Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 DAFTAR ISI Pengaruh

advertisement
Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
DAFTAR ISI
Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik Dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Karyawan
Arief Alfiandri .....................................................................
1
The Influence Of Earning Per Share, Dividend Payment,Cash Flow Per
Share And Book Value Per Share To Stock Price Incorporated In
The Jakarta Islamic Index From 2004 To 2008 Period
A. Sri Wahyudi dan Hendra ...................................................
9
Pengaruh Komponen Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Bino Sulaksono .......................................................................
19
Pengaruh Manufacturer Brand Loyalty, Attitude Toward Store Brand,
Dan Retail Brand Loyalty Terhadap Propensity To Swicth To Retail
Brand
Denny Septa Haryanti .............................................................
39
Pengaruh Customer Satisfaction, Trust , Commitment Dan Corporate
Image Terhdap Customer Loyalty
Dilla Noverita ....................................................................
51
Pengaruh Kebijakan Dividen, Investasi, Kepemilikan Manajerial,
Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Edison ...........................................................................
63
Fenomena Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana
Di Bursa Efek Indonesia
Endra Yaman .......................................................................
75
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Eek Indonesia
Edric Kurniadi .....................................................................
91
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ferry Suhardjo ..................................................................... 101
Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur
Di Indonesia
Dewi Agustina ........................................................................ 113
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Anwar Harsono ....................................................................... 129
Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 1-8
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK
DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN
ARIEF ALFIANDRI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract : The purpose of this researched is to know what is the direct effect
of Leadership, Physical Work Environment and Compensation toward
employee’s performance. The subject is the employee in PT DUTA WIJAYA
ELEKTRINDO ENGINEERING IN WEST BEKASI. Method used to collect data in
the research is questionnaire. The population in this research is the
employee in PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING with 50 people as
the subject. The study sample as many as 50 people. This research uses
descriptive-statistics method and casuality analisys. Nonprobability sampling
with “Jenuh” sampling technique are the sampling method which are used.
Results of studies have shown that there is a positive and significant
correlation between variable leadership and performance, further physical
work environment variables affect the performance and compensation to
performance.
Keywords: Leadership, Physical Work Environment, Compensation,
Performance
harus dihadapi perusahaan untuk
dapat bertahan dan berkembang.
Perekonomian di Indonesia semakin
terbuka yang secara langsung akan
memaksa
setiap
perusahaan
didalam
bersaing
dengan
perusahaan
lainnya
yang
keberadaan
perusahaan
ada
didalam negeri maupun diluar
negeri.
Adanya
cara yang dapat
digunakan guna mencapai tujuan
organisasi tersebut adalah dengan
meningkatkan
kinerja
para
karyawan. Permasalahan mengenai
PENDAHULUAN
Era globalisasi saat ini yang
semakin berkembang dan maju,
setiap perusahaan di tuntut untuk
dapat mengikuti perkembangan dan
kemajuan yang ada pada saat ini
yang akan sangat mempengaruhi
perusahaan
yang
lebih
baik
kedepannya. Adanya ciri yang
mempengaruhi
perkembangan
globalisasi di dunia pada saat ini
ditandai dengan adanya persaingan
didalam segala
hal
yang
menjadikan sebuah tantangan yang
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
kinerja tidak terlepas dari peran
para
karyawan
didalam
menjalankan
program
ataupun
prosedur
yang
telah
dibuat
perusahaan,
dalam
hal
ini
perusahaan
mengharapkan
agar
para karyawannya dapat memiliki
prestasi kerja yang cukup baik, baik
itu secara kualitas dan kuantitas
yang
dapat
dicapai
didalam
menjalakan tugasnya sesuai dengan
tanggung
jawab
yang
telah
diberikan kepada karyawan.
Keinginan perusahaan untuk
dapat bertahan dan berhasil dalam
persaingan di imbangi pula dengan
perlakuan
yang
wajar
atau
manusiawi agar karyawan merasa di
hargai dan dapat bekerja dengan
efektif
dan
efisien.
Menurut
Simanjuntak
(2011,1)
“Kinerja
adalah tingkat pencapaian
hasil
atas pelaksanaan tugas tertentu
yang telah dilakukan.” Untuk itu
kinerja yang di harapkan oleh
perusahaan
adalah
kinerja
karyawan yang dapat melebihi
standart yang telah ditetapkan.
Selain
pemimpin
memberikan
perintah dan ikut bekerja sama
dalam
membatu
menyelesaikan
tugas. Menurut Daft (2009, 8)
“Kepemimpinan
merupakan
penggunaan
pengaruh
untuk
memberikan
motivasi
kepada
karyawan untuk mencapai tujuan
organisasi.” Lingkungan kerja yang
tidak nyaman, tidak terjaga aman,
terlalu panas atau terlalu dingin,
cahaya silau dan atau suara terlalu
bising, dapat membuat pekerja
lelah (Simanjuntak 2011,
86).
Untuk itu sarana dan prasarana di
dalam
lingkungan
kerja
ikut
memberikan
pengaruh
dalam
kinerja karyawan. Alasan seorang
karyawan bekerja ialah untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2
November 2012
Untuk
itu,
perusahaan
perlu
memberikan
perhatian
kepada
karyawannya di mana memiliki
sistem
pemberian
penghargaan
seperti halnya kompensasi. Menurut
Daft (2009, 174) “Kompensasi
adalah pembayaran moneter (upah,
gaji) dan barang-barang/komoditas
nonmoneter
(manfaat-manfaat
liburan) yang digunakan sebagai
penghargaan kepada karyawan.”
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kepemimpinan
Menurut Robbins (2006, 432)
bahwa
Kepemimpinan
adalah
kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok
untuk
menuju
pencapaian sasaran.
Adanya
beberapa
tipe
kepemimpinan
yang
dapat
memberikan
pengaruh
kepada
bawahnya
didalam
memberikan
pembinaan,
didikan
dan
pengawasan menurut Daft (2010,
320-3) ada tiga tipe kepemimpinan
diantaranya yaitu:
1. Transformational Leadership :
Kepemimpinan yang
dicirikan
oleh
kemampuan
untuk
membawa
perubahan
yang
signifikan.
Transactional
Leadership : Proses transaksi
atau
pertukaran
antara
pemimpin dan pengikut.
2. Charismatic
Leadership
:
Pemimpin
yang
memiliki
kemampuan untuk menginspirasi
dan memotivasi orang untuk
melakukan lebih dari yang
mereka lakukan dari
yang
biasanya,
meskipun
adanya
kendala
dan
pengorbanan
pribadi.
ISSN: 1410 -9875
3. Coalitional
Leadership
:
Melibatkan serta membangun
koalisi
orang-orang
yang
mendukung tujuan pemimpin
dan
dapat
membantu
mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan
keputusan
pemimpin dan dalam mencapai
tujuan.
Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2011,
2) menyatakan bahwa: Lingkungan
kerja adalah keseluruhan alat
perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan
sekitarnya
dimana
seseorang
bekerja,
metode
kerjanya
(prosedur)
serta
pengetahuan kerjanya, baik secara
perseorangan
maupun
sebagai
kelompok.”
Lingkungan
kerja
pada
perusahaan
dapat
menunjang
keberhasilan
karyawan,
karena
didalam
lingkungan
kerja
dibutuhkan
kenyamanan,
ketenangan dan tanpa gangguan
yang akan menghambat kinerja
karyawan.
Kompensasi
Menurut Malik (2010, 210)
“Kompensasi adalah imbalan atas
prestasi kerja dalam bentuk uang
atau setara uang yang besarnya
didasarkan atas penilaian kinerja.”
Dapat
disimpulkan
bahwa
kompensasi adalah sebuah bentuk
imbalan
yang
diberikan
oleh
perusahaan kepada karyawannya
baik yang secara langsung maupun
tidak langsung atas hasil kerja
karyawan
mencapai
tujuan
organisasi.
Ada 2 bentuk kompensasi
menurut Dessler (2008, 390) yaitu :
1. Kompensasi Langsung dalam
bentuk upah, gaji, insentif,
komisi dan bonus. Kompensasi
Arief Alfiandri
langsung
dapat
dibagikan
berdasarkan
waktu
dan
berdasarkan kinerja.
2. Kompensasi tidak langsung
dalam
bentuk
tunjangan
keuangan seperti asuransi, uang
liburan.
Kinerja Karyawan
Menurut Rivai (2004, 14)
“Kinerja merupakan prestasi yang
dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan
tugasnya
atau
pekerjaan yang sesuai dengan
standard yang telah diretapkan
untuk
pekerjaan
itu.”
