7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rantai Markov 2.1.1 Pengertian Rantai Markov Rantai Markov (Markov Chains) adalah suatu teknik matematika yang biasa digunakan untuk melakukan pembuatan model (modelling) bermacam-macam sistem dan proses bisnis (Subagyo, Asri, dan Handoko (1984,p243)). Teknik ini dapat digunakan untuk meramalkan perubahan-perubahan di waktu yang akan datang pada variabelvariabel dinamis berdasarkan hasil pengamatan pada variabel-variabel tersebut di masa yang lalu. Model rantai Markov dikembangkan oleh seorang ahli Rusia bernama A.A.Markov, pada tahun 1906. Penerapan rantai Markov mula-mula adalah pada ilmuilmu pengetahuan fisik dan meteorologi. Teknik ini mula-mula digunakan untuk menganalisis dan memperkirakan perilaku partikel-partikel gas dalam suatu wadah (container) tertutup serta meramal keadaan cuaca. Sebagai suatu peralatan riset operasi dalam pengambilan keputusan manajerial, rantai Markov telah banyak diterapkan untuk menganalisis perpindahan merek (brand switching) dalam pemasaran, perhitungan rekening-rekening, jasa-jasa penyewaan mobil, perencanaan penjualan, masalah-masalah persediaan, pemeliharaan mesin, antrian, perubahan harga pasar saham, administrasi rumah sakit, dan sebagainya. 8 2.1.2 Proses Model Rantai Markov a. Menyusun Matrik Probabilitas Transisi Pada bagian ini akan dibahas proses perpindahan para konsumen dalam hubungannya dengan suatu model produk sim card dengan model sim card lainnya. Anggapan dasar adalah bahwa para konsumen tidak berpindah dari suatu model produk sim card ke model sim card lainnya secara acak, disamping itu pilihan konsumen atas model produk yang akan dibeli di masa yang akan datang berdasarkan pada pilihan-pilihan konsumen yang dibuat di waktu yang lalu. b. Menghitung Kemungkinan Market Share Proses Markov dibagi menjadi beberapa order. First-order hanya mempertimbangkan pilihan-pilihan provider sim card yang dibuat selama satu periode untuk penentuan probabilitas pilihan pada periode berikutnya. Second-order analisis Markov menganggap pilihan-pilihan untuk suatu provider sim card tertentu dalam periode berikutnya tergantung pada pilihan-pilihan provider sim card yang dibuat oleh para konsumen selama dua periode terakhir. Sedangkan pada third-order, proses Markov yang digunakan untuk meramal perilaku konsumen pada periode berikutnya terhadap provider sim card tertentu adalah berdasarkan pola pemilihan provider sim card oleh para konsumen selama tiga periode terakhir. c. Kondisi Equilibrium Kondisi equilibrium tercapai hanya jika tidak ada pesaing yang mengubah matriks probabilitas transisi. Dalam keadaan equilibrium pertukaran para konsumen berkenaan dengan “retention”, “mendapatkan”, dan “kehilangan” akan statis. 9 Keadaan yang umum terjadi adalah bahwa tidak ada satu provider pun yang seluruh konsumennya tetap setia menggunakan produknya, yang berarti kondisi equilibrium akhir tercapai berdasarkan matriks probabilitas transisi tetap. 2.2 Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi dan Sampel Populasi merupakan kelompok yang menjadi pusat penelitian bagi peneliti yang dijadikan sebagai tempat untuk mengeneralisasi hasil penelitiannya (Gay, 1987 di dalam Indriyanto, 1997). Sampel merupakan bagian dari populasi. Dalam pelaksanaan penelitian, ruang lingkup populasi merupakan area yang amat luas batasnya sehingga penggunaan populasi sebagai instrumen penelitian sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kelayakan dalam pelaksanaan penelitian, ditentukan populasi sasaran (target population), yaitu populasi yang digunakan untuk mengeneralisasi hasil penelitian. Namun demikian, populasi sasaran ini masih relatif sulit untuk ditentukan, karena belum tentu semua populasi sasaran dapat dijangkau. Untuk menentukan pengambilan sampel digunakan accessible population, yaitu populasi yang dapat dijangkau. Pada tingkat ini peneliti menarik sampel untuk digunakan dalam penelitian. b. Teknik Pengambilan Sampel Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Dari segi pendekatannya, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. 10 Pengumpulan data pada penelitian kualitatif lebih intensif dengan mengambil daerah penelitian atau subjek penelitian yang relatif terbatas. Pada penelitian kualitatif, peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian, yaitu sebagai pengumpul data. Analisis data penelitian kualitatif cenderung tidak menggunakan statistik, karena data yang diperoleh umumnya berbentuk uraian. Di lain pihak, penelitian kuantitatif cenderung menggunakan subjek yang relatif banyak dan daerah penelitian yang lebih luas. Instrumen yang digunakan cukup bervariasi, misalnya: tes, kuesioner, dan pedoman wawancara. Analisis data pada penelitian kuantitatif ini cenderung menggunakan statistik karena data yang diperoleh umumnya berbentuk bilangan numerik atau angka-angka. Dikarenakan kecenderungan ruang lingkup daerah penelitian yang sangat luas, untuk menghemat dana, waktu, dan tenaga, penelitian kuantitatif umumnya menggunakan sampel. Dengan demikian, peneliti kuantitatif harus mempunyai pengetahuan tentang populasi dan kerangka sampel. Peranan peneliti dalam pelaksanaan penelitian kuantitatif tidak hanya berhenti sampai dengan penarikan sampel saja, tetapi dengan adanya sampel, peneliti mempunyai konsekuensi untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis pada sampel tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penarikan kesimpulan tersebut adalah representasi hasil analisis terhadap populasi. Agar hasil analisis data kuantitatif yang dilakukan berdasarkan sampel tersebut dapat direpresentasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil, berbagai ketentuan perlu diperhatikan. 