Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, masyarakat. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diaturnya berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,
Pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen terdiri dari Man, Money,
Method, Materials, Machine dan Market yang disingkat 6M.
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, manajemen merupakan “alat”
dan “wadah” (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Walaupun manajemen hanya merupakan alat saja,
tetapi harus diatur sebaik-baiknya, karena jika manajemen ini tepat maka tujuan
optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang
dimiliki akan lebih bermanfaat.
Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen ini penulis mengutip beberapa
definisi sebagai berikut:
Menurut G.R Terry yang dikutip oleh Kartono (2008:168) dalam
bukunya“Pemimpin dan Kepemimpinan” menyatakan bahwa :
“Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan
pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya
kelompok yang terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya
manusia”.
6
7
Kemudian menurut Hasibuan (2007:1):
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan manajemen adalah suatu proses
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian,
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2 Bidang-Bidang Manajemen
Unsur-unsur manajemen (tools of management) yang terdiri dari man,
money, method, materials, machines dan market (6M) telah berkembang menjadi
bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam perannya dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Bidang-bidang manajemen dikenal atas:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia (unsure Man)
2. Manajemen Keuangan (unsure Money)
3. Manajemen Operasional (unsure Materials and Machines)
4. Manajemen Pemasaran (unsure Market)
5. Manajemen Strategik (unsure Methods)
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber
Daya Manusia merupakan komponen dari perusahaan yang
mempunyai arti yang sangat penting. Sumber daya manusia menjadi sumber
penentu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan karena fungsinya sebagai inti
dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan
perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya meskipun pada saat ini
otomatisasi telah memasuki setiap perusahaan, tetapi apabila pelaku dan
pelaksana tersebut yaitu manusia, tidak memberikan peranan yang diharapkan
maka otomatis itu akan menjadi sia-sia. Untuk lebih memperjelas pengertian dari
8
manajemen sumber daya manusia, berikut ini penulis mengutip beberapa definisi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
Menurut Stoner dan Freeman (1989 :329) yaitu:
“Human resources management is the management that deals with
recruitmen, placement, training and development of organizational
members”
Yang dapat diartikan sebagai berikut:
“Manajemen Sumber daya Manusia adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan perekrutan, penempatan, pelatihan, dan
pengembangan, anggota organisasi”.
Menurut Mangkunegara (2001: 2) yaitu :
“Manajemen personalia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian,
pengkordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan’’.
Penjelasan diatas serta pendapat-pendapat para ahli tentang definisi
manajemen sumber daya manusia, penulis berusaha mencoba mengartikan
sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemutus hubungan kerja yang dimaksud untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan secara terpadu.
2.2.1 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber daya Manusia
Lebih
jauh
lagi,
menurut
pendapat
Flippo
yang dikutip
oleh
Heidjerachman dan Hasnan (1990:7) mengklasifikasikan fungsi manajemen
personalia menjadi 2 fungsi pokok, Namun menurut Umar (2001: 3) mengatakan
bahwa terdapat fungsi yang ketiga dari manajemen Sumber Daya Manusia.
Kemampuan yang mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja
akan termotivasi untuk bekerja sebaik mungkin.
9
2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen
a.
Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja dan efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan
dan
pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan
membantu tercapainya tujuan perusahaan,karyawan dan masyarakat.
b.
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan unruk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja delegasi wewenang,
integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart).
Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c.
Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau
bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan
tugasnya dengan baik.
d.
Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja
sesuai dengan rencana. Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan
dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian
karyawan
meliputi
kehadiran,
kedisiplinan,
perilaku,
kerjasama,
pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
10
2.2.3 Fungsi Operasional
a. Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan karyawan, orientasi
dan induksi untuk menciptakan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu tercapainya tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses meningkatkan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerja masa kini
maupun masa depan
c. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah
adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak dapat
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas
upah minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
d. Pengintegrasian
Pengintegrasian
(integration)
adalah
kegiatan
untuk
mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang
serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian
merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen sumber daya manusia,
karena mempersatukan dan kepentingan yang bertolak belakang.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka mau bekerja sama
sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik akan dilakukan dengan program
kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta
berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
11
f. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan
perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya.
