GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI (DISMENORHOE, AMENORHOE, OLIGOMENORHOE) PADA MAHASISWA TINGKAT I AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA Sugiarti* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : [email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Menstruasi adalah perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai dekuamasi endometrium. Dari survey pendahuluan di Akademi Kebidanan Griya Husada surabaya pada bulan Agustus tahun 2013 terdapat 93% mahasiswa mengalami dysmenorhoe dan 73% mahasiswa mengalami gangguan siklus Menstruasi (amenore dan oligomenore), dimana angka kejadian tersebut tidak sesuai dengan angka toleransi kejadian dysmenorhoe diharapkan tidak melebihi 40%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran IMT dengan gangguan Menstruasi (dysmenorhoe, amenore, oligomenore) pada mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya husada Surabaya Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan IMT dengan gangguan menstruasi mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Tahun Ajaran 2013, populasinya adalah seluruh mahasiswa tingkat 1 sebanyak 52 orang, dan seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Hasil: Hasil penelitian mayoritas mahasiswa dengan IMT normal sebanyak 76,19%, yang mengalami dysmenorhoe sebanyak 61,90%, yang mengalami amenore sebanyak 4,73%, dan yang mengalami oligomenore sebanyak 30,16%. Hasil tabulasi silang mahasiswa dengan IMT normal dan gemuk mayoritas mengalami dysmenorhoe sebanyak 66,67%, IMT kurus mayoritas mengalami amenore sebanyak 22,22%, dan IMT kurus mayoritas mengalami oligomenore sebanyak 55,56%. Diskusi: Masih banyak mahasiswa yang mengalami dysmenorhoe dengan IMT normal dan IMT gemuk. Untuk mengurangi gangguan Menstruasi pada remaja hendaknya melakukan olah raga secara tertaur, menjaga gizi seimbang, dan hindari stres. Kata Kunci: : IMT, Dysmenorhoe, Amenore, Oligomenore. PENDAHULUAN Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan Menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010) Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun (Wiknjosastro, 2012). Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus Menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus Menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga 25 pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklus Menstruasi tidak terlalu sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip dari Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32 hari. Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik. (Wiknjosastro, 2012) Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea), perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan dengan haid (premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea). Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang gangguan Menstruasi amenore, oligomenore, dan dysmenorhoe. Amenorea adalah keadaan tidak adanya Menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut. Dianggap Amenore primer bila wanita tidak pernah mendapat daur Menstruasi dan Amenore sekunder bila ia telah mengalami daur Menstruasi sebelumnya tetapi tidak lama. Amenore primer umumnya mempunyai sebabsebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan Gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. (Corwin, E. 2009) Oligomenore adalah siklus Menstruasi yang lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah dinamakan amenore. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan oligomenore yaitu ansietas (kecemasan yang berlebihan) dan stres, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit, nutrisi yang buruk, olahraga berat, penurunan berat badan yang signifikan, dan adanya gangguan fungsi tiroid atau adrenalin. (Wiknjosastro, 2012) Kelainan siklus Menstruasi seperti oligomenorea dan amenorea merupakan penyebab infertilitas. Disfungsi ovulasi berjumlah 10 – 25 % dari kasus infertilitas wanita. Amenorea terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi. Pada kasus oligomenorea angka kejadian berkisar antara 1 – 5% (www.klikdokter.com akses). Dysmenorhoe adalah Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram (Varney, 