BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori sinyal Teori Signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar , dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk ( Hartono,2005). Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memiliki kualitas yang buruk.(Mengginson dalam Hartono, 2005). Perusahaan yang melakukan publikasi laporan keuangan audit akan memberikan informasi kepada pasar dan diharapkan pasar dapat merespon sinyal yang diberikan pasar kepada publik akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan .Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik pada pasar, maka dapat meningkatkan harga saham sebaliknya jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar buruk maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan. Dengan demikian , semakin panjang waktu audit laporan keuangan menyebabkan mengartikannya pergerakan sebagai harga audit saham delay 7 tidak karena stabil, sehingga perusahaan tidak investor segera 8 7 mempublikasikan laporan yang kemudian berdampak pada penurunan harga saham perusahaannya. Berikut ini adalah beberapa definisi Teori Sinyal menurut para ahli: Graham, Scott B. Smart, dan William L. Megginson (2010:493) Model sinyal dividen membahas ketidak sempurnaan pasar yang membuat kebijakan pembayaran yang relevan:asymmetric information. Jika manajer mengetahui bahwa perusahaan mereka “kuat” sementara investor untuk beberapa alasan tidak mengetahui hal ini, maka manajer dapat membayar dividen (atau secara agresif membeli kembali saham) dengan harapan kualitas sinyal perusahaan mereka ke pasar. Sinyal secara efektif memisahkan perusahaan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan yang lemah (sehingga perusahaan yang kuat dapat memberikan sinyal jenisnya ke pasar), itu menjadi mahal untuk sebuah perusahaan yang lemah untuk meniru tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang kuat. T.C. Melewar (2008:100) menyatakan Teori Sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi. Perusahaan ini mengadopsi sinyal-sinyal ini untuk mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk para pemangku kepentingan. Gallagher and Andrew (2009:469) Teori signaling dividen didasarkan pada premis bahwa manajemen tahu lebih banyak tentang keuangan masa depan perusahaan dibandingkan pemegang saham, sehingga dividen memberi sinyal prospek perusahaan di masa depan. Penurunan dividen merupakan sinyal yang 9 7 diharapkan. Manajer yang percaya teori sinyal akan sadar keputusan dividen dapat mengirimkan pesan kepada investor. Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2009:444) Teori sinyal adalah teori yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen. Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008:517) Sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. 2. Arus Kas Menurut Ridwan S. Sundjaja (2011:99) menjelaskan bahwa : ”Aliran kas dari aktivitas operasi yaitu aliran kas yang berhubungan langsung dengan produksi dan penjualan dari produk maupun jasa perusahaan. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok.” Menurut Charles T Hongern (2009:846) menjelaskan bahwa : “Aktivitas Operasi menimbulkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu perusahaan. Karena itu aktivitas operasi mempengaruhi laporan Laba rugi, yang dilaporkan dengan dasar aktual. Sedangkan laporan arus kas 17 melaporkan dampaknya terhadap kas. Arus masuk kas terbesar dari operasi berasal dari 10 7 pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dari dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak.” Dalam PSAK No.2 paragraf 12 (IAI:2010) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indicator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsure tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Jumlah arus kas bersih dari arus kas operasi dapat dihitung dan dilaporkan dengan menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Dalam metode langsung kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan, sedangkan dalam metode tidak langsung, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari 18 transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan di masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. PSAK Nomor 2 paragraf 32-33, menyatakan bahwa bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima oleh lembaga keuangan biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas operasi. Namun demikian, bagi perusahaan lain belum ada kesepakatan mengenai kualifikasi arus kas. Bunga yang dibayarkan 11 7 serta dividen yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba dan rugi bersih. Sebagai alternative, bunga yang dibayar dan 19 bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi, masing – masing sebagai arus kas pendanaan, dan arus kas investasi karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi (return on investment). Dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif, dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan maksud untuk membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi. 1. Indikator dan Akrual Arus Kas Operasi Indikator Arus Kas Operasi dalam Hasan Sakti Siregar dkk (2008) adalah, arus kas operasi diukur dengan arus kas operasi perlembar saham yang diperoleh dengan selisih bersih penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi selama 1 tahun buku dibagi jumlah saham yang beredar. Aliran kas dari operasi = Kas diterima dari penjualan barang dan jasa – kas dibayarkan untuk operasi (Hanafi dan Halim, 2009: 21) Untuk melihat hubungan antara akrual dan arus kas, penting untuk mengenali beberapa jenis arus kas. Arus kas operasi mengacu pada kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan. Arus kas bebas mencerminkan dampak tambahan investasi dan investasi terhadap aktiva opersional. Keunggulan arus kas bebas adalah bahwa ia mencerminkan kas yang 12 7 dapat dengan bebas digunakan untuk membayar kewajiban atau untuk