2.3 Stres Kerja
Masalah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan
dengan pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses
interaksi antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam
membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu mengerti pengertian stress
secara umum (Veithzal Rivai dan Dedi Mulyadi, 2010:307).
Menurut
Charles
D.
Spielberger
(dalam
Handoyo
2003:227),
menyebutkan bahwa :
“Stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal mengenai seseorang, misalnya
objek objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif
adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan
atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang “
Stres Kerja menurut Landy (dalam Veithzal Rivai.2010:308)
”Stres kerja adalah ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan
memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya”.
Kemudian menurut Keith Davis dan John W.Newstrom (2008:195),
”Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang ”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
terjadinya stres kerja
karakteristik
adalah karena adanya
kepribadian
karyawan
dengan
ketidakseimbangan
karakteristik
pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan.
antara
aspek-aspek
12
2.3.1 Jenis Stres
Quick dan Quick (2007:308) mengkategorikan jenis stres menjadi dua,
yaitu :
1. Eustress, yaitu : hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang di asosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.
2. Distress, yaitu : hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan desduktrif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular
dan tingkat kehadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.
2.3.2 Gejala-Gejala Stres
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan
kondisi fisik individu. Sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami
beberapa gejala yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja
mereka (Veithzal Rivai dan Dedi Mulyadi, 2010:308).
Gejala-gejala stres tersebut oleh Stephen P.Robbins dan Timothy
A.Judge(2008:375) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum yaitu :
1. Gejala Fisiologis
Gejala fisiologis merupakan gejala awal yang bisa diamati, terutama pada
penelitian medis dan ilmu kesehatan. Stress cenderung berakibat pada
perubahan metabolisme tubuh, meningkatnya detak jantung dan
pernafasan, peningkatan tekanan darah, timbulnya sakit kepala, serta yang
lebih berat lagi terjadinya serangan jantung.
13
2. Gejala Psikologis
Dari segi psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Hal itu
merupakan efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas. Namun
bisa saja muncul keadaan psikologis lainnya, misalnya ketegangan,
kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda-nunda. Bukti
menunjukkan bahwa ketika orang ditempatkan dalam pekerjaan dengan
tuntutan yang banyak dan saling bertentangan atau dimana ada
ketidakjelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemegang jabatan ,
maka stres maupun ketidakpuasan akan meningkat.
3. Gejala Perilaku
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam
tingkat produktivitas, absensi, kemangkiran, dan tingkat keluarnya
karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, merokok dan
konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.
Menurut Braham (2001), gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal,
punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang,
keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau
serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-berubah, sedih, mudah
menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah
bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi
satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada oranglain, senang
mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup
diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
14
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan
penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan).
2.3.3 Sumber-Sumber Potensi Stres
Stres dapat disebabkan oleh berbagai faktor di dalam maupun di luar
pekerjaan yang merupakan sumber stres di tempat kerja. Sumber stres disebut
juga stresor adalah suatu rangsangan yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman
dan menimbulkan perasaan negatif. Hampir setiap kondisi pekerjaan dapat
menyebabkan stres, tergantung reaksi karyawan bagaimana menghadapinya.
Sebagai contoh, seorang karyawan akan dengan mudah menerima dan
mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan seorang karyawan lain tidak tahu
atau bahkan akan menolaknya. Bagaimanapun juga reaksi orang terhadap stress
menentukan tingkat stres yang dialami.
Sumber-sumber
potensi
stres
menurut
Keith
Davis
dan
John
W.Newstorm (2008:198) yaitu :
1. Beban Kerja yang berlebihan, banyaknya tugas dapat menjadi sumber
stress bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan fisik
maupun keahlian karyawan
2. Tekanan atau desakan waktu, atasan sering kali memberikan tugas sesuai
dengan target dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, karyawan dikejar
waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan.
3. Kualitas supervisi yang jelek, seorang karyawan dalam menjalankan tugas
sehari-harinya dibawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan
kepada supervisor. Jika supervisor pandai (cakap) dan menguasai tugas
bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi
secara baik dan benar.
4. Iklim politis, iklim politis yang tidak aman dapat mempengaruhi semangat
kerja
15
5. Wewenang
untuk
melaksanakan
tanggungjawab,
atasan
sering
memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan yang
memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus berkonsultasi,
kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.
