Poster PIP - Wetlands International Indonesia

advertisement
Paket Informasi Praktis
Pengembangan dan Implementasi
Proyek KARBON HUTAN
Gambut merupakan salah satu faktor yang potensial dalam
mempengaruhi perubahan iklim. Tanah gambut terdiri dari
timbunan bahan organik yang belum terdekomposisi
sempurna, sehingga menyimpan karbon dalam jumlah yang
besar. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah gambut dan
membentuk ekosistem hutan rawa akan mengikat
karbondioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan
menambah simpanan karbon dalam ekosistem tersebut.
MATAHARI
Radiasi
gelombang
pendek
Sebagian radiasi
gelombang pendek
yang dipantulkan
ATMOSFER
GAS RUMAH K
Perubahan iklim
BUMI
Perubahan iklim adalah sebuah fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu udara dan
distribusi hujan. Dalam keadaan iklim yang berubah, semua tempat di bumi akan mengalami suhu
yang lebih panas dari rata-rata suhu selama ini dan menerima curah hujan yang berbeda baik dari
segi jumlah maupun waktunya. Perubahan iklim tidak terjadi secara mendadak atau seketika,
tetapi merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan terjadi secara
berangsur-angsur. Jadi kondisi-kondisi ekstrim yang terjadi secara musiman atau antar-tahun
tidak termasuk dalam kategori perubahan iklim melainkan variabilitas iklim yang dapat berulang
lagi dalam jangka waktu tersebut.
Penyebab terjadinya perubahan iklim adalah adanya peningkatan konsentrasi gas-gas di atmosfer
yang memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas. Peningkatan
ini menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas. Karena
sifatnya yang demikian gas-gas tersebut dinamakan Gas Rumahkaca (GRK) dan efek yang
ditimbulkannya disebut Efek Rumahkaca (Gambar 1). Termasuk dalam GRK utama antara lain
adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). GRK,
terutama CO2 , meningkat secara tajam sejak jaman industri ketika manusia
mulai banyak menggunakan bahan bakar fosil (BBF), seperti minyak bumi,
batubara dan gas alam.
Peningkatan suhu dan perubahan distribusi dan besaran curah hujan akan
banyak mempengaruhi kehidupan manusia. Produktivitas tanaman,
ketersediaan air, perkembangan hama dan penyakit tanaman, distribusi
vektor penyakit manusia adalah di antara beberapa hal yang akan
terpengaruh secara langsung. Dalam jangka panjang ketahanan pangan dan
air pun akhirnya akan terganggu.
Perubahan iklim dapat diatasi (mitigasi) dengan cara mengurangi emisi dari sumbernya atau
meningkatkan kemampuan penyerapan. Namun demikian sistem buatan manusia dapat juga
melakukan atau dirancang untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap perubahan iklim.
Karbon hutan
Dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, tanaman yang berklorofil mampu menyerap
CO2 dari atmosfer dalam proses fotosintesis.
Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan tanaman
tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai
tanaman tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Jika proses fotosintesis
tersebut terjadi pada pohon atau hutan maka jumlah karbon (C) yang disimpan akan semakin
banyak dan semakin lama. Oleh karena itu, menanam hutan pada lahan yang kosong atau
merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO2 di atmosfer. Karbon
hutan adalah salah satu bentuk cadangan karbon dalam ekositem daratan yang dapat ditingkatkan
besarnya melalui peningkatan luas, tetapi jika pengelolaannya kurang tepat cadangan di dalam
hutan dapat juga menjadi sumber emisi.
Sebagian besar radiasi
gelombang pendek diserap
dan memanaskan permukaan
bumi setelah diubah menjadi
gelombang panjang
Sebagian
dipancarkan keluar
atmosfer dan
sebagian
memanaskan
atmosfer
A CA
Radiasi balik gelombang
panjang (inframerah) yang
dipancarkan permukaan bumi
Gambar 1.
Efek rumahkaca yang ditimbulkan oleh gas rumahkaca yang makin
meningkat konsentrasinya
Melalui proyek karbon hutan, baik CDM maupun non CDM, pertumbuhan
hutan dari kondisi sebelum proyek dilaksanakan ditunjukkan oleh adanya
penambahan biomassa hutan (ton/ha). Separuh dari biomassa tersebut adalah
karbon (ton/ha), yang merupakan seperempat dari CO2 atmosfer yang
diserap.
Lahan gambut tropis meliputi areal seluas 40 juta ha dan 50% diantaranya
terdapat di Indonesia. Karena itu lahan gambut di Indonesia (yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) merupakan cadangan karbon
terestrial yang penting untuk diperhitungkan. Jika dilindungi dalam kondisi
alami, lahan gambut dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap
karbon. Tetapi jika mengalami gangguan, lahan gambut tidak hanya dapat
menjadi sumber CO2, tetapi juga GRK lainnya seperti CH4, dan N2O.