11 Pada dasarnya, cara yang paling sederhana untuk memperoleh sampel yang dapat mewakili populasinya adalah pengambilan sampel yang bersifat acak. Namun pada prakteknya, akan sangat sulit untuk menarik sampel yang acak. Konsep acak dalam pengambilan sampel berkaitan dengan konsep probabilitas (peluang). Hinkle, Wiersma, dan Jurs (1979) di dalam Indriyanto (1997) menyebutkan bahwa kriteria acak ada dua, yaitu: 1. Setiap anggota populasi mempunyai kesempatan (peluang) yang sama untuk diambil sebagai sampel (non-zero probability). 2. Semua anggota populasi yang terpilih sebagai sampel harus terpilih secara independen. Pengambilan sampel harus representatif, artinya mencerminkan karakteristik populasi. Untuk menjadikan sampel representatif, maka cara pengambilannya adalah secara acak yaitu setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Namun demikian, cara pengambilan sampel secara acak tidak dapat menjamin bahwa sampel yang diambil betul-betul representatif (Fraenkel dan Wallen, 1990 di dalam Indriyanto, 1997). Hal ini dikarenakan adanya unsur subyektivitas peneliti yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti pada saat menarik sampel tersebut. Penetapan sampel agar dapat benar-benar mewakili populasi dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebab populasi (Nawawi, 1995). Penetapan sampel yang ideal mempunyai sifat sebagai berikut. 1. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. 12 2. Sederhana dan mudah dilaksanakan. 3. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya sedikit. 4. Dapat menentukan ketepatan (Tiken, 1965, Singarimbun, 1989) Besarnya sampel yang harus diambil tergantung pada karakteristik populasi. Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah sampel. 1. Derajat keseragaman populasi, makin seragam populasi makin kecil sampel yang diambil. 2. Ketepatan sampel, makin besar jumlah sampel makin tinggi tingkat ketepatannya. 3. Tingkat ketepatan analisis yang dilakukan. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penetapan sampel. Caracara tersebut, menurut Sugiyono (1997) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Selanjutnya masing-masing kelompok dapat diuraikan lagi sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini. Teknik Pengambilan Sampel A. Probability Sampling 1. Simple random sampling 2. Systematic sampling 3. Stratified random sampling 4. Cluster Sampling 5. Multistage sampling B. Non Probability Sampling 1. Quota sampling 2. Convenience/accidental sampling 3. Purposive sampling 4. Snowball sampling Gambar 2.1 Pembagian Cara Penarikan Sampel 13 c. Quota Sampling Dalam disain nonprobability sampling, elemen-elemen dalam populasi tidak memiliki suatu peluang tertentu agar terpilih menjadi subjek sampel. Beberapa rencana nonprobability sampling adalah lebih bebas dibanding lainnya dan mampu memberikan beberapa kepastian penting akan informasi potensial yang berguna berkenaan dengan populasi. Quota (jumlah atau jatah) sampling, memastikan bahwa kelompok tertentu ada cukup memadai untuk diwakilkan dalam studi melalui penetapan quota. Umumnya, quota telah ditetapkan untuk setiap subkelompok berdasarkan jumlah total setiap grup dalam populasi. Quota sampling bisa dianggap sebagai suatu bentuk proportionate stratified sampling, di mana proporsi orang-orang telah ditentukan sebelumnya disampelkan dari berbagai kelompok, tetapi dalam basis kemudahan (convenience basis). 2.3 Skala Pengukuran Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya (Riduwan, 1997, p32). Jenis-jenis skala pengukuran ada empat, yaitu Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala Interval, dan Skala Ratio. Perbedaan antara keempat skala pengukuran ini akan dijabarkan secara satu persatu untuk lebih memperjelas dan mempermudah pemahamannya, berikut definisi, ciri-ciri, analisis statistik, dan tes statistik yang cocok untuk mengolah data dengan masing-masing skala pengukuran : 14 a. Skala Nominal Skala nominal adalah skala yang paling sederhana, disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik lainnya. Ciri-ciri skala nominal antara lain: Hasil penghitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol mutlak. Analisis statistik yang cocok adalah: Uji Binomium, Uji Chi Kuadrat satu sampel, Uji perubahan tanda Mc. Nemar, Uji Chi Kuadrat dua sampel, Uji peluang Fisher, Uji Chochran Q, Uji Chi Kuadrat lebih dari dua sampel, dan Uji Koefisien Kontingensi. Sedangkan tes statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik (Riduwan, 1997, p33). b. Skala Ordinal Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Sebuah ukuran yang bukan hanya dikategorikan tetapi juga mengurutkan kategori dengan baik. Berbeda dengan skala nominal yang hanya memberikan informasi dasar dan membedakan kelompok responden, skala ordinal selain mengelompokkan responden dalam kategori tertentu juga mengurutkan