6. Konflik dan ketidakjelasan peran, pada situasi seperti ini, orang memiliki
harapan yang berbeda akan kegiatan seorang karyawan pada suatu
pekerjaaan akibat adanya konflik dan ketidakjelasan peran dalam
organisasi, sehingga karyawan tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan
tidak dapat memenuhi semua harapan.
7. Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan. Artinya, perbedaan ini
mencabik-cabik karyawan dengan tekanan mental pada waktu suatu upaya
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nilai perusahaan dan karyawan.karyawan yang berorientasi pada prestasi juga dapat menimbulkan
dorongan stres dengan menetapkan nilai dan tujuan mereka sendiri yang
jauh melebihi apa yang sanggup mereka kerjakan dalam pekerjaan.
8. Perubahan tipe, khususnya jika penting dan tidak lazim. Misalnya
perubahan organisasi, perubahan peraturan atau kebijakan organisasi.
9. Frustasi, suatu akibat dari motivasi (dorongan) yang terhambat yang
mencegah seseorang mencapai
tujuan
yang diinginkan sehingga
berpengaruh terhadap pola kerja.
Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan
menjadi dua, yaitu :
1. Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun
keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara
karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun
kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.
2. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri
individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan
tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat
ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
16
2.3.4 Strategi Mengatasi Stres
Stres merupakan konsekuensi bagi seorang karyawan yang melaksanakan
pekerjaan. Sehingga stres kerja bagi seorang karyawan tidak akan bisa
dihilangkan sama sekali, selama karyawan tersebut melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi stres
karyawan.
Menurut Davis dan Newstrom (2008:202), ada beberapa strategi yang
bisa dilakukan untuk mengurangi stres, antara lain :
1. Meditasi, mencakup pemusatan pikiran untuk menenangkan fisik dan
emosi. Meditasi membantu menghilangkan stres duniawi secara temporer
dan mengurangi gejala-gejala stres.
2. Biofeedback, suatu pendekatan yang berbeda terhadap suasana kerja yang
mengandung stres. Dengan biofeedback orang dibawah bimbingan medis
belajar dari umpan balik instrumen untuk mempengaruhi gejala stres
seperti peningkatan detak jantung atau sakit kepal yang keras.
3. Personal Wellness, kecenderungan terhadap program pemeliharaan
preventif bagi personal wellness yang didasarkan pada riset obat perilaku.
Dokter spesialis dapat merekomendasikan perubahan gaya hidup seperti
pengaturan pernafasan, pelemasan otot, khayalan positif, pengaturan
menu, dan latihan yang memungkinkan karyawan menggunakan lebih dari
potensi penuhnya.
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008:378)
terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres yaitu :
1. Pendekatan Individual. Seorang karyawan memiliki tanggung jawab
pribadi untuk mengurangi stres. Strategi individual yang terbukti efektif
meliputi penerapan teknik manajemen waktu, penambahan waktu olah
raga, pelatihan relaksasi, dan perluasan jaringan dukungan sosial.
2. pendekatan Organisasional, beberapa faktor yang menyebabkan stress
terutama tuntutan tugas dan tuntutan peran dikendalikan oleh manajemen.
17
Dengan sendirinya, faktor-faktor tersebut dapat dimodifikasi atau diubah.
Strategi yang bisa manajemen pertimbangkan meliputi : seleksi personel,
penempatan kerja yang lebih baik, pelatihan, pemantapan tujuan yang realistis,
pendesainan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan
dalam komunikasi organisasi, penyelenggaraan program-program kesejahteran
perusahaan.
2.3.5 Dampak Stres Kerja
Menurut Veithzal Rivai (2010:316), Pengaruh stres kerja ada yang
menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan. Namun, pada taraf tertentu
pengaruh yang menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu karyawan
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Stres kerja lebih
banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan, konsekuensi tersebut dapat
berupa turunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi dan sebagainya
(rice,1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan
aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain diluar pekerjaan, seperti
tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu
berkonsentrasi, dan sebagainya.
Bagi Perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung
adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan
secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan
teralienasi, hingga turnover (grennberg dan Baron, 1993; Quick dan Quick,
1984;Robbins, 1993).
Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge
(2008:376) Dampak stres secara psikologis dapat menurunkan kinerja karyawan.
Selain itu, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang dikaitkan dengan
pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
memang itulah efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari
stressitu. Lebih jauh lagi dampak dari stres terhadap kepuasan adalah secara
langsung.
18
2.4 Kepuasan Kerja
2.4.1 Pengertian Kepuasan kerja
Manusia dalam hidup mempunyai kebutuhan mendasar yang tidak
mungkin dapat dihilangkan, karena kebutuhan tersebut mendasari perilaku
seseorang. Jika seseorang dalam bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi
maka akan menimbulkan kepuasan kerja dalam diri mereka.
Untuk memperjelas gambaran ini dan pengertian mengenai kepuasan kerja
maka penulis mengemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa
ahli :
Menurut Mangkunegara(2007: 154)
“Kepuasan kerja adalah evaluasi yang sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya, Sikap ini dicerminkan
oleh moral kerja kedisiplinan, dan prestasi kerja”.
Menurut Rivai (2009:856)
“Kepuasan kerja adalah evaluasi yang menggambarkan seseorang
atas sikapnya senang ataupun tidak senang , puas ataupun tidak puas
dalam bekerja”.
Dari penjelasan diatas umumnya menyatakan bahwa kepuasan kerja
merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Dengan demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang penting untuk
dimiliki oleh seseorang karyawan, dimana mereka dapat berinteraksi dengan
lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dilaksanakan dengan baik dan tujuan
perusahaan dapat tercapai.
Rivai (2009: 862) membagi kepuasan kerja dalam tiga kelompok yaitu:
a.
Kepuasan kerja dalam pekerjaan
Kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan denganmemperoleh
pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati
19
kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya
daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
b.
Kepuasan kerja diluar pekerjaan
Kepuasan kerja karyawan yang dinikmati di luar pekerjaan dengan
besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya, agar dapat
membeli kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan yang lebih suka menikmati
kepuasannya di luar pekerjaan lebih mempersoalkan balas jasa daripada
pelaksanaan tugas-tugasnya.
c.
Kepuasaan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan
Kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang
antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Karyawan yang lebih
menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan
merasa puas jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak.
2.4.2 Teori-teori Kepuasan Kerja
Menurut Rivai (2009: 856) teori-teri tentang kepuasan kerja yaitu;
1.
Discrepacy Theory
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih
antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi yang diinginkan, maka
orang akan menjadi puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi
merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung
pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa
yang dicapai.
2.
Equity Theory
Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas
suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh
orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang
sekelas, sekantor maupun ditempat lain. Menurut teori ini terdapat tiga
elemen–elemen dari equity yaitu: input, outcomes, comparison person, dan
20
equity-inequty. Yang dimaksud dengan input ialah is anything of value that
an employee perceives that he contributes to his job. Ini berarti input ialah
segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan
terhadap pekrjaan. Dalam hal ini misalnya: education, experience, skills,
amount of effort expected, number of hours worked, and personal toolsdan
sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan Outcomes ialah :
“is anything of value that employeeperceives he obtains from the job’’.
Ini berarti outcomes adalah sesuatu yang berharga, yang dirasakan
karyawan sebagai hasil dari pekerjaannya seperti misalnya: pay, fringe,
benefits, status symbols, recognition, opportunity for achievement or selfexpression. Sedangkan yang dimaksud dengan comparison person ialah
kepada orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input
outcomes yang dimilikinya.
Comparison person ini bisa berupa seseorang di perusahaan yang sama,
atau ditempat lain, atau bisa pula dengan dirinya sendiri di waktu yang
lampau (the comparison person may be someone in the same
organization), someone in different organization,or even the person
himself in a previous job).
Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain (comparison
person). Bila perbandingan itu dianggap cukup adil (equity), maka ia akan
merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi menguntungkan
(over compensation in-equity), bisa menimbulkan kepuasan maupun tidak
puas. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan (under
compensation in-equity), akan timbul ketidakpuasan.
3.
Two factor theory
Prinsip dari teori ini ialah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
(job dissatisfaction) itu merupakan dua hal yang berbeda. Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh Herzberg. Ia membagi situasi yang
21
kondsisinya akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi
tidak akan menimbulkan kepuasan karena bukan sumber kepuasan kerja.
