BAB I 1.1. Latar Belakang Kajian tentang perempuan merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kajian tentang perempuan merupakan suatu kajian yang tidak habishabisnya dan banyak menarik perhatian para ahli. Hal ini terbukti dengan
banyaknya berbagai penelitian selama ini terhadap masalah perepuan terutama
tentang peranan perempuan dalam ekonomi rumah tangga. Namun penelitian
tentang peranan perempuan ini selalu kembali kepada kenyataan bahwa tidak ada
defenisi yang seragam mengenai peranan perempuan, tetapi selalu kebudayaan
tertentu. Perempuan sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan,
kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, dan potensinya sendiri. Menurut pandangan
psikologis humanistik, yang menenkankan nilai positif manusia, perempuan juga
membutuhkan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin demi pengembangan
dirinya, yaitu sesuatu yang pada akhirnya juga membawa dampak positif pada
pengembangan umat manusia secara umum ( E. K. Poewandari, 1995 : 314 ).
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa perbedaan-perbedaan yang mendasar
antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Salah satunya adalah
presentase keterlibatan di pasar tenaga kerja, perempuan masih tertinggal
jumlahnya daripada laki-laki. Alasan yang lain adalah persoalan jenis pekerjaan,
perempuan biasanya terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang dianggap kurang
terampil, kurang stabil (mudah mengalami penyusutan), berupa relatif lebih
rendah daripada laki-laki dan kemungkinan untuk naik jenjang sangat kecil.
Pekerja perempuan yang terlibat dalam sektor informal, biasanya berasal dari
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. Di mana
bekerja menjadi suatu strategi menghadapi tekanan ekonomi sekaligus
mewujudkan rasa tanggungjawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah
tangganya. Adapun alasan lain mengapa perempuan ingin bekerja ialah karena
mereka ingin memiliki uang sendiri dan agar biasa mengambil keputusan sendiri
tanpa harus minta izin atau berembug dengan suami (Abdullah, 1997 : 230)
Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa dari tahun ke tahun, makin
banyak perempuan yang berperan ganda. Sebagian perempuan bekerja karena
memang kondisi rumah tangga yang menuntut agar mereka ikut berperan serta
dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan sebagian lagi bekerja
untuk kepentingan diri sendiri, yaitu untuk kepuasan batin dan sarana aktualisasi.
Bagi sebagian wanita dengan kelas ekonomi menengah ke atas, bekerja dianggap
sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dengan dunia luar. Untuk kalangan
perempuan dengan kelas ekonomi bawah, sebetulnya peran ganda bukan suatu
hal yang baru. Sejak dulu mereka biasa bekerja sambil tetap mengasuh anak
sehingga punya suami ataupun tidak, mereka tetap dituntut untuk bekerja guna
mencukupi kebutuhan. Sehingga pada situasi ini perempuan akan tersudutkan
pada kondisi yang sulit, karena bekerja di satu sisi bagi mereka adalah suatu
keharusan, maka seringkali memaksa mereka menerima pekerjaan tanpa
pertimbangan yang matang, apapun jenis pekerjaan itu.
Hal ini biasanya diakibatkan akses terhadap lapangan pekerjaan dan
rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki. Kaum perempuan dirasakan akan
semakin sulit untuk berkompetisi, terutama dengan kaum laki-laki. Akhirnya
mengakibatkan banyak perempuan yang masih tertinggal, khususnya dalam sektor
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Sehingga keadaan semacam inilah yang akhirnya membua “ bargaining
power “. perempuan menjadi lemah, dan mereka terpaksa menerima jenis
pekerjaan yang sebetulnya kurang disukai atau bahkan dianggap kurang sesuai
dengan kodratnya sebagai perempuan. Situasi ini akhirnya juga menempatkan
perempuan sebagai pihak yang mudah untuk dipemainkan pihak lain, seperti
mandor, calo, dan para pengusaha.