Pembentukan gambut di berbagai pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak
zaman glasial akhir sekitar 3.000-5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut
pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady,
1997). Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh
akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan
nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut
masih dapat dijumpai adanya potongan-potongan batang, cabang dan akar
tanaman yang besar.
Sungai
Sungai
Proyek karbon hutan
Untuk mengimplementasikan Konvensi ini, masyarakat internasional telah menyepakati sebuah
target, tentang besar dan jadwal penurunan emisi yang tertuang dalam Protokol Kyoto. Protokol
ini juga mengatur tatacara penurunan emisi termasuk kegiatan yang dilakukan di negara lain yang
dikenal dengan nama Mekanisme Kyoto dan salah satu dari mekanisme tersebut adalah
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM). Dengan CDM inilah
negara berkembang
seperti Indonesia dapat
Fakta tentang Hutan Gambut Indonesia
berpartisipasi sambil
mencapai tujuan
Luas
: 16 juta ha
pembangunan
berkelanjutannya.
Ketebalan gambut rata-rata : 5 m
Dalam sektor
Cadangan Karbon
: 46 Gt
kehutanan, kegiatan
Umur
: 5000 - 10.000 tahun
yang diijinkan untuk
Penyebaran
: Sumatera, Kalimantan,
dijadikan proyek
Sulawesi, Maluku, Irian Jaya
karbon hutan adalah
kegiatan aforestasi dan
reforestasi.
Yang dimaksud dengan aforestasi di sini adalah penanaman hutan kembali pada lahan yang sudah
tidak berhutan sejak 50 tahun yang lalu. Sedang reforestasi adalah penanaman hutan kembali
pada lahan yang tidak berupa hutan sebelum tahun 1990. Dengan demikian kegiatan konservasi
dan rehabilitasi hutan tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan mitigasi yang absah di bawah
prosedur CDM. Namun kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiatan adaptasi
terhadap perubahan iklim dengan mekanisme yang tidak diatur oleh Protokol Kyoto atau CDM,
tetapi oleh Konvensi Perubahan Iklim.
Setelah PIN tersusun, selanjutnya pengembang proyek harus mengikuti siklus yang telah digariskan oleh Konferensi
Para Pihak (lihat kotak Siklus Proyek di belakang).
Proyek yang sedang berjalan akan dipantau oleh pengembang. Pemantauan itu meliputi perolehan karbon dan
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Hasil pemantauan selanjutnya diverifikasi oleh entitas operasional
yang diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM Global. Jika semuanya sesuai dengan ketentuan, maka entitas
operasional akan merekomendasikan agar Badan Pelaksana CDM menerbitkan sertifikat penurunan emisi (Certified
Emission Reduction, CER).
Secara internasional CDM memiliki Badan Pelaksana (Executive Board) yang diangkat oleh Konferensi Para Pihak
Konvensi yang merupakan Pertemuan Para Pihak Protokol Kyoto (CoP/moP). Anggotanya terdiri dari 10 orang dan
berasal dari lima wilayah PBB (masing-masing diwakili oleh satu orang), dua orang dari negara maju, dua orang dari
negara berkembang dan satu orang dari negara-negara kepulauan kecil. Lembaga inilah yang mengawasi pelaksanaan
CDM, termasuk melakukan akreditasi terhadap entitas operasional (operational entity), yaitu lembaga independen
Spesies dan produk penting hutan gambut
Spesies: Gelam (Mellaleuca sp.), Ramin (Gonystylus
bancanus), Jelutung (Dyera costulata), Meranti
(Shorea spp.), Damar (Agathis dammara)
Produk: Getah, rotan, obat-obatan (dari kulit, daun,
biji, buah), ikan
Sementara itu, pemeliharaan cadangan karbon dan peningkatan
serapan C dapat dilakukan melalui kegiatan konservasi dan
pengelolaan seperti pengayaan tanaman, dan pengelolaan air.
Tanah organik
Gambar 2. "Kubah gambut" yang menggambarkan akumulasi ba h a n
organik
Sebagian besar cadangan karbon lahan gambut terdapat di bawah permukaan
berupa bahan organik yang telah terakumulasi selama ribuan tahun (Gambar
2). Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 Gt C atau 15 35% dari total C terestrial. Sekitar 86% (455 Gt) dari karbon di lahan
gambut tersebut tersimpan di daerah temperate (Kanada dan Rusia)
sedangkan sisanya sekitar 14% (70 Gt) terdapat di daerah tropis (Maltby dan
Immirizi, 1993). Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata gambut di
Indonesia adalah 5 m, bobot isi 114 kg/m3 dan luasnya 16 juta ha, maka
cadangan C di lahan gambut Indonesia adalah sebesar 46 Gt.*
Kegiatan penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kehutanan (land use, land use
change and forestry - LULUCF) adalah salah satu sumber (source) CO2 utama
yang menyebabkan perubahan iklim (IPCC, 2001). Kegiatan LULUCF di
daerah tropis menyumbangkan lebih dari 25% emisi CO2 total tahunan yang
selama dekade terakhir besarnya mencapai 8 Gt (IPCC, 2001). Sebagai
cadangan C terestrial yang besar, lahan gambut juga dapat menjadi sumber
CO2 yang besar jika tidak dikelola secara benar.
