Komunikasi visual Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambargambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar. b. Komunikasi sentuhan Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya. c. Komunikasi gerakan tubuh Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus 52 Julia T. Wood, Communication in Our Lives, (USA: University of North Carolina at Capital Hill, 2009), hal. 131 53 commit2013 to user Komunikasi Non Verbal. Diakses 16 Oktober dari http://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/komunikasi-non-verbal/ perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju. d. Komunikasi lingkungan Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut. e. Komunikasi penciuman Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali. f. Komunikasi penampilan Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain). g. Komunikasi citrasa Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna. Selain itu, pendapat lain menyebutkan komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object)54: · Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan commit2013 to user Komunikasi Non Verbal. Diakses 16 Oktober dari http://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/komunikasi-non-verbal/ 54 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 · · · berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang. Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti katakata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga. Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri. Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah E.3.3. Fungsi Komunikasi Nonverbal Dalam hubungannya dengan perilaku vebal, menurut Mark Knapp (dalam Cangara) Perilaku nonverbal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut55: 1. 2. 3. 4. 55 Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misal anda menganggukan kepala ketika anda mengatakan “Ya” atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “Tidak”. Atau menunjukkan arah kemana seseorang harus pergi untuk menemukan WC. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya anda melambaikan tangan anda seraya mengucapkan ”Selamat jalan” atau sering disebut affect display. Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri, misalnya anda menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti kata Tidak) ketika seorang pengamen mendatangi mobil anda. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai mahasiswa membereskan buku-buku atau melihat jam tangan anda menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliahnya. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya seorang dosen melihat jam tangannya dua-tiga kali, padahal ia tadi mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan anda sebagai mahasiswanya. commit to user Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), hal. 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Dilihat dari fungsinya, Paul Ekman (dalam Dedddy Mulyana) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai berikut56: · · · · · Emblem : Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan ”Saya tidak sungguh-sungguh. Ilustrator : Pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. Regulator : Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan menandakkan ketidaksediaan berkomunikasi. Penyesuai : Kedipan mata cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. Affect Display: Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut atau senang Mark knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk57: a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition). b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution). c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity). d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna. 56 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2004), commit to user hal. 314 57 Knapp, M.L. Nonverbal Communication in Human Interaction, (New York: 1978), hal. 105 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 E.3.4. Karakterisitik Komunikasi Non Verbal Menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi nonverbal memiliki empat karakteristik58: 1. Keberadaannya; komunikasi nonverbal akan selalu muncul, disadari atau tidak. 2. Kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal 3. Sifatnya Ambiguitas yaitu ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku. 4. Keterikatannya dalan suatu kultur tertentu, maksudnya perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu budaya akan mengekspresikan pesan yang berbeda dalam ikatan kultur yang lain. Ciri-Ciri Komunikasi Nonverbal59: 1. Isyarat nonverbal bersifat komunikatif Dalam satu interaksi, setiap perilaku nonverbal selalu mengkomunikasikan sesuatu. Dengan kata lain,kita tidak mungkin tidak bertingkah laku, contoh diam. Saat diam, kita juga sudah mengkomunikasikan sesuatu, duduk diam mendengarkan musik. Apa yang sedang dilakukan atau tidak dilakukan, sengaja atau tidak sengaja, di situ ada pesan yang dapat dibaca atau ditafsirkan oleh orang lain. Devito menyebutkan gerakan otot di sekitar mata, tingkat kontak mata, atau cara mereka saling memandang, semua memberikan petunjuk bagi kita untuk memberi penilaian. Setiap perilaku itu mempunyai makna, masing-masing melakukan komunikasi. 2. Isyarat nonverbal bersifat kontekstual Artinya pesan yang terkandung dalam isyarat non-verbal tergantung pada konteksnya (tempat, waktu dan situasi). Mengedipkan mata pada seorang wanita di bis kota dan dimeja poker beda maknanya. Kedipan di meja poker akan mendapat uang banyak, kedipan di bis kota, sifatnya menggoda. 3. Isyarat nonverbal bersifat paket Perilaku nonverbal, apakah itu gerakan tangan, mata, otot tubuh, biasanya bersifat paket. Semua bagian tubuh biasanya berkerja sama untuk komunikasikan makna tertentu. Misalnya, kita ingin mengetahui seseorang sedang marah atau tidak, maka isyarat kita lihat adalah apakah kata-kata verbalnya 58 Adler, Ronald B. dan George Rodman. Understanding Human Communication (7 th edition). ( USA: Harcourt College Publishers, 2000). Hal. 325. 59 commit2013 to user Komunikasi Non Verbal. Diakses 21 Oktober dari http://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/07-komunikasi-nonverbal/ perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 diikuti isyarat nonverbal, seperti tubuh dan wajah yang memegang, dahi berkerut, dan sikap yang sedang siap untuk berkelahi. 4. Isyarat nonverbal dapat dipercaya Hasil peneletian menunjukkan hampir selalu terdapat kekonsistenan antara bahasa verbal dan nonverbal pun berdusta. Hasil penelitian para akhli juga menemukan, biasanya orang berbohong saat berbicara, menggunakan katakata lebih sedikit. Orang yang berbohong cenderung menggunakan jeda (pause) yang lebih lama, sebelum menjawab pertanyaan. Ciri lain orang berbohong, mereka yang menggunakan kata-kata yang konkret. Mereka biasanya menggunakan istilah-istilah yang umum seperti, “Yah, seperti itulah”. Mereka juga jarang menyebutkan nama tempat atau nama orang secara spesifik. Ciri lainnya adalah saat bicara sering menutup mulutnya dengan tangan yang posisi ibu jarinya di pipi. 5. Isyarat nonverbal dikendalikan oleh aturan Ada beberap aturan-aturan yang berlaku dalam proses nonverbal. Hanya memiliki kedudukan lebih tinggi yang boleh menyentuh pundak. Misal seorang direktur menyentuh pundak bawahannya, bukan bawahannya yang menyentuh pundak direkturnya, risikonya akan dipecat. Selain itu, bila atasannya ingin berdiri di dekat bawahannya, maka posisinya cenderung lebih dekat dibanding bila sang bawahan yang memiliki keinginan untuk mendekat, pasti jarak bawahan lebih jauh. 6. Isyarat nonverbal bersifat metakomunikasi Antara pesan yang satu dengan pesan yang lain (baik isyarat verbal dengan isyarat nonverbal, atau isyarat nonverbal dengan isyarat nonverbal) saling berhubungan, saling mengkomunikasikan, dan saling menguatkan. Misalnya, seorang sales sedang menawarkan produknya kepada calon customer-nya. Ia tidak hanya berkomunikasi secara verbal, tetapi juga berkomunikasi nonverbal. Kata-katanya, penampilan tubuh, gaya rambut, cara berpakaian, jam tangan,dan cara berjalan, semua mengkomunikasikan dirinya serta produk yang ditawarkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 E.3.5. Klasifikasi Pesan Nonverbal Jurgen Ruesch mengklarifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian60: 1. 2. 3. Bahasa tanda : Acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu. Bahasa tindakan : Semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secar eklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan. Bahasa objek : Pertunjukan benda, pakaian dan lambang nonverbal bersifat publik lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, lukisan, musik dan lain sebagainya secara sengaja atau tidak. Larry A. Samovar dan Ricard E. Porter membagi pesan- pesan nonverbal menjadi dua kategori verbal61: 1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan , baubauan. 