Dapat
disimpulkan
bahwa
kinerja
merupakan
suatu
hasilatas
pencapaian atau prestasi yang telah
diraih
didalam
melaksanakan
tanggungjawab
yang
telah
diberikan kepadanya.
Menurut Simanjuntak (2011,
23) evaluasi kinerja adalah satu
sistem
dan
cara
penilaian
pencapaian
hasil
kerja
suatu
perusahaan atau organisasi dan
penilaian pencapaian hasil kerja
setiap individu yang
bekerja
didalam dan untuk perusahaan
tersebut. Dimana evaluasi kinerja
dapat digunakan untuk meninjau
seberapa efektif dan efisien dalam
mengerjakan
dan
menjalankan
segala tugas dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Model Penelitian
Kepemimpinan
(X1)
Lingkungan Kerja
Fisik (X2)
Kinerja Karyawan
(Y)
Kompensasi
(X3)
Gambar 1 Model Penelitian
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Populasi dan Sampel
Menurut
Sugiyono
(2010,
115) menyatakan bahwa “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.”
Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah karyawan PT DUTA WIJAYA
ELEKTRINDO ENGINEERING dimana
sebanyak 50 orang karyawan yang
bekerja di pabrik, dan yang layak
untuk dijadikan sampel adalah
sebanyak 50 orang yang bekerja
pada bagian pabrik.
Menurut
Sekaran dan Bougie (2009, 263) “A
sample is a subset of the
population.” Yang menjadi sampel
adalah karyawan
yang
sudah
bekerja minimal selama satu tahun.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan teknik pengambilan
sampel yang digunakan ialah non
probability sampling yaitu sampling
jenuh. Menurut (Sugiyono 2010,
122) “Sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai
sampel.”
Definisi Operasional Variabel
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses
memengaruhi,
membina
dan
mendidik para bawahannya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
4
November 2012
Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan Kerja
Fisik
adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar karyawan
bekerja
yang
dapat
memberikan
pengaruh
kepada
karyawan
didalam
melaksanakan tugasnya.
Kompensasi
Kompensasi adalah suatu
imbalan yang diberikan perusahan
dan diterima oleh karyawan atas
hasil kerjanya selama berada
diperusahaan
dimana
dapat
mencapai tujuan perusahaan.
Kinerja Karyawan
Hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seorang
karyawan
dalam
proses
mengerjakan
pekerjaan
yang
diberikan
kepadanya yang dapat didasarkan
akan kecakapan, pengalaman dan
ketepatan
waktu
penyelesaian
tugas.
Skala Pengukuran
Skala Likert maka variabel
yang akan diukur
dijabarkan
menjadi
indicator
variabel
kemudian
indicator
tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument
yang dapat berupa pertanyaanpertanyaan
(Sugiyono
2010,
132).Ukuran skala Likert yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 5(Sangat
Setuju) – 1(Sangat Tidak Setuju).
ISSN: 1410 -9875
Arief Alfiandri
HASIL PENELITIAN
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
antara variabel. Berikut ini adalah rangkaian analisis regresi linier berganda.
Tabel 1: Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardiz
ed
Coefficient
Unstandardized
s
Coefficients
B
Std. Error
Beta
Model
T
Sig.
1
(Constant)
-.151
.286
-.526
.601
Kepemimpinan
.118
.150
.784
.437
.137
Lingkungan_kerja
.794
.063
.809 12.594
.000
_fisik
Kompensasi
.103
.131
.138
.787
.435
a. Dependent Variable: Kinerja_karyawan
Adapun persamaan regresi pada tabel di atas adalah sebagai berikut:
y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
y = -0.151 + 0.118x1 + 0.794x2 + 0.103x3 + e
Analisis regresi:
1) Nilai konstanta sebesar -0.151
artinya jika nilai kepemimpinan
(x1), lingkungan kerja fisik (x2)
dan kompensasi (x3) adalah 0,
maka kinerja karyawan nilainya
negatif sebesar -0.151.
2) Setiap kenaikan 1 satuan nilai
kepemimpinan
(x1)
akan
menaikan kinerja karyawan (y)
pada karyawan di PT DUTA
WIJAYA
ELEKTRINDO
ENGINEERING Di Bekasi Barat
sebesar 0.118 satuan, jika nilai
lingkungan kerja fisik (x2) dan
kompensasi
(x3)
dianggap
konstan.
3) Setiap kenaikan 1 satuan nilai
lingkungan kerja fisik (x2) akan
menaikan kinerja karyawan (y)
pada karyawan di PT DUTA
WIJAYA
ELEKTRINDO
ENGINEERING Di Bekasi Barat
sebesar 0.794 satuan, jika nilai
kepemimpinan
(x1)
dan
kompensasi
(x3)
dianggap
konstan.
4). Setiap kenaikan 1 satuan nilai
kompensasi (x3) akan menaikan
kinerja
karyawan
(y)
pada
karyawan di PT DUTA WIJAYA
ELEKTRINDO ENGINEERING Di
Bekasi Barat sebesar 0.103
satuan, jika nilai kepemimpinan
(x1) dan lingkungan kerja fisik
(x2) dianggap konstan.
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Tabel 2: Hasil Uji F(Anova)
ANOVAb
Mean
Sum of
F
Df
Model
Square
Squares
Regression
9.107
3
3.036 69.002
1 Residual
2.024
46
.044
Total
11.131
49
a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Lingkungan_kerja_fisik,
Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja_karyawan
F hitung
terletak pada
daerah penolakan H0. Karena F
hitung > F tabel (69.002 > 2.81),
maka dapat dikatakan bahwa H04
ditolak dan Ha4 diterima yang
berarti
terdapat
pengaruh
kepemimpinan, lingkungan kerja
fisik,
dan
kompensasi
secara
bersama-sama
terhadap
kinerja
karyawan
PT
DUTA
WIJAYA
ELEKTRINDO ENGINEERING Di Bekasi
Barat.
Pembahasan
Pengaruh
Kepemimpinan
terhadap Kinerja Karyawan
Hasil
analisis
menujukan
kepemimpinan
berpengaruh
terhadap
kinerja
karyawan
diterima. Dilihat dari nilai t hitung
> t tabel (3.311 > 2.013) dapat
disimpulan bahwa H01 ditolak dan
Ha1 diterima, artinya terdapat
pengaruh kepemimpinan terhadap
kinerja karyawan PT DUTA WIJAYA
ELEKTRINDO ENGINEERING di Bekasi
Barat.
Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik
terhadap Kinerja Karyawan
Hasil analisis menunjukan
lingkungan kerja fisik berpengaruh
terhadap
kinerja
karyawan
diterima. Dilihat dari nilai t hitung
> t tabel (5.941 > 2.013) dapat
6
November 2012
Sig.
.000a
disimpulan bahwa H02 ditolak dan
Ha2 diterima, artinya terdapat
pengaruh lingkungan kerja fisik
terhadap kinerja
karyawan
PT
DUTA
WIJAYA
ELEKTRINDO
ENGINEERING di Bekasi Barat.
Pengaruh Kompensasi terhadap
Kinerja Karyawan
Hasil analisis menunjukan
kompensasi berpengaruh terhadap
kinerja karyawan diterima. Dilihat
dari nilai t hitung > t tabel (3.288 >
2.013) dapat disimpulan bahwa H03
ditolak dan Ha3 diterima, artinya
terdapat
pengaruh
kompensasi
terhadap kinerja
karyawan
PT
DUTA
WIJAYA
ELEKTRINDO
ENGINEERING di Bekasi Barat.
Pengaruh
Kepemimpinan,
Lingkungan
Kerja
Fisik
dan
Kompensasi
terhadap
Kinerja
Karyawan
Dapat
dilihat
bahwa
kepemimpinan (x1),
lingkungan
kerja fisik (x2), dan kompensasi (x3)
memiliki tingkat signiifikan sebesar
1.1
dibawah
0.05
maka
kepemimpinan (x1),
lingkungan
kerja fisik (x2), dan kompensasi (x3)
memiliki pengaruh secara bersamasama terhadap kinerja karyawan PT
DUTA
WIJAYA
ELEKTRINDO
ENGINEERING di Bekasi Barat.
ISSN: 1410 -9875
PENUTUP
Dari penelitian yang telah
dilakukan
didapatkan
sebagai
berikut:
Kepemimpinan
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan, Lingkungan Kerja
Fisik
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja karyawan, dan
Kompensasi berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja
karyawan.
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja
Fisik, dan Kompensasi berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan secara simultan.
