BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu variabel atau konsep yang sering diteliti. Terdapat beragam penelitian yang menghasilkan definisi mengenai kepuasan kerja pada dasarnya konsep yang dikemukakan merupakan hal yang sama. Locke (Luthans, 2005) menyatakan kepuasan kerja suatu keadaan emosi yang menyenangkan atau positif, sebagai akibat dari pengalaman atau penilaian kerja seseorang. Kemudian dilanjutkannya dengan mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu akibat dari persepsi tentang bagaimana baiknya pekerjaan memberikan sesuatu yang berarti. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaanya yang dapat dilihat dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dil lingkungan kerjanya. Senada dengan Robbins (Dewi, 2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan positif seseorang tentang pekerjaannya, yang merupakan hasil evaluasi karakteristik terhadap pekerjaan tersebut. Serta Handoko (Muslih, 2011) yang mengatakan bahwa kepuasan kerja keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka, kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadapMpekerjaannya. 9 10 Luthans (2005) menyatakan kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaannya memberikan hal-hal yang dianggap penting. Secara umum diakui dalam bidang perilaku organisasi bahwa kepuasan kerja adalah hal yang paling penting dan sering dipelajari dari sikap pekerja terhadap susatu kepuasan dalam bekerja. Sedangkan Blum (As‟ad, 2004) mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktorfaktor pekerjaan, karakteristik individual, serta hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri. Serta Tiffin (Anoraga, 2006) mengemukakan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pemimpin dan karyawan. Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang atau tanggapan emosional positif atau negatif, senang atau tidak senang, bangga atau jenuh sebagai penilaian individu atau hasil persepsi karyawan yang bersangkutan dengan pekerjaannya mengenai situasi dan kondisi pekerjaan atau hal-hal yang dianggap penting meliputi lingkungan kerja, hubungan antar pribadi sesama karyawan maupun dengan pemimpin serta jumlah imbalan yang diperoleh dari tempat karyawan bekerja. 11 2. Aspek-Aspek kepuasan Kerja Ada 5 aspek kepuasan kerja menurut Luthans (2005) yaitu: a. Kepuasan terhadap pekerjaan Dalam hal ini dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar kemajuan untuk karyawan.Kesempatan para karyawan untuk menggunakan kemampuannya dalam bekerja. b. Kepuasan terhadap upah dan kesejahteraan Sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi atau peruasahaan. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. c. Kepuasan terhadap pengawasan Pengawasan merupakan kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku. d. Kepuasan terhadap rekan kerja Tingkat interaksi sosial antara karyawan dengan rekan kerja dan atasannya. Dalam hal ini pengaruh orang lain sangat besar terhadap kinerja karyawan yaitu adanya dukungan dari orang lain melalui interaksi sosial. e. Kepuasan terhadap promosi Kesempatan untuk maju dalam organisasi. 12 Sementara menurut Jewell dan Siegall (Prestawan, 2010) aspek kepuasan kerja yaitu: a. Aspek Psikologi Berhubungan dengan kejiwaan karyawan, meliputi minat, letentraman kerja, bakat dan keterampilan. b. Aspek Sosial Berhubungan dengan interaksi sosial, baik antara sesama karyawan maupun dengan pemimpin. c. Aspek Fisik Berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik. d. Aspek Finansial Berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan. karyawan. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada aspek yang di kemukakan oleh Luthans (2005) yang tersusun atas kepuasan terhadap pekerjaan, upah dan kesejahteraan, pengawasan, rekan kerja dan promosi. Kepuasan kerja seorang karyawan dilihat dari aspek-aspek yang ada yaitu bagaimana seseorang merasakan kepuasan terhadap pekerjaannya, gaji yang diperoleh, lingkungan tempat kerja (rekan kerja) dan promosi yag dberikan oleh perusahaan maka peneliti menggunakan atau mengacu aspek tersebut. 13 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Siagian (2006) faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu prestasi kerja, kemangkiran, keinginan pindah, usia, tingkat jabatan, besar kecilnya organisasi atau perusahaan. Sedangkan menurut As‟ad (2004) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yaitu a. Faktor Psikologi Faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan. b. Faktor Sosial Faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesamakaryawan maupun atasan diantaranya berupa perlakuan, penerimaan, keterbukaan dan kerjasama. c. Faktor Fisik Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan meliputi jenis pekerjaan, pengaturan kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur. d. Faktor