perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Ipomoea batatas Lamk
1.
Spesies tanaman Ipomoea batatas Lamk
Ipomoea
batatas
Lamk.
(ubijalar)
termasuk
dalam
famili
Convolvulaceae, terdiri dari 58 genus dan 1650 spesies (Cheng and Staples,
1995) dan 400 spesies diantaranya termasuk genus Ipomoea (Suratman dkk.
2000). Tumbuhan ini hidup di daerah tropis dan sub tropis, beberapa tumbuh
di daerah sedang. Anggota genus Ipomoea yang banyak dikenal antara lain
Ipomoea aquatica Forsk. (kangkung air) , Ipomoea reptans Poir. (kangkung
darat), dan Ipomoea batatas Lamk (Ubijalar). Diantara anggota genus
tersebut yang sering dibudidayakan secara komersial adalah Ipomoea batatas
Lamk (Ubijalar) (Wahyuni dan Wargiono, 2012).
2.
Taksonomi Tanaman Ipomoea batatas Lamk
Ipomoea batatas Lamk. (ubijalar) diklasifikasikan menurut Steenis
(1987) sebagai berikut:
3.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Tubiflorae
Sub Ordo
: Convolvulineae
Familia
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea batatas Lamk. (Ubijalar)
Kandungan Zat Kimia Ipomoea batatas Lamk.
Kandungan zat kimia I. batatas adalah sebagai berikut:
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Tabel 1: Komposisi kimia ubi dan daun tiap 100 gram bahan edibel
Ubi dan warna dagingnya
Kandungan gizi
Energi (kal)
Merah/
Putih
Oranye
Kuning
Daun
123.00
123.00
136.00
47.00
Protein (g)
1.80
1.80
1.10
2.80
Lemak (g)
0.70
0.70
0.40
0.40
27.90
27.90
32.30
10.40
Serat (g)
-
-
0.70
-
Abu (g)
-
-
1.20
-
Air (g)
68.50
68.50
68.50
84.70
Kalsium (mg)
30.00
30.00
57.00
-
Fosfor (mg)
49.00
49.00
52.00
66.00
Natrium (mg)
-
-
5.00
-
Kalium (g)
-
-
393.00
-
Niacin (mg)
-
-
0.60
-
60.00
7.700.00
900.00
6.105.00
Vitamin B1 (mg)
0.90
0.90
0.10
0.12
Vitamin B2 (mg)
-
-
0.04
-
22.00
22.00
35.00
22.00
Karbohidrat (g)
Vitamin A (IU)
Vitamin C (mg)
Ket: - Tidak ada data
Sumber: DepkesRI (1981) cit Utomo dkk. (2011)
4.
Morfologi Tanaman Ipomoea batatas Lamk.
Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk dan
susunan tubuh tumbuhan, menentukan masing-masing bagian dalam
kehidupan tumbuhan dan mengetahui darimana asal bentuk susunan tubuh
(Tjitrosoepomo 1998).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Gambar 1.
Bagian dari organ tanaman Ipomoea batatas Lamk
(Sumber: Wilson 1988)
a.
Akar
Sistem perakaran pada I. batatas terdiri dari akar serabut
yang
berfungsi menyerap nutrisi, air dan sebagai penyanggah tanaman. Selain itu
ada akar penyimpan (ubi) yang tumbuh ke arah samping (lateral) berfungsi
untuk menyimpan produk fotosintesis (Huaman 1999).
Sistem perakaran yang diperoleh dari perbanyakan vegetatif dengan
menggunakan akar adventif berkembang menjadi akar serabut dan bercabangcabang, dimana percabangannya akan tumbuh ke arah samping (lateral). Pada
tanaman dewasa, beberapa akar pensil yang masih kecil mengalami
lignifikasi, tetapi ada beberapa yang tidak mengalaminya. Akar pensil yang
tidak mengalami lignifikasi akan menebal dan berdaging yang disebut dengan
ubi (Storage root)
Sistem perakaran tanaman yang tumbuh dari biji mempunyai bentuk
yang khas dengan poros pusat yang bercabang secara lateral, fungsi dari akar
ini adalah sebagai ubi (akar penyimpan).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Batang
Rambut
akar
Akar pensil
Ubi
Gambar 2. Macam-macam akar pada tanaman Ipomoea batatas Lamk.