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan dalam penelitian
Arief Alfiandri
maka didapatkan perhitungan dan
pengujian sehingga menghasilkan
mendapatkan suatu kesimpulan,
maka peneliti memberi saran
sebagai
berikut:
Untuk
meningkatkan kinerja karyawannya
disarankan
agar
perusahaan
memberikan
penghargaan
bagi
karyawan yang berprestasi sehingga
lebih memacu semangat karyawan.
Perusahaan
diharapkan
dapat
melihat
dan
memperhatikan
lingkungan
sekitar
tempat
karyawan bekerja agar selalu
bersih, rapi agar karyawan merasa
nyaman. Sarana dan prasarana yang
ada diperusahaan lebih dilengkapi.
REFERENSI
Daft, Richard L. 2010, Leadership, 5th edition, South-Western
Dessler, Gary. 2008. Human Resource Mabagement. 11th editions. Pearson.
Prentice Hall.
Hair, Joseph F, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and
Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global
Perspective.
Malik, Alfian. 2010. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi. Jakarta: Andi
Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Edisi 3. Yogyakarta: MediaKom.
Rivai, Veithzal.
2004. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan:dari teori kepraktek. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi (Benyamin Molan) PT Prenhalindo
Jakarta.
Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar
Maju.
Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A skill
Building Approach. United States: Wiley.
Simanjuntak, Payaman J.. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
8
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 9-18
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE INFLUENCE OF EARNING PER SHARE, DIVIDEND PAYMENT,
CASH FLOW PER SHARE AND BOOK VALUE PER SHARE
TO STOCK PRICE INCORPORATED IN
THE JAKARTA ISLAMIC INDEX FROM
2004 TO 2008 PERIOD
A. SRI WAHYUDI dan HENDRA
STIE TRISAKTI
[email protected]
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to examine the influence of earning
per share, dividend payment, cash flow per share and book value per share to
stock price. Data are taken from Indonesia Capital Market Directory and
annual financial report from each company in 2004-2008 and examines twelve
companies incorporated in Jakarta Islamic Index during 2004-2008. This
research using multiple regression analysis to examine five hypotheses consist
of 4 independent variables and 1 dependent variable. The results show that
earning per share, cash flow per share and book value per share had
significant influence to stock price, but dividend payment had no significant
influence to stock price.
Keywords:
Earning Per Share, Dividend Payment, Cash Flow Per Share, Book
Value Per Share, Stock Price.
berinvestasi di saham-saham yang
tergabung dalam Jakarta Islamic
Index (JII), yaitu salah satu indeks
yang ada di Indonesia yang
menghitung indeks harga rata-rata
saham untuk jenis saham-saham
yang memenuhi kriteria syariah.
Indeks
JII
diharapkan
dapat
berperan sebagai alat pemantau
bagi manajer maupun pengamat
pasar modal menjadi lebih tajam
dan objektif, terutama ketika
menilai
saham-saham
yang
PENDAHULUAN
Investasi di pasar modal
sekurang-kurangnya
perlu
memperhatikan
2
hal,
yaitu
keuntungan yang diharapkan dan
risiko yang mungkin terjadi. Ini
berarti investasi dalam
bentuk
saham
menjanjikan
keuntungan
sekaligus risiko. Investor cenderung
akan berusaha memilih saham
dengan risiko yang minimal. Salah
satu
caranya
adalah
dengan
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
ditransaksikan
di
Bursa
Efek
Indonesia. Penggunaan JII tidak
dimaksudkan untuk mengganti IHSG
maupun
indeks
sektoral
yang
digunakan saat ini. Membeli saham
adalah
membeli
prospek
perusahaan dan salah satu ukuran
nilai perusahaan adalah harga
saham. Harga saham mencerminkan
penilaian
atas
kemampuan
perusahaan untuk
menghasilkan
laba
dan
kemampuan
untuk
menghasilkan dividen.
Tinggi
rendahnya
harga
saham dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang berasal dari
lingkungan
eksternal
maupun
internal perusahaan. Pergerakan
harga saham di pasar modal
tergantung
pada
perkembangan
ekonomi makro dan stabilitas
politik. Selain itu sebuah penelitian
yang dilakukan oleh O’Hara et al.
(2000) mengemukakan bahwa harga
saham juga dapat dipengaruhi oleh
berbagai
indikator
keuangan
(Margaretha dan
Isni,
2007).
Adapun indikator keuangan yang
digunakan
antara
lain
adalah
earning
per
share,
dividend
payment, cash flow per share dan
book value per share. Sehubungan
dengan itu, earning per share (EPS)
digunakan
untuk
mengetahui
besarnya keuntungan per lembar
saham. Perusahaan yang terus
mengalami peningkatan laba akan
lebih menarik bagi para investor
untuk menanamkan modalnya di
perusahaan
tersebut
dimana
peningkatan
laba
juga
akan
menaikkan earning per share.
Naiknya earning per share akan
mendorong
naiknya
permintaan
akan saham tersebut yang juga
akan mendorong naiknya harga
saham tersebut.
10
November 2012
Selain
itu,
dividen
merupakan bagian dari keuntungan
perusahaan yang menjadi hak
pemegang
saham
dan
dibagibagikan pada para
pemegang
saham. Sehingga dividend payment
dapat
digunakan
untuk
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam menyediakan
pengembalian dana (cash return)
kepada para pemegang saham. Bagi
investor,
jumlah
rupiah
yang
diterima dari pembagian dividen
risikonya lebih kecil dari capital
gain,
dan
dividen
dapat
diperkirakan sebelumnya sedangkan
capital
gain
lebih
sulit
diperkirakan. Sehingga pembayaran
dividen tinggi dianggap perusahaan
mempunyai
prospek
tingkat
keuntungan yang baik. Sebaliknya
penurunan
pembayaran
dividen
dianggap
prospek
tingkat
keuntungan yang kurang baik.
Akhirnya harga saham cenderung
mengikuti naik turun besarnya
dividen yang dibayarkan.
Di sisi lain, book value per
share adalah arus kas operasi dibagi
dengan
jumlah
saham
yang
beredar. Nilai pasar saham, yang
benar akan dibayar untuk selembar
saham, bisa lebih atau kurang dari
nilai buku saham. Karena
nilai
pasar
tergantung
pada
laba,
sedangkan
nilai
buku
mencerminkan nilai historis, maka
tidak mengherankan kalau terjadi
perbedaan antara nilai buku dan
nilai pasar dalam kondisi yang
bergerak dinamis serta tidak pasti.
Dari pembahasan diatas, diketahui
bahwa earning per share (EPS),
dividend payment, cash flow per
share (CFS), dan book value per
share (BVS) merupakan indikatorindikator keuangan yang dapat
mempengaruhi harga suatu saham.
ISSN: 1410 -9875
Dimana
dengan
menggunakan
pendekatan
indikator-indikator
keuangan
tersebut
diharapkan
investor dapat memperkirakan dan
menentukan strategi investasi yang
tepat yang berhubungan
dengan
jual dan beli saham di saat yang
tepat sehingga dapat meningkatkan
prospek keuntungan yang
akan
diraih
oleh
investor
dalam
memenuhi tujuan investasi jangka
pendek, menengah dan
panjang
dari investor yang bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan ini
merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Farah Margaretha dan Isni dengan
menggunakan data saham-saham
yang tergabung dalam indeks LQ45
pada periode tahun 2000-2004.
Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
penulis menambahkan satu variabel
yaitu variabel book value per share
(BVS) dan mengganti variabel
dividend per share dengan variabel
dividend
payment,
dikarenakan
tidak semua perusahaan membayar
dividen,
untuk
mendukung
penelitian ini serta tahun dasar
yang berbeda, dimana penelitian
sebelumnya
menggunakan
data
periode tahun 2000-2004 pada
saham-saham
yang
tergabung
dalam indeks LQ45 sedangkan
penelitian ini menggunakan data
periode tahun 2004-2008 pada
saham-saham
yang
tergabung
dalam Jakarta Islamic Index. Alasan
menggunakan saham-saham yang
tergabung dalam JII dikarenakan
masih sedikitnya investor yang
melirik
saham-saham
yang
tergabung JII sebagai salah satu
alternatif
untuk
berinvestasi.
