RADAR SURABAYA l MINGGU, 7 MEI 2017 HALAMAN 9 ANGGOTA TIM Prof Afdol SH MS, M. Saleh SH MH, Rusdianto Sesung SH MH, Evi Retno Wulan SH MHum, Dr. Tanudjaja SH CN MH, Tahegga Primananda Alfath SH MH, Miftakhul Huda SH MH PERIKSA: Dokter menganjurkan pemeriksaan mata pada anak-anak sejak dini. Sebelum umur 8 tahun, anak bisa memeriksakan kondisi mata. Selain untuk memeriksa adanya kebutuhan untuk diberikan kacamata, hal ini juga guna mendeteksi kelainan lain, seperti katarak, glaukoma, mata malas dan lain-lain. Kekuatan Alat Bukti Elektronik PENGASUH Rubrik Bincang Hukum yang saya hormati. Saya ingin bertanya, seberapa kuatkah pem­bukti­ an informasi yang disebar­luas­kan melalui e-mail? Mohon penjelasannya. Hal ini erat kaitannya dengan pekerjaan saya yang yang berhu­bu­ng­ an dengan internet. Terima kasih atas penjelasannya. Agam Saputra Di: Mojokerto JAWABAN: BERDASAR pada pasal 1 butir 1 Un­ dang-Undang nomor 11 Tahun 2008 ten­ tang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang dimaksud dengan in­for­ masi elektronik adalah satu atau se­ kum­pulan data elektronik. Termasuk --te­tapi--tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, te­ le­copy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Menurut pasal 1 butir 4 UU ITE, do­ ku­­men elektronik adalah setiap in­for­ ma­si elektronik yang dibuat, diteruskan, di­­kirimkan, diterima, atau disimpan da­ lam bentuk analog, digital, elektromag­ ne­tik, optikal atau sejenisnya yang da­ pat dilihat, ditampilkan, dan/atau di­de­ ngar melalui komputer atau sistem elek­ tronik. Termasuk (tetapi) tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, ran­ ca­ngan, foto atau sejenisnya, huruf, tan­ da, angka, kode, akses, simbol, atau por­ fo­rasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Jadi, e-mail merupakan informasi elek­tronik yang dibungkus atau di­wa­da­ hi dalam jenis file e-mail tersebut (bisa Word, Power Point, Excel, atau lainnya) se­bagai dokumen elektronik. Yang ter­ kait dengan pembuktian dijelaskan pa­ da pasal 5 ayat (1) UU ITE. Yaitu infor­ masi elektronik dan/atau dokumen elek­ tro­nik dan/atau hasil cetaknya meru­pa­ kan alat bukti hukum yang sah. Hasil cetak informasi dan dokumen elektronik bi­sa dijadikan alat bukti surat dengan da­sar hukum yang mengacu pada pasal 5 ayat (2) UU ITE. Isinya, informasi elek­tronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya, sebagaimana di­maksud pada ayat (1) merupakan per­ luasan dari alat bukti yang sah sesuai de­ngan hukum acara di Indonesia. Informasi elektronik dan/atau do­ku­ men elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang se­suai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 5 ayat (3) UU ITE. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik di­nyatakan sah bila memenuhi keten­tu­ an syarat formal yang tertuang pada pa­ sal 5 ayat (4) UU ITE sekaligus me­me­ nu­hi syarat materi di pasal 6, pasal 15, dan pasal 16 UU ITE. Jadi, jelas e-mail bisa dijadikan alat bukti yang sah dan tentu keabsahan isi e-mail tersebut ha­ rus dibuktikan keotentikannya, keu­tu­ hannya, dan ketersediaannya melalui pro­ses digital forensik. Demikian ja­wa­ ban kami atas pertanyaan Anda. Semoga bi­sa membantu persoalan Anda. (*) Pembaca yang berminat bertanya seputar hukum dan aplikasinya dapat berkirim surat ke alamat Redaksi Radar Surabaya, Jalan Kembang Jepun 167-169. Surat bisa juga dikirim melalui e-mail [email protected]. Penanya tidak akan dikenai biaya. NET Pemakaian Kacamata pada Anak-Anak (3-Habis) Hindari Kebiasaan yang Merusak Mata Bagi anak-anak tanpa faktor genetik bisa menghindari mata minus dengan kebiasaan yang baik. Hal ini tentunya juga perlu ditanamkan pada masing-masing orang tua untuk mengatur pola kebiasaan anak dengan tegas. Phaksy Sukowati Wartawan Radar Surabaya SEPERTI dijelaskan sebelumnya, faktor genetis atau turunan dari orang tua memang bisa 80 persen me­nurun pada anak untuk ber­ka­ camata. Namun, ada faktor lain yang seringkali membuat anak-anak ha­ rus berka­ca­ma­ta, yakni faktor ke­bia­ saan dan fak­tor lingkungan. Dokter Klinik Mata Anak Rumah Sa­kit (RS) Adi Husada Undaan Wetan Surabaya dr. Widodo Pur­no­ mo, Sp.M menegaskan, para orang tua harus mulai lebih jeli dari se­ka­ rang untuk menyadari apa saja ke­ bia­saan selama ini yang keliru pada bu­ah hatinya. Se­bab, seringkali orang tua mengabaikan diri selagi si anak bisa tenang dan tidak rewel. Nah, salah satu yang sering ialah mem­biarkan anak terlalu sering me­ ngu­rung diri di kamar. Padahal anak usia 0-10 tahun sedang mengalami dr Widodo Purnomo, Sp.M Dokter Klinik Mata Anak RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya pro­ses belajar melihat dengan baik. ”Anak-anak