BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu: ―Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another‖(Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain). Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. 9 10 2.1.2 Arah Aliran Komunikasi a. Komunikasi ke atas Komunikasi dari bawahan ke atasan yang mencakup sistem-sistem saran, kebijaksanaan pintu terbuka, mendengarkan keluhan-keluhan karyawan, dan survei semangat. Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasidapat diartikan bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat lebih tinggi, yaitu saat bawahan menyampaikan informasi dan laporan pekerjaan, serta persoalan-persoalan pekerjaan yang tidak terselesaikan. Beberapa alasan pentingnya arus komunikasi ke atas didasarkan pada hal-hal berikut ini: - Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. - Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahannya siap menerima apa yang dikatakan kepadanya. - Komunikasi ke atas memungkinkan, bahkan mendorong, omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan, sehingga penyelia tahu apa yang menganggu orang-orang yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya. - Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepda organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk menentukan, apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah. 11 - Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaannya dan dengan organisasi tersebut. - Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan, apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah. b. Komunikasi ke bawah (downward communication) Komunikasi dari tingkat yan lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah dari suatu orgnisasi mencakup pedoman perusahaan, publikasi ke dalam, memo, papan buletin, dan rak informasi. Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada yang berotoritas lebih rendah. Informasi yang dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan berupa penyampaian istruksi kerja (job instructon), informasi mengenai peraturan yang berlaku (procedures and practices) , menjelaskan alasan pelaksanaan tugas (job rationale), dan memberikan motivasi kepada pegawai untuk bekerja lebih baik. c. Komunikasi horizontal (horizontal communication) Tipe komunikasi ini memungkinkan para manajer pada tingkat sama (misal, antar karyawan maupun antar pimpinan) dalam uatu organisasi untuk mengordinasikan kegiatanny lebihefektif, misalnya rapat staf dan konfrensi tatap muka, memecahkan masalah dan konflik yang ada, serta berbagi informasi dan membina hubungan melalui kegiatan bersama. Tujuan komunikasi horizontal : - Untuk mengoordinasikan penugasan kerja. - Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. 12 - Untuk memecahkan masalah. - Untuk memperoleh pemahaman bersama. - Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan, dan - Untuk menumbuhkan dukunganantarpersonal Bentuk komunikasi horizontal yangpaling umum yaitu mencakup semua jenis kontak antarpersonal. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial, dan lingkaran kualitas. d. Komunikasi silang (across communication) atau diagonal. Komunikasi ini merupakan penyampaian informasi rekan sejawat yang melewati batas-batas fungsional (tidak berada dalam satu servis komando) dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan ataupun bawahannya. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi, tetapi bukan atasan ataupun bawahannya. Komunikasi silang menciptakan : - Perasaan ―kita/kami‖, guna mnumbuhkan kebersamaan. - Pengertian simpatik (misal, menyampaikan pendapat). - Mengamankan koordinasi pada beberapa sektor (misal konsultasikan sasaran). - Kerjasama yang berhasil. 13 - Iklim yang sehat dan menguntungkan (misal, konfirmasi jadwal dan kepastian umum). 2.2 Komunikasi Organisasi 2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.6 Definisi tradisional (fungsionalis dan objektif) komunikasi organisasi cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (Organizational boundary) untuk melihat arah mendasar sebagai pemroses informasi. Komunikasi organisasi dipandang sebagai suatu perspektif interpretatif (subjektif) adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi, namun ia adalah organisasi itu sendiri. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertansaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Jadi komunikasi organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 6 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2007, hal. 67. 