Selama ini kebanyakan investor
menggunakan indeks LQ45 sebagai
acuan untuk berinvestasi. Padahal
A. Sri Wahyudi dan Hendra
saham-saham
yang
tergabung
dalam JII juga menyimpan potensi
yang tak kalah besar dalam meraih
keuntungan
(gain)
apabila
dibandingkan dengan saham-saham
yang tergabung dalam indeks LQ45,
dikarenakan
saham-saham
yang
tergabung dalam JII merupakan
saham-saham pilihan dimana selain
memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi
juga
memiliki
nilai
kapitalisasi pasar yang besar. Selain
itu mengingat Negara Indonesia
merupakan
Negara
dengan
penduduk muslim terbesar di dunia
tidaklah salah kiranya bagi para
investor yang ingin investasinya
sesuai dan tidak bertentangan
dengam
syariat
Islam
untuk
menggunakan indeks JII sebagai
acuan untuk berinvestasi karena
saham-saham
yang
tergabung
dalam JII telah memenuhi kriteriakriteria investasi dalam syariat
Islam. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menjawab
pertanyaan
penelitian sebagai berikut : Apakah
Earning Per Share (EPS), Dividend
Payment, Cash Flow Per Share
(CFS), dan Book Value Per Share
(BVS)
secara
bersama-sama
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
harga
saham
yang
tergabung dalam JII.
Harga Saham
Pada
dasarnya
harga
saham
dipengaruhi oleh profitabilitas di
masa yang akan datang dan risiko
yang ditanggung oleh pemodal
(Husnan, 2003:276). Dalam teori
manajemen dijelaskan
bahwa
tujuan dan sasaran yang digunakan
sebagai standar dalam memberikan
penilaian efisien
atau tidaknya
suatu keputusan keuangan dapat
dilihat
dari
nilai
perusahaan.
Perusahaan
yang
menerbitkan
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
saham, nilai perusahaan yaitu nilai
saham ditambah dengan nilai pasar
hutang.
Husnan
(2001)
mengemukakan bahwa nilai saham
adalah harga
pasar
dikalikan
dengan
jumlah
saham
yang
beredar. Harga saham sendiri
merupakan harga yang terjadi di
pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar dan
ditentukan
oleh
kekuatan
penawaran dan permintaan saham
yang bersangkutan di pasar bursa
(Jogiyanto, 2003). Lebih jauh lagi
Halim (2003:16) menyatakan bahwa
harga pasar adalah harga yang
terbentuk di pasar jual beli saham.
Harga saham adalah harga yang
terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh
kekuatan
penawaran
dan
permintaan
saham
yang
bersangkutan di pasar bursa dan
juga berlaku sebagai
barometer
dari pandangan pihak investor
mengenai masa depan industri dan
ekonomi pada umumnya.
Earning Per Share (EPS) terhadap
Harga Saham
Istilah laba per lembar saham
menunjukkan adanya pendapatan
yang didapat dari setiap lembar
saham biasa pada periode tertentu
untuk perusahaan publik. Data laba
per
lembar
saham
untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan,
memproyeksikan laba di masa yang
akan
datang,
dan
membuat
pertimbangan kesempatan umtuk
berinvestasi. Para investor yang
berinvestasi,
biasanya
memperhitungkan seberapa besar
keuntungan yang dapat diberikan
oleh suatu perusahaan dalam
kaitannya dengan investasi yang
ditanam di dalam perusahaan
12
November 2012
tersebut. Salah satu analisis yang
biasa digunakan oleh para investor
untuk
melakukan
penilaian
terhadap suatu
saham adalah
earning per share. Berikut ini
adalah
beberapa
pengertian
earning per share (EPS) yang
dikemukan oleh beberapa ahli.
Weygant
et
al. (2010:622)
menyatakan bahwa, earning per
share (EPS) indicates the net
income earned by each share of
outstanding
common
stock.
Darmadji
dan
Fakhruddin
(2001:139): berpendapat bahwa
EPS
merupakan
rasio yang
menunjukkan
seberapa
besar
keuntungan (return) yang diperoleh
investor atau pemegang saham per
saham. Semakin tinggi nilai EPS
tentu
saja
menggembirakan
pemegang saham karena semakin
besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham. Adapun menurut
Gitman (2006:681), earning per
share represents the number of
dollars earned during the period on
behalf of each outstanding share of
common stock. Earning per share
adalah laba bersih setelah pajak
dibagi dengan jumlah saham yang
beredar.
Earning per share
digunakan
untuk
mengetahui
besarnya keuntungan per lembar
saham. Pada dasarnya,
investor
akan
berusahan
melakukan
investasi pada perusahaan yang
mampu menghasilkan laba karena
di dalam laba perusahaan tersebut
terdapat return atas modal yang
telah ditanamnya. Makin besar laba
yang dihasilkan perusahaan maka
return yang didapat
investor
diharapkan akan
semakin besar
pula sehingga laba selalu menjadi
perhatian
utama
investor.
Perusahaan yang terus mengalami
peningkatan laba akan
lebih
ISSN: 1410 -9875
menarik bagi para investor untuk
menanamkan
modalnya
di
perusahaan
tersebut
dimana
peningkatan
laba
juga
akan
menaikkan earning per share.
Naiknya earning per share akan
mendorong
naiknya
permintaan
akan saham tersebut yang juga
akan mendorong naiknya harga
saham tersebut. Dengan demikian
diharapkan EPS dapat berpengaruh
terhadap harga saham.
Dividend Payment terhadap Harga
Saham
Perusahaan memperoleh sejumlah
keuntungan dari kegiatan usaha
yang dijalankannya. Sebagian dari
keuntungan akan dibagikan kepada
para pemegang saham sebagai
dividen dan sebagian lainnya akan
dicadangkan sebagai laba ditahan
(retained earning). Menurut Halim
(2003:17),
dividen
merupakan
sebagian dari laba yang dibagikan
kepada pemegang saham. Lebih
jauh lagi Darmadji dan Fakhruddin
(2001:127)
berpendapat
bahwa
dividen merupakan pembagian sisa
laba
bersih
perusahaan
yang
didistribusikan kepada pemegang
saham, atas persetujuan RPS.
Dividen itu sendiri bisa dalam
bentuk tunai (cash
dividend)
ataupun dividen saham (stock
dividend).
Sedangkan
menurut
Gitman
(2006:6)
menyatakan,
“dividends is periodic distributions
of earnings to the stockholders of a
firm.” Dari berbagai pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa
dividen
merupakan
keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada
para pemegang saham baik dalam
bentuk cash maupun dalam bentuk
saham. Pada umumnya apabila
pendapatan korporasi stabil, maka
untuk pembayaran dividen juga
A. Sri Wahyudi dan Hendra
akan stabil. Kebijaksanaan dividen
korporasi sangat penting karena
alasan-alasan
sebagai
berikut
(Tampubolon, 2005:183):
Menjaga
kepentingan
investor sebagai pemegang saham
dan akan
menjadi
pemegang
saham. Investor atau pemegang
saham tidak mempunyai opini yang
negative
tentang
korporas,
seandainya dividen dipotong karena
adanya
keterkaitan
antara
potongan
tersebut
dengan
persoalan
keuangan
korporasi.
Dengan demikinan, kebijaksanaan
keuangan korporasi dari pihak
manajemen
harus
mampu
meyakinkan serta member jaminan
akan tercapainya
tujuan-tujuan
bagi pemegang saham. Apabila
pemegang saham
dikecewakan,
maka pemegang saham
akan
melepas saham-sahamnya dengan
menjual, yang
pada
gilirannya
harga saham di pasar bursa akan
menurun. Ketidakpuasan pemegang
saham
akan
menimbulkan
kemungkinan
pengendalian
korporasi akan dilakukan oleh
orang-orang di luar korporasi.
Kebijaksanaan dividen akan
mempengaruhi program keuangan
dan capital budgeting korporasi
tersebut.
Kebijaksanaan dividen akan
mempengaruhi cash flow korporasi.
Suatu korporasi dengan posisi
likuiditas rendah
akan
dipaksa
untuk membatasi
pembayaran
dividen.
Kebijaksanaan dividen dapat
menurunkan nilai modal saham
korporasi karena dividen akan
dibayarkan dari laba yang ditahan
sehingga
akan
meningkatkan
utang/modal (debt/equity) rasio
korporasi.
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Pada kondisi tertentu, cash flow
dan keperluan investasi korporasi
tidak jelas, korporasi tidak perlu
membayar dividen yang tinggi dan
teratur. Akan tetapi, lebih baik
untuk menetapkan suatu dividen
yang rendah dan teratur (low
regular
dividend)
yang
dapat
dipenuhinya,
sekalipun
dalam
tahun-tahun yang kurang baik.
Dividend payment menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menyediakan pengembalian dana
(cash
return)
kepada
para
pemegang
saham
dimana
pembagian dividen menjadi salah
satu faktor yang menarik minat
investor dalam membeli
saham.
