Kopetensi Guru PAI Author : Achmad A Rochman Publish : 27-09-2011 12:02:41 STANDAR KOMPETENSI GURU Disampaikan oleh : Achmad Abd Rochman, M.Pd.I Acara : Diklat Guru PAI SD- SMP se- Jatim 21-28 Sep 2010 di Batu Malang Sumber : buku Menjadi Guru PAI Profesional karya Drs.Asep Herdi MAg Kompetensi guru meliputi 4 ( empat ) kompetensi, yaitu Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci. 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik berkenaan denga kemampuan kependidikan seorang guru. Dalam Standar Nasional Pendidikan, yakni pasal 28 ayat ( 3 ) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadp peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. a. Kemampuan Mengelola Pembelajran Secara operasional, kemampuan mengolah pembelajaran meliputi3 ( tiga ) fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. 1) Perencanaan meliputi penetapan tujuan dan kompetensi serta memperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan. 2) Pelaksanaan atau juga sering disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. 3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, pelaksana dan penilai perubahan atau perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat langkah yang harus dilakukan yakni: menilai kesesuaian program yang ada denga tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatkan perencanaan program memilih melaksanakan program serta menilai perubahan program. b. Pemahaman Terhadap Program Peserta Didik 1) Tingkat Kecerdasan Menurut Till ( 1971 ) golongan IQ diantara mereka( 0-20 atau 25 ) tergolong tidak dapat dididik dan dilatih. Mereka yang tergolong IQ antara 25-50 bisa dididik untuk melakukan kegiatan rutin yang sederhana atau untuk mengurus kebutuhan jasmaninya. Dua golonga ini oleh sebagian pakar Psikologi dan Pendidikan dinyatakan sebagai keterbatasan mental, lemah pikiran atau cacat mental. Golongan yang tergolong idiot imbicile adalah yang ber-IQ anatara 50-70 yang dikenal dengan golongan moron, yaitu keterbatasan atau keterlambatan mental.Mereka dapat dididik dapat belajar membaca, menulis berhitung sederhana dan dapat mengembangkan kecakapan bekerja secara terbatas. Mereka yang ber-IQ antara 70-90 disebut dengan ” anak-anak lambat” atau sebutan agak kasarnya adalah bodoh. Kelompok anak ini bisa dibantu oleh pemanfaatan metode, bahan dan alat yang tepat, disamping kesabaran guru. Golongan menengah (90-100) merupakan bagian yang paling besar jumlahnya. Mereka bisa belajar dengan normal. Kemudian diatas mereka adalah golongan diatas rata-rata yang memiliki IQ antara (110-130). Sedangkan istilah untuk orang yang memilki IQ 140 keatas disebut “genius” mereka mampu belajar jauh lebih besar dari golongan lainnya. Page 1 Kopetensi Guru PAI 2) Kreatifitas Kreatifitas merupakan pekerjaan orang yang kreatif, yakni menemukan sesuatu yang baik yang belum pernah ada maupun yang sebenarnya sudah ada. Kreatifitas bisa dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreatifitasnya. Jones (1957) menyatakan bahwa orang kreatif cenderung terbuka terhadap ide-ide baru. Dalam ringkasannya, Darley mengemukakan hal-hal berikut ini : a) Kreatifitas sering merupakan proses yang terdiri dari empat tahap, yaitu; persiapan, pengeraman, penjelasan dan pembuktian. b) Ada dua kondisi yang diperlukan untuk membuat seseorang menjadi kreatif, yaitu ketersediaan unsur-unsur yang yang bisa dikombinasikan sebagai cara baru dan adanya tujuan yang jelas. 3) Kondisi Fisik Kondisi Fisik anatara lain berkaitan dengan penglihatan, endengaran,kemampuan bicara, pincang ( kaki ) dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembanga pribadi mereka. 4) Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Piaget (sebagaimana dikutip seorang ahli pendidikan) mendeskripsikan perkembangan kognitif atas beberapa tahap. Empat tahap perkembangan yang dikemukakannya, dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut : a) Tahap-tahap yang berbeda itu membentuk suatu skuensial, yaitu attanan operasi mental yang progresif. b) Tahap-tahap itu merupakan suatu urutan yang hierarkhis, membentuk suatu taanan operasi mental yang makin mantap dan terpadu. c) Walaupun rangkaian tahap-tahap itu konstan, tahapan pencapaiannya bervariasi berkenaan dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu yang menggabungkan pengaruh pembawaan dan lingkungan. d) Walaupun banyak faktor yang meningkatkan atau menurunkan perkembangan kognitif, tetapi tidak mengubah skuansinya. c. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran, meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : 1) Identifikasi Kebutuhan Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilkinya. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melaluikegiatan pembelajaran. b) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar. c) Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhikebutuhan belajar. 