Banyak perempuan yang memilih pekerjaan sektor informal. Biasanya
jenis pekerjaan yang mereka geluti adalah jenis pekerjaan yang dekat dengan
aktivitas
kesehariannya seorang perempuan, seperti : berdagang, membuka
warung, menjahit pakaian, menjadi pekerja salon, dan sebagainya. Namun
kenyataannya sekarang, tidak ada lagi pembatasan tempat di mana perempuan
tidak dapat bekerja. Hal ini dilihat dari pekerjaan-pekerjaan perempuan sekarang
yang menggeluti bidang yang dahulu diketahui sebagai lahannya kaum lelaki,
antara lain : penjaga pom bensin, supir angkutan umum, tukang becak, tukang
bengkel, dan penjaga parkir. Untuk kawasan yang relatif maju dan berpenduduk
cukup besar di Indonesia, Kota Medan merupakan salah satu kota yang banyak
menjanjikan peluang untuk berusaha dan bekerja. Salah satunya adalah sebagai
penjaga parkir. Kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang merupakan imbas dari globalisasi.
Masyarakat dengan berbagai kultur secara sengaja tidak akan berperan sebagai
pencipta dan pengguna teknologi. Salah satunya adalah perkembangan tingkat
pembangunan seperti mall, ruko, indomaret, rumah makan dan lain-lain tidak
memberikan peluang bagi perempuan untuk bekerja sebagai penjaga parkir.
Universitas Sumatera Utara
Pada kasus perempuan yang berprofesi sebagai penjaga parkir, mereka
masih dianggap aneh dan dipadang sebelah mata oleh sebagian kalangan
masyarakat. Hal ini bukan hanya menyangkut pergeseran isu perempuan feminin,
namun juga anggapan bahwa perempuan sedikit banyak akan mengalami kendala
dengan situasi sosial yang notabene masih jarang dikerjakan oleh kaum hawa.
Belum lagi hal ini dikaitkan dengan pandangan perempuan sendiri yang pada
faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi
lahannya laki-laki, apalagi pekerjaan sebagai penjaga parkir. Hal ini sedikit
banyak juga berkaitan dengan fakta bahwa dunia kerja laki-laki itu identik dengan
kekerasan dan persaingan. Sehingga apabila kaum perempuan memasukinya
mungkin akan ada potensi untuk dilecehkan dan mendapat berbagai stereotipe
negatif pada mereka.
Fenomena ini bukan hanya memperlihatkan pergeseran peran yang terjadi
antara laki-laki dan perempuan dalam sektor publik, namun juga anggapan yang
selama ini dikonstruksikan dalam masyarakat, bahwa perempuan adalah sosok
feminin, lemah, dan harus dilindungi ternyata berangsur-angsur bergeser.
Sekarang perempuan juga dituntut harus mampu “ menghandle”
jaman dan
berbagai persoalan hidup yang semakin kompleks.
Keadaan ini semakin menarik bukan hanya karena jenis pekerjaannya
cukup “menantang “ tapi juga kita ketahui bersama bahwa pada sebagian besar
masyarakat (keluarga) di Indonesia masih sangat kental budaya patriakhinya,
tidak terkecuali di Kota Medan. Di mana budaya ini selalu mengedepankan
kepentingan dan pendapat dari ayah/ anak laki-laki daripada perempuan. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
perempuan jarang diberi kesempatan, hak, dan kebebasan mengeluarkan pendapat
atau kehendak termasuk dalam hal memilih jenis pekerjaan.
Di Kota Medan sendiri, kebebasan perempuan yang berprofesi penjaga
parkir biasa dibilang belum begitu mendapat sorotan. Hal ini selain dikarenakan
jumlah mereka yang memang sedikit, juga karena daerah atau tempat kerja
(parkiran) mereka yang memang berbeda satu sama lain, sehingga sulit untuk
menemukan mereka berada di suatu tempat yang sama. Daerah atau tempat kerja
mereka di wilayah Kota Medan, antar lain : Medan Baru, Daerah Medan Petisah,
Lapangan Merdeka, dan daerah padang bulan dan lainya. Memang nantinya masih
banyak tantangan yang akan didapat kelompok tersebut karena mereka dianggap “
mencuri “ lahannya laki-laki, yag didukung oleh faktor-faktor cultural dan sosial
yang juga akan menghambat kemajuan perempuan. Untuk itu dituntu suatu
keberanian dan daya juang yang tinggi bagi seorang perempuan tukang becak
untuk meruntuhkan berbagai anggapan miring tersebut dan selanjutnya
merekosntruksi anggapan yang baru, yang mana anggapan yang tidak
menyudutkan perempuan.