Lahan gambut alam memiliki peranan hidrologis yang penting
karena secara alami menyimpan cadangan air dengan kapasitas
yang besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat
menyimpan air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan
gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan kemarau.
Keberadaan air pada setiap musim sangat penting agar
pembentukan pirit terhambat sehingga kemasaman tanah dan
keracunan terhadap tanaman dapat dihindari. Sulfat yang terlarut
juga akan berpengaruh terhadap kehidupan mahluk akuatik di
perairan.
Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan tempat
pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai jenis
satwa liar termasuk yang endemik. Dengan kata lain hutan
gambut merupakan sumberdaya biologis penting yang perlu
dikonservasi dan dapat dimanfaatkan secara bijaksana.
Hasil utama hutan gambut yang banyak dimanfaatkan masyarakat
adalah kayu, khususnya Gelam (Mellaleuca sp.) yaitu untuk arang,
bahan bangunan ringan, kerangka pembangunan gedung dan
bagan penangkap ikan dan daunnya untuk bahan balsam. Sedang
jenis-jenis komersial yang banyak diperdagangkan adalah Ramin
(Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp.), dan Damar (Agathis
dammara). Hasil tambahan lainnya adalah produk non-kayu
seperti getah Jelutung, tanaman obat, ikan, dan buah-buahan.
Gangguan terhadap ekosistem lahan basah akan mempengaruhi cadangan dan
siklus C. Gangguan tersebut dapat berupa konversi lahan setelah hutan rawa
gambut mengalami deforestasi, kebakaran dan drainase yang meluas.
Agar spesies dan produk penting lahan gambut tetap terpelihara,
diperlukan upaya khusus untuk merehabilitasi. Upaya ini dapat
dilakukan melalui kegiatan reboisasi, penyulaman atau pengayaan.
Upaya ini memerlukan partisipasi masyarakat yang secara
langsung akan diuntungkan jika keberlanjutan sumberdaya lahan
gambut dapat dipertahankan. Untuk itu diperlukan kesepakatan
dan pemahaman bersama mengenai peranan dan manfaat hutan
gambut.
Cadangan C yang besar ini pulalah yang menyebabkan tingginya jumlah C yang
dilepaskan ke atmosfer ketika lahan gambut di Indonesia terbakar pada tahun
1997, yaitu berkisar antara 0,81-2,57 Gt (Page, 2002). Untuk kawasan lahan
gambut di sekitar Taman Nasional Berbak, Sumatera, besarnya dugaan emisi
karbon menunjukkan angka sebesar 7 juta ton C (Murdiyarso et al., 2002).
Dari uraian di atas, konservasi dan rehabilitasi lahan dan hutan
gambut tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi iklim global,
tetapi juga bagi kondisi lingkungan lokal, pemulihan
keanekaragaman hayati serta kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat.
Http://www.peat-portal.net
Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) ini diselenggarakan atas dukungan dana dari
Pemerintah Kanada yang disalurkan melalui Canadian International Development Agency (CIDA)
Canadian International Agence canadienne de
Development Agency Développement international
Indonesia Programme
Departemen Kehutanan
Pasar karbon dimana pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi harus mengikuti prosedur CDM dengan
segala persyaratannya, antara lain:
Bagi negara maju:
! Memenuhi persyaratan keabsahan yang diputuskan oleh Badan Pelaksana CDM di tingkat global
! Menyediakan dana pelaksanaan proyek
Dokumen proyek yang paling awal adalah Catatan Ide Proyek (Project Idea Note, PIN). Dokumen ini harus disusun
oleh pengembang proyek (investor dan tuan rumah) yang akan diserahkan kepada otoritas nasional untuk disahkan. ! Meratifikasi Protokol Kyoto
!
Dokumen tersebut kemudian divalidasi oleh entitas operasional yang diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM. Tahap Bagi negara berkembang:
ini untuk memastikan kebenaran informasi yang disajikan dalam PIN dan jika tidak sesuai, entitas operasional dapat
! Meratifikasi Protokol Kyoto
meminta penjelasan kepada pengembang. Setelah dokumen dianggap lengkap, maka entitas operasional akan
! Memiliki otoritas nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan proyek
mendaftarkannya ke Badan Pelaksana CDM yang selanjutnya akan meneruskan ke sekretariat Konvensi Perubahan
Iklim/Protokol Kyoto untuk diinformasikan kepada semua pihak.