Finansial Faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji,bonus, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi. 14 Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu mengacu pada empat faktor, yang dikemukakan oleh As‟ad (2004) yaitu faktor psikologi yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, faktor sosial yang berhubungan dengan interaksi sosial antara karyawan dengan sesama karyawan maupun pemimpin, faktor fisik yang berhubungan dengan waktu kerja, waktu istirahat, kondisi kesehatan umur, keadaan ruangan dan yang terakhir faktor finansial yang berhubungan dengan gaji, bonus, promosi, macam-macam fasilitas dan tunjangan yang diberikan kepada karyawan. B. Gaya Kepemimpinan Transformasional 1. Definisi Gaya Kepemimpinan Transformasional Bass (Primasari, 2009) mendefinisikan kepemimpinan transformasional adalah bentuk kepemimpinan dimana pemimpinnya mampu memperluas serta meningkatkan minat bekerja para karyawannya, sistem kepemimpinan dimana para pemimpinnya mampu memicu kepekaan dan penerimaan visi misi serta tujuan perusahaan, dan dimana pemimpinnya memiliki kontrol terhadap para karyawannya agar karyawan-karyawan mampu menggali potensi mereka masing-masing demi kemajuan perusahaan/kelompok tersebut. Menurut Yukl (Setiawan, 2015) kepemimpinan Transformasional didefinisikan dengan bagaimana pemimpin memperkuat sikap saling mempercayai dan kerjasama, kemajuan diri secara kolektif dan pembelajaran tim. Dengan gaya kepemimpinan tersebut para pengikut merasakan 15 kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan kepada pemimpin serta para pengikut termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang diharapkan. Sedangkan Munandar (2001) menyatakan kepemimpinan transformasional adalah interaksi antarapemimpin dan pengikutnya, manajer dengan karyawannya ditandai oleh pengaruh pemimpin untuk mengubah perilaku pengikutnya atau karyawannya menjadi seseorang yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu. Pemimpin mengubah karyawannya sehingga tujuan kelompok kerjanya dicapai bersama. Senada dengan Modiani (Astuti, 2015) yang mengatakan kepemimpinan bahwa gaya transformasional merupakan kemampuan untuk memberikan inspirasi dan memotivasi para pengikutkan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar daripada yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa kepemimpinan transformasional adalah bentuk kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk memotivasi, memberikan insipirasi, meningkatkan minat dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi maupun menggali potesnsi karyawan atau bawahan. 16 2. Aspek Gaya Kepemimpinan Transformasional Menurut Bass (Primasari, 2009) kepemimpinan transformasional terdapat empat karakteristik, yaitu a. Idealized Influence (Charisma) Karismatik merupakan kekuatan pemimpin yang besar untuk memotivasi karyawan dalam melaksanakan tugas. Karyawan mempercayai pemimpin karena pemimpin dianggap mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggap benar. Oleh sebab itu pemimpin mempunyai karisma lebih besar dapat lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan karyawan agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin. Selanjutnya dikatakan kepemimpinan karismatik dapat memotivasi karyawan untuk mengeluarkan upaya kerja ekstra karena mereka menyukai pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki karisma menunjukkan pendirian, menekankan, menempatkan diri pada isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling penting, menekankan pentingnya tujuan, komitmen, dan konsekuen etika dari keputusan, serta mempunyai visi dan misi. Dengan demikian pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat, antusiasme dan kepercayan karyawan selain itu pemimpin akan membuat karyawan mempunyai kepercayan diri. b. Inspirational Motivation Pemimpin dengan inspirational motivation mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para 17 karyawan, optimisme dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan. Sehingga pemimpin semacam ini akan memperbesar optimisme dan antusiasme karyawan serta motivasi dan menginspirasi karyawannya untuk melebihi harapan motivasional awal melalui dukungan emosional dan daya tarik emosional. c. Intellectual stimulation Pemimpin dengan intellectual stimulation merupakan pemimpin yang mendorong para karyawan untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan karyawan untuk mengeluarkan ide-idenya dalam menyelesaikan permasalah dan lebih menggunakan intelegensi dan alasan-alasan yang rasional daripada hanya didasarkan pada opini-opini atau perkiraanperkiraan semata. d. Individual Consideration Pemimpin memperlakukan dengan orang individualized lain sebagai consideration individu. mampu Mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan, mendidik dan melatih karyawan. Sehingga pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap karyawannya yang melihat karyawan sebagaiindividual dan menawarkan perhatian khusus untuk mengembangkan karyawan demi kinerja yang bagus. Lebih lanjut karyawan menerima one-to-one communication dari pemimpin dan mempunyai interaksi personal dengan mereka. Dengan demikian karyawan merasa didukung, didengarkan dan dihargai oleh pemimpinnya. 