Paket Informasi Praktis Pengembangan dan Implementasi Proyek KARBON HUTAN Gambut merupakan salah satu faktor yang potensial dalam mempengaruhi perubahan iklim. Tanah gambut terdiri dari timbunan bahan organik yang belum terdekomposisi sempurna, sehingga menyimpan karbon dalam jumlah yang besar. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah gambut dan membentuk ekosistem hutan rawa akan mengikat karbondioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan menambah simpanan karbon dalam ekosistem tersebut. MATAHARI Radiasi gelombang pendek Sebagian radiasi gelombang pendek yang dipantulkan ATMOSFER GAS RUMAH K Perubahan iklim BUMI Perubahan iklim adalah sebuah fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu udara dan distribusi hujan. Dalam keadaan iklim yang berubah, semua tempat di bumi akan mengalami suhu yang lebih panas dari rata-rata suhu selama ini dan menerima curah hujan yang berbeda baik dari segi jumlah maupun waktunya. Perubahan iklim tidak terjadi secara mendadak atau seketika, tetapi merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan terjadi secara berangsur-angsur. Jadi kondisi-kondisi ekstrim yang terjadi secara musiman atau antar-tahun tidak termasuk dalam kategori perubahan iklim melainkan variabilitas iklim yang dapat berulang lagi dalam jangka waktu tersebut. Penyebab terjadinya perubahan iklim adalah adanya peningkatan konsentrasi gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas. Peningkatan ini menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas. Karena sifatnya yang demikian gas-gas tersebut dinamakan Gas Rumahkaca (GRK) dan efek yang ditimbulkannya disebut Efek Rumahkaca (Gambar 1). Termasuk dalam GRK utama antara lain adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). GRK, terutama CO2 , meningkat secara tajam sejak jaman industri ketika manusia mulai banyak menggunakan bahan bakar fosil (BBF), seperti minyak bumi, batubara dan gas alam. Peningkatan suhu dan perubahan distribusi dan besaran curah hujan akan banyak mempengaruhi kehidupan manusia. Produktivitas tanaman, ketersediaan air, perkembangan hama dan penyakit tanaman, distribusi vektor penyakit manusia adalah di antara beberapa hal yang akan terpengaruh secara langsung. Dalam jangka panjang ketahanan pangan dan air pun akhirnya akan terganggu. Perubahan iklim dapat diatasi (mitigasi) dengan cara mengurangi emisi dari sumbernya atau meningkatkan kemampuan penyerapan. Namun demikian sistem buatan manusia dapat juga melakukan atau dirancang untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap perubahan iklim. Karbon hutan Dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, tanaman yang berklorofil mampu menyerap CO2 dari atmosfer dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan tanaman tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai tanaman tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Jika proses fotosintesis tersebut terjadi pada pohon atau hutan maka jumlah karbon (C) yang disimpan akan semakin banyak dan semakin lama. Oleh karena itu, menanam hutan pada lahan yang kosong atau merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO2 di atmosfer. Karbon hutan adalah salah satu bentuk cadangan karbon dalam ekositem daratan yang dapat ditingkatkan besarnya melalui peningkatan luas, tetapi jika pengelolaannya kurang tepat cadangan di dalam hutan dapat juga menjadi sumber emisi. Sebagian besar radiasi gelombang pendek diserap dan memanaskan permukaan bumi setelah diubah menjadi gelombang panjang Sebagian dipancarkan keluar atmosfer dan sebagian memanaskan atmosfer A CA Radiasi balik gelombang panjang (inframerah) yang dipancarkan permukaan bumi Gambar 1. Efek rumahkaca yang ditimbulkan oleh gas rumahkaca yang makin meningkat konsentrasinya Melalui proyek karbon hutan, baik CDM maupun non CDM, pertumbuhan hutan dari kondisi sebelum proyek dilaksanakan ditunjukkan oleh adanya penambahan biomassa hutan (ton/ha). Separuh dari biomassa tersebut adalah karbon (ton/ha), yang merupakan seperempat dari CO2 atmosfer yang diserap. Lahan gambut tropis meliputi areal seluas 40 juta ha dan 50% diantaranya terdapat di Indonesia. Karena itu lahan gambut di Indonesia (yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) merupakan cadangan karbon terestrial yang penting untuk diperhitungkan. Jika dilindungi dalam kondisi alami, lahan gambut dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon. Tetapi jika mengalami gangguan, lahan gambut tidak hanya dapat menjadi sumber CO2, tetapi juga GRK lainnya seperti CH4, dan N2O. Pembentukan gambut di berbagai pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak zaman glasial akhir sekitar 3.000-5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady, 1997). Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai adanya potongan-potongan batang, cabang dan akar tanaman yang besar. Sungai Sungai Proyek karbon hutan Untuk mengimplementasikan Konvensi ini, masyarakat internasional telah menyepakati sebuah target, tentang besar dan jadwal penurunan emisi yang tertuang dalam Protokol Kyoto. Protokol ini juga mengatur tatacara penurunan emisi termasuk kegiatan yang dilakukan di negara lain yang dikenal dengan nama Mekanisme Kyoto dan salah satu dari mekanisme tersebut adalah Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM). Dengan CDM inilah negara berkembang seperti Indonesia dapat Fakta tentang Hutan Gambut Indonesia berpartisipasi sambil mencapai tujuan Luas : 16 juta ha pembangunan berkelanjutannya. Ketebalan gambut rata-rata : 5 m Dalam sektor Cadangan Karbon : 46 Gt kehutanan, kegiatan Umur : 5000 - 10.000 tahun yang diijinkan untuk Penyebaran : Sumatera, Kalimantan, dijadikan proyek Sulawesi, Maluku, Irian Jaya karbon hutan adalah kegiatan aforestasi dan reforestasi. Yang dimaksud dengan aforestasi di sini adalah penanaman hutan kembali pada lahan yang sudah tidak berhutan sejak 50 tahun yang lalu. Sedang reforestasi adalah penanaman hutan kembali pada lahan yang tidak berupa hutan sebelum tahun 1990. Dengan demikian kegiatan konservasi dan rehabilitasi hutan tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan mitigasi yang absah di bawah prosedur CDM. Namun kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan mekanisme yang tidak diatur oleh Protokol Kyoto atau CDM, tetapi oleh Konvensi Perubahan Iklim. Setelah PIN tersusun, selanjutnya pengembang proyek harus mengikuti siklus yang telah digariskan oleh Konferensi Para Pihak (lihat kotak Siklus Proyek di belakang). Proyek yang sedang berjalan akan dipantau oleh pengembang. Pemantauan itu meliputi perolehan karbon dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Hasil pemantauan selanjutnya diverifikasi oleh entitas operasional yang diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM Global. Jika semuanya sesuai dengan ketentuan, maka entitas operasional akan merekomendasikan agar Badan Pelaksana CDM menerbitkan sertifikat penurunan emisi (Certified Emission Reduction, CER). Secara internasional CDM memiliki Badan Pelaksana (Executive Board) yang diangkat oleh Konferensi Para Pihak Konvensi yang merupakan Pertemuan Para Pihak Protokol Kyoto (CoP/moP). Anggotanya terdiri dari 10 orang dan berasal dari lima wilayah PBB (masing-masing diwakili oleh satu orang), dua orang dari negara maju, dua orang dari negara berkembang dan satu orang dari negara-negara kepulauan kecil. Lembaga inilah yang mengawasi pelaksanaan CDM, termasuk melakukan akreditasi terhadap entitas operasional (operational entity), yaitu lembaga independen Spesies dan produk penting hutan gambut Spesies: Gelam (Mellaleuca sp.), Ramin (Gonystylus bancanus), Jelutung (Dyera costulata), Meranti (Shorea spp.), Damar (Agathis dammara) Produk: Getah, rotan, obat-obatan (dari kulit, daun, biji, buah), ikan Sementara itu, pemeliharaan cadangan karbon dan peningkatan serapan C dapat dilakukan melalui kegiatan konservasi dan pengelolaan seperti pengayaan tanaman, dan pengelolaan air. Tanah organik Gambar 2. "Kubah gambut" yang menggambarkan akumulasi ba h a n organik Sebagian besar cadangan karbon lahan gambut terdapat di bawah permukaan berupa bahan organik yang telah terakumulasi selama ribuan tahun (Gambar 2). Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 Gt C atau 15 35% dari total C terestrial. Sekitar 86% (455 Gt) dari karbon di lahan gambut tersebut tersimpan di daerah temperate (Kanada dan Rusia) sedangkan sisanya sekitar 14% (70 Gt) terdapat di daerah tropis (Maltby dan Immirizi, 1993). Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata gambut di Indonesia adalah 5 m, bobot isi 114 kg/m3 dan luasnya 16 juta ha, maka cadangan C di lahan gambut Indonesia adalah sebesar 46 Gt.* Kegiatan penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kehutanan (land use, land use change and forestry - LULUCF) adalah salah satu sumber (source) CO2 utama yang menyebabkan perubahan iklim (IPCC, 2001). Kegiatan LULUCF di daerah tropis menyumbangkan lebih dari 25% emisi CO2 total tahunan yang selama dekade terakhir besarnya mencapai 8 Gt (IPCC, 2001). Sebagai cadangan C terestrial yang besar, lahan gambut juga dapat menjadi sumber CO2 yang besar jika tidak dikelola secara benar. Lahan gambut alam memiliki peranan hidrologis yang penting karena secara alami menyimpan cadangan air dengan kapasitas yang besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat penting agar pembentukan pirit terhambat sehingga kemasaman tanah dan keracunan terhadap tanaman dapat dihindari. Sulfat yang terlarut juga akan berpengaruh terhadap kehidupan mahluk akuatik di perairan. Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai jenis satwa liar termasuk yang endemik. Dengan kata lain hutan gambut merupakan sumberdaya biologis penting yang perlu dikonservasi dan dapat dimanfaatkan secara bijaksana. Hasil utama hutan gambut yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah kayu, khususnya Gelam (Mellaleuca sp.) yaitu untuk arang, bahan bangunan ringan, kerangka pembangunan gedung dan bagan penangkap ikan dan daunnya untuk bahan balsam. Sedang jenis-jenis komersial yang banyak diperdagangkan adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp.), dan Damar (Agathis dammara). Hasil tambahan lainnya adalah produk non-kayu seperti getah Jelutung, tanaman obat, ikan, dan buah-buahan. Gangguan terhadap ekosistem lahan basah akan mempengaruhi cadangan dan siklus C. Gangguan tersebut dapat berupa konversi lahan setelah hutan rawa gambut mengalami deforestasi, kebakaran dan drainase yang meluas. Agar spesies dan produk penting lahan gambut tetap terpelihara, diperlukan upaya khusus untuk merehabilitasi. Upaya ini dapat dilakukan melalui kegiatan reboisasi, penyulaman atau pengayaan. Upaya ini memerlukan partisipasi masyarakat yang secara langsung akan diuntungkan jika keberlanjutan sumberdaya lahan gambut dapat dipertahankan. Untuk itu diperlukan kesepakatan dan pemahaman bersama mengenai peranan dan manfaat hutan gambut. Cadangan C yang besar ini pulalah yang menyebabkan tingginya jumlah C yang dilepaskan ke atmosfer ketika lahan gambut di Indonesia terbakar pada tahun 1997, yaitu berkisar antara 0,81-2,57 Gt (Page, 2002). Untuk kawasan lahan gambut di sekitar Taman Nasional Berbak, Sumatera, besarnya dugaan emisi karbon menunjukkan angka sebesar 7 juta ton C (Murdiyarso et al., 2002). Dari uraian di atas, konservasi dan rehabilitasi lahan dan hutan gambut tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi iklim global, tetapi juga bagi kondisi lingkungan lokal, pemulihan keanekaragaman hayati serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Http://www.peat-portal.net Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) ini diselenggarakan atas dukungan dana dari Pemerintah Kanada yang disalurkan melalui Canadian International Development Agency (CIDA) Canadian International Agence canadienne de Development Agency Développement international Indonesia Programme Departemen Kehutanan Pasar karbon dimana pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi harus mengikuti prosedur CDM dengan segala persyaratannya, antara lain: Bagi negara maju: ! Memenuhi persyaratan keabsahan yang diputuskan oleh Badan Pelaksana CDM di tingkat global ! Menyediakan dana pelaksanaan proyek Dokumen proyek yang paling awal adalah Catatan Ide Proyek (Project Idea Note, PIN). Dokumen ini harus disusun oleh pengembang proyek (investor dan tuan rumah) yang akan diserahkan kepada otoritas nasional untuk disahkan. ! Meratifikasi Protokol Kyoto ! Dokumen tersebut kemudian divalidasi oleh entitas operasional yang diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM. Tahap Bagi negara berkembang: ini untuk memastikan kebenaran informasi yang disajikan dalam PIN dan jika tidak sesuai, entitas operasional dapat ! Meratifikasi Protokol Kyoto meminta penjelasan kepada pengembang. Setelah dokumen dianggap lengkap, maka entitas operasional akan ! Memiliki otoritas nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan proyek mendaftarkannya ke Badan Pelaksana CDM yang selanjutnya akan meneruskan ke sekretariat Konvensi Perubahan Iklim/Protokol Kyoto untuk diinformasikan kepada semua pihak. Pasar yang mengikuti persyaratan itu disebut Pasar Kyoto dengan prosedur seperti yang diuraikan dalam siklus Kelembagaan Peranan lahan dan hutan gambut Persyaratan Dokumen proyek Siklus proyek Tanah Mineral Negara-negara industri yang sudah lebih lama dan banyak mengemisikan GRK bertanggungjawab menurunkannya. Kewajiban tersebut disepakati dalam Konvensi Perubahan Iklim, sebuah perjanjian internasional yang bertujuan untuk menstabilkan emisi GRK ke atmosfer sehingga tidak membahayakan sistem iklim bumi. Proyek karbon akan dikembangkan oleh calon investor dan tuan rumah apabila kondisi pasar dipandang baik oleh kedua belah pihak. Untuk itu pengembang atau peserta proyek harus menyusun dokumen proyek, mengikuti siklus pengembangan dan implementasi proyek, memahami kelembagaan yang akan terlibat, mengenali pasar dan implikasi keuangannya. Secara nasional pelaksanaan proyek CDM di negara tuan rumah akan diawasi dan difasilitasi oleh otoritas nasional yang ditunjuk oleh pemerintah negara tersebut. Lembaga ini bertanggungjawab dalam mempertemukan investor dan mitranya, memfasilitasi pengembangan proyek untuk dapat disahkan oleh pihak tuan rumah dan berhubungan dengan lembaga-lembaga internasional yang disebutkan di atas. proyek tersebut di atas. Sedang Pasar non-Kyoto dapat sedikit berbeda, misalnya BioCarbon Fund yang dibentuk oleh Bank Dunia tidak hanya membeli karbon dari kegiatan reforestasi dan aforestasi tetapi juga dari kegiatan rehabilitasi atau konservasi hutan. Namun demikian pasar ini akan tetap mengikuti prosedur yang sama seperti dalam siklus proyek. yang dibentuk oleh Bank Dunia tidak hanya membeli karbon dari kegiatan reforestasi dan aforestasi tetapi juga dari kegiatan rehabilitasi atau konservasi hutan. Namun demikian pasar ini akan tetap mengikuti prosedur yang sama seperti dalam siklus proyek. Implikasi keuangan Dana CDM yang diperoleh dari bagi hasil CER akan digunakan untuk membiayai proyek setelah dipotong biaya transaksi yang terdiri dari: ! Biaya pengembangan proyek ! Biaya pemantauan proyek Pengeluaran di atas belum termasuk: ! Pajak sebesar 2% untuk mengisi dana adaptasi bagi negara-negara terbelakang ! Biaya administrasi Badan Pelaksana CDM ! Biaya operasional otoritas nasional Aspek Teknis Proyek Karbon Hutan Baseline adalah awal dari integritas proyek. Baseline harus ditentukan secara transparan. Setelah diimplementasikan dan dipantau akan diperoleh tambahan karbon dan informasi tentang apakah proyek mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau tidak. Dari hasil pemantauan inilah CER akan ditentukan. Bagian terpenting dalam pelaksanaan proyek CDM adalah penentuan garis awal (baseline) atau kondisi awal cadangan karbon sebelum proyek dimulai. Selanjutnya proyek harus dipantau untuk melihat apakah kegiatan proyek menghasilkan atau memperoleh karbon (additionality). Baseline dan additionality Untuk menetapkan garis awal (baseline) yang menggambarkan kondisi simpanan karbon jika proyek tidak dilaksanakan, dikenal beberapa skenario berdasarkan kondisi lokasi proyek dan kemampuan pelaksananya. Berbagai pilihan baseline dapat dipilih oleh pengembang untuk dinyatakan dalam Dokumen Proyek, antara lain adalah: Project Idea Note (PIN) B. Finance A. Project participans, type of the project, location and schedule Total project costs estimate Dev elop ment costs ; Install ed co sts; Oth er cos ts; Tota l pr oject c osts Sour ces of f inance identif ied Equity Deb t - Long ter m Deb t - Sho