14 2.2.2 Pentingnya Komunikasi Dalam Organisasi Masalah komunikasi dalam organisasi menyangkut dua segi, yaitu masalah komunikasi itu sendiri dan masalah organisasi, misalnya masalah pengambilan keputusan, masalah pelimpahan wewenang, masalah pengawasan, masalah susunan organisasi dan sebagainya. Semua masalah yang timbul akan segera dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan dengan baik, komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arus informasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan.7 Untuk mencapai tujuan organisasi seorang manajer harus mampu berkomunikasi dengan semua karyawan disemua bidang dan tingkat kemampuan untuk berkomunikasi itu berlaku bagi semua manajer, baik manajer yang menganut aliran tradisional, maupun manajer yang menganut aliran perilaku. Para manajer yang menganut aliran tradisional lebih menitikberatkan berdasarkan saluran komunikasi ke bawah, kurang memperhatikan saluran komunikasi ke atas, saluran komunikasi kebawah biasanya dalam bentuk instruksi atau perintah, manajer tradisional menghendaki agar setiap instruksi yang diberikan dapat dipahami dan dapat dijalankan oleh bawahan, oleh karena itu manajer jenis ini kurang meningkatkan kreativitas para bawahannya. 7 Wursanto, I.G. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Andi. Jogjakarta. 2007. hal.158 15 Sebaliknya para manajer yang menganut aliran perilaku selain membuka saluran komunikasi ke atas dan ke bawah juga memberikan perhatian besar terhadap perilaku bawahan. Mereka berusaha menciptakan iklim organisasi yang lebih terbuka guna meningkatkan kreativitas dan semangat kerja para pegawai untuk lebih meningkatkan kreativitas dan semangat kerja sesuai batas kemampuan masing-masing Pentingnya komunikasi dalam organisasi secara terperinci dapat dilihat dalam hal-hal berikut :8 1. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara : a. Para bawahan dengan atasan / pimpinan. b. Bawahan dengan bawahan. c. Atasan dengan atasan. d. Pegawai dengan organisasi atau lembaga yang bersangkutan. 2. Meningkatkan kegairahan kerja para pegawai. 3. Meningkatkan moral dan disiplin para pegawai. 4. Semua jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung pengendalian oprasional yang efisien. 5. Semua pegawai dapat mengetahui kebijaksanaa, peraturan – peraturan, ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin organisasi. 6. Semua informasi, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh para pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh. 7. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua pegawai. 8 ibid. hal. 159 16 8. Meningkatkan kerjasama team (team work) diantara para pegawai. 9. Meningkatkan semangat korp atau espirit de corps di kalangan para pegawai. 2.2.3 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi Dalam organisasi komunikasi menjalankan empat fungsi utama. Fungsi yang pertama yaitu komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggota (kontrol dan pegawasan). Komunikasi berfungsi untuk pengungkapan emosional, bagi banyak karyawan, kelompok kerja merupakan sumber pertama untuk interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi antar sesama rekan kerja merupakan mekanisme fundamental dengan sesama anggota, menunjukkan ungkapan emosional dan perasaan dari pemenuhan kebutuhan sosial.9 Komunikasi berperan dalam mempermudah pengambilan- pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan atasan untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif. Fungsi yang terakhir yaitu komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar. Komunikasi dapat berlangsung secara lateral atau vertikal. Dimensi vertikal dapat dibagi lebih lanjut menjadi ke bawah dan ke atas. 9 Ibid ,. hal.155. 17 2.3 Kepemimpinan 2.3.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah suatu proses dinamis. Hubungan pemimpinpengikut adalah bersifat timbal balik dan berkembang melalui interaksi antar pribadi dengan berjalannya waktu. Kepemimpinan mempunyai arti yang berbedabeda, berikut beberapa pengertian yang dianggap cukup mewakili10 : 1. Menurut Hemhill & Coons, kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama. 2. Menurut Tannenbaum, Weschler, & Massarik, kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta di arahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.‖ 3. Menurut Stogdill, kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan iteraksi. 4. Menurut Katz & Kahn, kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi. 5. Menurut Rauch & Behling, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. 10 Herman Sofyandi dan Iwa Garniwa, Perilaku Organisasional, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007, hal 174 18 6. Menurut Jacobs & Jacques, kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diingunkan untuk mencapai sasaran. Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi. 2.3.2 Teori-teori Kepemimpinan 2.3.2.1 Pendekatan Sifat Pengamatan awal menunjukkan bahwa sebagian besar pemimpin mempunyai ciri-ciri fisik yang menonjol seperti ukuran badan lebih tinggi dan besar, lebih cerdas, lebih extrovert, dan lebih percaya diri. Generalisasi sifat yang melekat dalam diri seorang pemimpin tidak dapat menjawab pertanyaan hakiki ―mengapa seseorang bisa menjadi pemimpin dibanding orang lain yang tidak bisa?‖ Kelemahan pendekatan sifat ini memaksa peneliti untuk melakukan penelitian lbih lanjut. 2.3.2.2 Pendekatan Perilaku Teori perilaku kepemimpinan mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Perbedaan mendasar dari teori ini dibanding teori karakter adalah teori karakter bisa jadi memandang seseorang bisa memimpin karena pembawaan 19 sejak kecil, kalau teori perilaku melihat pemimpin dari sudut perilaku yang spesifik, sehingga kita bisa mengajarkan program-program untuk menanamkan perilaku-perilaku tertentu pada individu yang berhasrat menjadi pemimpin yang efektif. Ada beberapa universitas yang melakukan telaah tentang perilakuperilaku kepemimpinan; antara lain : Telaah Universitas Ohio (penelitian diperoleh dari perilaku pemimpin yang digambarkan bawahan) Telaah Universitas Michigan (dilihat dari keefektifan kinerja) 2.3.2.3 Teori Kemungkinan Menjadi makin jelas bagi mereka yang sedang mempelajari fenomena kepemimpinan bahwa meramalkan sukses kepemimpinan lebih rumit daripada memisahkan beberapa karakter atau perilaku yang lebih disukai. Kegagalan untuk memperoleh hasil yang konsisiten mendorong perhatian pada pengaruh situasional. Kondisi a gaya x akan memadai, atau gaya yang lebih cocok untuk kondisi b, dan lain-lain. Salah satu pengikut atau masuk dalam kategori teori ini adalah teori situasional Hersey dan Blanchard. Teori ini merupakan teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat menurut argumen Hersey dan Blanchard bersifat tergantung pada tingkat kesiapan / kedewasaaan para pengikutnya. 20 Tekanan pada pengikut dalam keefektifan pemimpin mencerminkan kenyataan bahwa merekalah yang menerima baik atau menolak pemimpin. 2.3.3 Tipe atau Gaya Pokok Pemimpin Berikut adalah empat tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin, yaitu11: 1. Kepemimpinan direktif (directive leadership). Bawahan tahu secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah khusus diberikan oleh pemimpin. Hasil penemuan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan direktif mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan dan harapan bawahan yang melakukan pekerjaan yang mendua (ambigous), dan mempunyai hubungan yang negatif dengan kepuasan dan harapan tugas-tugas yang jelas. 2. Kepemimpinan suportif (supportive leadership). Pemimpin yang selalu bersedia menjelaskan, sebagai teman, mudah didekati dan menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan. Gaya kepemimpinan ini mempunyai pengaruh yang sangat positif pada kepuasan bawahan yang bekerja dengan tugas-tugas yang penuh tekanan, frustasi dan tidak memuaskan. 3. Kepemimpinan partisipatif (particivative leadership). Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. 4. Kepemimpinan orientasi prestasi (achievement oriented leadership) 11 Ibid hal 191-192 21 Pemimpinan mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang menarik bagi bawahan, merangsangbawahan untuk mencapai tujuan tersebut dan melaksanakannya dengan baik. Gaya kepemimpinan ini dapat dipergunakan oleh pemimpin yang sama dalam berbagai situasi yang berbeda. 2.3.4 Unsur Utama Efektivitas Seorang Pemimpin Gary Yukl berpendapat bahwa ada enam unsur utama yang berinteraksi satu dengan yang lain dan yang berkaitan dengan efektivitas seorang pemimpin, yaitu12 : - Trait dan kemampuan pemimpin : meliputi hal-hal seperti atribut fisik, keberanian, kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan teknis. - Kekuatan pemimpin: dapat dianalisis dari bentuk-bentuk kekuatan posisi, kekuatan hadiah, kekuatan kohesif, kekuatan keahlian, kekuatan kepribadian, dan sebagainya. - Perilaku aktual pemimpin : konsep yang berkaitan disini adalah, apakah perilaku trsebut diorientasikan terhadap tugas untuk dikerjakan, terhadap orang, terhadap aktivitas politik, atau terhadap budaya perusahaan itu sendiri. - Variabel-variabel penghambat : misal sifat organisasi, keterampilan dan usaha bawahan, dan hubungan antara pemimpin dan bawahan, dan hubungan antara dukung dan sumber lain yang tersedia bagi pemimpin. 12 Shaun Tyson & Tony Jackson, Perilaku Organisasi, Penerbit ANDI, 2000, hal 85 22 - Variabel-variabel situasional : berkaitan baik dengan variabel eksternal maupun internal, seperti kekuatan ekonomi, politik, dan sosial ; juga tekhnologi dan kebutuhan, nilai-nilai, dan kepribadian bawahan. - Budaya organisasi : yang tidak boleh diabaikan, dan yang terakhir, tetapi bukan kurang penting , adalah hasil akhir jangka pendek dan jangka panjang. 