BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tanah merupakan media tanam yang di dalamnya terkandung berbagai unsur yang diperlukan tanaman untuk bertumbuh. Tanah adalah ekosistem yang dinamis yang mendukung keaneragaman kehidupan. Tantangannya adalah bagaimana pengelolaan tanah dilakukan tanpa terjadinya degradasi terhadap tanah dan lingkungan di sekitarnya (El-ramady dkk., 2014). Tanaman menyerap nutrisi dari akar untuk bertahan hidup. Nutrisi yang diperlukan berasal dari tanah dan penambahan pupuk (Schmidt, 1914). Nutrisi atau unsur-unsur penting yang diperlukan dalam jumlah besar adalah nitrogen (N), sulfur (S), posfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg). Mikronutrisi seperti besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu) diperlukan tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Akan tetapi beberapa nutrien mengalami pengendapan membentuk kompleks dengan ion lain, dipengaruhi pH, serta di pengaruhi oleh struktur tanah (Kemas, 2009). Kalium (K) merupakan unsur hara yang paling banyak diserap pada tanaman seperti tembakau, padi, dan jagung. Pada tanaman jagung, pemupukan dengan pupuk K sangat bermanfaat karena dapat berperan untuk mentolerir tingkat stres air pada tanaman (Premachandra dkk., 1993). Kalium diserap sebagai ion K+ yang dihasilkan dari pelapukan mineral. Unsur ini mempunyai ukuran yang cenderung besar dan bervalensi 1, sehingga unsur ini tidak mudah dijerap oleh lempung atau tanah akibatnya mudah mengalami pelindian. Keadaan ini menyebabkan ketersediaan unsur ini dalam tanah umumnya rendah dibandingkan unsur lain, meskipun bahan induk tanah mengandung unsur ini dalam jumlah yang tinggi. Keperluan K pada tanaman menurun dengan mendekati panen tanaman, serta penambahan konsentrasi pemupukan K berbeda setiap harinya (Everaarts dan Beusichem, 1998). Oleh karena itu, Kalium yang digunakan sebagai pupuk harus di khelat terlebih dahulu dengan suatu polimer organik untuk meningkatkan efisiensi pemupukan terhadap tanaman (Kemas, 2009). 1 2 Logam transisi berperan sangat luas dalam proses biokimia. Beberapa reaksi enzimatis protein dalam tanaman melibatkan logam ini (Krämer dkk., 2007). Konsentrasi logam transisi di dalam jaringan tanaman sangat beragam, Besi (Fe) merupakan yang paling banyak, yaitu sekitar ~100 mg (Merchant, 2010). Secara kimia, Fe mempunyai dua keadaan oksidasi yaitu Fe3+ dan Fe2+. Aktivitas reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ berjalan sangat cepat pada kondisi tergenang air. Pada keadaan ini tanaman (khususnya padi) dapat mengalami keracunan Fe2+ karena banyaknya besi yang terserap oleh akar. Kegagalan petani dapat mencapai 15 sampai 30 persen, bahkan bisa mengalami gagal panen (Becker dan Folkard, 2005). Defisiensi akan nutrien ini tergolong masalah yang kurang diperhatikan. Padahal 1 dari 3 lahan yang ada di permukaan bumi tergolong defisiensi akan nutrien ini (David dkk., 1996). Kekurangan nutrien pada tanaman biasanya diatasi dengan penambahan pupuk. Penggunaan pupuk kimia pada tanaman akan meningkatkan hasil panen secara signifikan (Ryan dkk., 2012). Dewasa ini telah dikembangkan pupuk lepas lambat. Menurut The Association of American Plant Food Control Officials (AAPFCO) pupuk lepas lambat merupakan pupuk yang mampu menunda ketersediaan nutrisi tanaman selama proses penyerapan tanaman, serta mampu bertahan lebih lama dibandingkan dengan pupuk kimia yang sudah ada (Trankle, 2010). Material zeolit merupakan rangkaian kerangka kristalin aluminosilikat yang tersusun atas tetrahedral SiO44- dan AlO45- melalui jembatan oksigen (Arryanto, 2000). Zeolit telah dimanfaatkan dalam pertanian sejak tahun 1960 karena sifat kristanilitas mikroporinya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, kapasitas pertukaran kation (KTK), serta sifatnya sebagai pupuk pelepas lambat. Zeolit merupakan kristalin aluminosilikat mineral unsur alkali dan alkali tanah dengan kemampuan molecular sieve di dalam channel jaringan terbukanya (Jakula, 2005). Kerangka zeolit tersusun atas rongga besar dan kecil. Rongga besar, ukuran dan bentuknya yang khas disebut sebagai sangkar alpha. Rongga kecil yang bentuknya juga khas disebut sangkar beta. Zeolit banyak dipakai sebagai support atau host material karena kestabilan termalnya yang tinggi, strukturnya tertentu, memiliki luas permukaan yang besar dan selektif terhadap ukuran bentuk. 3 Klinoptilolite, adalah mineral yang kandungannya paling tinggi pada zeolit alam. Klinoptilolite merupakan anggota grup dari heulandite zeoit alam dan isostruktural dengan zeolit heulandite (Ackley dan Yang, 1991). Selain itu, zeolit alam dapat meningkatkan sifat fisik tanah dan dapat menghilangkan kontaminan yang ada dalam tanah (Rehakova dkk., 2004). Meskipun begitu, harus dilakukan modifikasi dan kajian lebih lanjut untuk mendapatkan pupuk lepas lambat yang sesuai untuk tanaman. Alginat merupakan kopolimer biner tidak bercabang dengan dasar ikatan (14) β-D-Asam Mannuronat dan α-L-Asam Guluronat (Draget, 2006). Alginat telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Dalam bidang industri, alginat dimanfaatkan sebagai stabiliser, pengental makanan, serta aplikasinya dalam bidang farmasi (Ren, 2008). Alginat sendiri juga dimanfaatkan dalam bidang biomedical sain dan jaringan karena sifatnya yang biokompatibel dan sangat mudah membentuk gel (Lee dan Mooney, 2012). Lee dan Mooney (2012) melaporkan alginat mampu berinteraksi dengan beberapa ion multivalen dengan interaksi tertentu. Kemampuan ini biasa dikenal sebagai teknik imobilisasi ion. Mikrokapsulasi alginat dengan logam divalen terjadi secara interaksi silang. Stabilitas dan kekuatan gel dengan logam divalen dipengaruhi oleh jumlah gugus mannuronat dan gugus guluronat (MØcrh, dkk., 2006). Kemampuan ini dapat digunakan untuk melindungi nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman. Seperti diketahui sebelumnya, berbagai masalah kebutuhan nutrien tanaman menjadi sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, dengan adanya kemampuan alginat yang mampu melindungi nutrien yang dibutuhkan tanaman diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Kombinasi kedua polimer tersebut dapat dimanfaatkan sebagai material pelepas lambat. Baik zeolit ataupun alginat keduanya mempunyai sifat yang bisa digunakan sebagai material pelepas lambat. Kombinasi kedua material ini biasa dikenal sebagai komposit. Komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material untuk menghasilkan material dengan sifat yang lebih baik daripada material individunya saja (Campbell, 2010). 4 Sintesis komposit bertujuan untuk memperoleh material baru yang sifat dasar dari masing-masing penyusun komposit masih tetap ada. Sifat dasar dari material penyusun sangat penting karena sifat inilah yang nantinya akan berperan sebagai pupuk lepas lambat. Kombinasi dari alginat dan zeolit diharapkan akan mampu menciptakan material baru yang sesuai dengan karakter pupuk lepas lambat yang diperlukan tanaman. Material yang disintesis merupakan material yang dapat berperan sebagai pupuk pelepas lambat Fe dan K. Kombinasi ini diharapkan dapat berperan sebagai pupuk lepas lambat mikro dan makro sesuai kebutuhan tanaman. Berdasarkan berbagai masalah kebutuhan nutrien oleh tanaman, maka diperlukan suatu pupuk sebagai agen penambah nutrien yang mampu mengontrol pelepasan nutrien sesuai kebutuhan tanaman. Proses pelepasan nutrien juga tidak boleh sembarangan. Diperlukan suatu kajian mengenai kinetika pelepasan nutrien oleh kombinasi kedua material tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji mengenai kinetika pelepasan Fe dan K di dalam komposit tersebut. I.2 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mempelajari pengaruh konsentrasi K terhadap adsorpsi Fe dalam material komposit alginat/zeolit/Fe/K. 2. Mempelajari kinetika lepas lambat Fe dan K dari komposit alginat/zeolit/Fe/K dalam media asam sitrat. 3. Mempelajari pengaruh konsentrasi K terhadap kinetika pelepasan Fe dalam material komposit alginat/zeolit/Fe/K. I.3 Manfaat Penelitian Manfaat penulisan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai sintesis komposit alginat-zeolit sebagai material pupuk lepas lambat, serta mengetahui proses kinetika pelepasan K dan Fe yang dalam material komposit alginat-zeolit.