Sehingga diharapkan perbedaan gender yang melahirkan berbagai peran
bagi setiap orang, tidak lagi menimbulkan berbagai permasalahan ketidakadilan,
seperti pelecehan seksual, stereotipe,marginalisasi, ataupun eksploitasi pada
perempuan. Termasuk dalam situasi perempuan yang bekerja sebagai penjaga
parkir. Untuk itu saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk melihat kegiatan dan
interaksi perempuan penjaga parkir ini sehari-hari, baik antara sesama penjaga
parkir perempuan maupun dengan penjaga parkir laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Guna
mengetahui
dan
mendalami
berbagai
keuntungan
ataupun
permasalahan yang mungkin akan timbul karena jenis pekerjaan yang mereka
geluti jauh dari bayangan dan harapan perempuan kebanyakan. Apalagi kasus ini
belum begitu banyak mendapat sorotan dari masyarakat, khususnya masyarakat di
Kota Medan, bahkan masih banyak pihak yang belum mengetahuinya. Namun
yang lebih penting, diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat membuka
cakrawala dan pemikiran masyarakat umum tentang bagaimana kegiatan,
interaksi, dan hubungan kerja di tempat kerja mereka dan tingginya daya juang
yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan.
1.2.. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana interaksi sosial penjaga parkir perempuan dengan penjaga parkir
laki- laki?
2. Bagaimana pandangan masyarakat setempat terhadap penjaga parkir
perempuan?.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas maka yang menjadi
tujuan penelitian adalah :
1. Untuk melihat dan megetahui interaksi sosial penjaga parker perempuan
dengan penjaga parker laki- laki
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap penjaga parkir perempuan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini yang diharapkan adalah :
1. Memberikan manfaat peneliti agar lebih memahami permasalahan yang
mungkin dialami oleh perempuan penjaga parkir dalam ruang lingkungan
keluarga dan pekerjaannya.
2. Sebagai sumbangan bagi
masyarakat agar lebih
mengetahui dan
memperluas wacana seputar kehidupan perempuan penjaga parkir dan agar
posisi perempuan dalam keluarga, pekerjaan, dan lingkungan sekitarnya
mendapat tempat yang layak, dihormati, dan diberi kesempatan yang sama
dengan laki-laki untuk berkompetisi dan maju.
1.5. Lokasi Penelitian
Secara umum, penelitian ini akan dilakukan di Kota Medan, yaitu di
daerah kecamatan Medan Baru Kelurahan Babura. Yang meliputi jalan Abdulah
Lubis, jalan Iskandar Muda, Bank BRI, Kantor pos, sekitar Kampus Medicom dan
sekitar pasar Pringgan. adapun tempat-tempat lain yang menjadih lokasi penelitian
di Kecamatan lain peneliti hanya memperkuat data-data yang menjadih lokasi
penelitian. Adapun alasan pemilihan lokasi ini sebagai lokasi penelitian ialah
karena sejauh ini peneliti melihat di daerah tersebut dapat dijumpai perempuan
yang berprofesi sebagai penjaga parkir yang tetap.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Tinjauan Pustaka
Kebutuhan sosial ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam
perekonomian
suatu
kelompok
masyarakat,
dimana
aspek-aspek
yang
dimaksudkan adalah sebagai bentuk interaksi antara individu yang satu dengan
individu lainnya. Aspek sosial ini sangat berpengaruh terhadap sistem
perekonomian dan perilaku masyarakat itu sendiri. Sehingga aspek sosial ekonomi
adalah seluruh aspek sosial yang ada dalam kehidupan ekonomi manusia termasuk
di dalamnya adalah penjaga parkir.
Objek kajian penelitian sosial adalah gejala-gejala sosial atau kenyataankenyataan sosial. Dalam hal ini manusia tidak dilihat dari kenyataan fisik dan
biologis, melainkan sebagai mahluk sosial (I Made Wirartha, 2006 : 87). Oleh
sebab itu hendaknya masyarakat melihat penjaga parkir perempuan selayaknya
sebagai mahluk sosial, layaknya laki-laki sebagai penjaga parkir.
