GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GANGGUAN

advertisement
GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GANGGUAN
MENSTRUASI (DISMENORHOE, AMENORHOE, OLIGOMENORHOE) PADA
MAHASISWA TINGKAT I AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA
Sugiarti*
*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan : Menstruasi adalah perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai dekuamasi
endometrium. Dari survey pendahuluan di Akademi Kebidanan Griya Husada surabaya pada bulan
Agustus tahun 2013 terdapat 93% mahasiswa mengalami dysmenorhoe dan 73% mahasiswa
mengalami gangguan siklus Menstruasi (amenore dan oligomenore), dimana angka kejadian tersebut
tidak sesuai dengan angka toleransi kejadian dysmenorhoe diharapkan tidak melebihi 40%. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran IMT dengan gangguan Menstruasi (dysmenorhoe,
amenore, oligomenore) pada mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya husada Surabaya
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan IMT dengan gangguan
menstruasi mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Tahun Ajaran 2013,
populasinya adalah seluruh mahasiswa tingkat 1 sebanyak 52 orang, dan seluruh populasi dijadikan
sebagai sampel. Hasil: Hasil penelitian mayoritas mahasiswa dengan IMT normal sebanyak 76,19%,
yang mengalami dysmenorhoe sebanyak 61,90%, yang mengalami amenore sebanyak 4,73%, dan
yang mengalami oligomenore sebanyak 30,16%. Hasil tabulasi silang mahasiswa dengan IMT normal
dan gemuk mayoritas mengalami dysmenorhoe sebanyak 66,67%, IMT kurus mayoritas mengalami
amenore sebanyak 22,22%, dan IMT kurus mayoritas mengalami oligomenore sebanyak 55,56%.
Diskusi: Masih banyak mahasiswa yang mengalami dysmenorhoe dengan IMT normal dan IMT
gemuk. Untuk mengurangi gangguan Menstruasi pada remaja hendaknya melakukan olah raga secara
tertaur, menjaga gizi seimbang, dan hindari stres.
Kata Kunci: : IMT, Dysmenorhoe, Amenore, Oligomenore.
PENDAHULUAN
Wanita dalam kehidupannya tidak luput
dari adanya siklus Menstruasi normal yang
terjadi secara periodik. wanita akan merasa
terganggu bila hidupnya mengalami perubahan,
terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama
dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau
tidak Menstruasi sama sekali, bahkan bisa
disertai nyeri. Diharapkan semua wanita
mengalami siklus menstruasi yang teratur,
namun hampir semua wanita pernah mengalami
gangguan Menstruasi selama masa hidupnya.
Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau
perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita
remaja,
reproduksi
dan
klimakterium.
(Manuaba, dkk. 2010)
Menurut Bobak, (2004) masa remaja
disebut pula sebagai masa penghubung atau
masa peralihan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa yang di tandai dengan
perkembangan dan perubahan fisik, mental,
emosional, termasuk perubahan hormonal yang
berpengaruh pada proses terjadinya menarche
(pertama kali mendapat Menstruasi). Usia
gadis remaja pada saat menarche bervariasi,
yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya
12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia
menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan,
keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan
menacrhe dini (menarche prekoks) apabila
menarche terjadi sebelum usia 10 tahun disertai
dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder
sebelum usia 8 tahun (Wiknjosastro, 2012).
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan
secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang
siklus Menstruasi ialah jarak antara tanggal
mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya
Menstruasi
berikutnya.
Hari
mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus.
Panjang siklus Menstruasi yang normal atau
dianggap sebagai siklus Menstruasi yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas,
bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga
25
pada wanita yang sama. Juga pada kakak
beradik bahkan saudara kembar, siklus
Menstruasi tidak terlalu sama. Dari pengamatan
Hartman yang dikutip dari Wiknjosastro
(2012), panjang siklus yang biasa dijumpai
ialah 25 – 32 hari. Lama Menstruasi biasanya
antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti
darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang
sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya
lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang
keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih
tua biasanya darah yang keluar lebih banyak.
Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc
di anggap patologik. (Wiknjosastro, 2012)
Gangguan Menstruasi dan siklusnya
khususnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan
dalam banyaknya darah dan lamanya
perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea
atau menoragia dan hipomenorea), kelainan
siklus (polimenorea, oligomenorea, dan
amenorea),
perdarahan
diluar
haid
(metroragia), dan gangguan lain yang ada
hubungan dengan haid (premenstrual tension,
mittelschmerz, Dismenorea).
Dalam penelitian ini penulis hanya
meneliti
tentang
gangguan
Menstruasi
amenore, oligomenore, dan dysmenorhoe.
Amenorea adalah keadaan tidak adanya
Menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut. Dianggap Amenore primer bila wanita
tidak pernah mendapat daur Menstruasi dan
Amenore sekunder bila ia telah mengalami daur
Menstruasi sebelumnya tetapi tidak lama.
Amenore primer umumnya mempunyai sebabsebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital
dan kelainan-kelainan genetik. Adanya
Amenore sekunder lebih menunjuk kepada
sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan Gizi,
gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit
infeksi, dan lain-lain. (Corwin, E. 2009)
Oligomenore adalah siklus Menstruasi
yang lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila
panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu
sudah dinamakan amenore. Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan oligomenore yaitu ansietas
(kecemasan yang berlebihan) dan stres,
penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di
tempat kerja dan lingkungan, status penyakit,
nutrisi yang buruk, olahraga berat, penurunan
berat badan yang signifikan, dan adanya
gangguan fungsi tiroid atau adrenalin.
(Wiknjosastro, 2012)
Kelainan siklus Menstruasi seperti
oligomenorea dan amenorea merupakan
penyebab infertilitas. Disfungsi ovulasi
berjumlah 10 – 25 % dari kasus infertilitas
wanita. Amenorea terjadi pada 0.1 – 2.5%
wanita
usia
reproduksi.
Pada
kasus
oligomenorea angka kejadian berkisar antara 1
– 5% (www.klikdokter.com akses).
Dysmenorhoe adalah Menstruasi yang
sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut
bagian bawah dan punggung serta biasanya
terasa
seperti
kram
(Varney,
2006).
Dysmenorrhoe atau nyeri haid dibagi atas
dysmenorrhoe primer dan dysmenorrhoe
sekunder.
Dysmenorrhoe
primer
yaitu
dysmenorrhoe yang tidak terdapat hubungan
dengan kelainan ginekologik. Sedangkan
dysmenorrhoe sekunder disebabkan oleh
adanya kelainan ginekologik seperti salpingitis,
endometriosis
dan
adenomiosis
uteri
(Wiknjosastro, H., 2009).
Angka toleransi kejadian dysmenorrhoe
diharapkan tidak melebihi 40%. Angka
toleransi yang akan dicapai pada kesehatan
reproduksi remaja, diharapkan prevalensi
permasalahan remaja secara umum dapat
menurun (Depkes RI, 2005).
Dari survey pendahuluan yang dilakukan
pada tanggal 2 Agustus 2013 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya sebanyak
15 mahasiswa didapatkan 10 (66%) mahasiswa
dengan berat badan normal, 3 (20%)
mahasiswa dengan badan kurus, dan 2 (13%)
mahasiswa dengan badan gemuk. Dari 10
(66%) mahasiswa yang berat badannya normal
didapatkan 1 (6%) mahasiswa yang tidak
mengalami gangguan Menstruasi dan 9 (60%)
mahasiswa
yang
mengalami
gangguan
Menstruasi, yaitu amenore dan dysmenorhoe 3
(20%)
mahasiswa,
oligomenore
dan
dysmenorhoe 3 (20%) mahasiswa serta
dysmenorhoe 3 (20%) mahasiswa. Sedangkan
yang kurus didapatkan 3 (20%) mahasiswa
yang
mengalami
gangguan
Menstruasi
(oligomenore dan dysmenorhoe). Kemudian
yang gemuk (obesitas) didapatkan 2 (13%)
mahasiswa
yang
mengalami
gangguan
Menstruasi (amenore dan dysmenorhoe).
