I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang ini, obesitas merupakan masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia. Obesitas menyerang hampir sepertiga negara-negara industri di dunia. Pada tahun 1998, WHO menyatakan obesitas merupakan masalah global serta ancaman serius bagi kesehatan dunia. Saat ini 1.6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight) dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2.3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta diantaranya obesitas (Depkes, 2009). Perbedaan definisi antara overweight dan obesitas dapat dilihat berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT normal orang Asia adalah 18,5-22,9, sementara nilai IMT sebesar 23-24,9 disebut overweight dan nilai IMT diatas 30 dikatakan obesitas. Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada tahun 2004, angka prevalensi obesitas sebesar 9,16 % pada pria dan 11,02 % pada wanita. Hal yang menyangkut obesitas ini berkaitan erat dengan meningkatnya kepadatan energi dari makanan sehari-hari. Obesitas bukan suatu kelainan tunggal tetapi merupakan kumpulan kondisi yang heterogen dengan bermacam-macam penyebab (Stanner, 2005). Penyebab terjadinya obesitas diantaranya adalah pola makan secara berlebihan sehingga jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh dengan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang. Akibatnya, kalori yang berlebihan dalam tubuh menjadi lemak yang tersimpan di dalam jaringan adiposa yang tertimbun di bawah kulit. Selain karena pengkonsumsian makanan yang berlebihan, obesitas dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti: kebiasaan hidup, aktivitas fisik, faktor sosio-kultural, faktor ekonomi, adanya gangguan metabolisme dan enzim, hormonal (insulin, thyroid, dan lain-lain), dan faktor keturunan. Diantara banyak penyebab obesitas, sebagian besar masyarakat menderita obesitas karena asupan lipid yang berlebih, terdapat adanya ketidakseimbangan energi untuk waktu yang lama yaitu total energy expenditure lebih kecil dibandingkan energy intake sehingga terjadi akumulasi cadangan energi yang disimpan dalam lemak (Lakka et al., 2007). Obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius karena sering disertai dampak penyakit lain yakni berbagai komplikasi seperti diabetes melitus (DM) tipe 2, dislipidemia, hipertensi, stroke (Kanarek dan Kaufman, 1991), kanker, dan gangguan pernafasan (Huxley et al., 2008). Pada data yang dimiliki oleh Diabetes Atlas 2005 (International Diabetes Federation), perkiraan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dengan jumlah penderita DM sebanyak 5,6 juta. Diabetes Atlas juga menambahkan jika melihat pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes. Kemungkinan terjadinya obesitas dan segala penyakit turunannya dapat dicegah yaitu dengan menurunkan jumlah asupan lipid yang dapat diserap oleh tubuh atau dengan menghambat pencernaan lipid. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengonsumsi komponen pangan yang memiliki sifat anti lipase. Tanaman yang memiliki kemampuan anti lipase diantaranya adalah bangle (Martatilofa, 2008), rosela (Urifah, 2011), dan daun teh (McDougall et.al., 2010). Gondoin et al. (2010) mengatakan bahwa teh putih, teh hijau, dan teh hitam yang diseduh dengan air mendidih memiliki daya inhibisi terhadap enzim lipase. Berdasarkan proses pengolahannya, teh pada umumnya digolongkan menjadi tiga jenis yaitu teh hitam, teh hijau, dan teh oolong (Shahidi et al., 2008). Penelitian ini menggunakan ekstrak teh hijau sebagai inhibitor lipase secara in vitro. 1 Teh hijau merupakan teh yang diproses tanpa fermentasi, teh oolong diproses setengah fermentasi, sedangkan teh hitam adalah teh yang difermentasi sempurna. Teh hijau mempunyai efek farmakologis antara lain dapat menurunkan kolesterol, trigliserida, serta glukosa, dapat mencegah karies pada gigi, antimutagenik, antioksidan, dan antibakteri. (Shahidi et al., 2009). Menurut International Tea Committee (ITC), Indonesia menempati posisi keempat di dunia dalam hal konsumsi teh hijau. Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan mengonsumsi teh hijau pada saat makan utama maupun sebagai selingan. Penelitian terdahulu mengenai aktivitas penghambatan enzim lipase pada ekstrak teh hijau sudah pernah dilakukan. Akan tetapi belum diketahui bagaimana proses penyeduhan yang terbaik dilihat berdasarkan waktu dan suhu awal penyeduhan teh hijau. Selain itu, belum diketahui pula bagaimana pengaruh kondisi pencernaan in vitro terhadap kemampuan ekstrak teh dalam penghambatan pencernaan lipid. B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat pengaruh kondisi ekstraksi berdasarkan waktu dan suhu serta kondisi pencernaan in vitro terhadap kemampuan inhibisi enzim lipase dari ekstrak teh hijau. 2