Penjaga parkir adalah profesi yang berkaitan dengan ketertiban. Dalam hal
ini, penjaga parkir adalah pekerjaan atau profesi yang bertugas untuk merapikan
dan menjaga kendaraan, agar kendaraan dapat parkir dengan tertib dan aman.
Pada umumnya masyarakat memandang bahwa pekerjaan penjaga parkir
merupakan pekerjaan yang dipegang oleh kaum laki-laki. Namun tak dapat
dipungkiri, dengan tuntutan kebutuhan yang mendesak, kaum perempuan juga tak
kalah dengan kaum laki-laki dalam memerankan pekerjaan ini.
Kenyataan tersebut tak terlepas dari adanya konsep gender yang mulai
sering menjadi wacana dalam masyarakat. Konsep gender merupakan suatu
konsep yang memberikan penjelasan tentang peran laki-laki dengan perempuan
Universitas Sumatera Utara
yang dibentuk secara sosial dan budaya. Julia Celves Mosse mengatakan bahwa
gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater,
menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminism atau maskulin.
Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap,
kepribadian, pekerjaan di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas,
tanggungjawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama mengoles peranan
gender . Menurut ilmu Antropologi dan ilmu Sosiologi, Gender itu sendiri adalah
perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah
dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu
tertentu.
Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah
pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki
mempunyai penis, memproduksi sperma dan mengahamili, sementara perempuan
mengalami menstruasi, bias mengandung dan melahirkan serta menyusui dan
menopause. Sedangkan hubungan gender dengan seks adalah sebagai hubungan
sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu atau
sebaliknya
malah
merugikan,
serta
memiliki
banyak
perbedaan
dan
ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara
masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedaan Suku, Agama, Status
Sosial maupun nilai tradisi dan norma yang dianut.
Istilah gender mencakup peran sosial kaum perempuan dan kaum laki-laki.
Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat penting dalam
menentukan posisi keduanya. Demikian pula, jenis-jenis hubungan yang bisa
berlangsung antara perempuan dan laki-laki akan merupakan konsekuensi dari
Universitas Sumatera Utara
pendefenisian gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan
oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapka oleh kelas,
gender dan suku. Tetapi sebagian perempuan juga hidup dalam keluarga, dan
hubungan gender di dalam keluarga itu mewakili aspek yang amat penting tentang
cara bagaimana perempuan mengalami dunia. Pembuatan keputusan, akses
terhadap sumber daya, pembagian kerja, dan hubungan di luar keluarga biasa jadi
semuanya diputuskan oleh hubungan gender di dalam unit keluarga itu sendiri.
Berbicara tentang gender, tak terlepas dari adanya konsep ideologi gender. di
samping itu juga terdapat berbagai prespektif mengenai gender tersebut. Nunuk P.
Murniati memberikan 3 prespektif gender yaitu prespektif agama, prespektif
budaya, dan prespektif keluarga.
1.6.1. Prespektif Agama
Dalam kehidupan berbudaya, manusia menciptakan berbagai aturan main
untuk mengatur hubungan antar manusia dengan Sang Pencipta. Agama dalam hal
ini merupakan salah satu wujud dari kebudayaan manusia. Seperti hasil budaya
manusia yang lain, agama dikembangkan berdasarkan pola berpikir yang sudah
ada dalam masyarakat. Ideologi gender juga mewarnai munculnya agama-agama
dan perkembangannya. Warna atau pengaruh ini tampak dalam peraturanperaturan agama. Bahkan dalam kitab suci dan ajaran agama, pengaruh itu pun
tampak pula dengan jelas. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya laki – laki
dan perempuan adalah, yaitu sama – sama diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah (Kejadian 1:27), kesetaraan/kesamaan yang dimiliki oleh laki – laki dan
perempuan setelah itu adalah “telah berbuat dosa” dan “kehilangan kemuliaan
Universitas Sumatera Utara
Allah” (Roma 3:23)
dan perempuan diciptakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan laki – laki (Adam) akan “penolong/teman yang sepadan”, bukan
pemuas nafsu, apalagi pesuruh! (Kejadian 2:20-22). Dari beberapa ajaran agama,
dapat diketahui seberapa jauh agama mempunyai andil memantapkan ekses
negatif dari ideologi gender.