rt term Not identified CD M c ontri buti on so ugh t CD M c ontri buti on in a dv anc e pa yments Project developer Name of the p rojec t develop er Organizational category Waktu perolehan karbon selama periode kredit. Jika sebuah proyek memiliki baseline AB dan proyek itu memiliki pertumbuhan AC, maka perolehan karbon selama periode kredit dari t1 sampai ke t2 adalah seluas bidang ‘abcd’. Tetapi ada kemungkinan proyek tersebut mengalami kebocoran dengan laju sebesar AD, sehingga perolehan sebenarnya dalam periode kredit yang sama adalah luas bidang ‘abcd’ dikurangi ‘abef’. Bagi pihak tuan rumah, pengertian additionality kemudian berkembang menjadi semacam “tambahan” yang ditimbulkan oleh proyek, terlepas apakah proyek tersebut menghasilkan perolehan atau tidak. Sebagai contoh, kegiatan CDM dapat memberikan tambahan dana (financial additionality) untuk memperbaiki pembiayaan proyek di luar dana bantuan teknis (ODA). Selain itu, proyek CDM juga memperbaiki lingkungan setempat (environmental additionality) lebih dari sekedar menurunkan emisi, misalnya perbaikan sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Proyek CDM juga membawa dan meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi baru (technological additionality) lebih dari teknologi yang sudah ada. Alamat, PO Box, Kota, Negara Nama Manajer Pengembangan Proyek Project sponsors Name of the project sponsor Organizational category Expected price of the CERs in case of A period until 2012 (end of the first budget periode) A period of 10 years A period of 7 years A period of 14 years (2-7 years) Sebutkan Sebutkan apakah: Pemerintah/Lembaga pemerintah, Pemerintah Kota/Kabupaten, Ornop, Perusahaan swasta Alamat, PO Box, Kota, Negara Tidak lebih dari 5 ba ris Address Main activities Type of the project Greenh ouse ga sses ta rgeted Type of activities Field of the activities: LULUCF US$ xx juta US$ xx juta US$ xx juta US$ xx juta Estim ated of Greenh ouse Ga sses abated/CO2 Sequester ed (in to nnes of CO 2 - equi va lents) Sebutkan apakah: Reforestasi, Aforestasi, dan lain-lain Propinsi Negara Kota Tidak lebih dari 3-5 baris Ba seline s cenar io Tahun proyek akan dioperasionalkan Waktu ya ng dibutuhkan untuk komi tmen keua nga n: xx bulan Waktu ya ng dibutuhkan untuk a spek leg al: xx bulan Waktu ya ng dibutuhkan untuk negos iasi: x x bul an Waktu ya ng dibutuhkan untuk p engemb ang an: xx bulan Project lifetime Jumlah tahun Expec ted fir st yea r of th e CER d eliv ery Tahun pertama menghasilkan CER Current sta tus or p ha se of the Sebutkan apakah: Identifikasi, Pra-seleksi, Studi kesempatan, Pra-studi project kelayakan, Studi kelayakan, Negosiasi, Fase kontrak Current sta tus of the a ccep tance of th e Kesepakatan tuan rumah sedang dalam pembahasan atau telah ditandatangani Host Country The position of the Host Country to Sta tus neg ara tua n ruma h the Kyoto Protocol a. Menandatangani, menandatangani dan meratifikasi, menerima, mensahkan, mengaksesi b. Menand ata nga ni dan tel ah menujukkan kes ungguha n ya ng jelas kea rah ratifikasi c. Tela h memul ai p roses akses i Specific global and local environmental benefits Which guidelines will be applied? Loc al b enefits Global benefits Social and economic aspects Wha t soci al a nd econo mic effects c an be a ttributed to the p rojec t and which w ould not have occurred in a comparable situation without that project? Which guidelines will be applied? Wh at a re the p ossi ble d irec t effects (e.g., emp loy ment crea tion, ca pita l requi red for eign exc ha nge effects) Wh at a re the p ossi ble o ther effec ts? For examp le: * tr aining/ educ ati on asso cia ted w ith the i ntrod ucti on of new processes , tech nolo gies and p rod ucts and /or * th e effects of a pro ject o n other industr ies Enviro nmental str ategy /pr iori ties of th e Hos t Country Tahuna n: Sampai dan termasuk tahun 2012: ekivalen xx tCO2 Sampai periode 10 tahun: ekivalen xx tCO2 Sampai periode 7 tahun: ekivalen xx tCO2 Sampai periode 14 tahun: ekivalen xx tCO2 Meng ga ntika n ap aka n proyek CD M y ang diusulka n? Akan seperti apakah keadaan di masa yang akan datang tanpa proyek CDM yang diusulkan? Berapakah prakiraan penurunan GHG total? (Kira-kira 1/4 - 1/2 halaman) Total kira-kira 1/4 halaman Nama dan, jika mungkin, lokasi website (situs) Daftar manfaat lokal Daftar manfaat global Total kira-kira 1/4 halaman Nama dan, jika mungkin, lokasi website (situs) Da ftar peng aruh l ang sung y ang mungki n Da ftar peng aruh l ain ya ng mung kin Ura ian sing kat tentang hub unga n deng an kelembagaan lokal seperti lembaga wilayah dan/atau negara (tidak lebih dari 1/4 halaman) Lembaga-lembaga CDM Siklus Proyek Proses Pelaksana Perkiraan waktu Penyusunan Dokumen Proyek Pengembang proyek 1 - 2 tahun Pengesahan Otoritas nasional - Validasi Entitas operasional 1 bulan Pendaftaran Badan Pelaksana CDM 8 minggu Implementasi dan Pemantauan Pengembang proyek Sepanjang periode proyek Verifikasi dan Sertifikasi Entitas operasional 15 hari Penerbitan CER Badan Pelaksana CDM - Badan Pelaksana CDM Entitas Operasional Otoritas Nasional Pengembang Proyek ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! Dibentuk dan bekerja untuk dan atas nama CoP/moP Beranggotakan 10 orang Masa kerja dua tahun Pengawas implementasi CDM pada tingkat global Menerbitkan CER Diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM Bertugas dalam validasi, pendaftaran, verifikasi dan sertifikasi proyek Dapat bekerjasama dengan konsultan nasional Dibentuk dan bekerja untuk dan atas nama pemerintah Mengesahkan proyek Memberi kemudahan kepada calon investor dan tuan rumah proyek Investor dan tuan rumah boleh merupakan entitas pemerintah, swasta, maupun masyarakat Perolehan karbon Pemantauan perolehan karbon dilakukan dengan metode seperti yang dinyatakan dalam PIN. Pemantauan dapat dilaksanakan dengan interval yang tegantung kecepatan pertumbuhan hutan. Semakin sering dilaksanakan maka akan semakin akurat, tetapi juga makin mahal. Jika periode kredit hanya satu kali dalam 10 tahun, mungkin pemantauan awal (tahun ke-1), pertengahan (tahun ke-5) dan akhir (tahun ke-10) sudah memadai. Pelaksana pemantauan adalah pihak pengembang (dengan ketentuan yang dapat disepakati antara investor dan tuan rumah) sehingga biayanya dapat ditekan dan keuntungan finansialnya ditingkatkan. lingkup proyek. Jika kriteria-kriteria yang telah disepakati tidak dipenuhi atau indikator tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan tidak diwujudkan, maka pihak tuan rumah (atas saran otoritas nasional) dapat menyatakan bahwa proyek tidak mencapai sasarannya. Periode kredit Periode kredit merupakan jangka waktu berlangsungnya proyek. Selama periode itulah perolehan karbon yang diakumulasi dalam bentuk biomassa atau pertumbuhan hutan diperhitungkan. Untuk menentukan periode kredit, pengembang tinggal memilih salah satu dari dua pilihan, yaitu: Tujuan pembangunan berkelanjutan ! Satu periode selama 10 tahun Bagi tuan rumah, tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan ! Tiga periode masing-masing 7 tahun agenda nasional yang penting dan menjadi syarat apakah proyek CDM absah Dua pilihan tersebut untuk memberi kesempatan kepada pengembang yang ingin dari pandangan pihak tuan rumah. Karena itu perolehan atau keuntungan mengimplementasikan proyek karbon dari sisi tuan rumah dapat dilihat dari melaksanakan proyeknya tidak terlalu lama, yaitu dengan pilihan pertama dan satu macam baseline. Sedang pilihan kedua memberi kesempatan untuk melaksanakan proyek dalam tiga aspek: jangka yang lebih panjang, tetapi setiap tujuh tahun, baseline harus dikoreksi untuk menerapkan penyesuaian-penyesuaian tertentu. Dalam kaitannya dengan periode kredit terdapat dua pilihan ! Lingkungan Resiko proyek baseline: Dengan perlindungan dan rehabilitasi hutan, kondisi lingkungan akan dipulihkan sehingga ekosistem hutan dapat memberikan jasanya berupa Proyek apapun yang diterapkan pengembang, termasuk karbon hutan memiliki resiko ! Baseline Tetap (fixed), dipakai untuk proyek dengan satu periode perbaikan fungsi hidrologi, konservasi tanah, keanekaragaman hayati dan kegagalan tidak mencapai tujuan yang diiinginkan. Resiko tersebut dapat berupa gangguan kredit selama 10 tahun pengendalian iklim mikro. alam atau manusia, termasuk kondisi politik dan perubahan kebijakan pemerintah. Karena ! Baseline Terkoreksi (adjusted), digunakan untuk proyek dengan itu proyek yang dirancang baik harus menguraikan jenis-jenis resiko yang mungkin tiga periode kredit, masing-masing selama tujuh tahun. ! Sosial Dengan adanya proyek, keberadaan lembaga masyarakat lebih diakui dan dihadapi. Disamping itu perlu juga adanya indikasi bagaimana resiko tersebut diatasi Dengan pertimbangan pertumbuhan hutan, pengembang mungkin kesejahteraan mereka diperhatikan melalui tambahan fasilitas sosial seperti sehingga dampaknya terhadap pencapaian tujuan proyek dapat diperkecil . memerlukan waktu yang panjang agar besarnya perolehan karbon Jika proyek yang diimplementasikan memperbaiki pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Jika proyek diimplementasikan cukup signifikan. Untuk itu mereka dapat memilih: oleh pihak swasta, keeratan hubungan antara masyarakat dan pelaku usaha Cadangan tetap dan kebocoran peraturan yang berlaku (regulatory additionality), dapat diperbaiki. maka proyek tersebut akan lebih terjamin secara Dalam jangka yang sangat panjang akan sulit mengatakan bahwa sebuah proyek karbon ! Baseline Statik, menyerupai baseline tetap, tetapi untuk beberapa hukum. hutan telah menyerap sejumlah karbon sehingga menjadi cadangan yang tetap periode kredit ! Ekonomi ! Baseline Dinamik, menyerupai baseline terkoreksi, juga untuk Dengan adanya lapangan kerja baru, masyarakat akan mendapat tambahan (permanence) dan tidak akan dilepaskan lagi ke atmosfer. Secara biologis hal itu tidak Pemantauan mungkin karena pertumbuhan pohon dan hutan akan mencapai klimaksnya dan secara beberapa periode kredit pendapatan, iklim berusaha akan diperbaiki dan peningkatan volume alami akan mengalami degradasi sehingga mencapai anti klimaks lagi dalam siklus suksesi Penyerapan atau perolehan karbon (additionality) dihitung pekerjaan akan diupayakan. Mengingat CDM memiliki tujuan ganda, yaitu yang sering dijumpai secara alamiah. berdasarkan perbedaan antara cadangan karbon tanpa proyek meningkatkan penyerapan karbon untuk Apalagi jika diperhitungkan kemungkinan kebocoran yang terjadi justru karena proyek dengan perkembangan cadangan setelah proyek Pencapaian tujuan ini memerlukan kriteria dan indikator yang disusun oleh membantu negara maju memenuhi komitmen diimplementasikan. Gambar 1 memberikan ilustrasi tentang otoritas nasional melalui konsultasi publik yang disesuaikan dengan ruang penurunan emisi dan mencapai tujuan ! Baseline Umum, dipilih jika proyek tidak memiliki karakteristik istimewa sehingga dapat memilih baseline umum yang telah disediakan ! Baseline Spesifik, dipilih jika proyek memiliki karakteristik istimewa, misalnya menggunakan spesies dan dengan perlakuan tertentu Nama organisasi dan keuangan dalam US$ xx juta Nama organisasi dan keuangan dalam US$ xx juta Nama organisasi dan keuangan dalam US$ xx juta US$ xx juta US$ xx juta US$ xx juta dan klarifikasi singkat (tidak lebih dari 5 baris) D. Expected environmental benefits Expected schedule Earl iest pr oject s tart d ate Estim ate of ti me requi red b efore becoming operational after approval of the PIN Perolehan (additionality) proyek karbon hutan selama periode kredit (t1 hingga t2) setelah mempertimbang kan baseline (AB), US$ xx juta; US$ xx juta; US$ xx juta; US$ xx juta C. Technical summary of the project (Deskripsi teknis mengenai proyek kira-kira ½ halaman) Sebutkan apakah: CO2 , CH 4 , N2 O, HF Cs, PFCs, SF 6 Penuruna n Location of the pr oject Region Country City Brief description of the location of the project pembangunan berkelanjutan bagi negara berkembang, maka kegiatan pemantauan juga diarahkan untuk mengukur kedua hal tersebut. Lahan gambut di Sungai Merang, Sumatera Selatan Kom binasi antar a investor da n tuan r umah Sebutkan apakah: Pemerintah/Lembaga pemerintah, Pemerintah Kota/Kabupaten, Ornop, Perusahaan swasta Sebutkan apakah: Sponsor, Entitas operasional, Perantara, Penasehat teknis Other functi on(s) of th e proj ect devel oper in the p rojec t Address Contac t perso n Telep hone/fax E-mail Gambar 1. Cadangan karbon ton/ha PERUBAHAN IKLIM DAN PERANAN LAHAN GAMBUT