Bagi investor, jumlah rupiah yang
diterima dari pembagian dividen
risikonya lebih kecil dari capital
gain,
dan
dividen
dapat
diperkirakan sebelumnya sedangkan
capital
gain
lebih
sulit
diperkirakan. Sehingga pembayaran
dividen tinggi dianggap perusahaan
mempunyai
prospek
tingkat
keuntungan yang baik. Sebaliknya
penurunan
pembayaran
dividen
dianggap
prospek
tingkat
keuntungan yang kurang baik.
Akhirnya harga saham cenderung
mengikuti naik turun besarnya
dividen yang dibayarkan.
Cash Flow Per Share (CFS)
Arus kas bagi sebuah perusahaan
lebih penting dibandingkan dengan
laba bersih perusahaan. Hal ini
disebabkan karena
perusahaan
harus mengeluarkan dividen yang
dibayar secara tunai dan kas yang
diperlukan dalam membeli aktiva
untuk
melanjutkan
operasi
perusahaan.
Tujuan
dari
perusahaan itu sendiri adalah
memaksimalkan harga
saham.
Karena nilai setiap aktiva, termasuk
14
November 2012
saham, tergantung pada arus kas
yang
dihasilkan
oleh
aktiva
tersebut. Dalam hal ini, manajer
harus berusaha
memaksimalkan
arus kas yang tersedia bagi investor
dalam jangka panjang. Gitman
(2006), menjelaskan bahwa arus
kas adalah kas bersih aktual yang
dihasilkan
perusahaan
selama
beberapa periode tertentu. Dimana
di dalamnya terdiri dari arus kas
operasi (operating cash flow),
pengeluaran investasi awal (initial
cash flow), dan arus kas tahun
terakhir (terminal cash
flow).
Untuk memperkuat hal ini, Murdifin
dan Salim (2003), menyatakan
bahwa Laba bersih perusahaan
adalah hal penting, tetapi arus kas
lebih penting lagi karena dividen
harus dibayar secara tunai dan
karena
kas
diperlukan
dalam
membeli aktiva untuk melanjutkan
operasi
perusahaan.
Informasi
mengenai arus kas, sumber dan
penggunaannya
dapat
mempengaruhi
pembuatan
keputusan secara serius. Dapat
disimpulkan bahwa cash flow per
share dapat digunakan
untuk
melihat penggunaan kas terhadap
para pemegang saham. Selain itu,
Weygandt et al. (2005) menyatakan
bahwa maksud utama
dari
penyajian laporan arus kas adalah
untuk memberikan informasi yang
relevan
mengenai
penerimaan,
pembayaran kas, dan perubahan
kas dari hasil kegiatan operasi
investasi dan keuangan dalam suatu
periode tertentu. Cash flow per
share adalah arus kas operasi dibagi
dengan
jumlah
saham
yang
beredar.
Book Value Per Share
Nilai buku saham sangat menetukan
harga
pasar
saham
yang
ISSN: 1410 -9875
bersangkutan. Oleh karena itu,
sebelum investor
memutuskan
untuk membeli
atau
menjual
saham,
mereka
harus
memperhatikan nilai buku saham
yang
bersangkutan
dan
membandingkan dengan harga yang
ditawarkan. Nilai buku saham
mencerminkan nilai perusahaan,
dan nilai perusahaan tercermin
pada nilai
kekayaan
bersih
ekonomis yang dimilikinya. Nilai
buku
saham
bersifat
dinamis
tergantung pada perubahan nilai
kekayaan bersih ekonomis pada
suatu saat
(Halim,
2003:16).
Adapun
Gitman
(2006:351)
menyatakan bahwa Book value per
share is simply the amount per
share of common stock that would
be receive if all of the firm’s assets
were sold for their exact book
(accounting)
value
and
the
proceeds remaining after paying all
liabilities
(including
preferred
stock) were divided among the
common stockholders. Lebih jauh
lagi,
Sundjaja
dan
Barlian
(2003:130) mendefinisikan bahwa
Nilai buku per saham adalah jumlah
per lembar saham biasa yang harus
diterima
jika
semua
aktiva
perusahaan dijual pada nilai buku
(nilai akuntansi) jika hasil yang
tersisa setelah membayar seluruh
kewajiban
(termasuk
saham
preferen)
dibagi
di
antara
pemegang saham biasa.
Adapun menurut Darmadji dan
Fakhruddin (2001:140) menyatakan
bahwa book value menggambarkan
perbandingan total modal (ekuitas)
terhadap
jumlah
saham.
Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan
bahwa book
value per share adalah total modal
(ekuitas) dibagi dengan jumlah
A. Sri Wahyudi dan Hendra
lembar saham yang beredar (shares
outstanding).
METODA PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
saham-saham
yang
tergabung dalam JII selama lima
periode yaitu dari tahun 2004
sampai
dengan
tahun
2008.
Pemilihan sampel dalam penelitian
ini
dilakukan dengan
metode
purposive
sampling.
Purposive
sampling adalah pemilihan sampel
secara tidak acak yang informasinya
diperoleh
dengan
menggunakan
pertimbangan
tertentu
dimana
pada umumnya disesuaikan dengan
tujuan atau masalah penelitian
(Indriantoro
dan
Supomo,
1999:131).
Peneliti
mengambil
sampel
berdasarkan
kriteria,
dimana
peneliti
kemungkinan
mempunyai tujuan atau target
tertentu dalam pemilihan sampel.
Adapun kriteria dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut : 1).
Perusahaan
yang
bersangkutan
sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai saham yang
tergabung dalam
JII
sebelum
periode penelitian dan harus tetap
terdaftar selama periode penelitian
yaitu dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008. 2). Perusahaan
memiliki informasi harga saham
berupa closing price per 31
desember selama periode tahun
2004 sampai 2008.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah harga saham.
Harga saham adalah harga yang
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh
kekuatan
penawaran
dan
permintaan
saham
yang
bersangkutan di pasar bursa. Harga
saham diambil dari harga saham
pada akhir tahun observasi (closing
price), yaitu pada akhir bulan
Desember masing-masing tahun.
HASIL PENELITIAN
Earning Per Share Terhadap Harga
Saham
Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa untuk tingkat signifikansi
5%, earning per share berpengaruh
secara signifikan terhadap harga
saham. Makin besar laba yang
dihasilkan perusahaan maka return
yang didapat investor diharapkan
akan semakin besar pula sehingga
laba selalu menjadi
perhatian
utama investor. Perusahaan yang
terus mengalami peningkatan laba
akan lebih menarik bagi para
investor
untuk
menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut
dimana peningkatan laba juga akan
menaikkan earning per share.
Naiknya earning per share akan
mendorong
naiknya
permintaan
akan saham tersebut yang juga
akan mendorong naiknya harga
saham tersebut. Hasil penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
hasil
penelitian yang
dilakukan
oleh
Ferdi (2005), akan tetapi konsisten
dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Sriwahyuni (2007);
dan Farah Margaretha dan Isni
(2007).
16
November 2012
Dividend
Payment
Terhadap
Harga Saham
Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa untuk tingkat signifikansi
5%,
dividend
payment
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap harga saham. Dividend
payment menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menyediakan
pengembalian dana (cash return)
kepada para pemegang saham
dimana pembagian dividen menjadi
salah satu faktor yang menarik
minat investor dalam membeli
saham. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fara dan Aruna
(2004),
akan tetapi
konsisten
dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Farah Margaretha
dan Isni (2007).
Cash Flow Per Share Terhadap
Harga Saham
Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa untuk tingkat signifikansi
5%,
cash
flow
per
share
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
harga
saham.
Jika
perusahaan memiliki arus kas yang
baik dan terus meningkat maka
investor
akan
yakin
bahwa
perusahaan akan mampu memenuhi
kewajibannya
pada
investor,
antara lain membayar dividen tunai
dan
membeli
aktiva
untuk
melanjutkan operasi perusahaan
selain untuk dapat membayar
hutang yang telah jatuh tempo,
sehingga hal ini akan mendorong
minat investor untuk investasi di
dalam saham perusahaan tersebut.
Naiknya
minat
investor
akan
mendorong naiknya harga saham
perusahaan
tersebut.
Hasil
penelitian ini
tidak konsisten
dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Sriwahyuni (2007),
ISSN: 1410 -9875
akan tetapi konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fara
dan Aruna (2004) dan Farah
Margaretha dan Isni (2007).