Diharapkan semua wanita mengalami siklus
Menstruasi yang teratur serta angka toleransi
kejadian dysmenorrhoe diharapkan tidak
melebihi 40%. Tetapi pada kenyataannya
didapatkan sebesar 73% mahasiswa yang siklus
Menstruasinya tidak teratur serta 93%
26
mahasiswa yang mengalami gangguang
dysmenorrhoe.
Faktor –faktor yang menyebabkan
gangguan Menstruasi yaitu (1) Faktor
psikologis, seperti tekanan hidup, stres,
kecemasan, kelelahan fisik maupun psikis. (2)
Gangguan yang bersifat hormonal yaitu
ketidakseimbangan hormon estrogen maupun
hormon progesteron dan prostaglandin. (3)
Hormon Prolaktin berlebih, meningkatnya
hormon prolaktin secara otomatis akan
menurunkan hormon estrogen dan progesteron.
(4) Kenaikan atau berkurangnya berat badan
secara signifikan. (5) Status gizi (kurus jika
IMT < 17,0 dan obesitas jika IMT > 27,0) akan
mempengaruhi kerja berupa peningkatan,
keseimbangan ataupun penurunan hormon. (6)
Kelainan organik seperti radang, tumor, trauma
dan sebagainya (S, A ; Wiknjosastro, 2012).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Indeks Masa Tubuh (IMT)
merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya
berlaku untuk orang dewasa di atas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
dan ibu hamil. (Supariasa, 2001)
Pada perempuan yang obesitas (IMT >
27,0) tentunya akan meningkatkan kerja organorgan tubuh sebagai bentuk haemodialisa
(kemampuan tubuh untuk menetralisir pada
keadaan semula) dalam rangka pengeluaran
kelebihan tersebut. Hal ini tentunya akan
berdampak pada fungsi sistem hormonal pada
tubuh berupa peningkatan maupun penurunan
progesteron,
estrogen,
LH
(Luetezing
Hormon), dan FSH (Foklikel Stimulating
Hormon).
Kekurangan
faktor
nutrisi
pada
seseorang akan berdampak pada penurunan
fungsi reproduksi. Hal ini akan diketahui
apabila seseorang mengalami perubahanperubahan hormon tertentu yang ditandai
dengan penurunan berat badan yang mencolok
(kurus IMT < 18,5). Hal ini terjadi karena kadar
gonadotropin dalam serum dan urine menurun
serta penurunan pola sekresinya dan kejadian
tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi
hipotalamus.
Dampak dari gangguan Menstruasi
(Oligomenorea
dan
amenorea),
yaitu
perempuan dapat memiliki potensi sulit hamil
karena tidak terjadi ovulasi. Selain itu juga
akan mempengaruhi kecemasan orang tua
karena dikhawatirkan terjadi kehamilan pada
putrinya. Dampak kejadian dysmenorrhoe
mempengaruhi lebih dari 50% wanita dan
menyebabkan
ketidakmampuan
untuk
melakukan aktivitas harian selama 1-3 hari
setiap bulannya pada sekitar 10% wanita.
Ketidakhadiran remaja di sekolah akibat
dysmenorrhoe mencapai kurang lebih 25%
(Manuaba, 2009 ; Reeder,2011).
Adapun upaya untuk mengatasi
terjadinya gangguan menstruasi tersebut antara
lain : memperbaiki keadaan kesehatan,
termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam
lingkungan yang sehat dan tenang, serta
pemberian
estrogen
dan
progesteron.