(Huaman 1999)
b.
Batang
Batangnya berbentuk membulat atau agak angular. Warna batang
dominan hijau, kuning, ungu dan kombinasi dari ketiganya. Pada permukaan
batang terdapat sejumlah lentisel. Adakalanya terdapat rambut pada
permukaan batang yang masih muda, tetapi cenderung rontok sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman (Wahyuni dan Wargiono, 2012).
c.
Daun
Tata letak daun I. batatas pada batang (phylotaxis) adalah berbentuk
spiral dengan pola 2/5. Panjang tangkai daun
berkisar antara 5-25 cm.
Tangkai daun membengkak pada bagian yang berhubungan dengan batang
dan pada bagian tersebut terdapat nektar. Warna tangkai daun bervariasi,
dapat berwarna hijau atau dengan pigmen ungu yang terdapat pada bagian
yang berhubungan dengan helaian daun atau batang, disepanjang tangkai
daun atau pada keduanya (Wahyuni dan Wargiono, 2012).
Helaian daun sangat bervariasi, baik ukuran maupun bentuk, meskipun
pada tanaman yang sama, daun berbentuk sederhana atau bercuping. Panjang
dan lebar helaian daun tergantung pada kultivar dan kondisi lingkungan.
Helaian daun berwarna hijau, kadang-kadang terdapat warna ungu atau
kuning khususnya di sepanjang urat atau tulang daun. Pada beberapa kultivar
daun muda berwarna ungu dan daun dewasa berwarna hijau. Ukuran daun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
dan keberadaan rambut sangat tergantung pada kultivar dan kondisi
lingkungan. Rambut umumnya terdapat pada permukaan bawah daun
(Huaman 1992).
Beberapa karakter morfologis daun Ipomoea batatas Lamk. dan
sifatnya menurut kriteria Huaman (1992) dalam bukunya yang berjudul
Morphologic Identification of Duplicates in Collections of Ipomoea batatas,
adalah sebagai berikut:
1) Bentuk helaian
Bentuk helaian daun dewasa (sudah berkembang sempurna) I. batatas
terdapat tujuh kategori, yaitu membulat (rounded), berbentuk ginjal
(reniform), bentuk hati (cordate), bentuk segitiga (triangular), bentuk tombak
(hastate), bentuk cuping (lobed), bentuk hampir terbagi (almost divided)
(Huaman, 1992) (gambar 3)
Membulat
Segitiga
Ginjal
Tombak
Hati
Cuping
Gambar 3: Bentuk helaian (Huaman, 1992)
Hampir terbagi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
2) Bentuk tepi daun (Kedalaman cuping daun)
Bentuk tepi daun (kedalaman cuping daun) adalah tepi rata, berlekuk sangat
dangkal, berlekuk dangkal, berlekuk sedang, dalam, dan berlekuk sangat
dalam (gambar 4).
Rata
Berlekuk sangat dangkal
Dangkal
Sangat dangkal
Berlekuk sedang
Berlekuk dalam
Berlekuk sangat dalam
Gambar 4: Bentuk tepi daun (Huaman, 1992)
3) Jumlah cuping daun
Pada umumnya daun bercuping 0, 1, 3, 5, 7, 9, dan bahkan lebih dari 9. Jika
daun tidak memiliki cuping samping biasanya meruncing di bagian ujung
berarti memilki satu cuping, tetapi jika ujung daun membulat berarti tidak
mempunyai cuping (gambar 5).
Gambar 5: Jumlah cuping daun (Huaman, 1992)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
4) Bentuk ujung daun
Bentuk ujung daun adalah meruncing, segitiga, membulat, runcing, elips,
lancet, tumpul dan garis (gambar 6).
