RUANG KAJIAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Studi Kasus: Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi Oleh : Andi Sopandi Abstract Strategy of Society Empowerment policy in certain area needs an exact understanding and appropriate policy with basic principle in empowering society. Therefore, target accuracy and achieved goal can be suitable with the expectation. Keywords: Community development, Democracy Aspect, Independency, gradualness and Partnership, and Sustainability Aspects A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigm pembangunan dunia secara tidak langsung mempengaruhi pola pembangunan di berbagai Negara. Realitas tersebut tak terlepas perubahan global dari pola pertumbuhan ekonomi ke pemenuhan kebutuhan hidup hingga kini diarahkan pada peningkatan kualitas manusia (human quality). Sebagaimana statement United Nation Development Programme (UNDP), dalam menentukan indikator pembangunan yang dirumuskan dalam Human Development Index (HDI), yaitu: (1) Indeks Pengetahuan (2) Indeks Kesehatan Dengan demikian, pemaknaan pemberdayaan masyarakat dapat disimpulkan bahwa: (a) Pemberdayaan Masyarakat Hendaknya Bukan membuat Masyarakat Menjadi Tergantung pada Program-Program Pemberian (Charity); (b) Akan Tetapi, Setiap Apa Yang Dinikmati, Harus Dihasilkan Atas Usaha Sendiri; dan (c) Hasil Akhir: Memandirikan Masyarakat dan Membangun Kemampuan Untuk Memajukan Diri ke Arah Kehidupan Yang Lebih Baik Secara Berkelanjutan (Sustainable). Pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat dipandang sebagai proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapital melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya (Dadang Solihin : 2007). Berdasarkan pendapat tersebut, maka konsep pemberdayaan merupakan konsep pembangunan di bidang ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep pemberdayaan masyarakat pun merupakan paradigma baru dalam pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participztory, empowering, and sustainable (Chambers, 1995). Upaya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, diharapkan pembangunan bidang pemberdayaan masyarakat mampu menciptakan kondisi yang stabil di lingkungan masyarakat secara berkelanjutan. Pada berbagai program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi, terlihat kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, menumbuhkan ketergantungan (3) Indeks Daya Beli Secara eksplisit, indikator mengisyaratkan adanya peningkatan kualitas manusia melalui partisipasi aktif masyarakat dan pemerintah dalam proses pembangunan, dari pola Top-Down ke arah Bottom-up. Realitas tersebut menumbuhkan kembali pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat atau dalam konteks saat ini yang disebut dengan pola pemberdayaan masyarakat (Community Development). Pemberdayaan (Empowerment) hadir sebagai proses panjang yang disebabkan terjadinya “Power disenfrenchiesement” atau “Dispowerment” yaitu Peniadaan Power pada sebagaian masyarakat. Akibatnya, Masyarakat tidak memiliki akses yang memadai terhadap asset produktif yang umumnya dikuasai para pemilik “Power”. Pada Prinsipnya Tujuan Pemberdayaan adalah: 1) Melepaskan Belenggu Kemiskinan dan Keterbelakangan 2) Memperkuat Posisi Lapisan Masyarakat dalam Struktur Kekuasaan(Ginanjar Kartasasmita, 1999: 194) Di sisi lain, implementasi pemberdayaan masyarakat secara praktis dapatdilhat dari berbagai segi kepentingan, sehingga perlu ada semacam pembagian peran (role) antar setiap elemen dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, sehingga akan tampak jelas prioritas pemberdayaan masyarakat di setiap elemen tersebut. 42 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 Kabupaten Bekasi dengan menggunakan pendekatan potensi dan peluang. Proses perkembangan industrialisasi di Kabupaten Bekasi berdampak langsung terhadap berubahnya kondisi fisiobiografis lingkungan pedesaan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya di antaranya adalah: faktor internal desa, hubungan antar-desa dan hubungan antara desa dengan kawasan industri. Indikasi-indikasi perubahan tampak yang tampak di antaranya adalah: 1. Homogenitas kehidupan desa semakin berkurang 2. Beralihnya mata pencaharian dari pertanian dan lio ke sektor industri dan jasa 3. Berubahnya fungsi lahan pertanian dan lio untuk kawasan industri 4. Berubahnya pola hidup dan sistem sosial masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di atas bagi masyarakat desa berdampak pada seluruh aspek lingkungan kehidupan, sehingga masyarakat sekitar kawasan industri kemudian melakukan strategi-strategi adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, kondisi tersebut memerlukan penanganan dan pengelolaan sumberdaya lingkungan pedesaan secara komprehensif dan berkelanjutan. Setelah melakukan identifikasi terhadap modal social (social capital), sumberdaya lainnya melalui social mapping, maka masyarakat pada bantuan luar, tercipta benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan kapital social yang ada di masyarkat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dan lainnya). Lemahnya social capital pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian mengatasi persoalannya secara bersama. Kemandirian lembaga masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum ekonomi, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan merekan dan mampu memperngaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat local agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin (pro poor) dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good govermance), baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman. Dalam Kajian ada beberapa model yang bisa menjadi referensi untuk memperkuat hasil kajian dan bisa dijadikan model untuk pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi, dan ini merupakan peluang dan potensi yang dapat dikembangkan dengan serius, selama semua pihak memiliki komitmen yang kuat untuk program pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi. Berikut dijelaskan beberapa model Pemberdayaan Masyarakat di 43 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 diorganisasi secara territorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal. Oleh karena itu, program pemberdayaan masyarakat menjadi sesuatu yang penting dikembangkan sesuai dengan sosio-kultural masyarakatnya, berdasarkan strategi dan pola adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Model perencanaan sosial tersebut juga berlaku secara menyeluruh, sehingga ada mata rantai aktivitas yang sinergis dari berbagai pihak. Sebagaimana dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi (2001: 60) bahwa model pengembangan masyarakat (community development) pada intinya bertujuan mengembangkan kemandirian masyarakat. Bentuk partisipasi yang diharapkan adalah masyarakat mampu mendefinisikan dan mencoba memenuhi kebutuhan mereka sendiri melalui metode proses kreatif dan kooperatif serta pembentukan kelompok-kelompok keswadayaan. dilakukan Analisa SWOT yang merupakan landasan penting untuk melakukan strategi pemberdayaan masyarakat (community development) yang terpadu seiring dengan berkembangnya model pendekatan yang berpusat pada manusia (people centered development) sebagai antitesis dari model pembangunan yang berpusat pada industri (production centered development). Pendekatan ini menyadari kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan, melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol atas sumber daya materi dan nonmaterial yang penting. David Korten (dalam Adimihardja, 2001: 377) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk melakukan perubahanperubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang berpusat pada manusia, yaitu: a. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri pada tingkat individual, keluarga dan komunitas; b. Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang berfungsi menurut kaidahkaidah swa-organisasi; c. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Kondisi gambaran umum pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung (masalah dan peluang) dan penghambat pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi? 44 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 D. Metodologi Penelitian 1. Disain Penelitian Studi ini dilakukan untuk mengembangkan strategi pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi. Berdasarkan studi ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana prospek ketahanan masyarakat terhadap fluktuasi perkembangan ekonomi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permasalahan tersebut. Studi tentang program pemberdayaan masyarakat memang banyak dilakukan, tetapi jawaban atas pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan strategi perencanaannya masih beranekaragam. Pendapat ahli yang satu dengan yang lain mendeskripsikan penafsirkan secara berbeda-beda. 3. Bagaimanakah strategi dan pola kebijakan pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi gambaran umum pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi, terutama terutama yang berkaitan dengan data dan informasi mengenai potensi jumlah dan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Bekasi yang mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat. 2. Mengkaji faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan mengidentifikasi masalah dan peluang yang berkaitan dengan program pemberdayaan masyarakat, termasuk menginventarisir dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah. 3. Menganalisis strategi dan pola kebijakan pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi dan Merumuskan saran dan rekomendasi kebijakan publik yang tepat bagi pemerintah Kabupaten Bekasi berkenan dengan upaya pemberdayaan masyarakat disesuaikan dengan kondisi setempat. Oleh sebab itu, mekanisme penanggulangan masalah yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungannya harus dihubungkan dengan respons-respons yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi yang dimiliki dan dipilih oleh seseorang atau masyarakat dengan menemukan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi, baik masalah yang lama maupun masalah baru. Berkaitan dengan hubungan industrialisasi, struktur masyarakat Indonesia sebagaimana diungkap Boeke (dalam Ufford, 1989: 15) mencirikan struktur ekonomi yang dualistik. Artinya, telah terjadi adanya penyandingan dua struktur ekonomi yang berbeda antara ekonomi desa 45 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 berkembang “menengah-atas” pada tahun 2010 dengan angka IPM sebesar 80. Pada saat upaya pencapaian IPM tersebut berlangsung, muncul pula kesepakatan baru dari negara-negara didunia yaitu pencapaian Tujuan pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Konsep MDGs ini pada dasarnya adalah penyempurnaan dari konsep HDI di mana seluruh komponen HDI tercakup dalam komponen MDGs. HDI mengukur pencapaian ratarata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia: yang subsisten (umumnya bertani) dan industri. Oleh sebab itu, perlu pula dikaji latar belakang historis perubahan sosial yang terjadi di daerah penelitian, yaitu pola kehidupan masyarakat dan kawasan industri sekitar. Kehadiran industri tersebut secara langsung telah berdampak pada terjadinya penyusutan tanah, penurunan kualitas sumber daya alam dan pola hidup masyarakat di pedesaan. Keberadaannya justru mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan ekonomi desa sekitar kawasan industri. Kondisi ini menurut Todaro (1984: 294) mengarahkan masyarakat sekitar untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. (1) Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran (2) Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah, atas Gross Enrollment Ratio (bobot satu per tiga). (3) Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita Gross Domestic Product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli Purchasing Power