(Wiknjosastro, 2012)
Dari latar belakang dan survey
pendahuluan tersebut dapat ditarik suatu
masalah yaitu masih banyaknya gangguan
siklus Menstruasi pada mahasiswa Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya yaitu
sebesar 73% mahasiswa, dan gangguan
dysmenorhoe sebesar 93% mahasiswa, dimana
angka kejadian ini tidak sesuai dengan yang
diharapkan yaitu setiap wanita mengalami
siklus menstruasi yang teratur serta angka
toleransi kejadian dysmenorrhoe diharapkan
tidak melebihi 40%.
BAHAN DAN METODE
Metode penelitian deskriptif dalam
penelitian ini untuk menggambarkan IMT
dengan gangguan menstruasi (dysmenorhoe,
amenore, dan oligomenore) pada mahasiswa
tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya Tahun Ajaran 2013. Populasi dalam
penelitian ini adalah Seluruh mahasiswa tingkat
1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya Tahun ajaran 2013 sebesar 52
mahasiswa.
Sampel
penelitian
adalah
keseluruhan populasi. Sampling dilakukan
dengan Non Probability dengan teknik total
sampling. Waktu penelitian yaitu dilakukan
pada bulan September sampai bulan Januari
2014.
HASIL
Data Frekuensi IMT pada Mahasiswa Tingkat 3I
menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat 1 di
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas IMT normal sebanyak 37 orang
(76,19%)
27
Data Frekuensi Dismenorhoe pada Mahasiswa
Dari data kejadian Diemenorhoe, Amenorhoe
Tingkat I menunjukkan bahwa mahasiswa
dan Oligomenorhor yang diperoleh dalam
tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
pengumpulan data, dilakukan tabulasi silang
Surabaya mayoritas mengalami dysmenorhoe
seperti pada tabel dibawah ini.
sebanyak 34 orang (61,90%).
Data Frekuensi Amenorhoe pada Mahasiswa
Tingkat I menunjukkan bahwa mahasiswa
tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya mayoritas tidak mengalami amenore
sebanyak 49 orang (95,24%).
Data Frekuensi Oligomenrhoe pada mahasiswa
Tingkat I di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya menunjukkan bahwa mahasiswa
tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya
mayoritas
tidak
mengalami
oligomenore sebanyak 39 orang (69,84%).
Tabel 1 Tabulasi Silang antara IMT dengan Dysmenorhoe pada Mahasiswa Tingkat 1 di
Akademi
Kebidanan
Griya
Husada
Surabaya
tahun
2013
Dysmenorhoe
IMT
Kurus
Normal
Gemuk
Jumlah
Dysmenorhoe

3
27
4
34
Total
Tidak Dysmenorhoe

6
10
2
18
%
33,33
66,67
66,67
61,90
%
66,67
33,33
33,33
38,10

%
9
37
6
52
100
100
100
100
Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 1 di atas dapat disimpulkan
dysmenorhoe sebanyak 66,67% dibandingkan
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
dengan IMT kurus yang mengalami
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
dysmenorhoe
sebanyak
33,33%.
IMT normal dan gemuk mengalami
Tabel 2 Tabulasi Silang antara IMT dengan amenore pada Mahasiswa Tingkat 1 di Akademi
Kebidanan
Griya
Husada
Surabaya
tahun
2013
Amenore
Amenore
IMT

2
1
3
Kurus
Normal
Gemuk
Jumlah
Total
Tidak Amenore
%
22,22
16,67
4,76

7
37
5
49
%
77,78
100
83,33
95,24

%
9
37
6
52
100
100
100
100
Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 2 di atas dapat disimpulkan
sebanyak 100% dibandingkan dengan IMT
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
gemuk yang tidak mengalami amenore
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
sebanyak 83,33%
IMT normal
tidak mengalami amenore
Tabel 3 Tabulasi Silang antara IMT dengan Oligomenore pada Mahasiswa Tingkat 1 di
Akademi
Kebidanan
Griya
Husada
Surabaya
tahun
2013
Oligomenore
Oligomenore
IMT
Kurus
Normal
Gemuk
Jumlah

4
8
1
13
%
55,56
27,08
16,67
30,16
Total
Tidak Oligomenore

4
30
5
39
%
44,44
72,92
83,33
69,84

%
8
38
6
52
100
100
100
100
28
Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 3 di atas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
IMT gemuk tidak mengalami oligomenore
sebanyak 83,33% dibandingkan dengan IMT
normal yang tidak mengalami oligomenore
sebanyak 72,92%
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian mengenai IMT
pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
> 18,5 – 25,0 (Normal). Dari hasil penelitian
mengenai dysmenorhoe pada mahasiswa
tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya mayoritas mengalami dysmenorhoe.