2006). Dysmenorrhoe atau nyeri haid dibagi atas dysmenorrhoe primer dan dysmenorrhoe sekunder. Dysmenorrhoe primer yaitu dysmenorrhoe yang tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik. Sedangkan dysmenorrhoe sekunder disebabkan oleh adanya kelainan ginekologik seperti salpingitis, endometriosis dan adenomiosis uteri (Wiknjosastro, H., 2009). Angka toleransi kejadian dysmenorrhoe diharapkan tidak melebihi 40%. Angka toleransi yang akan dicapai pada kesehatan reproduksi remaja, diharapkan prevalensi permasalahan remaja secara umum dapat menurun (Depkes RI, 2005). Dari survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2013 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya sebanyak 15 mahasiswa didapatkan 10 (66%) mahasiswa dengan berat badan normal, 3 (20%) mahasiswa dengan badan kurus, dan 2 (13%) mahasiswa dengan badan gemuk. Dari 10 (66%) mahasiswa yang berat badannya normal didapatkan 1 (6%) mahasiswa yang tidak mengalami gangguan Menstruasi dan 9 (60%) mahasiswa yang mengalami gangguan Menstruasi, yaitu amenore dan dysmenorhoe 3 (20%) mahasiswa, oligomenore dan dysmenorhoe 3 (20%) mahasiswa serta dysmenorhoe 3 (20%) mahasiswa. Sedangkan yang kurus didapatkan 3 (20%) mahasiswa yang mengalami gangguan Menstruasi (oligomenore dan dysmenorhoe). Kemudian yang gemuk (obesitas) didapatkan 2 (13%) mahasiswa yang mengalami gangguan Menstruasi (amenore dan dysmenorhoe). Diharapkan semua wanita mengalami siklus Menstruasi yang teratur serta angka toleransi kejadian dysmenorrhoe diharapkan tidak melebihi 40%. Tetapi pada kenyataannya didapatkan sebesar 73% mahasiswa yang siklus Menstruasinya tidak teratur serta 93% 26 mahasiswa yang mengalami gangguang dysmenorrhoe. Faktor –faktor yang menyebabkan gangguan Menstruasi yaitu (1) Faktor psikologis, seperti tekanan hidup, stres, kecemasan, kelelahan fisik maupun psikis. (2) Gangguan yang bersifat hormonal yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen maupun hormon progesteron dan prostaglandin. (3) Hormon Prolaktin berlebih, meningkatnya hormon prolaktin secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan progesteron. (4) Kenaikan atau berkurangnya berat badan secara signifikan. (5) Status gizi (kurus jika IMT < 17,0 dan obesitas jika IMT > 27,0) akan mempengaruhi kerja berupa peningkatan, keseimbangan ataupun penurunan hormon. (6) Kelainan organik seperti radang, tumor, trauma dan sebagainya (S, A ; Wiknjosastro, 2012). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, dan ibu hamil. (Supariasa, 2001) Pada perempuan yang obesitas (IMT > 27,0) tentunya akan meningkatkan kerja organorgan tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Hal ini tentunya akan berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh berupa peningkatan maupun penurunan progesteron, estrogen, LH (Luetezing Hormon), dan FSH (Foklikel Stimulating Hormon). Kekurangan faktor nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi. Hal ini akan diketahui apabila seseorang mengalami perubahanperubahan hormon tertentu yang ditandai dengan penurunan berat badan yang mencolok (kurus IMT < 18,5). Hal ini terjadi karena kadar gonadotropin dalam serum dan urine menurun serta penurunan pola sekresinya dan kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi hipotalamus. Dampak dari gangguan Menstruasi (Oligomenorea dan amenorea), yaitu perempuan dapat memiliki potensi sulit hamil karena tidak terjadi ovulasi. Selain itu juga akan mempengaruhi kecemasan orang tua karena dikhawatirkan terjadi kehamilan pada putrinya. Dampak kejadian dysmenorrhoe mempengaruhi lebih dari 50% wanita dan menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas harian selama 1-3 hari setiap bulannya pada sekitar 10% wanita. Ketidakhadiran remaja di sekolah akibat dysmenorrhoe mencapai kurang lebih 25% (Manuaba, 2009 ; Reeder,2011). Adapun upaya untuk mengatasi terjadinya gangguan menstruasi tersebut antara lain : memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, serta pemberian estrogen dan progesteron. (Wiknjosastro, 2012) Dari latar belakang dan survey pendahuluan tersebut dapat ditarik suatu masalah yaitu masih banyaknya gangguan siklus Menstruasi pada mahasiswa Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya yaitu sebesar 73% mahasiswa, dan gangguan dysmenorhoe sebesar 93% mahasiswa, dimana angka kejadian ini tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu setiap wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur serta angka toleransi kejadian dysmenorrhoe diharapkan tidak melebihi 40%. BAHAN DAN METODE Metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan IMT dengan gangguan menstruasi (dysmenorhoe, amenore, dan oligomenore) pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Tahun Ajaran 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Tahun ajaran 2013 sebesar 52 mahasiswa. Sampel penelitian adalah keseluruhan populasi. Sampling dilakukan dengan Non Probability dengan teknik total sampling. Waktu penelitian yaitu dilakukan pada bulan September sampai bulan Januari 2014. HASIL Data Frekuensi IMT pada Mahasiswa Tingkat 3I menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas IMT normal sebanyak 37 orang (76,19%) 27 Data Frekuensi Dismenorhoe pada Mahasiswa Dari data kejadian Diemenorhoe, Amenorhoe Tingkat I menunjukkan bahwa mahasiswa dan Oligomenorhor yang diperoleh dalam tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada pengumpulan data, dilakukan tabulasi silang Surabaya mayoritas mengalami dysmenorhoe seperti pada tabel dibawah ini. sebanyak 34 orang (61,90%). Data Frekuensi Amenorhoe pada Mahasiswa Tingkat I menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas tidak mengalami amenore sebanyak 49 orang (95,24%). Data Frekuensi Oligomenrhoe pada mahasiswa Tingkat I di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas tidak mengalami oligomenore sebanyak 39 orang (69,84%). Tabel 1 Tabulasi Silang antara IMT dengan Dysmenorhoe pada Mahasiswa Tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun 2013 Dysmenorhoe IMT Kurus Normal Gemuk Jumlah Dysmenorhoe 3 27 4 34 Total Tidak Dysmenorhoe 6 10 2 18 % 33,33 66,67 66,67 61,90 % 66,67 33,33 33,33 38,10 % 9 37 6 52 100 100 100 100 Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti Dari tabel 1 di atas dapat disimpulkan dysmenorhoe sebanyak 66,67% dibandingkan bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi dengan IMT kurus yang mengalami Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas dysmenorhoe sebanyak 33,33%. IMT normal dan gemuk mengalami Tabel 2 Tabulasi Silang antara IMT dengan amenore pada Mahasiswa Tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun 2013 Amenore Amenore IMT 2 1 3 Kurus Normal Gemuk Jumlah Total Tidak Amenore % 22,22 16,67 4,76 7 37 5 49 % 77,78 100 83,33 95,24 % 9 37 6 52 100 100 100 100 Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti Dari tabel 2 di atas dapat disimpulkan sebanyak 100% dibandingkan dengan IMT bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi gemuk yang tidak mengalami amenore Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas sebanyak 83,33% IMT normal tidak mengalami amenore Tabel 3 Tabulasi Silang antara IMT dengan Oligomenore pada Mahasiswa Tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun 2013 Oligomenore Oligomenore IMT Kurus Normal Gemuk Jumlah 4 8 1 13 % 55,56 27,08 16,67 30,16 Total Tidak Oligomenore 4 30 5 39 % 44,44 72,92 83,33 69,84 % 8 38 6 52 100 100 100 100 28 Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti Dari tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas IMT gemuk tidak mengalami oligomenore sebanyak 83,33% dibandingkan dengan IMT normal yang tidak mengalami oligomenore sebanyak 72,92% PEMBAHASAN Dari hasil penelitian mengenai IMT pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas > 18,5 – 25,0 (Normal). Dari hasil penelitian mengenai dysmenorhoe pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas mengalami dysmenorhoe. Menurut Varney (2006), Dysmenorhoe adalah menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram. Adapun beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dysmenorhoe primer, antara lain : faktor kejiwaan, faktor endokrin, faktor alergi, dan status gizi (IMT). (Bobak, 2004) Setelah dilakukan tabulasi silang antara IMT dengan dysmenorhoe dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas IMT normal dan gemuk mengalami dysmenorhoe. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja dengan IMT gemuk lebih berpotensi mengalami dysmenorhoe, Hal ini dikarenakan ketidak seimbangan status gizi (IMT lebih) dapat menyebabkan ketidak seimbangan hormon, dimana estrogen yang berlebih dapat meningkatkan sekresi hormon prostaglandin sehingga meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, kemudian mengakibatkan iskemi dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Namun pada remaja dengan IMT normal juga tidak menutup kemungkinan untuk mengalami dysmenorhoe, karena selain ketidak seimbangan status gizi (IMT kurang/lebih) banyak faktor lain yang memegang peranan sebagai penyebab dysmenorhoe, antara lain : faktor kejiwaan, faktor endokrin, faktor alergi, faktor organik, kurangnya aktivitas atau olah raga dan ketidak seimbangan asupan gizi, dimana pada umumnya remaja lebih suka makan makanan jajanan yang kurang bergizi seperti makanan instan, goreng-gorengan, coklat, permen, dll. Remaja sering makan diluar rumah bersama teman-teman sehingga waktu makan tidak teratur. Selain itu remaja sering tidak makan pagi karena tergesa-gesa beraktivitas sehingga mengalami lapar dan lemas, keluar keringat dingin, kesadaran menurun sampai pingsan. Adapun tips untuk mengurangi keluhan dysmenorhoe menurut Apriel M, (2012) antara lain : Mengonsumsi makanan tinggi kalsium, lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah, mandi dengan air hangat, olahraga, beberapa posisi senam yang dapat menghilangkan kram (posisi merangkak, mengangkat punggung ke atas setinggitingginya, berabaring dengan lutut ditekuk kemudian angkat panggul dan bokong, dan posisi janin yaitu menarik lutut kearah dada sambil memeluk bantal atau botol berisi air hangat di perut), melakukan aktivitas seharihari yang ringan juga membantu melupakan rasa sakit, Cukup tidur karena kurang tidur menyebabkan kelelahan sehingga lebih sensitif terhadap sakit. Dari hasil penelitian mengenai amenore pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas tidak mengalami amenore. Menurut Manuaba (2009), Amenorea adalah keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-turut. Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan rendah untuk tinggi badan (IMT kurang). Setelah dilakukan tabulasi silang antara IMT dengan amenore di dapatkan data mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya seluruh IMT normal tidak mengalami amenore . Hal ini menunjukkan bahwa remaja dengan IMT kurus dan gemuk lebih berpotensi mengalami amenore. Sesuai dengan pendapat Hupitoyo (2011), pada remaja dengan IMT kurus sekresi estrogen menurun sehingga FSH (Follicle 29 Stimulating Hormon) tidak mampu membentuk folikel yang matang kemudian tidak terjadi menstruasi. Sedangkan pada remaja dengan IMT gemuk jumlah estrogen dalam darah meningkat akibat meningkatnya jumlah lemak tubuh. Kadar estrogen yang tinggi memberikan umpan balik negatif terhadap hormon FSH (follicle stimulating hormone) melalui sekresi protein inhibin yang menghambat hipofisis anterior untuk menyekresikan FSH (follicle stimulating hormone). Adanya hambatan sekresi pada FSH (follicle stimulating hormone) menyebabkan terganggunya proliferasi folikel sehingga tidak terbentuk folikel yang matang. Hal inilah yang menjadi dasar mekanisme panjangnya siklus menstruasi atau ketidak hadiran menstruasi. Terapi umum yang dapat dilakukan untuk menangani amenore yaitu dengan dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, dan pengurangan berat badan pada wanita dengan obesitas (Wiknjosastro, 2012). Dari hasil penelitian mengenai oligomenore pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas tidak mengalami oligomenore. Oligomenore adalah menstruasi yang jarang atau siklusnya panjang yakni siklus lebih dari 35 hari (Manuaba, 2009). Oligomenore dapat terjadi akibat dari perpanjangan stadium follikuler, perpanjangan stadium luteal, kedua stadium tersebut menjadi panjang. Penyebab yang sering terjadi pada remaja ialah anovulasi, adapun faktor lain yang dapat menyebabkan oligomenore yaitu ansietas (kecemasan yang berlebihan) dan stres, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit, nutrisi yang buruk, olahraga berat, penurunan berat badan yang