paduan suara kaum bapak

advertisement
BAGIAN 3
KHOTBAH MODEL EKSPOSITORI
Pendahuluan
Definisi Khotbah Ekspositori menurut salah seorang pakar
khotbah ekspositori adalah komunikasi atas suatu konsep
alkitabiah yang diperoleh dan disampaikan melalui suatu
studi, historis, gramatikal, dan kesusastraan atau suatu
nukilan Alkitab sesuai dengan konteksnya yang pertama
tama diterapkan oleh Rohkudus kepada pribadi dan
pengalaman pengkhotbahnya baru kepada pendengarnya.
Definisi diatas bagi kita yang awam teologia sulit kita mengerti
dengan baik tetapi jangan kita berhenti disini marilah kita
simak lebih lanjut dengan memperhatikan sungguh sungguh
tahapan menyusun khotbah ekspositori dan langsung kita
praktekkan dalam menyusun khotbah nanti.
Tetapi sebelumnya kita baca dulu penjelasan tentang ide
menyusun khotbah ekspositori berikut ini :
Kalau kita perhatikan definisi diatas maka tinjauan atas
gagasan penulis Alkitab merupakan inti daripada khotbah
ekspositori. Oleh karena itu perhatian kita bukan pada arti
kata per kata yang ditulis di Alkitab melainkan apa yang
dimaksudkan penulis Alkitab melalui kata kata yang ditulisnya.
Analisis yang kita pakai tidak melalui kata per kata, oleh
karena itu seorang ekspositor harus memahami Alkitab dalam
tataran ide ide. Dalam menyusun khotbah ekspositori kita
terlebih dahulu mencari ide-ide, karena Tuhan juga
menyampaikan ide-ide kepada manusia melalui Alkitab.
Tetapi penekanan ide sebagai inti khotbah ekspositori juga
bukan berarti menolak pentingnya kosakata atau tatabahasa.
1
Untuk mudahnya kita simpulkan khotbah ekspositori adalah
merupakan komunikasi atas konsep Alkitabiah, yang
merupakan suatu penjelasan, interprestasi atau aplikasi dari
suatu ide tunggal yang dominan dan disokong oleh ide-ide lain
yang semuanya diambil dari sebuah atau beberapa nukilan
Alkitab.
Ide tunggal biasanya dapat membuat komunikasi menjadi
efektif. Komunikasi efektif jika sebuah tuturan dipusatkan pada
satu hal yang khusus yang merupakan satu ide sentral.
Artinya bahwa khotbah hanya memiliki satu ide utama adapun
poin-poin lain atau sub-sub yang lain harus menjadi bagian
dari satu ide utama tersebut. Sehingga suatu tema khotbah
mempunyai poin-poin lebih kecil dari poin utama kemudian
dipilah pilah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
gampang dicerna pikiran dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sama halnya seperti makan roti, roti dipotong
menjadi irisan sehingga mudah dimakan dan dicerna.
Kesimpulannya adalah setiap khotbah harus memiliki sebuah
tema dan tema itu haruslah merupakan tema dari perikop
sebuah Alkitab yang menjadi dasar khotbah. Suatu khotbah
seharusnya merupakan sebutir peluru kecil bukan mortir tetapi
mengenai sasarannya dengan tepat, karena khotbah
sesungguhnya merupakan suatu penjelasan, interpretasi dan
aplikasi dari satu ide tunggal yang dominan.
Banyak buku atau pakar homelitika menekankan perlunya ide
sentral seperti khotbah yang disampaikan para nabi yang
menerima perintah dari Tuhan untuk menyampaikan teguranteguran yang perlu disampaikan kepada bangsanya dengan
lengkap dan utuh dan mengajak pendengarnya kembali
kepada Allah dan hasilnya khotbah para nabi ini memiliki
bentuk dan tujuan dalam satu tema tunggal yang diarahkan
pada pendengar tertentu untuk ditanggapi secara khusus. Kita
tahu bahwa dalam PB Lukas mencatat khotbah-khotbah yang
memampukan gereja menembus dunia kuno juga para rasul
2
dalam Kisah Para Rasul menyampaikan khotbah-khotbah
dengan pernyataan ide tunggal dan ditujukan untuk
pendengar tertentu.
Perhatikan setiap pesan yang ditulis Paulus, tetap dipusatkan
pada satu pikiran atau ide sederhana dan pesan itu dibuat
ringkas dan jelas dalam satu kalimat tunggal yang
mengungkapkan inti sari dari keseluruhan wacana sehingga
segala sesuatu baik dalam pesan, baik dalam membuka jalan,
mengembangkan, maupun mengikuti, semua berasal dari
tema tunggal. Menemukan tema tunggal yang bening, jelas,
terang dalam suatu kalimat adalah tugas paling berat, dan
merupakan faktor utama dan penting dalam membuat suatu
khotbah.