Menurut Varney (2006), Dysmenorhoe adalah
menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama
terjadi pada perut bagian bawah dan punggung
serta biasanya terasa seperti kram. Adapun
beberapa faktor memegang peranan sebagai
penyebab dysmenorhoe primer, antara lain :
faktor kejiwaan, faktor endokrin, faktor alergi,
dan status gizi (IMT). (Bobak, 2004)
Setelah dilakukan tabulasi silang antara
IMT dengan dysmenorhoe dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
IMT normal dan gemuk mengalami
dysmenorhoe. Dari analisa tersebut dapat
disimpulkan bahwa remaja dengan IMT
gemuk
lebih
berpotensi
mengalami
dysmenorhoe, Hal ini dikarenakan ketidak
seimbangan status gizi (IMT lebih) dapat
menyebabkan ketidak seimbangan hormon,
dimana estrogen yang berlebih dapat
meningkatkan sekresi hormon prostaglandin
sehingga meningkatkan amplitudo dan
frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan
vasospasme arteriol uterus, kemudian
mengakibatkan iskemi dan kram abdomen
bawah yang bersifat siklik. Namun pada
remaja dengan IMT normal juga tidak
menutup kemungkinan untuk mengalami
dysmenorhoe,
karena
selain
ketidak
seimbangan status gizi (IMT kurang/lebih)
banyak faktor lain yang memegang peranan
sebagai penyebab dysmenorhoe, antara lain :
faktor kejiwaan, faktor endokrin, faktor alergi,
faktor organik, kurangnya aktivitas atau olah
raga dan ketidak seimbangan asupan gizi,
dimana pada umumnya remaja lebih suka
makan makanan jajanan yang kurang bergizi
seperti makanan instan, goreng-gorengan,
coklat, permen, dll. Remaja sering makan
diluar rumah bersama teman-teman sehingga
waktu makan tidak teratur. Selain itu remaja
sering tidak makan pagi karena tergesa-gesa
beraktivitas sehingga mengalami lapar dan
lemas, keluar keringat dingin, kesadaran
menurun sampai pingsan. Adapun tips untuk
mengurangi keluhan dysmenorhoe menurut
Apriel M, (2012) antara lain : Mengonsumsi
makanan
tinggi
kalsium,
lakukan
pengompresan dengan handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung
bawah, mandi dengan air hangat, olahraga,
beberapa
posisi
senam
yang
dapat
menghilangkan kram (posisi merangkak,
mengangkat punggung ke atas setinggitingginya, berabaring dengan lutut ditekuk
kemudian angkat panggul dan bokong, dan
posisi janin yaitu menarik lutut kearah dada
sambil memeluk bantal atau botol berisi air
hangat di perut), melakukan aktivitas seharihari yang ringan juga membantu melupakan
rasa sakit, Cukup tidur karena kurang tidur
menyebabkan kelelahan sehingga lebih sensitif
terhadap sakit.
Dari hasil penelitian mengenai amenore
pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
tidak mengalami amenore. Menurut Manuaba
(2009), Amenorea adalah keterlambatan
menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-turut.