Book Value Per Share Terhadap
Harga Saham
Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa untuk tingkat signifikansi
5%,
book
value
per
share
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap harga saham. Apabila
book value per share naik, ini
menunjukkan bahwa modal (equity)
perusahaan naik dimana akan
tersedia sumber
dana jangka
panjang yang dapat
digunakan
untuk membeli asset. Perusahaan
membeli asset
mengakibatkan
Total Asset Turn Over tinggi yang
akan berimbas kepada naiknya
penjualan. Penjualan naik akan
mengakibatkan
laba
juga
meningkat dan dapat
menarik
minat investor untuk
membeli
saham tersebut karena kinerja
perusahaan naik
yang
akan
berimbas pada naiknya harga
saham. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ferdi (2005).
PENUTUP
Setelah melakukan analisis
dan pembahasan tentang pengaruh
earning per share (EPS), dividend
payment, cash flow per share (CFS)
dan book value per share (BVS)
terhadap
harga
saham,
maka
kesimpulan yang diperoleh adalah
sebagai berikut: 1). Earning per
share (EPS), dividend
payment,
cash flow per share (CFS), dan book
A. Sri Wahyudi dan Hendra
value per share (BVS) secara
bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
Dengan demikian Ho1 ditolak dan
Ha1 diterima. 2). Earning per share
(EPS) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham. Dengan
demikian Ho2 ditolak dan Ha2
diterima. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ferdi (2005),
akan tetapi konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Sriwahyuni
(2007)
dan
Farah
Margaretha dan Isni (2007). 3).
Dividend
payment
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap harga saham. Dengan
demikian Ho3 diterima dan Ha3
ditolak. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fara dan Aruna
(2004),
akan
tetapi
konsisten
dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Farah Margaretha
dan Isni (2007). 4). Cash flow per
share (CFS) berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
Dengan demikian Ho4 ditolak dan
Ha4 diteruma. Hasil penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Sriwahyuni (2007), akan tetapi
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fara dan Aruna
(2004) dan Farah Margaretha dan
Isni (2007). 5). Book value per
share (BVS) berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
Dengan demikian Ho5 ditolak dan
Ha5 diterima. Hasil penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
hasil
penelitian yang
dilakukan
oleh
Ferdi (2005).
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
REFERENSI
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat.
Fara, D. Ch dan Aruna Wirjolukito. 2004. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEJ. Jurnal
Manajemen, Vol 1 No. 1:43-60.
Ferdi. 2005. Analisis Pengaruh Earning Per Share, Book Value Per Share, Debt
To Equity Ratio, Dividend Payout Ratio Dan Total Debt Ratio Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Pertanian. Thesis, Universitas Katolik
Indonesia Atmajaya.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J. 2006. Principles Managerial Finance. Boston: Pearson
Education Inc.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Haming, Murfidin dan Salim Basalamah. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Proyek
dan Bisnis. Jakarta : Penerbit PPM.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: KPP AMP YKPN.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto, H.M. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE.
Margaretha, Farah dan Isni. 2007. Pengaruh Indikator Keuangan Terhadap
Harga Saham. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 7, No. 1: 59-78.
Sriwahyuni. 2007. Analisis Pengaruh EPS, EVA, Dan Cash Flow Terhadap Harga
Saham LQ-45 Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2003. Jurnal Akuntansi:
52-60.
Sundjaja, Ridwan S. dan Iage Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2. Jakarta:
Literata Lintas Media.
Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management).
Bogor: Ghalia Indonesia.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso. 2010. Accounting
Principle. 9th Edition. United States: John Wiley dan Sons Inc.
18
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 19-38
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMPONEN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
BINO SULAKSONO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to investigate and explain the
impact of human capital efficiency, structural capital efficiency, and capital
employed efficiency on company performance. (ROA, ATO, RG, OCF, ROE,
and, EPS). Population in this research is all manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange during 2008-2010. Samples are obtained through
purposives sampling method, in which only 98 of the manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange meet the sampling criteria and
are used as the samples. Multiple regression analysis and hypothesis testing
are used as the data analysis method in this research. Based on hypothesis
testing, it shows that human capital efficiency positively affects return on
assets, revenue growth, and operating cash flow ratio; and do not affect
asset turnover, return on equity, and earning per share. Structural capital
efficiency positively affects return on assets; negatively affects asset
turnover; and do no affect revenue growth, operating cash flow ratio, return
on equity, and earning per share. Capital employed efficiency positively
affects return on assets, asset turnover, operating cash flow ratio, return on
equity, and earning per share; and do not affect revenue growth.
Keywords:
Company Performance (ROA, ATO, RG, OCF, ROE, and EPS),
Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, and
Capital Employed Efficiency.
based
business)
menjadi
berdasarkan
pengetahuan
(knowledge
based
business)
sehingga diharapkan perusahaan
dapat
mempunyai
karakteristik
utama berdasarkan pengetahuan.
Perkembangan ekonomi yang
baru dikendalikan oleh informasi
dan pengetahuan. Hal ini membawa
sebuah peningkatan perhatian pada
modal intelektual atau intellectual
PENDAHULUAN
Globalisasi, inovasi teknologi
dan
persaingan
bisnis
antara
perusahaan-perusahaan
memaksa
perusahaan-perusahaan
untuk
mengubah pola pikir mereka dalam
menjalankan
aktivitasnya.
Agar
perusahaan dapat bertahan, pola
pikir
mereka
yang
dulunya
didasarkan oleh tenaga kerja (labor
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
capital (IC). Area yang menjadi
perhatian sejumlah akademisi dan
praktisi
adalah
manfaat
dari
intellectual capital (IC) tersebut
sebagai alat untuk
menentukan
nilai perusahaan (Guthrie 2000).
Penelitian intellectual capital (IC)
menjadi sebuah tantangan yang
patut dikembangkan. Oleh karena
itu, beberapa penulis menyarankan
untuk tidak membentuk sistem
manajemen dan pelaporan yang
akan
meningkatkan
kurang
kerelevansian sistem karena sistem
tersebut tidak dapat menyediakan
eksekutif (direksi) informasi yang
esensial
untuk
proses
dalam
pengelolaan
berdasarkan
pengetahuan
dan
sumber
tak
berwujud (Bornemann dan Leitner
2002).
Intangible asset baru seperti
kompetensi
staf,
hubungan
pelanggan, model simulasi, sistem
komputer dan administrasi tidak
memperoleh
pengakuan
dalam
model keuangan tradisional dan
pelaporan
manajemen
(Stewart
1997). Hal ini sangat menarik
karena intangible asset tradisional
seperti modal merk, paten dan
goodwill tetap jarang dilaporkan
dalam laporan keuangan (Tan et al.
2007).
Menurut
fakta,
IAS
(Intenational Accounting Standard)
38 tentang Intangible Assets atau
Aktiva tak berwujud melarang
pengakuan merk yang dibuat secara
internal seperti publishing titles
dan daftar pelanggan (Tan et al.
2007).
Di Indonesia, fenomena IC
mulai
berkembang
terutama
setelah munculnya PSAK
No.19
(revisi 2000) tentang aktiva tidak
berwujud,
meskipun
tidak
dinyatakan secara eksplisit sebagai
IC, namun kurang lebih IC telah
20
November 2012
mendapat perhatian (Sunarsih dan
Mendra 2012). Sampai dengan saat
ini,
perusahaan-perusahaan
di
Indonesia cenderung menggunakan
basis konvensional (conventional
based) dalam membangun bisnisnya
sehingga produk yang dihasilkannya
masih miskin kandungan teknologi.
Di
samping
itu,
perusahaanperusahaan
tersebut
belum
memberikan
perhatian
lebih
terhadap modal manusia (human
capital),
modal
struktural
(structural capital), dan modal
pelanggan
(customer
capital).
Padahal, semua ini merupakan
elemen
pembangun
modal
intelektual perusahaan. Kesimpulan
ini dapat diambil karena minimnya
informasi tentang modal intelektual
di
Indonesia.
Perusahaanperusahaan di Indonesia akan lebih
mampu menghadapi persaingan,
apabila
mereka
menggunakan
keunggulan
kompetitif
yang
diperoleh melalui kreatifitas dan
inovasi
yang
dihasilkan
dari
intellectual
capital
yang
dimilikinya (Ritonga dan Andriyanie
2011). Hal ini akan mendorong
terciptanya produk-produk yang
semakin favourable (baik) di mata
konsumen.
Modal
intelektual
telah
menjadi aset yang sangat bernilai
dalam dunia bisnis modern. Hal ini
menimbulkan tantangan bagi para
akuntan untuk mengidentifikasi,
mengukur dan mengungkapkannnya
dalam laporan keuangan. Selain itu,
penelitian
mengenai
modal
intelektual
dapat
membantu
Bapepam dan
Ikatan
Akuntan
Indonesia
menciptakan
standar
yang
lebih
baik
dalam
pengungkapan modal intelektual.