Pasar yang mengikuti persyaratan itu disebut Pasar Kyoto dengan prosedur seperti yang diuraikan dalam siklus
Kelembagaan
Peranan lahan dan hutan gambut
Persyaratan
Dokumen proyek
Siklus proyek
Tanah Mineral
Negara-negara industri yang sudah lebih lama dan banyak mengemisikan GRK bertanggungjawab
menurunkannya. Kewajiban tersebut disepakati dalam Konvensi Perubahan Iklim, sebuah
perjanjian internasional yang bertujuan untuk menstabilkan emisi GRK ke atmosfer sehingga tidak
membahayakan sistem iklim bumi.
Proyek karbon akan dikembangkan oleh calon investor dan tuan rumah apabila kondisi
pasar dipandang baik oleh kedua belah pihak. Untuk itu pengembang atau peserta
proyek harus menyusun dokumen proyek, mengikuti siklus pengembangan dan
implementasi proyek, memahami kelembagaan yang akan terlibat, mengenali pasar dan
implikasi keuangannya.
Secara nasional pelaksanaan proyek CDM di negara tuan rumah akan diawasi dan difasilitasi oleh otoritas
nasional yang ditunjuk oleh pemerintah negara tersebut. Lembaga ini bertanggungjawab dalam
mempertemukan investor dan mitranya, memfasilitasi pengembangan proyek untuk dapat disahkan oleh pihak
tuan rumah dan berhubungan dengan lembaga-lembaga internasional yang disebutkan di atas.
proyek tersebut di atas. Sedang Pasar non-Kyoto dapat sedikit berbeda, misalnya BioCarbon Fund yang
dibentuk oleh Bank Dunia tidak hanya membeli karbon dari kegiatan reforestasi dan aforestasi tetapi juga dari
kegiatan rehabilitasi atau konservasi hutan. Namun demikian pasar ini akan tetap mengikuti prosedur yang sama
seperti dalam siklus proyek.
yang dibentuk oleh Bank Dunia tidak hanya membeli karbon dari kegiatan reforestasi dan aforestasi tetapi juga
dari kegiatan rehabilitasi atau konservasi hutan. Namun demikian pasar ini akan tetap mengikuti prosedur yang
sama seperti dalam siklus proyek.
Implikasi keuangan
Dana CDM yang diperoleh dari bagi hasil CER akan digunakan untuk membiayai proyek setelah dipotong biaya
transaksi yang terdiri dari:
! Biaya pengembangan proyek
! Biaya pemantauan proyek
Pengeluaran di atas belum termasuk:
! Pajak sebesar 2% untuk mengisi dana adaptasi bagi negara-negara terbelakang
! Biaya administrasi Badan Pelaksana CDM
! Biaya operasional otoritas nasional
Aspek Teknis Proyek Karbon Hutan
Baseline adalah awal dari integritas proyek. Baseline
harus ditentukan secara transparan. Setelah
diimplementasikan dan dipantau akan diperoleh
tambahan karbon dan informasi tentang apakah
proyek mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan atau tidak. Dari hasil pemantauan
inilah CER akan ditentukan.
Bagian terpenting dalam pelaksanaan proyek CDM adalah
penentuan garis awal (baseline) atau kondisi awal cadangan karbon
sebelum proyek dimulai. Selanjutnya proyek harus dipantau untuk
melihat apakah kegiatan proyek menghasilkan atau memperoleh
karbon (additionality).
Baseline dan additionality
Untuk menetapkan garis awal (baseline) yang menggambarkan
kondisi simpanan karbon jika proyek tidak dilaksanakan, dikenal
beberapa skenario berdasarkan kondisi lokasi proyek dan
kemampuan pelaksananya. Berbagai pilihan baseline dapat dipilih
oleh pengembang untuk dinyatakan dalam Dokumen Proyek,
antara lain adalah:
Project Idea Note (PIN)
B. Finance
A. Project participans, type of the project, location and schedule
Total project costs estimate
Dev elop ment costs ; Install ed co sts; Oth er cos ts; Tota l pr oject c osts
Sour ces of f inance identif ied
Equity
Deb t - Long ter m
Deb t - Sho rt term
Not identified
CD M c ontri buti on so ugh t
CD M c ontri buti on in a dv anc e pa yments
Project developer
Name of the p rojec t develop er
Organizational category
Waktu
perolehan karbon selama periode kredit. Jika
sebuah proyek memiliki baseline AB dan proyek
itu memiliki pertumbuhan AC, maka perolehan
karbon selama periode kredit dari t1 sampai ke t2
adalah seluas bidang ‘abcd’. Tetapi ada
kemungkinan proyek tersebut mengalami
kebocoran dengan laju sebesar AD, sehingga
perolehan sebenarnya dalam periode kredit yang
sama adalah luas bidang ‘abcd’ dikurangi ‘abef’.