Parity dalam dollar as Tujuan pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang diadopsi oleh 199 negara di dunia pada tahun 1999 yang lalu, termasuk Indonesia, merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing global dan pembangunan sumberdaya manusia melalui delapan goal yaitu:(a) menghapuskan kemiskinan; (b) pendidikan dasar untuk semua; (c) Akibat proses perubahan tersebut, masyarakat desa sekitar kawasan industri memilih strategistrategi adaptasi akibat perubahan yang terjadi di mana arus nilai industri yang masuk mengarahkan masyarakat desa setempat untuk melakukan adaptasi. Pada kondisi tersebut masih terdapat masyarakat desa yang tetap bertahan. Pada muara proses dan fenomena perubahan sosial di atas masyarakat dunia sepakat untuk menggunakan beberapa perangkat pengukuran hasil dari suatu pembangunan, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) dan Tujuan pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs). Indonesia diharapkan sudah mampu memasuki golongan negara 46 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 11. Perbaikan kehidupan yang signifikan pada penghuni daerah kumuh. Sementara itu, kewajiban/ kontribusi Negara dalam upaya mencapai tujuan pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDG’s) dan peningkatan daya saing global dan pembangunan sumberdaya manusia, di antaranya adalah: 1. Sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berperaturan, berkepastian, dan tidak diskriminatif; 2. Tertanggapinya isu-isu khusus dari negara-negara yang kurang berkembang; 3. Terpenuhinya kebutuhankebutuhan khusus dari negaranegara terpencil dan negara-negara pulau kecil; 4. Terlibat secara mendalam dalam penanganan masalah hutang negara-negara sedang berkembang melalui kegiatan nasional dan internasional dalam rangka keberlanjutan hutang dalam jangka panjang; 5. Kerjasama dengan negara-negara berkembang untuk mengembangkan hasil karya yang baik dan produktif dari kaum muda; 6. Kerjasama dengan perusahaanperusahaan farmasi dalam menyediakan akses obat-obatan penting yang terjangkau di negaranegara sedang berkembang; 7. Kerjasama dengan sektor swasta dalam menyediakan kemanfaatan dari teknologi-teknologi baru terutama teknologi informasi dan komunikasi. kesetaraan dan keadilan gender serta pemberdayaan perempuan; (d) menurunkan angka kematian bayi; (e) memperbaiki kesehatan ibu; (f) mencegah HIV-AIDS, malaria dan penyakit lainnya; (g) lingkungan berkelanjutan dan; (h) membangun jaringan kemitraan global. Indonesia telah menggunakan Tujuan Pembangunan Millenium ini sebagai arahan dan target pencapaian yang perlu direalisasikan sebelum tahun 2015. Kedelapan goal di atas harus dicapai dengan indikator sebagai berikut (basis 2000-2015): 1. Jumlah orang miskin berkurang 50% dari sebelumnya; 2. Jumlah orang yang menderita kelaparan berkurang 50% dari sebelumnya. 3. Semua anak laki-laki dan perempuan tamat sekolah dasar. 4. Hilangnya kesenjangan gender pada pendidikan dasar dan menengah. 5. Angka Kematian Balita turun hingga 2/3 dari sebelumnya. 6. Angka Kematian Ibu turun hingga 3/4 dari sebelumnya. 7. Tetap dan menurunnya tendensi HIV/AID, 8. Tetap dan menurunnya tendensi malaria dan penyakit menular lainya. 9. Kebijakan dan program pemerintah berbasis prinsip-prinsip pembangunan kerkelanjutan terpadu dan menurunnya kehilangan sumberdaya alam; 10. Berkurangnya orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi hingga tinggal separuhnya; 47 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 2. Penentuan Wilayah Sampel dan Responden Penentuan sampel kajian kebijakan pembangunan bidang pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi ini ditentukan berdasarkan hasil pembagian Wilayah Pengembangan di Kabupaten Bekasi, Zona Kawasan Industri dan Non-Zona Kawasan Industri, dan wilayah kabupaten Bekasi yang terdiri atas 23 Kecamatan menjadi bagian populasi analisa kajian. Apabila dilihat dari pembagian wilayah pengembangan di Kabupaten Bekasi, maka disain penelitian ini diarahkan berdasarkan pembangian wilayah tersebut, yang meliputi: a. Wilayah Pengembangan I : Terdiri atas Kecamatan Babelan, Tarumajaya dan Muaragembong. b. Wilayah Pengembangan II : Terdiri atas Kecamatan Cabangbungin, Sukawangi, Sukakarya, Tambun Utara, Tambelang, Pebayuran, Sukatani, Karangbahagia dan Kedungwaringin. c. Wilayah Pengembangan III: Terdiri atas Kecamatan Tambun Selatan, Cibitung, Cikarang Barat, Cikarang Timur, Cikarang Utara, Cikarang Pusat, dan Cikarang Selatan. d. Wilayah Pengembangan IV: Terdiri atas Kecamatan Kecamatan Setu, Serang Baru, Cibarusah dan Bojongmangu. Berdasarkan hasil Penentuan Populasi ditentukan oleh pembagian Wilayah Pengembangan di Kabupaten Bekasi, jenis Industri (Zona Kawasan Industri dan Non-Zona Kawasan Berdasarkan dasar-dasar pemikiran di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka analisa penelitian sebagai berikut. GAMBAR Model Pendekatan Kajian Analisis Studi Kebijakan Pembangunan Bidang Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi STRATEGIES/ACTIVITIES (Obyek Studi Kebijakan) 1. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat K I.2. Indeks Pendidikan 80 (80) 2. Meningkatkan Pendidikan Masyarakat Indeks Daya Beli 80 (70) 3. Meningkatkan Daya Beli Masyarakat K I.3 CAPAIAN PEMBANGUNAN 2007: 1. IPM 71,31 (naik 0,45 point dibanding th. 2005) 2. Laju Pertum buhan Ekonom i 6,12% (naik 0.02% dibanding th. 2006) 3. PDB/Kapita Rp 32.866.801,- (naik 6,87% dibanding th. 2006) 4. PAD Rp. 196.320.104.849,44 (naik 13,70% dibanding th. 2006) 5. Infras truktur: Panjang Jalan 725,369 Km (naik 4,5% dibanding target) 6. Ras io Angka Kem is kinan 24% (turun ..% dibanding th. 2006) 7. Keluarga Pra-Sejahtera 30,88% (naik 1,92% dibanding th. 2006) 8. Pengangguran Terbuka 15,12% (naik 0,78% dibanding th. 2006) RPJM KAB. BEKASI TAHUN 2007-2012 K II.1 1. Jum lah orang m is kin berkurang 50% dari s ebelum nya; 2. Jum lah orang yang m enderita kelaparan berkurang 50% dari s ebelum nya. K II.2 3. Sem ua anak laki-laki dan perem puan tam at s ekolah das ar. K II.3 4. Hilangnya kes enjangan gender pada pendidikan das ar dan m enengah. K II.4 5. Angka Kem atian Balita turun hingga 2/3 dari s ebelum nya. K II.5 6. Angka Kem atian Ibu turun hingga 3/4 dari s ebelum nya. 