Salah satu ekses ideologi gender adalah terbentuknya struktur budaya
patriakhat. Dalam budaya ini, kedudukan perempuan ditentukan lebih rendah
daripada laki-laki. Di dalam masyarakat, terjadi dominasi laki-laki atas perempuan
di berbagai bidang kedudukan. Dalam keluarga, kedudukan suami lebih dominan.
Situasi ini berarti meneguhkan patriarchy private (dalam keluarga). Melalui
perkembangan kapitalisme yang makin matang, patriarchy private menjadi state
patriarchy. Patriarkhi menjadi warna dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan
sosial, manusia mencipatakan aturan-aturan agama sebagai bagian dari struktur
kebudayaan.
1.6.2. Prespektif Budaya
Pada waktu manusia masih berpikir sangat sederhana, mereka belajar dari
yang merek lihat dalam kehidupan. Mereka menentukan pembagian kerja untuk
kelangsungan hidup. Mulailah pembagian kerja atas biologis. Sejarah mencatat
bahwa, sejak zaman itu terjadi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.dari
sini kemudian muncul perbedaan jenis pekerjaan luar (public) dan pekerjaan
dalam(domestic).
Universitas Sumatera Utara
Tersosialisasi oleh lingkungan hidupnya. Maka hidup perempuan
cenderung berkelompok, mengelola makanan dan obat-obatan. Hal ini berbeda
dengan laki-laki yang bekerja diluar secara bebas. Lingkungan hidup laki-laki
mensosialisaikan hidupnya berpindah-pindah. Aturan mengenai hidup dibuat
perempuan yang hidupnya menetap. Budaya ini dinamakan budaya matriakhat,
dengan anak dikenal dengan garis keturunan ibu.
Perubahan budaya matriakhat menjadi patriakhat, terjadi pada waktu lakilaki
mengenal
peternakan.
Sifat
peternakan
yang
menciptakan
harta,
membutuhkan pelimpahan harta sebagai warisan. Karena kebutuhan pelimpahan
ini, laki-laki mulai mencari keturunannya untuk diberi hak waris pada waktu yang
sama maka terjadilah perampasan hak perempuan dalam mengambil keputusan.
Peristiwa perampasan ini semakin kuat ketika manusia menghargai harta lebih
tinggi daripada nilai manusiawi.
Perjalanan budaya patriakat makin kuat dan mantap, ketika terjadi
perubahan sosial ke masyarakat feodal. Kemudian masyarakat ini berkembang
menjadi kapitalis, dan kemudian dikunci dengan sistem militeralisme. Akibat
perubahan sosial tersebut, dalam masyarakat terdapat pandangan bahwa norma
manusia yang dianggap benar apabila dipandang dari sudut laki-laki. Semua ini
berlaku di berbagai aspek kehidupan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan,
bahkan agama. Keadaan ini yang melahirkan segala macam diskriminasi terhadap
perempuan, walaupun akibatnya mengenai laki-laki juga.
Universitas Sumatera Utara
1.6.3. Prespektif Keluarga
Ideologi gender hasil konstruksi masyarakat menimbulkan berbagai masalah
keluarga, karena tidak ada kesetaraan dalam relasi antar manusia. Pemahaman
bahwa setelah menikah istri adalah milik suami, mengundang perilaku suami
untuk menguasai istri. Dianggapnya bahwa istri adalah hak milik suami. Istri akan
menjadi tergantung karena ia dimiliki dan harus dilindungi. Padahal, dalam
kenyataan belum tentu laki-laki seorang pribadi memiliki kemampuan untuk itu.
Akibat stereotipe yang memberikan lebel pada laki-laki dan perempuan,
maka terjadilah pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dalam keluarga. Anak
laki-laki dan anak perempuan dididik secara tradisi dan adat menurut konstruksi
sosial, dan bukan atas kemampuan pribadi. Perkembangan anak akan masuk ke
dalam kontak stereotipe, sehingga sulit menemukan identitas dirinya.