Bagi pihak tuan rumah, pengertian additionality
kemudian berkembang menjadi semacam
“tambahan” yang ditimbulkan oleh proyek,
terlepas apakah proyek tersebut menghasilkan
perolehan atau tidak. Sebagai contoh, kegiatan
CDM dapat memberikan tambahan dana
(financial additionality) untuk memperbaiki
pembiayaan proyek di luar dana bantuan teknis
(ODA). Selain itu, proyek CDM juga
memperbaiki lingkungan setempat (environmental
additionality) lebih dari sekedar menurunkan
emisi, misalnya perbaikan sanitasi lingkungan,
penyediaan air bersih, dan sebagainya.
Proyek CDM juga membawa dan meningkatkan
kemampuan menggunakan teknologi baru
(technological additionality) lebih dari teknologi
yang sudah ada.
Alamat, PO Box, Kota, Negara
Nama Manajer Pengembangan Proyek
Project sponsors
Name of the project sponsor
Organizational category
Expected price of the CERs in case of
A period until 2012 (end of the first budget periode)
A period of 10 years
A period of 7 years
A period of 14 years (2-7 years)
Sebutkan
Sebutkan apakah: Pemerintah/Lembaga pemerintah, Pemerintah
Kota/Kabupaten, Ornop, Perusahaan swasta
Alamat, PO Box, Kota, Negara
Tidak lebih dari 5 ba ris
Address
Main activities
Type of the project
Greenh ouse ga sses ta rgeted
Type of activities
Field of the activities:
LULUCF
US$ xx juta
US$ xx juta
US$ xx juta
US$ xx juta
Estim ated of Greenh ouse Ga sses
abated/CO2 Sequester ed (in to nnes of CO 2 - equi va lents)
Sebutkan apakah: Reforestasi, Aforestasi, dan lain-lain
Propinsi
Negara
Kota
Tidak lebih dari 3-5 baris
Ba seline s cenar io
Tahun proyek akan dioperasionalkan
Waktu ya ng dibutuhkan untuk komi tmen keua nga n: xx bulan
Waktu ya ng dibutuhkan untuk a spek leg al: xx bulan
Waktu ya ng dibutuhkan untuk negos iasi: x x bul an
Waktu ya ng dibutuhkan untuk p engemb ang an: xx bulan
Project lifetime
Jumlah tahun
Expec ted fir st yea r of th e CER d eliv ery Tahun pertama menghasilkan CER
Current sta tus or p ha se of the
Sebutkan apakah: Identifikasi, Pra-seleksi, Studi kesempatan, Pra-studi
project
kelayakan, Studi kelayakan, Negosiasi, Fase kontrak
Current sta tus of the a ccep tance of th e Kesepakatan tuan rumah sedang dalam pembahasan atau telah ditandatangani
Host Country
The position of the Host Country to
Sta tus neg ara tua n ruma h
the Kyoto Protocol
a.
Menandatangani, menandatangani dan meratifikasi, menerima, mensahkan,
mengaksesi
b.
Menand ata nga ni dan tel ah menujukkan kes ungguha n ya ng jelas kea rah
ratifikasi
c.
Tela h memul ai p roses akses i
Specific global and local environmental benefits
Which guidelines will be applied?
Loc al b enefits
Global benefits
Social and economic aspects
Wha t soci al a nd econo mic effects c an be a ttributed to the p rojec t and
which w ould not have occurred in a comparable situation without that
project?
Which guidelines will be applied?
Wh at a re the p ossi ble d irec t effects (e.g., emp loy ment crea tion, ca pita l
requi red for eign exc ha nge effects)
Wh at a re the p ossi ble o ther effec ts?
For examp le:
* tr aining/ educ ati on asso cia ted w ith the i ntrod ucti on of new processes ,
tech nolo gies and p rod ucts and /or
* th e effects of a pro ject o n other industr ies
Enviro nmental str ategy /pr iori ties of th e Hos t Country
Tahuna n:
Sampai dan termasuk tahun 2012: ekivalen xx tCO2
Sampai periode 10 tahun: ekivalen xx tCO2
Sampai periode 7 tahun: ekivalen xx tCO2
Sampai periode 14 tahun: ekivalen xx tCO2
Meng ga ntika n ap aka n proyek CD M y ang diusulka n?
Akan seperti apakah keadaan di masa yang akan
datang tanpa proyek CDM yang diusulkan?
Berapakah prakiraan penurunan GHG total?