Dengan
berbagai
latar
belakang tersebut, maka modal
ISSN: 1410 -9875
intelektual merupakan hal penting
dalam suatu perusahaan.
Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian
mengenai
modal intelektual dengan judul
”Pengaruh
Komponen
Modal
Intelektual
Terhadap
Kinerja
Perusahaan Manufaktur di
Bursa
Efek Indonesia”. Penelitian ini
merupakan
pengembangan
dari
penelitian Razafindrambinina dan
Anggreni (2011), yang menyatakan
bahwa human capital efficiency
tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian
aset,
perputaran
aset, pertumbuhan pendapatan,
dan arus kas dari aktifitas operasi.
Structural
capital
efficiency
berpengaruh positif
terhadap
tingkat
pengembalian
aset,
perputaran aset, dan arus kas dari
aktifitas
operasi
dan
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan pendapatan. Capital
employed efficiency berpengaruh
positif terhadap perputaran aset
dan tidak berpengaruh terhadap
tingkat
pengembalian
aset,
pertumbuhan pendapatan, dan arus
kas
dari
aktifitas
operasi.
Penelitian
ini
dilakukan
pada
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
pada periode 2008 sampai dengan
2010.
Dalam penelitian ini, peneliti
akan meneliti apakah ada faktor
yang signifikan dengan memasukkan
faktor-faktor
human
capital
efficiency,
structural
capital
efficiency, dan capital employed
efficiency
terhadap
tingkat
pengembalian asset, perputaran
asset, pertumbuhan pendapatan,
dan arus kas dari aktifitas operasi
pada perusahaan manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2008 sampai dengan
Bino Sulaksono
2010. Variabel dependen yang
ditambahkan pada penelitian ini
adalah tingkat
pengembalian
ekuitas dan pendapatan per saham.
Pengembangan
lainya
yang
dilakukan oleh
peneliti
adalah
objek
penelitian,
peneliti
menggunakan
perusahaanperusahaan
manufaktur
yang
terdapat pada Bursa Efek Indonesia
sebagai objek penelitian.
Perumusan masalah dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui
apakah
terdapat
pengaruh antara human capital
efficiency,
structural
capital
efficiency, dan capital employed
efficiency
terhadap
tingkat
pengembalian
aset,
perputaran
aset, pertumbuhan
pendapatan,
arus kas dari aktifitas operasi,
tingkat pengembalian ekuitas, dan
pendapatan per saham. Tujuan dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mendapatkan
bukti
empiris
mengenai pengaruh antara human
capital
efficiency,
structural
capital efficiency, dan capital
employed efficiency
terhadap
tingkat
pengembalian
aset,
perputaran
aset,
pertumbuhan
pendapatan, arus kas dari aktifitas
operasi,
tingkat
pengembalian
ekuitas, dan
pendapatan
per
saham.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat penelitian ini diharapkan
dapat membantu para pembaca
untuk
mengetahui
bagaimana
modal
intelektual
dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Penelitian ini juga
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
tambahan bagi pihak manajemen
agar dapat meningkatkan kinerja
perusahaan khususnya dalam modal
intelektual. Bagi pihak investor,
penelitian ini diharapkan dapat
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
digunakan sebagai pertimbangan
dalam mengambil keputusan dalam
melakukan suatu investasi di suatu
perusahaan.
Bagi
penelitian
selanjutnya,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai pedoman dan gambaran
dalam
menentukan
komponen
modal intelektual mana yang paling
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan.
Organisasi
penulisan
penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Bagian pertama
adalah pendahuluan, bagian kedua
membahas rerangka teoritis dan
pengembangan hipotesis, bagian
ketiga
membahas
metoda
penelitian,
bagian
keempat
membahas
analisis
dan
pembahasan, dan bagian terakhir
membahas penutup yang berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Hubungan keagenan (agency
relationship) timbul ketika satu
atau
lebih
orang
(principal)
memperkerjakan orang lain (agen)
untuk melakukan suatu jasa dan
mendelegasikan
otoritas
pembuatan keputusan kepada agen
tersebut (Brigham 2006). Sebagai
contoh, dua hubungan keagenan,
sebagai berikut: (1) antara manajer
dan para pemegang saham dan (2)
antara manajer dengan kreditur.
Teori
keagenan
(agency
theory) menyatakan bahwa kinerja
perusahaan
dipengaruhi
oleh
adanya suatu konflik kepentingan
antara agen (manajemen) dengan
principal (pemilik/investor) yang
22
November 2012
timbul ketika setiap pihak berusaha
untuk
mencapai
atau
mempertahankan
tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya
tersebut. Konflik kepentingan antar
agen (manajemen) dan principal
(pemilik/investor) disebut dengan
istilah masalah keagenan (agency
problem).
Asymmetric Information Theory
Asymmetric
information
theory merupakan suatu kondisi
dimana
manager
perusahaan
memiliki lebih banyak informasi
tentang
operasi
dan
prospek
kedepannya
dari
perusahaan
dibandingkan
dengan
investor
(Gitman 2012). Sebagai contoh,
seorang
manajer
membuat
keputusan dengan tujuan untuk
memaksimalkan
kekayaan
para
pemegang saham, dengan demikian
asymmetric
information
dapat
mempengaruhi keputusan struktur
modal yang dibuat oleh manajer.
Stockholder Equity Theory
Menurut Guthrie (2000) teori
ini
mengharapkan
manajemen
perusahaan
untuk
melaporkan
aktivitas-aktivitas
perusahaan
kepada para pemegang saham
(stockholder), yang berisi dampak
aktivitas-aktivitas tersebut pada
perusahaan
mereka,
meskipun
nantinya mereka memilih untuk
tidak
menggunakan
informasi
tersebut. Teori ini menganggap
akuntabilitas organisasional tidak
hanya
terbatas
pada
kinerja
ekonomi atau keuangan saja,
sehingga
perusahaan
perlu
melakukan pengungkapan tentang
modal
intelektual
(intellectual
capital) lebih dari yang diharuskan
oleh badan yang berwenang.
ISSN: 1410 -9875
Knowledged-Based Theory
Knowledge-based
theory
menganggap pengetahuan sebagai
sumber daya yang sangat penting
bagi
perusahaan
karena
pengetahuan merupakan aset yang
apabila dikelola dengan baik akan
meningkatkan kinerja perusahaan.
Ulum (2008) menjelaskan bahwa
dengan perubahan ekonomi yang
berkarakteristik ekonomi berbasis
ilmu
pengetahuan
dengan
penerapan
manajemen
pengetahuan
(knowledge
management) maka kemakmuran
suatu perusahaan akan bergantung
pada suatu penciptaan transformasi
dan kapitalisasi dari pengetahuan
itu sendiri.
PSAK No. 19
Di
Indonesia,
fenomena
modal
intelektual
(intellectual
capital)
mulai
berkembang
terutama setelah munculnya PSAK
no. 19 (revisi 2000) tentang aktiva
tidak berwujud. Meskipun tidak
dinyatakan secara eksplisit sebagai
modal
intelektual
(intellectual
capital), namun lebih kurang modal
intelektual (intellectual capital)
telah mendapat perhatian. Paragraf
ke-9 dari pernyataan tersebut
menyebutkan beberapa contoh dari
aktiva tidak berwujud antara lain:
ilmu pengetahuan dan teknologi,
desain dan implementasi sistem
atau proses baru, lisensi, hak
kekayaan
intelektual,
dan
pengetahuan mengenai pasar dan
merek dagang (termasuk merek
produk/brand names).
Modal Intelektual
Sampai saat ini
definisi
modal
intelektual
seringkali
dimaknai secara berbeda. Sebagai
sebuah konsep modal intelektual
Bino Sulaksono
merujuk pada modal-modal
non
fisik atau modal tidak berwujud
yang terkait dengan pengetahuan
dan pengalaman manusia serta
teknologi yang digunakan (Sunarsih
dan
Mendra
2012).
Modal
Intelektual (Intellectual capital)
memiliki peran yang sangat penting
dan strategis di perusahaan. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa
modal
intelektual
(intellectual capital) merupakan
sumber daya berupa pengetahuan
yang tersedia pada perusahaan
yang akhirnya
mendatangkan
future economic benefit pada
perusahaan tersebut. Jadi inti dari
keberadaan
modal
intelektual
(intellectual
capital)
adalah
pengetahuan
itu
sendiri
yang
didukung proses informasi untuk
menjalin hubungan dengan pihak
luar.