Setiap rumah tangga mempunyai ciri khas mengenai kegiatannya. Tetapi
secara garis besar diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja ( mencari nafkah )
untuk memenuhi pangan, sandang dan papan. Kegiatan belajar untuk anak,
penyediaan dan pemeliharaan pangan, sandang dan papan serta kegiatan
lain yang menyangkut kebutuhan rumah tangga.
2.
Kegiatan administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut cata mencatat.
Kegiatan ini meliputi peneydiaan dan pengaturan catatan keuangan, harta
dan surat-surat peting yang dibutuhkan untuk urusan keluarga ( kartu
keluarga, surat kawin, ijasah, surat periksa dokter, surat keputusan dan
sebagainya).
Universitas Sumatera Utara
3.
Kegiatan yang behubungan dengan luar, yaitu kegiatan bernegoisasi,
kegiatan berhubungan antar keluarga dan kegiatan sosial lainnya.
Dari tiga macam kegiatan tersebut, setiap rumah tangga mempunyai
perincian yang berbeda-beda, tergantung status keluarga.
1.1.4. Perempuan Karier
Karier adalah keseluruhan pekerjaan baik yang digaji maupun yang tidak
digaji, suatu proses belajar dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup.
Biasanya, istilah karier berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang dan
merupakan suatu pekerjaan tunggal. Namun saat ini, dalam dunia kerja, istilah
karier dipandang sebagai suatu proses belajar dan pengembangan diri yang
berkesinambungan. Kegiatan yang dapat disebut sebagai karier dan penunjangnya
antara lain : kerja praktek, keterlibatan dalam masyarakat,kegiatan wirausaha,
kegiatan budaya, pelatihan, pendidikan, minat, olah raga, dan pekerjaan sosial
(Sumber
:antobey.wordpress.com/2007/09/06/pengertian-karier/
-
Tembok
miring).
Antara perempuan dan karier merupakan permasalahan tersendiri. Oleh
karena kewajiban laki-laki adalah sama, sebaiknya sekarang takperlu lagi
dipersoalkan perempuan dan karier. Yang lebih penting untuk disadari bersama,
bagaimana perempuan berkarier. Perempuan sendiri dituntut untuk mengambil
keputusan mengenai kedudukan dirinya. Hal ini ialah yang masih menjadi
permasalahan sendiri pada perempuan Indonesia, sebab masih takut menghadapi
Universitas Sumatera Utara
konflik. Oleh karena itu lah, perempuan Indonesia membicarakan tentang isu yang
menyangkkut
perempuan.
Misalkan
seperti
tenaga
kerja
perempuan,
pemerkosaan, dan sebagainya.
Perempuan dalam memili karier masih dipandang sebagai kelompok
perempuan, belum banyak memandang sebagai pribadi manusia yang mempunyai
kemampuan tertentu. Keadaan biologis perempuan, teori-teori menegnai
pembagian kerja secara seksual dan ajaran-ajaran agama yang menciptakan
ideologi tentang perempuan, ideologi gender. Ideologi ini membentuk pandangan
seseorang yang akan terwujud dalam perilaku untuk mengambil keputusannya.
Proses ini terjadi pula dikalangan perempuan tiu sendiri yang memandang sudah
terkondisikan sejak lahir. Pandangan akan berangsur-angsur berubah, bila didalam
pribadi manusia terjadi proses secara penuh.
Seperti halnya manusia laki-laki, perempuan adalah mahluk biopsikis pula.
Sudut pandang yang dipergunakan untuk memandang perempuan tidak hanya
sudut pandang biologis saja, tetapi juga sudut pandang psikologis. Apabila
dipandang dari sudut biologis saja, nilai-nilai sosial juga akan mengkhususkan
kepada hal-hal yang berlaku bagi perempuan.
Dalam melaksanakan karyanya, atau dalam meniti karier, perempuan harus
menentukan pilihan secara tegas dan konseptual. Artinya pandangan atau ideologi
mana yang diyakini. Bagi perempuan yang berkeluarga, tentu saja tidak dapat
melepas dengan hubungan interkeluarganya. Karier di sini membutuhklan
dukungan, maka perlu memperbaiki hubungan interkeluarga, sehingga dalam
Universitas Sumatera Utara
mengambil keputusan secara pribadi dapat dukungan dan pengertian dari suami
dan anak-anak.
