bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro
yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
perekonomian. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan tingkat
presentase perubahan dari Produk Domestik Bruto (PDB) baik nominal, riil,
maupun per kapita. PDB merupakan nilai pasar total dari seluruh barang dan jasa
yang dihasilkan setiap tahun oleh warga negara atau warga asing dalam suatu
negara. Menurut Todaro (2003:79), pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses
peningkatan output dari waktu ke waktu. Hal ini menjadikan pertumbuhan
ekonomi sebagai indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan
suatu negara. Todaro menambahkan bahwa di dalam pertumbuhan ekonomi
terdapat tiga komponen penentu utama. Pertama akumulasi modal, meliputi semua
bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan, dan
sumber daya manusia. Kedua pertumbuhan penduduk yang meningkatkan jumlah
angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi adalah unsur yang diperlukan dalam meningkatkan
penghasilan dan standar hidup (Gwartney, et al. 1996). Pertumbuhan ekonomi juga
identik dengan peningkatan standar hidup masyarakat (Palmer, 2012). Pada
1 akhirnya, pertumbuhan ekonomi dinilai penting dalam rangka menentukan tujuan
dari kebijakan ekonomi suatu negara.
Dalam rangka menentukan kebijakan ekonomi, pemerintah dinilai perlu
melakukan
analisis
pertumbuhan
mengenai
ekonomi.
faktor-faktor
Menurut
Nordhaus
yang
dan
mempengaruhi
Samuelson
tingkat
(2005:558),
pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1.) sumber daya manusia (tenaga kerja, pendidikan, motivasi),
2.) sumber daya alam (tanah, bahan bakar, iklim, kualitas lingkungan),
3.) pembentukan modal (pabrik, peralatan, infrastruktur),
4.) teknologi (ilmu pengetahuan, teknik, manajemen, kewirausahaan).
Selain faktor-faktor di atas, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
tingkat investasi. Penelitian Borensztein et al. (1998) menunjukkan bahwa
investasi memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi. Samuelson (2005:458)
menambahkan bahwa investasi memainkan dua peran dalam makroekonomi.
Pertama, adanya perubahan tingkat investasi secara signifikan dapat berpengaruh
terhadap permintaan agregat. Ketika tingkat investasi meningkat, maka tingkat
permintaan agregat cenderung meningkat. Sebaliknya, adanya penurunan tingkat
investasi cenderung menyebabkan penurunan tingkat permintaan agregat. Kedua,
investasi
cenderung
mendorong
adanya
peningkatan
akumulasi
modal.
Peningkatan akumulasi modal dalam investasi dapat ditunjukkan melalui adanya
penambahan peralatan, perlengkapan, dan bangunan dalam proses produksi. Dalam
jangka panjang, adanya peningkatan akumulasi modal dapat mendorong
peningkatan output sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi secara umum.
2 Menurut Francis (2001:3), investasi adalah kegiatan penanaman modal yang
diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang. Zvi et
al. (1995) menjelaskan bahwa investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.) real assets atau investasi dalam bentuk aset riil. Investasi aset riil ini
adalah investasi berwujud fisik, seperti emas, batu mulia, pabrik,
bangunan, dan tanah,
2.) financial assets atau investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas
(marketable securities financial assets). Investasi ini berwujud surat-surat
berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang
diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.
Sementara investasi juga dibedakan menjadi investasi langsung asing
(foreign direct investment) dan investasi tidak langsung (portofolio). Menurut
Evans (2002), perbedaan antara Foreign Direct Investment (FDI) dan portofolio
berasal dari perbedaan motivasi masing-masing investor. Evans menjelaskan
bahwa pada FDI, motivasinya adalah mengendalikan secara langsung suatu
perusahaan. Sementara pada portofolio, motivasinya adalah menempatkan dana
untuk mendapatkan imbalan yang maksimum pada tingkat resiko tertentu suatu
perusahaan.
Menurut Kahai (2004), FDI memiliki peranan yang lebih signifikan dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan aliran modal
portofolio. Hal ini karena FDI dapat mendorong adanya transfer teknologi,
penguatan jaringan pasar global, pengembangan sumber daya manusia di negara
penerima, dan peningkatan ekspor.
3 Fan dan Dickie (2000) menunjukkan bahwa FDI memiliki peranan penting
dalam mengurangi dampak krisis keuangan Asia terhadap anggota ASEAN-5.
Penelitian Fan dan Dickie (2000) menyimpulkan bahwa negara-negara di Asia
tetap mengalami surplus FDI meskipun mengalami krisis. Selain itu, FDI juga
dapat menurunkan angka kemiskinan dalam suatu negara. Menurut Hemmer dan
Nguyen (2002), peranan FDI dalam mengurangi kemiskinan dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi ketika FDI
mampu meningkatkan penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas
pekerja domestik. Pengaruh tidak langsung dapat dilihat melalui pengaruh FDI
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kemudian dapat meningkatkan
pendapatan per kapita penduduknya. Terakhir, FDI juga berpengaruh terhadap
terciptanya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan pembangkit listrik.