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu K II.6 6. Tetap dan m enurunnya tendens i HIV/AID, 8. Tetap dan m enurunnya tendens i m alaria dan penyakit m enular lainya. 6. Mencegah HIV/AID, Malaria dan Penyakit Menular lainya K II.7 9. Kebijakan dan program pem erintah berbas is prins ip-prins ip pem bangunan berkelanjutan terpadu dan m enurunnya kehilangan s um berdaya; 10. Berkurangnya orang-orang yang tidak m em iliki aks es terhadap air bers ih dan s anitas i hingga tinggal s eparuhnya; 11. Perbaikan kehidupan yang s ignifikan pada penghuni daerah kum uh. PRIORITAS/PROGRAM: 1. Tahun I (2007-2008) Peningkatan kualitas pelayanan m as yarakat m elalui Perbaikan Tata Kelola Pem erintahan; 2. Tahun II (2008-2009) Pem berdayaan m as yarakat; 3. Tahun III (2009-2010) Pem antapan ketahanan pangan; 4. Tahun IV (2010-2011) Peningkatan dan Prom os i Inves tas i terpadu di bidang Indus tri, Infras truktur, Agroindus tri dan Pariwis ata; 5. Tahun V (2011 -2012) Peningkatan keterlibatan dan partis ipas i Mas yarakat PURPOSES Indeks Harapan Hidup 80 (90) STRATEGI: 1. Pem bangunan Sum ber Daya Manus ia ( SDM ) berkualitas ; 2. Penguatan s truktur ekonom i berbas is Agribis nis dan Indus tri berkelanjutan; 3. Pem berdayaan Mas yarakat; 4. Revitalis as i Kawas an dan Wilayah m enuju Ram ah Lingkungan OUTPUS K I.1. 12. Sis tem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berperaturan, berkepas tian, dan tidak dis krim inatif; 13. Tertanggapinya is u-is u khus us dari negara-negara yang kurang berkem bang; 14. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan khus us dari negara-negara terpencil dan negara-negara pulau kecil; 15. Terlibat s ecara m endalam dalam penanganan m as alah hutang negara-negara s edang berkem bang m elalui kegiatan nas ional dan internas ional dalam rangka keberlanjutan hutang dalam jangka panjang; 16. Kerjas am a dengan negara-negara berkem bang untuk m engem bangkan has il karya yang baik dan produktif dari kaum m uda; 17. Kerjas am a dengan perus ahaan-perus ahaan farm as i dalam m enyediakan aks es obat-obatan penting yang terjangkau di negara-negara s edang berkem bang; 18. Kerjas am a dengan s ektor s was ta dalam m enyediakan kem anfaatan dari teknologi-teknologi baru terutam a teknologi inform as i dan kom unikas i. GOALS I INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUM AN DEV ELOPM ENT INDEX/ HDI) TAHUN 2010 = 80 1. Menghapuskan Kemiskinan dan Kelaparan 2. Menyediakan Pendidikan Dasar Untuk Semua 3. Kesetaraan dan Keadilan Gender serta Pemberdayaan Perempuan 4. Menurunkan Angka Kematian Balita II TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM 2015 (M ILENIUM DEV ELOPM ENT GOALS/ M DGs) 7. Menjamin Keberlanjutan Lingkungan 8. Membangunan Jaringan Kemitraan Global Catatan: Purpose II.8. harus diwujudkan oleh Negara-negara Maju agar Negara-negara Sedang Berkembang bisa mewujudkan purpose II.1. sampai II.7. Lokus Studi Pada gambar di atas terlihat sebuah skema analisis kebijakan pembangunan bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan analisa kerangka kerja logis (Logical Frame Analysis/LFA) dengan menggunakan alat verifikasi (Means of Verification/MOV) dan indikator obyektif yang dapat diverifikasi (Objectively Verifiable Indicator/OVI) gabungan dari IPM dan MDGs. Lokus studi adalah strategi berikut kegiatankegiatan yang harus direkomendasikan ( K I.1 sampai dengan K II.7) dengan mempertimbangkan asumsi dan resiko (Assumption and Risk) yang harus diambil. 48 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 Industri), dan wilayah Kabupaten Bekasi yang terdiri atas 23 Kecamatan menjadi bagian populasi analisa kajian. (d) Masyarakat/Pelaku/Lembaga Ekonomi di Wilayah Non-Zona Kawasan Industri Selain itu, penelitian ini juga mempergunakan data sekunder dapat lebih diperkaya melalui studi pustaka, dengan melakukan kajian literatur, dokumentasi, arsip dan dan kajian penelitian sejenis yang dianggap relevan dengan permasalahan penelitian. Perolehan data dan informasi lainnya dalam penelitian ini dijaring dari berbagai sumber sekunder. Analisis teoritis lebih mendalam akan tampil dengan sendirinya ketika dilakukan analisa makro dengan mengabstraksikan secara teoritis semua data yang sudah berubah menjadi konsep-konsep baru yang diangkat dari lingkup empiris. Pengolahan data dari hasil penelitian dilakukan dengan aplikasi komputer dalam proses analisisnya. Untuk itu, tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah Editing, Coding, Tabulation, dan Visualization. Sampel yang akan diambil adalah representasi dari kelompok masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan masyarakat selama ini dengan berbagai model yang telah dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi maupun Pemerintah Pusat. Beberapa Program Pemberdayaan Masyarakat akan di evaluasi, melalui responden sebagai berikut, antara lain : (a) Aparat Pemerintahan; (b) Tokoh Masyarakat Masyarakat (Ketua RT, RW, Kadus, Tomas dan Toga); (c) Pelaku ekonomi UKM dan sektor informal/Kelompok Tani; dan (d) Pihak Industri (Zona Kawasan maupun Non-Zona Kawasan) 3. Teknik Pengumpulan Data: Berdasarkan hasil penentuan populasi dan sampel di atas, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui studi lapangan yang didahului oleh survei awal lapangan dan penyebaran kuesioner berdasarkan kategorisasi di atas, meliputi: F. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, maka dirumuskan beberapa strategi dan kebijakan program pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut: Kekuatan (Strength) • Letak Wilayah Kabupaten Bekasi Yang Strategis • Pertumbuhan dan Perekonomian Kab. Bekasi yang cukup tinggi • Sumber Daya Alam yang Potensial • Sumberdaya finansial (a) Kecamatan/Desa (b) (c) Wilayah di Wilayah Non-Zona Industri (Permukiman, Pertanian dan Perdagangan) Kecamatan/Desa Wilayah Kawasan Industri Masyarakat/Pelaku/Lembaga Ekonomi di Kawasan Industri 49 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 organisasi pemerintah serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan Bidang Perberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi Akan tetapi, apabila dilakukan analisis SWOT berdasarkan sektoral, yang disesuaikan dengan hasil perumusan isu permasalahan di atas, sebagai berikut: Kelemahan (Weakness) • Angka Pengangguran dan kemiskinan cukup tinggi serta Indeks Kesehatan yang belum memadai • Kekuatan ekonomi rakyat belum berkembang dan Indeks Daya Beli Masyarakat masih rendah • fasilitas infrastruktur perkotaan belum optimal • Manajemen pemerintah dan Keterkaitan antar sektor belum optimal Peluang (Opportunities) • Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Nasional dan Daerah • Aksesibilitas yang tinggi terhadap pusat Kawasan Industri • Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dalam Perencanaan daerah (RKPD, RPJMD, Visi dan Misi Kabupaten Bekasi) • Perkembangan ekonomi nasional Ancaman (Threat) • Konsistensi Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah dan Nasional • Kerjasama regional belum optimal • Angka migrasi penduduk yang tidak terampil tinggi • Meningkatnya persaingan regional Strategi utama Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bekasi menuntut adanya inovasi dalam manajemen pembangunan Kabupaten Bekasi, dan sinergi berbagai potensi sumberdaya dan unit 50 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 Tabel 5.57 Analisa SWOT Berbasis Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia dan Tujuan Pembanngunan Milenium 2015 No. 1. Variabel Pendidikan Strength (Kekuatan) • AMH relative tinggi (93,67%) • Upaya untuk meningkat kan RLS telah dilakukan secara terprogram Sarana pendidikan SD cukup merata • • 2. Kesehatan • • Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Pendekatan IPM 2010 • Masih Ada • DaerahDaerah yang Belum tersentuh Program Akselerasi AMH. • RLS (8,20 TH) • di bawah pendidikan rata-rata lanjutan atas. • Jumlah Sarana Pendidikan terbatas • Sarana • Pendidikan SMP/SMA terbatas dan kurang merata. ProgramProgram Peningkata n Life Skill sudah mulai dilakukan Tenaga media di daerah Zona Industri sudah memadai • Program Life Skill Belum optimal atau belum sesuai dengan kebutuhan • • Tenaga medis kurang memadai • Sarana media daerah • Kurangnya Unit Puskesmas/ • di 2010 Threath (Ancaman) Sektor pendidikan masih menjadi prioritas. • Angka Melek Huruf Berkaitan dengan Angka Kemiskinan. Menjadi prioritas program Pemberdaya an • Kualitas Tenaga Kerja Rendah Komitmen meningkatka n Alokasi Anggaran Biaya Pendidikan 20%. Prioritas program pendidikan luar sekolah (Non-formal) • Angka Melanjutkan ke Tingkat SMP/SMA masih rendah • Kurangnya Kemandirian Ekonomi Masyarakat Adanya prioritas pemerintah dalam peningkatan kualitas Tenaga Medis Adanya Kebijakan Peningkatan • Kesenjangan kualitas SDM • Rendahnya Kualitas Kesehatan 51 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No. Variabel Strength (Kekuatan) • 3. Daya Beli • Zona Industri sudah memadai Program Jaminan Kesehatan Masyaraka t Zona Industri lebih baik Angka PDRB relatif Tinggi Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threath (Ancaman) sarana kesehatan/ Posyandu Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat • Rendahnya Jaminan Kesehatan Masyarakat Zona NonIndustri • Peningkatan Program Kesehatan Gratis • Rendahnya Kualitas Kesehatan Masyarakat • Rata Peningkatan Paritas Daya Beli relatif rendah Investasi lebih terpusat pada sektor yang sudah tumbuh. • Peningkatan Pemerataan kegiatan Ekonomi • Menimbulkan Kesenjangan • Merintis SektorSektor Ekonomi di wilayah yang belum tumbuh. Penuntasan Kemiskinan menjadi komitmen • Ketimpangan Pertumbuhan antar sektor dan wilayah • Menurunnya tingkat Kesejahteraan Masyarakat Meningkatka n Animo Pendidikan kesetaraan gender, khususnya laki-laki Menjadi prioritas peningkatan kesehatan masyarakat • Kesetaraan gender SDM • Mengancam rendahnya Angka Harapan Hidup • Investasi cukup besar • Perkemba ngan Keluarga Sejahtera rata-rata 6,27% Laki-Laki SD (45%) perempua n (55%) • Belum berkurang secara signifikan • • Kesetaraan Gender belum berimbang terhadap lakilaki • Angka kematian bayi (per1000 kelahiran sebelum berumur 1 th) turun dari 190 tahun 2007 menjadi • Masih cukup tinggi AKB. • 4. Pengentasa n Kemiskinan • 5. Kesetaraan Gender Pendidikan • 6. Kematian Bayi (AKB) • 52 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No. 7. 8. 9. 10 Variabel Penderita Penyakit Menular Pembangu nan Berkelanjut an Akses Terhadap Sanitasi dan Air Bersih Kehidupan Penghuni Daerah Kumuh Strength (Kekuatan) • • 102 tahun 2008. Jenis-Jenis Penyakitny a masih dapat diatasi Telah menjadi komitmen dapat RPJM 2007-2012 Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) • Tendensi Penyakit menular masih cukup tinggi • • Program implementasi Belum optimal • • Sudah Ada Supply air bersih dari PDAM dari Kota Bekasi • Distribusi untuk Kabuopaten baru mencapi 10 juta m3 • • Tingginya animo masyaraka t untuk perbaikan lingkungan • Belum ada program rehabilitasi kawasan kumuh • Threath (Ancaman) Menjadi prioritas peningkatan kesehatan masyarakat Masih banyaknya Peluang SektorSektor berkembang secara Berkelanjuta n (pariwisata, Ekonomi, Agribisnis/ industry, kelautan) Adanya rencana peningkatan jumlah Saluran Langganan (SL) Adanya peningkatan promosi dan investasi di bidang infraStruktur • Mengancam rendahnya Angka Harapan Hidup • Pertumbuhan Ekonomi terganggu • Rendahnya tingkat sanitasi masyarakat • Terganggunya Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat Inovasi tersebut akan dihasilkan melalui matriks strategi melalui iterasi antara komponen Peluang dan Kelemahan. Hasil selengkapnya matrik strategi disajikan dalam Tabel di bawah