1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting setelah air. Protein tersusun dari sekuen-sekuen asam amino. Susunan asam amino ini bersifat khas untuk setiap jenis protein (Winarno 1997). Asam amino adalah suatu komponen organik yang mengandung gugus amino dan karboksil. Susunan kandungan asam amino dapat menentukan kualitas protein. Apabila suatu protein mengandung semua asam amino yang penting dalam jumlah yang diperlukan oleh tubuh, maka protein ini mempunyai mutu yang tinggi. Jika mengalami kekurangan salah satu atau lebih asam amino esensial maka protein ini termasuk pada mutu yang rendah (Winarno 1997). Protein yang terkandung di dalam hewan biasanya lebih lengkap bila dibandingkan dengan protein nabati. Hal itu karena protein hewani memiliki asam amino yang lebih lengkap dan susunannya mendekati nilai protein yang diperlukan oleh tubuh (Muchtadi 1989). Ikan merupakan salah satu hewan yang dikenal oleh masyarakat mengandung protein yang sangat tinggi. Salah satunya adalah ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris). Ikan buntal pisang merupakan ikan buntal yang mempunyai kandungan racun yang tinggi pada jaringan ototnya yaitu lebih dari 1000 MU/g. Sedangkan pada kulit ikan ini mempunyai kandungan racun antara 100-1000 MU/g. Selain jaringan otot dan kulitnya, tingkat toksisitas yang rendah terdapat pada bagian tubuh ikan ini yaitu kurang dari 10 MU/g. Darah ikan buntal pisang tidak mengandung tetrodotoksin. Satu MU (mouse unit) didefinisikan sebagai jumlah toksin yang dibutuhkan untuk membunuh tikus jantan (berat 20 g) dalam waktu 30 menit (Noguchi dan Arakawa 2008). Ikan tersebut merupakan ikan yang terkenal di Jepang dengan nama dokusabafugu dan merupakan salah satu ikan buntal yang sering dikonsumsi di Jepang selain ikan buntal Takifugu rubripes. Ikan buntal pisang ini secara empiris sangat digemari oleh nelayan-nelayan di daerah Gebang, Kabupaten Cirebon. Ikan buntal pisang umumnya dikonsumsi dengan cara digoreng. Tujuan penggorengan adalah untuk memperoleh karakteristik warna, flavor, aroma, dan 2 crust yang khas dari bahan pangan. Karakteristik yang khas ini diperoleh dari kombinasi antara reaksi Maillard dengan komponen volatil yang diserap minyak (Fellows 1990). Bahan pangan yang mengalami penggorengan akan mengalami beberapa perubahan baik perubahan kimia maupun fisik. Informasi mengenai rendemen, kandungan gizi dan pengaruh penggorengan terhadap karakteristik asam amino ikan buntal pisang belum diketahui secara lengkap. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar diperoleh informasi mengenai kandungan gizi ikan buntal pisang sehingga dapat dimanfaatkan secara optimum. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan rendemen, kandungan gizi dan pengaruh penggorengan terhadap karakteristik asam amino ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris) yang berasal dari perairan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, baik jenis maupun jumlah asam aminonya.