berdasarkan ranking. Analisis statistik yang cocok adalah: Uji Kolmogorov-Smirnov satu sampel, Uji Deret satu sampel, Uji Tanda, Uji Pasangan Tanda Wilcoxon, Uji Median, Uji Mann-Whitney U, Uji Kolmogorov-Smirnov dua sampel, Uji Deret Wald- 15 Wolfowitz, Uji Reaksi Ekstrim Moses, Uji Analisis Varians dua arah, Perluasan Uji Median, Uji Varians Klasifikasi satu arah, Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman, Uji Koefisien Korelasi Rank Kendall, Uji Koefisien Korelasi Rank Parsial Kendall, dan Uji Konkordans Kendall. Sedangkan tes statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik (Riduwan, 1997, p33). c. Skala Interval Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Skala interval dapat dioperasikan secara aritmatika. Analisis statistik yang digunakan adalah Uji t satu sampel, Uji t dua sampel, ANOVA satu jalur, ANOVA dua jalur, Uji Pearson Product Moment, Uji Korelasi Parsial, Uji Korelasi Ganda, Uji Regresi, dan Uji Regresi Ganda. Sedangkan tes statistik yang digunakan adalah statistik parametrik (Riduwan, 1997, p33). d. Skala Ratio Skala ratio adalah skala pengukuran yang dapat membedakan, memberikan urutan, menentukan jarak dan memiliki unique origin atau titik asal. Skala ratio dapat menghasilkan sebuah perbandingan antara data yang satu dengan yang lainnya. Analisis statistik yang digunakan sama dengan yang digunakan pada skala interval, dan tes statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. 16 2.4 Teknik Pengumpulan Data Dilihat dari sumber datanya, data dibagi menjadi dua, data primer, yaitu data yang diambil langsung dari sumbernya, dan data sekunder, yaitu data yang diambil melalui tangan kedua. Metode pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan digunakan pada penelitian. Metode menunjuk suatu kata abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lainnya (Riduwan, 1997, p51). Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mempermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 1997 di dalam Riduwan, 1997, p51). Selanjutnya instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket (quesionnaire), daftar cocok (checklist), skala (scale), pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), soal ujian (test inventory), dan sebagainya. Ada keterkaitan antara metode pengumpulan data dan jenis instrumen yang digunakan. Setiap metode pengumpulan data mempunyai ketentuan jenis instrumen yang sesuai untuk dipakai sehingga proses pengumpulan data akan lebih sistematis. Adapun kaitan antara metode pengumpulan data dan jenis instrumennya dapat dilihat pada tabel 2.1. 17 Tabel 2.1 Kaitan antara metode pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data No 1. Jenis Metode Angket (quesionnaire) 2. Wawancara (interview) 3. Pengamatan/Observasi (observation) 4. Ujian atau tes (tes) 5. Dokumentasi Jenis Instrumen a. Angket (quesionnaire) b. Daftar cocok (checklist) c. Skala (scale) d. Inventori (inventory) a. Pedoman wawancara (interview guide) b. Daftar cocok (checklist) a. Lembar pengamatan b. Panduan pengamatan c. Panduan observasi (observation shet atau observation schedule) d. Daftar cocok (checklist) a. Soal ujian (soal tes) b. Inventori (inventory) a. Daftar cocok (checklist) b. Tabel Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, oleh karena itu data yang dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen pengumpulan datanya pun harus benar. Angket (quesionnaire) Angket (quesionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 1997, p52). Tujuan penyebaran angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta. Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu angket terbuka dan tertutup. 18 a. Angket Terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angkat yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. b. Angket Tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara membarikan tanda silang (x) atau tanda check (√). 2.5 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data statistik yang telah diperoleh dari kuesioner adalah data yang masih ‘mentah’ dan tidak terorganisir dengan baik. Data-data ini harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau presentasi grafis, sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan (Santoso, 2003, p150). Setelah data dideskripsikan, maka data yang sudah teratur itu baru dapat diproses dan dianalisis dengan statistik inferensi. 2.6 Statistik Inferensi a. Statistik Non-Parametrik Banyak dari metode-metode statistik inferensi seperti t test, z test, ANOVA, regresi, dan lainnya merupakan metode parametrik. Disebut demikian karena adanya 19 parameter-parameter seperti Mean, Median, Standard Deviasi, Varians, dan lainnya, baik untuk deskripsi pada populasi maupun pada sampel. Namun metode parametrik hanya bisa dilakukan jika beberapa persyaratan dipenuhi, di antaranya data yang akan dipakai untuk analisis haruslah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika suatu populasi tidak berdistribusi normal, atau berasal dari sampel yang berjumlah sedikit serta jika level data adalah nominal atau ordinal, maka perlu digunakan metode-metode statistik alternatif yang tidak harus memakai suatu parameter tertentu, seperti keharusan adanya Mean, Standard Deviasi, Varians, dan lainnya. Metode ini disebut sebagai metode non-parametrik. Keunggulan dari metode non-parametrik: 1. Tidak mengharuskan data berdistribusi normal, karena sering juga disebut sebagai uji distribusi bebas (distribution free test). Dengan demikian, metode ini dapat digunakan untuk segala jenis distribusi data dan lebih luas penggunaannya. 