(Kira-kira 1/4 - 1/2 halaman)
Total kira-kira 1/4 halaman
Nama dan, jika mungkin, lokasi website (situs)
Daftar manfaat lokal
Daftar manfaat global
Total kira-kira 1/4 halaman
Nama dan, jika mungkin, lokasi website (situs)
Da ftar peng aruh l ang sung y ang mungki n
Da ftar peng aruh l ain ya ng mung kin
Ura ian sing kat tentang hub unga n deng an
kelembagaan lokal seperti lembaga wilayah
dan/atau negara (tidak lebih dari 1/4 halaman)
Lembaga-lembaga CDM
Siklus Proyek
Proses
Pelaksana
Perkiraan waktu
Penyusunan Dokumen Proyek
Pengembang proyek
1 - 2 tahun
Pengesahan
Otoritas nasional
-
Validasi
Entitas operasional
1 bulan
Pendaftaran
Badan Pelaksana CDM
8 minggu
Implementasi dan Pemantauan
Pengembang proyek
Sepanjang periode proyek
Verifikasi dan Sertifikasi
Entitas operasional
15 hari
Penerbitan CER
Badan Pelaksana CDM
-
Badan Pelaksana CDM
Entitas Operasional
Otoritas Nasional
Pengembang Proyek
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Dibentuk dan bekerja untuk dan atas nama CoP/moP
Beranggotakan 10 orang
Masa kerja dua tahun
Pengawas implementasi CDM pada tingkat global
Menerbitkan CER
Diakreditasi oleh Badan Pelaksana CDM
Bertugas dalam validasi, pendaftaran, verifikasi dan sertifikasi proyek
Dapat bekerjasama dengan konsultan nasional
Dibentuk dan bekerja untuk dan atas nama pemerintah
Mengesahkan proyek
Memberi kemudahan kepada calon investor dan tuan rumah proyek
Investor dan tuan rumah boleh merupakan entitas pemerintah, swasta, maupun masyarakat
Perolehan karbon
Pemantauan perolehan karbon dilakukan dengan metode seperti yang
dinyatakan dalam PIN. Pemantauan dapat dilaksanakan dengan interval yang
tegantung kecepatan pertumbuhan hutan. Semakin sering dilaksanakan
maka akan semakin akurat, tetapi juga makin mahal. Jika periode kredit
hanya satu kali dalam 10 tahun, mungkin pemantauan awal (tahun ke-1),
pertengahan (tahun ke-5) dan akhir (tahun ke-10) sudah memadai.
Pelaksana pemantauan adalah pihak pengembang (dengan ketentuan yang
dapat disepakati antara investor dan tuan rumah) sehingga biayanya dapat
ditekan dan keuntungan finansialnya ditingkatkan.
lingkup proyek. Jika kriteria-kriteria yang telah disepakati tidak dipenuhi atau indikator
tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan tidak diwujudkan, maka pihak tuan rumah
(atas saran otoritas nasional) dapat menyatakan bahwa proyek tidak mencapai sasarannya.
Periode kredit
Periode kredit merupakan jangka waktu berlangsungnya proyek. Selama periode itulah
perolehan karbon yang diakumulasi dalam bentuk biomassa atau pertumbuhan hutan
diperhitungkan. Untuk menentukan periode kredit, pengembang tinggal memilih salah
satu dari dua pilihan, yaitu:
Tujuan pembangunan berkelanjutan
! Satu periode selama 10 tahun
Bagi tuan rumah, tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan ! Tiga periode masing-masing 7 tahun
agenda nasional yang penting dan menjadi syarat apakah proyek CDM absah
Dua pilihan tersebut untuk memberi kesempatan kepada pengembang yang ingin
dari pandangan pihak tuan rumah. Karena itu perolehan atau keuntungan
mengimplementasikan proyek karbon dari sisi tuan rumah dapat dilihat dari melaksanakan proyeknya tidak terlalu lama, yaitu dengan pilihan pertama dan satu macam
baseline. Sedang pilihan kedua memberi kesempatan untuk melaksanakan proyek dalam
tiga aspek:
jangka yang lebih panjang, tetapi setiap tujuh tahun, baseline harus dikoreksi untuk
menerapkan penyesuaian-penyesuaian tertentu.
Dalam kaitannya dengan periode kredit terdapat dua pilihan
! Lingkungan
Resiko proyek
baseline:
Dengan perlindungan dan rehabilitasi hutan, kondisi lingkungan akan
dipulihkan sehingga ekosistem hutan dapat memberikan jasanya berupa
Proyek apapun yang diterapkan pengembang, termasuk karbon hutan memiliki resiko
! Baseline Tetap (fixed), dipakai untuk proyek dengan satu periode
perbaikan fungsi hidrologi, konservasi tanah, keanekaragaman hayati dan
kegagalan tidak mencapai tujuan yang diiinginkan. Resiko tersebut dapat berupa gangguan
kredit selama 10 tahun
pengendalian iklim mikro.
alam atau manusia, termasuk kondisi politik dan perubahan kebijakan pemerintah. Karena
! Baseline Terkoreksi (adjusted), digunakan untuk proyek dengan
itu proyek yang dirancang baik harus menguraikan jenis-jenis resiko yang mungkin
tiga periode kredit, masing-masing selama tujuh tahun.