2.4.3 Indikator-indikator Kepuasan kerja
Menurut Rivai (2009: 860) tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak
ada karena setiap individu karyawan berbeda standar kepuasannya, Indikator
kepuasan kerja hanya diukur dengan :
1.
Isi pekerjaan, penampilan tugas yang aktual dan sebagai kontrol
terhadap pekerjaan.
2.
Organisasi
3.
Kesempatan untuk maju
4.
Gaji dan keuntungan dalam bidang keuangan (insentif)
Menurut Mangkunegara (2007:167) indikator tingkat kepuasan dapat
dilihat dari:
1.
Tingkat perputaran karyawan
Kepuasan kerja yang lebih rendah biasanya akan mengakibatkan
perputaran karyawan lebih tinggi. Mereka lebih mudah meninggalkan
perusahaan dan mencari kesempatan diperusahaan lain.
2.
Tingkat absensi karyawan
Para karyawan yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih
sering absen.
3.
Umur karyawan
Semakin umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan
pekerjaan-pekerjaan mereka. Para karyawan yang lebih muda cenderung
kurang terpuaskan, karena berbagai penghargaan yang lebih tinggi, kurang
penyesuaian, dan penyebab lainnya.
4.
Jenjang karyawan
Orang-orang dengan jenjang pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih
mendapatkan kepuasan kerja. Mereka biasanya memperoleh kompensasi
lebih baik, kondisi kerja lebih nyaman, dan pekerjaan-pekerjaan mereka
22
memungkinkan penggunaan segala kemampuan yang mereka miliki,
sehingga mereka mempunyai alasan-alasan untuk lebih terpuaskan.
5.
Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi perusahaan cenderung mempunyai hubungan secara
berlawanan dengan kepuasan kerja. Semakin besar organisasi, kepuasan
kerja cenderung turun secara moderat kecuali manajemen mengambil
tindakan koreksi. Tanpa tindakan koreksi organisasi besar akan
menjauhkan karyawannya dalam berbagai proses seperti partisipasi,
komunikasi dan koordinasi kurang lancar.
2.5 Hubungan Antara Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja
Dalam menghadapi pekerjaan tertentu stres dapat meningkatkan
performance (semangat kerja) seseorang. Hal tersebut dapat dimengerti. Kita
semua dapat merasakan bahwa kita cenderung untuk melakukan yang terbaik jika
diberi sedikit tekanan, dengan demikian kita merasa ada suatu tantangan untuk
ditemui. Tetapi jika stres terus meningkat maka semangat kerja menurun.
Higgins (dalam Umar, 1999, 266) mengatakan bahwa terdapat hubungan
langsung antara stres dan kepuasan kerja karyawan. Bila karyawan tidak memiliki
stres maka tantangan-tantangan kerja tidak ada dan akibatnya semangat kerja juga
rendah. Makin tinggi stres karena tantangan kerja yang juga bertambah, maka
akan mengakibatkan semangat kerja juga bertambah, tetapi jika stres sudah
maksimal, tantangan-tantangan kerja jangan ditambah karena tidak akan lagi
dapat meningkatkan semangat kerja, tetapi justru akan menurunkan semangat
kerjanya.
Dengan demikian bahwa stres di satu sisi dapat meningkatkan kepuasan
kerja akan tetapi disisi lain dapat juga menurunkan kepuasan yang tentunya
disesuaikan dengan pekerjaan yang dihadapinya, dan stres kerja memiliki
hubungan dengan kepuasan kerja karyawan.
23
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rebele & E. Michaels (1990)
menyatakan bahwa role stress dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hasil
kerja, rendahnya kepuasan kerja, rendahnya loyalitas pegawai pada organisasi,
dan tingginya keinginan pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya. Menurunnya
kualitas hasil kerja dalam hal ini menurunnya kualitas audit itu berhubungan
dengan adanya perilaku disfungsional audit.
2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang
mempunyai peran penting dalam suatu organisasi, karena dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi, faktor manusia memegang peranan yang paling
dominan.
Suatu perusahaan didirikan karena adanya tujuan tertentu yang telah
ditetapkan atas persetujuan bersama. Tujuan tersebut harus dicapai dengan tingkat
efektifitas dan efisiensi yang maksimal. Dalam mencapai kedua hal tersebut
secara maksimal, salah satunya adalah dengan kemampuan dalam mengelola
setiap variabel stres kerja yang ada. Sehingga stres haruslah benar-benar dapat
diminimalisir agar tidak sampai mengganggu efektifitas dan efisiensi karyawan,
yang juga dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
Untuk dapat meminimalisir tingkat stres kerja yang mempunyai dampak
terhadap perusahaan, ada baiknya untuk mengetahui pengertian dari stres ini
sendiri.
Menurut
Spielberger,
yang
dikutip
oleh
Handoyo
(2001;63),
mengemukakan bahwa:
“Stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,
misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang
secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang
berasal dari luar diri seseorang”.
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
perusahaan. Namun pada taraf tertentu, pengaruh yang menguntungkan
perusahaan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan
24
pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Karena dalam suatu perusahaan, setiap
karyawan membawa tingkat pengendalian stres dan juga beragam stres yang
berbeda-beda kedalam situasi pekerjaan mereka, maka hal tersebut dapat
mempengaruhi perilaku dalam aktifitas kerja mereka masing-masing. Karena
biasanya stres akan menunjukan perubahan perilaku. Dimana perubahan perilaku
terjadi dalam diri manusia sebagai usaha mengatasi stres.
Kerangka konseptual dibentuk atas dasar sintesis dari teori Davis dan
Newstrom (dalam Margiati, 1999;73-75) yang mengemukakan bahwa:
“Adanya beberapa karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja
yang mengandung situasi stres antara lain adalah tugas/beban kerja
yang terlalu banyak, supervisor yang kurang pandai, terbatasnya
waktu dalam mengerjakan pekerjaan, kurang mendapat
tanggungjawab yang memadai, ambiguitas peran, perbedaan nilai
dengan perusahaan, frustasi, perubahan tipe pekerjaan dan konflik
peran. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan stres kerja”.
Manusia dalam hidup mempunyai kebutuhan mendasar yang tidak
mungkin tidak dapat dihilangkan, karena kebutuhan tersebut mendasari perilaku
seseorang. Jika seseorang dalam bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi,
akan menimbulkan kepuasan kerja dalam diri seseorang (karyawan). Dengan kata
lain kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya
yang nampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya dan segala
sesuatu yang dihadapinya dalam lingkunga kerja.
Menurut Handoko (2000: 193) bahwa:
“Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan
dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka”
Kepuasan kerja mempunyai banyak dimensi. Secara umum tahap yang
diamati adalah kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, gaji, pengakuan, hubungan
antara supervisor dengan tenaga kerja , dan kesempatan untuk maju. Karyawan
memiliki dampak yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini
memberikan dampak yang menguntungkan perusahaan dan juga bagi karyawan.
Kepuasan kerja dapat mempengaruhi hidup seseorang secara keseluruhan.
25
Manajemen (dalam hal ini manajemen persoanlia) harus senantiasa
memonitor kepuasan kerja karywannya. Kepuasan kerja dari setiap karyawan
bersifat relatif. Karena tingkat-tingkat kepuasan kerja sifatnya relatif, maka untuk
mengukur kepuasan kerja tersebut penulis menggunakan teori Luthans
(1992:121):
“There are a number of factor that influence job satisfaction the major
are can summerized by recalling that demensions identified earlier : pay,
work it self, Promotions, supervision, and working condition.’’
Yang dapat diartikan sebagai berikut ;
“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dimana
faktor-faktor yang utama dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:“Gaji, pekerjaan itu sendiri , promosi, pengawasan, dan
kondisi bekerja.”
Faktor-faktor diatas merupakan suatu dimensi variabel kepuasan kerja
yang dapat menghasilkan perasaan pua secara keseluruhan dengan pekerjaan itu
sendiri, namun pekerjaan juga mempunyai definisi yang berbeda bagi orang lain.
Berdasarkan gambar kerangka pemikiran, dapat dijelaskan bahwa stres
kerja membentuk dan secara langsung mempengaruhi motivasi kerja.
Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut : “Jika stres kerja dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan
kepuasan kerja”.
Download