Meruncing
Segitiga
Elips
Lancet
Membulat
Tumpul
Runcing
Garis
Gambar 6: Bentuk ujung daun (Huaman, 1992)
5) Panjang daun dewasa
Panjang daun diukur dari pangkal sampai ujung daun. Hasil pengukuran
panjang daun diambil dari rata-rata pengukuran tiga daun dewasa, dengan
kategori pendek ( < 8 cm ), sedang ( 8 - 15 cm), panjang ( 16- 25 cm), sangat
panjang (> 25 cm) (gambar 7).
Panjang daun
Gambar 7: Panjang daun (Huaman, 1992)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
6) Warna tulang daun
Warna tulang daun pada permukaan atas relatif tidak berbeda. Oleh karena itu
untuk mendiskripsikannya digunakan warna tulang daun pada permukaan
bawah, yang mempunyai beberapa warna diantaranya kuning, hijau dan ungu
sebagai warna dominan. Menurut Huaman (1992) proporsi warna ungu pada
tulang daun dewasa yang masih segar adalah : bercak ungu pada tulang daun
utama, bercak ungu pada beberapa anak tulang daun, tulang daun utama
sebagian berwarna ungu, tulang daun utama hampir (seluruhnya) berwarna
ungu, semua tulang daun hampir berwarna ungu, dan semua tulang daun
berwarna ungu (gambar 8).
Bercak ungu pada tulang
daun utama
Bercak ungu pada beberapa
anak tulang daun
Tulang daun utama sebagian
berwarna ungu
tulang daun utama hampir
(seluruhnya) berwarna ungu
Semua tulang daun hampir
berwarna ungu
Semua tulang daun
berwarna ungu
Gambar 8: Warna tulang daun (Huaman, 1992)
7) Warna helaian daun dewasa
Warna helaian daun dewasa adalah kuning kehijauan, hijau, hijau
dengan warna ungu melingkar pada tepi daun, keabu-abuan karena adanya
bulu yang tebal pada permukaan daun, hijau dengan tulang-tulang daun ungu
pada permukaan atas helaian daun, sedikit ungu, sebagian besar ungu,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
permukaan atas hijau - permukaan bawah ungu, dan permukaan atas dan
bawah ungu.
8) Warna helaian daun muda
Warna daun muda (pucuk) adalah kuning kehijauan, hijau, hijau dengan
warna ungu melingkar pada bagian tepi daun, keabu-abuan karena adanya
bulu yang tebal pada permukaan daun, hijau dengan tulang-tulang daun ungu
pada permukaan atas helaian daun, sedikit ungu, sebagian besar ungu,
permukaan atas hijau-permukaan bawah ungu, dan permukaan atas dan
bawah ungu.
9) Warna tangkai daun
Warna pada tangkai daun adalah hijau, hijau dengan pangkal tangkai
dekat batang ungu, hijau dengan ujung tangkai dekat daun ungu, hijau dengan
pangkal dan ujung tangkai ungu, hijau dengan bercak ungu pada sepanjang
tangkai, hijau dengan garis-garis ungu, ungu dengan ujung tangkai berwarna
hijau, sebagian besar tangkai ungu dengan sedikit warna hijau, dan seluruh
tangkai berwarna ungu.
10) Panjang tangkai daun
Panjang tangkai daun diukur dari pangkal (yang berhubungan dengan
batang) sampai ke ujung tangkai (yang berhubungan dengan helaian daun)
(Gambar 9). Panjang tangkai daun mempunyai kategori: sangat pendek (<5
cm), pendek (5-10 cm), sedang (11-15 cm), panjang (16-20 cm), sangat
panjang (> 20 cm).
Panjang tangkai daun
Gambar 9: Panjang tangkai daun (Huaman, 1992)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
d.