2. Pada bahasa ruang, waktu, dan diam. E.3.5. Komunikasi Non Verbal Pada Tuna Rungu Ada beberapa cara mengembangkan kemampuan komunikasi penyandang tuna rungu yaitu62: 1. 60 Metode oral, yaitu cara melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Dalam hal ini,perlu partisipasi lingkungan anak tunarungu untuk berbahasa secara verbal. Dapat pula diterapkan prinsip cybernetik yaitu menekankan perlunya suatu Jurgen Ruesch, Techology and Social Communication, dalam Communication Theory and Research, ed., L.thayer ( Springfield, IL: Thomas, 1957), hal. 462 61 Larry & Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader (Belcomnt CA: Wadsworth Publishing Company, 1976) 62 commitDiakses to user Better Hearing Indonesia: Anak Tuna Rungu. 21 Juli 2012 dari http://alatbantudengarku.wordpress.com/2011/10/09/anak-tunarungu/ perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 2. 3. pengoyrolan diri. Setiap organ gerak bicara yang menimbulkan bunyi, dirasakan dan diamati sehingga hal itu akan memberikan umpan balik terhadap gerakanya yang akan menimbulkan bunyi selanjutnnya. Membaca ujaran atau dalam dunia pendidikan sering disebut dengan membaca bibir (lip reading) membaca ujaran yaitu suatu kegiatan yang mencajup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang di ucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut berperan. Metode manual yaitu cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual. Komunikasi nonverbal sangat penting dikarenakan dapat memperkuat dan memperjelas/melengkapi komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal juga merupakan penggambaran emosi yang tidak dapat di ungkapkan dalam komunikasi verbal. Hal itu dikarenakan komunikasi nonverbal tidak dapat dipisahkan (jalin menjalin) dengan komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal dapat digunakan kapan saja dan oleh siapa saja termasuk orang-orang yang memiliki kelainan fisik. Serta saat seseorang itu sulit menggungkapkan perasaan melalui komunikasi verbal63. to user Diakses 21 Juli 2012 dari Makna Komunikasi Non Verbal Pada commit Anak Tunarungu. http://lelyajah.blogspot.com/2010/04/makna-komunikasi-non-verbal-pada-anak.html 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 E.4. Tuna Rungu E.4.1. Pengertian Tuna Rungu Hallahan dan Kauffman memberikan batasan tentang tuna rungu di tinjau dari kehilangan kemampuan mendengarnya, bahwa: Hearing impairment. A genetic term indicating a hearing disabiliti that range insevety from milk to profound in includis the subsets deaf and hard of hearing. Deaf person in one whos hearing disability precludes successful processing of linguistic information though audio, with or without a haering aid, has residual hearing sufficient to enable sucxessful processing of linguistic information thoght audition64. Andreas Dwijosumarto dalam seminar ketunarunguan di bandung (19 juni 1988) mengemukakan bahwa tuna rungu adalah suatu kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang, terutama indra pendengaran. Kemudian Donald F Moores menjelaskan pengertian tuna rungu dalam bukunya Education the deaf (Psychology principles and practices) Hougtoh Miflin Company, Boston, sebagai berikut : A deaf person is one whose hearing is disabled to exten (usually 70 dB ISO grather) that precluds the understanding of speech through the earlone without or with the use of hearing aid. A hard of hearing person is one whose hearing is disabled to an exten ( usually 35 to 69 dB ISO ) That makes difficult but dose not preclude the commit to user : An Introduction to special education Hallahan, D. P., & Kauffman, J.M, Exceptional children (10th ed) (Boston : Pearson, 1982), hal. 234 64 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 understanding of speech through the ear alone with out our with a hearing aid 65. Menurut batasan dari Sri Moerdiani dalam buku Psikologi Anak Luar Biasa bahwa “Anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya”66. Moh Amin dalam buku Ortopedagogik umum mengemukakan: Anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh organ pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembanganya sehingga memerlukan bimbingan pendidikan khusus67. Orang tuli adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan untuk mendengar sehingga tidak dapat mengembangkan, biasanya pada tingkat 70 dB ISO atau lebih besar sehinga menghalangi untuk mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengaranya sendiri tanpa mengunakan alat bantu dengar. Seseorang dikatakan kurang mendengar adalah ketidak mampuan untuk mendengar sehingga tidak dapat mengembangkan, bisanya pada tingkat 35 sampai 69 Db ISO tetapi tidak menghalangi untuk mengerti pembicaraan orang lain melauli pendengaranya sendiri tanpa atau menggunakan alat bantu dengar. Pernyataan tersebut kurang lebih berarti bahwa tunarungu 65 Donald F Moores, Education the deaf: Psychology Principles And Practices (Hougtoh Miflin Company, Boston, 1981), hal. 3 66 Sri Moerdiani, Bimbingan Penyuluhan Anak Luar Biasa (Bandung: Jurusan PLB FIP IKIP, commit to user 1987), hal. 27 67 Moh Armin. Perkembangan Terbaru (PLB. Jakarta : CV. Purnawisata, 1991), hal. 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 adalah suatu istilah umun yang menunjukan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat dan di golongkan kedalam bagian tuli dan kurang dengar68. E.4.2. Penyebab Ketunarunguan Banyak faktor yang menyebakan seseorang mengalami ketunarunguan, sebagaimana diungkapkan dalam buku petunjuk praktis penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa bagian B atau tuna rungu, Depdikbud mengemukakan bahwa 69: a. Sebelum anak dilahirkan atau masih dalam kandungan (masa prenatal) b. Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (neo natal). c. Sesudah anak dilahirkan (post natal). Penyebab ketuna runguan tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1) Masa Prenatal Pada masa prenatal pendengaran anak menjadi tuna rungu disebakan oleh: a. Faktor keturunan atau hereditas Anak mengalami tuna rungu sejak dilahirkan Karena ada di antara keluarga yang tuna rungu genetis akibat dari rumah siput tidak berkembang secara normal. 68 Shanon, Claude E, and Warren Weaver. The Mathematical Theory Communication (Urbana : University of Illinois Press, 1949). 69 commit user Program dan Pengembangan. Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Luar BIasa,to Landasan (Jakarta: Depdikbud, 1994). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 b. Cacar air, campak (rubella, german measles) Pada waktu ibu sedang mengandung menderita penyakit campak, cacar air, sehingga anak yang di lahirkan menderita tunarungu mustism (tak dapat bicara lisan). c. Toxamela (keracunan darah) Apabila ibu sedang mengandung menderita keracunan darah (toxameia) akibatnya placenta menjadi rusak. Hal ini sangat berpengaruh pada janin. Besar kemungkinan anak yang lahir menderita tuna rungu. Menurut Audiometris pada umumnya anak ini kehilangan pendengaran 70-90 dB. d. Penggunaan obat pil dalam jumlah besar Hal ini akibat menggugurkan kandungan dengan meminum banyak obat pil pengggugur kandngan, tetapi kandunganya tidak gugur, ini dapat mengakibatkan tuna rungu pada anak yang dilahirkan, yaitu kerusakan cochlea. e. Kelahiran premature Bagi bayi yang dilahirkan premature, berat badanya di bawah normal, jaringan-jaringan tubuhnya lemah dan mudah terserang anoxia (kurangnya zata asam). Hal ini merusak inti cochlea (cochlear nuclei). f. Kekeurangan Oksigen (anoxia) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 Anoxia dapat mengakibatkan kerusakan pada inti brain system dan bagal ganglia. Anak yang dilahirkan dapat menderita tuna rungu pada taraf berat. 2) Masa Neo Natal a. Faktor rhesus ibu dan anak tidak sejenis. Manusia selain mempinyai jenis darah A-B-AB-0. Juga mempunyai jenis darah factor rh positif dan negative. Kedua jenis rh tersebut masing-masing normal. Tetapi ketidak cocokan dapat terjadi apabila seseorag perempuan ber-rh negatif kawin dengan seseorang laki-laki ber-rh positif, seperti ayahnya tidak sejenis dengan ibunya. Akibat sel-sel darah itu membentuk anti body yang justru merusak anak. Akibatnya anak menderita anemia (kurang darah) dan sakit kuning setelah dilahirkan, hal ini dapat berakibat anak menjadi kurang pendengaran. b. Anak lahir premature atau sebelum 9 bulan dalam kandungan. Anak yang dilahirkan prematur, mempunyai gejala-gejala yang sama dengan anak yang rh nya tidak sejenis dengan rh ibunya, yaitu akan menderita anemia dan mengakibatkan anoxia. 3) Post Natal a. Sesudah anak lahir dia menderita infeksi misalnya campak (measles) infection atau anak terkena syphilis sejak lahir commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 karena ketularan orang tuanya. Anak dapat menderita tunarungu perseptif. Virus akan menyerang cairan cochlea. b. Meningitis (peradangan selaput otak) Penderita meningitis mengalami ketulian yang perseptif, biasanya yang mengalami kelainan ialah pusat syarf pendengaran. c. Tuli perseptif yang bersifat keturunan. Ketunarunguan ini akibat dari keturunan orang tuanya d. Otitis media yang kronis. Cairan otitis media yang kekuning-kuningan menyebakan kehilanagn pendengaran secara konduktif. Pada secretory media akibatnya sama dengan kronis atitis media, yaitu keturunan konduktif e. Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan. Infeksi pada alat-alat pernafasan, misalnya pembesaran tonsil adenoid dapat menyebabkan ketuna runguan konduktif (media penghantar suara tidak berfungsi). f. Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pendengaran bagian dalam dari beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penyebab ketunarunguan tidak saja dari faktor dalam individu seperti ketuna runguan dari orang tua atupun pada saat ibu mengandung terserang penyakit. Tetapi faktor di luar diri individu mempunyai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 peluang yang mengakibatkan seseorang mengalami ketuna runguan, seperti infeksi peradangan dan kecelakaan. E.4.3. Klasifikasi Ketunarunguan Klasifikasi ketunarunguan dikemukakan oleh Streng yang dikutip Somad dan Hernawati sebagai berikut 70: a. Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang memiliki ciri- ciri : 1. Sukar mendengar percakapan yang lemah. 2. Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang kesulitannya. 3. Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan perkembangan penguasaan perbendaharaan kata. b. Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter. 2. Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dan menangkap percakapan kelompok. 3. Mereka akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan kata yang terbatas. 4. Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata. c. Moderat loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mereka mengerti percakapan keras pada jarak satu meter. 2. Perbendaharaan kata terbatas d. Severa loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB. Memiliki ciri-ciri : Mereka masih biasa mendengar suara keras dari jarak yang dekat misalnya klakson mobil dan lolongan anjing. Mereka diajar dalam suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu. Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas khusus. 70 Permanarian Somad dan Tati Hernawati, Ortopedagogik Anak Tunarungu (Jakarta. Depdikbud, commit to user 1997), hal. 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 e. Profound loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas. Memiliki ciri: Mendengar suara yang keras pada jarak 1 inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar. Menurut buku pendidikan anak tuna rungu untuk sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa ( SGPLB ) menyebutkan, bahwa ada klasifikasi ketuna runguan yang didasarkan klasifikasi etiologis, klasifikasi anatomos fisiologis, menurut nada yang tak dapat didengar dan menurut saat terjadinya ketuna runguan, Depdikbud71. a. Klasifikasi etilogis 1. Tuna rungu endogen adalah ketunarunguan yang diturunkan orang tua. 2. Tuna rungu eksogen adalah ketunarunguan yang diakibatkan suatu penyakit atau kecelakaan. b. Klasifikasi anatomis-fisikologis 1. Tuna rungu hantaran (konduksi) adalah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat penghantar getaran pada telinga bagian bawah. 2. Tuna rungu syaraf (perseptif) adalah ketunarunguan sebagai akibat dari kerusakan atau tidak berfungsinya alat pendengaran telinga bagian dalam. 3. Menurut nada yang tak dapat di dengar 1) Tuna rungu nada rendah 2) Tuna rungu nada tinggi 3) Tuna rungu total 4) Menurut terjadinya ketunarunguan 4. Tuna rungu yang terjadi saat dalam kandungan (prenatal) Ketunarunguan terjadi akibat keracunan makanan, kekurangan gizi, pengaruh obat obatan dan infeksi virus yang dialami pada masa triwulan pertama menimbulkan kerusakan syaraf, dan jaringan otak. 5. Tuna rungu yang terjadi saat kelahiran (natal) Segala bentuk ganguan pada saat bayi lahir seperti : Prematuresasi, pinggul sempit, lahir dengan porceps dan berbagai kesulitan saat kelahiran dapat menimbulkan kerusakan syaraf dan jaringan otak. 6. Tuna rungu yang terjadi saat kelahiran (post natal) 71 commit to user Depdikbud, Pedidikan Anak Tunarungu (Bandung : Masa baru, 1977), hal. 