2) Identifikasi Kompetensi Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran serta memberi peetunjuk terhadap penialaian. Oleh karena itu setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak ( thinking skill ). Uraian diatas mengisyaratkan bahwa pembentukan kompetensi melibatkan intelegensi question (IQ), melibatkan intelegensi (IQ), creatifity intelegensi (CI), yang keseluruhan harus tertuju pada pembentukan spiritual integensi (SI). 3) Penyusunan Program Pembelajaran Page 2 Kopetensi Guru PAI Penyusunan program pembelajaran akan bermaura pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajran jangka pendek, yang mencakupkomponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. d. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama ialah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu : 1) Pre-Tes ( tes awal ) 2) Proses 3) Post-Tes ( tes akhir ) e. Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belalar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program. f. Pengembangan Peserta Didik Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didikdapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain melalui ekstra kurikuler, pengayaan dan remidial, serta bimbingan dan konseling (BK). 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian sering juga disebut dengan kompetensi Individual, yang menyangkut sifat, watak, karakter, dan kebiasaan pribadi yang menyagkut diri seorang guru. Dalam Standar Nasional pendidikan penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. a. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,profesional dan dapat dipertanggungjawabkan, seorang guru dituntut memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap,kurang stabil dan kurang dewasa.Kondisi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji dan bahkan tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang merusak citra, harkat dan martabat guru. Diantara ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan (stimulus) yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi - tentu saja – sangat diperlukan. Maka untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental dan kedewasaan berfikir dan bertindak akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan itu mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikti pmbelajaran. Jika hal ini terus terjad,maka bukan hal mustahil akan berakibat terhadap rendahnya prestasi siswa dan hilangnya rasa hormat ( respect ) murid terhadap gurunya. b. Disiplin, Arif dan Berwibawa Jika dianalisa dalam teori dan praktek pendidkan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa. Guru yang mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin diri (self discipline). Untuk kepentingan terssebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; 2. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya; 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. c. Menjadi Teladan Bagi Peserta Didik Secara teoritis, menjadi teladan atau – dalam terminologi Islam – disebut dengan istilah “ Page 3 Kopetensi Guru PAI Uswah Hasanah “ merupakan bagian integral dari kepribadian seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan.Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu. Apakah model yang diberikan oleh guru harus ditiru sepenuhnya oleh peserta didik?Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik,tetapi setiap peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Oleh karena itu, tugas guru ialah menjadikan peserta didik sebagai peserta didik, sesuai potensi dan kemampuan yang dimilkinya, dan bukan memaksakan kehendak. d. Berakhlak Mulia Menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadiorang yang kepercayaan yang harus berakhlak mulia,kegiatan pembelajranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Makin efektif guru menangani setipa permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatakan nasihat dan kepercayaan diri. Disinilah pentingnya guru berakhlak mulia. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian, dan ilmu kesehatan mental, serta berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang mujahadah, yakni usaha sungguh-sungguh dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal ini setiap guur harus merapatkan kembali barisnya, meluruskan niatnya bahwa menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan dunia, tetapi lebih dalam dari itu, yakni untuk kebahagiaan di akhirat. Oleh karenanya, menjadi guru yang memiliki akhlak mulia(akhlak karimah) adalah sebuah keniscayaan. 3. Kompetensi Professional Kata Professional berasal dari kata “Profesi” Dalam Bahasa Inggris ada kata “Profession” dan “Profesus” dalam Bahasa Latin. Kata profesi memiliki banyak derivasi atau turunannya, diantaranya Profesional, Profesinalisme, dan Profesinalisasi. Istilah Profesi memiliki makna pekerjaan atau keahlian. Profesional merupakan sifat dari profesi. Guru profesional artinya guru yang ahli dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pelatih dan sebagainya. Kata ini seringkali diparodakkan dengan kata amatir. Profesional merupakan kebalikan dari amatir. Pemain sepak bola profesional kebalikan dari pemain amatir. Pemain profesional, - dikesani – sebagai pemain yang ahli dan dibayar.Sedangkan pemain amatir sebaliknya. ( Dedi Supriadi, 2002 ). Setiap guru, dituntut memiliki Kompetensi Profesional sebagaimana diamantkan dalam Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi Profesional guru dijabarkan sebagai berikut: a. Memahami Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi 8 (delapan) standar, yaitu : 1) Satandar isi 2) Standar proses 3) Standar kompetensi lulusan 4) Standar pendidik dan tenaga pendidikan 5) Standar sarana dan prasarana 6) Standar pengelolaan 7) Standar pembiayaan 8) Standar pembiayaan pendidikan b. 1) Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang meliputi : Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) Page 4 Kopetensi Guru PAI 2) Mengembangkan silabus 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 4) Melaksanakan pembelajaran dan kompetensi peserta didik 5) Menilai hasil belajar 6) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman c. Menguasai materi Standar, yang meliputi : 1) Menguasai bahan pelajaran (bidang studi) 2) Menguasai bahan pengayaan d. Mengelola program pembelajaran, yang meliputi : 1) Merumuskan tujuan 2) Menjabarkan kompetensi dasar 3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran 4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran e. Mengelola kelas, yang meliputi : 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran 2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi : 1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran 2) Membuat alat-alat pembelajaran 3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran 4) Mengembangkan laboratoriummenggunakan perpustakaan dalam pembelajaran 5) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar g. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi : 1) Landasan filosofis 2) Landasan psikologis 3) Landasan sosiologis h. Memahami dan pengembangan peserta didik, yang meliputi: 1) Memahami fungkan gsi pengembangan peserta didik 2) Meynelenggarakan ekstra kurikuler dalam rangka pengembangan peserta didik 3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik i. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang meliputi: 1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah 2) Menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi : 1) Mengembangkan rencana penelitian 2) Melaksanakan penelitian 3) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran k. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran 1) Memberikan contoh perilaku keteladanan 2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran l. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan 1) Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik 2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik m. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual, yang meliputi: 1) Memahami strategi pembelajaran individual 2) Melaksanakan pembelajaran individual Page 5 Kopetensi Guru PAI 4. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial memiliki makna kemampuan dalam bergaul dengan siapa saja dan dimana saja, terutama dalam upaya pengembangan dan peningkatan hasil pendidikan. Standar Nasional pendidikan, menjelaskan pasal 28 ayat ( 3 ) butir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektifd Sedikitnya terdapat tujuh potensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat, yaitu : 1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. 2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi 3) Mengetahui pengetahuan tentang inti demokrasi 4) Memiliki pengetahuan tentang estetika 5) Memilki apresiasi dan kesadaran sosial 6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan 7) Setia terhadap harkat dan martabat manuia b. Hubungan sekolah dengan masyarakat Dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara sekolah, pemerinth dan mayarakat. Realisasi tanggungjawab itu tidak dapat dilaksanakan apabila hubungan antara sekolah dan mayarakat tidak terjalin dengan sebaik baiknya. Husemas adalah suatu prose komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam peningkatan dan pengembangan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling mengerti antara sekolah, personal sekolah dengan masyarakat, Proses pengembangan hubungan sekolah dan masyarakat 1) Perencanaan program Perencanaan program hubungan sekolah dan masyarakt harus memperhatikan dana yang tersedia, ciri masyarakat, daerah jangkauan, sarana atau media dah teknik yang digunakan dalam mengaakan hubungan dengan masyarakat. 2) Pengorganisasian Pada dasarnya semua komponen sekolah ialah pelaksana hubungan sekolah-masyarakat. Oleh karena itu tugas tugas mereka perlu dipahami dan ditata, sehingga penyelenggaraan husemas dapat berjalan efektif dan efisien, 3) Pelaksanaan Dalam pelaksanan hubungan sekolah-masyarakat perlu diperhatikan koordinasi antara berbagai bagian dan kegiatan, dan didalam penggunaan waktunya perlu singkronisasi. 4) Evaluasi Husema dapat dievaluasi atas dua kriteria : pertma efektivitanya, yaitu sampai seberapa jauh tujuan itu dicapai. Kedua efisiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau yang potensial telah digunakan secara baik untuk kepentingan kegiatan hubungan masyarakat. c. Peran guru di masyarakat Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan mayarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut : 1) Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik –teknik Husemas. 2) Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat 3) Dalam melaksanakan tugas guru harus melaksanakan kode etinya. d. Guu sebagai agen perubahan sosial (agent of change) Page 6 Kopetensi Guru PAI Secara ideal, guru memang merupakan agen perubahan bagi mayarakat dimana saja. UNESCO mengungkapkan (merekomendasikan) bahwa, guru adalah agen perubahan (agent of change) yang mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu menembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak dan berkarakter, salah satu tugas guru adalah menterjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna kepada peserta didik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah, cara tersebut abtara lain diskusi, hadap masalah, bermain peran dan kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam, Jika kegiatan kegiatan dan metode metode pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif, maka akan mengembangkan kecerdasan spesial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. 5. Tujuan dan Manfaat standar kompetensi guru Tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya. Adapun manfaat disusunnya Standar Kompetensi Guru ini adalah sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan, terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga pendidikan. C. Peranan Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Kompetensi Guru Di akhir bagian ini, akan dikemukakan tentang peranan Kepala Sekolah dalam pengembangan kompetensi guru. Hal ini didasarkan bahwa kepala sekolah merupakan atasan langsung guru, dimana saja ia bertugas. Disamping itu, Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam membina karir dan kompetensi guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah berkenaan dengan pengembangan kompetensi gur adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa, kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu digarisbaahi bahwa, yang dimaksud dengan kompetensi professional disini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan diatas. Selanjutnya, dalam perseptif kebijakan pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai educator (pendidik), manajer, administator, supervisor (penyelia), leader (pemimpin), pencipta iklim kerja, dan wirausahawan. Merujuk kepada tujuh peran kepala sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan pengembangan kompetensi guru. 1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik) Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum disekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusa memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan fisien. 2. Kepala sekolah sebagai manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi professional dan Page 7 Kopetensi Guru PAI sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan diluar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. 3. Kepala sekolah sebagai administator Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4. Kepala sekolah sebagai supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hail supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunnggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran (tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan), selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk, sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danin (2002) mengemukakan bahwa, menghadapi kurikulum yang berisi perubahan perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sememntara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik. 5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientai pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hail studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat sifat sebagai berikut : jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan (E. Mulyasa, 2003) 6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivai untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip prinsip sebagai berikut: a. Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan. b. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para gurusehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut. c. Para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, d. Pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu waktu hukuman juga diperlukan. e. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan. 7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan Dalam menerapkan prinsip prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komperatif, serta memanfaatkan Page 8 Kopetensi Guru PAI berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan perunbahan yang inovatif di sekolahannya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya, Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan pean peran diatas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah khususnya, dan tataran mutu pendidikan Nasional pada umumnya, Insya Allah. Page 9