BAB I - UIN Repository

advertisement
1
ANALISIS PROGRAM ACARA INDONESIA MENGHAFAL DI
TPI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana komunikasi Islam (S.kom I)
Oleh:
ISMAIL MARZUKI
NIM : 106051001751
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA / 2011
2
ANALISIS PROGRAM ACARA INDONESIA MENGHAFAL DI
TPI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana komunikasi Islam
(S.kom I)
Oleh :
ISMAIL MARJUKI
NIM: 106051001751
Pembimbing,
Drs. H. Sunandar, M.A
NIP. 19620626 199403 1 002
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
3
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul
ANALISIS PROGRAM ACARA INDONESIA
MENGHAFAL DI TPI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 18 Maret 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si
Umi Musyarofah, MA
NIP.19630515.199203.1.006
NIP. 19710816 1999703 2 002
Anggota,
Penguji I
Penguji II
H. Zakaria, MA
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 197209072003121003
NIP. 19700903 199603 1 001
Pembimbing
Drs. H. Sunandar, MA
NIP. 19620626 199403 1 002
4
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasilkarya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Srata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Maret 2011
Ismail Marjuki
5
ABSTRAK
Ismail Marjuki
106051001751
Analisis program Acara Indonesia Menghafal Di TPI
Televisi bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium paling
berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas.
TPI sebagai salah satu stasiun televisi juga memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Terlebih lagi TPI banyak
menghadirkan acara tayangan program keagamaan, banyaknya acara di TPI
membuat penulis memilih acara Indonesia Menghafal salah stunya proses
komunikasi yang berlangsung di acara ini bersifat mendidik dan memberikan
informasi sangat baik, mengajarkan Al-quran bagi masyarakat yang mengikutinya
secara langsung maupun tidak langsung.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana format pada program
Indonesia Menghafal, serta ingin mengetahui bagaimana proses produksi acara
Indonesia Menghafal ditinjau dari Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu
menuangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian
menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Dengan subjek penelitiannya adalah
Stasiun TPI dan objek penelitiannya Acara Indonesia Menghafal yang di isi Oleh
Ustadz Yusuf Mansur.
Penelitian ini menggunakan teori menurut Maxure K. Dan Reed bahwa
proses produksi mempunyai kewajiban merubah konsep atau ide didalam naskah
menjadi program yang terpadu, menarik, kreatif, dan efektif untuk ditayangkan.
Begitu juga dalam produksi acara Indonesia Menghafal mempunyai kewajiban
untuk mengubah ide didalam naskah agar menjadi sebuah tayangan yang menarik
untuk di tonton.
Acara Indonesia Menghafal merupakan salah satu acara dengan dialog
interaktif. Dalam proses Produksi acara ini memiliki tahapan yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu, Pra Produksi, Produksi, Pasca produksi Pra produksi yaitu
pemilihan tema dan penentuan pengisi acara. Produksi yaitu dilakukan secara
langsung dan tunda dimesjid yang telah ditentukan dan durasi 90 m dibagi
menjadi 6 segmen, sedangkan pasca produksi yaitu proses editing.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT sang penguasa alam raya beserta isinya,
atas perkenan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Program Acara Indonesia Menghafal Di TPI”, sebagai salah satu
persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
Penulis sangat menyadari dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini
banyak sekali hambatan dan rintangan yang menghadang, mulai dari persoalan
teknis pengumpulan data sampai pada perasaan malas yang kerap kali
menghinggapi diri penulis. Namun pada akhirnya penulis dapat mengatasi semua
persoalan tersebut, tentu saja atas bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.
Untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga
kepada :
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H.
Mahmud Jalal, M.A, Pudek III Drs. Studi Rizal LK, M.A.
3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Bapak Drs. Sunandar selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya selama penulis menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
7
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga peneliti dapat
mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian
skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku
literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Orangtua tercinta, yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam mengarungi
pahit dan getirnya perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan
peneliti, mulai dari sekolah dasar sampai kejenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan selalu memberikaan do‟a restu serta dukungan yang mendalam
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak dan Adik ku tersayang, Sanih Astuti, Sholihin, Jamaluddin Yahya
dan Anita Rahayu yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan moril maupun materil.
10. Najwa, Najifah, Jahra keponakanku yang lucu-lucu dan selalu memberikan
semangat kepada peneliti dikala kejenuhan mulai dirasakan.
8
11. Teman-teman KPI A angkatan 2006 yang senantiasa saling berbagi dalam
suka dan duka selama menjalani perkuliahan ini serta selalu memberikan
dukungan dan nasihat positif. Terimakasih atas persahabatan yang telah
kalian berikan, semoga kita bisa menjadi sahabat selamanya.
12. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan jurusan KPI B, C dan D, 2006
yang tidak pernah terlupakan selama mejalani perkuliahan ini.
13. Bapak Panji Sanjaya sebagai Produser, yang telah membantu penulis
untuk mendapatkan data-data mengenai Program Indonesia Menghafal.
14. Semua teman-teman KPI angkatan 2006 khususnya Kelas A yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-persatu, dengan kebersamaan dan kekeluargaan
yang telah menciptakan suasana damai di hati, damai di bumi dan di bulan.
15. Teman-teman KKS Desa Cibatok : Ahmad Rifai, Ane Kristiani, Abdul
Basit, Ade, Dhoni, Shofi, Eka, Ami Asyami, Siti Rabiatul Badriah, Haikal,
Bojay, Ahmad Fauji, Agan Yuliagandi
16. Abdul Rohman, Shulhan Rumaru, Dani Idulfitri,Davit Noviardi, Asyami,
Faiz Rumaru, Putri, Siti Robiatul Badriah Dll…yang dengan penuh
keakraban membawa suasana menjadi riang dan tidak membosankan dan
sudah dengan senang hati menjadi teman curhat atas segala permasalahan
yang penulis hadapi. Sukses buat semuanya.
Penulis berharap dan berdoa kepada Allah SWT, semoga amal baik mereka
di balas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
9
Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan
dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.. Untuk itu penulis berharap
karya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Bogor, 14 Maret 2011
Ismail Marzuki
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
10
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Televisi ............................................................ 10
1. Pengertian Televisi ................................................................... 10
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi ........................................ 12
B. Program Siaran Televisi ................................................................ 14
C. Produksi Program Televisi ............................................................ 17
D. Unsur-unsur Dakwah .................................................................... 24
1. Subjek Dakwah ........................................................................ 24
2. Objek Dakwah .......................................................................... 27
3. Materi ....................................................................................... 28
4. Metode ...................................................................................... 31
5. Media Dakwah ......................................................................... 33
6. Tujuan Dakwah ........................................................................ 35
11
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum TPI Sejarah dan Perkembangannya ................ 38
B. Visi dan Misi Televisi Pendidikan Indonesia ............................... 50
C. Struktur
Organisasi
Perusahan
Televisi
Pendidikan
Indonesia ....................................................................................... 52
D. Profil Ustadz. Yusuf Mansur Sebagai Tokoh Sentral Acara
Program Indonesia Menghafal ...................................................... 53
1. Riwayat Hidup Yusuf Mansur ................................................. 53
2. Perjalanan Dakwah Yusuf Mansur ......................................... 57
3. Kegiatan Dakwah Yusuf Mansur ............................................. 60
E. Gambaran Umum Program Indonesia Menghafal ........................ 65
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Lahirnya Program Indonesia Menghafal ......................... 67
B. Desain Produksi Program Indonesia Menghafal .......................... 69
1. Ide / Gagasan ............................................................................ 69
2. Sasaran Program ....................................................................... 70
3. Tujuan program ........................................................................ 70
C. Proses Produksi dan Penayangan Indonesia Menghafal ............... 70
1. Proses Produksi Indonesia Menghafal ..................................... 70
2. Format Acara Indonesia Menghafal ......................................... 75
3. Materi Acara Indonesia Menghafal .......................................... 78
12
4. Pengisi Acara Indonesia Menghafal ......................................... 79
5. Jadwal Penayangan Acara Indonesia Menghafal ..................... 83
6. Aspek Marketing dan Rating ................................................... 83
D. Kelebihan dan Kelemahan Program Indonesia Menghafal .......... 86
a. Faktor Penghambat atau Kendala ............................................. 88
1. Faktor teknis ........................................................................ 88
2. Faktor non-teknis ................................................................. 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 90
B. Saran- saran ................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98
LAMPIRAN ............................................................................................... …… 100
BAB I
PENDAHULUAN
13
A. Latar Belakang Masalah
Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama didepan
pesawat televisi dibandinggakn dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol
dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang TV adalah teman, TV
menjadi cermin prilaku masyarakat dan TV dapat menjadi candu. TV membujuk
kita untuk mengonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. TV memperlihatkan
bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita
ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, TV mampu memasuki relung-relung
kehidupan kita lebih dari lain1
Kata televisi terdiri kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan
kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa latin. Televisi berarti
suatu system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak
jauh2
Dewasa ini, televisi merupakan media massa yang sangat popular ditengah
masyarakat. Ia hampir ada disetiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan
kamar. Televisi kini telah menjadi kotak ajaib yang secara khusus berada diruang
1
Morisan, M.A, Jurnalistik televisi mutakhir, (Jakarta : Kencana 2008, Penrbit Prenada
Media Group, 2008), cet. ke. 1. h 1
2
P.C.S Sutiso. Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Vidio, (Jakarta:
PT.Grasindo. 1993).cet, ke-1.h. 1
14
rumah, yang merupakan produk tekhnologi yang paling banyak menerima “gelar
kehormatan”, seperti “jendela dunia”, “kotak dungu”, atau institusi hybrid”.3
Tak bisa dibantah, televisi punya banyak keunggulan ketimbang jenis
media masa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio-visual.
Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat
visual. Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan
imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktualitas
peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada para
pemirsa dari pada surat kabar, radio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak,
televisi menjangkau juataan pemirsa ketimbang surat kabar dan radio atau majalah
yang hanya menjangkau ratusan ribu pembanca. Keempat, efek cultural televisi
lebih besar dari pada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya
bagi pembentukan prilaku proposisi dan antisosial anak-anak4.
Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila
sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang
sudah terpengaruh oleh televisi. Manusia yang sudah terbiasa dengan televisi
berarti manusia yang memiliki ekstensi dari mata dan telinganya.
Keberadaan produk tekhnologi berupa televisi telah menjadi semacam
produsen kebudayaan. Dilayar “Kotak ajaib” tersebut, selain informasi dan
3
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Mengembangkan Tabligh Melalui
Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Filem dan Media Digital). (Bandung: Benang merah
Press,2004), cet. Ke-1, h. 7374
4
KH. Miftah Faridd, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,
(Bandung: Pusat Press,2000), cet. Ke-1,h. 87
15
hiburan, serta pendidikan, televisi juga tempat pencitraan, dan pengemasa
sesuatu5.
Media televisi sebagai sarana tayang realitas social penting, artinya bagi
manusia untuk memantau dalam kehidupan sosialnya. Dapat diketahui juga siaran
televisi dapat memberikan pesan yang bersifat informasi yang telah dikonsep atau
dikemas dengan sebaik mungkin, baik siaran langsung (live), atau rekaman
(Relay). Sehingga siaran yang berisikan pesan-pesan yang bersifat informasi atau
yang berbentuk dakwah akan mendapat menfaat dan pelajaran bagi pemirsanya.
Adapun alasan penulis mengambil judul ini karena proses komunikasi
yang berlangsung di acara ini bersifat mendidik dan memberikan informasi sangat
baik, mengajarkan Al-quran bagi masyarakat yang mengikutinya secara langsung
maupun tidak langsung. Tak heran jika sekarang tidak sedikit masyarakat yang
merasakan pentingnya meningkatkan iman dan taqwa serta lebih mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta.