! Sosial
Dengan adanya proyek, keberadaan lembaga masyarakat lebih diakui dan dihadapi. Disamping itu perlu juga adanya indikasi bagaimana resiko tersebut diatasi
Dengan pertimbangan pertumbuhan hutan, pengembang mungkin
kesejahteraan mereka diperhatikan melalui tambahan fasilitas sosial seperti sehingga dampaknya terhadap pencapaian tujuan proyek dapat diperkecil .
memerlukan waktu yang panjang agar besarnya perolehan karbon Jika proyek yang diimplementasikan memperbaiki
pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Jika proyek diimplementasikan
cukup signifikan. Untuk itu mereka dapat memilih:
oleh pihak swasta, keeratan hubungan antara masyarakat dan pelaku usaha Cadangan tetap dan kebocoran
peraturan yang berlaku (regulatory additionality),
dapat diperbaiki.
maka proyek tersebut akan lebih terjamin secara
Dalam jangka yang sangat panjang akan sulit mengatakan bahwa sebuah proyek karbon
! Baseline Statik, menyerupai baseline tetap, tetapi untuk beberapa hukum.
hutan telah menyerap sejumlah karbon sehingga menjadi cadangan yang tetap
periode kredit
! Ekonomi
! Baseline Dinamik, menyerupai baseline terkoreksi, juga untuk
Dengan adanya lapangan kerja baru, masyarakat akan mendapat tambahan (permanence) dan tidak akan dilepaskan lagi ke atmosfer. Secara biologis hal itu tidak
Pemantauan
mungkin karena pertumbuhan pohon dan hutan akan mencapai klimaksnya dan secara
beberapa periode kredit
pendapatan, iklim berusaha akan diperbaiki dan peningkatan volume
alami akan mengalami degradasi sehingga mencapai anti klimaks lagi dalam siklus suksesi
Penyerapan atau perolehan karbon (additionality) dihitung
pekerjaan akan diupayakan.
Mengingat CDM memiliki tujuan ganda, yaitu
yang sering dijumpai secara alamiah.
berdasarkan perbedaan antara cadangan karbon tanpa proyek
meningkatkan penyerapan karbon untuk
Apalagi jika diperhitungkan kemungkinan kebocoran yang terjadi justru karena proyek
dengan perkembangan cadangan setelah proyek
Pencapaian tujuan ini memerlukan kriteria dan indikator yang disusun oleh
membantu negara maju memenuhi komitmen
diimplementasikan. Gambar 1 memberikan ilustrasi tentang
otoritas nasional melalui konsultasi publik yang disesuaikan dengan ruang
penurunan emisi dan mencapai tujuan
! Baseline Umum, dipilih jika proyek tidak memiliki karakteristik
istimewa sehingga dapat memilih baseline umum yang telah
disediakan
! Baseline Spesifik, dipilih jika proyek memiliki karakteristik
istimewa, misalnya menggunakan spesies dan dengan perlakuan
tertentu
Nama organisasi dan keuangan dalam US$ xx juta
Nama organisasi dan keuangan dalam US$ xx juta
Nama organisasi dan keuangan dalam US$ xx juta
US$ xx juta
US$ xx juta
US$ xx juta dan klarifikasi singkat (tidak lebih dari 5
baris)
D. Expected environmental benefits
Expected schedule
Earl iest pr oject s tart d ate
Estim ate of ti me requi red b efore
becoming operational after
approval of the PIN
Perolehan
(additionality)
proyek karbon
hutan selama
periode kredit (t1
hingga t2)
setelah
mempertimbang
kan baseline
(AB),
US$ xx juta; US$ xx juta; US$ xx juta; US$ xx juta
C. Technical summary of the project (Deskripsi teknis mengenai proyek kira-kira ½ halaman)
Sebutkan apakah: CO2 , CH 4 , N2 O, HF Cs, PFCs, SF 6
Penuruna n
Location of the pr oject
Region
Country
City
Brief description of the location of the
project
pembangunan berkelanjutan bagi negara berkembang, maka kegiatan
pemantauan juga diarahkan untuk mengukur kedua hal tersebut.
Lahan gambut di Sungai Merang, Sumatera Selatan
Kom binasi antar a investor da n tuan r umah
Sebutkan apakah: Pemerintah/Lembaga pemerintah, Pemerintah
Kota/Kabupaten, Ornop, Perusahaan swasta
Sebutkan apakah: Sponsor, Entitas operasional, Perantara, Penasehat teknis
Other functi on(s) of th e proj ect
devel oper in the p rojec t
Address
Contac t perso n
Telep hone/fax
E-mail
Gambar 1.
