Ini Penyebab Rupiah Terombang-ambing

advertisement
Ini Penyebab Rupiah Terombang-ambing
By Novi Triawan Jan 8, 2016 http://redaksi.co.id/44008/ini-penyebab-rupiah-terombang-ambing.html
redaksi.co.id – Ini Penyebab Rupiah Terombang-ambing
Ketergantungan Indonesia atas dana asing serta tingginya rasio pembayaran utang
terhadap pendapatan atau debt service ratio (DSR) yang telah mencapai lebih dari 50
persen merupakan pemicu utama gejolak nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut kerap
menimbulkan kecemasan ketika dana asing itu berduyun-duyun kabur dari Negara ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dalam keterangan resmi
mengungkapkan, Indonesia selalu diliputi rasa cemas sejak 2012 hingga saat ini,
terutama melihat pergerakan nilai tukar rupiah yang sangat fluktuatif, naik dan turun.
“Dilihat dari 2012 sampai sekarang, sebentar-sebentar ada kecemasan. Nilai tukar
rupiah volatile sekali, beda dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil,” kata
Darmin di Jakarta, Jumat (8/1/2015).
Pertumbuhan utang luar negeri paling cepat, lanjutnya, dialami swasta. Jumlahnya bahkan
melampaui utang pemerintah sejak dua tahun lalu sehingga DSR pun tumbuh semakin
cepat.
“Dulu di zaman Orde Baru, kita memelihara DSR jangan lebih dari 20 persen. Angkanya
naik jadi 30 persen pada waktu krisis 1998, sekarang angkanya sudah tinggi sekali 50
persen lebih,” paparnya.
Bukan tanpa sebab. Menurutnya, pemerintah dan swasta membutuhkan utang karena
tabungan atau anggaran negara tidak cukup membiayai investasi di Indonesia. Negara ini
terpaksa harus meminjam dari luar negeri.
Berutang, Darmin bilang, merupakan salah satu pilihan yang harus diambil akibat
kurangnya kemampuan Indonesia mengumpulkan penerimaan negara. Pilihan lainnya, rela
menerima pertumbuhan rendah supaya bisa mendanai investasi berdasarkan tabungan
yang dimiliki.
1
Permasalahannya, Indonesia perlu pertumbuhan tinggi, lebih dari 6 persen untuk
menyerap 2,5 juta tambahan angkatan kerja setiap tahun. “Jadi kita harus utang, dan
mengundang dana dari luar kalau pinjam sudah tidak cukup. Kenyataannya, memang tidak
cukup,” terang Darmin.
Tidak cukup hanya berutang. Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) berusaha menarik
investasi asing dan mengundang dana segar dari luar untuk menanamkan modalnya di
pasar modal dan portofolio surat utang.
Tak heran bila surat utang Indonesia sebanyak 38 persen dimiliki investor asing,
sementara di pasar modal, ada dana asing 60 dengan porsi 60 persen. Menurutnya,
bandingkan dengan negara lain, Thailand yang hanya 12-14 persen.
“Jadi jangan heran kalau ada dana asing pergi sedikit, kurs rupiah langsung goyang,”
keluh Darmin.
Guna mengatasi volatilitas dan perlambatan di bidang keuangan, kurs dan pertumbuhan
ekonomi, Darmin mengaku, pemerintah harus cepat melaksanakan paket-paket deregulasi.
Paling utama, menyangkut investasi, ekspor dan termasuk di dalamnya persoalan
infrastruktur.
“Kita keluarkan peraturan pemerintah untuk proyek-proyek strategis, perubahan aturan
perundangan harga gas, investasi, kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
seperti inland free trade, pusat logistik berikat. Terbitkan Perpres percepatan
pembangunan kilang dan sebagainya,” tandas Darmin.
(red/ovi/riawan/NT)
2
Download