Sebuah acara religi bertajuk „Indonesia Menghafal‟ yang dibimbing oleh
Ust. Yusuf Mansyur ini hadir di layar TPI. Dalam acara ini, Ustadz Yusuf
Mansyur mengajak pemirsa di seluruh nusantara untuk belajar menghafal Al
Quran dengan pendekatan yang unik sehingga mudah untuk diikuti oleh segala
lapisan masyarakat. ini mendorong TPI untuk selalu memperkaya wawasan
pemirsa mengenai keagamaan melalui berbagai program religi. Terutama dengan
hadirnya
program
terbaru,
„Indonesia
Menghafal‟.
Program
„Indonesia
Menghafal‟, merupakan salah satu media bagi umat Islam dalam menghafal ayat-
5
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam h. 74
16
ayat suci Al Quran melalui bimbingan atau pola hafalan yang diberikan oleh
Ustadz Yusuf Mansyur. Ustadz yang sudah dikenal oleh masyarakat dan
merupakan pendiri pesantren tahfiz Al Quran yang sudah banyak menghasilkan
anak-anak dan generasi muda menjadi seorang Hafiz (penghafal Al Quran).
Dalam penyusunan strategi pada suatu program acara diperlukan konsep
yang baik untuk melaksanakan dakwah secara propesional. Melalui konsep ini
diharapkan dapat mengerahkan potensi sumber daya kedalam rangkaian kegiatan
mencapai tujuan yang ditetapkan.6
Melihat latar belakang bahwa televisi merupakan sarana efektif dalam
menyampaikan pesan Islami melalui program yang ditayangkan, hal inilah yang
membuat penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi : Analisis program
Acara Indonesia Menghafal Di TPI.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam hal ini penulis membatasi hanya pada program Indonesia
menghapal di TPI selama Bulan Mei-Juli :
Berdasarkan batasan diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana format pada program acara Indonesia Menghafal ?
2. Bagaimana proses produksi pada program acara Indonesia Menghafal
ditinjau dari pra produksi, produksi, paska produksi ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
6
M.Solly Lubis, Umat Islam dalam Globalisasi,(Jakarta: Gema Insani press),cet ke-1
17
a. Tujuan Teoritis
Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, dan menjadi masukan bagi
institusi penyelenggara siaran televisi mengenai penggunaan media massa
(televisi) untuk kepentingan dakwah Islam dan sekaligus menambahkan
khazanah serta referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dijurusan
Komunikasi Penyiaran islam UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
b. Tujuan Praktis
1. Untuk mengetahui format pada program Indonesia Menghafal
2. Untuk mengetahui proses produksi pada program Indonesia
menghafal yang ditinjau dari pra produksi, produksi, dan pasca
produksi.
3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Program Indonesia
Menghafal.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, dan akan menambah jumlah
studi mengenai penggunaan media massa (televisi) untuk kepentingan
dakwah islam
2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah
wawasan berbagai kalangan, seperti : teoristis, praktis dan atau aktivis
dakwah islam pada umumnya serta para pengelola stasiun televise
khususnya yang menjadi televisi sebagai sarana dakwah
18
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Taylor adalah sebagai prossedur sebuah penelitian yang
menghasilkan data deskriftif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau
perilaku yang diamanati7. Mengenai sumber data utama dalam penelitian kualitatif
menurut Lofhan ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lainnya8.
1. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang diperlukan9. Tekhnik yang peneliti gunakan dalam observasi adalah yang
sifatnya langsung. Langsung dengan mengikuti pelaksanaan produksi program
acara Indonesia Menghafal dan sifatnya tidak langsung yakni dengan
mengamati di televisi dan VCD. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data
mengenai program Indonesia Menghafal yang meliputi : Format, Materi,
Presenter atau host, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Program
Indonesia menghafal
b. Wawancara, wawancara dilakukan kepada produser Indonesia menghafal
karna produser merupakan orang yang berperan penting dalam memproduksi
program ini. Selain itu juga mengetahui banyak hal mengenai alasan
pemilihan tema pengisi acara dan lain sebagainya.
7
Lexy j. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya,2002),h. 4
Lexy j. moleong, Metode Kualitatif,h. 157
9
Winarno Surahmad, Dasar-dasar Tekhnik Penelitian (Bandung:CV, Tarsita,1989), h.
8
19
c. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh dengan dokumedokumen10. Pengumpulan data ini dilakukan berdasarkan dokumen, literatus
buku, rundown, VCD , Catatan, serta fasilitas lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
2. Subyek dan Obyek penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan11.
Yang menjadi subjek penelitian adalah stasiun TPI . Sedangkan yang menjadi
objek penelitiannya adalah Porgram acara Indonesia Menghafal. Sumber data
adalah mereka yang memberikan Informasi mengenai objek penelitian.
3. Tekhnik Analisa Data
Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis, dan hasil
analisis kemudian hal-hal yang terasa kurang pas, peneliti kritisi. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu pelaporan data yang
menerangkan,
memberi
gambaran
dan
mengklarifikasikan
serta
menginterpretasikan data yang tekumpul apa adanya, kemudian disimpulkan.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa skripsi yang telah meneliti di stasiun-stasiun TV seperti
TVRI, Dan RCTI, INDOSIAR diantaranya :
1. Analisis Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta yang diteliti oleh Nurul
Mardhiyah Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dalam skripsi
ini menganalisa pada program Teletilawah.
10
11
Husaini Usman, et al. Metodologi Penelitian Social, (Jakarta: Bumi Aksara,2003),cet.
Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Wali Press,1968),h.92
20
2. Analisi Produksi Program Drama Komedi Situasi (STIKOM) “OB” Office
Boy di RCTI yang diteliti oleh. Yofy Andres. Mahasiswa jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam tahun 2008. Dalam skripsi ini menganalisa program Drama
Komedi Situasi (STIKOM) “OB” Office Boy.
3. Analisis Program Cahaya Hati di Stasiun TPI. Yang diteliti oleh. Iwan.
Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi
ini menganalisa Analisis Program Cahaya Hati di Stasiun TPI.
4. Efektivitas Sinetron Televisi Sebagai Media Dakwah “Studi Atas Sinetron
Titipan Ilahi Indosiar” yang diteliti oleh. Sulhayasari. Mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi ini menganalisa
program sinetron Titipan Ilahi Indosiar.
Sedangkan judul skripsi penulis ”Analisis Program Acara Indonesia
Menghafal di TPI”
Pada skripsi ini penulis membahas tentang format
program Indonesia Menghafal serta seperti apa proses pelaksanaannya terkait
dengan perencanaan sebelumnya dan proses produksi pada program Indonesia
Menghafal ditinjau dari pra produksi, Produksi dan pasca produksi.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penulisan sekripsi ini sistematis, untuk itu penulis
membaginya menjadi lima Bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai
berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
21
Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, manfaat penelitian, metodelogi penelitian,
tinjauan pustaka, sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Memuat tentang tinjauan tentang televisi, sejarah dan
perkembangan televisi, Program televisi, Unsur-unsur dakwah.
BAB III
GAMBARAN
UMUM
STASIUN
TELEVISI
PENDIDIKAN INDONESIA (TPI )
Memuat tentang sejarah perkembangan dan program agama
Islam Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Visi dan Misi
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Struktur Organisasi
Perusahaan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Profil Ustadz.
Yusuf Mansur Sebagai Tokoh Sentral Acara Program
Indonesia Menghafal, Gambaran umum Program Indonesia
Menghafal
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sejarah Lahirnya Program Indonesia Menghafal, Desain
Produksi Program Indonesia Menghafal, Proses Produksi dan
Penayangan Indonesia Menghafal, Faktor Pendukung dan
Kendala, Respon Masyarakat Terhadap Tayangan Program
Indonesia Menghafal di TPI
BAB V
PENUTUP yang membahas kesimpulan dan saran-saran
22
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan Tentang Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari bahasa yunani “tele yang berarti jarak jauh dan
“Vision” yang berarti penglihatan.12 Adapun pengertian televisi ini, dari segi
jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan dari segi penglihatan oleh gambar.
Maka dari sinilah televisi dapat dikatakan media massa yang bersifat audio visual.
Televisi dalam Ensiklopedi Nasional mempunyai pengertian, televisi adalah
pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan
dengan pelantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi
bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang
mengubah pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik, kabung
kamera tersedia dari berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki
dua bagian penting yakni pemukaan muka cahaya, peka cahaya berpungsi untuk
mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris.
Berkas dibangkitkan oleh penambah electron kemudian dipindahkan keseluruh
permukaan bermuatan listrik.13
Kamus besar indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai berikut:
televisi adalah pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak yang
disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
12
Lathief Royidi, Dasar-dasar Retorika komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma
Rainbon,1989
13
Ensiklopedi Nasionl Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Jilid 16),cet. Ke-1, h
10
23
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat
dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukan, berita
dan sebagainya.14
Maurice Gorhan yang dikutip ton Kertapati mendefinisikan, televisi adalah
penyampaian gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimanya secara
simultan ditempat tertentu yang jauh.15
P.C.S. Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV
dan Vidio (1993), mendefinisikan pengertian televisi:
“Televisi hendaknya merupakan sesuatu system komunikasi yang
menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat,
berurutan, dan diiringi unsur audio”16
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi adalah
televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat
juga disalurkan melalui kabel. Dalam system transmisi gambar dan suara yang
dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik
dan selanjutnya ditransmisi melalui pemancar, gelombang elektromagnetik ini
diterima oleh system antenna yang menyalurkan pesawat penerima.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa televisi
adalah alat atau benda untuk menyirkan siaran-siaran yang mebawakan suara dan
14
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), h. 191.
15
Ton Kertapati, Dasar-dasar publisistik dalam perkembangan di Indonesia menjadi
ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986),cet. Ke-3, h. 59
16
P.C.C. Sutisno, Pedoman Praktis, Penulisan Scenario TV dan Vidio, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993), cet, ke-1,h,1
24
gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat
gambar yang disajikan.
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi
Televisi secara harfiah artinya “Melihat dari Jauh”. Dalam pengertian
sederhana meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi
mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View) bersama dengan sinyal
suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada
jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal
dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi
tadi dapat dilihat dan di dengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan
mendengar dari tempat yang jauh.17
Televisi muncul tahun 2953, dari sebuah bagian Departemen penerangan,
didorong oleh perusahaan-perusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang, yang
berlomba-lomba menjual hardware-nya. Menjelang Asian games ke-4 dijakarta
pada 1962, Soekarno dan kabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan
alasan reputasi internasional Indonesia tergantung kepada pekan olah raga yang
disiarkan, terutama kejepang (Yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an).18
Televisi sebagai media yang muncul setelah media cetak dan radio,
ternyata memberikan nilai yang menakjubkan dalam sisi pergaulan hidup manusia
saat sekarang baik terhadap pola prilaku, pola piker, budaya dan sebagainya.
17
Ciptono Setyobudi, Pengantar telhnik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta, Penerbit
Graha Ilmu, 2005),h.
18
Muhammad Mufid, M.Si, Komunikasi dan regulasi Penyiaran, (Jakarta:
Kencana,2007),cet, ke-2,h. 47
25
Dewasa ini hampir setiap Negara memiliki stasiun pemancar televisi
sendiri. Bahkan pemirsa dirumah dapat menikmati siaran dari berbagai penjuru
dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.
Di Indonesia telivisi sebagai media penyiaran dimulai tanggal 24 Agustus
1963, yakni bertepatan dengan berlangsungnya pesta olah raga se Asia atau Asian
Games ke-IV disenayan. Namun seiring berjalannya waktu, Industri pertelevisian
di Indonesia berkembang pesat. Bermula dari satu stasiun televisi milik
pemerintah, kini muncul belasan stasiun televisi swasta yang tidak hanya dijakarta
tetapi juga didaerah.
Bagi masyarakat Indonesia, sekarang televisi bukan barang baru lagi. Hal
ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus meningkat dari
tahun ketahun apalagi dengan perbaikan tekhnologinya, seperti mulai hitam putih
menjadi bewarna, mulai dengan pemancar microwave menjadi penggunaan satelit
sehingga jangkauan areanya lebih luas, mulai dengan TVRI menjadi beragam
seperti : RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV,
GLOBAL TV, TRANS TV, TRANS 7, O CHANEL, TV ONE, DA‟I, TV
SPACETONE, Jak Tv dan Lain-lain.
Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari ditengah masyarakat
Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam, dari yang
bersifat hiburan, pendidikan dan sebagainya.
26
B. Program Siaran Televisi
Dalam Kamus Besar Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudyaan (1988), program adalah seperti pertunjukan siaran, pagelaran dan
sebagainya.19 Program adalah acara, atau rancangan yang akan disiarkan
ditelevisi.
Menurut P.C.S. Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan
Scenario televisi dan Vidio, mendefinisikan program televisi ialah bahan yang
telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur
audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi
standar estetik dan artistic yang berlaku.20
Ada Empat yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program siaran
televisi, yakni :
1.
Pola siaran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih dahulu
harus menyiapkan pola siaran. Programer akan mengumpulkan terlebih dahulu
referensi-referensi yang diperlukan: kebijakan siaran dari pemimpin stasiun
televisi, persoalan sosial budaya yang berkembang ditengah masyarakat,
jangkauan siaran, hasil jajak pendapat penonton, pemasok-pemasok program,
dan tentunya analisis bahan siaran yang mengacu pada kebijaksanaan umum
televisi.
2. Arahan pola siaran. Untuk memolekan suatu acara siaran dibutuhkan wawasan
arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan memperkuat
posisi perusahaan atau instansi pertelevisian bersangkutan.
19
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1998), cet ke-1, h. 702
P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan
Audio,(Jakarta:PT.Grasindo,1993),cet. Ke-1,h 9
20
27
Ada empat pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu :
a) Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan
pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
b) Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan kehidupan
bangsa.
c) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
d) Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai prikehidupan bangsa
Indonesia yang beraneka ragam.
3. Perubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan. Karena,
perubahan acara yang sering dilakukan dapat mengurangi simpati penonton.
Penonton biasa menilai bahwa stasiun bersangkutan tidak professional, dan
bisa berakibat penonton bisa meninggalkan saluran stasiun tersebut untuk
berpindah kesaluran lain. Ada dua alasan mengapa ada perubahan pola acara?
Pertama, penempatan susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat.
Dengan kata lain, ada kesalahan dalam menganalisis strategi sasaran yang
ingin di capai, yaitu tepat waktu penyiaran dan tepat diperhatikan penonton.
Kedua, ada acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun yang satu
dengan yang lainnya. Acara yang satu dinilai lebih unggul dari pada yang lain
pada waktu yang sama. Akibat benturan ini acara bisa dihentikan
penyiarannya, lalu diganti dengan judul acara lain untuk “bertanding”
melawan acara di stasiun lainnya.
28
4. Sistem penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan system
penempatan program siaran, masing-masing adalah:
b. Program tahunan, perencanaan program tahunan berpijak pada tahun
berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.
c. Program pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran dalam
setiap minggunya.
d. Program harian. Penyusunan program harian didasarkan pada beberapa
banyak bahan siaran yang tersedia. Ketersediaan bahan ini bisa berupa
bahan siaran jadi, bisa pula berupa bahan siaran yang harus diproduksi
terlebih dahulu.21
Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan
dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan
program siaran televisi, yaitu:
1. Landasan Filosofis yang mendasari tujuan semua program
2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program
3. Sasaran program
4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program
5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha
yang optimum.
21
RM Soeharto, Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta:
IKJ Press,2007),cet. Ke-1, h. 5-15
29
C. Produksi Siaran Televisi
Produksi adalah pengubahan bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan
visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi pertelevisian.22 Produksi
program televise memiliki berbagai macam format dan materi. Beberapa
diantaranya terkadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda.
Setiap materi program mendapatkan perlakuan khusus berdasarkan karakteristik
dan spesifikasinya. Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi
penyiaran yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.23
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser akan
dihadapkan pada lima hal yaitu: materi produksi, sarana produksi, biaya produksi,
organisasi produksi dan tahapan pelaksanaan produksi.
1. Materi Produksi
Bagi seorang produser, materi produksi bisa berupa apa saja. Kejadian,
pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang
dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser profesional
dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada dihadapannya
akan menjadi materi bahan produksi yang baik atau tidak. Seorang produser
ketika ia berhadapan dengan suatu karya cipta, seperti musik, lagu atau
lukisan, gagasannya mulai bergerak. Bahan yang ada dihadapannya akan
merangsang kepekaan kreatifnya.
22
Darwanto sastro soebroto, Televisi Sebagai Media pendidikan, (Yogyakarta: Duta
wacana,1995).h.125
23
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta: Grasindo,1997),cet
ke-1,h.24
30
2. Sarana Produksi
Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide
menjadi konkrit, yaitu hasil produksi. Tentu diperlukan kwalitas alat standar
yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya
peralatan itu mendorong kelancaran seluruh persiapan produksi. Produser
menunjuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya seluruh
peralatan yang diperlukan.
Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi,
yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit
peralatan pencahayaan. Setiap unit memiliki daftar peralatan sendiri gunanya
untuk mengecek perlengkapa peralatan setiap kali akan dipakai produksi dan
diteliti kembali setelah produksi (Shooting) selesai dan harus dikembalikan
lagi dengan lengkap. Kreatifitas sangatlah diperlukan dalam penggunaan
peralatan produksi karena akan berdampak pada biaya produksi. Proses kreatif
ditentukan bukan oleh peralatan melainkan oleh kemauan.
3. Biaya Produksi
Perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua
kemungkinan :
a. Financial Oriented
Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan
keuangan yang ada. Jika keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu
untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi.
31
b. Quality Oriented
Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas
hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, orientasi budget semacam ini
biasanya produksi prestige produksi yang diharapkan keuntungan besar baik
dari segi nama maupun financial.
Banyak factor yang tak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi
seperti, hujan, lingkungan yang tidak mendukung, musim bila produksi
dilakukan diluar studio, kecelakaan dalam shooting atau kerusakan dan
kehilangan peralatan yang harus diganti. Oleh karena itu, biaya produksi
hendaknya disiapkan pos tidak terduga biasanya minimal sebesar seperempat
dari total biaya produksi atau bagi produser yang tidak berani spekulatif
biasanya mengalokasikan sepertiga.
4. Organisasi Pelaksana Produksi
Suatu produksi program Televisi merupakan satuan kerja yang akan
menangani proses produksi secara bersama-sama sampai hasilnya disiarkan.
Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbeda tapi tetap memiliki tujuan
yaitu menghasilkan produksi yang disiarkan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan. Agar pelaksanaan produksi lancar, produser harus memikirkan
juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang tidak disusun secara rapi
akan menghambat jalannya produksi. Adapun bagan Organisasinya sebagai
berikut:
32
Tabel I
Bagan Organisasi
Program
Director
Ass. Program
Director
Floor Director
Art Director
Property
Swicher
Make Up
VTR
Sound Mixerr
Cameraman
Lighting
manr
CGO
TD
Costume
33
1. Program Director / Pengarah Acara : Memimpin dan mengarahkan
pelaksanaan tekhnis produksi, mulai dari pra produksi, produksi, sampai
dengan pasca produksi. Memimpin rapat secara teknis. Merencanakan
bentuk pengambilan gambar dan pergerakan kamera dalam bentuk
recording plan. Mengarahkan dan melaksanakan proses produksi kepada
kerabat kerja/ tim produksi dan pengisi acara.
2. Ass. Program Direktor :
Mendampingi dan membantu PD dalam
melaksanakan tugasnya, mengingatkan PD akan waktu yang tesedia, dan
memberikan masukan kepada PD demi kelancaran acara, system PD biasa
digunakan di TVRI, karena siaran yang berbentuk langsung membutuhkan
konsentrasi tinggi. Mempersiapkan susunan nama-nama pemain dan
kerabat kerja.
3. Floor Direktor : Mampu berkomunikasi dengan baik kepada seluruh
kerabat
kerja
produksi.
Melaksanakan
koordinasi
dalam
studio
berdasarkan permintaan PD, dengan memberikan cue yang diperlukan
kepada crew dan pengisi acara saat produksi berlangsung.
4. Art. Director : Merencanakan fasilitas artistic seperi dekorasi, property,
graphic, tata arias dan busana serta menyusun anggaran biaya.
5. Property: Menyediakan seluruh kebutuhan Property / perlengkapan yang
mendukung suatu acara.
6. Make up : Membuat dasain dan melaksanakan tatarias terhadap pengisi
acara sesuai dengan tuntutan persyaratan teknis dan artistic.
34
7. Switcher : Bertugas menyiapkan video mixer untuk mengatur dan
memadukan gambar sesuai dengan permintaan PD.
8. VTR / Vidio Tape recorder : Megoprasikan peralatan rekam audio visiual
dan melakukan pengisian time code.
9. Sound Mixer : Mengoprasikan audio yang digunakan, memasang mic dan
peralatan pendukung lainnya.
10. Cameramen : Mengoprasikan kamera, crame, dolly, pedestal, steadycam,
dan melaksanakan perintah jenis dan tipe lampu, dan mengatur
pencahayaan.
11. Lightingman : Mengoprasikan penataan cahaya, merencanakan pemakaian
lampu, menentukan jenis dan tipe lampu, dan mengatur pencahayaan.
12. CGO
/
Character
Generator
Operator
:
Mempersiapkan
dan
mengoprasikan peralatan computer character generator, mengerjakan
kredit title, dan subtitle, serta menampilkan gambar grafis hasil rancangan
graphic designer.
13. TD / Tecchnical Direktor : Menentukan kelayakan teknis produksi,
memeriksa peralatan kesiapan, system dan instalasi produksi serta
mengawasi pengoprasian produksi.
14. Costume : Membuat dsain dan menyediakan kostum sesuai dengan
kebutuhan produksi acara.
5. Tahap Pelaksanaan produksi
Tahap pelaksanaan produksi suatu program televisi yang melibatkan
banyak peralatan, orang dan juga biaya yang besar, selain memerlukan suatu
35
organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas
dan efisien. Tahap produksi program televisi yang biasa disebut Oprasional
Procedure (SOP), adalah sebagai berikut :
a. Pra Produksi (Perencanaan dan Persiapan)
Perencanaan meliputi waktu time schedule, penyempurnaan naskas,
pemilihan artis, lokasi, alokasi biaya dan crew, persiapan meliputi
pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat.
b. Produksi (Pelaksana)
c. Produksi adalah seluruh kegiatan liputan (Shooting) baik dalam studio
maupun diluar studio, baik dari tahap set up dan rehearsal sampai general
rehearsal.24 Proses produksi juga ada secara record disebut taping.
Setelah proses perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi
bias dimulai. Produser bekerja sama dengan para pengisi acara dan crew
mencoba mewujudkan apa yang direncanakan yang tertulis dalam script
menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.
d. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penayangan)
Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan /Shooting/ taping
sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar
kembali. Yang termasuk paska produksi antara lain editing (Penyutingan),
manipulating (Pengisian suara), subtitle, title, ilustrasi dan efek.25
Pelaksanaan produksi dapat dibagi menjadi empat karakteristik :
24
Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure produksi. (Jakarta : PT,
TVRI,2008)
25
JB. Wahyudi, Tekhnologi informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,1992),h.27
36
1) Diproduksi sekaligus dan disiarkan secara langsung, baik didalam
studio maupun diluar studio.
2) Diproduksi dengan berbagai kamera dan pelaksanaannya tidak sesuai
dengan naskah, jenis ini dapat dilakukan baik didalam maupun diluar.
3) Diproduksi dengan beberapa kamera dan alat perekam gambar.
4) Diproduksi hanya menggunakan kamera jinjing, baik set dekorasinya
atau lokasinya disuatu tempat atau berpindah-pindah.26
Keempat karakter produksi tersebut diatas, tiga diantaranya masih
memerlukan penyelesaian tahap akhir yaitu pengeditan, sedangkan yang
pertama tidak memerlukan tahap editing karena siarannya secara langsung
dan dapat langsung dinikmati oleh penonton.
Menurut lokasi atau tempatnya produksi siaran dapat menjadi tiga :
1) Produksi diselenggarakan sepenuhnya didalam studio
2) Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan diluar studio
3) Produksinya merupakan gabungan didalam dan diluar studio.27
D. Unsur-unsur Dakwah
1. Subjek Dakwah
Berbicara masalah dakwah. Maka tidak dapat dipisahkan dari subjek
dakwah dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari sudut prosesnya.
26
Darwanto Sastro Soebroto, produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana,
1994),h. 125-126
27
Darwanto Sastro Soebroto, produksi Acara Televisi, h.47
37
Namun penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang subjek dakwah.
Subjek dakwah dinamakan da‟i, juru penerang, mubaligh, dan lain sebagainya.
Da‟i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku
dan penggerak kegiatan dakwah, da‟i menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan atau kegagalan dakwah.
Adapun pengertian da‟i adalah ”Orang yang menyeru, memanggil,
mengundang, mengajak”.28 Pada dasarnya da‟i adalah penyeru kejalan Allah,
pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan
terwujudnya sistem islam dalam realitas kehidupan umat manusia.29 Sebagai
penyeru kejalan Allah, da‟i tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas
mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran islam kepada masyarakat
dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman
yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada
kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus
menghadapi tantangan yang berat.30
Menyeru kejalan Allah tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap
muslim dimanapun mereka berada menurut kadar kemampuannya. Jadi, setiap
muslim adalah da‟i sebagaimana firman Allah :
28
A.H.
Hasanuddin.Retorika
Dakwah
dan
Kepemimpinan.(Surabaya:Usaha Nasional, 1983). Cet, ke-1. h. 33
29
A. Ilyas Ismail. Paradigma. H, 311
30
Ibid
Publisistik
dalam
38
 
