41 BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab kedua, tampak bahwa tokoh Aku mengalami dinamika kepribadian yang terbagi dalam naluri, kecemasan, distribusi dan penggunaan energi psikis, serta mekanisme pertahanan ego. Pada naluri, tokoh Aku mengulang pola insting kehidupan-kematiankehidupan-kematian yang muncul pada awal cerita ketika ia menerima surat dari tokoh Tuan Alien hingga akhir masa hidupnya. Kedatangan surat tersebut membangkitkan naluri kehidupannya dan dari sanalah ia mulai menulis surat panjang yang ditujukan kepada tokoh Tuan Alien. Selanjutnya, naluri kematian muncul ketika ia mendapati bahwa selain mengirim surat, tokoh Tuan Alien juga menyelipkan undangan pernikahannya dengan sang kekasih. Selama berhari-hari setelah menerima undangan tersebut naluri kematian yang bersifat merusak diri sendiri muncul. Dengan mengurung diri di dalam apartemen, tokoh Aku menambah luka di hatinya dengan cara menonton banyak film dengan tema yang sedih serta mendengar lagu-lagu yang sendu. Akan tetapi, naluri kehidupan muncul tatkala tokoh Aku menemukan tokoh Kekasih yang sesuai dengan apa yang selama ini ia idam-idamkan hadir mengisi hidupnya. Naluri kehidupan bertahan cukup lama dengan kehadiran tokoh Kekasih ini hingga akhirnya tokoh Aku mendapati kenyataan bahwa tokoh 41 42 Kekasih telah berselingkuh dan ia sendiri divonis oleh dokter mengidap penyakit kanker. Dari sini naluri kematian mulai berjalan hingga akhir cerita. Tokoh Aku mulai merasakan keputusasaan yang luar biasa sebab setelah kehilangan tokoh Tuan Alien, ia juga kehilangan tokoh Kekasih serta mendapati penyakitnya kian hari makin parah. Pada akhirnya, tokoh Aku meninggal karena penyakit yang dideritanya dan itu menunjukkan naluri kehidupan serta kematian muncul berulang dalam hidupnya. Adapun di dalam bab tersebut juga dijelaskan tentang kecemasan yang dialami tokoh Aku. Tiga kecemasan, yakni kecemasan moral, neurotik, dan realistik, dialami tokoh Aku terkait dengan kehidupan pribadi, keluarga, dan pekerjaannya. Kecemasan moral tokoh Aku dialami ketika ia hendak memberikan surat yang berisi curahan hatinya kepada tokoh Tuan Alien pada hari pernikahan tokoh Tuan Alien. Kecemasan moral ia alami sebab tokoh Aku takut mendapat sangsi sosial karena tidak seharusnya ia mengganggu acara pernikahan tokoh Tuan Alien dengan surat-surat yang berisi tentang curahan hatinya keada tokoh Tuan Alien. Tokoh Aku menggunakan mekanisme represi untuk mengatasi kecemasan ini. Selanjutnya, kecemasan neurotik tampak ketika tokoh Aku hendak pindah ke rumah neneknya di Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia mengalami kecemasan neurotik sebab selama tinggal di Bali, ia mendapat penolakan dari keluarga pihak ayahnya. Selama berhari-hari sebelum kepindahannya ke Bima, ia dihantui rasa 43 cemas akan kakek-nenek dari pihak Ibu yang ditakutkannya akan menolak dirinya seperti kakek-nenek dari pihak Ayah. Kemudian, kecemasan realistik muncul ketika tokoh Aku hendak tidur. Sering kali ia mengonsumsi obat penenang supaya bisa terlelap dan bayanganbayangan aneh yang pernah dilihatnya di dunia nyata tidak muncul menghantui malamnya. Bayangan tersebut muncul dan mengganggu tokoh Aku sebab dalam pekerjaannya sebagai wartawan, tidak jarang tokoh Aku harus pergi ke bagian forensik dan melihat mayat secara langsung. Untuk mengatasi kecemasan dan naluri yang datang kepadanya, tokoh Aku menggunakan distribusi penggunaan energi psikis dan mekanisme pertahanan ego sebagai pereda ketegangan. Proses identifikasi ia lakukan supaya kegagalan, kekurangan, dan kecemasan yang terjadi pada diri tokoh Aku dapat diredam. Sementara itu, mekanisme pertahanan ego yang hadir untuk meredakan ketegangan antara lain ketika tokoh Aku menunda untuk memberikan surat kepada tokoh Tuan Alien. Mekanisme pertahanan ego tersebut muncul ketika tokoh Aku menunda untuk memberikan surat pada hari pernikahan tokoh Tuan Alien. Sebagai gantinya, tokoh Aku menggunakan mekanisme sublimasi untuk mengatasi kecemasan moral dan meyakinkan diri bahwa tokoh Tuan Alien mungkin membutuhkan surat yang lebih panjang lagi darinya. Adapun pada bab selanjutnya, dianalisis hubungan antara karya yang dianggap sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. Dari hasil wawancara dengan pengarang, dapat disimpulkan bahwa novel ini merupakan mimpi dengan mata 44 terbuka yang secara tidak langsung dialami oleh pengarang. Mimpi dengan mata terbuka, menurut Freud, merupakan proses kondensasi yang menyerupai mimpi. Proses kondensasi adalah penggabungan antara dua ide atau lebih dalam ketidaksadaran manusia yang muncul dalam ide tunggal pada kesadaran (KBBI, 2002:586). Pada proses kondensasi, bagian-bagian yang berbeda bisa dipersatukan menjadi satu bagian, misalnya tokoh Tuan Alien menurut pengarang adalah perwujudan dari empat orang yang dikenalnya ke dalam satu tokoh imajiner. Untuk dapat menganalisis mimpi tersebut diperlukan suatu metode, yakni bekerja sama dengan orang yang mengalami mimpi tersebut hingga bisa ditemukan unsur pengganti yang muncul dan pikiran-pikiran yang berada di baliknya atau memberi makna pada simbol-simbol yang muncul dalam mimpi pengarang dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini digunakan metode yang disebutkan terakhir untuk mencari simbol-simbol yang terkandung dalam novel, lalu dilanjutkan dengan wawancara dengan pengarang untuk bisa membongkar makna sebenarnya atau motivasi yang ada di balik simbol-simbol tersebut. Pada analisis bab tiga dapat dilihat bahwa simbol-simbol yang terdapat di dalam novel, seperti latar belakang pekerjaan, identitas suku dan agama, serta pendidikan yang diambil oleh tokoh Aku merupakan ketidaksadaran pengarang. Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa simbol-simbol yang terdapat dalam novel tersebut merupakan perwujudan mimpi dengan mata terbuka dan merupakan bentuk ketidaksadaran pengarang yang terepresi.