2. Metode non-parametrik dapat dipakai untuk level data yang rendah, yaitu data nominal dan data ordinal. Hal ini penting bagi penelitian dengan hasil pengukuran yang tidak berlevel interval atau rasio. Pengukuran kuesioner dengan pilihan jawaban ‘Tidak penting’, ‘Tidak tahu’, dan ‘Penting’ lebih tepat menggunakan data ordinal. Hasil pengukuran variabel ini tidak bisa menggunakan metode parametrik untuk analisis datanya. 3. Metode non-parametrik cenderung lebih sederhana dan mudah dimengerti daripada pengerjaan metode parametrik. 20 Di samping berbagai keunggulan di atas, metode non-parametrik juga mempunyai beberapa kelemahan, seperti tidak adanya sistematika yang jelas seperti pada metode parametrik, hasilnya bisa meragukan karena kesederhanaan metodenya, serta tabel-tabel yang dipakai lebih bervariasi dibanding tabel-tabel standar pada metode parametrik. Apakah akan dipakai metode parametrik atau non-parametrik bergantung pada situasi yang ada, dan keduanya lebih bersifat saling melengkapi dalam melakukan berbagai pengambilan keputusan. b. Uji Kruskal-Wallis Uji Kruskal-Wallis, disebut juga uji H. Kruskal-Wallis, merupakan generalisasi uji dua-contoh Wilcoxon untuk sampel lebih dari dua. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis nol H0 bahwa sampel bebas berasal dari populasi yang identik. Diperkenalkan pada tahun 1952 oleh W. H. Kruskal dan W. A. Wallis, uji non-parametrik ini merupakan alternatif bagi uji F untuk pengujian kesamaan beberapa nilai tengah dalam ANOVA bila kita ingin menghindar dari asumsi bahwa sampel diambil dari distribusi normal. 2.7 Konsep Sistem Informasi 2.7.1 Sistem Informasi Menurut Effrem G. Mallach (1997, p75), Sistem Informasi adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk menyimpan, memproses, dan menyebarkan informasi. Kemudian menurut Wilkinson (1993, p9), Sistem Informasi adalah suatu kerangka perantara bagi 21 sumber-sumber daya yang terkoordinasi guna mengumpulkan, memproses, mengendalikan, dan mengatur data dalam tahapan berurutan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang disampaikan melalui jaringan komunikasi ke berbagai pemakai oleh suatu tujuan atau lebih. Sedangkan menurut Laudon (1994, p8), Sistem Informasi sebagai sekelompok komponen yang saling terhubung yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan, pengendalian, pengkoordinasian, penganalisaan masalah dan menvisualisasikan masalah yang kompleks di dalam suatu organisasi. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah sebuah sistem terkoordinasi yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan. Sistem informasi mempermudah proses pengambilan keputusan karena kemampuannya dalam mengolah informasi dan menyebarkannya sehingga proses yang dilalui untuk mengambil keputusan menjadi terkoordinasi dan sistematis. a. Piramida Sistem Informasi Kebutuhan informasi untuk masing-masing tingkatan manajer adalah berbeda, maka informasi yang disajikan juga berbeda. Oleh karena itu, Sistem Informasi terbagi menjadi beberapa tingkatan, sebagai berikut. 1. Sistem Informasi Tingkat Operasional (Operational Level System) 2. Sistem Informsai Tingkat Pengatahuan (knowledge Level System) 3. Sistem Informasi Tingkat Manajemen (Management Level System) 4. Sistem Informasi Tingkat Strategi (Strategic Level System). 22 Untuk memperjelas hubungan antara tingkatan sistem informasi dapat dilihat pada gambar 2.2 Kind of Information System Groups Served Strategic Level Senior Managers Manajemen Level Middle Managers Knowledge Level Knowledge & Data Workers Operation Level Functional Areas Operational Managers Sales & Marketing Manufacturing Finance Accounting Human Resorce Gambar 2.2 Hubungan tingkat sistem informasi, tipe sistem informasi dan kelompok pengguna sistem informasi b. Jenis Sistem Informasi Untuk memenuhi kebutuhan pada keempat tingkat sistem informasi tersebut, diperlukan enam sistem informasi berikut. 1. Sistem Pemrosesan Transaksi / Transaction Processing System (TPS) Sistem terkomputerisasi yang menampilkan dan menyimpan transaksi harian rutin yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari. 23 2. Sistem Kerja Pengetahuan / Knowledge Works System (KWS) Sistem informasi yang membantu pekerja yang berpendidikan dalam menangani penciptaan dan penintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi. 3. Sistem Otomatisasi Kantor / Office Automation System (OAS) Sistem komputer, seperti Word Processing, electronic-mail system, dan scheduling system yang dirancang untuk memenuhi produktivitas dari pekerja pengumpulan data. 4. Sistem Informasi Manajemen / Management Information System (MIS) Sistem komputer yang menangani dan membantu manajer menengah dalam menjalankan fungsi perencanaan, pengontrolan, dan pengambilan keputusan. 5. Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System (DSS) Sistem komputer yang mengkombinasikan data, model analisis, dan statistik dengan trend yang sedang berlaku untuk membantu pengambilan keputusan, baik yang bersifat semi terstruktur, maupun yang tidak terstruktur. 