pemegang saham. Menurut Haryono Jusup (2012:174) menyatakan bahwa : “Dalam dasar akrual, akuntansi mengakui pengaruh transaksi pada saat transaksi tersebut terjadi. Apabila terjadi transaksi pemberian jasa, penjualan barang, atau pengeluaran biaya, maka transaksi-transaksi tersebut akan dicatat dalam pembukuan sebagai pendapatan atau biaya, tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan.” Berdasarkan definisi, akrual merupakan jumlah merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang membuat laba bersih berbeda dari arus kas bersih. Penyesuaian ini mencakup penyesuaian yang mempengaruhi laba saat tidak terdapat dampak arus kas dan penyesuaian yang mengeluarkan arus kas terhadap laba. 2. Tujuan Laporan Arus Kas Laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini (Hongren dkk 2009 : 845) : a. Untuk memperkirakan arus kas masa datang. Dalam banyak kasus, sumber dan penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang. b. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan 13 7 informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer. c. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor. d. Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaranpembayaran ini. e. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. f. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi kas yang rendah menyebabkan diperlukannya informasi arus kas. 3. Earnings Per Share (EPS) Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2009:424), data laba per saham seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. EPS (Earnings Per Share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian besar perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2012:139). Menurut Simamora (2010:530), EPS adalah laba bersih per Lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Sedangkan menurut Fabozzi 14 7 (2009:359) EPS merupakan alat analisis yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering digunakan mengevaluasi saham biasa disamping PER dalam lingkaran keuangan. Variabel EPS merupakan proksi bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham di masa mendatang (Prastowo, 2009:93). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan. Pendapatan bersih ini setelah dikurangi dengan deviden dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham biasa. Dengan cara 15 7 membagi jumlah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar maka akan diketahui jumlah lembar pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut. Husnan (2009:317) mengatakan bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. Pendapatan per saham (Earning per share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham (Alwi, 2009:77). Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham biasa maka langkah pertama adalah menentukan pendapatan yang menjadi hak pemegang saham prioritas dan hak tersebut dikurangkan pada laba bersih yang diperoleh baru kemudian dapat dihitung laba per lembar saham. Laba Per lembar saham dapat dirumuskan: EPS = laba bersih jumlah saham beredar EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para 16 7 investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya 4. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) . CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan Bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank . CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia . Semakin tinggi CAR maka semakin tinggi kemampuan bank untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang beresiko . Sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi pada suatu bank. Menurut Dendawijaya (2009:121) CAR adalah ” Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko. Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : CAR = Modal Aktiva Tertimbang Menurut Resiko 17 7 Peningkatan CAR ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan untuk memastikan prinsip kehati-hatian perbankan senantiasa terjamin. 1) Unsur Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Rivai (2011:709), modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat, maka permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal dengan standar BIS (Bank for International Settlement). Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Susilo, 2011:28) dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Modal Inti, berupa: a. Modal Disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio Saham, yaitu selisih lebih setoran yang diterima oleh bank akibat harga saham yang melebihi nilai nominal. c. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing bank. d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya. 18 7 h. Laba tahun berjalan, yaitu 50 persen dari laba tahun buku berjalan dikurangi pajak. Apabila tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 2. Modal Pelengkap, berupa: a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak. b. Penyisihan penghasilan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. c. Modal Kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo, harus ada Bank Indonesia. Menurut Sinungan (2009:169) Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) adalah aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dann atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot resiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan. 19 7 Adapun menurut Sinungan (2009:178) langkah-langkah dalam perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut: 1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masingmasing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko masing-masing pos rekening tersebut. 2. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + aktiva administratif. 3. Rasio modal bank dapat dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. 