18 C. Hubungan Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan Kerja Karyawan Kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi yang menyenangkan atau emosi positif sebagai akibat dari pengalaman atau penilaian kerja seseorang. Selain itu kepuasan kerja juga dapat mengurangi stres, membantu meningkatkan kinerja dan mengurangi pergantian karyawan dan ketidakhadiran (Luthans, 2005). Kepuasan kerja tidak lepas dari beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial. Faktor ini berhubungan dengan interaksi sosial karyawan baik antara rekan kerja maupun atasan. Berdasarkan hasil penelitian, jika karyawan yang tingkat kepuasan kerjanya tinggi cenderung memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, bekerja lebih cepat dan mengajukan sedikit keluhan. Karyawan yang terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam perusahaan, sedangkan karyawan yang tidak terpuaskan dengan pekerjaannya akan memilih untuk keluar dari perusahaan (Andini, 2006). Sikap mental yang dimiliki karyawan terhadap pemimpinnya akan menjadi faktor penting dalam merealisasikan kepuasan kerja karyawan. Sebab pada esensinya kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang dihasilkan oleh usahanya sendiri (internal) dan yang didukung oleh hal-hal yang dari luar dirinya (eksternal), atas keadaan kerja, hasil kerja dan kerja itu sendiri. Interaksi karyawan dengan atasan ditandai oleh pengaruh atasan yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu, pemimpin 19 seperti ini adalah model kepemimpinan transformasional (Munandar, 2001). Kepuasan kerja dapat ditumbuhkan melalui kepemimpinan transformasional, sebab pemimpin yang mengembangkan gaya kepemimpinan transformasional berpotensi menumbuhkan situasi dimana para karyawan merasa percaya, kagum, loyal, dan hormat terhadap atasannya sehingga karyawan termotivasi untuk berbuat lebih banyak daripada apa yang biasa dilakukan dan diharapkan. Pemimpin tranformasional membuat karyawan menjadi lebih menyadari kepentingan dan nilai dari pekerjaan. Pemimpin mengembangkan ketrampilan dan keyakinan pengikut untuk menyiapkan mereka, pemimpin memberikan dukungan dan dorongan saat diperlukan. Terlihat dari beberapa aspek kepemimpinan tranformasional yaitu charisma, inspirational motivation, intellectual stimulation, individualized consideration, semua aspek tersebut memiliki peranan penting terhadap kepuasan kerja karyawan (As‟ad, 2004). Pemimpin yang memiliki charisma atau kharismatik membuat orang lain atau karyawan hormat dan kagum sehingga bersedia mengikuti semua perintahnya dengan senang hati dan pemimpin yang memiliki kekuatan besar untuk memotivasi karyawan dalam melaksanakan tugas. Pemimpin inspirational motivation, pemimpin yang menimbulkan inspirasi pada karyawannya. Pemimpin yang juga memberikan motivasi pada karyawan dengan memberikan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai, hal tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja 20 karyawan itu sendiri, jadi ketika sikap positif terhadap pekerjaan muncul tentunya menimbulkan kepuasan kerja pada karyawan. Pemimpin intellectual stimulation, pemimpin yang meningkatkan kesadaran karyawan akan permasalahan dan mempengaruhi karyawan untuk memandang masalah dari perspektif baru, dalam hal ini karyawan akan merasa diberi kesempatan belajar yang tentu akan membuat karyawan merasa puas dengan pekerjaan mereka. Aspek terakhir yaitu pemimpin yang individualized consideration, pemimpin membuat karyawannya merasa diperhatikan oleh pemimpinnya. Menurut Thamrin, (2012) pemimpin yang selalu hadir ditengahtengah karyawan, menginspirasi dan memotivasi dengan baik, memberi penghargaan yang adil tentu akan membuat karyawan puas. Senada dengan penelitian yang dilakukan di Ethiopia oleh Shibru dan Darshan (2011) menemukan bahwa semua karateristik atau aspek pemimpin transformasional yang kharismatik, inspiratif, mampu memotivasi dan menghargai perbedaan kemampuan antar para karyawan, mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan serta penelitian tersebut menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang penting untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. 21 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai jawaban sementara dari pertanyaan penelitian adalah ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja karyawan di Balai Yasa PT. KAI Kota Yogyakarta.