Bunga
I. batatas berbunga tunggal atau dalam bentuk rangkaian bunga yang
tumbuh secara vertikal pada ketiak daun. Setiap bunga memiliki lima daun
kelopak (sepal) dan lima lembar daun mahkota (petal) yang berbentuk tabung
(tube corola) (gambar 10), berwarna keunguan dan merupakan bagian yang
mencolok. Benang sari (stamen) berjumlah lima dan menempel pada bagian
dasar bunga. Tinggi benang sari bervariasi terkait dengan tinggi putik. Pada
sebagian besar kultivar terdapat dua helai benang sari yang tingginya hampir
sama dengan putik. Tangkai sari (filamentum) berwarna putih dan berbulu,
kepala sari (anthera) juga berwarna putih dan mengandung butir-butir serbuk
sari (polen). Ovari terdiri atas dua karpel dan setiap karpel mengandung satu
lokul. Setiap lokul memiliki dua ovule, sehingga dalam setiap ovari
maksimum terdapat empat ovule. Ovari kedudukannya superior dengan
dikelilingi kelenjar madu. Tangkai putik (stilus) relatif pendek, kepala putik
berwarna putih dan bercuping dua (Huaman 1999).
Kemampuan berbunga pada setiap kultivar I. batatas adalah berbeda.
Pada kondisi normal, terdapat kultivar yang tidak berbunga, berbunga sangat
sedikit hingga berbunga sangat banyak. Warna bunganya bervariasi dari
putih, putih keunguan, ungu keputihan dan ungu. Posisi kepala sari terhadap
putik juga bervariasi, dari sama tinggi, lebih tinggi, dan lebih rendah
(Wahyuni dkk. 2012)
.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Gambar 10: Bagian-bagian bunga (Huaman 1999)
1) Bentuk permukaan mahkota
Bentuk permukaan mahkota meliputi bentuk seperti bintang, pentagonal
dan lingkaran (gambar 11).
Seperti bintang
Pentagonal
Melingkar
Gambar 11: Bentuk permukaan mahkota (Huaman 1991)
2) Kedudukan kepala putik (stigma)
Kedudukan kepala putik (stigma) dibandingkan dengan kedudukan kepala
sari (anthera) mempunyai empat tipe yaitu tenggelam (kepala putik (stigma)
lebih pendek dari kepala sari (anthera)), sejajar(kepala putik (stigma) sama
tinggi dengan kepala sari (anthera)), sedikit lebih tinggi (kepala putik
(stigma) sedikit lebih tinggi dari kepala sari (anthera)), menonjol (kepala
putik (stigma) lebih tinggi dari kepala sari (anthera)) (gambar 12).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Tenggelam
Sejajar
Sedikit lebih tinggi
Menonjol
Gambar 12: Kedudukan Kepala Putik (Stigma) (Huaman 1991)
3). Serbuk sari (Polen)
Serbuk sari telah lama digunakan sebagai salah satu indikator dalam
taksonomi tumbuhan, karena dalam serbuk sari terdapat banyak karakter
rahasia (Brouwn 1809 cit Suranto 2012). Menurut Fahn (1992), serbuk sari
mempunyai dua lapis dinding sel, yaitu lapisan dalam (intine) dan lapisan luar
(exine). Intine adalah dinding pektoselulosa tipis yang mengelilingi butir
serbuk sari masak dan exine merupakan lapisan di luar intine yang komponen
utamanya adalah poropolenin yaitu substansi keras yang memberikan daya
tahan yang hebat pada dinding butir serbuk sari.
Menurut Erdtman (1952) bentuk serbuk sari dapat diidentifikasi
menggunakan kenampakan pada pandangan polar dan pandangan ekuatorial.
Bentuk serbuk sari dapat juga ditentukan berdasarkan perbandingan antara
panjang aksis polar (P) dan diameter ekuatorial (E), atau indeks P/E.
Sedangkan ukuran serbuk sari dapat ditentukan berdasarkan aksis terpanjang
(kecuali pada bentuk ekinat, duri /spina tidak dimasukkan dalam ukuran).