2.4 Public Relations 2.4.1 Pengertian Public Relations Ada beberapa pengertian Public Relations menurut beberapa ahli, diantaranya : - Menurut Prof. John Marston13, Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik , mengidentifikasikan kebijakan dan tata cara sebuah organisasi demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik. - Menurut Dr. Rex Harlow14, Public Relations adalah fungsi manajemen khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dan publiknya mengenai komunikasi, pengertian penerimaan, dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan : membantu manajemen untuk memahami dan tanggap terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab menajemen untuk melayani 13 14 Abdul Hamid, Komunikasi dan Public Relations, Pustaka Setia, 2012, hal 108 Ibid, hal 108 23 kepentingan publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan, dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Dari beberapa definisi pengertian humas di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa humas adalah suatu bagian yang sengaja dibentuk, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara suatu perusahaan atau organisasi dengan publiknya. Maka itu, divisi humas sangatlah penting dalam menjaga kelancaran jalan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan yang ditanganinya. 2.4.2 Peranan Public Relations Public Relations mempunyai beberapa peranan, yakni:15 1. Komunikator internal perusahaan Peran sebagai komunikator adalah peran alamiah seorang profesional Public Relations. PR meneruskan pesan direksi kepada seluruh karyawan. Pesan direksi bisa berupa kebijakan, instruksi, ucapan selamat, duka cita, terima kasih, dan menyampaikan aspirasi karyawan kepada direksi, bisa berupa harapan, ide produk baru, solusi perbaikan sistem kerja, masalah keselamatan kerja karyawan. 2. Nara sumber resmi informasi perusahaan 15 Fariani Silvia Rita. Panduan Praktisi PR. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 2009. hal.1. 24 Public Relations hadir untuk mewakili perusahaan dalam urusan-urusan yang berkaitan dengan pihak luar, seperti investor atau masyarakat umum. 3. Pelaku perubahan dan pengagas budaya perusahaan Public Relations mewakili perusahaan dalam berbagai bidang, termasuk dalam upaya-upaya perbaikan internal dalam tubuh organisasi perusahaan. 4. Kampiun pengelolaan krisis Sebagai Public Relations profesional tetap dituntut untuk tetap siaga terhadap segala kemungkinan. Dalam krisis, Public Relations dituntut untuk sigap bertindak, cepat dan tepat sasaran. Public Relations perusahaan bekerjasama dengan unit-unit lainnya seperti Sumber Daya Manusia (SDM) menyalurkan dan merealisasikan komunikasi organisasi perusahaan dengan melakukan kegiatan Employee Relations. Employee Relations atau hubungan dengan karyawan yang baik akan menimbulkan reaksi atau tanggapan yang baik dari karyawan terhadap perusahaan. Karyawan akan merasa dipercayai oleh perusahaan sebagai hasil akhirnya adalah perusahaan mendapat dukungan penuh dan citra positif dari karyawan. Ruang lingkup peranan Public Relations meliputi aktivitas:16 1. Membina hubungan baik ke dalam (Public Internal) Yaitu membina hubungan dengan publik yang menjadi bagian dari unit atau badan atau perusahaan atau organisasi itu sendiri, dan mampu mengindetifikasikan atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran 16 Ruslan, Rosady. Manajemen Humas. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2006. hal. 24. 25 negatif di dalam publik, sebelum kebijakan tersebut dijalankan oleh organisasi. 2. Membina hubungan baik keluar (Public External) Yaitu membina hubungan dengan publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya. Public Relations meletakkan satu kaki di dalam perusahaan dan satu kaki di luar perusahaannya. Posisi ini dianggap unik dari satu sisi sekaligus bahaya. Sebagai Public Relations harus memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan transaksi untuk menjalin hubungan yang kompleks dan penting dalam organisasi. Public Relations harus ditempatkan pada posisi tinggi. Dalam struktur atauhirarki organisasi bahwa hal itu harus dipraktekkan secara strategis jika menghendaki Public Relations mampu membuat organisasi lebih efektif. 2.4.3 Fungsi Public Relations Fungsi Public Relations berarti berbicara masalah kegunaan Public Relations dalam mencapai tujuan organisasi atau lembaga. Public Relations merupakan fungsi manajemen yang turut menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan. Yulianita mengemukakan empat fungsi dari Public Relations, yaitu: 17 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 17 Neni Yulianita. Dasar-Dasar Public Relations, Pusat Penerbitan Universitas, Jakarta, 2005. hal. 50. 