Amenore primer umumnya mempunyai sebab
yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital
dan kelainan-kelainan genetik. Adanya
Amenore sekunder lebih menunjuk kepada
sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan
wanita, seperti gangguan metabolisme, tumor,
penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau
tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan,
dan gangguan gizi dimana berat badan rendah
untuk tinggi badan (IMT kurang).
Setelah dilakukan tabulasi silang antara
IMT dengan amenore di dapatkan data
mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya seluruh IMT normal
tidak mengalami amenore . Hal ini
menunjukkan bahwa remaja dengan IMT
kurus dan gemuk lebih berpotensi mengalami
amenore. Sesuai dengan pendapat Hupitoyo
(2011), pada remaja dengan IMT kurus sekresi
estrogen menurun sehingga FSH (Follicle
29
Stimulating
Hormon)
tidak
mampu
membentuk folikel yang matang kemudian
tidak terjadi menstruasi. Sedangkan pada
remaja dengan IMT gemuk jumlah estrogen
dalam darah meningkat akibat meningkatnya
jumlah lemak tubuh. Kadar estrogen yang
tinggi memberikan umpan balik negatif
terhadap hormon FSH (follicle stimulating
hormone) melalui sekresi protein inhibin yang
menghambat
hipofisis
anterior
untuk
menyekresikan FSH (follicle stimulating
hormone). Adanya hambatan sekresi pada FSH
(follicle stimulating hormone) menyebabkan
terganggunya proliferasi folikel sehingga tidak
terbentuk folikel yang matang. Hal inilah yang
menjadi dasar mekanisme panjangnya siklus
menstruasi atau ketidak hadiran menstruasi.
Terapi umum yang dapat dilakukan untuk
menangani amenore yaitu dengan dilakukan
tindakan memperbaiki keadaan kesehatan,
termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam
lingkungan yang sehat dan tenang, dan
pengurangan berat badan pada wanita dengan
obesitas (Wiknjosastro, 2012).
Dari
hasil
penelitian
mengenai
oligomenore pada mahasiswa tingkat 1 di
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas
tidak mengalami oligomenore.
Oligomenore adalah menstruasi yang jarang
atau siklusnya panjang yakni siklus lebih dari
35 hari (Manuaba, 2009). Oligomenore dapat
terjadi akibat dari perpanjangan stadium
follikuler, perpanjangan stadium luteal, kedua
stadium tersebut menjadi panjang. Penyebab
yang sering terjadi pada remaja ialah
anovulasi, adapun faktor lain yang dapat
menyebabkan oligomenore yaitu ansietas
(kecemasan yang berlebihan) dan stres,
penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya
di tempat kerja dan lingkungan, status
penyakit, nutrisi yang buruk, olahraga berat,
penurunan berat badan yang signifikan, dan
adanya gangguan fungsi tiroid atau adrenalin.
Setelah dilakukan tabulasi silang antara
IMT dengan oligomenore didapatkan data
mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya mayoritas IMT gemuk
tidak mengalami oligomenore . Namun dari
data tersebut juga ditemukan mahasiswa
dengan IMT kurus mayoritas mengalami
oligomenore. Dari analisa data tersebut dapat
disimpulkan bahwa remaja dengan IMT kurus
lebih berpotensi mengalami oligomenore. Hal
ini dikarenakan remaja dengan IMT kurus
berpotensi mengalami penurunan kadar
gonadotropin sehingga sekresi FSH (Follicle
Stimulating Hormon) serta hormon estrogen
dan progesteron juga mengalami penurunan
yang akan berdampak pada gangguan siklus
menstruasi yang terlalu lama atau disebut
Oligomenore.
Pilihan untuk memelihara kesehatan
jangka panjang perlu mendapat peninjauan,
dengan diskusi yang jujur tentang gaya hidup,
diet, dan kemungkinan terapi sulih hormon
dapat membantu mengatasi oligomenore.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa
Pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
IMT normal dan gemuk mengalami
dysmenorhoe, mahasiswi dengan IMT normal
tidak ada yang mengalami amenore, dan IMT
gemuk tidak mengalami oligomenore
SARAN
Melihat masih tingginya gangguan
menstruasi pada remaja, maka sebagai bidan
hendaknya melakukan penyuluhan mengenai
cara atau tips untuk mengurangi keluhan
tersebut pada remaja, dengan berperilaku
hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan
seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam
lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi
berat badan pada wanita dengan obesitas, olah
raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang.
Selain itu khususnya sebagai remaja juga harus
dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk
menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita
sebagai tonggak kehidupan yang akan
melahirkan generasi kehidupan
DAFTAR PUSTAKA
Anton. 2012. Bayi Besar (Makrosomia).
Tersedia
di
:
<http://tropicalslive.blogspot.com>
(Diakses tanggal 16 Mei 2013).
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas
Normal. Jakarta : EGC.
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC.
Budjianto, D., 2005. Metode Penelitian.
Surabaya: P3SKK.
Cunningham, F., 2005. Obstetri William.
Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2011. Skenario Percepatan
Penurunan AKI. Tersedia di :
<http://www.kesehatanibu.depkes.go.
id> (Diakses tanggal 3 Juni 2013).
30
Diah, Y., 2013. Perdarahan Post Partum.
Tersedia di : <http://yessydiah.
wordpress.com> (Diakses tanggal 29
April 2013).
Dinkes Jatim. 2010. Profil Kesehatan Propinsi
Jawa Timur 2010. (pdf). Tersedia di :
<http
://
www.dinkes.jatimprov.go.id>
(Diakses tanggal 18 April 2013).
Farid. 2013. Jurnal Pendidikan Bidan. Tersedia
di
:
<http://www.jurnalpendidikanbidan.c
om> (Diakses tanggal 29 April 2013).
Farrer, H., 2001. Perawatan Maternitas Edisi
2. Jakarta : EGC.
Gant dan Cuningham. 2010. Dasar - dasar
Ginekologi dan Obstetri. Jakarta.
EGC
Hidayat, A., 2006. Metode Penelitian
keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Kaban, H., 2013. Data Angka Kematian Ibu
Hamil Menurut WHO. Tersedia di :
<http://www.scribd.com> (Diakses
tanggal 18 April 2013).
Kosim, dkk., 2003. Managemen Masalah bayi
Baru Lahir untuk Dokter, Bidan,
Perawat di Runah Sakit. Jakarta :
IDAI
Manuaba, I.B.G., 2010. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Rasyid, A., 2013. Asuhan Keperawatan
Perdarahan Post Partum. Tersedia di
:
<http://asuhankeperawatankesehatan.
blogspot.com> (Diakses tanggal 29
April 2013).
Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
Saifuddin, A.B., 2011. Ilmu Bedah Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :
EGC.
Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Edisi
2. Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Soekarno, R., 2013. Angka Kematian Ibu
Melahirkan Menurun. Tersedia di :
<http://www.beritajatim.com>
(Diakses tanggal 18 April 2013).
Sofian , A., Ed., 2011. Sinopsis Obstetri.
Jakarta : EGC.
Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan
pada
Ibu
Nifas.
Yogyakarta : Salemba Medika.
Surasmi, dkk. 2003. Perawatan Bayi risiko
Tinggi. Jakarta : EGC
Suyanto dan Ummi, S., 2009. Riset Kebidanan
Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta
: Salemba Medika.
Syamsi, R. Ed., 2009. Obstetri dan Ginekologi
Edisi 2. Jakarta : EGC
Ujiningtyas, S.H., 2009. Asuhan Keperawatan
Persalinan Normal. Yogyakarta :
Salemba Medika
Varney, H., 2006. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta : EGC.
Wahap, S. Ed., 1999. Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : EGC
Wiknjosastro H., 2008. Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yuliawardhani. 2011. Bayi Besar. Tersedia di
: <http://tiayuliawardhanimidwifeisme.blogspot.com> (Diakses tanggal
16 Mei 2013)
.
31
Download