Menurut Pascoe (2007), pada tingkatan takson familia mempunyai
ciri-ciri serbuk sari yang khusus dan perbedaannya tidak terlalu jauh,
contohnya serbuk sari pada familia Agavaceae mempunyai ciri monocolpate,
retikulat dengan colpus panjang, sedikit cekung dan melengkung pada kedua
ujung, dengan permukaan hampir terbelah dua. Kesan keseluruhan bentuk
serbuk sari adalah seperti perahu. Pada Familia Alismataceae mempunyai ciri
berbentuk polypantoporate, ukuran<70 µm, exine menebal pada bagian yang
berdekatan dengan pori (bergerigi). Serbuk sari Daucus carota (Familia
Apiaceae) berbentuk seperti tulang dengan pori menonjol pada daerah
equator. Familia Asteraceae mempunyai ukuran lebih kurang 40 µm (Pascoe
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
2007). Hasil penelitian Aprianty dan Eniek, (2008) menjelaskan bahwa
serbuk sari Hibiscus rosa sinensis (famili Malvaceae) dengan warna mahkota
yang berbeda memiliki panjang antara 4-15 µm dan diameter antara 89,66 117,42 µm. Sedangkan jika diamati secara morfologinya, serbuk sari dari
Hibiscus rosa sinensis dengan warna mahkota yang berbeda memiliki jumlah
apertur lebih dari 6 atau banyak.
e.
Buah
Buah I. batatas berbentuk kapsul dengan diameter 5-8 mm. Sekat
palsu terbentuk selama perkembangan buah, setiap sekat berisi dua lokul,
sehingga pada setiap buah yang masak terdapat empat ruang. Setiap ruang
mengandung satu biji, biasanya hanya satu atau dua ruang yang berisi biji
(gambar 11).
Bijinya berwarna hitam dengan panjang sekitar 3 mm. Bentuk biji
datar pada satu atau dua sisi permukaan, sedangkan permukaan yang lain
bulat cembung. Warna biji bervariasi dari coklat hingga hitam. Mikrofil
terletak pada sisi datar yang berlubang. Kulit biji yang melindungi embrio
dan endosperm tebal dan sangat keras hingga kedap air dan oksigen, Oleh
karena itu pengecambahan biji sangat sulit. (Huaman 1999).
Buah
Biji
Lokul
Ovari
Biji
Gambar 13: Buah Ipomea batatas Lamk dengan 1-4 biji (Huaman, 1999)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
f.
Ubi
I. batatas menghasilkan ubi sebagai hasil pertumbuhan sekunder dari
beberapa akar ubi (tuberous roots) pada zona perakaran (lapisan tanah
sedalam 20-25 cm). Bagian-bagian ubi meliputi pangkal ubi (proximal end)
yang berhubungan dengan batang melalui tangkai ubi (root stalk) dimana
terdapat banyak mata tunas adventif yang nantinya bakal tumbuh menjadi
tanaman muda. Selanjutnya adalah bagian tengah ubi yang merupakan bagian
yang lebih besar dan pucuk (ujung ubi) yang letaknya paling jauh dari tangkai
ubi (distal end). Mata tunas terdapat pada bagian tengah dan ujung ubi. Mata
tunas yang terletak pada ujung ubi biasanya lebih lama perkecambahannya
dibandingkan dengan yang terletak di tengah ubi.
Huaman (1991) menjelaskan tentang morfologi ubi yang dapat
digunakan untuk melengkapi data dalam karakterisasi ubijalar, yaitu:
a.
Bentuk Ubi
Bentuk dan ukuran ubi sangat bervariasi tergantung pada kultivar
struktur tanah, dan faktor lain. Bentuk ubi pada kultivar yang sama ada
kalanya juga bervariasi. Untuk menentukan bentuk ubi perlu dipilih bentuk
yang paling dominan. Jika bentuk ubi lebih dari empat macam berarti tidak
seragam.