        
         
        
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani
manusia bukan hanya satu bidang, maka perlu pembagian tugas dan kewajiban
sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian
kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.
Untuk melakukan aktivitas dakwah. Seorang da‟i perlu mempunyai syaratsyarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan
sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da‟i
secara umum bisa mencontoh kepada Rasullah SAW. Karena ”Kehidupan
39
Rasullah SAW. Merupakan uswah bagi umatnya, maka tentunya hal ini pun
berlaku dalam dakwah Islam.31
Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus dimiliki
da‟i yaitu :
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Kemampuan menguasai diri
3. Kemampuan pengetahuan psikologi
4. Kemampuan pengetahuan pendidikan
5. Kemampuan pengetahuan di bidang umum
6. Kemampuan di bidang Al-quran dengan fasih
7. Kemampuan pengetahuan dibidang hadits
8. Kemampuan di bidang agama secara umum.32
Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da‟i sehingga dalam
melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat sasaran.
2. Objek Dakwah
Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi usia,
psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang mad‟u yang
sangat mempengaruhi dalam menangkap isi pesan yang disampaikan oleh da‟i
tersebut. Maka hendaklah seorang da‟i harus mampu menguasai siapa yang akan
menjadi sasaran dakwahnya dari segi aspek kehidupannya secara utuh dari
keseluruhan, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, maupun sebagai
31
H. Nawawi Rambe. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta: Widjaya, 1985). Cet, ke-3. h. 10
Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah.(Surabaya: Usaha
Nasional, 1994). Cet, ke-1. h, 69-77
32
40
makhluk yang mempunyai hubungan dengan tuhan dan hubungan sesama
makhluk lainya.
”Sesungguhnya seorang da‟i membutuhkan pemahaman yang benar
terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikannya dan sungguhsungguh dalam mentarbiyah para pengikutnya. Kegagalan salah satu dari ketiga
hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi umat islam keseluruhan”.33
Oleh karena itu, seorang da‟i harus mendekati mad‟u benar-benar dimulai dari
titik taraf pemahaman mad‟u, bukan dari titik pemahaman sang da‟i.
Kita melihat dewasa ini ada sebagaian dari saudarakita yang mukhlisin,
tetapi sering kali kurang memperhatikan prinsip ini, seluruh perhatiannya
dicurahkan untuk meluruskan aqidah umat dengan cara yang membuat
kebanyakan manusia lari dari padanya. Mereka berbicara kepada seseorang tanpa
membedakan antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak sekolah
dan lain sebagainya.
3. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran islam secara kaffah,
tertulis dalam A-quran dan diperjelas oleh Nabi SAW. Dalam al-hadits, sebagai
sumber utama materi dakwah. Sedangkan pengembangannya mencakup seluruh
kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok ajaran islam.34
Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian, yaitu :
a. Masalah keimanan (aqidah)
33
34
Jum‟ah Amin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah. (Solo:Intermedia, 1998). Cet, ke-2 h,196
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah Surabaya,1993). Cet, ke-1. h
41
b. Masalah Keislaman (Syari‟ah)
c. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)35
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan satu persatu :
a. Masalah keimanan (aqidah)
Pembahasan dibidang aqidah bukan saja tertuju pada masalah-masalah
yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi pula masalah-masalah
yang dilarang seperti Syirik, ingkar dengan adanya Allah SWT, dan lain
sebagainya. Dapat dijadikan materi dan dibahas dengan menjelaskannya bahwa
perbuatan tersebut membawa bahaya dan harus dijauhkan.
”Aqidah merupakan Fundamental bagi setiap muslim yang memberi arah
bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Aqidah ini merupakan tema bagi
dakwah Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau pertama kali berdakwah di
makkah”.36
b. Masalah Keislaman (Syari‟ah)
Syari‟ah dalam islam berhubungan erat dengan amal manusia dalam
rangka mentaati semua hukum allah guna mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhannya dan mengatur pergaulan hidup sesama manusia. ”Hukum-hukum
ini meliputi 5 bagian”. Yaitu :
1. Ibadah, yaitu : Suatu sistem yang mengatur tentang hubungan manusia
sebagai hamba dengan Tuhannya sebagai dzat yang wajib disembah.
35
Asumsi Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al Ikhlas, 1983). Cet,
ke-1. h.60
36
1997).h.11
H.Mansyur Amin. Dakwah Islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al Amin Press,
42
2. Hukum keluarga, meliputi: Hukum pernikahan, nasab, waris, nafkah,
dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.
3. Hukum ekonomi, meliputi hukum jual beli, gadai, perburuhan,
pertanian, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.
4. Hukum pidana, meliputi : Hukum Qshash, ta‟zir, dan masalah-masalah
yang berada dalam lingkupnya.
5. Hukum-hukum ketatanegaraan, meliputi : hukum perang, perdamaian,
ghanimah, perjanjian dengan negara-negara lain, dan masalah-masalah
yang berada dalam lingkupnya.37
Demikianlah hukum-hukum yang harus ditaati dan diamalkan oleh
manusia dalam menjalankan syari‟at dalam islam.
c. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)
Masalah akhlak sebagai materi dakwah merupakan pelengkap adanya
keimanan dan keislaman seseorang. Jika keimanan dan keislaman telah tertanam
dalam diri seseorang, maka sebagai manifestasinya adalah mnimbulkan akhlak
yang mulia, sehingga peranan akhlak yang mulia sangat penting dalam kehidupan,
baik untuk urusan politik, ekonomi, sosial dan budaya. ”Akhlak atau moral
merupakan pendidikan jiwa agar jiwa seseorang dapat bersih dari sifat-sifat yang
tercela dan dihiasi dengan sifat-sifat terpuji”.
Tiga macam bidang ajaran Islam ini tidaklah dapat dipisah-pisahkan,
sebab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan amat eratnya, sekalipun bisa
dibeda-bedakan.
37
1997.h. 11
H.Mansyur Amin. Dakwah islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al-Amin Press,
43
4. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan. Yaitu, ”Meta”
(Melalui) dan ”hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwah
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatau tujuan.
Sumber yang lain mengatakan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman
Methodika artinya ajaran tentang metode. Arti secara bebas metode adalah cara
yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah
adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i (Komunikator) Kepada
mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.38
Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pedoman para da‟i
antara lain : al-quran, as sunnah, sirah (Sejarah), salafus shaleh dari kalangan
sahabat, tabi‟in dan ahli ilmu serta iman.39
Metode dakwh yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal berikut :
1. Memeriksa dan mendiagnosis pasien (Kalau da‟i diumpamakan dokter).
Seorang dokter ahli dan berpengalaman sebelum mengobati ia akan
melakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakitnya terlebih dahulu. Setelah itu,
melakukan pengobatannya berdasarkan penyakit tersebut. Seorang da‟i adalah
dokter rohani. Penyakit rohani manusia antara lain kufur dan maksiat. Dalam hal
ini, seorang da‟i harus memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang
diderita si pasien. Obat kufur adalah iman kepada Allah dan ajaran yang dibawa
38
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2003). Cet, ke-1. h. 6-7
Said Bin ali Al Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak. (Jakarta: Gema Insani Press,
1994). Cet, ke-1. h. 101
39
44
Rasullah SAW, sedangkan obet maksiat adalah bertobat kepada Allah dan
memperbanyak taat. Bagi Allah setiap penyakit ada obatnya.
2. Menghilangkan Syubhat
Tujuan dari menghilangkan syubhat ini adalah agar audiens tidak sempat
melihat penyakit apalagi merasakan. Tidak diragukan lagi bahwa syubhat bisa
melahirkan keraguan (Syak) pada kejujuran seorang da‟i dan hakikat ajakanya.
3. Memberikan semangat kepada audiens agar selalu menggunakan ”obat”
dan menerima yang hak.
4. Membimbing audiens dengan al quran, as sunah, dan sirah kaum
salafaus shaleh.
5. Menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak. Yakni melalui nasihat dan
diskusi yang baik atau (kalau memang diperlukan) dengan kekuatan.
Namun cara terakhir ini khusus bagi mereka yang menentang Islam dan
zhalim.
Adapun tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif
bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat, cara-cara ini
dirumuskan dalam surat An-Nahl ayat 125 :
              
          
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
45
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari ayat diatas dapat kita ringkas bahwa menurut ayat di atas metode
dakwah itu meliputi tiga bagian, yaitu :
a. Hikmah (Bijaksana)
b. Mau‟izhoh hasanah (Nasihat yang baik)
c. Mujadalah billati hiya ahsan (bertukar pikiran)
5. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, radio, video, kaset
rekaman, majalah, dan surat kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia,
media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, bahkan
menurut juru media bahwa manusia adalah sasaran media yang sangat dominan,
dikarenakan manusia mengkonsumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan
berpikir dengan berita dan hiburan.40 Disaat ini media telah menjelma dalam
berbagai bentuk dan sarana yang dari waktu kewaktu senantiasa mengalami
perkembangan dan pembaharuan.
Dalam komunikasi pengertian media adalah sarana yang dipergunakan
oleh komunikator sebagai saluran unuk menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan, yang apabila sikomunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau
40
Muna Haddad Yakan, “Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak”, (Jakarta :
Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-8, h.12.
46
kedua-duanya.41 Demikian juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari
aktivitas komunikasi, jelas-jelas sangat membutuhkan media itu sendiri yang dapa
menunjang proses kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk
mencapai masyarakat yang Islami dapat terwujud. Sedangkan pengertian dari
media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif menjadi saluran untuk
menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang
vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.42
Sebagai suatu elemen yang vital, tentu saja media dakwah harus benarbenar dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah seyogyanya
apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad`u yang dalam hal ini
masyarakat yang sudah mengalami peradaban yang tinggi. Ada beberapa media
dakwah yang lain yang dapat digunakan oleh para aktivis dakwah (da`i) guna
menunjang aktifitasnya :
a.
Lisan, di mana yang termasuk bentuk ini adalah khutbah, pidato,
ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, Nasihat, ramah tamah,
obrolan secara bebas, dan apapun yang dilakukan dengan lidah atau
suara.
b.
Tulisan, di mana dakwah yang dilakukan di sini dengan perantaraan
tulisan, seperti: Majalah, surat kabar, buletin, risalah, pamflet, spanduk,
dsb. Da`i yang spesial ini menguasai jurnalistik, yakni ketrampilan
mengarang dan menulis.
41
Onong Ujana Efendi, “Kamus Komunikasi”, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1989),
h.220.
42
Hamzah Ya`kub, “Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership”, (Bandung : CV.
Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.46.
47
c.
Lukisan, di mana dalam media ini adalah gambar-gambar hasil seni lukis,
photo, film cerita, dsb. Bentuk seni lukis ini banyak menarik perhatian
orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran
yang disampaikan kepada orang lain, termasuk komik-komik bergambar
yang sangat digemari anak-anak.
d.
Audio visual, di mana di sini dengan menggunakan suatu cara
penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran.
Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, sandiwara, ketoprak, wayang, dll.
e.
Akhlak, dan ini merupakan suatu penyampaian langsung yang ditujukan
dalam perbuatan nyata.43
6. Tujuan Dakwah
Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahtraan dan
kebahagian (sa‟dah) bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia
maupun di akhirat kelak.
Suatu kegiatan tidak akan bermakna apabila tidak ada arah tujuan yang
jelas. Maka tujuan dari dakwah adalah mengubah pandangan hidup seseorang,
dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pola pikir dan pola sikap, Allah
SWT berfirman :
            
