BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Definisi Akuntansi Definisi akuntansi Menurut Kieso,et all. (2008), pengertian akuntansi keuangan adalah : “Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik pihak internal maupun eksternal” Menurut Munawir (2007:5) bahwa akuntansi adalah : “Seni daripada pencatatan, penggolongan, dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidaknya bersifat keuangan dan cara yang setepat-tepatnya dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal uang timbul daripadanya”. 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi yang menjadi informasi bagi pihak internal maupun eksternal dan dapat menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu proses akuntansi yang nantinya akan menjadi bahan informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan. Para ahli mendefinisikan pengertian laporan keuangan dengan berbagai pendapat berbeda antara lain : Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi Keuangan” (2015:2) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporaan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, sebagai contoh sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta mateeri penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Menurut Irham Fahmi (2011:2), Laporan keuangan adalah : 5 6 “Suatu Informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”. Laporan keuangan merupakan pencatatan, penggolongan, pemrosesan, dan pelaporan informasi yang hasilnya digunakan untuk pengguna informasi perusahaan untuk pengambilan keputusan. Dengan transaksi yang ada kemudian dicatat, digolongkan, dan dilakukan penafsiran untuk tujuan tertentu. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Irham Fahmi (2011:5) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah: “Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam suatu moneter.” Sedangkan menurut Kasmir (2012;11) tujuan laporan keuangan sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aset, liabilitas dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik pada saat laporan keuangan triwulan maupun tahunan. Maka dari itu laporan keuangan sangat bermanfaat sebagai penyedia informasi 7 yang nantinya berguna untuk menilai arus kas masa depan, pengambilan keputusan bagi investor, dan menilai kinerja perusahaan. 2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (2015:2) menyatakan bahwa pengguna laporan keuangan adalah : a. Investor. Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan serta membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan juga untuk menilai kemampuan perusahaan dalam balas jasa, imbalan paska kerja, serta kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau bergantung pada entitas. f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. g. Masyarakat. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran masyarakat serta rangkaian aktivitasnya. 8 Menurut Rudianto (2012:5), Pengguna laporan keuangan meliputi kreditor, pemerintah, calon investor, pemilik/pemegang saham, dan berbagai pihak internal perusahaan lainnya yang memerlukan data dan informasi keuangan lain yang harus disediakan oleh akuntansi. Pengguna tersebut menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, diantaranya sebagai berikut : 1. Kreditor. Sebagai pihak yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, kreditor membutuhkan informasi untuk menjamin bahwa uang yang dipinjamkannya akan dibayar beserta bunganya. 2. Pemerintah. Sebagai pihak yang akan memungut pajak penghasilan kepada perusahaan. 3. Calon investor. Sebagai pihak yang akan menanamkan uangnya dalam perusahaan, calon investor harus memiliki keyakinan bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan pengembalian yang memadai dalam jangka panjang. 4. Pemilik/pemegang saham. Sebagai pihak yang telah menanamkan uangnya dalam perusahaan, pemilik perusahaan harus memperoleh imbalan atas kekayaan yang telah ditanamkannya tersebut. 2.2.4 Karakteristik Kualitatif Informasi dalam Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan harus memberikan informasi yang bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. laporan keuangan yang disusun secara benar dan memenuhi syarat kualitas yang dat dijadikan sumber informasi yang baik. Laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif tertentu agar dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan. terdapat lima karakteristik menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (2015:5) 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Oleh 9 karena itu, pengguna laporan keuangan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis serta kemauan untuk mempelajari dan memahami informasi dengan ketentuan yang berlaku. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, masa depan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. 3. Andal Informasi yang andal (dapat dipercaya) dalam laporan keuangan yang disajikan tidak berpihak pada kebutuhan tertentu serta dapat diverifikasi agar informasi yang disajikan dapat bermanfaat. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan penyajian secara jujur apa yang harusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat Dibandingkan Informasi dalam laporan keuangan akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Pengguna laporan keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan perubahan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut. 5. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materalitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. 2.2.5 Keterbatasan Laporan Keuangan 10 Menurut Hans Kartikahadi (2012:28) menyatakan bahwa laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum tercatat atau tidak tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Keterbatasanketerbatasannya adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan semata-mata merupakan potret atau rekaman sejarah yaitu tentang keadaan peristiwa masa lalu, dan tidak dapat digunakan untuk meramalkan keadaan masa yang akan datang bila tidak dilengkapi data dan informasi lain yang diperlukan untuk membuat analisis proyeksi masa depan. 2. Akuntansi melakukan pencatatan, perhitungan, dan pelaporan dengan menggunakan satuan uang sebagai alat ukur. Namun tidak semua hal dapat diukur dengan uang dan nilai uang juga cenderung tidak stabil. 3. Konsep dasar akuntansi keuangan ada kalanya tidak sejalan atau bertentangan dengan aspek hukum misalnya makna lebih penting dari bentuk (subtance over form). 4. Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang dalam berbagai standar memperoleh alternatif metode akuntansi, yang menyebabkan laporan keuangan perusahaan yang berbeda tidak selalu dapat diperbandingkan. 2.2.6 Komponen Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari: 1. Laporan Posisi Keuangan; 2. Laporan Laba Rugi; 3. Laporan Perubahan Ekuitas; 4. Laporan Arus Kas; 5. Catatan Atas Laporan Keuangan; 11 2.2.5.1 Laporan Posisi Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015), laporan posisi keuangan adalah: “Merupakan pembagian lancar dengan tidak lancar dan jangka pendek dan jangka panjang. Perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran jatuh temponya”. Tujuan laporan posisi keuangan adalah membantu pengguna dalam hal-hal ketersediaan aset untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo dan klaim dari kreditor untuk kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang atau total aset. Berdasarkan mengungkapkan bahwa informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut: 1. Kas dan setara kas 2. Piutang usaha dan piutang lainnya 3. Persediaan 4. Properti investasi 5. Aset tetap 6. Aset tidak berwujud 7. Utang usaha dan utang lainnya 8. Aset dan kewajiban pajak 9. Kewajiban diestimasi 10. Ekuitas Dalam penyusunan laporan posisi keuangan entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar. Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca. Berikut klasifikasi akun yang disajikan dalam neraca: 1) Aset Menurut Kasmir (2012:39) mendefinisikan aset sebagai berikut: 12 “Aset merupakan harta atau aset yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki manfaat baik jangka pendek (kurang dari 1 tahun) maupun jangka panjang.Berwujud atau tidak berwujud dan belum digunakan dalam operasi perusahaan namun masih dimiliki oleh perusahaan.” a) Aset Lancar (Current Assets) Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (2015:1.13) Entitas mengklasifikasi aset sebagai aset lancar jika: a. Diperkirakan akan realisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas; b. Dimiliki untuk diperdagangkan; c. Diharapakan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan;atau d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaanya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. b) Aset Tidak Lancar (Non Current Assets) Menurut Dwi Martani (2012:140) aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset lancar. Aset tidak lancar adalah sebagai berikut: a. Investasi jangka panjang. Mencakup beberapa bentuk baik yang berbentuk investasi dalam obligasi dan saham, atau investasi dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu. b. Aset tetap. Aset berwujud yang digunakan dalam operasi entitas misalnya tanah, bangunan, dan mesin. c. Aset tak berwujud. Merupakan aset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrument keuangan. d. Aset lain yang bersifat tidak lancar. 2) Kewajiban Menurut Dwi Martani (2012:139) menyatakan bahwa: “Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber saya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.” 13 Menurut Fees, et al. (2008:9), pengertian kewajiban adalah : “The Right of creditors are the debts of the business”. Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa liabilitas adalah hak kreditor yang mencerminkan hutang perusahaan. Klasifikasi kewajiban adalah sebagai berikut: a. Kewajiban Jangka Pendek (Current Liabilities) Kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek jika : (a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan kewajiban tersebut dalam siklus operasi normalnya; (b) entitas memiliki kewajiban tersebut untuk tujuan diperdagangkan; (c) kewajiban tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; (d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk memenuhi penyelesaian kewajiban selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) lebih dari satu tahun. b. Kewajiban Jangka Panjang (non current liabilities) Entitas mengklasifikasi kewajiban sebagai kewajiban jangka panjang bila pemberi pinjaman menyetujui akhir periode pelaporan untuk memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan, selama periode dimana entitas dapat memperbaiki pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran segera. 3) Ekuitas Menurut Munawir (2007:19) Ekuitas adalah: “Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.” Sedangkan menurut Kieso (2011:192) ekuitas adalah: “Equityis is residual interest in the assets of the entity after deducting all its liabilities.” 14 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa ekuitas merupakan hasil aset sebuah entitas yang dikurangi liabilitas. 2.2.5.2 Laporan Laba Rugi Menurut Rudianto (2012;17) kaporan laba rugi adalah: “Laporan laba rugi yaitu laporan yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode akuntansi atau satu tahun” Sedangkan menurut Dwi Martani (2012:110) laporan laba rugi adalah: “Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu”. Secara umum laporan laba rugi digunakan untuk menyediakan informasi kepada para investor dan kreditor guna membantu mereka dalam mengukur jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas dimasa yang akan datang. Kemudian membantu pemakai (investor atau kreditor) menentukan resiko (tingkat ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut: a. Pendapatan; b. Beban keuangan; c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas; d. Beban pajak; e. Laba atau rugi neto. 2.2.5.3 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menunjukan aliran modal kerja selama periode tertentu dan perubahan modal kerja selama periode yang bersangkutan. Laporan perubahan melaporkan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan perubahan ekuitas. 15 Menurut Ersa Tri Wahyuni, Chaerul D. Djakman (2009;24) dalam bukunya yang berjudul “Principle of Accounting-Indoensia Adaptation” mengemukakan: “Laporan perubahan ekuitas menyajikan perubahan dalam ekuitas pemilik untuk suatu waktu tertentu. Laporan ini dibuat setelah laporan laba rugi karena laba bersih atau rugi bersih periode harus dilaporkan di laporan perubahan ekuitas.” Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan: a. Laba atau rugi; b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; c. Jumlah investasi, deviden dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukan secara terpisah modal saham, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian. 2.2.5.4 Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2011:29) menyatakan bahwa: “Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menunjukan arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biaya-biaya).” Dari definisi diatas tujuan laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Menurut Ersa Tri Wahyuni, Chaerul D. Djakman (2009;24) dalam bukunya yang berjudul “Principle of Accounting-Indoensia Adaptation” laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu (1) aktivitas operasi, (2) aktivitas investasi dan (3) aktivitas pendanaan setiap aktivitas dijelaskan sebagai berikut: 1) Aktivitas Operasi Jumlah arus kas yang timbul dari aktivitas operasi adalah indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas telah menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa bantuan sumber pendanaan luar. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa; 16 b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan; e. Penerimaan kas dari bunga deposito, jasa giro; 2) Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: a. Sumbangan berupa bangunan atau aset investasi; b. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap, aset tidak berwujud dan aset lainnya; c. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset lainnya; d. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan); e. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan). 3) Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah atas arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh penyedia para modal entitas. Bagian ini melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan investasi kas oleh pemilik, peminjaman, dan penarikan kas oleh pemilik. 2.2.5.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2011:30) menyatakan bahwa : “Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila memerluka penjelasan tertentu.” ada laporan keuangan yang 17 Informasi yang disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan untuk: a. Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. b. Informasi yang disyaratkan dalam Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan. c. Informasi tambahan yang disajikan dalam laporan keuangan tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan. Menurut Rudianto (2012:20) catatan atas laporan keuangan adalah: “Informasi tambahan yang harus diberikan menyangkut berbagai hal yang terkait secara langsung dengan laporan keuangan yang disajikan entitas tertentu, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan dan berbagai informasi yang relevan dengan laporan keuangan tersebut. 2.3 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 2.3.1 Pengertian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Berdasarkan peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER- 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Progam Bina Lingkungan. Diketahui bahwa pengertian PKBL adalah sebagai berikut: Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah unit yang mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingungan yang merupakan bagian dari PT TASPEN (PERSERO) dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum. Unit PKBL Kantor Cabang Utama/Kantor Cabang adalah unit kerja yang berada pada Bidang/Seksi Umum dan SDM di Kantor cabang Utama/Kantor Cabang PT TASPEN (PERSERO) yang mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan serta bertanggung jawab langsung kepada Unit PKBL yang berada di Kantor Pusat PT TASPEN (PERSERO). Program Kemitraan adalah suatu kerjasama antara PKBL dengan Usaha Kecil dan Koperasi dengan cara pemberian pinjaman untuk meningkatkan kemampuan usaha dengan tujuan agar menjadi tangguh dan mandiri. Kemudian di proses menjadi mitra binaan. Mitra binaan adalah Usaha Kecil dan Koperasi yang 18 telah menjalin kerjasama dengan PKBL dalam pemberian pinjaman menurut tata cara yang diatur dalam ketentuan dan sudah mendapat pinjaman dari unit PKBL. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN. Dana tersebut akan diberikan kepada masyarakat yang terdiri atas: a. Masyarakat di daerah yang terkena dampak langsung bencana alam; b. Masyarakat umum lainnya yang tergolong tidak mampu/golongan ekonomi lemah. 2.3.2 Landasan Hukum PKBL 1. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-09/MBU/07/2015 Tanggal 3 Juli 2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. 2. Peraturan Direksi Nomor : PD-25/DIR/2013 tentang Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab Jabatan PT TASPEN (PERSERO). 3. Surat Keputusan Direksi Nomor : SK-07/DIR/2010/ tanggal 22 Februari 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Direksi Nomor: SK57/DIR/2007 tentang Pedoman Perusahaan Fungsi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT TASPEN (PERSERO). 4. Peraturan Direksi Nomor : PD-11/DIR/2015 tanggal 5 Maret Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT TASPEN (PERSERO). 2.3.3 Ketentuan Umum Berdasarkan Peraturan Direksi PT TASPEN (PERSERO) Nomor: PD25/DIR/2013 Tanggal 27 November 2013 Tentang Struktur Organisasi dan Tanggung jawab Jabatan PT TASPEN (PERSERO) menyatakan bahwa: a. Penanggung jawab Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah Kepala Unit PKBL yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum; 19 b. Pembina Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah Wakil Kepala Kantor Cabang Utama dan Kepala Kantor Cabang; c. Penyelenggara kegiatan pembinaan dan administrasi PKBL adalah Kepala Bidang SDM Umum dan SDM pada Kantor Cabang Utama dan Kantor Cabang type A,B serta Kepala Seksi Umum dan SDM pada Kantor Cabang type C. 2.4 Penyusunan Laporan PKBL 2.4.1 Tujuan Penyusunan Akuntansi PKBL Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dalam rangka menyelenggarakan pencatatan atas transaksi PKBL, penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba (PSAK 45 Revisi 2011) sehingga diharapkan laporan keuangan tersebut dapat menyajikan informasi keuangan PKBL yang wajar dan dapat diandalkan. 2.4.2 Acuan Penyusunan Laporan Keuangan PKBL Acuan yang digunakan adalah: 1. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). 2. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba (PSAK 45 Revisi 2011). Adapun pengaturan transaksi syariah PKBL mengacu kepada Standar Akuntansi Syariah yang berlaku karena tidak diatur secara spesifik dalam penyusunan laporan keuangan PKBL. Dalam hal standar akuntansi memberikan pilihan perlakuan akuntansi, maka PKBL wajib mengikuti pilihan standar akuntansi sesuai dengan ketentuan diatas. 2.5 Laporan Keuangan PKBL 20 Komponen laporan keuangan menurut Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (2012) yang lengkap terdiri dari: 1. Laporan Posisi Keuangan 2. Laporan Aktivitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 2.5.1 Laporan Posisi Keuangan Bentuk atau susunan laporan posisi keuangan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) menyusun informasi aset, kewajiban, dan aset neto Unit PKBL pada periode tertentu. Tabel 2.1 Contoh Laporan Posisi Keuangan Unit Program Kemitraan Bina lingkungan Laporan Posisi Keuangan Per Desember XXX Catatan ASET Aset Lancar Kas dan Setara kas Piutang Pinjaman Mitra Binaan Piutang Jasa Administrasi Piutang Bermasalah JUMLAH ASET 20xx 201xx XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX LIABILITAS DAN ASET NETO LIABILITAS Liabilitas Jangka Pendek Kelebihan Pembayaran Angsuran Angsuran Belum Teridentifikasi Utang Jangka Pendek JUMLAH LIABILITAS XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX ASET NETO Aset Neto Tidak Terikat Aset Neto Terikat JUMLAH ASET NETO XXX XXX XXX XXX XXX XXX 21 JUMLAH LIABILITAS DAN ASET NETO Sumber: Pedoman Akuntansi PKBL(Revisi 2012) XXX XXX 2.5.2 Laporan Aktivitas Laporan aktivitas PKBL menyusun perubahan jumlah aset neto (Aset Neto Tidak dan Aset Neto Terkait) selama suatu periode yang mencakup organisasi