Cadangan karbon ton/ha
PERUBAHAN IKLIM DAN PERANAN LAHAN GAMBUT
yang memiliki kemampuan untuk mengoperasionalkan CDM di lapangan, khususnya dalam melakukan validasi,
verifikasi dan sertifikasi proyek (lihat kotak Lembaga-lembaga CDM di belakang).
For more information, please contact:
Daftar Pustaka:
Jill Heyde
Yus Rusila Noor
Baumert, K. A., Kete, N and Figueres, C. 2001. Designing the Clean Development
Mechanism to Meet the Needs of a Broad Range of Interest. World Resources
Institute Climate Notes.
Project Manager CCFPI
Wildlife Habitat Canada
200 7 Hinton Ave. N
Ottawa, ON, K1Y 4P1, Canada
Tel: +1 613 722-2090; Fax: +1 613 722-3318
E-mail: [email protected]
Project Coordinator CCFPI
Wetlands International - Indonesia Programme
Jl. Ahmad Yani No. 53- Bogor 16161
PO Box 254/BPP-Bogor 1600, INDONESIA
Tel: 0251 312189; Fax: +62 251 325755
E-mail: [email protected]
Brady, M. A. 1997. Organic matter dynamics of coastal peat deposit in Sumatra,
Indonesia. PhD thesis. The University of British Columbia.
Depledge, J. 2000. A Guide to the Climate Change Process. UNFCCC. Bonn.
IPCC. 2001. Climate Change 2001. The Scientific Basis. Cambridge University
Press.
Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests, a
primer. FAO Forestry Paper 134. FAO, Rome.
diimplementasikan. Kebocoran yang dimaksud di sini adalah
terjadinya penambahan atau pengurangan karbon di dalam areal
proyek yang ditimbulkan oleh kegiatan lain di luar areal proyek.
Jadi kebocoran bisa negatif atau positif. Untuk mengatasi
masalah ini batas proyek dapat diperluas sehingga mencakup
areal yang mungkin terkena dampak proyek.
Kebocoran biasanya memiliki konotasi negatif, artinya dalam
suatu proyek yang mengalami kebocoran, perolehan karbon
menjadi lebih kecil dari yang seharusnya diperoleh. Namun,
mungkin juga terjadi adanya kebocoran yang positif, artinya
proyek tersebut justru mendorong terjadinya penambahan
karbon di luar rencana. Istilah lain yang kadang-kadang
digunakan untuk menggambarkan kondisi sistem yang bocor,
antara lain adalah pergeseran kegiatan (activity shifting), lolos
(slippage), pencarian sumberdaya di luar batas proyek
(outsourcing), dampak pasar (market effects), dampak luar (offsite
effects), dan emisi siklus proyek (life-cycle emission reduction).
Isu cadangan tetap (permanence) muncul dalam kegiatan
penyerapan karbon atmosfer ke dalam rosot (sink) biologis yang
memiliki banyak resiko untuk dilepas kembali. Dari sini
kemudian muncul berbagai teknik pendugaan cadangan tetap
yang memungkinkan dilakukannya klaim atas perolehan yang
dilakukan kegiatan proyek. Di antara metode tersebut adalah
perolehan tahunan (ton-year) dan perolehan sementara
(temporary).
CER adalah sertifikat penurunan emisi yang
dihasilkan oleh proyek CDM. CER
diterbitkan oleh Badan Pelaksana CDM atas
rekomendasi entitas operasional yang telah
melakukan verifikasi atas proyek yang
dipantau pengembang.
Tim Produksi:
Maltby dan Immirizi. 1993. Carbon dynamics in peatlands and other wetlands soils: regional and global
perspective. Chemosphere 27:999-1023.
Murdiyarso, D. 2003. CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih.
Penerbit KOMPAS.
Penyusun
Munasinghe, M. 1999. Development equity and sustainibility (DES) in the context of climate change.
In M. Munasinghe and R. Swart (Eds.) Climate Change and Its Linkage with Development Equity and
Sustainibility. IPCC.
Neuzil, S.G. 1997. Onset and rate of peat and carbon
accumulation in four domed ombrogenous peat deposits in
Indonesia. In Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands.
(eds. Rieley, J.O., and S. E. Page). Samara Publishing Ltd. pp.
55-72.
Daniel Murdiyarso
Murdiyarso, D., Widodo, M, and Suyanto, D. 2002. Fire risks in forest carbon projects in Indonesia.
Science in China (Series C). Vol 45 Supp : 65 74.
Murdiyarso, D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Penerbit
KOMPAS.
Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya bagi Negara Berkembang. Penerbit KOMPAS.
Page, S.E, Siegert, F, Rieley, J.O, Boehm, H.D.v, Jaya, A. 2002.
The amount of carbon released from peat and forest fire in
Indonesia during 1997. Nature 420 : 61 65.
Desain/Layout
Vidya Fitrian
Foto
Indra Arinal
Sketsa
Wiyono
Download