         
43
Ibid, h.47-48.
48
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu.
Adapun yang dimaksud dengan tujuan dakwah adalah sebagaimana yang
dirumuskan oleh Abu A‟la Maududi bahwa yang ingin di capai melalui dakwah
Islam adalah, ”menghidupkan manusia baik daya observasinya, daya rasa, dan
daya cipta, serta menghidupkan dhamir hati nurani dan basyirah.44
M. Syafa‟at Habib merinci tujuan dakwah Islamiyah itu sebagai usaha untuk :
o
Membentuk masyarakat yang konstuktif menurut ajaran.
o
Mengadakan
koreksi
terhadap
situasi
atau
tindakan
yang
menyimpang dari ajaran agama.
o
Menembus hati nurani seseorang sebagai sarana untuk membentuk
masyarakat yang diridhoi Allah.
o
Menjauhkan manusia dari segala bentuk frustasi, kejahilan, dan
kebekuan pikiran.45
Berdasarkan pendapat diatas jelaslah yang menjadi tujuan dakwah dalam
berbagai bentuknya tidaklah lain dari suatu usaha yang dilakukan untuk
menciptakan pribadi muslim yang mampu serta bertanggung jawab melaksanakan
ajaran Islam. Baik pribadi muslim itu telah mampu melaksanakan ajaran Islam
maka yang diharapkan adalah sejahtra lahir dan batin serta mendapatkan
kebahagiann dunia dan akhirat.
44
Abu A‟la Maududi, Petunjuk Untuk Juru Dakwah, (terj), Media Dakwah,
(Jakarta:1982), h. 4
45
M. Syafaat Habib, Pedoman Dakah, ( Jakarta: Wijaya, 1982 ). H. 132
49
Demikian tujuan dakwah islam yang pada intinya adalah merubah sikap
dan prilaku seseorang atau kelompok supaya kembali pada pola dasarnya, bahwa
manusia pada dasarnya hidup di dunia ini agar mengabdi kepada Allah SWT.
50
BAB III
PROFIL STASIUN TPI DAN TINJAUAN PROGRAM DAKWAH TPI
A. Gambaran Umum TPI ; Sejarah dan Perkembangannya
Pada tanggal 23 Januari 1991 TPI lahir dengan sebuah idealisme besar,
yakni memberikan pemerataan pendidikan diseluruh Tanah Air. Untuk itu, pada
awalnya TPI. Menyajikan tayangan pendidikan formal dengan menjamin kerja
sama dengan TVRI/Deppen dan Pustekom/Debdikbud. Dengan paket pendidikan
formal yang ditayangkan dua kali sehari, yakni setiap pagi dan siang, TPI
berharap dapat membantu memeratakan program pendidikan sekolah di berbagai
wilayah Tanah Air, sampai pelosok-pelosok terpencil yang selama ini belum
terjangkau pendidikan formal.
Pada tahun 1997 adanya perubahan peraturan pemerintah, yang
memberikan izin bagi kehadiran tv Swasta komersial Nasional, diikuti dengan
lahirnya teve-teve swasta lain, seperti : RCTI, SCTV, Indosiar dan lain
sebagainya. Keadaan ini sejalan dengan biaya operasional yang semakin
meningkat, menjadi beban bagi TPI jika tetap membawa misi pendidikan yang
sama sekali tidak mengandalkan subsidi dari pemerintah. Untuk dapat tetap
bertahan, para profesional pun direkrut untuk menangani manajemen TPI. Sejalan
dengan itu, diputuskan bahwa TPI tak lagi merupakan tv pendidikan, melainkan
televisi keluarga, yang bersifat komersial sebagaimana tv swasta lainnya.
Bersamaan dengan itu TPI juga merangkul mitra strategis, yakni Indosat dan
Channel 7. Dan pada waktu yang bersamaan, TPI menghentikan kerjasama
38
51
dengan TVRI. Sejak saat itu, secara bertahap TPI membangun sampai dengan saat
ini, jumlahnya mencapai 15 transmisi diberbagai wilayah. Perkembangan TPI
mulai dirasakan pihak, namun tak sebesar yang direncanakan. Hal ini disebabkan
adanya krisis moneter yang menimpa negeri ini. Di samping itu, dengan
dipertahankannya logo lama, membuat pemirsa masih tetap mengidentikan TPI
dengan misi pendidikan, yang membuat ruang gerak TPI menjadi terbatas.46
Pada tanggal 23 Januari 2002, TPI tetap memasuki usia yang ke-11, inilah
momentum yang tepat untuk memulai sebuah proses perubahan, yaitu TPI sebelas
tahun wajah baru dan semangat baru. Di tengah era kompetisi stasiun televisi yang
semakin ketat, management TPI memandang perlu untuk melakukan berbagai
langkah yang strategis. Hal ini dilakukan agar pemirsa loyal TPI tidak pindah ke
tv lain, sekaligus memperluas cakupan wilayah pemirsa TPI itu sendiri. Dengan
kata lain, TPI mempertegas positioning dalam dunia broadcast, yakni
mempertahankan segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial BCD, bersamaan
dengan itu juga mencoba memperluas segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial
AB. Tentunya dengan kejelasan ini, TPI dapat melancarkan strategi marketing
yang terarah. Dari segi tampilan layar dan program secara keseluruhan, TPI
berusaha menawarkan konsep “One Stop Entertaining”, yang dapat membuat
pemirsa bertahan pada Cannel TPI, tanpa harus berpindah kesaluran lain, karena
semua yang ditawarkan TPI dari jam ke-jam, menarik untuk disimak. Program
yang ditawarkan adalah hiburan yang bernilai tambah, dengan kemasan baru yang
lebih luas.
46
Company Profile PT. Cipta TPI, h.12-13.
52
Adapun nama “TPI” dipertahankan untuk tetap menjaga “brand image”
yang selama ini telah tertanam dikepala pemirsa. Tanpa harus mengidentikan “P”
dengan pendidikan. Perubahan lain juga menyangkut sistem management internal
guna meningkatkan kinerja, kreatifitas dan kemampuan profesional karyawan
sehingga TPI dapat memberikan service atau pelayanan yang lebih baik kepada
para mitra usaha, termasuk kepada para pemasang iklan dan terutama juga
tentunya kepada para pemirsa. Dari segi teknologi siaran, TPI saat ini didukung
oleh 15 transmisi, yaitu : Jakarta, Bandung, Garut, Cirebon, Semarang, Surabaya,
Madiun, Banda Aceh, Medan, Batam, Makassar, Palu, Yogyakarta, Denpasar, dan
lampung. Dan dalam waktu yang dekat akan menambah transmisi di daerahdaerah lain. TPI berupaya menjadi televisi yang paling berkembang di Indonesia,
atau tv yang paling mengerti selera dan memenuhi minat masyarakat Indonesia.
Proporsi perbandingan tayang lokal dan manca negara pada saat ini masih
dipertahankan sebanyak 65-35%. Untuk kemudian secara bertahap ditingkatkan
menjadi 70-30% sesuai dengan undang-undang. Pada kesempatan ini pula, TPI
akan memperkuat komitmen untuk mengedepankan produk lokal, karena sejak
awal berdiri, TPI dikenal karena keunggulan lokalnya yang unik, memiliki
kedekatan dengan budaya lokal serta bersentuhan langsung dengan kebutuhan dan
selera sebagian masyarakat Indonesia.
TPI mempunyai Landasan dan falsafah Landasan yang dianut TPI adalah
mengembangkan dan memanfaatkan sumber dan kemajuan teknologi untuk
memperluas dan meningkatkan pelayanan pendidikan. Tujuan penyiaran TPI itu
sendiri adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, yaitu manusia yang
53
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, memiliki budi pekerti yang luhur
dan memiliki keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
TPI diselenggarakan sebagai salah satu bentuk peran serta masyarakat, yang
didorong oleh semangat untuk memacu kreatifitas dan kemampuan bangsa.
Kemudian TPI sendiri telah mengadakan kerjasama dengan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah, dalam usahanya memajukan
dan meningkatkan kemajuan Bangsa ini dengan membangkitkan pesawat Televisi
kepada sekolah-sekolah diberbagai daerah mencakup 27 Propinsi.
TPI mempunyai Motto yang diemban. Televisi Pendidikan Indonesia
mengandung makna tersendiri, yaitu melalui TPI di samping untuk turut
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” juga TPI merupakan katagori sarana hiburan
yang tepat dan aman bagi keluarga.47
o SEJARAH SINGKAT TPI
Pada tanggal 26 Desember 1990, awal mengudaranya Televisi Pendidikan
Indonesia dengan siaran percobaan. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1991 TPI
mengudara secara resmi dengan pola 4 jam dalam sehari, tepatnya (pukul 06.0010.00 WIB) dan pada saat itulah dijadikannya hari yang sangat fundamental,
karena pada tanggal 23 Januari 1991 itu dijadikan hari yang secara resmi
ditetapkan sebagai hari lahirnya Televisi Pendidikan indonesia. Kemudian
pembenahan dilakukan tahap demi tahap dan pada waktu yang lebih singkat, pada
tanggal 8 Juni 1991 jam penayangan TPI ditambah menjadi 6,5 jam yaitu pada
47
Company Profile, Ibid, h.5.
54
pukul 5.30 s/d 13.30 WIB dan sore pukul 16.00-2100 WIB, bukan hanya itu
sektor-sektor yang lain pun semakin ditingkatkan dan pembenahan-pembenahan
terus dilakukan di sana-sini, dan penayangan pun semakin ditambah dan ini
terbukti setelah beberapa kali dilakukan penyesuaian, kemudian TPI sendiri
melakukan penambahan jam tayang, mulai pukul 05.30- 13.30 dan sore sampai
dengan pukul 23.30 Non stop.
TPI menyelenggarakan siaran Televisi Pendidikan Indonesia atas dasar
perjanjian kerja sama antara yayasan televisi Republik Indonesia dengan PT.
Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, dan mengenai palaksanaan Televisi
Pendidikan Indonesia, penayangannya dimulai pada setiap harinya jam 5.30 s/d
13.30 WIB. Dengan menggunakan channel VHF. Siaran dilaksanakan secara
nasional dan penyelenggaraan jaringan siaran (net work) TPI berpusat di Jakarta
yang mempunyai tujuan :
A. Siaran Televisi berfungsi untuk memperkuat ikatan kesatuan bangsa.
B. Menyatukan pola pikiran seluruh bangsa Indonesia kepada tujuan
nasional.
Kemudian pada tahun 1994, jam siar TPI untuk penayangan siarannya
ditetapkan 18 jam sehari, termasuk pada hari libur di luar hari Minggu dan sebagai
suatu jaringan televisi nasional TPI pun mampu mencapai 118 juta pemirsa yang
secara potensial memperoleh rating terbesar hampir 70% penduduk Indonesia,
yang terbesar seluas 12.500.000 km2.48
48
Company Profile, Ibid, h.11.
55
o Perkembangan TPI
Perkembangan TPI dilihat dari beberapa program yang meraih
penghargaan pada berbagai macam ajang festifal, seperti sinetron : Lenong Bocah,
Mat Angin, dan juga meraih beberapa penghargaan pada “Festival Sinetron
Indonesia”, paket aksi Unang Ulfa, Ngelaba, Ludruk, Humor Kirun, yang berjaya
pada “Panasonic Awards”, dll. TPI juga pernah juga mendapatkan penghargaan
sebagai “Stasiun TV Pelopor Tayangan Musik Dangdut” dari sebuah Media
Hiburan dan juga dari “Persatuan Wartawan Peliput Pertelevisian”, terutama
karena kiprah TPI yang secara rutin menggelar ajang “Anugrah Dangdut”, event
penghargaan bagi dunia dangdut Indonesia yang sudah beberapa kali digelar, saat
ini yang sedang berlangsung adalah KDI (Kontes Dangdut Indonesia) dan API
(Audisi Pelawak Indonesia).
Dalam rangka memberikan kepuasan yang optimal kepada pemirsanya,
terhitung mulai akhir February 1999, TPI menggantikan teknologi siarannya dari
yang semula sistem “Analog” menjadi sistem “Digital”. Dalam mengirimkan
sinyal siarannya, sistem digital ini mempunyai keunggulan dalam meningkatkan
kualitas gambar dan suara yang dihasilkan akan lebih jelas dan jernih dari
sebelumnya. Hal ini terutama akan terasa di daerah-daerah di luar Jabotabek.
Sebagai gambaran, sistem ”Kompresi Digital” ini lazim digunakan di
sejumlah stasiun TV di manca negara, seperti Amerika Serikat, negara-negara
Eropa, Jepang dan negara maju lainnya. Sistem ini merupakan sebuah
kecenderungan teknologi teve masa depan. Di Indonesia Sendiri, sistem ini
memang masih relatif baru, dan belum digunakan secara optimal. Sehingga untuk
56
masa-masa mendatang, pemanfaatan sistem ”Kompresi Digital” di Indonesia termasuk oleh TPI - masih akan ditingkatkan lagi. Dengan beroperasinya
teknologi “Kompresi Digital” atau yang biasa disebut sebagai MPEG-2 SYSTEM,
Maka dalam memancarluaskan siarannya, TPI kini menggunakan jasa SATELIT
PALAPA C-2. Pada TRANSPONDER 12 VERTICAL. Adapun parameter lain
dari
sistem
ini
INFORMATION
ialah
FREQUENCY
RATE
8.372.0
DOWN
KBPS,
LINK
FEC
4193.5
(FO
MHZ,
WARD
ERRORCORRECTION) ¾, SYMBOL RATE 6.152.95 KBPS dan BAND
WIDIH 7.383.54 KHZ.
Pengiriman sinyal siarannya, dari yang semula sistem ANALOG ke-sistem
DIGITAL, membawa dampak bagi pemirsa yang selama ini menyaksikan TPI
melalui parabola. Untuk kembali dapat menyaksikan TPI, pengguna parabola
harus mengganti RECEIVER dengan semacam Dekoder khusus yang dapat
menangkap sinyal siaran digital. Setelah mengganti Receiver, harap diperhatikan
parameter baru sebagai berikut :

“Kompresi Digital” / MPEG-2 SYSTEM

SATELIT PALAPA C-2

TRANSPONDER 12 VERTICAL

FREQUENCY DOWN LINK 4193.5 MHZ

INFORMATION RATE 8.372.0 KBPS

FEC (FORWARD ERROR CORRECTION) ¾

SYMBOL RATE 6.152.95 KBPS
57

BAND WIDTH 7. 383.54 KHZ.49
Bermunculannya Stasiun Televisi swasta baru yang menambah ketat
persaingan televisi di Indonesia, membuat manajemen TPI berkeyakinan untuk
merubah logo. Dan mematangkan konsep dan melakukan berbagai persiapan, TPI
memperkenalkan virus TPI sepuluh tahun selama tahun 2001. Sepanjang tahun
ini, TPI mulai melakukan segenap perubahan pada tampilan layar kaca.
Sampai dengan ulang tahun TPI yang ke-11 yang jatuh pada tanggal 23
Januari 2002, di mana TPI memperkenalkan logo baru yang mencerminkan wajah
dan semangat baru TPI. Logo baru ini sekaligus merupakan simbol dari rangkaian
perubahan yang terus berproses di TPI.
o LOGO BARU TPI
Rational Logo

Harus menjadi simbol yang mudah dikenal dan diterima khalayak.

Memiliki kesan “Freindliness of familiar”.

Harus memiliki elemen Indonesia. Modern secara grafis dan
kosmopolitan.

Logo dapat dijadikan “Mnemonic Device”.

Menampilkan Stasiun Televisi yang terus berkembang (dinamis),
smart mood dan menjadi aspirasi pemirsa.
49
Company Profile, Ibid, h.9.
58
TONE AND MANNER

Up to date, High Quality, Innovative, Informative, Entertaining
Indonesia.
VISUAL DESCRIPTION
 Gaung (goong) :

Indonesia.

Gelombang resonasi.

Terus berkembang (dinamis), up to date.

Jangkauan yang semakin meluas.

Innovative.
 Bola Dunia :

Menampilkan tayang dunia.

Informatif, mencakup informasi seluruh dunia.
 Hurup TPI :

Kokoh, tegas.

Dinamis.

Terpercaya.

Modern.
 Warna :

Kombinasi warna : Smart, Entertaining, High Quality.

Biru

Ungu : Berani, Innovative, Tegas.
: Indonesia, Mewah, Familiar, Bersahabat.
59
 Jumlah Gaung 3 buah :

Menunjukan 3 perbedaan waktu di Indonesia :
Bagian Barat, Bagian Timur, Bagian Tengah.

Menunjukan 3 perbedaan range waktu tayang :
Pagi, sore, malam.

Menunjukan 3 mitra kerja/hubungan kerja :
Pemirsa, Pemasang iklan, dan Advertesing Agency.
Makna Logo TPI
a) Dari Sudut Titik Sinar :
Yang menyebarkan informasi pendidikan keseluruh penjuru Tanah Air
melalui siaran Televisi swasta yang berskala Nasional yaitu Televisi
Pendidikan Indonesia.
b) Dari Sudut Titik Komunikasi :
Televisi pendidikan merupakan suatu bentuk media masa yang mampu
menyajikan pesan pendidikan yang bersifat penghubung kepada
sejumlah besar pemirsa di seluruh Indonesia. Sedangkan umum
menganggap sebagian media Televisi yang berisikan acara-acara yang
mempunyai tema pendidikan.
o SARANA DAN PRASARANA SIARAN
Sampai dengan tahun 1999 TPI memiliki sarana dan prasarana penyiaran
yang meliputi :
60
a. Satu stasiun penyiaran di Jakarta
b. 3 mobil unit produksion (O.B. Van)
c. 15 Transmisi sbb :
-
Kembangan – Joglo 1x20 kw (1x20 kw tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 1 Januari 1994.
-
Semarang 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 15 November 1993.
-
Surabaya 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 10 November 1996.
-
Medan 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 25 Oktober 1993.
-
Ujung Pandang 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 28 Oktober 1993.
-
Batam 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 18 Januari 1994.
-
Bandung 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 10 November 1994.
-
Garut 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 1 Oktober 1998.
-
Cirebon 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 1 Oktober 1998.
-
Madiun 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 1 Oktober 1998.
61
- Palu 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 12 Oktober 1995.
- Yogyakarta 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 11 Januari 2000.
- Denpasar - bali 1x10 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 3 Agustus 2000.
- Aceh 1x20 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada tanggal 1 Juli 1995.
-
Lampung 1x5 kw (tanpa cadangan)
Operasional pada 23 Maret 2001.
d. 3 Studio yang dilengkapi dengan sarana penunjang : Subcontrol, 3 Color
Camera, System, Audio System, Lighting System.
e. 1 Master control yang dilengkapi dengan Odetic Machine, Dispatchystem,
Alarm System, Teletext, Paging + Fax System, audio dan Monitoring
System.
f. Fasilitas pasca produksi yang meliputi 11 unit lincar editing, 1 unit post
produksi dan 3 unit untuk editing liputan (news).
g. Fasilitas untuk preview materi yang terdiri dari 2 unit system peralatan.
h. Fasilitas ENG (Electronic news ghatering) terdiri dari 8 unit camera CCD
lighating kit, audio system untuk produksi dan untuk news terdiri dari 17
camera CCD.
i. Fasilitas transfer dari betacam to betamax, VHS, dan telecine 16 mm
dengan peningkatan dan pengembangan sarana TPI dari tahun ketahun,
62
adapun luas jangkauan TPI yang pada tahun 1992/93 : 74351,7 km
meningkat menjadi 81189,7 km dalam tahun 1994/95. Demikian juga
penduduk yang dapat dijangkau oleh siaran TPI dari 58594881 orang pada
tahun 1992/93 menjadi 60887788 orang pada tahun 1994/95. sejak bulan
Oktober 1998, TPI melepaskan diri dari TVRI (tidak melakukan siaran
secara Nasional).
j. Karyawan TPI pada saat ini ± 700 orang termasuk karyawan kontrak.
k. Fasilitas Umum :
1. Masjid “Annida”.
2. Koperasi Cipta Sejahtera.
3. Kantin.
4. Telepon Umum.
5. Tempat Parkir.
B. Visi dan Misi Televisi Pendidikan Indonesia
Televisi Pendidikan Indonesia sebagai salah satu stasiun televisi yang
berlatar belakang pendidikan, mempunyai visi serta misi :

Visi Televisi Pendidikan Indonesia
Memasukkan dan meningkatkan nilai-nilai positif keluarga serta
memperkuat hubungan keluarga sebagai unit dasar sosial dalam masyarakat
Indonesia melalui tontonan televisi.

Misi Televisi Pendidikan Indonesia
a. Menjadi stasiun televisi bernilai tinggi untuk pemirsa dan pemasang
iklan
63
b. Memaksimalkan nilai pemegang saham
c. Untuk membangun kualitas citra perusahaan
64
C. Struktur Organisasi Perusahan Televisi Pendidikan Indonesia
65
D. Profil Ustadz Yusuf Mansyur sebagai tokoh sentral Acara Porgram
Indonesia Menghafal
1. Riwayat Hidup Yusuf Mansur
Riwayat hidup beliau, Yusuf Mansur adalah nama panggilan dakwahnya,
akan tetapi nama asli beliau adalah Jam‟an Nur Khatib Mansur. Beliau lahir pada
tanggal 19 Desember 1976 bertempat di Jakarta, berarti bulan Desember kemarin
(2006) waktu beliau di Mekah, itu adalah oleh-oleh beliau ulang tahun yang ke-30
di depan Ka‟bah. Beliau tinggal di jembatan lima Jakrata Barat Grogol, dan
sekaranng beliau tinggal di kampung Ketapang Kecamatan Cipodoh Tangerang,
Banten.
Usia 4 tahun beliau sudah masuk sekolah di MI Al-Mansuriyah di Jakarta.
Di usia 4 tahun teman-temannya sedang asik bermain dia sudah belajar di usia
yang sangat kecil sekali. Pada masa balita ia sudah di tinggal orang tuannya, di
tinggal bukan pengertian meninggal dunia, akan tetapi bercerai, Ayah ibunya
bercerai, kemudian Ayahnya menikah lagi dan begitu pula Ibunya. Kemudian dari
situ belia banyak yang membimbing, bukan ibu dan bapaknya secara langsung,
tapi murid-murid kakeknya yang terkenal dengan KH. Mansur Jembatan lima ahli
palak. Dahulu orang betawi biasa memenggil dengan Guru Mansur, dan merujuk
kepada kakeknya untuk menentukan ramadhan. Kemudian selain dengan muridmurid Guru Mansur, juga dengan bibinya dan neneknya. Kebanyakan yang
membimbing beliau adalah neneknya. Dari situ beliau mendapatkan suntikan
pesantren, cara menulis, membaca, dan ruh dakwah, dengan cara alami terproses
sampai beliau dapat menulis, bukan keturunan akan tetapi dari bakat.
Masa kecil beliau, sudah berdakwa kemana-mana, dengan diberi julukan
da‟i cilik, sebelum kontes da‟i cilik yang di televisi di tayangkan. Kemudian
setelah lulus MI belau melanjutkan sekalah Sanawiyah di Al-Mansuriyah juga.
Kemudian, Aliahnya di Man I Grogol. Ketika masih di Man beliau bolak-balik ke
pondok Pesantren Daarunnajah untuk mengikuti pengajian, dan sering orang
bilang ngaji kalong pada tahun 1980. Dan pada tahun 1991 beliau masuk
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, beliau adalah mahasiswa termuda,
Fakults Syariah Jurusan PAI. Beliau mulai kenal dengan dosen-dosennya seperti
Prof. Amin Sukma sebagai desen tafsir beliau pada waktu itu, beliau dikenal oleh
desennya adalah si mansur kecil.
Pejalanan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau
aktip di TI (Teknologi Informatika), dan memang belia mempunyai basic kesitu.
Kemudian beliau bisnis komputer, sampai dapat mendirikan sekolah komputer.
Dunia bisnis menjadikan kuliahnya terbengkalai, mungkin saking asiknya sampaisampai beliau tersandung, mempunyai hutang kurang lebih setengah Milyar
66
rupiah. Di usia sekitar 20 tahun beliau terbiasa memakai mobil mewah milik
pribadi “hasil bisnis”, mungkin melihat hobbinya yaitu balap mobil, dan main
Golf.
Kemudian pada tahun 1998 beliau masuk ponpes polisi, disebabkan
masalah bisnis dan hutang, banyak keluarga yang ingin membela (menengok).
Sampai 2 bulan masa tahanan, beliau keluar dari penjara. Pada paska ini, setelah
keluar dari penjara, beliau kembali lagi dan aktif di bisnisnya. Di dunia bisnis ini
belia kemudian paleng lagi terhadap hutang, dan hutangnya bertambah pada saat
itu, kurang lebih satu setengah milyar rupiah. Kemudian masuk penjara lagi yang
kedua pada tahun 1999. Di penjara yang kedua ini beliau merenung, Ada apa
dengan saya?. Dari penjra ini dia mendapat hidayah dari Allah SWT, “Bahwa ini
bukan jalan kamu, jalan kamun adalah dakwah.”
Pada paska penjara ke dua, belia menulis beberapa lembar judul buku. Dan
kemudian bukunya diliris pada tahun 2000 yang berjudul, „Wisatahati Mencari
Tuhan yang Hilang” kajian sufistik yang di terbitkan oleh Zikrul Hakim. Paska ini
juga beliau sudah dianggap oleh keluarga termasuk orang tuanya sebagai orang
yang
terhina, tak ada saudara yang datang kepadanya untuk melihat dan
menolong pada waktu belia di penjara. Akan tetapi semuanya beliau kembalikan
kepada Allah SWT. Kemudian beliu mulai menekuni al-Qur‟an, bangun malam,
istigfar, berdo‟a, dari sinilah beliau menemukan jati dirinya bahwa ia akan
memulai dari titik nol lagi. Dari sisi bisnis, finansial, keperibadian semuanya
kembali ketitik nol. Tidak lama setelah beliau merenung dan mencari jati dirinya
serta selalu mendekatkan diri kepada Allah, beliau mendapat ganjaran dari-Nya.
67
Ada salah seorang yang ingin menjamin, sehingga beliau keluar dari jeruji besi.
Selanjutnya, beliau membuka bisnis baru, menjadi tukang es di terminal kali
deres. Setiap mau jualan beliau mensedekahkan lima bungkus es, alhamdulillah
dagangannya laris.
Belia mendapat ilmu sedekah di dalam penjara bermula dari kisah semut
dan roti. Ketika itu Yusuf Mansur sedang di dalam penjara selama dua bulan
tahun 1998 akibat kasusu pidana kasus yang tidak benar. Kemudian Yusuf
Mansur masuk penjara lagi tahun 1999 selama dua minggu.
Suatu ketika, saat masih di balik jeruji besi itu, ia merasakan lapar sekali.
Pada hari itu, nasi cadangan (nasi dengan sayur toge dan dua potong tahu goreng)
yang merupakan jatah makan untuk Yusuf Mansur tidak datang, saat dia tidurtiduran di bale-bale tuturnya, ia ingat masih punya sepotong roti. Begitu dia mau
makan, ingat tidak ada air minum, maka ia batalkan makan roti.
Saat itu matanya melihat rombongan semut berbaris didinding. Sesaat
kemudian ia turun dari bale-bale dan “berdialog” dengan semut. “Mut, Tuhan elu
sama dengan Tuhan gua, Allah. Begini dah, mungkin kalau berdo‟a sekarang ini
nggak terkabul karena dosa-dosa gua. Tapi kalu elu pada berdo‟a barangkali
terkabul. Gua tukar dah. Nih elu makan roti, tapi elu do‟ain supaya gua bisa
makan nasi. Perut gua lapar nih, tuturnya.
Ajaib semut yang mestinya bergerak lurus tiba-tiba menuju kebawah
seperti mendatangi dirinya. Lebih-lebih begitu dikasih roti mereka balik bergerak
keatas merayap dinding. Maka ia balik membelakangi rombongan semut tadi.
68
Begitu ia
balik menengok semut, ternyata roti tersebut sudah habis mereka
makan.
Rupanya ada sesuatu yang ingin Allah ajarkan kepadanya. Tidak berapa
lama setelah ia `berhubungan` dengan semut, datang seoraang Reserse. Dia
Tanya, saya jawab bahwa saya lapar. Reserse itu keluar, tak berapa lama balik lagi
dengan membawa sebungkus nasi padang. “Nih kamu makan, hari ini menunya
beda, nasi padang.” ujar Polisi itu.
Masyallah, baru sedekah roti sama semut, tidak lama kemudia dibalas
dengan nasi padang. Pengalaman inilah yang membuat Yusuf Mansur
berkesimpulan bahwa sedekah itu amat istimewa. Ia pun penasaran dan kemudian
membawa ia mencari hadis-hadis kudsi yang menjelaskan hikmah maupun
manfaat sedekah.
Antara lain di temukan seperti, Ya Bani Adama „athoytukum fasaaltukum
qordha. Wa man „athoni syaian mimma „athoytuhu thow-„an, azaltulahu fil azil
wa „athoytu fil azil (Hai anak adam, aku sudah memberi begitu banyak kepada
kalian. Sekarang giliran-Ku yang meminta. Barang siapa yang memberikan
kepada-Ku dengan ikhlas (sukarela) Aku akan bayar kontan sebagiannya nanti
akan Aku beri ketika kalian membutuhkan).
Dari sini keyakinan beliau bertambah tentang sedekah. Dan beliau
memulai dengan menaruh anak yatim dirumahnya, mendidik dan mengurusnya.
Dan sampai-sampai beliau mencari anak yatim di sekalah yang tidak mampu
untuk di biayai olehnya, pada waktu itu beliau masih terlibat hutang.
2. Perjalanan Dakwah Ustadz Yusuf Mansur
69
Perjalanan dakwah beliau dengan mewisatakan hatinya, ingin bertemu ibu
dan ayah, keluarga dan audara-saudaranya. Dengan cara bangun malam beliau
mewisatakan hatinya kepada Allah.
Pada tahun 1999 beliau menikah, ketika istrinya baru lulus SMP sekitar
umur 14 tahun, dari situ beliau merubah hidup baru, ada wacana baru, motifasi,
dan harapan. Dari sini beliu mulai rajin menulis. Dan masalah bisnis sudah
mentok menurutnya. Pada tahun 2000 beliau berjalan ke Semarang menyelusuri
jejak dakwahnya dengan naik kereta api. Di sana beliau mencari wejengan, belajar
oleh K.H Jerijis di Menes, Gus Arif di Cilandak, dan kemudian juga beliau sempet
ke Sykh Sa‟adih Al-Betawi Kembangan, dan beliau juga sampai ke MQ, beliau
sebagai motivator, trainer, sampai-sampai ada tiga buku yang di dedikasikan oleh
MQ net, yaitu:
1. Cara Gampang Bayar Hutang, Judul ini beliau tulis ketika beliau masih
punya hutang
2. Menepuk nyamuk
3. Sembilan Tanda Cinta Sembilan Tanda Benci
Dari tahun 2000 beliau baru mengibarkan bendera Wisatahati, dan
kemudian dikembangkan melalui publising, perdagangan, konseling, tanpa
meninggalkan esensi dakwah dan sia‟ar. Selain itu di tahun 2003 beliau
mengembangkan pondok pesantren Daarul Qur‟an di kampung ketapang No.5
Cipondoh Tangerang. Dari sini beliau mulai berkembang, akan tetapi lagi-lagi
masih terlibat hutang. Beliau masih di datangi oleh polisi. Untuk solusinya beliau
memelihara anak yatim, kata beliau “kalau saya memelihara anak yatim, rumah
70
saya yang menjaga bukan satpan lagi untuk menghadapi polisi, akan tetapi yang
menjaga Allah dan para malaikatnya”.
Dari sini Allah melihat, bahwa beliau yakin akan konsep sedekah. Dan
kemudian dengan cara yang sepektakuler dan ajaib hutang beliau lunas, dengan
mendapatkan propid dari salah satu Bank sebesar dua Milyar. Keinginannya ingin
membangun sebuah pondok pesantren terkabul, dan terbangunlah pondok
pesantren.
Perjuangan dakwah beliau masih bergulir. Usia kecil, beliau sudah terjun
kedunia dakwah. Beliau memulai dakwahnya dari Semarang, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan kemudian beliau roadshow pada tahun 2003
ke Eropa, Belanda,
negara tetangga untuk mengembangkan konsep Wisatahati itu. Apa konsepnya?
Metodologinya dengan cerita hikmah dan bersedekah, tapi yang paling spesipik
adalah sedekah. Dalam artian banyak orang yang berdakwah dengan gaya
Sukarno, Aa Gim dengan MQ nya, Arifin Ilham dengan Jikirnya, Jefri dengan
remaja dan suaranya, tapi Yusuf Mansur dengan sedekahnya dan bangun
malamnya, mengajak orang untuk berbagi dan merasakan bahwa janji Allah itu
benar.
Kemudian beliau membuka layanan konseling sepiritual. Tidak kurang 5
sampai 7 orang setiap hari mengadukan permasalahannya kepada beliau. Masalah
keluarga, pergaulan ,lingkungan, jodoh dan lain sebagainya. Dengan cara
mengajarkan sedekah belia mengeluarkan solusi, karena menurut beliau sedekah
adalah sebagai terapi, bukan amalan biasa. Dari sini beliau mengajak kepada
71
manusia untuk bersedekah, setelah urusan mereka kepada Allah beres (bertaubat),
mengerjakan shalat,. Sodaqoh dan lainnya.
Dari sini pula beliau eksis pada konsep sedekahnya, agar tetap yakin dan
selalu percaya beliau mengadakan rowadshow dan konseling. Perjalanannya
banyak yang berhasil, karena beliau membuat wadah kepada masyarakat yang
bermasalah terhadap kehidupan, dengan suatu wadah berupa membuka Via SMS
kepada masyarakat yang ingin berkonsultasi. Dari situlah beliau dapat mengetahui
keberhasilan terhadap konsep dakwahnya.
Perjuangan dakwahnya masih bergulir, banyak kisah-kisah yang di
hadapinya. Melihat dari apa yang dikeluhkan oleh masyarakat yang mempunyai
masalah, masalah demi masalah hingga ratusan masalah beliau kumpulkan.
Melalui internet denagn situs www.WisataHati.com.
Pada tahun 2005 beliu sudah ada pembicaraan dengan stasiun televisi. Dan
pada akhir 2005 baru didengar scenario mereka melalui dunia maya. Banyak
kisah-kisah disana. Akhirnya industri intertaiment menawarkan “cerita ini lebih
bagus dijadikan sinetron saja”. Pada tahun 2006 Maha kasih tampil di RCTI
dengan judul film “Tuklang Bubur Naik Haji”, film Maha Kasih ini mendapatkan
rating tertinggi dari sinetron lainnya. Dari sinilah beliau muncul di Televisi dan
beliau mulai dikenal oleh orang banyak.
3. Kegiatan Dakwah Yusuf Mansur
Di tengah hiruk pikuknya kesibukan kota besar, wisatahati, sebuah intitusi
yang memfokuskan diri pada peningkatan kualitas sumber daya manusia gencar
melaksanakan berbagai aktivitas pembinaan mental dan sepiritual yang dipusatkan
72
di alam pedesaan di pinggir kota Jakarta. Tepatnya di Kampung Bulak Santri,
Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten.
Berbagai progam pendidikan dan spiritual terus dikembangkan dan
dilaksanakan secara konsisten, seperti:
1. Program Pendidikan Menghafal Alqur‟an (PPPA)
Sebuah program pendidikan formal yang dilaksanakan dengan tujuan
menciptakan generasi muda penghafal Al-Qur‟an. Dalam program ini wisatahati
merekrut generasi muda kurang mampu untuk menjalani pendidikan formal di
Pondok Pesanteren Daarul Qur‟an. Para siswa memperoleh pendidikan formal
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan mengikuti program tambahan
sebagai calon penghafal (hafidz) Qur‟an. Untuk mengikuti program ini, siswa
mengikuti seleksi yang cukup ketat. Siswa wajib lulus seleksi intelegensi dan
tajwid Qur‟an tingkat dasar.
Bulan Juli 2006, Daarul Qur‟an baru menyelesaikan proses seleksi dan
rekrutmen siswa angkatan kedua. Dengan demikian, pada tahun itu sebanyak 19
siswa angkatan pertama dan 20 siswa angkatan kedua akan memperoleh
pendidikan cuma-Cuma. Seluruh fasilitas, perlengkapan sekolah dan biaya
pendidikan
sepenuhnya
ditangguh
oleh
Yayasan
Daarul
Qur‟an
yang
dimanajemeni oleh wisatahati.
2. Program Kunjungan Pondok
Merupakan program pendidikan spiritual bagi masyarakat umum. Dengan
mengambil tema “Hidup dengan hati yang hidup; belajar menghidupkan hati”
73
diharapkan program ini mampu berkontribusi dalam pembentukan masyarakat
yang hidup dengan hati yang besih, memahami penyebab timbulnya masalah baik
individu, keluarga, maupun kelompok (organisasi / bisnis) serta memahami cara
efektif dalam memperbaiki kehidupan tanpa gejolak.
Program dilaksanakan secara rutin setiap Jum‟at Sabtu dan Sabtu-Ahad
dengan peserta dari berbagai institusi sosial maupun bisnis. Peserta bermalam di
Pondok
Pesantren
Daarul
Qur‟an
dan
mempelajari
berbagai
konsep
menghidupkan hati yang disajikan dalam bentuk presentasi interaktif, muhasabah
dan aplikasi shalat malam serta penyegaran jasmaniah dengan mengikuti fun out
bond.
Hingga saat ini program telah dilaksanakan untuk beberapa angkatan
peserta dari Jakarta, Tangerang, Bogor, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan barubaru ini telah dilaksanakan program untuk sebanyak 70 orang (2 angkatan)
karyawan Rumah Sakit Bhakti Asih.
3. Program Spiritual dan Financial Healing (Training dan Counseling)
Sebuah program konseling melalui kelinik spiritual yang sangat diminati
oleh jamaah wisatahati dan masyarakat yang mengalami berbagai masalah
spiritual dan financial. Program ini dibuka setiap hari Senin hingga Kamis.
Sesuai dengan tujuannya untuk memberikan solusi bagi persoalan
kehidupan dan menumbuhkan kepekaan akan pengaruh prilaku negatif terhadap
kehidupan serta membantu peserta dalam menjaga karunia Allah dengan terus
74
bersyukur, program banyak memberikan solusi dan sangat diminati oleh klien
baik secara individu, keluarga maupun perusahaan.
4. Financial Solution dan Building Integrity (workshop).
Sebuah proram training korporasi dengan target pembentukan SDM yang
mampu secara individual maupun kelompok memecahkan berbagai masalah
prusahaan. Workshop akan mengeksplorasi kekuatan do‟a dan kekuatan berbagi
serta kekuatan hati (mental dan prilaku positif) dalam menyelesaikan berbagai
macam masalah. Atau peserta diajak untuk melibatkan Allah dalam menjalani
kehidupan dan berkarya.
Hingga saat ini program berdurasi delapan jam ini telah dilaksanakan
secara rutin untuk karyawan diberbagai perusahaan, seperti Bank Muamalat, Bank
Mandiri, Indomobil dan dilaksanakan secara berkala di Pondok Pesantren Daarul
Qur‟an.
5. Membangun Visi dan Menggapai Sukses (Out Bond)
Program ini dirancang khusus bagi peserta agar mampu mengidentifikasi
dan menggali potensi yang ada di dalam dirinya secara optimal, untuk selanjutnya
peserta dapat menentukan tujuan (visi) dalam menghadapi masa depan. Di
samping itu peserta juga akan langsung bersimulasi dalam pembentukan mental
fositif dengan metoda ceramah interaktif tentang membangun Visi, Sukses Dunia
Akhiratt dan Do‟a sebagai sebuah kekuatan maha dahsyat dalam meraih
kehidupan terbaik dengan ridho Allah.
75
Dengan fasilitas out bond yang lengkap di Pondok Pesantren Daarul
Qur‟an, peserta begitu antusias menerima berbagai tantangan sebagai simulasi
dalam menumbuhkan mental sukses agar siap menghadapi bebagai kendala
dalalm menjalankan misi menuju visi.
Progaram berdurasi 16 jam ini sangat diminati oleh peserta, khususnya
dari kalangan remaja, karena program dikemas secara unik dan fleksibel dengan
games yang menuntut konsentrasi mental dan dipandu oleh instruktur-instruktur
yang komunikatif dan agresif dalam memancing partisipasi dan antusiasme
peserta.
Di samping aktivitas lapangan, materi juga disajikan dengan pola
presnetasi interaktif untuk menumbuhkan kesadaran peserta untuk hidup dengan
visi yang didukung oleh prilaku positif serta meyakini adanya kekuatan do‟a
sebagai sumber kekuatan yang maha dahsyat dalam mencapai visi sukses di masa
depan. Materi disajikan oleh para trainer secara bersahaja, sehingga seluruh
peserta dapat mengikuti dan menikmati seluruh materi acara yang disajikan.
Keseluruh program dilaksanakan dengan satu tujuan utama untuk
memfasilitasi seluruh lapisan masyarakat agar mampu menjalani kehidupan yang
penuh arti. Tanpa terganggu oleh berbagai permasalahan yang berpotensi
menimbulkan konflik atau kemelut yang mengganggu aktivitas dan produktifitas
masyarakat baik sebagai individu maupun naggota kelompok. Sehingga pada
akhirnya
dapat tercipta kehidupan masyarakat madani dan sejahtera lahiriah
maupun batiniah.
76
Sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan generasi muda di era
moderenisasi saat ini, wisatahati menyusun dan menyelenggarakan program
pembinaan mental dan spiritual bagi generasi muda yang dikemas dalam konsep
latihan kepemimpinan yang berlandaskan pada pembentukan mentalitas positif
dengan melibatkan kekuatan spiritual sebagai landasan dalam menentukan arah
(visi) masa depan. Melalui program ini diharapkan generasi muda memilliki visi
dalam meraih masa depan.
Wisata hati akan selalu beupaya mempersembahkan bebagai program
pembinaan mental dan spiritual bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan
menumbuhkan kader-kader muda yang trbaik dan agresif dalam mencetuskan ideide gemilang dalam menciptakan kehidupan masa depan umat yang sejahtera.
Agar cita-cita bangsa yang adil dan makmur secara lahiriah dan batiniah segera
terwujud.50
Dari kegiatan dakwah beliau diatas, beliau tidak menghilangkan kegiatan
dakwah yang lain, seperti memberikan maudzah hasanah kepada jamaah yanng
membutuhkannya.
Ada kegiatan dakwah beliau yang akan datang. Melihat dari posisinya
sekarang sebagi orang yang sukses dalam menjalankan misi dakwah. Kedepan
beliu ingin mengajar seperti halnya Ustadz salafi, membuka satu kitab dan
menyampaikannya kepada jamaah tanpa harus keluar. Itu lah dakwah beliau yang
sangat sistematis dan teratur, serta adanya menejemen yang sempurna.
E. Gambaran Umum Program Indonesia Menghafal
50
Wisatahati, Edisi 01, Agustus 2006, h. 18
77
Program „Indonesia Menghafal‟, merupakan salah satu media bagi umat
Islam dalam menghafal ayat-ayat suci Al Quran melalui bimbingan atau pola
hafalan yang diberikan oleh Ustadz Yusuf Mansyur. Ustadz yang sudah dikenal
oleh masyarakat dan merupakan pendiri pesantren tahfiz Al Quran yang sudah
banyak menghasilkan anak-anak dan generasi muda menjadi seorang Hafiz
(penghafal Al Quran).
Dengan pendekatan yang unik, acara yang dipandu oleh Hafiz ini, dikemas
sedemikian rupa sehingga mudah dicerna dan diingat oleh pemirsa. Berbagai tips
dan trik untuk membaca dan menghafal Al Quran dengan benar juga diajarkan di
sini. Acara ini juga didukung oleh para Dai atau Daiah TPI serta para santri
penghafal Al Quran. Metode yang digunakan adalah menghafalkan ayat-ayat
secara kontinyu setiap 3-4 episode, namun disesuaikan dengan tingkat kesulitan
ayat atau surat yang dihafal.
Pemirsa juga disuguhkan dengan tayangan VT berisi materi kunjungan
Ustadz Yusuf Mansyur ke berbagai kelompok masyarakat ataupun komunitas
untuk dibimbing menghafal ayat-ayat utama. Dalam VT ini berisi perjalanan
Ustadz Yusuf Mansyur mendatangi rumah penduduk, perkantoran, mal, atau
tempat-tempat umum lainnya untuk menguji seseorang membaca hafalan Al
Quran.
Di setiap episode melibatkan jamaah (artis, pemuka masyarakat, pemuka
agama, dll) untuk berbicara mengenai Al Quran. Akan hadir pula bintang tamu
dengan membawakan lagu-lagu Islami untuk melengkapi acara berdurasi 1,5 jam
ini. TPI juga memberi kemudahan bagi pemirsa, dengan menampilkan template
78
ayat-ayat Al Quran dan informasi surat yang dihafalkan di layar televisi, sehingga
memudahkan pemirsa untuk mengikutinya.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian secara Deskriptif dan Kualitatif di Stasiun TPI
dengan penelitian siaran Program Indonesia Menghafal penulis menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Format Program Indonesia Menghafal
Pada format acara Indonesia Menghafal ini adalah Interaktif,. program
acara Indonesia Menghafal mengambil seting di dalam mesjid dipandu host dan
dihadiri para pemirsa / jamaah bersifat tablig. Acara ini disiarkan live dari mesjimesjid seputar jabotabek tayang pada hari minggu pukul 13.00 – 14.30. Dalam
formatnya, Program Indonesia Menghafal terdapat 6 segment disisipi juga
Segmen reality show dihadirkan dalam bentuk tayangan video. Selain masalah
waktu syuting untuk VT, pemilihan lokasi dan target dilakukan Ustd Yusuf
Mansyur bersama kru tanpa rencana. Durasi tayang keseluruhan adalah sembilan
puluh (90) menit.
2. Proses produksi Program Indonesia Menghafal
a. Pra Produksi
Sebelum program Indonesia Menghafal tayang, yang pertama dilakukan
dalam proses produksinya, Sebelum tayang, ada langkah-langkah yang harus
diambil yaitu melakukan pencarian lokasi mesjid / hunting sejabotabek, dan
dilihat dari sisi luas mesjid Interior, halaman mesjid, karna dalam prosesnya
menggunakan banyak jamaah setelah itu penentuan hari shuting dan sebelum
95
80
melakukan liputan-liputan biasanya membuat jadwal dan membuat janji dengan
nara sumber, setelah janji
dibuat, lalu liputan dilaksanakan dan sebelum
berangkat ke lokasi, para camera-man dan kru-kru mana saja yang harus ikut
Shuting di lokasi.
Di samping itu dibicarakan juga pembagian schedule, biaya produksi, honor
pemain dan kru. Memasuki proses syuting atau produksi, seluruh kru telah siap,
kru tersebut terdiri dari lightning, juru kamera, penata rias, art, properti, dekorasi,
unit produksi, Video Cassete Recording (VCR), nara sumber dan artis-artis.
Produser Bapak Panji Sanjaya dibantu oleh Marah Bangun sebagai Produser
Pelaksana dalam pelaksanaan Program Indonesia Menghafal produser melakukan
sesuai
Standard Operation Procedure (SOP) sehingga penayangan yang
dilakukan berjalan dengan efektif dan layak disiarkan untuk pemirsa.
b. Produksi
Proses produksi yang terjadi pada program Indonesia Menghafal
merupakan sebuah rangkaian yang sistematis, yaitu dimulai dari menyiapkan tema
yang diambil oleh produser pelaksana Panji Sanjaya dari team kreatif H. Subarkah
atau dari mana saja, bahkan narasumber sekalipun Ustad Yusuf Mansyur, untuk
menentukan surat apa yang akan dibahas, kemudian setelah itu diberitahukan
kepada nara sumber (dai) sebagi pengisi acara agar menyiapkan topik yang telah
ditentukan.
Kemudian tema tersebut dibawa ke manajemen promosi, untuk diketahui
seberapa menarik tema yang akan disajikan. Setelah disetujui, tema yang
ditentukan siap untuk produksi atau dilakukannya proses typing.
81
Untuk proses produksi Live program Indonesia Menghafal ini, biasanya
dilaksanakan memakai 6 kamera dan lihgtning sesuai dengan besarnya ruangan.
Hal ini dikarenakan program Indonesia Menghafal menggunakan audience atau
jamaah yang banyak dalam proses produksinya.
c. Pasca Produksi
Karena Program Indonesia Menghafal sebagian ada yang Taping maka ada
proses editing Proses editing adalah proses memotong atau menyambung video
dan audio, Cut to cut atau dissolve, juga proses menyensor sendiri sebelum
ditayangkan kalau acara Indonesia menghafal tidak Live.
B. Saran-saran.
1. Hampir semua stasiun televisi memiliki program tayangan dakwah namun
presentasenya sangatlah kecil bila dibandingkan dengan program hiburan
,untuk itu penulis berharap program-program dakwah di stasiun televisi
khususnya di MNC tv
baik kualitas maupun kuantitas hendaknya
ditingkatkan.
2. Penulis berharap program-program tayangan dakwah tersebut agar di
dikemas dengan lebih menarik lagi dari waktu kewaktu, sehingga para
pemirsa dapat menyukai tayangan dakwah tersebut.
3. Tayangan dakwah di televisi agar tidak menjadi tayangan pelengkap saja,
tetapi sebagai tayangan dirasa sangat bermanfaat dan selalu dinantikan
kehadirannya.
4. Kepada audiens dan pemirsa di rumah, guna menciptakan manusia
Indonesia yang berprilaku islam alangkah baiknya lebih mengedepankan
82
acara-acara yang bernilaikan keagamaan, karena selain bermanfaat juga
akan menambah pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam.
83
DAFTAR PUSTAKA
Aceng Abdullah, Press Relations, Kiat Berhubungan dengan Media Massa,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000).
Ciptono Setyobudi, Pengantar telhnik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta,
Penerbit Graha Ilmu, 2005).
Company Profile PT. Cipta TPI.
Darwanto Sastro Soebroto, produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta
Wacana, 1994).
Darwanto sastro soebroto, Televisi Sebagai Media pendidikan, (Yogyakarta:
Duta wacana,1995).
Dede Zaki Mubarrok, “Program Tayangan Agama Islam di Stasiun
ANTEVE”, (Studi Deskriptif Analisis Presenter).
Didi A. Hadju, Makalah Retorika.
Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure produksi. (Jakarta
: PT, TVRI,2008)
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1998).
Ensiklopedi Nasionl Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Jilid 16).
Fred Wibowo,
Grasindo,1997).
Dasar-dasar
Produksi
Program
Televisi,
(Jakarta:
http//MNC TV.com
JB. Wahyudi, Tekhnologi informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,1992).
Jum‟ah Amin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah. (Solo:Intermedia, 1998).
KH. Faridd , Miftah, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui
Televisi, (Bandung: Pusat Press,2000).
Kusnawan Aep, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Mengembangkan Tabligh
Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Filem dan Media Digital).
(Bandung: Benang merah Press,2004)
84
Lathief Royidi, Dasar-dasar Retorika komunikasi dan Informasi, (Medan:
Firma Rainbon,1989
M Bahril Ghozali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1997).
Morisan, M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta : Kencana 2008, Penrbit
Prenada Media Group, 2008).
M. Syafa`at Habib, Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya Jakarta, 1982).
Muhammad Mufid, M.Si, Komunikasi dan regulasi Penyiaran, (Jakarta:
Kencana,2007).
Muna Haddad Yakan, “Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak”,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1998).
P.C.S Sutiso. Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Vidio, (Jakarta:
PT.Grasindo. 1993).
P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis
Audio,(Jakarta:PT.Grasindo,1993).
Penulisan Scenario Televisi dan
TPI – Research Develoment Source; AGB Nielsen - ariana
RM Soeharto, Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran,
(Jakarta: IKJ Press,2007).
Said Bin ali Al Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak. (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994).
Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah.(Surabaya:
Usaha Nasional, 1994).
Sunandar Ibnu Nur, “Tekhnik Penulisan Naskah Agama Islam untuk Media
Televisi”, Makalah, (Jakarat: Dirjen Bimas Urusan Haji Dep. Agama RI., 1998).
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998).
Ton Kertapati, Dasar-dasar publisistik dalam perkembangan di Indonesia
menjadi ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986).
Wawancara Pribadi Produser Program Indonesia Menghafal
November 2010.
TPI, 27
85
Download