jangan sering dibatasi pan­dangan. Apalagi jangan sering di­ku­rung dalam kamar,” ujar Widodo. Era demam gadget yang juga di­ alami kalangan anak-anak me­ nam­bah risiko mata minus pada anak. Anak lebih sering di rumah untuk ber­m ain gadget atau me­ non­ton te­le­vi­si. Nah, lingkungan ini harus di­per­ baiki sehingga anak lebih leluasa me­ le­pas pandangan mereka di luaran. Na­mun, tentunya tetap dalam penga­ wa­san orang tua. “Sesekali paksalah me­reka untuk keluar. Sehingga pan­ da­ngan tidak sebatas kamar ukuran 3x3 meter. Mereka bisa main layangan atau sepak bola,” ujar Widodo. Selain itu, banyak pula kebiasaan lain anak-anak yang terkadang ter­ bawa hingga dewasa. Suatu ke­bia­ saan ini dapat merusak mata secara per­lahan. Kebiasan itu ialah me­non­ ton te­levisi, layar laptop ataupun gad­get dengan jarak dekat. Me­me­lo­ toti layar peralatan tersebut di tem­ pat yang gelap, juga tidak dibenarkan. “Hal ini membuat mata bekerja keras melebihi yang semestinya. Bila terus ter­biasa maka akan timbul gang­gu­ an,” ujarnya. Widodo menganjurkan pemerik­sa­ an mata pada anak-anak sejak dini. Sebelum umur 8 tahun, anak bisa memeriksakan kondisi mata. Selain untuk memeriksa adanya kebutuhan untuk diberikan kacamata, hal ini juga guna mendeteksi kelainan lain, seperti katarak, glaukoma, mata malas dan lain-lain. “Karena umur 0-10 tahun anakanak harus belajar melihat dengan baik. Kalau tanpa kacamata, akibat­ nya, selain tak belajar melihat dengan baik, penglihatan tambah jelek dan pelajaran terganggu,” urai alumnus Pusat Mata Nasional Cicendo itu. Sementara itu, anak-anak belum sekolah biasanya dirangsang dengan gambar atau simbol tertentu. Se­dang­ kan yang sudah sekolah bisa dites dengan huruf alfabet berbagai ukuran. Cara pemeriksaan pada anak, juga sedikit berbeda dengan orang dewasa. Pasalnya, daya akomodasi pada anak lebih baik dari dewasa. “Pada anak sebelum umur 8 tahun kita lakukan pe­nyesuaian pada daya akomodasi dengan pemberian tetes khusus. Pupil mata dilebarkan sementara baru bisa diukur kacamata,” ujarnya. Oleh karena itu, Widodo meng­im­ bau masyarakat demi safetyuntuk meng­hu­bungi dokter untuk penge­ ce­kan mata. “Terutama bila anak se­ring me­micingkan atau me­nge­dip­ kan mata. Artinya mereka se­dang beru­sa­ha un­tuk memfokuskan ma­ ta­nya,” ujarnya. Satu bulan setelah pemakaian per­ tama, pasien kemudian bisa me­la­ku­ kan kontrol. Selanjutnya, pasien di­an­ jurkan kontrol setiap 6 bulan sekali. “Ini untuk mengecek apa­kah minus bertambah atau mengecek indikasi gangguan mata lainnya bila ada,” tukasnya. (*/opi) drg. Yenny Kurniawati, Sp.KGA Jaga Postur dengan Pilates SURABAYA–Melayani pasien anak-anak setiap hari membutuhkan kesabaran dan fisik yang prima. Untuk menjalani tugasnya tetap maksimal, drg. Yenny Kurniawati, Sp.KGA menyiasatinya dengan olahraga pilates. Olahraga ini juga dimanfaatkan untuk menjaga postur tubuhnya. Rutin berolahraga dilakoninya semenjak mulai menyadari pekerjaan sehari-hari bisa membuatnya jenuh dan kelelahan fisik. Apalagi pekerjaannya menuntut untuk sering duduk ditambah membungkuk ketika melayani pasien. ”Sering duduk dan bungkuk takutnya merusak postur. Punggung jadi nyeri dan mudah lelah,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Airlangga (Unair) itu. Dari situ dia pun memilih pilates sebagai jalan keluarnya. Menurut Yenny, pilates membuatnya lancar melatih pernafasan dan relaksasi. Beberapa gerakan pilates juga Sering duduk dan bungkuk takutnya merusak postur. Punggung jadi nyeri dan mudah lelah.” DRG. YENNY KURNIAWATI, SP.KGA dimanfaatkannya untuk mengencangkan otot di tempat bersembunyinya lemak, seperti perut dan paha. Pilates biasanya dilakukan setiap akhir pekan. Menurut Yenny, dirinya bisa menjalani hingga tiga kali pilates. ”Kalau benar-benar luang bisa tiga sampai empat kali. Setiap latihan cukup satu jam. Habis pilates pasti badan jadi enteng,”ujar dokter kelahiran Situbondo itu. Dengan rutin pilates dirinya tidak menjalani olahraga lainnya, termasuk melakukan program diet tertentu. Perem­ puan berusia 34 tahun itu, tak membatasi diri dengan pantangan makan apapun. ”Nggak pernah diet. Makan aja seperti biasa. Sehari tiga kali,” ujar penyuka ayam goreng penyet itu. Meski demikian, perem­ puan yang hobi membaca no­vel ini tidak terlalu senang ngemil. Selain itu porsi makanan lebih suka dengan sedikit karbohidrat, tapi banyak serat dan protein. Menurutnya, kesehatan merupakan aset paling berharga. Sedangkan olahraga menjadi kunci untuk menghindari penyakit atau penuaan dini. ”Penting sekali sebagai aset berharga. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Cegah penyakit dengan olahraga,” tukasnya. (psy/opi) layouter: triongko