96 V. PEMBAHASAN UMUM Berdasarkan fenomena susu kuda liar, dari bacaan, pengalaman empiris dan uji coba laboratorium, masalah susu kuda Sumbawa digunakan sebagai topik disertasi Program Doktor dengan harapan hasil penelitian tersebut juga bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat. Hipotesis awal dari penelitian ini adalah (1) bahwa didalam susu kuda Sumbawa terdapat senyawa antimikroba yang kuat; (2) bahwa daya antimikroba dalam susu kuda mempunyai spektrum luas; dan (3) bahwa senyawa antimikroba dalam susu kuda tersebut termasuk golongan protein. Hasil pengamatan di tiga kabupaten (Sumbawa-Bima-Dompu) di pulau Sumbawa diperoleh hasil bahwa kuda di Kabupaten Sumbawa dipelihara secara ekstensif dilepas di hutan, di Kabupaten Dompu dilepas di hutan dan gunung, sedangkan di Kabupaten Bima dilepas di padangan pada siang hari dan kuda pulang ke kandang pada sore hari. Kuda Sumbawa tidak pernah diberi obat kimia seperti antibiotik, sehinga antimikroba yang terdapat dalam susu kuda Sumbawa tidak mungkin berasal dari obat antibiotik. Senyawa antimikroba tidak berasal dari tumbuhan sumber makanan kuda Sumbawa, karena setelah dilakukan uji aktivitas antimikroba terhadap 32 jenis tumbuhan yang menjadi makanan kuda Sumbawa, hasilnya menunjukkan bahwa tumbuhan bahan makanan kuda Sumbawa tidak mengandung antimikroba. Pengamatan di ketiga kabupaten penghasil susu kuda Sumbawa, menunjukkan bahwa susu kuda Sumbawa tidak dipanaskan atau mengalami proses pengolahan sebelum dipasarkan, juga tidak dilakukan penanganan sanitasi maupun hygiene yang baik pada waktu pemerahan. Meskipun demikian susu kuda Sumbawa tidak rusak, tidak menggumpal, dan hanya mengalami fermentasi secara alami. Hal ini memberi petunjuk bahwa susu kuda Sumbawa kemungkinan mengandung suatu senyawa organik yang memiliki daya antimikroba yang berasal dari senyawa antimikroba alami. 97 Senyawa antimikroba alami dari susu kuda Sumbawa dibuktikan kebenarannya (hipotesis pertama) melalui uji verifikasi, dan hasilnya menunjukkan adanya aktivitas antimikroba yang kuat dalam susu baik sampel susu kuda Sumbawa dari peternak maupun sampel yang diambil di pedagang. Hasil uji verifikasi ini membuktikan bahwa hipotesis pertama benar, yaitu susu kuda Sumbawa mengandung senyawa antimikroba alami yang kuat. Uji stabilitas antimikroba susu kuda Sumbawa dengan pemanasan menunjukkan adanya penurunan aktivitas antimikroba yang berkisar antara 21% sampai 28% setelah susu dipanaskan. Hal ini sesuai dengan pengalaman empiris dan kepercayaan peternak dan pedagang susu kuda Sumbawa yang tidak melakukan pemanasan agar tidak berkurang daya pengobatan penyakit. Hasil uji penyimpanan susu kuda Sumbawa pada susu kamar menunjukkan bahwa sampel susu yang disimpan selama 5 bulan (157 hari) tidak menurunkan aktivitas bahkan menambah daya antimikrobanya. Hal ini memberi petunjuk bahwa daya antimikroba tidak berkurang (stabil) selama penyimpanan. Hipotesis kedua dibuktikan melalui uji kepekaan terhadap 9 jenis bakteri patogen dan perusak pangan. Uji kepekaan terhadap 9 jenis bakteri patogen dan perusak pangan menunjukkan bahwa semua bakteri uji peka terhadap susu kuda Sumbawa dan bakteri gram positif lebih peka dibanding bakteri gram negatif. Bakteri Vibrio cholerae sangat peka terhadap susu kuda Sumbawa yang mengindikasikan susu kuda Sumbawa dapat menyembuhkan penyakit pencernaan seperti diare. Disamping itu susu kuda Sumbawa dapat menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis secara in vitro menurut Rijatmoko (2003). Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian ini hipotesis kedua terbukti benar bahwa daya antimikroba susu kuda Sumbawa mempunyai spektrum yang luas. Pembuktian hipotesis ketiga didahului dengan percobaan untuk mengetahui sifat polaritas antimikroba susu kuda Sumbawa yang dapat memberi petunjuk bahwa daya antimikroba dari susu kuda Sumbawa kemungkinan senyawa protein. Menurut 98 Naidu (2000), laktoferin dan senyawa antimikroba lain dari susu sapi adalah protein. Uji sifat polaritas dilakukan dengan 6 pelarut yang berbeda tingkat polaritasnya. Hasil uji terhadap kelarutannya menunjukkan bahwa kelarutan senyawa antimikroba paling tinggi pada fase metanol (20,66 ml), dengan demikian antimikroba susu kuda Sumbawa bersifat polar. Dengan sifat kepolaran senyawa antimikroba susu kuda Sumbawa tersebut mengindikasikan bahwa kemungkinan senyawa antimikroba susu kuda itu adalah senyawa protein. Uji fraksinasi dengan KCKT dan dilanjutkan uji antimikroba terhadap fraksi-fraksi yang dihasilkan untuk membuktikan bahwa senyawa antimikroba dari susu kuda adalah senyawa protein. Dari 7 fraksi yang dihasilkan, 4 fraksi mempunyai aktivitas antimikroba dan satu fraksi diantaranya yaitu fraksi 7 memiliki aktivitas antimikroba yang paling kuat. Dari sifatnya yang polar dan diperkuat oleh Naidu (2000) bahwa senyawa antimikroba (laktoferin) pada susu sapi adalah protein maka dilakukan uji protein dari fraksi 7 dengan menggunakan metoda elektroporesis dan pewarnaan Bradford. Hasilnya adalah protein dan melalui uji banding dengan 7 protein standar diketahui bahwa fraksi 7 hanya terdiri dari satu pita protein dengan berat molekul 61,0 kDa. Dengan hasil percobaan ini hipotesis ketiga terbukti bahwa senyawa antimikroba dari susu kuda Sumbawa adalah senyawa protein. Uji elektroforesis digunakan juga untuk membandingkan fraksi 7 dengan laktoferin dari susu sapi dan hasilnya memperlihatkan bahwa fraksi 7 adalah senyawa antimikroba dari susu kuda Sumbawa seperti laktoferin dari susu sapi. Hal ini diperkuat dari hasil analisa dengan spektrofotometer infra merah yang membuktikan bahwa fraksi 7 dan laktoferin mengandung gugus aktif karbohidrat, peptida dan amina, yang mengindikasikan bahwa keduanya adalah senyawa glukoprotein. Untuk mengetahui jenis gula dari fraksi 7 dan laktoferin dilakukan uji terhadap jenis gula dengan mengunakan 6 jenis gula standar sebagai pembanding, hasilnya menunjukkan bahwa 99 fraksi 7 mengandung galaktosa sedangkan laktoferin kemungkinan mengandung 2 jenis gula yaitu laktosa dan galaktosa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa antimikroba fraksi 7 yang paling kuat dalam susu kuda Sumbawa adalah glukoprotein dengan komponen gula yang terkandung di dalamnya adalah galaktosa. Atas dasar itu senyawa antimikroba fraksi 7 dapat dinamakan galaktoequin karena mengandung galaktosa, atau karena sifatnya dekat dengan laktoferin dapat juga dinamakan galaktoferin. Hasil pengembangan produksi konsentrat antimikroba susu kuda Sumbawa dihasilkan bubuk konsentrat antimikroba, dengan rendemen bubuk whey kering sebesar 4,8 %b, dengan daya antimikroba 20 kali dari bentuk susu cair.