6. Sistem Informasi Eksekutif / Executive Information System (EIS) Sistem informasi yang dirancang untuk membantu eksekutif dalam membuat keputusan yang bersifat tidak terstruktur dengan bantuan gambar dan komunikasi. Keenam tipe di atas saling berhubungan satu sama lain (lihat gambar) 24 Executive Information System (EIS) Management Information System (MIS) Decision Support System (DSS) Knowledge System (KWS &OAS) Transaction Processing System (TPS) Gambar 2.3 Hubungan antar Sistem Informasi c. Perbedaan MIS, DSS, dan EIS MIS (Management Information System), DSS (Decision Support System), dan EIS (Executive Information System) pada dasarnya memberikan solusi yang berbeda-beda tergantung pada tingkat pengguna sistem informasi tersebut, sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut perbedaan mendasar dari ketiga sistem informasi ini. Dari perbedaan antara MIS, DSS, dan EIS yang disajikan pada tabel 2.2 dapat dilihat secara garis besar perbedaan perbandingan dari masing-masing dimensinya. 25 Tabel 2.2 Perbedaan antara MIS, DSS, dan EIS Dimensi Aplikasi Fokus Basis Data Kemampuan Pengambilan Keputusan Manipulasi Karakteristik Informasi Jangkauan Layanan pada Tingkat Organisasi Tinggi Impetus MIS Pengendalian produksi, peramalan, penjualan DSS Rencana strategi jangka panjang, ruang lingkup masalah yang kompleks Informasi Kebutuhan fleksibilitas, “user friendly” Pengaksesan secara Sistem manajemen interaktif oleh program database, akses secara interaktif Permasalahan rutin Masalah semi yang terstruktur dengan terstruktur, model menggunakan alat manajemen ilmu bantu ilmu manajemen terintegrasi secara konvensional Secara numerik Secara numerik Laporan peminatan dan penjadwalan, aliran terstruktur dan laporan penyimpangan Manajemen tingkat menengah Informasi dalam mendukung keputusan-keputusan tertentu Analisis dan manajer Efisiensi Efektivitas EIS Pendukung keputusan analisis “drill down” informasi, pengendalian Pengaksesan data eksternal secara global Hanya dapat dipakai bila digabungkan dengan DSS Umumnya secara numerik, beberapa pula secara lambang Laporan penyimpangan Hanya Eksekutif senior Timelines 2.7.2 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) SPK diciptakan untuk dapat menyediakan kebutuhan informasi yang spesifik untuk memecahkan masalah yang spesifik. SPK menyediakan informasi pemecahan masalah maupun komunikasi dalam memecahkan masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur. 26 a. Definisi Sistem Pendukung Keputusan Menurut Moore & Chang (Turban, 1995, p84) SPK adalah sistem yang dapat dikembangkan, mampu mendukung analisis data dan permodelan keputusan, berorientasi pada perencanaan masa mendatang, serta tidak bisa direncanakan interval (periode) waktu pemakaiannya. Bonczek, Holsapple, dan Whinston (Turban, 1995, p84) mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem yang berbasiskan komputer yang terdiri dari tiga komponen yang berinteraksi, yaitu: 1. Language System, adalah suatu mekanisme untuk menjembatani (interface) pemakai dan komponen lainnya. 2. Knowledge System, adalah repositori pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tertentu baik berupa data maupun prosedur. 3. Problem Processing System, adalah sebagai penghubung kedua komponen lainnya, berisi satu atau beberapa kemampuan manipulasi/menyelesaikan masalah secara umum, yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Keen, Scott-Morton (Turban, 1995, p83), SPK memadukan sumber daya intelektual seseorang dengan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan di dalam lingkungan masalah semi terstruktur. Gorry & Scott-Morto(Turban, 1995, p82) berpendapat bahwa SPK adalah sistem berbasiskan komputer yang interaktif, yang membantu pengambilan keputusan memenfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah tidak terstruktur. 27 Maka dapat disimpulkan bahwa SPK merupakan suatu sistem pendukung bagi para manajer yang bekerja sebagai tim pemecah masalah, dalam mencari solusi dari permasalahan semi terstruktur dan tidak terstruktur, dengan jalan menyediakan informasi atau nasihat yang berkaitan dengan keputusan-keputusanyang spesifik. b. Jenis-jenis Keputusan Keen dan Scott-Morton (Mallach 1997, p32) membagi keputusan berdasarkan keharusan keputusan dibuat dan cakupan keputusan tersebut, yaitu: 1. Keputusan terstruktur Sebuah keputusan terstruktur dapat merupakan keputusan yang dihasilkan oleh program komputer, keputusan terstruktur diambil untuk memecahkan masalah yang pernah terjadi sebelumnya. 2. Keputusan tidak terstruktur Keputusan yang diambil untuk memecahkan masalah baru atau sangat jarang terjadi, sehingga perlu dipelajari secara hati-hati. Komputer tetap dapat membantu pembuat keputusan, tetapi hanya dapat memberikan sedikit dukungan. 3. Keputusan semi terstruktur Keputusan di antara keputusan terstruktur dan tidak terstruktur. Keputusan-keputusan dibuat untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses pemecahan suatu masalah, pembuat keputusan mungkin mempunyai banyak alternatif jawaban. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam proses pemecahan masalah yang dihadapi untuk menghindari dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi pada keputusan yang belum matang. 