yang memiliki kemampuan untuk mengoperasionalkan CDM di lapangan, khususnya dalam melakukan validasi, verifikasi dan sertifikasi proyek (lihat kotak Lembaga-lembaga CDM di belakang). For more information, please contact: Daftar Pustaka: Jill Heyde Yus Rusila Noor Baumert, K. A., Kete, N and Figueres, C. 2001. Designing the Clean Development Mechanism to Meet the Needs of a Broad Range of Interest. World Resources Institute Climate Notes. Project Manager CCFPI Wildlife Habitat Canada 200 7 Hinton Ave. N Ottawa, ON, K1Y 4P1, Canada Tel: +1 613 722-2090; Fax: +1 613 722-3318 E-mail: [email protected] Project Coordinator CCFPI Wetlands International - Indonesia Programme Jl. Ahmad Yani No. 53- Bogor 16161 PO Box 254/BPP-Bogor 1600, INDONESIA Tel: 0251 312189; Fax: +62 251 325755 E-mail: [email protected] Brady, M. A. 1997. Organic matter dynamics of coastal peat deposit in Sumatra, Indonesia. PhD thesis. The University of British Columbia. Depledge, J. 2000. A Guide to the Climate Change Process. UNFCCC. Bonn. IPCC. 2001. Climate Change 2001. The Scientific Basis. Cambridge University Press. Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests, a primer. FAO Forestry Paper 134. FAO, Rome. diimplementasikan. Kebocoran yang dimaksud di sini adalah terjadinya penambahan atau pengurangan karbon di dalam areal proyek yang ditimbulkan oleh kegiatan lain di luar areal proyek. Jadi kebocoran bisa negatif atau positif. Untuk mengatasi masalah ini batas proyek dapat diperluas sehingga mencakup areal yang mungkin terkena dampak proyek. Kebocoran biasanya memiliki konotasi negatif, artinya dalam suatu proyek yang mengalami kebocoran, perolehan karbon menjadi lebih kecil dari yang seharusnya diperoleh. Namun, mungkin juga terjadi adanya kebocoran yang positif, artinya proyek tersebut justru mendorong terjadinya penambahan karbon di luar rencana. Istilah lain yang kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan kondisi sistem yang bocor, antara lain adalah pergeseran kegiatan (activity shifting), lolos (slippage), pencarian sumberdaya di luar batas proyek (outsourcing), dampak pasar (market effects), dampak luar (offsite effects), dan emisi siklus proyek (life-cycle emission reduction). Isu cadangan tetap (permanence) muncul dalam kegiatan penyerapan karbon atmosfer ke dalam rosot (sink) biologis yang memiliki banyak resiko untuk dilepas kembali. Dari sini kemudian muncul berbagai teknik pendugaan cadangan tetap yang memungkinkan dilakukannya klaim atas perolehan yang dilakukan kegiatan proyek. Di antara metode tersebut adalah perolehan tahunan (ton-year) dan perolehan sementara (temporary). CER adalah sertifikat penurunan emisi yang dihasilkan oleh proyek CDM. CER diterbitkan oleh Badan Pelaksana CDM atas rekomendasi entitas operasional yang telah melakukan verifikasi atas proyek yang dipantau pengembang. Tim Produksi: Maltby dan Immirizi. 1993. Carbon dynamics in peatlands and other wetlands soils: regional and global perspective. Chemosphere 27:999-1023. Murdiyarso, D. 2003. CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih. Penerbit KOMPAS. Penyusun Munasinghe, M. 1999. Development equity and sustainibility (DES) in the context of climate change. In M. Munasinghe and R. Swart (Eds.) Climate Change and Its Linkage with Development Equity and Sustainibility. IPCC. Neuzil, S.G. 1997. Onset and rate of peat and carbon accumulation in four domed ombrogenous peat deposits in Indonesia. In Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands. (eds. Rieley, J.O., and S. E. Page). Samara Publishing Ltd. pp. 55-72. Daniel Murdiyarso Murdiyarso, D., Widodo, M, and Suyanto, D. 2002. Fire risks in forest carbon projects in Indonesia. Science in China (Series C). Vol 45 Supp : 65 74. Murdiyarso, D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Penerbit KOMPAS. Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya bagi Negara Berkembang. Penerbit KOMPAS. Page, S.E, Siegert, F, Rieley, J.O, Boehm, H.D.v, Jaya, A. 2002. The amount of carbon released from peat and forest fire in Indonesia during 1997. Nature 420 : 61 65. Desain/Layout Vidya Fitrian Foto Indra Arinal Sketsa Wiyono