ini. Tabel Kebijakan dan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi No Sektor Kebijakan Program Indikator Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat 53 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No 1 2. Sektor Pendidikan Kesehatan Kebijakan Program Indikator • Bebas Buta Aksara • Pengentasan Buta Aksara di Daerah Terpencil • 100% Buta Aksara di daerah terpencil • Peningkatan RLS • Optimalisasi Penuntasan WAJAR DIKDAS melalui Pendidikan Gratis • Tercapai Angka RLS Wajar Dikdas • Peningkatan Alokasi APBD untuk sector pendidikan yang memadai • Pengembang an Sarana Prasarana Pendidikan • Rasio jumlah Siswa: Kelas sesuai dengan SPM Pendidik an • Peningkatan Alokasi APBD untuk Pendidikan Luar Sekolah (PLS) • Pembinaan Lembaga Pendidikan Non-formal • Meningkat nya Keterampi lan (Life Skill) masyarak at • Peningkatan pelayanan kesehatan di daerah Nonzona Industri • Penambahan tenaga medis • Penambahan sarana dan prasarana kesehatan • Menurun nya Angka Kesakita n dan penyakit Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat • Peningkatan Akselerasi Keaksaraan Fungsional di daerah terpencil/wilaya h perbatasan • Implementasi Wajar Dikdas pada wilayah sasaran • Rintisan Sekolah Gratis • Peningkatan kegiatan Kejar Paket A/Paket B dan PKBM • Penambahan Unit Sekolah Baru (USB) • Penambahan Ruang Kelas Sekolah (RKS) • Penambahan jumlah tenaga pendidikan sesuai kompetensi • Peningkatan Kapasitas LembagaLembaga Pelatihan/Diklat. • Peningkatan Keterampilan Remaja Putus Sekolah • Penempatan Dokter dan Paramedis • Penempatan Bidan Desa 54 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No Sektor Kebijakan Program • Peningkatan program Jamkesmas 3. Ekonomi Rakyat (Daya Beli) • Pemerataan Ekonomi dan Investasi pada Sektor Ekonomi Kerakyatan • Investasi pada usaha mikro/UMKM • Investasi di sektor unggulan agribisnis • Peningkatan akses pasar bagi produkproduk agribisnis Indikator menular • Meningk atnya Daya Beli Masyara kat Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat • Perbanyak Puskesmas/Pu stu • Revitalisasi Program POSYANDU • Penambahan Peralatan Medis • Pengobatan Gratis Masyarakat Miskin • Pembinaan dan Penyuluhan kesehatan tentang Isu Kesehatan yang aktual • Identifikasi dan Pencegahan Penyakit Menular • Peningkatan investasi dan modal, usaha kecil, mikro dan menengah • Bantuan permodalan di sektor agribisnis • Peningkatan Investasi di sektor pariwisata (agrowisata dan wisata industri) • Peningkatan Investasi di sektor sektor non-formal • Promosi Produk-Produk Unggulan 55 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No Sektor Kebijakan Program Indikator 4. Pengentas an Kemiskina n • Peningkatan jumlah Keluarga Sejahtera • Perluasan pembinaan keluarga sejahtera • Meningk atnya Kategori Keluarga Pra Sejahtera menjadi Sejahtera 5. Kesetaraan Gender Pendidikan • Perluasan kesempatan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan • Penerimaan Murid yang Proporsional antara lakilaki dan perempuan • Proporsi laki-laki dan perempu an seimban g 6. Kematian Bayi (AKB) • Menurunkan Angka Kematian Bayi Secara optimal • Peningkatan kesehatan pra dan pasca persalinan • Angka Kematian Bayi Turun Secara Signifika n Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat • Trading House Produk Unggulan • Kerjasama Perdagangan • Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif bagi Miskin dan Fakir Miskin • Rehabilitasi Sosial Gepeng (Gelandangan dan Pengemis) • Alih profesi bagi petani gurem • Revitalisasi lahan-lahan untuk petani (holtikultur) • Pendidikan Gratis • Beasiswa dan Santunan Pendidikan • Penyediaan Saranaprasarana Belajar • Bimbingan dan Penyuluhan Pra dan pasca persalinan • Peningkatan gizi dan kesehatan ibu hamil • Peningkatan Pelayanan Persalinan • Bimbingan dan Kesehatan Bayi • Bantuan Peningkatan Gizi Bayi 56 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No 7. 8. 9. Sektor Penderita Penyakit Menular Pembang unan Berkelanj utan Akses Terhadap Sanitasi dan Air Bersih Kebijakan Program Indikator • Pengurangan Epidemi Penyakit Menular • Intensifikasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat • Menurun nya Insiden Penyakit Menular secara signifikan • Sinergitas Pembanguna n yang Berwawasan Lingkungan • Pengurangan tingkat pencemaran dan penghemata n sumber daya alam • Menurun nya tingkat polusi dan kelestaria n sumber daya alam • Penerapan sistem daur ulang limbah industri dan rumah tangga (waste management ) • Semakin terkendal i dan termanfa atkannya limbah • Peningkatan kebutuhan Air Bersih dan Rehabilitasi Lingkungan • Rasio Kesediaa n Air Bersih dan Pendudu k • Terpenuhiny a konsumsi air bersih (Clean Water for all) dan Sanitasi Lingkungan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat • Bimbingan dan Penyuluhan Penyakit Menular • Pengobatan Gratis • Pelayanan Kesehatan Keliling • Peningkatan ruang terbuka hijau • Kali bersih • Rehabilitasi lingkungan produktif • Penghijauan lingkungan • Peningkatan Hutan Produksi • Pengorganisasi an, misalnya Koperasi/Kelo mpok Usaha Bersama (KUBE) Pemulung • Pengolahan limbah plastik • Pengolahan limbah kertas dan katon • Pengolahan kembali limbah logam dan gelas/kaca • Pengolahan kompos • Kerajinan barang bekas, dsb. • Perluasan Saluran Air PDAM • Suplai Air Bersih ke daerah-daerah terpencil 57 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No Sektor Kebijakan Program Indikator Memadai 10. Kehidupan Penghuni Daerah Kumuh • Permukiman yang Berwawasan Lingkungan • Rehabilitasi Pemukiman 11. Budaya, Kesenian, Pariwisata Lokal/khas • Pelestarian dan komersialisas i budaya dan kesenian lokal/khas • Pengembang an Pariwisata Daerah • Inventarisasi dan Pembinaan budaya dan kesenian lokal/khas • Penggalian Potensi Pariwisata Daerah • Meningk atnya Kenyama nan dan Sanitasi lingkung an permuki man • Tumbuhn ya kelompok kelompok kesenian lokal/kha s • Tumbuhn ya potensi Pariwisat a unggulan daerah Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat • Bantuan Pengadaan Sumur-sumur artesis • Bimbingan dan Penyuluhan Sanitasi Lingkungan • Rehabilitasi Kampung • Rehabilitasi Saluran Sanitasi • Penghijauan • Pelatihanpelatihan keseniankesenian lokal seperti Topeng, Lenong, , Tanjidor, Marawis, Yapin, Kasidah, Gambus, Ujungan, Barongsai, dsb. • Pembentukan dan Pembinaan kelompokkelompok kesenian • Handbook Seni Budaya Bekasi sebagai media Informasi dan Promosi bagi masyarakat Bekasi dan sekitar 58 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 No Sektor Kebijakan Program Indikator Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat • Modifikasi produksi, kemasan, pemasaran kerajinan dan kuliner tradisonal Bekasi, melalui identifikasi, pelatihan produksi dan kemasan serta mekanisme pemasarannya. • Pengembanga n Kepariwisataan Berbasis Komunitas dan Sumber daya unggulan serta Budaya 59 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 G. Simpulan 6. Rekomendasi bentuk kebijakan pembangunan bidang pemberdayaan masyarakat. Tahapan di atas dapat dilakukan dengan melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, di antaranya merumuskan karakteristik wilayah dan sampel penelitian di Kabupaten Bekasi yang secara garis besar di bagi menjadi menjadi 2 wilayah besar, yaitu: (1) Wilayah NonZona Industri (Pemukiman, Perdagangan, dan pertanian) dan (2) Wilayah Zona Kawasan Industri. Pada wilayah Zona Non-Industri, apabila dilihat dari isu permasalahan utama dari 6 (enam) sektor utama, maka dapat terlihat bahwa isu permasalahan yang dominan adalah: Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable” Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang disebut alternative development, yang menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equity”. Untuk itu, dibutuhkan analisa kebijakan Pembangunan di Bidang Pemberdayaan Masyarakat dengan pendekatan yang multidimensional. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam kajian tersebut di antaranya adalah: 1. Identifikasi Karakteristik wilayah dan Masyarakatnya 2. Potensi Modal Sosial dengan melakukan Social Mapping. 3. Menggali Isu permasalahan yang berkembang di maksyarakat 4. Melakukanan analisis lingkungan internal dan eksternal 5. Merumuskan matrik strategi pembangunan bidang pemberdayaan masyarakat (1) (2) (3) (4) (5) (6) Sektor Ekonomi Sektor Pendidikan Sektor Kesehatan Sektor Agama dan Budaya Sektor Sarana dan Prasarana Lain-lain Berdasarkan Isu Dominan di atas, maka melalui analisis SWOT dapat dikembangkan beberapa kebijakan yang dibutuhkan dan program ke depan yang selama ini lebih dominan program pemberdayaan masyarakat lebih bersifat Charitative, diarahkan pada program yang mengarah pada prinsip keswadayaan, kerakyatan, kemandirian dan keberlanjutan. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari analisa kebijakan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bekasi, maka ada beberapa rekomendasi yang dikembang sebagai berikut: 60 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 1. 2. 3. 4. Sebagai dasar kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bekasi, maka hendaknya kebijakan didasarkan pada karakteristik wilayah dimana di kabupaten Bekasi telah mencanangkan wilayah pengembangan I hingga IV. Akan tetapi, hal ini pun tak terlepas pula pada 2 (dua) wilayah utama antara Wilayah Zona Industri dan Wilayah Non-Zona Industri. Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat pun hendaknya memperhatian 4 (empat) prinsip utama, yaitu: (1) Pengembangan Aspek Kerakyatan; (2) Aspek Kemandirian; (3) Aspek Keswadayaan dan (4) Aspek bertahap dan keberlanjutan (Sustainability). Aspek pemberdayaan tersebut selain di dasarkan pada aspek karakteristik wilayah, juga diarahkan pada aspek prioritas utama setiap sektor pembangunan baik sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, aspek penilaian lainnya di antaranya Millenium Development Goals (MDGs). Tabel (matrik) berikut menguraikan peta rekomendasi prioritas dan alternatif program yang dapat diselenggarakan dalam konteks pemberdayaan masyarakat: 61 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 Tabel Rekomendasi Prioritas dan Alternatif Program Pemberdayaan Masyarakat Menurut Wilayah Pembangunan dan Zona NO I ZONA Non-Zona Kawasan Industri WILAYAH PENGEMBANGAN Wilayah Pengembangan I (Babelan, Tarumajaya, dan Muaragembong) dengan Karakteristik wilayah: • Pengembangan Pemukiman • Perdagangan dan Jasa, • Pelabuhan (pergudangan/ terminal Peti Kemas), • Industri dan Pariwisata. Wilayah Pengembangan II (Cabangbungin, Sukawangi, Sukakarya, Tambun Utara, Tambelang, Pebayuran, Sukatani, Karangbahagia, Kedungwaringin) dengan karakateristik wilayah Daerah Pertanian. Wilayah Pengembangan IV (Kecamatan Setu, Serang Baru, Cibarusah, dan Bojongmangu), dengan karakteristik wilayah, sebagai daerah Konservasi Permukiman,Pengem bangan, Pertanian Holtikultura, dan Pariwisata PRIORITAS PERMASALAHAN BERDASARKAN SEKTOR (1) Ekonomi (2) Pendidikan (3) Agama (4) Kesehatan (5) Sarana dan Prasarana (6) Lain-lain (1) (2) (3) (4) Ekonomi Pendidikan Kesehatan Sarana dan Prasarana (5) Agama (6) Lain-lain (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pendidikan Sarana dan Prasarana Agama Ekonomi Kesehatan Lain-lain PRIORITAS DAN ALTERNATIF PROGRAM • Pengentasan Buta Aksara di Daerah Terpencil • Optimalisasi Penuntasan WAJAR DIKDAS melalui Pendidikan Gratis • Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan • Pembinaan Lembaga Pendidikan Nonformal • Penambahan tenaga medis • Penambahan sarana dan prasarana kesehatan • Peningkatan program Jamkesmas • Investasi pada usaha mikro/UMKM • Investasi di sektor unggulan agribisnis • Peningkatan akses pasar bagi produk-produk agribisnis • Perluasan pembinaan keluarga sejahtera • Penerimaan Murid yang Proporsional antara laki-laki dan perempuan • Peningkatan 62 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 NO ZONA WILAYAH PENGEMBANGAN PRIORITAS PERMASALAHAN BERDASARKAN SEKTOR PRIORITAS DAN ALTERNATIF PROGRAM • • • II Zona Kawasan Industri Wilayah Pengembangan III (Tambun Selatan, Cibitung, Cikarang Barat, Cikarang Timur, Cikarang Utara, Cikarang Pusat, Cikarang Selatan), dengan karakteristik wilayah, meliputi: Permukiman, Perdagangan, Jasa, Industri, dan Pemerintahan (1) (2) (3) (4) (5) Ekonomi Pendidikan Kesehatan Agama Sarana dan Prasarana (6) Lain-lain • • • • • • • kesehatan pra dan pasca persalinan Intensifikasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Inventarisasi dan Pembinaan budaya dan kesenian lokal/khas Pengembangan Pariwisata Daerah berbasisi karakteristik dan Keunggulan Wilayah Pembinaan Lembaga Pendidikan Nonformal Penerimaan Murid yang Proporsional antara laki-laki dan perempuan Intensifikasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Peningkatan program Jamkesmas Investasi pada usaha mikro/UMKM Pengurangan tingkat pencemaran dan penghematan sumber daya alam Penerapan sistem daur ulang limbah industri dan rumah tangga (waste management) 63 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 NO ZONA WILAYAH PENGEMBANGAN PRIORITAS PERMASALAHAN BERDASARKAN SEKTOR PRIORITAS DAN ALTERNATIF PROGRAM • Peningkatan kebutuhan Air Bersih dan Rehabilitasi Lingkungan • Rehabilitasi Pemukiman • Identifikasi dan Inventarisasi serta Pembinaan budaya dan kesenian lokal/khas • Pengembangan Pariwisata Daerah, wilayah perkotaan 64 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 H. Daftar Pustaka Adi, Blanckenburg, Peter von and Reinhold Sach, 1989. Masyarakat Tani dalam Membangun. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Boender, Kees. 1990. In Search of Bonds in Rural SmallScale Industry. Makalah Symposium on Small Industries.YIIS-EUR, Cipanas 7-12 Juli 1990. Brown, JAC. 1954. The Social Psychology of Industry. Great Britian: C. Nicholas & Company Ltd. Collien, William. 1996. Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa. Jakarta: Yayasan Obor. Craib, Ian. 1992. Teori-Teori Sosial Modern; Dari Parsons Sampai Habermas. Jakarta: Rajawali Pers. Ediyono, Setijati H. 1999. PrinsipPrinsip Lingkungan dalam Pembangunan yang Berkelanjutan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas; Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FE-UI. Adimihardja, Kusnaka dan Harry Hikmat. 2001. PRA (Participatory Research Appraisal) dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press. Alland. A. Jr. 1970. Ecology and Adaptation to Parasitic Diseases, dalam A.P. Vadya (ed). Environment and Cultural Behavior: Ecological Studies in Cultural Anthropology. Garden City: Natural History Press. Bennet, J.W. 1976. The Ecological transition: Central Antropology and Human Adaptation. New York, Toronto, Oxford, Sydney, Frankfurt: Pergamon Prees Inc. 65 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 pemerataan. Jakarta: Pustaka Cidesindo. Koentjaraningrat.. 1967. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. ___________. 1990. Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi Nasional. Jakarta: UI Press. Korten, David C. 1993. Menuju Abad ke-21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global Forum Pembangunan Berpusat-Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sunar Harapan. ___________. 1992. Management Community; Asian Experience and Perspektves. Kumarian Press. Miles, Mathew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexi J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasikun. 1993. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. Neuman, William Lawrence. 2000. Social Research Methods; Qualitative and Quantitative Approaches. A Pearson Education Company. Geerzt, Clifford. 1983. Involusi Pertanian; Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhratara Ife, Jim. 1995. Community Development; Creating Community Alternatives-Vision, Analysis and Practic”. Australia: Longman. Indonesia, Departemen Perindustrian. 1995. Lima Puluh Tahun Pembangunan Industri Mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-1995). Jakarta. Jhonson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Kamaly, Husein. 1973. Sejarah Pekembangan Kabupaten Bekasi. Bekasi: Pemda Kab. Bekasi Kano, H. 1984. Sistem Pemilikan Tanah dan Masyarakat Desa di Jawa pada Abad XIX. Dalam Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi (ed). Dua Abad Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa; dari Masa ke Masa. Jakarta: Gramedia Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat; Memadukan Pertumbuhan dan 66 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009 dan Kawasan Tertentu: Sebuah Kajian Eksploratif”. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Suharyanti, Sutji. 1992. “Dampak Perubahan Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Hidup di Tambun, Bekasi Jawa Barat”. Jakarta: UI. Yustika, Ahmad Erani. 2000. “Industrialisasi Pinggiran”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Parker, S.R. 1985. Sosiologi Industr”. Jakarta: Bina Aksara. Planck, Ulrich. 1990. Agrarian Sosiology. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Poot, H., Kuyvenhoven dan Jaap Jansen. 1991. Industrilisation and Trade in Indonesia. Yogyakarta: UGM Press. Ritzer, George. 1996. Modern Sociological Theory. Singapore: The McGraw-Hill Company Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus. Jakarta: Gramedia Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yoygakarta: Tiara Wacana Yogya Sayogyo dan Pudjiwati Sayogyo. 1983. Sosiologi Pedesaan. Jilid I dan II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Scheineder, EV. 1986. Sosiologi Industri. (Terjemahan Ginting). Jakarta: Aksara Persada. Scott, James C. 1983. Moral Ekonomi Petani. Jakarta: LP3ES __________. 1993. Perlawanan Kaum Tan”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Suhandojo. 2002. “Pengembangan Wilayah Pedesaan Yuwono S, Arief M, Simanjuntak PJ dan Sagir S. 1985. Produktifitas dan Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktifitas, 67 Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009