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 Dapat terjadi akibat peradangan selaput otak infeknsi telinga tengah, peradangan gendang telinga dan sebagainya. Kemudian di dalam buku petunjuk praktis penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa bagian B atau tunarungu, Depdikbud dibuat klasifikasi anak tuna rungu sebagai berikut 72 : 1. Ditinjau dari tingkat kehilanagn pendengaran dalam satuan ukuran bunyi (deciblell/Db ) tuna rungu dibedakan atas : a. Mereka yang kehilangan pendengaran 90 dB atau lebih (golongan tuli). Batas 90 dB diambil sebagi patokan karena pada tingkat kehilanagn yang demikian si penderita tak akan mampu lagi untuk mendengar suara sendiri. b. Mereka yang kehilangan pendengaran kurang dari 90 dB (golongan kurang dengar). - Kehilanagn pendengaran antara 35-34 dB, termasuk kurang dengar ringan. - Kehilangan pendengaran antara 55-69 dB, termasuk kurang dengar sedang. 2. Ditinjau dari waktu kehilangan pendengaran dibedakan atas: a. Tuli prabahasa yaitu kehilangan pendengaran, waktu anak berumur kurang dari 2 tahun sebelum menguasai bahasa. b. Tuli purna bahasa yaitu kehilangan pendengaran waktu anak berumur lebih dari 4 tahun, setelah menguasai berbagi bahasa commit toBagian user Tunarungu (Jakarta: Rosdakarya, Depdikbud. Buku petunjuk penyelenggaraan SLB 1985), hal. 20-21 72 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 F. KERANGKA BERFIKIR Cara murid tuna rungu non alat bantu dengar mengakses informasi berita televisi Seputar Indonesia RCTI Observasi terhadap murid tuna rungu dari berbagai tingkatan kelas dalam kegiatan menonton berita televisi Seputar Indonesia di luar jam belajar mengajar Wawancara terhadap 5 guru SLB B YRTRW Solo dan 5 orangtua murid tentang cara murid tuna rungu mengakses berita televisi Dokumentasi menggunakan kamera dan alat perekam Data penelitian di olah secara deskriptif kualitatif. Didapat cara murid tuna rungu dari berbagai tingkatan kelas dalam kegiatan menonton berita televisi Seputar Indonesia di luar jam belajar mengajar Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 1. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah mengenai cara murid tuna rungu non alat bantu dengar di SLB B Yayasan Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Surakarta dalam mengakses informai berita televisi pada program Seputar Indonesia RCTI. 2. Penelitian ini mengambil subjek penelitian para murid tuna rungu non alat bantu dengar dari berbagai tingkatan kelas dengan melakukan observasi. 3. Penelitian ini juga melibatkan 10 orang informan yaitu 5 guru SLB B YRTRW Solo, dan 5 orangtua murid dengan cara melakukan wawancara mendalam sehingga dapat mendukung observasi. 4. Penelitian juga didukung dengan dokumentasi yaitu dokumentasi saat para murid diobservasi di lapangan dan rekaman suara saat para informan di wawancarai. 5. Setelah dilakukan teknik pengambilan data dari para sumber maka selanjutnya diolah secara deskriptif kualitatif. 6. Di dapat kesimpulan tentang cara murid tuna rungu non alat bantu dengar di SLB B Yayasan Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Surakarta dalam mengakses informasi berita televisi pada program Seputar Indonesia RCTI. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Tipe atau jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik73. Peneltian kualitatif dalam skripsi ini dapat dilihat dari data hasil pengataman langsung melalui observasi dan data hasil interview yang berupa ucapan lisan, sehingga dari data tersebut didapati hasil uraian yang mendalam mengenai perilaku narasumber, sehingga nantinya didapati pemahaman umum mengenai masalah dan fokus penelitian yaitu cara murid tuna rungu non alat bantu dengar mengakses sebuah berita televisi. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Solo yang beralamat di Jl. Ds. Gemunggung RT 01/RW 02 Surakarta. 73 73 commit to user Moh., Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Ketiga (Jakarta, Ghalia. Indonesia, 1999), hal. 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 3. Subjek Penelitian Penelitian melibatkan para murid tuna rungu non alat bantu dengar, 5 guru SLB B dan 5 orangtua murid SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara (YRTRW) Solo. 4. Jenis Data · Data Primer Yaitu data yg diperoleh secara langsung dari responden melalui proses observasi dan wawancara. Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari hasil wawancara observasi merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian74. wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu dilakukan untuk memeriksa apakah cara tuna rungu non alat bantu dengar mengakses informasi sebuah berita televisi sesuai dengan hasil obervasi di lapangan. · Data Sekunder Yaitu data yang dikumpulkan guna untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berkenaaan dengan masalah penelitian75. Data sekunder ini berupa dokumentasi. 74 Sutrisno Hadi, Statistik, Jilid 1 (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas. Psikologi Universitas commit to user Gadjah Mada, 1992) 75 Ibid perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 Sebagai metode pelengkap, dokumentasi berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. 5. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Wawancara mendalam (indepth interview) Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden76. Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)77. Beberapa teknik wawancara yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Cooper& Schindler, 2006) 78: (1). Wawancara mendalam individu (individual depth interview/IDI) Merupakan interaksi antara peneliti (pewawancara) dengan seseorang peserta tunggal. Wawancara mendalam individu biasanya membutuhkan waktu antara 20 menit (melalui telepon) sampai 2 jam (wawancara tatap 76 Nazir, Moh, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 27 Ibid, hal. 39 78 commit to Research user Donald R.Cooper & Pamela S.Schindler, Bussines Methods 9th edition (McGraw-Hill International Edition, 2006), hal. 241-250 77 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 muka), tergantung pada isu atau topik yang dibahas. Wawancara mendalam individu biasanya direkam (audio dan atau video) dan kemudian diterjemahkan sehingga memberikan rincian informasi yang kaya bagi peneliti. Informan yang dipilih sebagai peserta wawancara dipilih bukan karena opini mereka mewakili opini umum tetapi karena pengalaman serta sikap mereka mencerminkan keseluruhan cakupan isu yang sedang dipelajari. Selain itu informan yang diwawancara memiliki kemampuan verbal agar dapat memperkaya rincian informasi yang dinginkan peneliti. (2). Wawancara Kelompok Wawancara kelompok adalah metode pengumpula data dengan mengunakan lebih dari satu informan (peserta). Wawancara kelompok dapat dilakukan dengan beberapa ukuran kelompok: ý Dyad (2 oarang) ý Triad (3 orang) ý Kelompok mini (2 hingga 6 orang) ý Kelompok kecil (kelompok fokus 6 - 10 orang) ý Kelompok super (hingga 20 orang) (3). Kelompok Fokus Adalah suatu panel yang umumnya terdiri dari 6 hingga 10 orang yang dipimpin oleh seorang moderator. Fasilitator atau moderator menggunakan prinsip dinamika kelompok untuk memfokuskan atau menuntun kelompok dalam mempertukarkan ide, perasaan, dan pengalaman tentang topik tertentu. Dalam sebuah penelitian kualitatif, kelompok fokus sering menjadi unik karena keterlibatan sponsor penelitian dalam prosesnya. Sebagian besar fasilitas wawancara memungkinkan commit sponsor tomengamati kelompok dan dinamika yang user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 terjadi pada saat proses sedang berjalan, mengambil pemahaman sendiri dari percakapan dan sinyal norverbal yang diamatinya. Kelompok fokus sering digunakan sebagai teknik eksplorasi tetapi juga dapat menjadi metodologi utama. Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang cara murid tuna rungu non alat bantu dengar aksesibilitas penyandang cacat dalam lingkup pendidikan di kota Surakarta secara rinci dan mendalam, peneliti melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview), melalui komunikasi lisan secara langsung atau bercakap-cakap, bertatap muka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada “key informan” yang dianggap paling mengetahui praktek pelaksanaan program tersebut. 2. Observasi Metode ini digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar79. Melalui pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan, gejala-gejala, dan keadaan yang mendukung terhadap penelitian. Kegiatan, gejala, dan keadaan tersebut antara lain cara siswa tuna rungu non alat bantu dengar mengakses sebuah berita televisi program Seputar Indonesia RCTI, serta hambatan-hambatan yang terjadi selama proses. commit (Surakarta to user : UNS Press. ... Jogjakarta : Pustaka H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif Pelajar, 2002), hal. 94-96. 79 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu 80 : · Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. · Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. · Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Penulis melakukan observasi partisipasi yang dilakukan terhadap siswa di SLB B YRTRW Solo tentang cara mereka mengakses informasi berita televisi melalui serangkaian kegiatan khusus diluar kegiatan belajarmengajar. 3. Telaah Dokumen Peneliti juga menggunakan telaah dokumen untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian, yaitu mencatat dan mengambil sumber tertulis yang ada. Dokumen atau arsip berasal dari foto, buku, web, jurnal, atau video dengan cara mencari dokumencommit to user Ekonomi, Kebijakan. Publik, dan Ilmu Bungin, Burhan H.M, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, social, (Jakarta : Kencana Prenama, 2007), hal. 115 80 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang tersedia dan berkaitan dengan sekolah inklusi. Dalam penelitian ini digunakan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di SLB B YRTRW Surakarta serta alat perekam saat wawancara. 6. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa model analisis interaktif (interactive model of analysis) dimana di dalam model ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo (2002) komponen tersebut adalah81: a. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. b. Sajian Data (Data Display) Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi, kalimat, matriks, gambar/skema, tabel maupun grafik yang dipahami yang mempermudah melakukan penarikan simpulan kemudian memungkinkan peneliti untuk menindaklanjuti analisis tersebut. c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing) commit (Surakarta to user : UNS Press. ... Jogjakarta : Pustaka H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif Pelajar, 2002), hal. 94-96. 81 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 Dari awal pengumpulan data peneliti sudah harus memahami arti dari berbagai data yang diperoleh. Simpulan akhir baru akan diperoleh setelah proses pengumpulan data berakhir. Agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, setelah penarikan simpulan perlu verifikasi.pada dasarnya makna data perlu di uji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan dapat dipercaya (HB. Sutopo, 2002 : 9). 7. Validitas Data Untuk meningkatkan validitas data, dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data (triangulasi sumber). Teknik triangulasi ini memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda untuk menggali data sejenis, hal ini berarti bahwa data yang sama/sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda yaitu dengan menggunakan beberapa informan yang berbeda82. Selain itu juga dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang berbeda, yaitu melalui wawancara, observasi dan penggunaan dokumen/arsip, sehingga data yang sejenis bisa teruji kemantapan dn kebenarannya. Menurut Patton sebagaimana (dalam Moeloeng, 2002) hal tersebut akan dicapai dengan jalan 83: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 82 Moeloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta ... Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar, 2002), hal. 67. 83 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Indonesia, commit to user 2002), hal. 178 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakanya secara pribadi 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan Gambar 1.2 Trianggulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam-macam cara pada sumber yang sama)84 Gambar 1.3 Tringulasi sumber pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data) pada macam-macam sumber data A, B, C)85 84 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitiatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. commit to user 242 85 Ibid