28 Tujuan dari SPK bukan untuk membuat proses pengambilan keputusan seefisien mungkin, walaupun waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang, tetapi manfaat utama menggunakan SPK adalah untuk mendapatkan keputusan manajerial yang lebih baik. c. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Menurut Simon (McLeod, 1995, p57), ada empat tahap yang harus dilalui manajer saat memecahkan masalah. Tahap-tahap Simon tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan Intelijen Mengamati lingkungan, mencari kondisi yang perlu diperbaiki. 2. Kegiatan Merancang Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis berbagai tindakan alternatif yang mungkin. 3. Kegiatan memilih Memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia. 4. Kegiatan memilah Menilai pilihan-pilihan yang lalu. d. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Tujuan-tujuan Sistem Pendukung Keputusan berhubungan dengan tiga prinsip dasar dari konsep Sistem Pendukung Keputusan, yaitu: 29 1. Struktur masalah Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur. 2. Dukungan keputusan Sistem Pendukung Keputusan mendukung pengambilan keputusan manajer, dan bukan untuk menggantikannya. 3. Efektivitas keputusan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya. Solusi Komputer Terstruktur Solusi Manajer -> Komputer Solusi Manajer Semi Terstruktur Tidak Terstruktur Tingkat Struktur Masalah Gambar 2.4 SPK berfokus pada masalah-masalah semi terstruktur e. Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan Tidak ada ketetapan mengenai karakteristik dan kemampuan apa yang harus terdapat pada SPK. Karakteristik umum yang terdapat pada setiap SPK adalah digunakan oleh manajer dan pegawai berpendidikan (knowledge workers), menggunakan database, dan menggunakan model. SPK diharapkan memiliki 30 beberapa karakteristik dan kemampuan SPK yang dituliskan oleh Turban (1995, p8587) sebagai berikut. 1. SPK menyediakan dukungan bagi para pengambil keputusan, khususnya dalam memecahkan masalah semi terstruktur dan masalah tidak terstruktur. Caranya dengan menggabungkan kemampuan komputer memecahkan masalah terstruktur dengan kemampuan manusia untuk memecahkan masalah tidak terstruktur. 2. SPK ini mencakup berbagai tingkatan manajemen, dari tingkatan atas (eksekutif) dan manajemen tingkat menengah. 3. SPK ini dibuat untuk mendukung individu maupun kelompok dalam suatu perusahaan atau organisasi. 4. SPK mendukung beberapa keputusan yang saling berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang berurutan. 5. SPK mendukung semua tahapan dalam pengambilan keputusan, yaitu mulai dari tahapan intelijen, perancangan, pemilihan, dan implementasi. 6. SPK mendukung berbagai cara dalam pengambilan keputusan, sebab di dalam SPK itu sendiri terdapat proses yang langkahnya sama dengan proses pemikiran seorang pengambil keputusan. 7. SPK dapat disesuaikan terhadap waktu kondisi perekonomian atau persaingan, sehingga para pemakai dapat mengubah isi dari setiap variabel yang ada. 8. SPK mendukung user friendly dan user interaktif, dengan begitu akan terjadi komunikasi yang baik antara user dengan sistem, dan user tidak merasa kesulitan dalam mengoperasikan tools maupun sistem yang ada. 31 9. SPK meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan, dan juga menghemat biaya dan waktu yang ada. 10. Adanya pengendalian dalam setiap proses yang dilakukan oleh manusia, sebab SPK dibuat untuk membantu pengambilan keputusan bukan untuk menggantikan pengambil keputusan. 11. Pemodelan pada SPK yang memungkinkan untuk melakukan strategi lain dan dalam konfigurasi yang berbeda; pemodelan ini dapat membuat kita belajar. f. Komponen Sistem Pendukung Keputusan Komponen SPK terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem manajemen data, subsistem manajemen model, subsistem dialog, dan subsistem manajemen pengetahuan. Other Computer Based Systems Data Eksternal dan Internal Data Management Model Management Knowledge Management Dialog Management Manager (User) Gambar 2.5 Komponen Sistem Pendukung Keputusan 32 g. Tahapan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Menurut Turban (1995, p268-272), tahapan pengembangan SPK terdiri atas: 1. Perencanaan Tahap ini berhubungan dengan penetapan kebutuhan sistem, mendiagnosis dan menilai masalah yang dihadapi serta penetapan sasaran dari SPK yang ingin dicapai. 2. Penelitian Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari user, sumber daya yang tersedia serta lingkungan yang mempengaruhinya. 3. Perancangan Konsep dan Analisis Dalam tahap ini dilakukan suatu kegiatan membuat rancangan konseptual dan studi kelayakan, disarankan menggunakan pendekatan normatif untuk mendefinisikan model yang ideal agar dapat menyediakan informasi sesuai dengan yang diinginkan. 4. Perancangan Meliputi perancangan dialog, komponen, sistem, pemrosesan masalah, dan kelengkapan basis data SPK. Perancangan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yang saling berhubungan, yaitu subsistem manajemen data, subsistem manajemen model, dan subsistem komunikasi. 5. Konstruksi Tahap ini merupakan tahap pembangunan SPK sesuai dengan konsep perancangan alat-alat yang digunakan. 33 6. Implementasi Tahap implementasi adalah kelanjutan dari tahap konstruksi, di mana sistem siap untuk diimplementasikan ke dunia nyata. Implementasi meliputi penyiapan, demonstrasi, orientasi, pelatihan, dan penyebarluasan. 