Bentuk ubi pada umumnya adalah: (1) membulat (perbandingan
panjang : lebar ubi = 1:1), (2) elips membulat (perbandingan panjang : lebar
ubi = 2:1), (3) elips (perbandingan panjang : lebar ubi = 3:1), (4) bulat telur
(melebar pada bagian ujung ubi), (5) obovate ( sama dengan bulat telu tetapi
bagian yang melebar pada pangkal ubi), (6) oblong (melebar pada bagian
ujung sampai ke pangkal ubi dengan perbandingan panjang : lebar ubi = 2:1),
(7) Oblong panjang (melebar pada bagian ujung sampai ke pangkal ubi
dengan perbandingan panjang : lebar ubi = 3:1), (8) elips memanjang
(perbandingan panjang : lebar ubi = >3:>1), (9) tidak beraturan (gambar 14)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Membulat
Elips membulat
Obovate
Bulat telur
Oblong panjang
Elips
Elips memanjang
Oblong
Tidak beraturan
Gambar 14: Bentuk Ubi (Huaman 1991)
b.
Tipe formasi ubi
Tipe formasi ubi merupakan salah satu penyiri tetap pada I. batatas.
Adapun tipe formasi ubi didasarkan pada pola munculnya ubi pada bagian
batang berdasarkan ukuran tangkai ubi yang menghubungkan antara batang
dengan ubi tidak ada atau sangat pendek maka formasi pertumbuhan ubi
termasuk tertutup (close cluster), dan apabila tangkai ubi panjang disebut
formasi pertumbuhan terbuka (open cluster), tersebar (disperse), dan sangat
tersebar (very disperse) (gambar 15).
Gambar 15: Tipe formasi ubi Ipomoea batatas Lamk (Huaman 1991)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
c.
Warna Kulit Ubi
Warna kulit ubi bervariasi dari krem, keputih-putihan, kuning, orange,
coklat-orange, merah, merah muda, merah-ungu, dan ungu sangat tua
tergantung pada kondisi lingkungan tumbuh.
d. Warna daging ubi dan pola penyebaran warna sekunder
Warna daging ubi bervariasi dari warna putih, krem, kuning, oranye
dan ungu. Pada beberapa kultivar I. batatas terdapat warna sekunder berupa
pigmen antosianin (warna merah-ungu) yang menyebar dengan pola
bermacam-macam. Pola penyebarannya meliputi: berbentuk cincin tipis pada
korteks, berbentuk cincin lebar pada korteks, bercak-bercak mengelompok
dan melingkar, cincin tipis pada bagian daging ubi, cincin lebar pada bagian
daging ubi, kombinasi cincin dan bagian lain, menutup pada sebagian besar
daging ubi, dan menutup pada semua daging ubi (gambar 16).
cincin tipis pada
korteks
Cincin lebar pada
daging ubi
cincin lebar pada
korteks
Kombinasi Cincin
bercak-bercak
mengelompok dan
melingkar
Menutup sebagian
besar dagimg ubi
cincin tipis pada
daging ubi
Menutup seluruh
dagimg ubi
Gambar 16: Pola penyebaran warna sekunder (Huaman 1991)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
B. Enzim dan Isozim Peroksidase
Kata
enzim diperkenalkan oleh Kuhne pada tahun 1878. Kuhne
menjelaskan bahwa enzim bukan suatu sel tetapi terdapat dalam sel. Definisi yang
dikemukakan adalah enzim merupakan protein yang mempunyai daya katalitik
karena aktifitas spesifiknya (Dixon and Webb, 1979). Kerja enzim mempercepat
reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (Lehninger, 1993).
Enzim merupakan protein biokatalisator untuk proses-proses fisiologi
tanaman yang pengadaan dan pengaturannya dikontrol secara genetik.Dalam
jumlah yang kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan
normal tidak terjadi penyimpangan hasil akhir reaksinya. Menurut Gaman and
Sherington. (1992) kerja enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, kofaktor dan aktivator
serta konsentrasi dari substratnya.Salah satu fungsi menonjol dari protein adalah
aktifitas enzim.
Enzim peroksidase merupakan salah satu enzim tanaman yang mempunyai
hubungan dengan proses ketahanan. Untuk mengetahui kepekaan dan ketahanan
tanaman terhadap serangan penyakit dipergunakan pendekatan mengenai
pengaruh stres lingkungan terhadap proses fisiologi tanaman. (Yanti, 2011).
Peroksidase memiliki beberapa isozim yang terdiri dari berbagai molekul aktif
dengan struktur kimia yang berbeda disandikan oleh gen-gen pada lokus yang
sama atau pada lokus yang berbeda yang mengkatalisis reaksi yang sama (Michael
et al.1983 dalam yanti 2011). Enzim peroksidase terdapat di vakuola atau ruang
interseluler dan dinding sel dengan bobot molekul 44.000 Dalton, tersusun dari
gugus prostetik hemin, 2Ca2+, 308 asam amino termasuk empat jembatan disulfida
dalam satu rantai polipeptida yang membawa delapan rantai karbohidrat netral
dan mempunyai struktur kuartener (Yanti, 2011). Enzim tersebut merupakan
enzim oksidase yang paling tinggi intensitasnya di dalam jaringan luka atau sakit
(Agrios 2005 ). Enzim ini mempunyai struktur kuartener yang terdapat di sitosol
dan dinding sel.
Aktivitas enzim peroksidase punya korelasi positif yang terbatas pada
tanaman dewasa, sedangkan pada tanaman muda korelasi tersebut kurang pasti
atau tidak ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas peroksidase
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Dewatisari dkk, 2008).
Tanaman yang tahan terjadi peningkatan aktivitas peroksidase, sedangkan pada
tanaman yang peka tidak ada perubahan atau bahkan turun dibandingkan dengan
keadaan sehat (Agrios, 2005). Hasil penelitian Souza et al. (2003) melaporkan
bahwa aktivitas peroksidase meningkat pada tanaman jagung setelah terjadi
inokulasi Maize dwarf mosaic virus (MDMV). Peningkatan aktivitas peroksidase
tersebut sangat penting dalam melindungi dinding sel terhadap penyebaran virus.
Menurut Cahyarini, dkk. (2004), penggunaan isozim dalam analisis
keragaman genetik memiliki kelebihan karena isozim diatur oleh gen tunggal dan
bersifat kodominan dalam pewarisan, kolonier dengan gen dan merupakan produk
langsung dari gen. Penanda ini bersifat stabil karena tidak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, lebih cepat dan akurat karena tidak menunggu tanaman mulai
berproduksi.
Isozim dapat dideteksi dan diisolasi, sehingga dapat digunakan sebagai
penanda biokimia untuk membedakan makhluk hidup (Abdullah, 2001). Isozim
telah banyak dimanfaatkan dalam analisis penyilangan, keragaman genetik dalam
dan antar populasi, varietas, dan uji sifat ketahanan suatu organisme (Suranto,
2001).
Identifikasi variasi genetik secara molekuler dapat dilakukan melalui
pendekatan analisis isozim dan DNA. Menurut Rahayu dkk (2006) Identifikasi
variasi genetik dengan isozim mempunyai beberapa kelebihan antara lain
menghasilkan data lebih akurat karena isozim merupakan ekspresi gen akhir,
relatif sederhana, biaya ekonomis, dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap enzim memberikan pola pita tertentu
dalam setiap sprsies dan pita-pita tersebut selalu ditemukan di masing-masing
spesies uji. Percobaan ini membuktikan bahwa data genetik (isozim) dapat
diterapkan dalam klasifikasi taksonomi tanaman dan memecahkan kompleksitas
masalah morfologi (Suranto, 2001).
Para peneliti telah banyak menggunakan pendekatan melalui analisis isozim
untuk mengetahui variasi genetik suatu populasi (Rahayu, dkk. 2006). Adapun
peneltian yang pernah dilakukan untuk mengetahui keragaman makhluk hidup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
dengan menggunakan pola pita isozim adalah Ranunculus (Suranto, 2001), Oriza
sativa var. Rojolele (Widiyanti, dkk. 2008), Nenas (Hadiati dan Sukmadjaya,
2002), Bakau Bandul (Rhizophora mucronata Lamk) (Hamzah, dkk. 2009),
Kedelai (Cahyarini, dkk. 2004), Lundi putih (Sugiyarto, 2009), Salak (Fatimah
dan Sucipto, 2011), Sanseviera trifasciata (Dewatisari, dkk. 2008), Talas
(Colocasia esculenta) (Trimanto, dkk. 2011), Capsicum annuum L. yang
terinveksi virus (Arini, dkk. 2013).
Pada penelitian ini enzim yang digunakan peroksidase. Peroksidase
terdistribusi luas pada banyak jenis tanaman dan luas pada banyak bagian dari
tanaman, jaringan tanaman, sel serta komponen subselulernya termasuk organel
sel (Catesson, et al.1986). Peroksidase merupakan anggota enzim reduktase yang
mempunyai hubungan nyata dengan penyebab perubahan pada rasa, warna,
tekstur dan kandungan gizi buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum diolah.
Peroksidase
pada
tanaman merupakan
isoenzim
yang berperan
dalam
pertumbuhan, diferensiasi dan pertahanan. Aktivitas isoenzim peroksidase mudah
dideteksi karena aktivitasnya yang luar biasa pada jaringan (Cahyarini, dkk.
2004).
Beberapa fungsi dari peroksidase yaitu sebagai pengontrol tingkat regulasi
hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lewak, 1986). Selain
itu, enzim peroksidase juga berperan dalam mekanisme ketahanan terhadap
infeksi virus. Mekanisme ketahanan dapat terlihat dengan adanya pembentukan
lignifikasi pada dinding sel, pembentukan senyawa fitoalexin serta adanya reaksi
hipersensitif pada jaringan tanaman, dengan demikian perkembangan patogen
yang menyerang tanaman dapat terhambat (Arini, dkk. 2013).
Menurut Cahyarini, dkk (2004), isozim dapat dipisahkan dengan metode
elektroforesis dan hasilnya berupa zimogram pola pita yang terlihat pada gel.
Zimogram hasil elektroforesis bercorak khas sehingga dapat digunakan sebagai
ciri fenotip untuk mencerminkan pembeda genetik. Pita yang terbentuk untuk
enzim peroksidase berwarna merah bata. Ketebalam pita dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pita yang tebal dan pita yang tipis. Pita yang tipis menunjukkan bahwa
kandungan isozim tersebut konsentrasinya sedikit. Perbedaan tebal tipisnya pita
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
disebabkan karena perbedaan jumlah molekul-molekul yang termigrasi, pita tebal
merupakan fiksasi dari beberapa pita. Pita yang memiliki kekuatan ionik lebih
besar akan termigrasi lebih jauh daripada pita yang berkekuatan ionik kecil
(Dewatisari, dkk. 2008)
C. Kerangka Penelitian
Variasi Ipomoea batatas Lamk
Analisis dan deteksi tanaman Ipomea batatas Lamk
Analisa morfologi dan struktur serbuk sari
Analisa Pola Pita
Pewarnaan Peroksidase
Variasi Pola Pita Isozim
Karakterisasi tanaman I batatas
Dasar pemuliaan I batatas yang lebih baik
Pemenuhan energi, vitamin dan mineral bagi kesehatan masyarakat
Gambar 17: Skema Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
1.
Terdapat perbedaan morfologi Ipomoea batatas Lamk.
2.
Terdapat perbedaan struktur serbuk sari Ipomoea batatas Lamk.
3.
Terdapat perbedaan pola pita isozim peroksidase Ipomoea batatas Lamk..
4.
Terdapat hubungan kekerabatan diantara kultivar Ipomoea batatas Lamk.
Download