Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Shichifukujin merupakan dewa dalam salah satu kepercayaan masyarakat Jepang yang sangat populer. Dewa-dewa dalam Shichifukujin terdapat dewa-dewa yang mendapat pengaruh dan mengalami asimilasi dari dewa Hindu di India dan dewa Buddha di Cina. Hotei (kesenangan dan kebahagiaan) merupakan dewa yang mendapat pengaruh dari dewa Budai dalam agama Buddha di Cina. Sedangkan Daikokuten (dewa kekayaan), Benzaiten (dewi seni dan musik) dan Bishamonten (dewa pelindung dan kekayaan) mendapat pengaruh dari dewa Mahakala, Sarasvati dan Kuvera dalam agama Hindu. Melalui proses difusi, kepercayaan lain dari luar Jepang dapat masuk sehingga terjadi proses asimilasi di tengah-tengah masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang bersikap terbuka terhadap kepercayaan dari luar yang masuk ke Jepang terutama kepercayaan terhadap para dewa, sehingga mendorong terjadinya proses asimilasi. Masyarakat Jepang senantiasa memberikan toleransi terhadap masuknya budaya luar ke dalam budaya asli Jepang serta menghargai dan menghormati orang asing bersama dengan kebudayaan yang dibawanya. Hotei merupakan dewa kesenangan dan kebahagiaan yang mendapat pengaruh dari dewa dalam agama Buddha di Cina. Hotei adalah seorang pendeta Zen di Cina yang dikenal mulai akhir abad kesembilan (awal abad kesepuluh) dengan nama Budai. Agama 47 Buddha sendiri masuk ke Jepang dari Cina melalui Korea pada abad keenam. Hotei memiliki banyak persamaan fisik dengan Budai seperti, wajah yang tertawa sebagai simbol kesenangan dan kebahagiaan. Selain itu, Hotei dan Budai juga sama-sama memiliki kepala botak dengan perut yang gemuk. Perbedaannya hanya terletak pada kalung tasbih yang dibawa Budai dan kipas Oogi yang dibawa Hotei. Kalung tasbih yang dibawa Budai menandakan Budai sebagai seorang pendeta Buddha, sedangkan kipas Oogi yang dibawa oleh Hotei merupakan kipas keberuntungan yang dipercaya oleh masyarakat Jepang. Daikokuten adalah dewa kekayaan yang mendapat pengaruh dari dewa Hindu yang disebut Mahakala (secara harafiah berarti “hitam besar”). Walaupun nama Daikokuten secara harafiah berarti “hitam besar”, namun Daikokuten tidak memiliki tubuh hitam seperti Mahakala. Akan tetapi, Daikokuten memiliki sifat yang sama seperti Mahakala yaitu sebagai dewa kekayaan. Daikokuten digambarkan mempunyai wajah yang tersenyum, memiliki janggut, kaki yang pendek dan gemuk, serta memakai pakaian Cina kuno. Daikokuten membawa karung besar yang penuh dengan barang berharga yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan. Palu yang dibawa oleh Daikokuten dipercaya dapat mengabulkan permintaan ketika diayunkan. Benzaiten mendapat pengaruh dari Dewi Sungai di India, Sarasvati. Benzaiten dalam Shichifukujin memiliki sifat yang sama seperti Sarasvati dalam agama Hindu, yaitu sebagai dewa seni dan musik. Sarasvati menggunakan alat musik veena dan Benzaiten menggunakan alat musik biwa atau kecapi Jepang. Dalam ritual Shinto maupun Hindu, musik atau nyanyian-nyanyian suci digunakan untuk memberikan persembahan kepada para dewa. Perbedaan yang terlihat antara Benzaiten dan Sarasvati dalam Shichifukujin 48 yaitu jumlah tangannya. Dalam agama Hindu, Sarasvati memiliki empat tangan, sedangkan Benzaiten dalam Shichifukujin hanya memiliki dua tangan. Bishamonten mendapat pengaruh dari dewa Hindu, Kuvera atau Vaishravana dalam agama Buddha. Kuvera dalam agama Hindu sebagai dewa kekayaan, sedangkan Vaishravana dalam agama Buddha sebagai pelindung Buddha. Bishamon memiliki sifat yang sama seperti Kuvera yang merupakan dewa kekayaan dalam agama Hindu di India. Pagoda yang dibawa Bishamonten merupakan lambang benteng kepercayaan dan kekayaan. Sedangkan tombak yang dibawanya sebagai pelindung dari kejahatan, sehingga Bishamonten dalam Shichifukujin tidak hanya sebagai dewa kekayaan, tetapi juga sebagai dewa pelindung. 4.2 Saran Di Jepang, terdapat kepercayaan terhadap dewa-dewa keberuntungan yang bernama Shichifukujin. Shichifukujin merupakan kelompok dari tujuh dewa keberuntungan yang sangat dihormati di Jepang. Ketujuh dewa-dewa tersebut yaitu Ebisu, Hotei, Juroujin, Fukurokujin, Daikokuten, Benzaiten dan Bishamonten. Karena dalam skripsi ini peneliti hanya meneliti pada dewa Hotei, Daikokuten, Benzaiten dan Bishamonten saja, maka untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang Shichifukujin, dapat meneliti tentang pengaruh Taoisme Cina terhadap dewa Juroujin dan Fukurokuju dalam Shichifukujin. 49