2) Hal yang Dapat Mempengaruhi CAR Menurut Rivai (2011:713) Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat bergantung pada : 1. Jenis aktiva serta besarnya resiko yang melekat padanya Meliputi aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif (tidak tercantum dalam neraca). Terhadap masing-masing pos dalam aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu. 2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya Guna memperhitungkan kualitas dari masing-masing aktiva agar diketahui seberapa besar kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan pada aktiva tersebut. 20 7 3. Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula resikonya. Jadi bank yang memiliki aktiva yang besar tidak menjamin masa depan dari bank tersebut, karena aktiva-aktiva telah memiliki bobot resiko masingmasing. 5. Harga Saham Menurut Agus Sartono (2010:41) harga saham adalah: “ Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.” Rumus : Po = Dps Kps Keterangan = Po = Nilai saham preferen Dps = dividend saham preferen Kps = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen Sedangkan menurut Ridwan S. Sundjadja (2011:3349) harga saham adalah: “Harga saham adalah saham yang nilainya per lembar telah tercantum dalam akta pendrian perusahaan.” Nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan makna berbeda menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2010:1) yaitu: 1. Nilai nominal 2. Nilai buku per lembar saham (book value per share) 3. Nilai pasar (market value) 4. Nilai fundamental atau sering disebut nilai intrinsik saham 21 7 Berikut ini penjelasan diatas sebagai berikut: 1. Nilai nominal Yaitu nilai per lembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hukum, nilai nominal digunakan untuk menentukan besarnya modal desetor penuh pada neraca. Modal disetor penuh adalah nilai nominal saham dikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan. Nilai nominal suatu saham disebut juga stated value, face value, nilai pari, par value. 2. Nilai buku per lembar saham (book value per share) Yaitu total ekuitas dibagi jumlah yang beredar. Nilai ini menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki pemegangnya. Nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang dipeoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi. 3. Nilai pasar (market value) Adalah nilai suatu saham yang dientukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan indeks harga saham gabungan (IHSG). Fluktuasi harga saham di bursa yang menentukan resiko sistematis suatu perusahaan. 4. Nilai fundamental atau sering disebut nilai intrinsik saham Adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminka nilai yang sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal (overpiced). 22 7 Nilai harga saham mencerminkan petunjuk atau kinerja bisinis yang menandakan bagaimana menejemen telah bekerja dengan baik. Apabila manajemen tidak bekerja dengan baik, maka para pemegang saham akan menjual saham mereka dan menginvestasikan pada perusahaan lain. Apabila para pemegang saham merasa kecewa maka harga pasar per lembar dengan sendirinya akan turun. Hal ini terjadi karena terlalu sedikitnya informasi yang mengalir ke bursa saham sehingga cenderung mengakibatkan harga saham ditentukan dari tekanan psikologis penjual atau pembeli (tindakan irasional). Tindakan irasional ini mengakibakan salah satu pihak untung besar sedangkan pihak lain rugi besar. Hal tersebut bisa terjadi di bursa saham dan tidak salah menurut hukum. Untuk mencegah hal tersebut diatas, maka sebainya perusahaan yang go public memberikan informasi yang cukup setiap saat sepanjang informasi tersebut berpengaruh terhadap harga saham dan secara periodik menerbitkan informasi rutin. 1) Pendekatan Penilaian Harga Saham Dalam penentuan harga saham pada praktiknya mengacu pada beberapa pendekatan teori penilaian, dimana perkembangannya pararel dengan persepsi investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di suatu perusahaan yang terdaftar di bursa. Investor akan memperhatikan apakah perusahaan emiten dalam keadaan kontinyu usaha, bangkrut atau dalam keadaan mengalami risiko likuidasi. Investor yang rasional akan selalu mempertimbangkan risiko usaha. Menurut Djoko Susanto (2009:2) ada dua model dan teknik analisis yang dapat digunakan dalam penilaian harga saham, yaitu: 23 7 1. Analisis Fundamental 2. Analsis Teknikal. Penjelasan mengenai teknik analisis yang dapat digunakan dalam penilaian harga saham tersebut sebagai berikut: 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah suatu metoda peramalan pergerakan instrumen finansial diwaktu mendatang berdasarkan pada perekonomian, politik, lingkungan dan faktor-faktor relevan lainnya serta statistik yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran instrumen finansial tersebut. Apabila penawaran meningkat tetapi permintaannya tetap, maka harga pasar akan meningkat, begitu sebaliknya. Salah satu kesulitan analisis fundamental adalah mengukur secara akurat hubungan antara variable-variabel, sehingga para analisis harus membuat esimasi berdasarkan pengalaman mereka. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah suatu metoda meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecendrungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Pada analisis teknikal tidak begitu perduli terhadap factor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis fundamental , tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumennya pasar. 24 7 Menurut Tandelilin (2009:200) ada dua model dan teknik analisis yang dapat digunakan dalam penilaian harga saham, yaitu: a. Analisis fundamental Pendekatan fundamental adalah pendekatan untuk menganalisis suatu saham dengan berdasarkan data-data perusahaan seperti pendapatan, dividen, penjualan dan lainnya. Dalam pendekatan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental digunakan dua pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan nilai sekarang dan (2) pendekaan rasio harga saham terhadap earning (price eaning raio/PER) b. Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan pendekatan untuk mencari pola pergerakan harga saham yang bisa dipakai untuk meramalkan pergerakan saham di kemudian hari. Keputusan investasi dalam analisis teknikal berdasarkan dari data-data pasar di masa lalu sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Ada beberapa asumsi yang mendasari analisis teknikal sbb: 1) Nilai pasar, barang dan jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran 2) Interaksi pemintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor rasional maupun tidak. Faktor-faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental serta faktor- 25 7 faktor seperti opini yang beredar, keingian investor, dan ramalanramalan. 3) Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu ternd selama jangka waktu yang relatif panjang. 4) Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan pemintaan dan penawaran. Hubunganhubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Weston dan Brigham (2009:26), ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham sebagai berikut: 1. Proyeksi laba per tahun 2. Saat diperolehnya laba 3. Tingkat risiko dari proyeksi lab Menurut Suad Husnan (2006:309) ada beberapa faktor mempengaruhi harga saham sebagai berikut: 1. Kondisi Makro Ekonomi atau Kondisi Pasar 2. Analisis Industri 3. Analisis Kondisi Spesifik Perusahaan. Secara rinci ketiga hal tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar yang 26 7 Karena kondisi pasar mereflesikan kondisi ekonomi, maka perubahan kondisi ekonomi, maka perubahan kondisi ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Masalahnya adalah bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan harapan para pemodal terhadap kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Dengan kata lain, pasar mem-present value-kan kondisi di masa yang akan datang. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa pasar mungkin mengantisipasi perkembangan tingkat bunga, sehingga analisis seri data secara synchronous menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan. Tentu saja sifat antisifatif pasar tersebut dapat terbukti tidak benar, sehingga menunjukkan sinyal yang salah tentang kondisi ekonomi, tetapi secara umum pasar nempaknya selalu bersifat antisipatif terhadap kondisi perekonomian. 2. Analisis Industri Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi di pasar cukup baik untuk melakukan investasi, selanjutnya perlu menganalisis industriindustri apa yang diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik. Konsep analisis yang akan dipergunakan berkaitan erat dengan prinsipprinsip valuasi. Dengan demikian taksiran tentang seberapa besar risiko suatu industri, bagaimana pertumbuhan indusri, merupakan variablevariabel yang penting untuk diperoleh bagi analisis saham. 3. Analisis Kondisi Spesifik Perusahaan Untuk melakukan analisis, analis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Untuk menaksir nilai intrinsic saham, 27 7 dua metode yang digunakan yaitu dividend discount model dan multiplier laba. B. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah : Meythi (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kas Operasi terhadap harga saham dengan persistensi Laba sebagai variabel intervening .tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening.variabel-variabel penelitian ini yaitu arus kas operasi , harga saham,dan persistensi laba, hasil dari penelitian ini yaitu arus kas tidak berpengaruh terhadap harga saham dan persistensi laba ,persistensi laba juga tidak berpengaruh terhadap harga saham.Berdasarkan hasil output SPSS nilai koefisien standardized masing-masing sebesar 0,005, 0,024, -0,010 dan tidak signifikan (p>0,05) yaitu 0.626 , sebagai variabel intervening sehingga hipotesis penelitian tidak mendapat dukungan bukti empiris Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan (2004) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh Economic value added, Residual income,arus kas operasi dan earnings terhadap return yang diterima oleh pemegang saham.penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa eva dan residual income tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham , dan ernings bersama arus kas operasi mempunyai pengaruh pengaruh nyata 28 7 terhadap return yang diterima pemegang saham .Pradhono menggunakan sampel sebanyak 34 perusahaan dan pengujian dilakukan untuk periode 2000-2002. Tan Sau Eng (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR Terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public Periode 2007-2011, hasil dari penelitian ini yaitu NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR secara bersama-sama ternyata berpengaruh signifikan, sehingga dapat diyakini memainkan peranan yang cukup penting dalam menentukan perubahan ROA. Alvin setiawati dan Lauw Tjun Tjun (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh EPS, Loan To Deposito Ratio (LDR) dan Arus Kas Operasi Terhadap Harga saham dan menghasilkan bahwa EPS dan Arus Kas Operasi Mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan LDR tidak ada pengaruh yang signifikan. Putu Desi Miadalyni dan Sayu (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Capital Adequecy Ratio dan kualitas aktiva produktif terhadap harga saham , hasil penelitian ini yaitu tidak adanya pengaruh yang signifkan antara variabel Independen dengan variabel dependen. 29 7 Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No 1 Peneliti Meythi (2006) 2 Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan (2004) 3 Tan Sau Eng (2013) 4 Alvin dan Lauw (2010) 5 Putu dan Sayu (2010) Judul Metode Penelitian Pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda Pengaruh Economic value added, residual income, arus kas operasi dan earnings terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR Terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public Periode 20072011 Pengaruh EPS, LDR dan Arus Kas terhadap harga saham Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda Pengaruh Loan Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Capital Adequecy dan kualitas Aktiva Produktif terhadap harga saham.. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda Sumber : jurnal dan skripsi terdahulu Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda Hasil penelitian Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap harga saham dan persistensi laba, persistensi laba juga tidak berpengaruh terhadap harga saham(hipotesis penelitian tidak mendapat dukungan bukti empiris) EVA dan residual income tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham dan earnings bersama arus kas operasi mempunyai pengaruh nyata terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR secara bersamasama ternyata berpengaruh signifikan, sehingga dapat diyakini memainkan peranan yang cukup penting dalam menentukan perubahan ROA Menemukan bahwa variabel EPS dan Arus Kas Operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini menghasilkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara vatiabel Independen dengan Dependen. 30 7 C. Kerangka Pemikiran Harga Saham dapat dijadikan daya tarik utama untuk masyarakat dalam menyimpan dana di bank, penentuan perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati karena tingkat bunga yang terlalu rendah akan membuat masyarakat enggan untuk menabung atau memilih menanamkan modalnya di luar negeri, yang mana hal ini membebani neraca pembayaran Indonesia. 1. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham Laporan arus kas operasi adalah sebuah laporan keuangan dasar yang melaporkan kas yang diterima, kas yang dibayarkan , dan perubahannya, dari kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari bisnis selama satu periode dalam sebuah format yang menyatakan saldo kas awal dan akhir. Arus kas mengekspresikan laba bersih ditambah depresiasi, yang secara aktual didistribusikan kepada investor, yakni setelah perusahaan menanamkan invesatasi di fixed assed dan modal kerjanya yang penting untuk kelanjutan operasi. Jadi nilai perusahaan berhubungan dengan kemampuannya menghasilkan arus kas. Sehingga jika arus kasnya meningkat nilai perusahaan akan naik, yang selanjutnya juga akan menaikkan harga saham (Brigham et al,1997 :110). 2. Pengaruh Earnings Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002:424), data laba per saham seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. EPS (Earnings Per Share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham 31 7 biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian besar perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. 3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) . CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan Bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank . CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia . Semakin tinggi CAR maka semakin tinggi kemampuan bank untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang beresiko . Sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi pada suatu bank. maka kerangka Pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Arus Kas Operasi EPS Harga Saham C. D. E. CAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 32 7 D. Hipotesis Arus Kas Operasi, Earnings Per Share (EPS) , dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Harga saham di pasar dapat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut, yaitu Arus Kas Operasi, Earnings Per Share (EPS) , dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Variabel tersebut diteliti dengan menggunakan alat uji regresi sehingga mengetahui pengaruh Arus Kas Operasi, Earnings Per Share (EPS) , dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham. Setelah pengujian tersebut peneliti akan mengetahui apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap Harga Saham. Ukuran tersebut cukup mewakili keseluruhan perusahaan karena penulis melihat dari ukuran laba, kinerja dan likuidasi. Dari keseluruhan uraian di atas, beberapa hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham Laporan arus kas operasi adalah sebuah laporan keuangan dasar yang melaporkan kas yang diterima, kas yang dibayarkan , dan perubahannya, dari kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari bisnis selama satu periode dalam sebuah format yang menyatakan saldo kas awal dan akhir. Arus kas mengekspresikan laba bersih ditambah depresiasi, yang secara aktual didistribusikan kepada investor, yakni setelah perusahaan menanamkan invesatasi di fixed assed dan modal kerjanya yang penting untuk kelanjutan operasi. Jadi nilai perusahaan berhubungan dengan kemampuannya menghasilkan arus kas. 33 7 Sehingga jika arus kasnya meningkat nilai perusahaan akan naik, yang selanjutnya juga akan menaikkan harga saham (Brigham et al,1997 :110). Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut : Ha1 : Terdapat Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap harga saham. 2. Pengaruh Earnings Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002:424), data laba per saham seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. EPS (Earnings Per Share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian besar perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut : Ha2 :Terdapat Pengaruh Earnings Per Share (EPS) terhadap harga saham. 3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) . CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan Bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan 34 7 usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank . CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia . Semakin tinggi CAR maka semakin tinggi kemampuan bank untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang beresiko . Sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi pada suatu bank. Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut : Ha3 : Terdapat Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham.