RINGKASAN WAHYU PURNAMAHADI. Pengaruh Suku Bunga

advertisement
RINGKASAN
WAHYU PURNAMAHADI. Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Inflasi Terhadap
Jumlah Deposito Berjangka pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2004-2010
(dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI)
Tabungan dan investasi memiliki peran yang penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Salah satu bentuk tabungan sekaligus investasi yang banyak
diminati masyarakat adalah tabungan deposito. Inflasi merupakan salah satu faktor
penghambat penting tumbuhnya minat masyarakat terhadap tabungan deposito
berjangka, sedangkan suku bunga merupakan salah satu faktor pendorong tumbuhnya
deposito berjangka. Dalam skema kebijakan Inflation Targeting, kenaikan inflasi
biasanya langsung disikapi oleh pemerintah dengan kebijakan pengetatan moneter
melalui peningkatan suku bunga BI Rate. Dengan kebijakan ini diharapkan akan
direspon oleh dunia perbankan dengan menyesuaikan suku bunga bank, seperti suku
bunga kredit, tabungan, dan deposito. Namun seringkali terdapat kesenjangan antara
respon perbankan dengan harapan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
pandangan antara pemerintah dan dunia perbankan dalam menyikapi fenomena inflasi
dan pengaruhnya terhadap akumulasi modal yang tersimpan dalam bentuk tabungan dan
deposito. Untuk itu dibutuhkan suatu penelitian yang komprehensif berdasarkan data
empiris yang ada mengenai seberapa besar pengaruh inflasi dan suku bunga deposito
terhadap perkembangan jumlah deposito berjangka.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perkembangan deposito serta pengaruh
suku bunga deposito dan inflasi terhadap jumlah deposito yang terhimpun, periode
Januari 2004 sampai Desember 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan model Generalized AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity
(GARCH). Metode ini tidak memandang heteroskedastisitas sebagai suatu masalah,
tetapi justru memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuat model, bahkan dengan
memanfaatkan heteroskedastisitas dalam error yang tepat, maka akan diperoleh estimator
yang lebih efisien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah deposito berjangka cenderung
mengalami kenaikan. Pada bulan Januari 2004 tercatat sebesar 426,42 triliun rupiah,
kemudian berfluktuasi tetapi cenderung naik hingga pada bulan Desember 2010
jumlah deposito berada pada nilai 1.069,81 triliun rupiah. Jumlah deposito secara
signifikan dipengaruhi oleh inflasi dan suku bunga deposito, baik secara simultan
maupun parsial. Model yang terbentuk dari metode GARCH (1,1) menunjukkan bahwa
inflasi berpengaruh negatif terhadap deposito sedangkan suku bunga deposito
berpengaruh positif. Nilai koefisien inflasi sebesar -0,342, menunjukkan pengaruh yang
relatif kecil sebagai faktor pengurang bagi tumbuhnya deposito. Sedangkan suku bunga
deposito memiliki koefisien 13,793, yang artinya kenaikan suku bunga deposito akan
direspon oleh masyarakat dengan meningkatkan simpanan depositonya dalam jumlah yang
cukup berarti.Variabel inflasi dan suku bunga deposito mampu menjelaskan 31,25
persen atas perubahan dalam jumlah deposito yang terhimpun.
Kecilnya pengaruh variabel inflasi dan suku bunga deposito tersebut
disebabkan banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan masyarakat
dalam berinvestasi dalam bentuk deposito, seperti situasi keamanan dan politik dalam
negeri, kredibilitas sektor perbankan, situasi perekonomian internasional, dan lain
iii
sebagainya. Nilai R2 pada penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh pada
penelitian sebelumnya yang hanya menghasilkan nilai R2 yang juga relatif kecil. Tuti
(2006), menghasilkan nilai R2 sebesar 33,15 persen, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Setyaningsih (1999) menghasilkan nilai R2 sebesar 36,33 persen. Dalam rangka
meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk deposito,
pemerintah dalam hal ini otoritas moneter, diharapkan lebih jeli menangkap
keinginan pasar, terutama dalam hal penetapan BI rate.
iv
Download