Jadi khotbah yang dipersiapkan dengan baik adalah
penggalian dan pengembangan yang mendalam atas suatu
pokok pikiran penting dari nukilan Alkitab. Jika demikian dapat
kita pastikan bahwa khotbah yang akan kita rancang dan
sampaikan kepada jemaat tidak akan lari kemana-mana tidak
akan keluar dari maksud penulis Alkitab.
Kesimpulan kita adalah setiap khotbah harus memiliki
sebuah tema tunggal yang diambil dari perikop Alkitab
yang menjadi dasar khotbah.
Dalam menyiapkan sebuah khotbah ekspositori kita
memerlukan 10 Tahapan yang didahului dengan Tahapan
Persiapan baru masuk dalam Tahap 1 sampai 10.
PENJELASAN KHOTBAH EKSPOSITORI DISERTAI
DENGAN CONTOH.
TAHAP PERSIAPAN :
Lectio divina (pembacaan ilahi) atau lectio sacra (pembacaan
yang kudus) terhadap Kitab Suci, merupakan sebuah praktek
umum dari bapa-bapa gereja pada zaman dahulu. Berikut ini
akan dipaparkan praktek dari monastic lectio divina dan
prinsipnya yang diadaptasikan untuk proses persiapan
khotbah.
Lectio divina mengasumsikan bahwa Kitab Suci merupakan
peraturan tunggal dalam hidup dan pembacaan Kitab Suci
merupakan tindakan dari seseorang yang berdiri di hadapan
Allah, hal ini mirip dengan pengalaman seseorang yang
datang dalam meja Tuhan dalam sebuah persekutuan yang
kudus, yang mengalami kehadiran Allah. Memang teks
membawa pesan Allah, yang bisa membawa ajaran doktrinal,
moral dan etis, akan tetapi kita perlu menemukan pesan
Tuhan dalam teks itu, yang akan mencapai tujuannya.
Sehingga dalam proses pembacaan itu kita dikuasai cinta
Tuhan dan mencintai Firman Allah yang akan menyerap
dalam jiwa kita dan bersuara kembali dalam pikiran kita.
Secara umum ada 4 langkah dasar dalam lectio divina, yang
disebut, lectio (membaca), meditatio (meditasi), oratio (doa),
dan contemplatio (kontemplasi):
a.Lectio
Ini merupakan sebuah pembacaan Kitab Suci yang lambat,
diulang-ulang, berhati-hati, dengan iman, kedamaian dan
konsentrasi. Baca dan ulangi setiap kata dengan penuh
perhatian dengan penghormatan kepada Allah. Biarkan
Firman Tuhan masuk ke dalam hati dan pikiran kita. Hal ini
dilakukan dengan cara pengulangan, pikiran diaktifkan untuk
menyerap seluruh teks dan mengangkat jiwa ke tingkat ke dua
yaitu meditasi.
Pada awal persiapan khotbah ekpositori pengkhotbah
berkonsentrasi pada penekanan dari lectio divina.
b.Meditasi
Ketika seseorang berada pada tingkat lectio yaitu
pengulangan pembacaan dan pembacaan secara lengkap
dari bagian kitab, fungsi memori diaktifkan untuk memaksa
3
4
pikiran ke dalam tingkat meditasi untuk merefleksikan dan
menggali dalam pikiran kita. Dalam meditasi, pikiran akan
berasosiasi langsung dengan pengalaman pribadi dengan
mengingat orang dan situasi yang dialami orang lain yang
berkesan. Pada saat tersebut, sebuah hubungan tersusun
antara diri sendiri dengan orang lain dan hal-hal yang ada
dalam konteks dari teks tersebut untuk menekankan arti dari
teks di dalam pikiran.
c.Oratio
Dalam meditasi, teks tersebut dihayati, kemudian dalam
sebuah kondisi di mana seseorang secara otomatis akan
memiliki hati yang penuh dengan ucapan syukur dengan
kerendahan hati memohon kepada Allah. Dalam doa,
kerinduan akan Allah, akan membuat cinta dan kasih sayang
kita kepada Kristus kita khayati.
d.Contemplatio
Sebagai karunia anugerah dari Allah, kontemplasi merupakan
hasil dari doa-doa yang dalam. Ketika kita sampai pada
tingkat ini, roh kita rindu untuk bersatu dengan Allah dan hal
itu digenapi di dalam doa. Di sini kita mengalami
keharmonisan di dalam hati, mengasingkan diri untuk berdiri
di hadapan Allah.
Keempat praktek dalam lectio divina tidak bekerja secara
individu, khususnya tahap berdoa yang merupakan salah satu
tahap terpenting diantara ke empat tahap ini. Doa sebenarnya
meresapi ketiga praktek lainnya untuk mendorong kita ke
depan. Di samping itu, ternyata semua langkah langkah ini
hanya dapat berfungsi apabila dipusatkan pada teks Alkitab
yang menjadi pokok dan dasar ekspresi dari lectio divina.
Akan dilanjutkan dengan : Materi Pelatihan Berkhotbah III.2
Tahap 1. Memilih Nukilan.
5
Download