26 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern. 3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal baik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi. 4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. 2.4.4 Tujuan Public Relations Beberapa tujuan Public Relations dapat diuraikan sebagai berikut:18 1. Mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan adanya kegiatankegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Meningkatkan bobot kualitas pegawai. 3. Menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan. 4. Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pasar-pasar baru. 5. Mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atau rencana perusahaan untuk menertibkan saham baru atau rencana perusahaan untuk menertibkan saham baru atau saham tambahan. 18 Frank Jefkins. Public Relations. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga. 2011. hal. 56. 27 Tugas Public Relations adalah membina hubungan baik dengan pihakpihak dalam dan di luar organisasi melalui suatu proses komuniksi. Pihak-pihak tersebut adalah khalayak sasaran kegiatan Public Relations, dan disebut stakeholders. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.19 2.5 Motivasi 2.5.1 Pengertian Motivasi Stephen P. Robbins berpendapat bahwa motivasi adalah sebagai proses mengarahkan dan ketekunan setiap individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk meningkatkan suatu usaha dalam mencapai tujuan.20 Menurut Usman21 menjelaskan bahwa motivasi adalah proses psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat bersumber dari dorongan dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang. Dalam memotivasi karyawan dalam organisasi, seorang pemimpin berhadapan dengan persoalan yang dapat mempengaruhi setiap karyawan dalam bekerja, yaitu kemauan dan kemampuan. Seorang pemimpin dapat mengatasi lemahnya kemauan seorang karyawan dapat diatasi dengan mengikutkan mereka dalam pendidikan dan latihan. Selanjutnya Usman mengungkapkan bahwa proses motivasi meliputi siklus yang disingkat AIDA, yaitu Attention (perhatian), Interest (tertarik), Desire (teransang), dan action(tindakan). Manusia termotivasi karena ada perhatian. Ada 19 Rhenald Khasali. Manajemen Public Relations (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Jakarta : Pustaka Utama Grafiti. Cetakan pertama. 2009.hal. 63. 20 Herman Sofyandi dan Iwa Garniwa, Perilaku Organisasional, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007, hal 99 21 Syamsir Torang, 2012, Metode Riset & Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung, Hal 58 28 perhatian menimbulkan ketertarikan. Ketertarikan menimbulkan ransangan. Ransangan menimbulkan tindakan atau aksi. Dalam Soekidjo Notoatmodjo22 dikatakan bahwa batasan pengertian tentang motivasi antara lain sebagai berikut : a. Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan Terry G adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku). b. Sedangkan Stooner mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. c. Dalam konteks pengembangan organisasi, Flippo merumuskan bahwa motivasi adalah suatu arahan pegawai dalam suatu organisasi agar mau bekerja sama dalam mencapai keinginan para pegawai dalam rangka pencapaian keberhasilan organisasi. d. Dalam konteks yang sama (pengembangan organisasi) Duncan mengemukanan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang didasarkan untuk mempengaruhi perilaku seseorang dalam meningkatkan tujuan organisasi semaksimal mungkin. 2.5.2 Motivation – Hygiene Theory Teori ini dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Frederick Herzberg. Menurut pendapatnya, keterkaitan seseorang dengan pekerjaannya adalah hal yang mendasar dan bahwa dengan melihat bagaimana sikapnya 22 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal 114-115 29 terhadap pekerjaan kita bisa menentukan dengan tepat, apakah seorang karyawan akan berhasil ataukah mengalami kegagalan? Kebutuhan motivator berkaitan dengan kesempatan untuk maju, promosi jabatan, pengakuan, tanggung jawab, dan pekerjaan itu sendiri yang mempengaruhi kepuasan kerja. Sedang higine faktor adalah hal-hal yang mempengaruhi kepuasan kerja yang terdiri dari supervisor, kondisi kerja, gaji, hubungan interpersonal, dan kebijakan perusahaan. Herzberg mengatakan bahwa gaji dan upah bukanlah pemotivator melainkan pemelihara, oleh karena itu janganlah memotivasi karyawan dengan gaji. Sedangkan kesempatan untuk maju dan pemberian tanggung jawab merupakan faktor pemotivasi. 2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kita akan membahasnya satu demi satu. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut : a. Kematangan pribadi Semakin matang seseorang akan makin matang pemikiran yang dimiliki. Hal ini juga akan mempengaruhi konsepnya dalam meraih keinginannya, oleh karenanya motivasi yang dimilikinya akan digerakkannya menuju hal yang ingin diraihnya. Apalagi jika pengalaman telah membuatnya banyak belajar. b. Tingkat pendidikan Tidak dapat dipungkiri, tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk mengkondisikan dan memanage keinginan yang ada, sehingga berhasil 30 dia raih. Tingkat pendidikan seseorang membantu mempersingkat pengalaman yang mungkin belum kompleks dimiliknya, karena pendikan telah membantunya belajar mengarahkan motivasi yang menguntungkan dirinya. c. Pemenuhan Harapan Setiap orang punya harapan terhadap sesuatu. Ketika kita memiliki keinginan, maka kita akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan atau memenuhi harapan tersebut. Motivasi tentu saja menjadi faktor yang membuat kita bergerak memenuhi harapan yang kita dambakan. d. Kebutuhan Manusia tidak pernah merasa puas terhadap apa yang dimilikinya. Latar belakang kebutuhan, yang harus dipenuhinya, akan mempengaruhi motivasi seseorang. e. Kelelahan dan kebosanan Kelelahan, kebosanan dan rutinitas adalah beberapa hal yang akan menurunkan motivasi seseorang. Agar motivasi tetap tinggi sehingga bersemangat untuk bergerak melakukan sesuatu sehingga keinginannya terpenuhi, maka harus menjauhi diri dari kelelahan dan kebosanan serta rutinitas. Jaga kondisi sehingga tidak terlalu lelah, jangan melakukan hal yang sama setiap hari, buat sesuatu yang berbeda adalah salah satu cara menghilangkan kelelahan dan kebosanan atas rutinitas yang dilakukan seseorang. f. Kepuasan Kerja 31 Terakhir yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah kepuasan kerja yang ingin dicapai. Selain memenuhi kebutuhan dan keinginannya, kepuasan kerja adalah salah satu hal penting yang memotivasi seseorang untuk tetap berusaha. Sedangkan Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut : a. Lingkungan kerja yang menyenangkan Lingkungan kerja yang menyenangkan akan sangat mempengaruhi motivasi seseorang. Jika lingkungan kerja seseorang tidak menyenangkan orang akan malas ke tempat kerja, tidak ada motivasi untuk bekerja. b. Kompensasi yang memadai Kompensasi yang memadai dan sesuai dengan jumlah tenaga dan pikiran yang kita keluarkan akan membuat motivasi seseorang meningkat. Apalagi jika kompensasinya jauh diatas yang kita harapkan. c. Supervisi yang baik Pemimpin atau pengarah (supervise) yang baik dan penuh pengertian, memberikan kepercayaan pada bawahan, menghargai bawahan adalah pimpinan yang diharapkan oleh bawahan. Jika pimpinan baik ini mereka miliki, motivasi dalam bekerja akan meningkat. Selain itu sudah menjadi tugas pimpinan lah untuk meningkatkan motivasi pegawai. d. Penghargaan atas prestasi Penghargaan atas prestasi kerja karyawan juga merupakan salah satu yang bias mempengaruhi meningkatnya motivasi pegawai. Penghargaan ini tidak selalu harus dalam wujud materi, namun bisa dengan cara lain. 32 e. Status dan tanggungjawab Status dan tanggungjawab yang diemban seseorang juga bisa menjadi motivator seseorang. Status yang dimiliki dalam organisasi menyebabkan seseorang punya tanggungjawab yanng berbeda. Status seseorang juga menunjukkan gengsi yang dia miliki. Semakin tinggi status seseorang, maka tanggungjawabnya akan makin besar. Semakin tinggi status seseorang dalam organisasi juga menunjukkan makin tinggi jabatan yang dia miliki. f. Peraturan yang berlaku Aturan yang mendukung dan mempermudah anggota organisasi berkembang didalam organisasi, membuat motivasi seseorang akan meningkat. 2.6 Hipotesis 2.6.1 Hipotesis operasional Hipotesis operasional operasional variabel-variabel adalah mendefinisikan yang ada di hipotesis dalamnya agar secara dapat diopeasionalisasikan Hipotesis operasional dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Hipotesis kerja/alternatif (Ha) merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji bersifat tidak netral. b. Hipotesis nol (Ho) yang bersifat netral atu dapat juga didefinisikan suatu pernyataan tntang parameter yang bertentangan dengan keyakinan peneliti atau kebalikan Ha. Hipotesis operasional dalam penelitian ini adalah : 33 Ha : Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan. Ho : Tidak ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan. 2.6.2 Hipotesis statistik Hipotesis statistik adalah hipotesis operasional yang yang diterjemahkan ke dalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti. Dalam penelitian ini hipotesis statistiknya adalah : Ha = 0 maka ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan. Ho ≠ 0 maka tidak ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan.