11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Brand
a. Definisi Brand
Menurut The American Marketing Association dalam Kotler & Keller
(2009:276) mendefinisikan brand sebagai “a name, term, sign, symbol, or
design or combination of them, intended to identify the goods or service of
one seller or group of seller and to differentiate them from those of
competitor” yang berarti bahwa merek merupakan sebuah nama, istilah,
tanda, simbol atau desain atau kombinasi keseluruhannya, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dari competitor mereka.
Sumarwan, (2004) mendefinisikan merek sebagai simbol dan
indikator kualitas dari sebuah produk. Menurut Stanton & Lamarto, (2001)
merek adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus, atau beberapa
kombinasi unsur-unsur tersebut yang dirancang untuk mengidentifikasi
barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.
Jadi dapat dikatakan bahwa, merek merupakan kombinasi beberapa
elemen seperti nama dan lambang yang bersifat membedakan untuk
mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan produsen pesaing. Dari
proses penanaman identifikasi merek pada konsumen maka akan terciptalah
ekuitas merek pada produk perusahaan. Konsumen akan berani membayar
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
lebih terhadap produk yang mempunyai ekuitas merek di benak konsumen,
karena, jaminan kualitas dan mutu tertentu yang diyakini terkandung
didalamnya. Menurut Rangkuti (2002), cara membangun brand adalah
sebagai berikut:
i. Memiliki positioning yang tepat. Merek dapat diposisikan dengan
berbagai cara, misalnya dengan menempatkan posisinya secara
spesifik di benak pelanggan. Membangun positioning adalah
menempatkan semua aspek dari brand value (termasuk manfaat
fungsional) secara konsisten sehingga selalu menjadi nomor satu
dibenak pelanggan.
ii. Memiliki brand value yang tepat. Brand value juga mencerminkan
brand equity secara real sesuai dengan customer values-nya.
iii. Memiliki konsep yang tepat. Tahap akhir untuk mengkomunikasikan
brand value dan positioning yang tepat kepada konsumen harus
didukung oleh konsep yang tepat.
Merek dapat dikatakan sebagai sebuah janji seorang
penjual atau
perusahaan untuk konsisten memberikan nilai, manfaat, fitur dan kinerja
tertentu bagi pembelinya. Janji tersebut harus janji yang benar dan harus
ditepati kepada pembelinya sehingga merek yang menjanjkan tersebut dapat
memberikan semua hal yang dijanjikan, dan juga memberikan nilai lebih dari
janji tersebut. Hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan juga
menjaga image dari suatu merek. Terdapat enam tingkat pengertian merek
menurut Surachman, (2008;3), diantaranya:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
i.
Atribut produk, yaitu mengingat pada atribut - atribut tertentu,
seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lainlain. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat
mengetahui dengan pasti atribut - atribut apa saja yang terkandung
dalam suatu merek. Contohnya, BMW seri 7 merupakan merek
mobil yang dirancang dengan kualitas tinggi, selalu menjaga
keamanan, bergengsi, berharga jual mahal, serta dipakai oleh para
eksekutif senior pada perusahaan multinasional.
ii. Manfaat, merek sebagai atribut mempunyai dua manfaat yaitu
manfaat emosional dan manfaat fungsional. Atribut “mudah
didapat”
dapat
diterjemahkan
sebagai
manfaat
fungsional,
sedangkan atribut “mahal” dapat diterjemahkan sebagai manfaat
emosional.
iii. Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
Merek yang mempunyai nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen
sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa
pengguna merek tersebut.
iv. Budaya, merek juga mencerminkan budaya tertentu. Misalnya,
Mercedes mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan
baik,memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi.
v. Kepribadian, yaitu suatu merek juga dapat mencerminkan kepribadian
tertentu bagi para penggunanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
vi. Pemakai, merek menunjukkan jenis pemakai yang membeli atau
menggunakan produk tersebut. Misalnya, untuk menggambarkan orang
yang sukses selalu menggunakan BMW seri 7.
b.
Manfaat Brand
Merek dapat memberi manfaat baik untuk perusahaan dan
konsumen Keller, (2008). Bagi perusahaan merek berperan penting untuk:
i. Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesan-pesan dan
memperkecil timbulnya masalah.
ii. Merek dan tanda dagang secara hukum melindungi penjualnya dari
pemalsuan produk, bila tidak ada maka pesaing akan meniru produk
di pasaran.
iii. Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan
kesetiaan konsumen terhadap produknya,dimana kesetiaan konsumen
akan
melindungi
penjual
dari
persaingan
serta
membantu
memperketat pengendalian dalam merencanakan strategi bauran
pemasaran.
iv. Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokan pasar
kedalam segmen-segmen.
v. Citra dapat dibina dengan adanya nama baik. Dengan membawa nama
perusahaan merek ini sekaligus mengiklankan kualitas dan besarnya
perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Manfaat merek untuk konsumen :
i. Jika sudah mengenal merek tertentu memudahkan untuk mengenali
mutu dan mengambil keputusan pembelian
ii. Memberikan efisiensi untuk search cost for product baik internal
(seberapa lama konsumen harus berpikir) dan eksternal (seberapa
lama konsumen harus mencari disekitar).
iii. Dengan adanya merek tertentu konsumen dapat mengaitkan status
dan prestigenya.
Menurut Aaker (1996), sebuah merek yang kuat dapat memberikan
manfaat dan nilai berupa :
i. Nilai fungsional yang didapat konsumen berdasarkan pada atribut
produk.
ii. Nilai emosional yang dirasakan oleh konsumen ketika mendapatkan
perasaan positif pada saat mereka mengkonsumsi suatu merek
tertentu.
iii. Nilai ekspresi diri yang dapat diperoleh konsumen ketika suatu
merek dan produknya dapat menjadi symbol konsep diri seseorang
(self concept).
2.
Brand Personality
a. Definisi Personality
Menurut Kotler dan Keller (2009), personality mengacu pada
perbedaan ciri – ciri psikologis yang mengarah pada respon yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungan (buying
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
behaviour). Personality sering dihubungkan dengan berbagai istilah yang
berbeda – beda misalnya self confidence, dominance, outonomi, deference,
sociability, defensiveness, dan adaptability.
Personality
dapat
berguna
dalam
menganalisa
consumer
behaviour. Dimana brand juga memiliki personality dan konsumen lebih
sering memilih brand yang memiliki personality yang cocok dengan
personality mereka. Menurut Amstrong dan Kotler (2011), personality
mengacu pada karakteristik psikologikal yang unik yang membedakan
seseorang maupun kelompok.
b. Definisi Brand Personality
Menurut (Aaker,1997) brand personality didefinisikan sebagai
serangkaian karakteristik manusiawi yang diasosiasikan dengan merek.
Misalnya, karakteristik seperti jenis kelamin,kelas sosial ekonomi,sifat
keperibadian manusia seperti sangat sentimentil ataupun penuh perhatian
(kehangatan). Sehingga dalam hal ini suatu merek tidak hanya memiliki
identitas saja tetapi juga memiliki kepribadian seperti manusia yaitu agresif,
feminin, maskulin, aktif, ceria, dan sebagainya. (Martiyanah, 2012).
Konsumen seringkali mengasosiasikan brand dengan variabelvariabel tertentu. Keterkaitan pada suatu brand akan lebih kuat apabila
dilandasi
pada
banyak
pengalaman
atau
penampakan
untuk
mengomunikasikannya. Brand Personality merupakan elemen yang
membuat merek menjadi hidup dengan memberikan ciri-ciri manusiawi
yang membuatnya lebih mudah diakses dan disentuh. Alasan utama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
mengapa pelanggan membayangkan setiap merek memiliki kepribadian
adalah sebagai bagian dari proses membangun dan menunjukan konsep diri
mereka, baik itu konsep aktual diri mereka saat ini,maupun konsep ideal
untuk diri mereka nanti. Konsep diri didefinisikan sebagai keseluruhan
perasaan dan anggapan seorang individu ketika memandang diri mereka
sebagai sebuah objek.
Brand Personality mengacu pada tujuan komunikasi yang berkenaan
dengan atribut yang melekat di dalam suatu produk dan juga profil presepsi
yang diterima oleh konsumen mengenai merek secara spesifik karakter
seseorang dapat tercipta dari berbagai elemen kehidupan yang ada
disekitarnya, antara lain yaitu lingkungan, teman, aktifitas, pakaian dan
lainnya, begitu pula dengan merek.
c. Dimensi Brand Personality
Menurut Jennifer Aaker “The Brand Personality dimensions”
adalah suatu kerangka untuk menggambarkan dan mengukur “personality
atau kepribadian” brand dalam lima dimensi inti. Model ini mendasarkan
lima dimensi inti tersebut berdasarkan analogi manusia, dan secara
historis, konsep ini sudah lama dikenal dalam ilmu manajemen pemasaran.
Alat ukur yang valid dan reliable ditemukan pada tahun 1997 melalui
penelitian yang dilakukan oleh Aaker dimana menghasilkan dimensi
pembentuk brand personality. Kelima dimensi yang terkenal dengan
sebutan “the big five”yang terdiri dari sincerity, excitment, competence,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
sophistication, dan ruggedness. Berikut tabel dibawah ini akan
menjelaskan pengukuran Brand Personality menurut Aaker (1997).
Brand Personality
Sincerity
Down-to-earth
Honest
Wholesome
Cheerful
Excitement
Competence
Sophistication
Reliable
Intelligent
Successful
Upper class
Charming
Daring
Spirited
Imaginative
Up-to-date
Ruggedness
Outdoorsy
Tough
Gambar 2.1
Dimension of Brand Personality Measurement Model
Sumber : Aaker, 1997
Berdasarkan dari dimensi brand personality yang dijelaskan diatas
bahwa Aaker (1997) mengembangkan 5 dimensi brand personality yaitu :
i.
Pertama adalah Sincerity (Down-to-earth, family-oriented, small town,
honest, sincere, realistic, wholesome, original, cheerful, sentimental
and friendly).Dimensi ini menunjukkan sifat manusia yang tulus. Jika
diaplikasikan pada brand dimensi sincerity atau kesungguhan hati ini
mencerminkan
bagaimana
brand
benar-benar
menunjukkan
konsistensinya dalam memenuhi need (kebutuhan), want (keinginan),
danexpectation (harapan) dari konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
ii.
Kedua adalah excitement (Contemporary, independent, up-to-date,
unique, imaginative, young, cool, sprited, exciting, trendy and
daring)Excitement artinya kegembiraan, bagaimana sebuah brand
mampu memberikan kesenangan pada pemakainya.
iii.
Ketiga adalah dimensi Competence (Reliable, hardworking, sincere,
intelligent, technical, corporate, successful, leader and confident).
Dimensi Competence ini menunjukkan bahwa suatu brand punya
kemampuan untuk menunjukkan keberadaanya di pasar.
Keempat adalah dimensi sophisticating (Upper class, glamor, good-
iv.
looking, charming, feminine and smooth)Dimensi ini lebih mengacu
pada bagaimana suatu brand memberikan nilai bagi konsumennya. Ada
dua elemen yaitu upper class dan charming.
v.
Dimensi yang kelima adalah rugedness (Outdoorsy, masculine,
western, tough, and rugged)Dimensi ini menunjukkan bagaimana
sebuah brand mampu bertahan di tengah persingan brand-brand lain.
Elemen outdoorsy mengacu pada sifat kokoh dan maskulin, sedangkan
tough menunjukkan elemen yang kuat.
Kemudian menurut Mc. Crae & Costa (1997) dalam Iskandar dan
Zulkarnain, (2013) pendekatan yang digunakan untuk melihat kepribadian
manusia melalui trait yang tersusun dalam lima dimensi kepribadian yang
telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian
tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuriticism,
dan openess.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
i.
Extraversion dimensi ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan
dalam sebuah hubungan, seseorang dengan kepribadian extrovert
cenderung suka berteman, tegas, dan ramah, sedangakan orang yang
introvert cenderung pendiam, pemalu, dan tenang. Extraversion
dicirikan untuk menjadi percaya diri, dominan, aktif dan
menunjukan emosi yang positif, selain itu juga dikaitkan dengan
kecenderungan untuk bersikap optimis.
ii.
Agreeableness dapat berkarakteristik mampu beradaptasi sosial yang
baik mengindikasikan individu yang ramah, memiliki kepribadian
yang selalu mengalah, menghindari sebuah konflik dan memiliki
kecenderungan mengikuti orang lain, seseorang yang memiliki
agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang
memiliki value suka membantu, pemaaf, dan penyayang.
iii.
Neuroticism dapat dicirikan dengan kepimilikan emosi yang negatif
seperti rasa khawatir, cemas, rasa tidak aman, dan labil. seseorang
yang memiliki tingkat yang rendah dalam dimensi ini akan lebih
gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki tingkat neuroticism yan tinggi. (Zulkarnain, 2013).
iv.
Conscientiousness disebut juga lack of impulsivity orang yang tinggi
dalam dimensi conscientiousness umumnya berhati - hati, dapat
diandalkan, teratur dan bertanggung jawab. Orang yang rendah
dalam dimensi conscientiousness atau impulsif cenderung ceroboh,
berantakan, dan tidak dapat diandalkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
v.
Openness dimensi ini erat kaitanya dengan keterbukaan wawasan
dan orisinilitas ide, mereka senang dengan informasi baru, dan juga
mengacu pada bagaimana individu bersedia melakukan penyesuaian
pada suatu ide atau situasi yang baru, mudah bertoleransi, memiliki
kapasitas untuk menyerap informasi, fokus dan kreatif dan artistik.
Dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan antara konsep menurut
Aaker, (1997) dan Mc. Crae, (1997). Secara teori, brand personality
framework dibangun dari The Big Five. Tiga dimensi brand personality
memiliki relasi dengan tiga dimensi The Big Five Human Personality,
seperti Agreeableness dan Sincerity mencakup sociability, energy, dan
activity. Conscientiousness dan Competence mencakup responsibility,
dependability, dan security. Sedangkan dua dimensi lainnya yaitu
sophistication dan ruggedness berbeda dengan The Big Five Human
personality.
Pada penelitian ini, dimensi yang digunakan untuk mengukur
variabel brand personality peneliti ambil berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Aaker, (1997) yaitu sincerity, excitement, competence,
sophistication, dan ruggedness. Kelima dimensi brand personality tersebut
memiliki empat puluh dua indikator. Namun peneliti membatasi
penggunaan dimensi dan indikator yang hanya disesuaikan dengan kategori
produk yang diteliti, yaitu produk sepatu sport Adidas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
3. Celebrity Endorser
a. Definisi Celebrity Endorser
Dalam pembuatan sebuah iklan diperlukan seseorang yang dapat
menarik perhatian dan mampu menyampaikan pesan serta informasi sebuah
produk yang biasanya dikenal dengan istilah Endorser.
Penggunaan
endorser dalam iklan dimaksudkan untuk memberikan dukungan atau
dorongan kepada pesan iklan agar lebih mudah diterima oleh konsumen,
sekaligus mempermudah tumbuhnya keyakinan dalam diri konsumen atas
produk yang diiklankan.
Shimp, (2007: 302) menjelaskan
celebrity endorser merupakan
bintang televisi, aktor film, atlet terkenal, hingga individu yang sudah
meninggal, yang dapat mempengaruhi sikap serta perilaku konsumen pada
produk yang diiklankannya.Menurut Shimp Endorser dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu: (a) Celebrity Endorser : Celebrity Endorser adalah
tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena
prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk
yang didukung. (b) Typical-person Endorser : Typical-person Endorser
adalah orang-orang biasa (non selebriti), yang digunakan dalam
mempromosikan suatu produk atau jasa tertentu oleh suatu perusahaan.
Penggunaan
Celebrity
Endorser
kerap
digunakan
oleh
perusahaan yang mencoba menginformasikan suatu produk agar informasi
produk tersebut dapat meraih perhatian audiens karena endorser yang
digunakan sudah dikenal luas oleh masyarakat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Shimp, (2007) mengatakan bahwa untuk membuat selebriti efektif
sebagai pendukung produk tertentu dalam suatu iklan maka harus memiliki
hubungan yang berarti (meaningful relationship) atau kecocokan (matchup) antara selebriti dengan produk yang diiklankan. Penggunaan celebrity
endorser bila diputuskan secara tepat maka dapat memberi pengaruh yang
sangat besar terhadap tingkat penjualan produk. Selebriti secara tidak
langsung dapat membangun proses citra diri pada konsumen. Ketika
konsumen membeli produk biasanya akan mengaitkan pencitraan dirinya.
Misalnya ketika membeli sabun atau produk kecantikan, konsumen akan
berharap dirinya terlihat cantik seperti sosok selebriti yang menjadi bintang
iklan dari produk tersebut.
Secara keseluruhan, penggunaan celebrity endorser akan dapat
mempengaruhi sikap (Attitudes) atau tanggapan konsumen yang positif
terhadap produk, sehingga akan mempertimbangkan dalam proses
pembelian dan diharapkan secara langsung mempengaruhi perilaku melalui
alam tak sadar mereka. Selebriti memiliki daya tarik yang dapat dijadikan
strategi yang efektif bila digunakan oleh pengiklan dalam mempromosikan
produk maupun jasa. Schiffman & Kanuk, (2008) membagi daya tarik
penggunaan selebriti oleh pemasar menjadi empat tipe, yaitu :
i. Pernyataan : didasarkan pada pemakaian pribadi, seorang selebriti
membuktikan kualitas produk atau jasa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
ii. Dukungan : selebriti meminjamkan namanya dan muncul atas nama
suatu produk atau jasa dimana selebriti dapat berperan sebagai ahli atau
bukan.
iii. Aktor : selebriti menyajikan suatu produk atau jasa sebagai bagian dari
dukungan karakter.
iv. Juru bicara : selebriti mewakili merek atau perusahaan selama jangka
waktu tertentu. Perusahaan dapat memilih selebriti berdasarkan daya tarik
ini untuk mempromosikan produk dan jasanya melalui dukungan dari
orang ternama seperti selebriti.
b. Dimensi Celebrity Endorser
Berbagai penelitian terdahulu mengenai celebrity endorser
mengungkapkan bahwa penting bagi pemasar dan pengiklan untuk
mengevaluasi
selebriti
yang
akan
digunakan,
baik
dalam
hal
kredibilitas,daya tarik, maupun citra yang dimiliki endorser itu sendiri.
Berdasarkan paparan sebelumnya, peneliti mencoba mengelaborasi faktorfaktor yang mempengaruhi celebrity endorser berdasarkan dari beberapa
penelitian yang terdahulu sehingga membentuk dimensi celebrity endorser
yang akan peneliti gunakan, yaitu :
Shimp, (2010) menggolongkan lima dimensi khusus celebrity
endorser untuk memfasilitasi efektivitas komunikasi, serta mempengaruhi
respon
konsumen.
Shimp
membuat
akronim
(singkatan)
untuk
memudahkan seseorang, khususnya pelajar dalam mengingat karakteristik
endorser yang dikenal dengan TEARS (Trustworthiness dan Expertise
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
merupakan dimensi dari kredibilitas, sedangkan physical Attractiveness,
Respect, dan Similarity merupakan dimensi dari daya tarik). Kemudian,
menurut tesis
Indah Sulistyo Muslim (2011), dimensi dari celebrity
endorser terdiri dari : trustworthiness, expertise, match of image and value,
genuine support, references group, exclusivity, attractiveness. Sedangkan
menurut Sivesan (2013), dimensi celebrity endorser terdiri dari, credibility,
trustwhortiness, celebrity match-up, expertise, dan attractiveness.
Dari
pemaparan
elaborasi
tersebut,
peneliti
tidak
akan
menggunakan keseluruhan dari dimensi yang digunakan pada penelitian
terdahulu, peneliti akan mencoba menggabungkan antara ketiganya yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai Adidas. Dimensi –
dimensi yang akan digunakan oleh peneliti adalah :
i.
Dapat dipercaya (Trustworthiness)
Yaitu mengacu pada kemampuan untuk dapat dipercaya,
kejujuran, serta integritas dari celebrity. Seorang celebrity harus dapat
meyakinkan
konsumen
bahwa
dirinya
tidak
berusaha
untuk
memanipulasi serta bersikap obyektif dalam mempresentasikan sebuah
produk atau jasa. Dengan melakukan hal ini, celebrity menetapkan diri
sebagai orang yang dapat dipercaya, yang secara sederhana berarti
endorser sebuah merek secara bertingkat membuat auidence memiliki
kepercayaan pada apa yang mereka katakan. Sama halnya dengan pesan,
pesan yang dapat dipercaya dan disampaikan oleh komunikator yaitu
celebrity endorser yang juga terpercaya akan menciptakan perubahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
sikap konsumen secara efektif (Amos, Holmes,dan Strutton,2008).
Faktor – faktor yang termasuk dalam dimensi truthworthiness menurut
Ohanian (1990) adalah, jujur (honest), dapat diandalkan (reliable), tulus
(sincere), dan dapat dipercaya (trustworthy).
Kepercayaan
konsumen
terhadap
celebrity
endorser
dapat
diperoleh melalui informasi tentang kehidupan celebrity secara
profesional dan pribadi yang tentu saja tersedia di media massa.
Perusahaan dapat mengambil manfaat dari nilai kepercayaan dengan
memilih endorser yang dianggap jujur, dapat dipercaya,dan diandalkan
orang.
ii. Keahlian (Expertise)
Keahlian ini mengacu pada pengetahuan atau keterampilan
yang dimiliki sebagai seorang endorser yang dihubungkan dengan
merek yang di dukung. Sangatlah penting bagi perusahaan untuk
memilih celebrity endorser yang tepat karena diharapkan celebrity
tersebut mampu lebih persuasif dalam menarik audience dari pada
seorang endorser yang tidak diterima sebagai seorang ahli. Contohnya
seorang atlet dianggap sebagai orang yang ahli saat mendukung
produk-produk olahraga. Apakah seorang pendukung memang seorang
yang ahli tidaklah penting, yang penting adalah bagaimana khalayak
sasaran memandang pendukung. Seorang pendukung yang dianggap
sebagai seorang ahli dalam subyek tertentu akan lebih persuasif
didalam mengubah pendapat khalayak yang berhubungan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
bidang keahliannya daripada pendukung yang tidak dianggap sebagai
memiliki karakteristik yang sama.
Expertise didefinisikan sebagai kemampuan sang model
memahami produk yang di-endorse (Ohanian,1990). Keahlian yang
dimiliki oleh selebriti tidak hanya keahlian dalam memahami produk
tetapi juga bagaimana ia memberikan informasi mengenai produk
kepada konsumen, kecakapannya dalam menyampaikan pesan serta
kelayakan sang selebriti untuk menjadi endorser dalam upaya
mengkomunikasikan pesan iklan sehingga dapat lebih membujuk
konsumen. Indikator – indikator yang termasuk dalam dimensi ini
(Ohanian,1990) adalah ; pengalaman, (experienced), berpengetahuan
(knowledge), berkualifkasi (qualified), dan memiliki kemampuan
(skilled).
iii.
Daya tarik (Attractiveness)
Attractiveness lebih mentitik beratkan pada daya tarik sang
bintang,
personality,
tingkat kesukaan masyarakat kepadanya dan
kesamaan dengan khalayak. Daya tarik mengacu pada diri yang
dianggap sebagai sesuatu yang menarik untuk dilihat kaitannya dengan
konsep daya tarik. Daya tarik meliputi sejumlah karateristik yang dapat
dilihat khalayak dalam diri pendukung seperti kecerdasan, sifat pribadi,
dan gaya hidup.
Ada tiga hal penting yang berkaitan dengan daya tarik dalam
penggunaan selebriti yaitu, persamaan (similiarity), pengenalan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
(familiarity), dan penyukaan (liking). Seorang pendukung dianggap
menarik oleh para khalayak bila mereka bisa membagi keseluruhan
rasa yang menjadi dimensi dari daya tarik. Konsumen cenderung
memiliki setereotip yang positif terhadap selebriti. Menurut studi yang
ada endorser dengan tampilan fisik yang menarik dapat mempengaruhi
minat beli dan cara konsumen menilai produk yang dapat menentukan
perubahan sikap konsumen (Comiati, Plaias.2004) dalam (Muchsin &
Amin, 2013). Seno & Lukas, (2005) menyatakan bahwa selebriti tidak
hanya merujuk pada daya tarik selebriti secara fisik saja namun juga
karakteristik
non-fisik
tarik/pesona
(charm),
seperti
sportivitas
keanggunan
(sportmanship),
(grace),
dan
daya
kecerdasan
(intelligence). Hal tersebut yang menjadi indiktor untuk mengukur
dimensi attractivenss.
iv. Exclusivity
Mengacu pada tingkat keesklusifitasan seorang selebriti.
Sebagai public figure yang cukup terkenal, wajar bila seebriti
mengendorse lebih dari satu merek, namun bila berlebihan pun akan
berdampak tidak baik karena dapat menurunkan tingkat efektifitas
proses endorsement itu sendiri. Saat celebrity endorser memilih untuk
mengendorse satu produk saja maka sang selebriti dapat lebih dipercaya
oleh konsumen.
Memilih selebriti yang mempunyai keseimbangan antara
kepopuleran, terkenal dan sesuai untuk menjadi endorser meupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
suatu tantangan namu proses endorsement dapat sukses karena sang
selebriti dilihat kredibel dalam mengiklankan suatu produk (Magnini,
Honeycutt dan Cross,2008).
v. Match Up of Image and Value
Merupakan harmonisasi kecocokan antara celebrity endorser
dengan produk yang di-endorse-kan. Penggunaan celebrity endorser
akan lebih efektif saat citra (image) dan nilai (value) yang dimiliki
selebriti sesuai dengan citra dan nilai yang dimiliki perusahaan atau
merek yang di-endorse. Kesesuaian image ini yang menjadi konsep
utama pada model teori meaning-transfer yang dikemukakan oleh
Mcracken (1989).
Culture
Endorsement
• Object
• Persons
• Context
Consumption
• celebrity > product
• Product ->
Consumer
Gambar 2.2
Pergerakan makna dan proses endorsement
Sumber : McCracken dalam (Belch & Belch,2009)
Dimana : -> alur dari pergerakan makan
Tahapan pergerakan makna
Berdasarkan model meaning transfer, terdapat suatu pola
mengalihan makna budaya dalam kelompok konsumen dimana terdapat
tiga tahap pengalihan budaya. Pertama, budaya yang terinternalisasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
pada endorser. Kedua, budaya tersebut tercermin pada citra selebriti
yang ditransfer pada produk yang di-endorse dan terakhir, konsumen
memaknai produk tersebut berdasarkan citra yang dicerminkan oleh
sang selebriti. Model meaning transfer yang digambarkan McCracken
ini memaparkan bahwa kesesuaian tidak hanya antara selebriti dengan
produk yang di-endorse saja, tetapi juga dengan target marketnya.
4. Brand Image
a. Definisi Brand Image
Semakin kuat suatu merek, semakin kuat pula interaksinya dengan
konsumen dan semakin banyak brand association (asosiasi merek) yang
terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand association yang terbentuk
memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, maka akan berpotensi
meningkatkan citra merek (brand image). Merek juga berperan
menjembatani harapan konsumen sesuai yang dijanjikan perusahaan,
sehingga menghasilkan ikatan emosional antara konsumen dengan
perusahaan. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek
(brand equity) yang kuat. Semakin kuat brand equity suatu produk,
semakin kuat daya tarik produk tersebut di mata konsumen untuk
mengonsumsi.
Brand image adalah kumpulan kepercayaan atau kepercayaan atas
merek tertentu ( Kotler,2005). Brand image akan menjadi prioritas utama
yang dijadikan acuan bagi konsumen sebelum melakukan pembelian, oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
karena itu perusahaan harus dapat menciptakan suatu merek yang menarik
dan menggambarkan manfaat produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen sehingga konsumen memiliki persepsi positif terhadap merek
tersebut. Brand image yang baik merupakan salah satu aset bagi
perusahaan karena brand mempunyai suatu dampak pada setiap persepsi
konsumen, dimana masyarakat akan mempunyai kesan positif terhadap
perusahaan. Citra merek mempresentasikan presepsi keseluruhan atas
merek yang terbentuk
dari informasi mengenai merek dan juga
pengalaman masa lampau.
Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui
atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Menurut (Assael,1998)
citra yang tersirat dari sebuah merek berhubungan dengan sebuah sikap
(beliefs about and preference for the brand). Mengutip pernyataan
Zeithaml, (1998) dalam Lin & Lin, (2007) yaitu menyatakan bahwa citra
merek adalah faktor paling penting yang menjadi pertimbangan konsumen
sebelum melakukan pemilihan produk atau layanan jasa. Sehingga citra
merek yang positif menjadi salah satu pertimbangan apakah konsumen
akan memilih merek tersebut atau tidak. Dapat dikatakan bahwa citra
merek merupakan presepsi konsumen dan preferensi terhadap merek,
sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam asosiasi (presepsi)
merek yang ada dalam ingatan konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
b. Faktor Pembentuk Brand Image
Menurut Biel (1993) dalam Sulistyorini (2012) membagi brand image
kedalam tiga komponen, yaitu:
i. Corporate Image, dalam penelitian ini meliputi : popularitas dan
kredibilitas.
ii. User Image, dalam penelitian ini meliputi kepribadian atau gaya hidup.
iii. Product Image, dalam penelitian ini meliputi keunggulan produk.
Menurut Hidayati, (2013), citra merek sering terkonseptualisasi sebagai
sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah
merek. citra merek terdiri dari:
i. Faktor fisik : karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain
kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan produk dari merek
itu.
ii. Faktor psikologis : dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian
yang dianggap oleh konsumen
menggambarkan
produk dari merek
tersebut.
Keller
dalam
(Alfian,
2012:26)
mengemukakan
faktor-faktor
terbentuknya citra merek atara lain:
i. Keunggulan asosiasi merek (Favorability of brand association)
Keunggulan produk merupakan salah satu faktor pembentuk Brand
Image, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan. Karena
keunggulan kualitas (model dan kenyamanan) dan ciri khas itulah yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
menyebabkan suatu produk mempunyai daya tarik tersendiri bagi
konsumen. Favorability of brand association adalah asosiasi merek
dimana konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan
oleh merek akan dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka sehingga mereka membentuk sikap positif terhadap
merek.
ii. Kekuatan asosiasi merek (Strength of brand association)
Kekuatan merek merupakan asosiasi merek tergantung pada bagaimana
informasi masuk kedalam ingatan konsumen dan bagaimana proses
bertahan sebagai bagian dari citra merek. Kekuatan asosiasi merek ini
merupakan fungsi dari jumlah pengolahan informasi yang diterima pada
proses ecoding. Ketika seorang konsumen secara aktif menguraikan arti
informasi suatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang
semakin kuat pada ingatan konsumen. Pentingnya asosiasi merek pada
ingatan konsumen tergantung pada bagaimana suatu merek tersebut
dipertimbangkan.
iii. Keunikan asosiasi merek (Uniqueness of brand association)
Keunikan merek adalah asosiasi terhadap suatu merek mau tidak mau
harus terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus diciptakan
keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi konsumen untuk
memilih suatu merek tertentu. Dengan memposisikan merek lebih
mengarah kepada pengalaman atau keuntungan diri dari image produk
tersebut. Dari perbedaan yang ada, baik dari produk, pelayanan, personil,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
dan saluran yang diharapkan memberikan perbedaan dari pesaingnya,
yang dapat memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, faktor yang
mempengaruhi citra merek adalah:
i. Keunggulan asosiasi merek merupakan salah satu factor pembentuk brand
image, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan.
ii. Kekuatan asosiasi merek ialah bagaimana informasi masuk kedalam
ingatan konsumen dan bagaimana proses bertahan sebagai bagian dari
citra merek.
iii. Keunikan asosiasi merek terhadap suatu merek mau tidak mau harus
terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus diciptakan
keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi konsumen untuk
memilih suatu merek tertentu.
5.
Minat Beli
a. Definisi Minat Beli
Minat Beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan
pembelian
melakukan
yang
diukur
pembelian
dengan
tingkat
kemungkinan
(Asaael,2008,Pp.41).
Sedangkan
konsumen
menurut
Schiffman dan Kanuk, (2000) mendefinisikan bahwa minat beli sebagai
perilaku transaksi konsumen yang cenderung menunjukan setelah
mengevaluasi produk, dan reaksi konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Minat merupakan tahap kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum melakukan suatu keputusan pembelian. Minat merupakan salah
satu aspek psikologi yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap
motivasi dalam perilaku pembelian konsumen. Minat beli diperoleh dari
suatu proses pembentukan presepsi terhadap suatu produk.
Menurut Blackwell, Miniard Engel, (2008) mempertimbangkan
apa yang menjadi metode yang dibutuhkan konsumen dalam memprediksi
sebuah perilaku konsumen, dimana niat dianggap sebagai pengukuran
paling subjektif tentang cara berperilaku. Disini minat beli ditujukan
sebagai konsumen yang cenderung dapat melakukan pembelian.
Sedangkan
berdasarkan
intensitas
minat
beli
(Howcart,2011)
mengembangkan empat dimensi tentang minat beli, yaitu pertama
repetitive passiveness (high confidence/low involvement) ,kedua rational
activeness
(high
confidence/high
involvement),
ketiga
dependent
relationship (low confidence/high involvement), dan keempat not –
purchase (low confidence/low involvement).
Proses minat beli dimulai dari munculnya kebutuhan akan suatu
produk atau merek (need arousal) dilanjutkan dengan pemrosesan
informasi oleh konsumen (consumer information processing). Selanjutnya
konsumen akan mengevaluasi produk atau layanan jasa dalam merek
tersebut. Minat beli tidak selalu berdampak pada tahap pembelian pada
saat itu juga (langsung). Henry Assael membagi tahap minat beli menjadi
dua bagian, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
i. Purchase
Dalam suatu proses keputusan membeli yang kompleks jeda waktu
antara minat beli dengan keputusan pembelian akan mempunyai jeda
waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan banyak factor yang akan
mempengaruhi konsumen, store selection misalnya.
ii. No Purchase
Setelah mempunyai minat untuk membeli terdapat kemungkinan
bahwa konsumen menunda untuk menggunakan merek atau tidak jadi
menggunakan suatu merek yang disebabkan oleh outside constrains
(perngaruh dari luar). Beberapa pengaruh dari luar yaitu ketidak
sediaan merek, perubahan harga serta informasi tentang merek baru.
Menurut (Kotler, 2005) minat beli termasuk ke dalam perilaku
konsumen. Lebih lanjut seperti yang dikatakan (Schiffman & Kanuk,
2008) bahwa perilaku membeli
timbul karena didahului oleh adanya
minat membeli, minat untuk membeli muncul salah satunya disebabkan
oleh presepsi yang didapatkan dari suasana yang menyenangkan. Perilaku
konsumen atau perilaku membeli merupakan tindakan seseorang/individu
yang berlangsung mengarah pada pecapaian dan penggunaan produk
(barang/jasa) termasuk proses keputusan yang mudah dan menentukan
tindakan tersebut. Menurut (Kotler,2003) pembelian konsumen sangat
dipengaruhi oleh karakteristik – karakteristik sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
i. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam
perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang
dimainkan oleh budaya, sub budaya, dan kelas sosial pembeli.
 Budaya
Merupakan penentuk keinginan dan perilaku paling dasar
pada konsumen. Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil
proses belajar. Sewaktu tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang
anak belajar mengenai nilai presepsi, keinginan dan perilaku dasar
dari keluarga dan lembaga penting
lainnya.
Setiap
kelompok
atau masyarakat memiliki budaya dan pengaruh budaya pada
perilaku konsumen beragam dari Negara satu ke Negara lainnya.
 Sub – budaya
Setiap budaya terdiri dari sub – sub budaya yang lebih
menampakan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para
anggotanya. Sub – budaya mencakup kewarganegaraan, agama,
kelompok ras, dan wilayah geografis.
 Kelas sosial
Pembagian kelompok masyarakat yang relatif teratur dimana
anggota – anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang
serupa. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, seperti
pendapatan, namun diukur berdasarkan kombinasi pekerjaan,
pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan variable lainnya. Dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda
mendapatkan peran tertentu dan tidak dapat mengubah kelas sosial
mereka.
ii.
Faktor Sosial
 Reference group
Merupakan sebuah kelompok yang memiliki pengaruh langsung
(face –to – face) atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh
langsung
terhadap
seseorang
dinamakan
kelompok
keanggotaan. Seseorang juga dipengaruhi oleh kelompok yang
berada diluar kelompok mereka, seperti kelompok aspirasional
yaitu kelompok yang ingin dimasuki oleh seseorang.
 Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang
paling penting di masyarakat. Para anggota dari sebuah
keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembeli.
 Peran dan status
Peran terdiri atas sejumlah aktivitas yang diharapkan untuk
dilakukan menurut orang – orang disekitarnya. Tiap peran
membawa status yang menngambarkan penghargaan umum
terhadap peran tersebut oleh masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
iii. Faktor pribadi
 Umur dan tahap siklus hidup
Setiap orang membeli barang dan jasa yang berbeda – beda
sepanjang hidupnya. Selera pada setiap orang sering terkait
dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup
keluarga yaitu tahap – tahap yang dilalui oleh suatu keluarga
sehingga menjadi matang.
 Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsi barang
dan jasa yang digunakan. Seperti contoh pekerja kerah biru
akan membeli baju lapangan, sedangkan pekerja kerah putih
akan membeli baju untuk bisnis. Disamping itu, pemilihan
produk akan sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi
seseorang.
 Lifestyle
Merupakan sebuah pola hidup seseorang yang tergambarkan
dengan
aktivitas,
minat
dan
opininya.
Gaya
hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang beriteraksi
dengan lingkungannya. Sehingga biasanya pemasar mencari
hubungan antara produk mereka dengan lifestyle yang ada.
 Kepribadian dan konsep diri
Merupakan
karakteristik
psikologi
yang
menghasilkan
tanggapan yang secara konsisten dan terus – menerus terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
lingkungannya.
Kepribadian
dapat
menjadi
salah
satu
pengukuran dalam menganalisa pilihan merek konsumen.
Dasar konsep diri adalah kepemilikan seseorang dapat
menumbang dan mencerminkan identitas diri mereka.
iv. Faktor – faktor psikologis
 Motivasi
Kebutuhan akan menjadi sebuah dorongan ketika mencapai
level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang
mendorong sesorang bertindak secara kuat mencari kepuasan
atau kebutuhan tersebut.
 Presepsi
Merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk
memilih, mengorganisir dan menginterpretasikan masukan
informasi guna membentuk gambaran yang berari.
 Pembelajaran
Pembelajaran menunjukan perubahan perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman. Ahli teori pembelajaran mengatakan
bahwa
sebagian
besar
perilaku
manusia
dipelajari.
Pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara dorongan,
stimulan, tanggapan, dan penguatan.
 Keyakinan dan sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipertahankan
seseorang mengenai sesuatu. Sikap menggambarkan evaluasi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
perasaan dan kecenderungan yang konsisten atas suka atau
tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide.
Menurut Ferdinand (2006) minat beli dapat diidentifikasi melalui
dimensi sebagai berikut
a. Minat Transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
b. Minat Refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
c. Minat Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan
perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada
produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi
sesuatu dengan produk preferensinya.
d. Minat Eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku
seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk
yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung
sifat-sifat positif dari produk tersebut.
B. Kajian Terdahulu
Tabel 2.1
Kajian Terdahulu
No
1
Penulis,
Lokasi dan
Tahun
Penelitian
Indriany M.
Wijaya
Universitas
Sam
Ratulangi
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
The Influence
Of Brand
Image, Brand
Personality
And Brand
Awareness On
Analisa
Regresi
Berganda
Variabel
Penelitian
Vaiabel
dependent :
Purchase
Intention
Variable
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Brand Image
memberikan
pengaruh yang
positif terhadap
Purchase Intention
dengan nilai sig
42
2
Manado
2013
Consumer
Purchase
Intention
Chao-Sen
Wu, Ph.D
2015
Attitude
Toward Brand
Image,Athletes
Endorsement,
and Purchase
Intention
Departement
of Sport &
Health
Promotion
Trans World
University,
Taiwan
Liu, Huang
& Minghua
3
Tri Asih
Hidayati
Independent :
brand image,
brand
personality
dan brand
awareness
Structural
Equation
Model (SEM)
analysis
method
Relations
among
attractiveness
of endorsers,
match-up and
purchase
intention in
sport
marketing in
China
Regresi
Berganda
Pengaruh Citra
merek
Jenis
penelitian :
Variabel
dependet :
Purchase
Intention
Variabel
indpendent :
Brand Image ,
Athlete
Endorsement
Variable
dependent :
Purchase
Intention
Variable
Independent :
Attractiveness,
match-up
Variabel
dependen :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebesar 0.008,
kemudian brand
personality
mepunyai nilai sig
sebesar 0.014
sehingga terdapat
pengaruh positif
terhadap minat beli,
dan brand
awareness nilai sig
sebesar 0.000
artinya memiliki
hubungan yang
paling positif dan
signifikan
dibandingkan brand
awareness dan
brand personality
Consumers’s
attitude toward
brand image,
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap purchase
intention dengan
factor loading > 0,50
Athlete endorsement
berpengaruh positf
dan siginfikan
terhadap purchase
intention dengan
factor loading >
0,05.
Attractiveness
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
pembentukan minat
beli konsumen di
Sport market cina
dengan Sig = 0,000
Sedangkan, MatchUp Sig sebesar
0,002
Dan tidak ada
pengaruh secara
bersamaan pada
Attractiveness dan
Match – Up
terhadap minat beli
dengan F : 0,069
Terdapat hubungan
signifikan antara
43
4
5
2013
Universitas
Negeri
Malang
terhadap minat
beli dan
keputusan
pembelian
Bardia
Youshefa
kimi, Abed
Abdeniyah,
Majid
Nokhbeh
Zaeim
2011
Investigate the
impact of
celebrity
endorser on
Brand Image
Ling Chang1
Factors
Influencing
Changsa
Teenagers
Purchase
Intention
Towards
Celebrity –
Endorser
Apparels
The Influences
of Advertising
Endorser,
Brand Image,
Brand Equity,
Price
Promotion, on
Purchase
Intention
Analisa
Regresi
Berganda
Pengaruh
Celebrity
Endorsement
terhadap
Purchase
Intention
dengan Brand
Image sebagai
Variabel
Intervening
(Studi kasus
iklan produk
perawatan
Path Analysis
6
Chi. Ren
Yeh, Huang
7
Finna
Anastasya &
Sugiono
Sugiharto
(2015)
8
explanatory
research
dengan
pendekatan
kuantitatif
dengan
menggunakan
analysis jalur
path
Analisa
Regresi
Berganda
Analisa
Regresi
Berganda
keputusan
pembelian
minat beli
Variabel
independen :
citra merek
Variabel
independen :
dimensi
celebrity
endorser
Variabel
dependen :
brand image
Variabel
dependen :
Purchase
Intention
Variable
Independen :
Celebrity
Endorsed
Variabel
dependent :
Purchase
Intention
Variable
Independent :
advertising
endorser,
brand image,
brand equity,
price
promotion
Variabel
Dependen :
Purchase
Intention
Variable
Independen :
brand image
& celebrity
endorsement
http://digilib.mercubuana.ac.id/
citra merek dan
minat beli serta
keputusan
pembelian
konsumen
Terdapat hubungan
positif dan kuat,
antara kredibilitas,
keatraktifan,
keahlian dan
kesesuaian image
antara selebriti –
produk dengan citra
merek
Terdapat hubungan
yang positif dan
signifikan antara
celebrity endorser
dan minat beli
konsumen.
Hasil dari penelitian
ini menunjukan
bahwa terdapat
hubungan yang
siginfikan antara
brand equity, brand
image, dana
advertising endorser
yaitu (β = 0.552, p<
0.001). begitu juga
adveritising endorser
dan purchase
intention ( β = 0.683,
p =<0.001)
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
terdapat hubungan
signifikan antara
variable celebrity
endorsement dan
brand image serta
brand image dan
purchase intention
dengan nilai t-value
sebesar 3.47 lebih
besar dari t- tabel
yaitu 1.96. kemudian
44
kecantikan
Pond’s)
hasil dari variable
brand image
terhadap purchase
intention memiliki
nilai t-value sebesar
81.75 lebih besar
dari t-tabel 1.96
C. Hubungan Antar Variabel
1.
Hubungan Antara Brand Personality dan Brand Image
Brand Personality merupakan serangkaian karakteristik manusia
yang oleh konsumen diasosiasikan dengan brand tersebut, seperti,
kepribadian, penampilan, nilai nilai, kesukaan, jenis kelamin, ukuran,
bentuk,
etnis,
inteligensi,
kelas
sosioekonomi,
dan
pendidikan
(Aaker,1997). Sedangkan, brand image adalah persepsi dan keyakinan
yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang
tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:403).
Kemudian menurut Surachman (2008:13) mendefinisikan citra merek
sebagai bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat
diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus, atau persepsi
pelanggan atas sebuah produk atau jasa yang diwakili oleh mereknya.
Brand yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu merek dalam
masyarakat, asosiasi merek yang tinggi pada suatu produk, presepsi positif
dari pasar dan kesetiaan konsumen yang tinggi. Brand image dilihat dari
asosiasi yang dimiliki orang – orang terhadap suatu brand. Kekuatan
brand bergantung pada tingkat kepositifan dan seberapa sering munculnya
dibenak konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Penting bagi perusahaan untuk mengatur asosiasi macam apa yang
dapat dibuat dari sinyal – sinyal yang mereka tunjukan, sehingga sangat
penting bagi perusahaan untuk memiliki identitas brand yang jelas.
Dengan brand image kuar, tingkat penjualan produk pun akan meningkat.
Untuk perusahaan besar seperti Adidas, konsep branding bukan
lagi dalam tataran hard sell tetapi lebih pada corporate image buliding.
Identitas utama yang ingin ditampilkan Adidas berkisar seputar olahraga,
kesehatan dan performa, serta desain dan produksi sepatu yang
berdasarkan pada inovasi dan teknologi yang canggih. Personality yang
ditampilkan oleh Adidas yaitu energik, bersemangat, maskulin dan agresif
dan, keren.
Dengan semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan,
semakin kuat brand image yang dimiliki oleh suatu merek akan
memunculkan citra terhadap merek tersebut. Selain menciptakan citra
merek itu sendiri, asosiasi merek juga dapat menciptakan reaksi atau
tanggapan konsumen terhadap janji – janji yang terkandung dalam brand
identity (identitas merek) suatu produk. Brand identity sendiri diartikan
sebagai nilai – nilai kepribadian yang ditanamkan oleh perusahaan
terhadap produknya, sehingga produk tersebut memiliki identitas yang
unik.
Jadi, kesan – kesan yang terkait merek akan semakin meningkat
dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi
suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
dalam strategi komunikasinya. Suatu merek yang telah mapan akan
memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai
asosiasi yang kuat. Dengan demikian perusahaan harus bisa membangun
asosiasi konsumen, sehingga membuat konsumen selalu mengingat sebuah
merek dari asosiasi yang diciptakan oleh perusahaan karena medan
pertempuran adalah dibenak konsumen. Asosiasi yang terbentuk tersebut
akan membantu terciptanya image yang baik dan kuat, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi konsumen dalam keputusannya untuk membeli dan
mengkonsumsi sebuah produk.
2. Hubungan Antara Celebrity Endorser dan Brand Image
Selebriti diasumsikan lebih kredibel daripada non- selebriti.
Tampilan fisik dan karakter non fisik selebriti membuat sebuah iklan lebih
menarik dan disukai oleh konsumen. Performa, citra, dan kepopuleran
selebriti dapat lebih menarik perhatian target audien untuk menyaksikan
iklan yang dapat mempengaruhi presepsi positif dan daya tarik konsumen
terhadap suatu produk yang ditawarkan perusahaan.
Tugas utama para endorser ini adalah untuk menciptakan asosiasi
yang baik antara endorser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul
sikap positif dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra
yang baik pula di mata konsumen.
Image
sangat
penting
bagi
suatu
brand,
karena
dapat
mempengaruhi minat beli konsumen. Jika brand image suatu produk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
terlihat rendah, konsumen akan merasa kurang percaya terhadap produk
tersebut (Huang;2013 dalam Wu, 2015). Kemudian (Kamins ; 1990),
menyatakan bahwa, ketika juru bicara (spokepersons) mempunyai
kesesuaian dengan brand, efek dari pada penggunaan selebriti endorser
akan berdampak positif dan signifikan. Hal tersebut juga didukung oleh
(Hsieh, Pan & Setiono,2004 dalam Wu,2015) menyatakan bahwa seorang
artis dengan reputasi dan daya tarik yang tinggi akan menciptakan
perhatian
konsumen
dengan
menggunakan
media
advertising
endorsement.
3. Hubungan Antara Brand Personality dan Purchase Intention
Pemanfaatan
personalitas
merek
sebagai
upaya
dalam
membedakan merek terhadap pesaingnya akan lebih efektif pada merek
yang secara fungsi atau fisik sangat sulit dibedakan antara satu dan
lainnya. Menurut Bauer Mader, Keller (2009) sebuah personlitas merek
dapat membantu proses komunikasi pada konsumen dikarenakan memberi
kemudahan konsumen dalam mengidentifikasi merek. Pembentukan
personalitas yang jelas merupakan salah satu faktor penting dalam proses
membangun merek yang kuat.
Brand personality yang dibuat secara konsisten akan sulit di
contoh oleh pesaing. Agar hal tersebut dapat terjadi, maka dalam
pembentukan personalitas harus memperhatikan dimensi – dimensi
personalitas merek. Dalam penelitian yang dilakukan Aaker (1997)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
mengenai 5 dimensi dari personalitas merek, yaitu : Sincerity, Excitement,
Competence, Sophistication, Ruggedness. Jadi, Secara umum brand
personality merupakan pemanfaatan karakteristik manusia sebagai salah
satu identitas dari merek agar membangun hubungan emosional kepada
konsumen dan dengan personalitas merek dapat membedakan suatu merek
terhadap merek pesaingnya.
Dengan
pendekatan
menarik
yang
dilakukan
oleh
suatu
perusahaan, maka konsumen secara sengaja dipengaruhi untuk mulai
mengevaluasi keuntungan - keuntungan yang dapat diperoleh jika membeli
produk yang ditawarkan dan dengan mudah konsumen menemukan
produk yang sesuai dengan kepribadiannya/yang diinginkan dan pada
akhirnya akan menciptakan suatu proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh konsumen yang bersangkutan sebelum mengadakan
pembelian atas produk tersebut (Anoraga, 2000 dalam Eka &
Jony,104;125).
4.
Hubungan Antara Celebrity Endorser dan Purchase Intention.
Ada banyak cara strategi pemasaran yang layak dipelajari, kemudian
perusahaan dapat memilih salah satu alternatif cara yang dipandang sesuai
dengan kondisi perusahaan. Iklan adalah salah satu pilihan yang ditempuh
oleh perusahaan untuk berkomunikasi dengan publiknya. Penggunaan
selebritis dalam iklan diharapkan akan mampu menarik perhatian pemirsa,
sehingga iklan dapat diingat di benak pemirsa. Clemente (2002) dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Finna & Sugiono (2015) menjelaskan bahwa celebrity endorsement
merupakan
penggunaan
selebriti
dalam
iklan
dengan
tujuan
merekomendasikan penggunaan produk yang disponsori. Selain itu
celebrity endorser juga dapat meningkatkan brand awareness juga
sekaligus mewakili kepribadian merek yang mereka bawakan dan
diharapkan dapat mendekati target konsumen lebih mudah.
Menurut (Mc. Cracken, 1986 dalam Wu, 2015), celebrity endorser
adalah individu yang mendapat pengakuan publik atas reputasi dan
prestasi yang digunakan untuk beriklan hal tersebut dianggap dapat
mendukung produk yang dipromosikan. Hal ini juga diperkuat dari
pendapat dari Rossiter dan Percy (1998) bahwa celebrity endorser
merupakan model iklan yang berperan besar dalam mempengaruhi audien
didalam iklan suatu produk.
Menurut Kotler (1997) pemilihan tokoh dalam menyampaikan pesan
merupakan faktor yang sangat penting,tokoh tersebut harus dikenal luas,
mempunyai pengaruh positif yaitu efek emosi yang positif terhadap audien
dan sesuai dengan produk yang dibintanginya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Elysia,Sthepanie,2013)
tentang pengaruh kredibilitas endorser terhadap minat beli melalui sikap
dimana independen variabelnya berupa Attractiveness, Truthworthiness,
Experise, variabel mediasi berupa sikap dan dependen variabel berupa
minat beli, dinyatakan adanya pengaruh kredibilitas endorser terhadap
minat beli. Kemudian (Muthohar,Traitmaja,2013) melakukan penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
tentang pengaruh endorser ulama terhadap sikap dan minat beli
konsumen,dimana
independen
variabelnya
adalah
attractiveness,
credibility, match-up, dan trustworthiness, variabel mediasi sikap
konsumen dan dependen variabelnya adalah minat beli, menunjukan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan.
5. Hubungan antara Brand Image dan Purchase Intention.
Minat beli diperoleh dari suatu proses komunikasi, pembelajaran
dan pemikiran konsumen yang kemudian membentuk presepsi. Minat beli
menciptakan motivasi tertentu yang ditangkap konsumen mengenai suatu
brand yang terus menerus sehingga melekat pada benak konsumen, dan
kemudian menumbuhkan keinginan kuat untuk melakukan tahap
selanjutnya yaitu melakukan keputusan pembelian.
Brand Association adalah segala kesan yang muncul di benak
seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek
(Durianto, 2001). Sedangkan Aaker (1997) mendefinisikan” Brand
association is anything liked in memory to a brand”. Asosiasi tersebut
berupa kesan – kesan yang berhubungan dengan merek yang tertanam
diingatan atau benak konsumen. Kemudian kumpulan asosiasi – asosiasi
tersebut membentuk satu rangkaian citra merek (brand image). Dimana
Brand image merupakan sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan
melekat di benak konsumen Rangkuti (2004) dalam Eka & Jony (2009).
Dengan semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
brand image yang dimiliki oleh suatu merek akan memunculkan citra yang
positif terhadap merek tersebut. Menurut Paul Temporal, (2001) dalam
Eka & Jony (2009), selain menciptakan citra yang positif, asosiasi merek
juga dapat menciptakan reaksi atau tanggapan konsumen terhadap janji –
janji yang terkandung dalam brand identity (identitas merek) suatu produk.
Brand identity sendiri diartikan sebagai nilai – nilai kepribadian yang
ditanamkan oleh perusahaan terhadap produknya, sehingga produk
tersebut memiliki identitas yang unik (Rangkuti,2006).
Dalam penelitian ini asosiasi – asosiasi yang terkait dengan suatu
merek dihubungkan dengan lima pendekatan dari Durianto (2006), yaitu:
Asosiasi dari atribut produk (product attributes), Asosiasi atribut produk
tak berwujud (intangibles attributes), Asosiasi manfaat bagi pelanggan
(customer’s
benefit),
Asosiasi
gaya
hidup/kepribadian
(life
style/personality) dan Asosiasi dari sisi pesaing (competition). Jadi, kesan
– kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin
banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau
dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi
komunikasinya. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi
menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang
kuat.
Dengan demikian perusahaan harus bisa membangun asosiasi
konsumen, sehingga membuat konsumen selalu mengingat sebuah merek
dari asosiasi yang diciptakan oleh perusahaan karena medan pertempuran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
adalah dibenak konsumen. Asosiasi yang terbentuk tersebut akan
membantu terciptanya image/citra yang baik dan kuat, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi konsumen dalam keputusannya untuk membeli dan
mengkonsumsi sebuah produk.
D. Kerangka Pemikiran
Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses
rangsangan konsumen sangat kompleks, dan salah satunya adalah motivasi
konsumen untuk membeli. Sehingga, fenomena yang sekarang terjadi, para
pemasar ingin mempengaruhi minat beli dari konsumen dan setelah itu akan
berdampak pada pembelian berulang ataupun dampak lain karena minat beli
tersebut, ataupun pembelian hanya mungkin akan terjadi sekali ataupun tidak
ada dampak yang lebih lanjut (Adrian & Jony, 2012).
Keputusan pembelian merupakan realisasi dari perencanaan dan
pertimbangan yang mendalam dalam memilih suatu produk yang melibatkan
pemecahan masalah kompleks tentang merek, jumlah, membeli dimana, waktu
membeli, dan cara membayar (Kotler,1994:268 dalam Yan Karda Siregar &
Zulkarnain 2015). Schiffman & Kanuk (2010:156) menjelaskan pembentukan
brand personality pada sebuah brand akan mendorong konsumen untuk
memberikan tanggapan dengan perasaan dan emosi terhadap brand tersebut.
Dengan demikian sebuah brand akan menjadi lebih dekat dengan konsumen.
Brand Personality diukur dengan menggunakan 5 dimensi menurut Jeniffer
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
L.Aaker (1997) yang terdiri dari sincerity, excitement, compentence,
sophistication, dan ruggedness.
Untuk membangkitkan minat beli konsumen, selain memberikan
karakteristik personal pada produk, pemasar dituntut untuk kreatif dan inovatif
agar dapat menarik perhatian konsumen dan dapat membawa minat dari
konsumen untuk membeli. Salah satu cara untuk menampilkan iklan pemasar
juga perlu memberikan dukungan lain pada produk tersebut untuk lebih
menekankan karakteristik produk melalui celebirty endorser. Penggunaan
celebrity endorser yang memiliki karakteristik akan dapat mempengaruhi
sikap (attitude) atau tanggapan konsumen yang positif terhadap suatu produk.
Dari beberapa strategi komunikasi pemasaran yang dijabarkan penulis
mengenai brand personality dan peran pendukung suatu produk (celebrity
endorser), keduanya tersebut memiliki kontribusi terhadap pembentukan
ekuitas merek yaitu dengan membangun merek dalam ingatan dan
menciptakan citra merek untuk mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Kombinasi antara brand personality dan celebrity endorser yang
dituangkan pada suatu produk dirasa akan mampu menciptakan image pada
suatu brand. Kemudian image tersebut diharapkan dapat mendorong
keputusan pembelian konsumen.
Dari pengertian mengenai karakteristik konsumen terhadap minat beli
dan keputusan pembelian, maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh brand personality dan celebrity endorser dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
pembentukan brand image terhadap keputusan pembelian sepatu Adidas,
kasus pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercubuana
H3
brand
personality
(X1)
H1
brand
image
(Y)
celebrity
endorser
(X2)
H5
Minat beli
(Z)
H2
H4
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atau jawaban sementara atas
rumusan masalah penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran
dugaan tersebut. Rumusan masalah biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan,
rumusan masalah dikatakn sementara karena jawaban yang diberikan baru di
dasarkan pada teori yang relevan,sehingga perlu diuji secara empiris. Berdasarkan
model analisis sebelumnya maka dapat diperoleh hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah :
H1 = Brand personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan
brand image
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
H2 = Celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan
brand image.
H3 = Brand personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli
konsumen.
H4 = Celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli
konsumen.
H5 = Brand image memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli
konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download