ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014 Oleh: Muhamad Rafi Maulana NIM. 208084000009 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Muhamad Rafi Maulana NIM. 208084000009 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM NIDN. 0325067004 Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Senin, Tanggal 7 Juli 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa: 1. Nama : Muhamad Rafi Maulana 2. NIM : 208084000009 3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 7 Juli 2014 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP.19570617198503 1 002 ( 2. Zuhairan Y Yunmi, SE, M. Sc NIP. 19800416 200912 1 002 ( 3. Fitri Amalia, SPd,. M.Si NIP.19820710200912 2 002 ( ) Penguji I ) Penguji II ) Penguji III ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Jumat, tanggal 26 Juni 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama : Muhamad Rafi Maulana 2. NIM : 208084000009 3. Jurusan : IESP Ekonomi Islam 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 Juni 2015 1. Dr. Amilin, SE., MSi., Ak., CA., BKP NIP. 19730615 200501 1 009 ( 2. M. Hartana, M.Si NIP. 150409504 ( 3. Ali Rama. SE., M.Ec NIP. 2028068401 ( 4. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM NIDN. 0325067004 ( 5. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011 ( ) Ketua ) Sekretaris ) Penguji Ahli ) Pembimbing I ) Pembimbing II iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Nama Mahasiswa : Muhamad Rafi Maulana NIM : 208084000009 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : IESP Ekonomi Islam Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, Juni 2015 (Muhamad Rafi Maulana) iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi 1. Nama : Muhamad Rafi Maulana 2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 2januari 1991 3. Alamat : Jl. Mardani raya gg b,no 22 rt 05 rw10 4. Agama : Islam 5. Nama Ayah : M. Ridho Lahji 6. Nama Ibu : Eviyawati 7. Nomor Telepon : 08211897019 8. E-mail : [email protected] B. Data Pendidikan Formal 1. 1995 – 2001 : SDN Kereo 8 ciledug 2. 2001 – 2004 : Mts Darrunnajah jakarta selatan 3. 2004 - 2007 : SMK Yuppentek 4 ciledug 4. 2008 – 2014 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi studi Pembangunan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. v ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) and BOPO (operational cost and operational income) toward ROA (return on asset) partially and simultaneously. The method that writer applied is multiple regression linear. The data are secondary, based on finance report 4 years for every three months. The results show that are simultaneous influence of variable Inflation, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) and BOPO (operational cost and operational income). The result also show there is a significant partially influence Kurs and BOPO (operational cost and operational income) toward ROA (return on asset), whereas Inflation and CAR (capital adequacy ratio) and has no partially Influence toward ROA (return on asset). The result adjusted R square show that the influence of inflation, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) and BOPO (operational cost and operational income) toward ROA are 92% and the rest 8% was affected by other variables and not included into this regression analysis. Keyword: inflation, kurs, CAR (capital adequacy ratio), BOPO (operational cost and operational income), ROA (return on asset) vi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) secara parsial dan secara simultan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Inflasi, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset (ROA). Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Kurs dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset, sedangkan Inflasi dan CAR (capital adequacy ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh Inflasi, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset dapat dijelaskan sebesar 92% sedangkan sisanya sebesar 8% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini. Kata kunci: inflasi, Kurs, CAR (capital adequacy ratio) dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) vii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai tukar, Capital adequacy ratio, Biaya Oprasional Dan Pendapatan Oprasional Terhadap Profitabilitas Pada perbankan Syariah Preiode 2010-2014 ”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayahanda tercinta (M. Ridho lahji) dan ibunda tercinta (eviyawti) yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis. Dan seluruh keluarga kakak dan adik (Rima firdaus lahji, Rani Fadhillah lahji) yang telah menyemangati, memberikan keceriaan, do’a dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. 2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan, MA. MM sebagai Penggagas teori hahslm 472319, Konsep Sinlammim 319913616, Pendekatan Kaffah Thinking 396, dan Metode berfikir menyeluruh. Dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya viii skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. 4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh Stafnya yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada seluruh teman-temanku dikelas IESP (Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2008, yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Terima kasih atas bantuan, semangat dan do’anya. 9. Kepada teman-teman seperjuangan seluruh Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan pejuang terakhir 2008, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. Terima kasih untuk sahabat-sahabat terbaik, Aziezul Rashid (Basir), Derry Sapta, Dendy Sumawan (Kadir), Aljuni Vernorth (Jodi), Fandy Prasetiyo, Rizky Aryo, Wahyu Saputro (Kutil), Yoga Dwidingga. 10. Kepada teman-teman KOSBAH (Kosan Bahagiah) Jakarta yang bersamasama merantau dari seluruh pulau jawa dan luar pulau jawa, fatan (sang pencerah), yadi (iday), abdul hafizt (djabon), apis (mandra), nanang (wing chun), poltak (padangki), dhani, nge dan masih banyak lagi yang tidak bisa ix penulis sebutkan satu per satu, yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini, yang tidak akan penah penulis lupakan. 11. Dan tidak lupa kepada tambatan hatiku Laras Wati ,SE. yang selalu memberi support dan mengingatkanku akan jaga kesehatan, sholat, berdoa, dan selalu memberikan dorongan dengan segala perhatian-perhatiannya. Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 19 Juni 2015 (Muhamad Rafi Maulana) x DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... Abstact ............................................................................................................... Abstrak ............................................................................................................... Kata Pengantar ................................................................................................ Daftar Isi ........................................................................................................... Daftar Tabel ...................................................................................................... Daftar Gambar ................................................................................................. iv v vi vii viii xi xiii xiv Daftar Lampiran .............................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang Masalah ............................................................... B. Perumusan Masalah ...................................................................... C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................... 1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2. Manfaat Penelitian ................................................................... 1 1 11 12 12 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 14 A. Landasan Teori ............................................................................. 14 1. Bank Syariah ............................................................................ 14 2. Profitabilitas (Return On Asset)................................................ 17 3. Inflasi ........................................................................................ 19 4. Nilai Tukar Rupiah ................................................................... 20 5. Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................ 24 6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) ...... 25 7. Hubungan Antar Variabel Penelitian ....................................... 27 B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 32 C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 36 D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 39 xi BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 41 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 41 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 41 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 42 D. Metode Analisis Data .................................................................... 43 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 43 2. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 47 3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ........................ 