1 PENDAHULUAN Eritropoietin (EPO) adalah suatu glikoprotein hormon yang mengatur proses eritropoiesis, yaitu proses proliferasi dan diferensiasi sel progenitor eritroid menjadi eritrosit pada manusia. Menurunnya kandungan EPO dalam tubuh dapat menyebabkan anemia karena rendahnya proses eritropoiesis. EPO adalah sitokin yang diketahui dapat menstimulasi proses angiogenesis, vaskulogenesis, dan proliferasi sel endotelial (Ashley et al. 2002). Gen EPO manusia diekspresikan sebagian besar pada jaringan ginjal dan hati sebagai respons pada hipoksia (Yin & Blanchard 2000). EPO rekombinan telah tersedia dan digunakan untuk pengobatan klinis pada penderita anemia yang disebabkan oleh kanker, infeksi human immunodeficiency virus (HIV), sindrom meilodisplastik, gagal ginjal, dan transplantasi sumsum tulang (Park et al. 2000). Untuk kebutuhan klinis rekombinan EPO ini tersedia dalam jumlah besar hasil ekspresi pada sel mamalia, yaitu pada sel CHO (chinese hamster ovary) (Egrie 1990). Yang menjadi kendala penggunaan kultur sel mamalia untuk produksi EPO rekombinan adalah efisiensi dan biaya produksi yang tinggi (Fernandez & Hoefler 1999). Oleh karena itu sangat dibutuhkan sistem alternatif yang lebih efisien dengan biaya produksi yang lebih murah. Pichia pastoris merupakan khamir metilotropik yang menawarkan suatu sistem ekspresi yang sangat menguntungkan untuk produksi protein rekombinan. Dibandingkan dengan sistem ekspresi dari jenis eukariot lainnya, P. pastoris memiliki keuntungan lebih, yaitu sistem ekspresi dengan efisiensi yang tinggi karena menggunakan promotor dan vektor gen alkohol oksidase terinduksi metanol (AOX1) yang terintegrasi pada genom Pichia. Selain itu, khamir tersebut memiliki level sekresi yang tinggi pada media bebas protein dengan proses fermentasi yang mudah. Keuntungan lainnya ialah terbatasnya atau tidak terjadinya glikosilasi berlebih dan tidak adanya gugus antigenik, yaitu ikatan α1,3-manosa pada ujung gugus gula (Skoko et al. 2003). P. pastoris juga menunjukkan glikosilasi yang sangat mirip dengan sel mamalia (Cregg et al. 1993). Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah berhasil mengekspresikan EPO rekombinan dalam sistem ragi P. pastoris dan telah berhasil membuktikan bahwa supernatan hasil fermentasi mengandung EPO dengan teknik blot Western. Untuk tahap selanjutnya diperlukan teknik pemurnian yang tepat untuk mendapatkan protein murni dan pencirian lebih lanjut tentang struktur kimia EPO rekombinan yang telah dihasilkan. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan proses purifikasi dan pencirian gugus gula dalam EPO rekombinan untuk keperluan klinis. TINJAUAN PUSTAKA Eritropoietin Eritropoietin manusia atau yang lebih dikenal dengan EPO merupakan glikoprotein hormon yang telah dipurifikasi sejak 3 dasawarsa yang lalu. Penelitian tentang EPO telah berkembang dan menjadi topik penelitian utama para peneliti yang bertujuan sebagai bahan terapeutik. Kloning dan ekspresi gen eritropoietin telah mengembangkan eritropoietin rekombinan sebagai obat. Sejak tahun 1980 eritropoietin rekombinan menjadi komoditas utama dalam industri bioteknologi karena penjualannya meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai miliaran dolar (Sytkowsky 2004). Dalam situs resmi Glythera melaporkan bahwa penjualan protein terapeutik pada tahun 2008 berdasarkan kategori menunjukkan bahwa hematopoietik menduduki urutan pertama, yaitu sebesar 23%. EPO adalah golongan hematopoietik faktor pertumbuhan pertama yang telah diklon (Jacobs et al. 1985; Lin et al. 1985). EPO rekombinan dapat menstimulasi produksi sel darah merah, mengobati anemia yang disebabkan oleh gagal ginjal pada pasien hemodialisis, dan mereduksi durasi terkena anemia pada pasien yang menjalani kemoterapi. Terapi dengan EPO rekombinan dapat menurunkan kebutuhan transfusi darah pasien sehingga dapat mengurangi risiko penularan penyakit seperti hepatitis atau HIV (Sorisio & StrØm 2006). EPO rekombinan digunakan juga sebagai doping bagi para atlet. Pada 10 November 1999 yang bertempat di Swis, Agen Anti-doping Dunia (WADA) memutuskan untuk mengendalikan penggunaan doping bagi para atlit termasuk EPO, setelah beberapa bulan mengadakan pertemuan yang membahas skandal doping EPO pada perhelatan Tour de France 1998 (Sytkowsky 2004). EPO merupakan sialoglikoprotein yang diproduksi terutama di ginjal saat dewasa dan di hati saat dalam janin yang memegang peranan penting dalam proses proliferasi dan diferensiasi sel progenitor eritroid menjadi