secara keseluruhan. Kenaikan/penurunan Aset Neto Tidak Terikat pada tahun berjalan merupakan selisih antara dana yang diterima dengan penggunaan dana unit PKBL selama periode perjalan. Tabel 2.2 Contoh Laporan Aktivitas Unit Program Kemitraan Bina lingkungan Laporan Aktivitas Per Desember XXX catatan 20XX 20XX PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT PENDAPATAN Pendapatan Jasa Adminstrasi Pinjaman Pendapatan Bunga Pendapatan Lain-Lain Jumlah XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX ALOKASI BUMN PEDULI DAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER YANG BERAKHIR PEMBATASANNYA ANTT-Berakhir Waktu Jumlah JUMLAH PENDAPATAN XXX XXX XXX XXX XXX XXX PENYALURAN, BEBAN DAN PENGELUARAN Dana Pembinaan Kemitraan Penyaluran - Bina Lingkungan Beban Pembinaan Beban Administrasi dan Umum Beban Sewa Beban Penyisihan Penurunan Piutang Pinjaman Beban dan Pengeluaran Lainnya JUMLAH BEBAN XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 22 PENURUNAN ASET NETO TIDAK TERIKAT PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER ANTT - Penyisihan BUMN Peduli ANTT - Terbebaskan PENURUNAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER (XXX) (XXX) PENURUNAN ASET NETO ASET NETO PADA AWAL TAHUN ASET NETO PADA AKHIR TAHUN Sumber: Pedoman Akuntansi (Revisi 2012) (XXX) (XXX) XXX XXX XXX XXX (XXX) (XXX) (XXX) (XXX) (XXX) (XXX) 2.5.3 Laporan Arus Kas Menyusun laporan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas PKBL menggunakan metode langsung (direct method). Tabel 2.3 Contoh Laporan Arus Kas Unit Program Kemitraan Bina lingkungan Laporan Arus Kas Per Desember XXX catatan 20XX 20XX AKTIVITAS OPERASI Pengembalian Pinjaman Mitra Binaan Pengembalian Pinjaman Bermasalah Penerimaan (Pengembalian) Pembayaran Angsuran Angsuran Belum Teridentifikasi Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman Pendapatan Bunga Deposito/Jasa Giro Pendapatan Lain-lain Penyaluran Pinjaman Kemitraan Beban Pembinaan Beban Administrasi dan Umum Pembayaran Sewa Pemabayaran Pajak KAS NETO DIPEROLEH DARI AKTIVITAS OPERASI XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX AKTIVITAS INVESTASI XXX XXX 23 AKTIVITAS PENDANAAN Aktiva Bersih Terikat Berakhir Pembatasannya KAS NETO DIPEROLEH DARI AKTIVITAS PENDANAAN XXX XXX XXX XXX KENAIKAN (PENURUNAN) NETO SETARA KAS SETARA KAS AWAL TAHUN SETARA KAS AKHIR TAHUN XXX XXX XXX (XXX) XXX XXX Sumber: Pedoman Akuntansi PKBL (Revisi 2012) 2.5.4 Catatan Atas Laporan Keuangan Setiap pos dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam Catatan Laporan Keuangan. 2.5.5 Prinsip Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan Menurut pedoman akuntansi PKBL (revisi 2012) laporan keuangan yang disusun harus sesuai prinsip yang berlaku, diantaranya adalah: a. Basis Akuntansi Unit PKBL harus menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual (accrual basis). Dalam accrual basis aset, liabilitas, pendapatan dan beban diakui pada saat terjadinya transaksi. Pencatatan metode ini, mengakui beban pada saat transaksi terjadi walaupun kas belum dibayarkan. Begitu pun dengan dengan pendapatat yang dicatat pada saat transaksi pendapatan terjadi walaupun kas atas transaksi pendapat tersebut diterima pada bulan depan. Dalam hal ini, accrual basis lebih mencerminkan keadaan perusahaan dan lebih dapat mengukur kinerja perusahaan. b. Dasar Pengukuran Terdapat dua dasar pengukuran yang umum yaitu biaya historis dan nilai wajar. Biaya Historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk 24 memperoleh aset. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima dari aset non kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban. Biaya historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Nilai Wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau menyelesaikan kewajiban antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar. c. Prinsip Periodisitas (Accounting Period) Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan perlu dibagi menjadi periodeperiode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Laporan keuangan diterbitkan sekurang-kurangnya pada akhir tahun buku. Namun laporan keuangan triwulan penting dibuat untuk memudahkan penilaian kinerja selama tahun berjalan. d. Prinsip Konsistensi Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan dari periode-periode oleh suatu entitas pelaporan. Hal ini bukan berarti tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat metode yang baru diterapkan memberikan informasi yang lebih baik lagi daripada metode yang lama. Pengaruh perubahan metode dapat diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. e. Prinsip Pengungkapan Lengkap Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna sehingga laporan keuangan berguna bagi pemakainya. Semua informasi dalam laporan keuangan telah diungkapkan dengan benar serta tidak mengandung informasi atau fakta material yang tidak benar. f. Prinsip Penyajian Wajar 25 Laporan keuangan hendaknya menyajikan secara wajar laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas sesuai dengan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang berlaku di Indonesia serta semua aturan yang berlaku bagi pelaksanaa PKBL.