49 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 50 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 55 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 55 B. Hasil Dan Pembahasan .................................................................. 57 1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................ 57 a. b. c. d. Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 58 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 60 Hasil Uji Autokolerasi ......................................................... 61 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 62 2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 63 a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ....................................... 63 b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................ 63 3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 67 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................... 70 C. Pembahasan Analisis .................................................................... 71 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 75 A. Kesimpulan ................................................................................... 75 B. Implikasi ....................................................................................... 76 C. Saran ............................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 79 LAMPIRAN ...................................................................................................... 82 xii DAFTAR TABEL Nomor 1.1 Keterangan Halaman Profitabilitas (ROA), Inflasi, Kurs dan CAR di Indonesia Periode 2010 - 2014....................................................................................... 8 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 33 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..................... 46 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 60 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas............................................................... 60 4.3 Hasil Uji Autokolerasi ..................................................................... 61 4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 63 4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ......................................................... 64 4.6 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...................................... 70 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 38 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ........................................ 59 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 62 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman 1 Data Mentah Variabel Penelitian .................................................... 83 2 Hasil Pengolahan dengan SPSS ....................................................... 84 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Perbankan syariah sebagai komponen perbankan di Indonesia mampu menarik perhatian dunia dengan ketahanannya dalam menghadapi krisis keuangan global di tahun 2008. Kemudian pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia yang terus bertumbuh setiap tahunnya. Tetapi, aset perbankan di Indonesia masih tetap didominasi oleh perbankan konvensional dimana asset perbankan konvensional lebih dari 96% dan aset perbankan syariah tidak lebih dari 4%. Karena itu, perbankan syariah harus memiliki kemampuan memperoleh profit untuk pertumbuhan dan perkembangan bank umum syariah ke depannya (Putri dan Heykal, 2013:2). Bank syariah merupakan institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah, sedangkan bank konvensional merupakan bank yang sistem operasionalnya menerapkan metode bunga (Ascarya, 2011:1). Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait (Antonio, 2009:3). 1 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa perbankan syariah merupakan perusahaan yang mampu bersaing walaupun tergolong baru dibandingkan perbankan konvensional. Dari ketiga komponen tersebut membuktikan bahwa asset, DPK dan pembiayaan merupakan hal yang sangat penting dalam perbankan. Dan asset merupakan menjadi tolak ukur dalam kesehatan suatu perbankan. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas adalah return on asset (ROA), return on asset (ROA) merupakan perbandingan nett profit after tax terhadap average total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Nilai dari kedua rasio keuangan di atas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam menganalisanya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio (Handoko, 2008:3). Untuk mengetahui peningkatan profit diperlukan suatu ukuran kinerja dari suatu perbankan, ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan terkadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi yang biasa digunakan oleh para manajer atau investor selama ini menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio profitabilitas (return on equity, return on asset, return on 2 invesment) serta rasio solvabilitas. Menurut Hariyani (2010:53) return on asset merupakan alat untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA semakin besar juga tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga memungkinkan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Salah satu metode dalam menilai tingkat kesehatan bank ialah dengan menggunakan rasio kemampuan laba atau dapat disebut juga dengan rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas. Rasio kemampuan laba dapat diartikan sebagai kemampuan bank dalam mengelola asset dan liabilities yang ada guna menghasilkan laba. Terdapat enam tolak ukur tingkat kemampuan laba, yakni net profit margin, gross proffit margin, asset utilization, return on asset, earning per share, serta return on equity. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tolak ukur return on asset sebagai tolak ukur tingkat kemampuan bank. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki (Yuliani, 2007:56). 3 Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabelvariabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian yang berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). (Pratiwi, 2012:3). Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan dalam hal pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan. Variabel ekonomi makro yang dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya pemasalahan perbankan syariah di Indonesia, yaitu Inflasi yang merupakan presentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen konvensional untuk mengendalikan laju inflasi, dimana inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan (Dendawijaya, 2006:103). Inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi (Kasmir dan Jakfar, 2010:40). 4 Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sektor perbankan. Oleh karena itu, bank Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga (BI rate) yang sesuai sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan menguntungkan. Salah satu penyebab krisis yang dialami oleh Indonesia adalah inflasi yang berkepanjangan. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolut) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara (Dwijayanthy dan Naomi, 2009:2). Tinggi rendahnya tingkat inflasi dinilai memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap pergerakan harga saham sesuai dengan tingkat inflasi itu sendiri. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan harga saham aset perbankan, sementara tingkat inflasi yang sangat rendah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap lambannya pergerakan aset perbankan (Samsul, 2006:201). Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar rupiah, yang dimaksud dengan nilai tukar rupiah merupakan harga Rupiah terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar (kurs) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan sangat berhati-hati untuk melakukan investasi (Iba dan Wardhana, 2012:4). 5 Exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestic (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestic dalam mata uang asing. Pengaruh nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank mengidentifikasikan apabila nilai tukar mengalami apresiasi dan depresiasi, maka akan berdampak pada kewajiban valas bank pada saat jatuh tempo. Akibatnya, profitabilitas bank akan mengalami perubahan jika dalam kasus tersebut bank tidak melakukan headging (Karim, 2008:157). Sedangkan faktor internal perbankan syariah yang dapat mempengaruhi profitabilitas salah satunya adalah CAR (capital adequacy ratio), yang dimaksud dengan CAR (capital adequacy ratio) adalah perbandingan antara modal dibandingkan aktiva tertimbang menurut risiko. CAR berguna untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (Iqbal, 2010:149). Variabel capital adequacy ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas yang merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utang baik utang jangka panjang atau utang jangka pendek. Berdasarkan teori struktur modal menunjukkan penggunaan utang akan meningkatkan tambahan laba operasi perusahaan karena pengembalian dari dana ini melebihi bunga yang harus dibayar (Hariyani, 2010:56). 6 Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi profitabilitas perbankan adalah biaya operasional dan pendapatan operasional, yang dimaksud dengan beban operasional dan pendapatan operasional adalah rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Sektor perbankan sebagai intermediary institution antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit spending unit) memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Keadaan tersebut memerlukan suatu pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan merupakan hal yang mampu memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan dana. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir dan Jakfar, 2008:96). Dengan demikian, peranan perbankan nasional termasuk perbankan Syari’ah perlu ditingkatkan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, serta penyediaan layanan jasa perbankan lainnya. Sejalan dengan upaya restrukturisasi perbankan untuk membangun kembali sistem perbankan 7 yang sehat dalam rangka mendukung program peningkatan ekonomi nasional, maka salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan adalah pengembangan perbankan Syari’ah. Berikut ini merupakan data mengenai return on asset, inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional di Indonesia (http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015). Tabel 1.1 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Kurs dan CAR di Indonesia Periode 2010 - 2014 ROA Inflasi Kurs CAR BOPO (Persen) (Persen) (Rupiah) (Persen) (Persen) 2010 2,86% 6,96% 8350 17,18% 96,07% 2011 3,03% 3,79% 9048 16,05% 87,71% 2012 3,11% 4,30% 9712 17,32% 85,57% 2013 2,00% 8,38% 10091 14,42% 85,06% 2014 1,30% 6,24% 10703 16,62% 91,90% Tahun Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015 (diolah). Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa data return on asset pada tahun 2010 sebesar 2,86% dan inflasi pada tahun 2010 sebesar 6,96%, sedangkan pada tahun 2011 return on asset sebesar 3,03% dan inflasi pada tagun 2011 sebesar 3,79. Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang mengatakan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. 8 Berdasarkan analisa tersebut membuktikan bahwa semakin tingginya inflasi maka akan semakin rendah return on asset. Pada data kurs terlihat pada tahun 2010 sebesar 8350 dan return on asset sebesar 2,86%, sedangkan pada tahun 2011 kurs sebesar 9712 dan return on asset sebesar 3,03% hal ini membuktikan bahwa semakin kecil. Data sesuai dengan pernyataan yang dilakukan oleh Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Capital adequacy ratio pada tahun 2010 sebesar 17,8% dan return on asset sebesar 2,86% sedangkan pada tahun 2011 capital adequacy ratio sebesar 16,05 dan return on asset sebesar 3,03% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi capital adequacy ratio maka akan semakin rendah return on asset. Data sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Putri dan Heykal (2013:2) yang menyatakan bahwa CAR yang tinggi sangat baik karena bank ini mampu menanggung risiko yang timbul. Adanya modal yang cukup yang disediakan oleh pemilik sehingga kredit menjadi lebih luas dan adanya risiko yang kecil sehingga semuanya itu akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. CAR yang tinggi menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya kepercayaan masyarakat yang stabil. Biaya operasional dan pendapatan operasional pada tahun 2010 sebesar 96,07% dan return on asset sebesar 2,86% sedangkan pada tahun 2011 biaya operasional dan pendapatan operasional sebesar 87,71 dan return on asset 9 sebesar 3,03% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi biaya operasional dan pendapatan operasional maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini terjadi karena lebih tinggi beban dibandingkan pendapatan, sehingga akan mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Riyadi (2006:56) yang menyatakan bahwa semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Alasan pemilihan judul pada penelitian ini adalah semakin berkembangnya perusahaan perbankan sebagai perusahaan yang mampu bersaing walaupun semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan, yang ditandai dengan nilai return on asset sebagai alat dalam penilaian kinerja keuangan. Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari berbagai aspek. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa sampai dengan akhir tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 31,8 persen dengan pangsa pasar (market share) yang terus mengalami penigkatan hingga mencapai 4,8 persen. Hal ini di dorong oleh permintaan masyarakat Indonesia akan Islamic product sebagai alternatif dalam menggunakan jasa perbankan yang semakin meningkat (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 29 Juni 2015). Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah tingkat keuntungan atau laba. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan, termasuk perbankan syariah, merupakan hal yang sangat penting dalam laporan ta hunan. Selain itu, kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup kegiatan rutin atau operasional juga perlu dilaporkan sehingga di harapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. Prediksi kinerja keuangan 10 suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor, kreditur, dan pemerintah (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 29 Juni 2015). Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi return on asset perbankan Syariah di Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Capital adequacy Ratio, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, capital adequacy ratio (CAR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 2014? 2. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 3. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 4. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 5. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu: a. Untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 – 2014. b. Untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 – 2014. c. Untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 d. Untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 – 2014. e. Untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 – 2014. 2. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan Capital adequacy Ratio terhadap profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2009 - 2014. 12 b. Bagi sektor perbankan Khususnya dalam menganalisis pengaruh pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan Capital adequacy Ratio terhadap profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2010 - 2014, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan sektor perbankan syariah. c. Bagi Pemertintah Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah. d. Bagi Masyarakat Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim/muslimah. e. Bagi Pihak Lain Seperti pihak swasta/wiraswasta sebagai masukan bagi mereka untuk memilih sistem perbankan syariah sebagai pilihan alternatif. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Perkembangan ekonomi islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah (Suwiknyo, 2010:1). Bank syariah adalah institusi keuangan institusi keuangan yang berbasis syariah islam. Hal ini berarti secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kaamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah (Ascarya, 2011:1). Dunia ekonomi dalam islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam Al quran dan sunah) hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi (adanya sistem zakat sebagai alat disinsentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi). (Ascarya, 2011:1). 14 Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia terdapat dalam undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan undang - undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang - undang No. 7 tahun 1992. Berdasarkan kebijakan tersebut, perkembangan kebiijakan perbankan islam di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam dua periode, yaitu periode 1992 - 1998 dan periode 1998 - 1999 (Suwiknyo, 2010:2). b. Produk Bank Syariah Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Suwiknyo, 2010:20-40): 1) Produk Penghimpunan Dana a) Prinsip Wadi’ah Prinsip Wadi’ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang meminjam b) Prinsip Mudharabah Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi: 15 (1) Mudharabah Mutlaqah Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. (2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. (3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. 2) Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa. 3) Produk Jasa Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, alqardh, al-wakalah dan al-khafalah. 16 2. Profitabilitas (Return On Asset) Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). ROA (return on asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai Return on Investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2008:201). 17 Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357). ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32). 18 3. Inflasi Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks diatas. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103). Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat 19 diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128). Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201): 4. Nilai Tukar Rupiah a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain (Sartono, 2001). Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis 20 kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:6). Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasa rmodal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003:12). Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176). b. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro (2001:26), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 21 1) Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate) Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : a) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. 2) Sistem Kurs Tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. 22 3) Sistem Kurs Tertambat Merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. 4) Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. 23 5) Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. 5. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai tingkat kecukupan modal suatu bank. Menurut Bank Indonesia yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 31/146/KEP/DIR tanggal 12 november 1998 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (KPMM), CAR atau KPMM diartikan sebagai berikut: “Jumlah modal minimum yang harus dimiliki oleh bank dalam rangka penyediaan pengklasifikasian risiko operasional bank yang mungkin terjadi dan untuk membiayai kegiatan operasionalnya”. CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) (Manullang, 2002:67). CAR menunjukkan sejauh mana penurunan Asset Bank masih dapat ditutup oleh Equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Achmad, 2003:32). Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya, dan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat (khususnya untuk masyarakat peminjam) terhadap 24 23 kinerja bank. Penggunaan modal bank juga dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan bank guna menunjang kegiatan operasi bank, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal dari para pemegang sahamnya. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya pembiayaan yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Deandawijaya, 2005:78). Rumus untuk mencari capital adequacy ratio sebagai berikut: 6. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional 25 bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:102). Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103). Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani (2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total 26 pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Pratiwi, 2012:7). BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah sebagai berikut (Martono, 2010:92): 7. Hubungan Antar Variabel Penelitian a. Hubungan antara Inflasi dengan Return on Asset Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. 27 Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir (bukan punya pemerintah) yang ada dalam bankbank, serta penurunan pengeluaran pemerintah (Utomo, 2008:7). Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat, sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Supriyanti (2009) dan Fadjar (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi terhadap return on asset. 28 b. Hubungan Antara Kurs dengan Return on Asset Kurs (Exchange Rate) merupakan nilai atas suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Peningkatan nilai suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut apresiasi, sedangkan penurunan nilai mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut depresiasi. Ada beberapa penelitian yang mencoba untuk menemukan hubungan kausal antara harga saham dan nilai tukar mata uang. Beberapa penelitian menunjukan bahwa nilai tukar secara tidak konsisten mempengaruhi return saham. Nilai tukar mata uang akan memiliki hubungan yang positif karena nilai tukar mata uang domestik yang terdepresiasi akan mengakibatkan perusahaan lokal lebih kompetitif sehingga akan berdampak pada peningkatan ekspor yang kemudian akan meningkatkan harga saham. Nilai mata uang yang terdepresiasi juga dapat mengakibatkan hubungan yang negatif antara nilai tukar mata uang dengan harga saham. Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176). Hal ini dapat terjadi apabila mata uang mengalami depresiasi, sementara sebagian besar perusahaan mengimpor dalam jumlah besar bahan baku produksi mereka sehingga dapat memicu peningkatan biaya 29 produksi yang kemudian dapat mengurangi penjualan dan keuntungan perusahaan yang dapat mendorong terjadinya penurunan harga saham perusahaan. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasa rmodal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa kurs mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Swandayani dan Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel kurs terhadap return on asset. c. Hubungan Antara Capital Adequacy Ratio dengan Return on Asset Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya pembiayaan yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan 30 kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Deandawijaya, 2005:78). Permodalan (Capital Adequacy) menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Sufa, 2008:12). Rasio capital adequacy ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga (Ponco, 2008:35). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa CAR mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Adyani (2010) dan Kusumaningtias (2009) serta Fadjar (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel CAR terhadap return on asset. d. Hubungan Antara Biaya Operasional dan Pendapatan Opersional dengan Return on Asset BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat 31 kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:102). Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap return on asset (ROA) telah dilakukan peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011), dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, metode yang digunakan analisis regresi linier berganda, hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA. B. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini: 32 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Peneliti Metode Penelitian Dan Tahun Penelitian 1. Analisis Supriyanti Regresi Pengaruh Inflasi (2009) Linier Dan Suku Berganda Bunga Bi Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan 2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia Fadjar (2013) Nugroho 3. Analisis Pengaruh FDR, (2011) NPF, BOPO, KAP Dan PLO Terhadap return On Asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 - 2010 Berlanjut Ke Halaman Berikutnya Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian Hasil penelitian didapati bahwa Tingkat Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap ROE, dan Tingkat Suku Bunga BI berpengaruh terhadap ROA. Walaupun demikian hasil ini masih harus lebih dikaji dengan metode dan observasi yang lebih baik lagi kelak dikemudian hari. Hasil penelitian menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. Hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA. 33 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Judul Penelitian 4. Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20082012) 5. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) Peneliti Dan Tahun Kurniawati (2012) Metode Penelitian Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian Hasil penelitian menyatakan bahwa BI rate berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit tidak berpengaruh terhadap return on asset Adyani (2010) Regresi Linier Berganda Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. 6. Wibowo (2013) Regresi Linier Berganda Berdasar hasil analisis data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Berlanjut Ke Halaman Berikutnya 34 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Judul Peneliti Dan Penelitian Tahun 7. Pengaruh Swandayani dan Inflasi, Suku Kusumaningtias Bunga, Nilai (2009) Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20052009 Metode Penelitian Regresi Linier Berganda 8. Capital Olalekan (2013) Adequacy And Banks' Profitability: An Empirica Evidence From Nigeria Regression 9. Regression Impact Of Awan (2014) Liquidity, Leverage, Inflation On Firm Profitability An Empirical Analysis Of Food Sector Of Pakistan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial suku bunga, nilai tukar valas dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROA perbankan syariah. The findings for the primary data analysis revealed a non-significant relationship but the secondary data analysis showed a positive and significant relationship between capital adequacy and profitability of bank Liquidity ratios are insignificant relationship with return on asset and return on equity. Debt ratios are negatively associative with return on assets and return on sales. Profitability ratios are positively associative with return on assets and return on equity Berlanjut Ke Halaman Berikutnya 35 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Judul Penelitian 10. The Impact Of Macroeconomic Variables On The Profitability Of Listed Commercial Banks In Nigeria Peneliti Dan Tahun Michael (2014) Metode Penelitian Regression 11. Sabir, dkk (2011) Regresi Linier Berganda Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Hasil Penelitian The findings from the empirical point of view show a positive relationship of gross domestic product (GDP) with return on equity, Interest rate and inflation rate have a negative relationship with return on equity (ROE). Gross domestic product have a significant positive effect on Return on equity(ROE) Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan 36 keterikatan antara variabel yang diteliti. Pada penelitian ini ingin mengetahui pengaruh antara inflasi, kurs dan capital adequacy ratio terhadap return on asset. Inflasi berpengaruh terhadap return on asset diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Sedangkan pengaruh kurs terhadap return on asset dikarenakan nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Pengaruh capital adequacy ratio terhadap return on asset diungkapkan oleh Putri dan Heykal (2013:2) yang menyatakan bahwa adanya modal yang cukup yang disediakan oleh pemilik sehingga kredit menjadi lebih luas dan adanya risiko yang kecil sehingga semuanya itu akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. CAR yang tinggi menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya kepercayaan masyarakat yang stabil. Pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional diungkapkan oleh Riyadi (2006:56) yang menyatakan bahwa semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Untuk mengetahui pengaruh antara inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset digunakan metode regresi linier berganda. Langkah dalam uji regresi linier berganda pertama dilakukan uji asumsi klasik, setelah melakukan uji asumsi 37 klasik lalu dilakukan uji regresi berganda yang terdiri uji t, uji F dan uji determinasi. Setelah melakukan uji regresi dibuat suatu interpretasi yang akan menghasilkan kesimpulan dan saran. Berdasarkan hubungan antar variabel yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perbankan Syariah Di Indonesia Variabel Independen 1. Inflasi (X1) 2. Nilai Tukar Rupiah (X2) 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) / (X3) Variabel Dependen Profitabilitas (Return on Asset) Uji Asumsi Klasik 1. 2. 3. 4. Uji Normalitas Data Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Hipotesis 1. Uji t (Parsial) 2. Uji F (Simultan) Uji Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Kesimpulan dan Saran 38 D. Hipotesis Penelitian Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Ho1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y) Ha1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y). 2. Ho2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah (X2) terhadap return on asset (Y) Ha2 ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah (X2) terhadap return on asset (Y). 3. Ho3 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel capital adequacy ratio (X3) terhadap return on asset (Y). Ha3 ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel capital adequacy ratio (X3) terhadap return on asset (Y). 4. Ho4 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset (Y). Ha4 ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset (Y). 39 5. Ho4 = 0, tidak ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset (Y). Ha4 ≠ 0, ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset (Y). 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada tahun 2014. Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap variabel dependen, yaitu return on asset (Y). Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4). Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah return on asset yang diberi lambang (Y). B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010:117) populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdapat di indonesia. 41 2. Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut: a. Perusahaan Perbankan yang listing dalam kurung waktu 2010 sampai 2014. b. Perusahaan Perbankan Syariah yang memiliki laporan keuangan c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember. C. Metode Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo (2009:147), data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). 42 Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari laporan keuangan perusahaan perbankan syariah yang telah diaudit per 31 desember 2010 - 2014. D. Metode Analisis Data Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini (inflasi, nilai tukar rupiah, capital adequacy ratio dan return on asset) menggunakan model regresi berganda atau Multiple Regression (Ghozali, 2009:5). Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset adalah sebagai beriku: 1. Uji Asumsi Klasik Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi dasar yang dilakukan adalah: a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2009:27). 43 1) Analisis Grafik Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan. (Santoso, 2007:214) adalah: (a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. (b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Analisis Statistik Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas dengan menggunakan statistik Kolmogorov–Smirnov (Ghozali, 2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 44 (a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel : (1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak. (2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima. (b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: (1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak. (2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model regresi (Ghazali, 2009:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas 45 dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang dan besar). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2009:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t 46 dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. (Ghozali, 2009:99). Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya aotukorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin – Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan = 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Santoso. 2002:219). 2. Uji Hipotesis Penelitian a. Uji Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2009:88). Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil 47 daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 0,05), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Kemudian akan diketahui apakah hipotesis dalam penelitian ini secara simultan ditolak atau diterima, adapun bentuk hipotesis secara simultan adalah: Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 ; inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) secara simultan tidak berpengaruh terhadap return on asset (Y). Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 ; inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), capital adequacy ratio (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) secara simultan berpengaruh terhadap return on asset (Y). b. Uji Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji 48 yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto, 2009:88 - 89). Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:191) dalam menentukan kriteria dalam uji parsial (Uji t) two tailed test dapat dilihat sebagai berikut: 1) Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel Apabila thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi a) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima. b) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak. 3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model regresi linier berganda dimana variabel independen yaitu inflasi, nilai tukar rupiah dan capital adequacy ratio terhadap variabel dependen yaitu return on asset. Model regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut: 49 Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + Ɛ Keterangan: Y = Variabel return on asset a = Konstanta b1…b4 = Koefisien regresi terhadap dugaan X1 = Variabel inflasi X2 = Variabel nilai tukar rupiah X3 = Variabel capital adequacy ratio (CAR) X4 = Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional Ɛ = Standar Error 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Menurut Ghozali (2009:87) menyatakan Uji Koefisien Determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam melakukan suatu estimasi. Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya. 50 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan maksud menghindari kemungkinan adanya makna ganda, sekaligus mendevinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukuran (Hamid, 2010:33). Jadi, oprasional variabel penelitian merupkan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada, dan juga merupakan penjelasan-penjelasan yang mengenai variabel-variabel yang menjadikan kajian dalam penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun, maka oprasional variabel dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Profitabilitas (Y) Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor 51 disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357). Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32). 2. Inflasi (X1) Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128). Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201): 52 3. Nilai Tukar Rupiah (X2) Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176). 4. Capital Adequacy Ratio (CAR) / (X3) Penggunaan modal bank juga dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan bank guna menunjang kegiatan operasi bank, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal dari para pemegang sahamnya. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya pembiayaan yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Deandawijaya, 2003:78). Rumus untuk mencari capital adequacy ratio sebagai berikut: 53 5. Biaya Opersaional dan Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah sebagai berikut (Martono, 2010:92): 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perbankan Syariah Di Indonesia Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 10 Juni 2015). Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam 55 lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 10 Juni 2015). 2. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 10 Juni 2015). “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya. Dalam jangka pendek, 56 perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 10 Juni 2015). Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 10 Juni 2015). B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka penelitian menggunakan analisis untuk membandingkan dua varibel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk memperoleh model regresi yang bisa dipertanggungjawabkan, maka asumsiasumsi berikut harus dipenuhi: 57 a. Hasil Uji Normalitas Data Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov - smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147): 1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali, 2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat 58 dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut ini: Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik Sumber: data diolah, 2015 Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Ghozali 2009:112). 2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik (Ghozali, 2009:149). Adapun hasil perhitungan uji 59 normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorofsmirnov adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 20 Mean 0E-7 a,b Normal Parameters Std. Deviation .00132510 Absolute .175 Most Extreme Differences Positive .175 Negative -.124 Kolmogorov-Smirnov Z .784 Asymp. Sig. (2-tailed) .570 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: data diolah, 2015 Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa nilai unstandarized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal. b. Hasil Uji Multikolinearitas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients Model a Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) INF KURS CAR BOPO a. Dependent Variable: ROA 1 .892 .323 .245 .650 1.121 3.094 4.089 1.539 Sumber: data diolah, 2015 60 Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. c. Hasil Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW). Tabel 4.3 Hasil Uji Autokolerasi b Model Model Summary R Square Adjusted R Square R a 1 .968 .937 .920 a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, KURS, CAR b. Dependent Variable: ROA Std. Error of the Estimate .00149 Durbin-Watson 1.355 Sumber: data diolah, 2015 Pada tabel di atas diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,355, berdasarkan nilai durbin watson sebesar 1,355 maka hasil membuktikan tidak terjadi autokolerasi, karena nilai DW berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. 61 d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: data diolah, 2015 Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali 2009:107). 62 2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Tabel 4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) a ANOVA Sum of Squares .000 df 4 Mean Square .000 Residual .000 15 .000 Total .001 19 Model Regression 1 F 55.910 Sig. b .000 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), BOPO, INF, KURS, CAR Sumber: data diolah, 2015 Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh sebesar 55,910 > Ftabel sebesar 3,06 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset berpengaruh secara simultan (bersama-sama). b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel 63 dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88). Tabel 4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) dan Koefisien Regresi Linier Berganda a Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error Model (Constant) .097 .008 INF .008 KURS -2.350E-006 CAR -.015 BOPO -.067 a. Dependent Variable: ROA .024 .000 .009 .006 1 Standardized Coefficients Beta .024 -.393 -.211 -.952 t Sig. 11.711 .000 .345 -3.453 -1.614 -11.857 .735 .004 .127 .000 Sumber: data diolah, 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh kurs dan biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sedangkan inflasi dan capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel independen terhadap return on asset: 1) Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset Variabel inflasi dengan nilai thitung < ttabel sebesar 0,345 < 2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,735 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti inflasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba yang dipeorleh perusahaan tidak mengalami penurunan 64 yang signifikan dan sebaliknya. Alasan yang menjadi menjelaskan kondisi tersebut adalah bahwa pada dasarnya inflasi yang tinggi mencerminkan kenaikan barang-barang yang menjadikan nilai peredaran uang dapat berkurang akibat harga yang meningkat. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. 2) Pengaruh Kurs terhadap Return on Asset Variabel kurs dengan nilai -thitung < -ttabel sebesar -3,453 < -2,10 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti kurs berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hal ini membuktikan fluktuasi nilai tukar Rp terhadap dollar berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas perbankan (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai tukar Rupiah pada Dollar berdampak pada peningkatan profitabilitas bank (ROA) Peningkatan nilai tukar (kurs) Rupiah pada Dollar hanya berdampak signifikan pada perbankan yang mempunyai hubungan secara langsung dengan mata uang asing seperti bank Campuran, Asing ataupun bank Devisa. 65 Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-2009”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial suku bunga, nilai tukar valas dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROA perbankan syariah. 3) Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset Variabel inflasi dengan nilai -thitung > -ttabel sebesar -1,614 > 2,10 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,127 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti capital adequacy ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) yang negatif tidak signifikan terhadap Return On Asset dapat terjadi karena peningkatan profitabilitas turut diikuti pula oleh meningkatnya kebutuhan pembentukan cadangan dalam rangka mengantisipasi konsekuensi peningkatan resiko sejalan dengan optimalisasi produktivitas aset, sehingga kecukupan permodalan Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami penurunan. Di samping itu, Capital Adequacy Ratio 66 (CAR) yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dapat dikarenakan bank syariah belum secara signifikan memanfaatkan sumber-sumber tambahan modal lainnya sehingga pertumbuhan modal tidak dapat mengimbangi pertumbuhan aktiva produktif. Perkembangan ini tentunya berdampak pada kemampuan bank untuk melakukan ekspansi penyaluran dana. Dengan demikian, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset. (ROA).Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2010) dengan penelitian yang berjudul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. 4) Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional dengan nilai -thitung < -ttabel sebesar -11,857 < -2,10 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa 67 semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Habbe (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”. Hasil menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Koefisien regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besar pengaruh antara Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset.Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional mempengaruhi return on asset sebagai berikut: 68 Y = 0,097 + 0,008 X1 - 2,350E-006 X2 - 0,15 X3 - 0,067 X4 Keterangan : Y = Return on Asset a = Konstanta X1 = Inflasi X2 = Kurs X3 = Capital Adequacy Ratio X4 = Biaya Operasioanal dan Pendapatan Opersional ei = Standar Error Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,097. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka return on asset akan meningkat sebesar 0,097 satuan. Variabel inflasi sebesar 0,008 menunjukkan bahwa jika variabel inflasi meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return on asset sebesar 0,008 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel kurs sebesar -2,350E-006 menunjukkan bahwa jika variabel kurs meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 2,350E-006 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel capital adequacy ratio sebesar -0,015 menunjukkan bahwa jika variabel capital adequacy ratio meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,015 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel biaya 69 operasional dan pendapatan operasional sebesar -0,067 menunjukkan bahwa jika variabel biaya operasional dan pendapatan operasional meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,067 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (return on asset), melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi 2 2 (Adjusted R ). Dari koefisien determinasi (Adjusted R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Tabel 4.6 Hasil Uji Determinasi Adjusted R Square b Model Model Summary R Square Adjusted R Square R a 1 .968 .937 .920 a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, KURS, CAR b. Dependent Variable: ROA Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .00149 1.355 Sumber: data diolah Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai 2 (Adjusted R ) = 0,920 yaitu persentase pengaruh Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional mempengaruhi return on asset sebesar 92%, sedangkan sisanya sebesar (100% – 92% = 8%) dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini. 70 C. Pembahasan Analisis Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Inflasi, biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh terhadap return on asset, sedangkan kurs dan capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset berikut ini merupakan pembahasan mengenai penelitian ini, yaitu: 1. Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba yang diperoleh bank syariah tidak mengalami penurunan yang signifikan dan sebaliknya. Alasan yang menjadi menjelaskan kondisi tersebut adalah bahwa pada dasarnya inflasi yang tinggi mencerminkan kenaikan barang-barang yang menjadikan nilai peredaran uang dapat berkurang akibat harga yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa adanya inflasi tidak banyak mengurangi deposito maupun tabungan pada bank syariah. Hasil ini mengisyaratkan bahwa ada sedikit daya tahan bank syariah terhadap inflasi. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. 71 2. Pengaruh Kurs terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap return on asset. Hal ini membuktikan Nilai tukar valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal yang didapat dari jenis investasi apapun. Penurunan investasi ini akan mempengaruhi kegiatan operasional bank. Dengan turunnya investasi, permintaan pembiayaan pada bank syariah juga akan menurun. Dan untuk selanjutnya akan berpengaruh terhadap rasio keuangan bank, salah satunya rasio profitabilitas yang diwakili oleh ROA (Sukirno, 2006:38). Penelitian ini juga menunjukkan, setiap kenaikan nilai tukar valas akan mengakibatkan kenaikan ROA, dan sebaliknya setiap penurunan nilai tukar valas akan menurunkan ROA. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-2009”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial suku bunga, nilai tukar valas dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROA perbankan syariah. 72 3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset. Hal ini disebabkan bank cenderung menginvestasikan dananya dengan hati-hati, dan lebih menekankan pada survival bank, sehingga CAR bank tidak berpengaruh banyak terhadap pendapatan bank (ROA). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) yang negatif tidak signifikan terhadap Return On Asset dapat terjadi karena meningkatnya peningkatan kebutuhan profitabilitas pembentukan turut diikuti cadangan pula dalam oleh rangka mengantisipasi konsekuensi peningkatan resiko sejalan dengan optimalisasi produktivitas aset, sehingga kecukupan permodalan Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami penurunan. Di samping itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dapat dikarenakan bank syariah belum secara signifikan memanfaatkan sumber-sumber tambahan modal lainnya sehingga pertumbuhan modal tidak dapat mengimbangi pertumbuhan aktiva produktif. Perkembangan ini tentunya berdampak pada kemampuan bank untuk melakukan ekspansi penyaluran dana. Dengan demikian, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2010) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. 73 4. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh negatif terhadap return on asset. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank. Jika kondisi biaya operasional semakin meningkat tetapi tidak dibarengi dengan pendapatan operasional maka akan berakibat berkurangnya return on asset. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Habbe (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”. Hasil menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel independen (Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset, untuk menganalisisnya maka dilakukan uji regresi linier berganda yang menghasilkan suatu analisa, setelah dianalisa maka dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. Besar pengaruh antar variabel inflasi terhadap return on asset sebesar 0,008 dan memiliki pengaruh positif. 2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel kurs berpengaruh terhadap return on asset. Besar pengaruh antar variabel kurs terhadap return on asset sebesar 2,350 dan memiliki pengaruh negatif. 3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset. Besar pengaruh antar variabel capital adequacy ratio terhadap return on asset sebesar 0,015 dan memiliki pengaruh negatif. 75 4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh terhadap return on asset. Besar pengaruh antar variabel biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset sebesar 0,067 dan memiliki pengaruh negatif. 5. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan atau (uji F) ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel independen (Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset. B. Implikasi Berasarkan hasil penelitian variabel yang berpengaruh terhadap return on asset adalah kurs dan biaya operasional dan pendapatan operasional dan variabel yang tidak berpengaruh terhadap return on asset adalah inflasi dan capital adequacy ratio. Kurs menunjukkan hasil berpengaruh negatif terhadap return on asset, hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya nilai kurs maka akan semakin rendah return on asset. Maka bagi perusahaan perbankan yang ada di Indonesia harus memperhatikan naik turunnya kurs dengan melihat pergerakannya. Pada variabel biaya operasional dan pendapatan operasional menunjukkan hasil berpengaruh dan negatif terhadap return on asset, hal ini membuktikan semakin tingginya biaya operasional dan pendapatan operasional maka kan semakin rendah return on asset maka sebaiknya pihak perusahaan perbankan di Indonesia perlu melakukan analisa mengenai biaya operasional 76 dan pendapatan operasional dan memantau pergerakannya sehingga nasabah dan investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan perbankan dan biaya operasional yang semakin tinggi akan menurunkan return on asset, maka sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan pendapatan operasional sehingga akan meningkatkan return on asset. C. Saran Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Saran Bagi Nasabah Dengan mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi ROA, berarti mengetahui tingkat kesehatan suatu bank, maka bagi nasabah perlu menganalisa apa saja yang dapat mempengaruhi ROA, sehingga nasabah dapat memperkirakan kapan akan berinvestasi dan kapan akan mulai menarik investasinya. 2. Saran Bagi Bank Syariah Di Indonesia Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan perbankan syariah di Indonesia dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. Dan bagi perusahaan perbankan syariah di Indonesia agar lebih mengawasi laporan keuangan lebih baik lagi sehingga investor dan nasabah akan percaya dan yakin dalam menanamkan modalnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. 77 3. Saran Bagi Akademis Penilaian analisis Pengaruh Inflasi, kurs, capital adequacy ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional yang mempengaruhi return on asset dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya. Dan melakukan penelitian yang lebih baik lagi serta menambah jumlah variabel dan periode penelitian agar menghasilkan data yang lebih baik lagi, karena masih terdapat 32,8 persen variabel yang dapat mempengaruhi return on asset. Di samping itu, penelitian ini menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 78 DAFTAR PUSTAKA Achmad, Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, “Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia”, Media Ekonomi dan Bisnis, Vol. XV 1 Juni 2003 FE UNDIP, Semarang, 2003. Adyani, Lyla Rahma, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”, Jurnal Manjemen Perbankan, Jakarta, 2010. Antonio, Moh. Syafií, “Bank Syariíah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani Pres, Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2009. Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Pers, Jakarta, 2011. Awan, Maria Rasheed, “Impact of liquidity, leverage, inflation on firm profitability an empirical analysis of food sector of Pakistan”, IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM), Pakistan, 2014. Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. _______, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2006. Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”, Jurnal Karisma, Jakarta, 2009. Fadjar, Aris, “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, Journal Of Management, Jakarta, 2013. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Undip, Semarang, 2009. Gilarso, T. ”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Yogyakarta, 2004. Hakim, R. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”, Tesis Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Skripsi”, Edisi I. FEB UIN Press Grafika Karya Utama, Jakarta, 2010. Handoko, T. Hani, Manajemen (edisi ke2), BPFE-Yogyakarta, 2008. 79 Hariyani, Ismi, “Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet Kenapa Perbankan Memanjakan Debitur Besar Sedangkan Usaha/Debitur Kecil Dipaksa, Cetakan Pertama, Kompas Gramedia, Jakarta, 2010. Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012)”, Diponegoro Journal Of Management, Volum 2., Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15, Semarang, 2013. http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015. Iba, Zainuddin dan Aditya Wardhana, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, Profitabilitas dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Kebangsaan, Vol.I No.1, Januari 2012, Aceh, 2012. Indriantoro, Nur Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2009. Karim, Adiwarman, “Ekonomi Mikro Islam”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir dan Jakfar, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. _______, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Jakarta, Prenada Media Group, 2010. Kuncoro, M, “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi kedua, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2001. Kurniawati, Ayu, “Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)”, Jurnal Universita Komputer, Jakarta, 2012. Madura, Jeff, ”Pengantar Bisnis, Edisi Empat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 2007. Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2010. Michael, Chijuka Ify, “The Impact Of Macroeconomic Variables On The Profitability Of Listed Commercial Banks In Nigeria”, European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, Vol.2,No.10, pp.85-95, Nigeria, 2014. 80 Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP DAN PLO terhadap Return on Asset (Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, Semarang, 2011. Ponco, Budi, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM Dan LDR Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007)”, Tesis Universitas Diponegoro, 2008. Prasetyantoko, A, “Corporate Governance Pendekatan Institusional, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008. Pratiwi, Dhian Dayinta, Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 - 2010), Jurnal Perbankan, Jakarta, 2012. Putri, Citra Tristami, Mohamad Heykal, “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Bank Terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri Dan Bank Mega Syariah Tahun 20082012”, Jurnal Binus, Jakarta, 2013. Rangkuti, Freddy, “SWOT Balanced Scorcard”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011. Riyadi, Slamet, “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Sabir, Muhammad, Ali Muhammad dan Habbe Hamid, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia”, Jurnal Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1 : 79 – 86, Makasar, 2012. Samsul, Muhamad, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga, Jakarta, 2006. Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2002. _______, dan Tjiptono Fandy, “Riset Pemasaran dan Aplikasi Dengan SPSS”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, Jakarta, 2005. Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari, “Indikator-Indikator Pasar Saham Dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish”, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, vol.3 no.3, Jakarta, 2003. 81 Subalno, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi terhadap Return Saham (Study Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007)”, Jurnal Pascasarjana UNDIP, Semarang, 2010. Sufa, Mila Fail, ”Strategi Peningkatan Kinerja Pada Bank X Dengan Business Process Map”, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII, Jakarta, 2008. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”, Alfabeta, Bandung, 2010. Suharyadi, Purwanto S.K., “Statistik :Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”, Grafindo, Jakarta, 2004. Supriyanti, Neni “Analisis Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Bi Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Jakarta, 2009. Suwiknyo, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010. Swandayani, Desi Marilin dan Rohmawati Kusumaningtias, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-2009”, Akrual Jurnal Akuntansi, Jawa Timur, 2009. Olalekan, Asikhia “Capital Adequacy And Banks' Profitability: An Empirical Evidence From Nigeria”, American International Journal of Contemporary Research, Vol. 3 No. 10; October 2013, Nigeria, 2013. Tandelilin, Eduardus,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010. Utomo, Novianto Satrio, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jurnal Manajemen Perbankan, Jakarta, 2008. Wibowo, Edhi Satriyo, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Diponegoro Journal Of Management, Semarang, 2013. Yuliani, “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, jurnal manajemen & bisnis Sreiwijaya Vol. 5 No. 10, 2007. www.republika.co.id, diakses pada tanggal 29 Juni 2015. 82 Lampiran 1: Data Mentah Variabel Penelitian Variabel Inflasi No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 6,32% 4,12% 4,41% 8,36% 7,76% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 6,15% 4,67% 4,48% 8,60% 7,09% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 4,37% 5,89% 4,49% 5,65% 4,35% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 3,65% 6,84% 3,73% 5,26% 6,47% 2011 2012 2013 2014 Variabel Kurs No Perusahaan Perbankan 2010 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 8373,65 8944,82 9601,77 10067,59 10610,82 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 8057,19 9125,96 9401,62 9696,24 10836,89 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 8133,64 9023,43 9873,97 9774,97 10885,68 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 8853,56 9099,42 10000,28 10833,17 10485,33 Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 33,41% 23,33% 18,76% 15,70% 14,98% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 37,14% 21,96% 18,75% 18,33% 18,05% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 38,41% 20,84% 16,98% 16,87% 19,95% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 34,03% 19,26% 16,65% 15,50% 18,38% Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 84,70% 86,19% 87,93% 82,20% 87,73% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 118,43% 87,65% 86,03% 84,90% 91,28% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 92,14% 87,60% 84,13% 85,46% 91,67% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 89,01% 89,39% 84,18% 87,66% 92,75% Variabel Return on Asset (ROA) No Perusahaan Perbankan 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 2010 1,78% 2011 1,50% 2012 1,28% 2013 1,88% 2014 1,08% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) -0,46% 1,38% 1,59% 1,58% 0,78% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 0,97% 1,35% 1,70% 1,45% 0,71% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 1,14% 1,14% 1,58% 1,35% 0,61% 83 Lampiran 2: Hasil Pengolahan dengan SPSS ROA INF KURS CAR BOPO Descriptive Statistics Mean Std. Deviation .0122 .00529 .0563 .01524 9584.0009 884.53813 .2186 .07479 .8905 .07500 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N N 20 20 20 20 20 Correlations ROA ROA 1.000 INF -.023 KURS .100 CAR -.411 BOPO -.935 ROA . INF .461 KURS .337 CAR .036 BOPO .000 ROA 20 INF 20 KURS 20 CAR 20 BOPO 20 INF -.023 1.000 .222 -.266 .017 .461 . .174 .129 .472 20 20 20 20 20 KURS .100 .222 1.000 -.813 -.332 .337 .174 . .000 .076 20 20 20 20 20 CAR BOPO -.411 -.935 -.266 .017 -.813 -.332 1.000 .539 .539 1.000 .036 .000 .129 .472 .000 .076 . .007 .007 . 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 b Model Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R a 1 .968 .937 .920 a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, KURS, CAR b. Dependent Variable: ROA Durbin-Watson .00149 1.355 a Model Regression 1 ANOVA Sum of Squares df .000 4 Residual .000 15 Total .001 19 Mean Square .000 F 55.910 Sig. b .000 .000 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), BOPO, INF, KURS, CAR a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Model (Constant) .097 .008 INF .008 1 KURS -2.350E-006 CAR -.015 BOPO -.067 a. Dependent Variable: ROA .024 .000 .009 .006 .024 -.393 -.211 -.952 t Sig. Collinearity Statistics Tolerance 11.711 .000 .345 -3.453 -1.614 -11.857 .735 .004 .127 .000 .892 .323 .245 .650 84 VIF 1.121 3.094 4.089 1.539 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 85 N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Unstandardized Residual 20 0E-7 .00132510 .175 .175 -.124 .784 .570 86