Pentingnya peranan FDI dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi
mendorong
pemerintah
untuk
meningkatkan
faktor-faktor
yang
dapat
meningkatkan FDI. Bouoiyour (2003) menjelaskan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi FDI adalah seperti PDB, pertumbuhan PDB, inflasi, upah, dan nilai
tukar. Selain itu menurut Nonnemberg dan Mendonca (2001), keterbukaan
ekonomi, yaitu nilai ekspor, juga menjadi salah satu faktor yang mendorong
masuknya aliran FDI ke suatu negara.
Dalam kasus Indonesia, pertumbuhan ekonomi juga merupakan hal penting
dalam rangka meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat. Salah satu peranan
pemerintah Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan
meningkatkan aliran FDI ke Indonesia. Tingginya aliran masuk FDI ke Indonesia
4 dinilai penting karena dapat meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia.
Tingginya kegiatan investasi ini yang kemudian diharapkan dapat mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Secara umum, pemerintah Indonesia telah melakukan dua upaya utama
dalam rangka meningkatkan aliran modal masuk ke Indonesia. Pertama adalah
mengeluarkan undang-undang mengenai penanaman modal dan yang kedua adalah
mendirikan badan yang mengatur dan menyetujui izin atas investasi dalam negeri
maupun luar negeri.
Upaya pertama dalam mengeluarkan undang-undang mengenai penanaman
modal asing, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang direvisi dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing. Sesuai
dalam undang-undang tersebut, definisi penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Sementara
penanaman modal asing didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Upaya pemerintah kedua adalah mendirikan sebuah badan yang mengatur dan
menyetujui izin investasi. Awalnya pada Keputusan Presidium Kabinet Nomor
17/EK/I/1967 tanggal 19 Januari 1967 mengenai lembaga yang mengatur penanaman
modal di Indonesia badan yang mengatur investasi dibentuk dan diberi nama Badan
Pertimbangan Penanaman Modal (BPPM). Badan ini sempat digantikan oleh lembaga
5 lain yaitu Team Teknis Penanaman Modal, namun kemudian diganti lagi menjadi
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Berdasarkan argumentasi di atas, penelitian tentang FDI dinilai penting
untuk merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran masuk FDI di
Indonesia. Maka penelitian ini mencoba meneliti pengaruh atau faktor-faktor yang
mempengaruhi FDI di Indonesia pada periode tahun 2000 kuartal pertama hingga
tahun 2010 kuartal keempat.
1.2
Rumusan Masalah
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa FDI memiliki peranan
penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Karena hal itu,
pemerintah Indonesia telah berupaya meningkatkan aliran masuk FDI di Indonesia.
Namun pada kenyataannya, aliran masuk FDI di Indonesia masih cenderung
rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara. Hal ini bisa dilihat dari
jumlah stok FDI di negara-negara Asia Tenggara pada Gambar 1.1.
6 Gambar 1.1: Stok FDI di Negara-Negara Asia Tenggara
Tahun 1990, 2000, 2009 (Juta Dolar AS)
400,000
300,000
200,000
100,000
0
Sumber: World Investment Report 2010, UNCTAD.
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa stok FDI di Indonesia masih cenderung
rendah dibanding negara-negara tetangganya, yaitu Singapura, Thailand, dan
bahkan Malaysia. Padahal pasar Indonesia lebih besar jika membandingkan PDB
dan jumlah penduduknya. Pemerintah Indonesia juga sudah berusaha mendorong
peningkatan FDI. Namun aliran masuk FDI ke Indonesia masih cenderung rendah
dibandingkan negara-negara tersebut.
Penelitian ini melakukan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat FDI di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model Autoregressive
Distributed Lag (ADL) - Error Correction Model (ECM) untuk melihat pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Periode penelitian ini
dari tahun 2000 kuartal pertama hingga tahun 2010 kuartal keempat. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah realisasi FDI di Indonesia. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah PDB riil, ekspor riil, tingkat Consumer
Price Index (CPI), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) riil, upah
7 riil, dan saluran telepon.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka dapat dirumuskan
permasalahan, yaitu:
1.) faktor-faktor apa sajakah yang memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap aliran masuk FDI di Indonesia?
2.) faktor-faktor apa sajakah yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap aliran masuk FDI di Indonesia?
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang FDI telah menjadi salah satu bagian yang paling intensif
dalam ekonomi internasional pada dekade terakhir (Pan, 2002). Meskipun sudah
ada banyak penelitian mengenai faktor-faktor penentu FDI, studi empiris pada FDI
di negara-negara berkembang seperti Indonesia belum banyak dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan
mempengaruhi aliran masuk FDI di Indonesia. Pada akhirnya penelitian ini untuk
membantu pemerintah Indonesia dalam menentukan dan meningkatkan potensi
faktor-faktor yang mempengaruhi aliran masuk FDI ke Indonesia agar mampu
bersaing dengan negara lainnya dalam menarik investor asing.
8 
Download