signifikan, dan adanya gangguan fungsi tiroid atau adrenalin. Setelah dilakukan tabulasi silang antara IMT dengan oligomenore didapatkan data mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas IMT gemuk tidak mengalami oligomenore . Namun dari data tersebut juga ditemukan mahasiswa dengan IMT kurus mayoritas mengalami oligomenore. Dari analisa data tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja dengan IMT kurus lebih berpotensi mengalami oligomenore. Hal ini dikarenakan remaja dengan IMT kurus berpotensi mengalami penurunan kadar gonadotropin sehingga sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormon) serta hormon estrogen dan progesteron juga mengalami penurunan yang akan berdampak pada gangguan siklus menstruasi yang terlalu lama atau disebut Oligomenore. Pilihan untuk memelihara kesehatan jangka panjang perlu mendapat peninjauan, dengan diskusi yang jujur tentang gaya hidup, diet, dan kemungkinan terapi sulih hormon dapat membantu mengatasi oligomenore. SIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas IMT normal dan gemuk mengalami dysmenorhoe, mahasiswi dengan IMT normal tidak ada yang mengalami amenore, dan IMT gemuk tidak mengalami oligomenore SARAN Melihat masih tingginya gangguan menstruasi pada remaja, maka sebagai bidan hendaknya melakukan penyuluhan mengenai cara atau tips untuk mengurangi keluhan tersebut pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan generasi kehidupan DAFTAR PUSTAKA Anton. 2012. Bayi Besar (Makrosomia). Tersedia di : <http://tropicalslive.blogspot.com> (Diakses tanggal 16 Mei 2013). Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Budjianto, D., 2005. Metode Penelitian. Surabaya: P3SKK. Cunningham, F., 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC. Depkes RI. 2011. Skenario Percepatan Penurunan AKI. Tersedia di : <http://www.kesehatanibu.depkes.go. id> (Diakses tanggal 3 Juni 2013). 30 Diah, Y., 2013. Perdarahan Post Partum. Tersedia di : <http://yessydiah. wordpress.com> (Diakses tanggal 29 April 2013). Dinkes Jatim. 2010. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2010. (pdf). Tersedia di : <http :// www.dinkes.jatimprov.go.id> (Diakses tanggal 18 April 2013). Farid. 2013. Jurnal Pendidikan Bidan. Tersedia di : <http://www.jurnalpendidikanbidan.c om> (Diakses tanggal 29 April 2013). Farrer, H., 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC. Gant dan Cuningham. 2010. Dasar - dasar Ginekologi dan Obstetri. Jakarta. EGC Hidayat, A., 2006. Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba medika. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Kaban, H., 2013. Data Angka Kematian Ibu Hamil Menurut WHO. Tersedia di : <http://www.scribd.com> (Diakses tanggal 18 April 2013). Kosim, dkk., 2003. Managemen Masalah bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan, Perawat di Runah Sakit. Jakarta : IDAI Manuaba, I.B.G., 2010. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Rasyid, A., 2013. Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum. Tersedia di : <http://asuhankeperawatankesehatan. blogspot.com> (Diakses tanggal 29 April 2013). Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Saifuddin, A.B., 2011. Ilmu Bedah Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : EGC. Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Soekarno, R., 2013. Angka Kematian Ibu Melahirkan Menurun. Tersedia di : <http://www.beritajatim.com> (Diakses tanggal 18 April 2013). Sofian , A., Ed., 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Salemba Medika. Surasmi, dkk. 2003. Perawatan Bayi risiko Tinggi. Jakarta : EGC Suyanto dan Ummi, S., 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta : Salemba Medika. Syamsi, R. Ed., 2009. Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta : EGC Ujiningtyas, S.H., 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Yogyakarta : Salemba Medika Varney, H., 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Wahap, S. Ed., 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Wiknjosastro H., 2008. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yuliawardhani. 2011. Bayi Besar. Tersedia di : <http://tiayuliawardhanimidwifeisme.blogspot.com> (Diakses tanggal 16 Mei 2013) . 31