1.6.5. Metode Penelitian
1. Tipe peneliti
Penelitian bertipe deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang mengumpulkan
secara mendalam tentang perempuan sebagai penjaga parkir.
Dalam penelitian ada 2 jenis data yang dilakukan yaitu;
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan melakukan orsevasi
dan wawancara.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data-data
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dari berbagai Buku- Buku,
Jurnal- Jurnal, Media massa, Internet yang berhubungan dengan penelitian
Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah orservasi tanpa
partisivasi. Observasi tanpa partisivasi adalah sipeneliti atau pegamat melakukaan
pegamatan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini sipeneliti
bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamatin tersebut. Dengan
mengunakan kacamata atau referensi dengan standar tertentu atu seorang peneliti
ahli ilmu sosial misalnya dengan mengunakan konsep dan teori- teori yang
digunakan dalam penelitian. Dalam orsevasi tanpa partisivasi dilakukan untuk
menhendel kegiatan pada saat penjaga perempuan dalam melihat bagaimana cara
kerja, aktivitasnya, cara menertipkan kereta, benda yang dipergunakan, cara
Universitas Sumatera Utara
interaksi pegunjung dengan penjaga parkir perempuan dan cara kerja sama tukang
parkir perempuan dan laki- laki.
Hasil pengamatan ditunjukan dalam cacatan hal yang dapat memudakan
peneliti untuk membaca kembali informasi yang peneliti mendapat informasi di
lapangan. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam peneliti mengunakan wawancara atau (interview guide) dan dilakukan
dengan bantuan pedoman alat perekam (tepe recorder) yang menjadih alat bantu
yang bisa merekam data-data yang di dapat dilapangan. Peneliti mengkategorikan
tiga informan yaitu informan pakal, informan kunci, informan biasa.
1. Informan pangkal adalah orang yang pertama kita temuin dilapangan
dalam hal ini infoman pangkal yang menjadih informasi yang bisa
melengkapi data-data. Ini biasanya adalah masyarakat yang tinggal di
sekitar tempat penelitian tersebut yang menjadih pekerjaanya penjaga
parkir.
2. Informan kunci adalah orang yang memahami atau yang mengetahui
banyaknya perempuan penjaga parkir. Ini biasanya orang yang megelolah
perpakiran atau orang yang menjadih bertanggung jawab atas penjaga
parkir. Ini biasanya bos yang yang berada disekitar wilayah parkir tersebut
dan ini juga tanggung jawab Pemerintah atau PEMKO Kota Medan.
3. Informan biasa adalah dibutukan untuk memperoleh informasi data yang
mendukung seperti masyarakat sekitar.yang bertempat tinggal disekitar
wilayah penjaga parkir dan masyarakat yang berkunjung disekitar
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Wawancara mendalam yang ditunjukan kepada informan pangkal yang
dibutukan
untuk mengelolah informasi tentang siapa- siapa yang dapat
memberikan dan memperoleh informasi lebih dalam yang bertujuan yang diteliti
dilapagan perempuan penjaga parkir. Wawancara ditunjukan kepada informasi
tentang perempuan penjaga parkir yang berda di Kota Medan, alasan dilakukanya
penelitian ini sebagai penjaga parkir perempuan untuk memperlancar wawancara
terlebih dahulu dibagun baik dengan informasi dengan cara datang berkunjung
ketempat pekerja perempuan penjaga parkir. Agar hubunganya baik- baik dalam
mengikuiti berbagai kegitan sehari- hari para informan.
1.6.6. Analisa Data
Analisis
data
merupakan
suatu
proses
pengaturan
data,
yang
mengorganisaikan ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar (Moleong,
2000). Analisa data ini dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang
akan dilakukan dalam penelitan ini. Maka semua data yan akan diperoleh disusun,
diolah secara sistematis dan kemudian baru dianalisis agar dapat mempermudah
kegiatan dan hasil penelitian dapat disimpulkan. Penganalisaan ini akan dilakukan
dalam bentuk deskriptif analisis artinya apa yang akan dianalisis kelak, akan
menghailkan suatu bentuk laporan sebagai hasil akhir dari penelitian yang
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Download