7. Dokumentasi dan Pemeliharaan Tahap ini terdiri atas perencanaan untuk mendukung sistem secara terusmenerus. Dokumentasi untuk penggunaan dan pengembangan dari sistem yang telah dibangun. Tahap A Perencanaan Pembangunan Sistem Tahap B Penelitian Kebutuhan User Tahap C Analisis Sistem Tahap D Perancangan Layar Tampilan Dan Layar Dialog Perancangan Model yang Dipakai Perancangan Database SPPK Pembangunan Sistem Tahap E Tahap F Implementasi Sistem Tahap G Tahap H Pemeliharaan dan Dokumantasi Sistem Penyesuaian Sistem Terhadap Kebutuhan Gambar 2.6 Tahapan Pengembangan SPK Perancangan Komponen Pengetahuan 34 2.7.3 Konsep Model Sistem Pendukung Keputusan Karakteristik utama dari SPK termasuk kemampuan pemodelannya. Ide dasar untuk menjalankan analisis SPK adalah dengan menggunakan model. a. Model Karakteristik utama dari SPK adalah kemampuannya dalam menggunakan model. Turban (1995, p42) menuliskan bahwa model adalah penyederhanaan atau abstraksi dari realita (kenyataan). Model selalu sederhana karena realita terlalu kompleks untuk ditiru dengan tepat dan karena banyak kompleksitas yang sebenarnya tidak relevan dengan masalah yang spesifik. b. Simulasi Tindakan untuk menggunakan model menurut McLeod (1995, p65) disebut simulasi. Simulasi memperkirakan dampak dari keputusan pemecahan masalah dan terjadi dalam suatu pengaturan yang dijelaskan oleh elemen-elemen data skenario. Istilah skenario mulai digunakan untuk menjelaskan kondisi yang mempengaruhi simulasi. c. Jenis Model Model dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat level abstraksi/pemodelannya menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu sebagai berikut. 1. Model Iconic (Schale) Model yang paling sederhana dan hanya merupakan replika dari sistem dan hanya berdasarkan pada perbedaan skala dari bentuk asli. 35 2. Model Analog Model ini tidak merepresentasikan sistem sebenarnya, namun memiliki sifat seperti sistem yang direpresentasikan. Model ini lebih abstrak dari model Iconic dan digunakan sebagai representasi dari kenyataan. Biasanya berupa diagram dua dimensi dan sedikit lebih rumit dari model Iconic. 3. Model Matematika Model yang paling tepat untuk merepresentasikan SPK karena tingkat kerumitan hubungan antar sistem dalam suatu organisasi yang akan ditampilkan membutuhkan perhitungan matematika. Model matematika dapat dikelompokkan dalam tiga dimensi yaitu dimensi pengaruh waktu, tingkat keyakinan, dan kemampuan mencapai optimasi (McLeod, 1995, p65). a. Model Statis atau Dinamis Model statis tidak menyertakan waktu sebagai variabel. Model ini berkaitan dengan suatu situasi pada satu titik tertentu, misalkan foto. Sebaliknya pada model dinamis disertakan waktu sebagai variabel. Model dinamis menggambarkan perilaku entitas dari waktu ke waktu, misalkan sebuah film. b. Model Probabilistik atau Deterministic Model probabilistik adalah model yang mencakup probabilitas. Probabilitas adalah peluang terjadinya sesuatu, probabilitas berkisar dari 0,00 (sesuatu yang sama sekali tidak mungkin terjadi) hingga 1,00 (sesuatu yang pasti terjadi). Model yang sebaliknya adalah model deterministik. 36 c. Model Optimisasi atau Suboptimisasi Model optimisasi adalah model yang memilih solusi terbaik dari beberapa alternatif, untuk itu masalahnya harus terstruktur dengan sangat baik. Model suboptimisasi, disebut juga satisfying model, yaitu model yang memungkinkan manajer memasukkan serangkaian keputusan, dan model akan memproyeksikan hasilnya. Model ini tidak mengidentifikasikan keputusan terbaik tetapi menyerahkan tugasnya tersebut pada manajer. Berdasarkan kategorinya model dibeda-bedakan menjadi beberapa macam: Tabel 2.3 Macam-macam Model Kategori Optimisasi masalah dengan berbagai alternatif Proses dan Objektif Menemukan solusi terbaik dengan jumlah alternatif yang relatif kecil Teknik Representatif Tabel Keputusan Pohon Keputusan Optimisasi dengan algoritma Menemukan solusi terbaik dari jumlah alternatif yang besar dengan pembangunan bertahap Model pemrograman linier dan matematika, model jaringan Optimisasi dengan formula Menemukan solusi terbaik dengan satu langkah dengan rumus Sebagian model inventory Simulasi Menemukan solusi yang lumayan dari beberapa alternatif terbaik Beberapa macam simulasi Model deskriptif lainnya Heuristik Menggunakan rumus “what-if” Pemodelan keuangan Menemukan solusi yang cukup baik dengan menggunakan aturan tertentu Pemrograman heurisrik dan expert system Model prediktif Melakukan prediksi atas keadaan tertentu Analisis Markov, model forecast 37 d. Keuntungan dan Kerugian Model Keuntungan pembuatan model diimbangi dengan dua kerugian utama model, yaitu: 1. Kesulitan pembuatan model sistem bisnis akan menghasilkan model yang tidak menangkap semua pengaruh pada entitas. Pertimbangan yang menyeluruh diperlukan dalam menerapkan keputusan yang didasarkan hasil simulasi. 2. Keahlian matematika tingkat tinggi diperlukan untuk mengembangkan sendiri model-model yang lebih kompleks. Keahlian itu juga diperlukan dalam menafsirkan output secara tepat. Kerugian ini dapat dikurangi berkat kombinasi peralatan pembuatan model yang lebih memudahkan pemakai dan manajer lebih mengerti. Turban (1995, p43) memaparkan keuntungan yang merupakan alasan utama mengapa menggunakan model. 1. Biaya analisis model lebih rendah dibandingkan biaya eksperimen yang serupa. 2. Model dapat menghemat waktu. Operasional bertahun-tahun dapat disimulasikan menjadi beberapa menit waktu komputer. 3. Manipulasi model (mengubah-ubah variabel) lebih mudah daripada manipulasi real system. 4. Model memungkinkan manajer untuk memperhitungkan resiko pada kondisi lingkungan yang tidak menentu. 5. Penggunaan model matematika memungkinkan untuk melakukan analisis yang membutuhkan perhitungan nilai yang sangat besar. 6. Model mempertinggi dan memperkuat proses belajar dan pelatihan. 38 2.7.4 Analisis What-If Menurut Turban (1995, p64), di dalam suatu Sistem Pendukung Keputusan dapat digunakan sebuah analisis untuk pengambilan keputusan di mana salah satunya adalah analisis What-If . Analisis What-If adalah sebuah model analisis yang mendukung SPK yang mana cara kerjanya adalah sebagai berikut, model membuat prediksi dan asumsi berdasarkan input data oleh user. Model What-If, sesuai dengan namanya, menganalisis apa yang akan terjadi pada solusi jika nilai variabel, asumsi atau parameter diubah-ubah. Contoh kasus: Apa yang akan terjadi pada total biaya persediaan jika biaya yang terjadi karena adanya persediaan meningkat sebesar 10%? Apa yang akan terjadi pada permintaan pasar jika biaya iklan meningkat 5%? Manajer dapat mengulang pertanyaan, mengubah topik pertanyaan, dan mengubah persentase yang ada dan melihat apa yang akan terjadi jika terjadi perubahan- perubahan tersebut dijalankan. 2.8 Penelitian Relevansi Perancangan sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh alumni mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang membuat perancangan mengenai perpindahan konsumen telepon seluler. Judul perancangan tersebut adalah Kontribusi Penerapan Program Sistem Pendukung Keputusan Untuk Meningkatkan Pemasaran Telepon Seluler Dengan Metode Rantai Markov. Perancangan ini dilakukan oleh Yoke Setiawan Endarto. 39 Dalam skripsi tersebut telah berhasil dibuat suatu rancangan sistem pendukung keputusan berdasarkan analisis statistika pada perpindahan konsumen telepon seluler. Perancangan ini dibuat dengan hanya mempertimbangkan empat variabel analisis yaitu merek telepon selular Nokia, Samsung, Ericsson, dan Siemens. Penelitian yang sekarang mengacu pada pengembangan perancangan tersebut. Perkembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengenai objek analisis yaitu sampel yang diambil lebih luas dan faktor analisis yang dilakukan menjadi enam variabel, yaitu semua provider sim card GSM prabayar yang ada saat ini di Indonesia. Dengan demikian penelitian ini dilakukan tanpa pembatasan seperti yang dilakukan perancangan sebelumnya, yang memilih empat variabel untuk dianalisis berdasarkan pada metode aklamasi yaitu pengetahuan umum yang telah diketahui masyarakat tanpa perlu adanya survei untuk mengetahui telepon selular merek apa yang mendominasi di Indonesia. Dengan menggunakan semua variabel yang ada saat ini, diharapkan penelitian ini dapat menjadi lebih akurat dan tepat dalam mengambil keputusan manajerial dalam usaha pemasaran produk sim card GSM prabayar ini. 2.9 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilalui dalam penyusunan proposal ini adalah : 1. Studi kepustakaan Dalam tahapan ini akan dilakukan studi mengenai beberapa teori yang akan digunakan dalam penelitian, antara lain teori rantai Markov, metode KruskalWallis, dan beberapa teori penting mengenai proses Sistem Pendukung Keputusan 40 yang ada agar dapat diperoleh suatu landasan teori yang tepat tentang konsep yang diperlukan untuk penelitian secara umum. 2. Metode Analisis Dengan berlandaskan pada hasil studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya, kemudian disusun kuesioner untuk mengumpulkan data. Ada pun inti dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran market share pemasaran sim card GSM prabayar saat ini, kriteria fitur produk sim card yang diminati oleh pelajar dan mahasiswa di jakarta, dan transisi pemakaian sim card dari satu provider ke provider lainnya. Kemudian dilakukan analisis lebih lanjut tentang faktor pengaruh perpindahan konsumen dari satu provider sim card GSM prabayar ke provider sim card GSM prabayar lainnya. Hasil dari penelitian kemudian akan digunakan untuk membantu mengambil keputusan manajerial pemasaran sim card GSM prabayar melalui Sistem Pendukung Keputusan. 2.10 Kerangka Pemikiran Terdapat enam provider sim card GSM prabayar yang saat ini digunakan untuk analisis penelitian. Keenam provider sim card GSM prabayar ini merupakan keseluruhan operator yang tersedia di Indonesia saat ini. Keenam provider sim card GSM prabayar tersebut adalah : 1. Simpati (S) 2. Mentari (M) 3. XL Bebas (X) 4. Jempol (J) 5. As (A) 6. IM3 (I) 41 Sehingga kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut: S M J I A X Gambar 2.1 Kerangka Berpikir perpindahan konsumen sim card GSM prabayar Keterangan warna : Perpindahan Konsumen dari Simpati ke provider lain Perpindahan Konsumen dari Mentari ke provider lain Perpindahan Konsumen dari XL Bebas ke provider lain Perpindahan Konsumen dari Jempol ke provider lain Perpindahan Konsumen dari As ke provider lain Perpindahan Konsumen dari Im3 ke provider lain