Komponen Modal Intelektual
Bontis (2000) menyatakan
bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi
tiga
konstruk
utama dari modal
intelektual,
yaitu: human capital
(HC),
structural
capital
(SC),
dan
customer capital (CC). Menurut
Bontis (2000), secara sederhana HC
merepresentasikan
individual
knowledge stock suatu organisasi
yang
direpresentasikan
oleh
karyawannya.
HC
merupakan
kombinasi dari genetic inheritance,
education,
experience,
dan
attitude tentang kehidupan dan
bisnis.
Lebih lanjut Bontis (2000)
menyebutkan bahwa SC meliputi
seluruh non-human storehouses of
knowledge
dalam
organisasi.
Termasuk dalam hal ini adalah
database, organizational charts,
process
manuals,
strategies,
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
routines dan segala hal yang
membuat nilai perusahaan lebih
besar
dari
nilai
materialnya.
Customer Capital (CC) merupakan
pengetahuan yang melekat dalam
marketing channels dan customer
relationship
dimana
suatu
organisasi
mengembangkan
hal
tersebut melalui proses berbisnis
(Bontis 2000).
Kinerja Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan
ditunjukkan
oleh
laporan
keuangannya. Kinerja perusahaan
dapat diukur dari laporan keuangan
yang dikeluarkan secara periodik
yang memberikan suatu gambaran
tentang
posisi
keuangan
perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan
sangat
diperlukan
dalam relasi dengan kepuasan
konsumen proses internal, dan
aktivitas yang berhubungan dengan
perbaikan
dan
inovasi
dalam
organisasi yang membawa pada
future financial return (Dewi et al.
2008). Kinerja perusahaan dapat
diukur dengan elemen keuangan
maupun non keuangan, elemen
keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return on
assets (ROA), asset turnover (ATO),
growth in revenue (GR), operating
cash flow (OCF), return on equity
(ROE), earning per share (EPS)
sedangkan pengukuran elemen non
keuangan
dengan
menggunakan
balance
scorecard
yang
dikembangkan oleh Kaplan dan
Norton (2001).
Penelitian Terdahulu
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Return on Assets
Razafindrambinina
dan
Anggreni
(2011)
dalam
24
November 2012
penelitiannya membuktikan bahwa
modal
intelektual
(intellectual
capital)
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan
pada
perusahaanperusahaan di sektor barang-barang
kebutuhan.
Penelitiannya
menunjukkan bukti empiris bahwa
perusahaan yang memiliki modal
intelektual (intellectual capital)
yang
lebih
baik,
mempunyai
profitabilitas yang lebih baik pula
di tahun berjalan. Pada penelitian
Razafindrambinina dan Anggreni
(2011), hanya variabel SCE yang
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan return on assets
(ROA), ini menunjukkan bahwa
hanya efisiensi dari structural
capital
pada
perusahaanperusahaan
barang
kebutuhan
berkontribusi kepada pertumbuhan
ROA.
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Asset Turnover
Razafindrambinina
dan
Anggreni
(2011)
dalam
penelitiannya dengan menggunakan
metode
VAIC™
Pulic
(1998)
membuktikan
bahwa
modal
intelektual (intellectual capital)
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada
perusahaan-perusahaan di sektor
barang-barang
kebutuhan.
Penelitiannya menunjukkan bukti
empiris bahwa perusahaan yang
memiliki
modal
intelektual
(intellectual capital) yang lebih
baik, mempunyai produktifitas yang
lebih baik pula di tahun berjalan.
Penelitiannya
juga
memberikan
bukti
empiris
bahwa
modal
intelektual (intellectual capital)
mempunyai
hubungan
positif
terhadap asset turnover (ATO).
Pada penelitian yang dilakukan oleh
ISSN: 1410 -9875
Razafindrambinina dan Anggreni
(2011), human capital efficiency
(HCE) tidak berpengaruh terhadap
produktifitas (ATO) perusahaan,
sedangkan
SCE
dan
CEE
berpengaruh positif terhadap ATO.
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Revenue Growth
Razafindrambinina
dan
Anggreni
(2011)
dalam
penelitiannya membuktikan bahwa
modal
intelektual
(intellectual
capital)
berpengaruh
terhadap
revenue
growth
(RG).
Dalam
penelitiannya juga, dikemukakan
bahwa
modal
intelektual
(intellectual capital) berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan
pada
perusahaanperusahaan di sektor barang-barang
kebutuhan.
Penelitiannya
menunjukkan bukti empiris bahwa
perusahaan yang memiliki modal
intelektual (intellectual capital)
yang
lebih
baik
mempunyai
pertumbuhan yang lebih baik pula
di
tahun
berjalan.
Razafindrambinina dan Anggreni
(2011) pada penelitiannya pula,
memberikan bukti empiris bahwa
HCE,
SCE,
dan
CEE
tidak
bepengaruh
terhadap
revenue
growth (RG).
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Operating Cash Flow
ratio
Razafindrambinina
dan
Anggreni
(2011)
dalam
penelitiannya dengan menggunakan
metode
VAIC™
Pulic
(1998)
memberikan bukti empiris bahwa
human capital berpengaruh secara
positif terhadap operating cash
flow perusahaan. Pada penelitian
Razafindrambinina dan Anggreni
(2011), hanya variabel structural
Bino Sulaksono
capital
efficiency
(SCE)
yang
berhubungan positif dan juga
merupakan kontributor yang paling
berpengaruh terhadap
operating
cash
flow
ratio
(OCF)
dan
perubahan-perubahan
yang
dialaminya sedangkan HCE dan CEE
tidak berpengaruh terhadap OCF.
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Return on Equity
Hasil penelitian ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh
Rehman et al. (2012) di dalam
penelitannya yang membuktikan
bahwa terdapat pengaruh positif
antara modal intelektual dengan
ROE. Rehman et al. (2012) dalam
penelitiannya memberikan bukti
empiris bahwa human capital
efficiency (HCE), structural capital
efficiency
(SCE),
dan
capital
employed
efficiency
(CEE)
mempunyai hubungan substantif
yang positif terhadap return on
equity (ROE).
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Earning per Share
Pada
penelitian
yang
dilakukan oleh Rehman et al.
(2012), memberikan bukti empiris
bahwa modal intelektual tidak
berpengaruh terhadap EPS. Menurut
Rehman et al. (2012) di dalam
penelitiannya, tidak ada pengaruh
dari HCE, SCE, dan CEE terhadap
EPS.
Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis alternatif dari
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
Ha1
Human Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Return on Assets.
Ha2
Structural Capital
Efficiency berpengaruh
terhadap Return on Assets.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Ha3
Ha4
Ha5
Ha6
Ha7
Ha8
Ha9
Ha10
Ha11
Ha12
Ha13
Ha14
Ha15
Ha16
Ha17
26
Customer Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Return on Assets.
Human Capital Efficiency
berpengaruh terhadap Asset
Turnover.
Structural Capital
Efficiency berpengaruh
terhadap Asset Turnover.
Customer Capital Efficiency
berpengaruh terhadap Asset
Turnover.
Human Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Revenue Growth.
Structural Capital
Efficiency berpengaruh
terhadap Revenue Growth.
Customer Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Revenue Growth.
Human Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Operating Cash Flow ratio.
Structural Capital
Efficiency berpengaruh
terhadap Operating Cash
Flow ratio.
Customer Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Operating Cash Flow ratio.
Human Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Return on Equity.
Structural Capital
Efficiency berpengaruh
terhadap Return on Equity.
Customer Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Return on Equity.
Human Capital Efficiency
berpengaruh terhadap
Earning per Share.
Structural Capital
Efficiency berpengaruh
terhadap Earning per
Share.
November 2012
Ha18 Customer Capital Efficiency
berpengaruh
terhadap
Earning per Share.
METODE PENELITIAN
Metode Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Populasi yang
dijadikan
objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010. Dalam pengambilan
sampel, metode yang digunakan
adalah purposive sampling.
Definisi Operasional
Tingkat Pengembalian Aset
Tingkat pengembalian aset
merupakan
variabel
dependen
dalam
penelitian
ini.
Tingkat
pengembalian aset merefleksikan
besarnya hasil yang diperoleh
perusahaan atas semua sumber
daya
keuangan
yang
telah
ditanamkan pada perusahaan.
Perputaran Aset
Perputaran
aset
menunjukkan tingkat produktifitas
dari
sebuah
perusahaan.
Perputaran aset mengukur efisiensi
perusahaan dalam menggunakan
asetnya
dalam
menghasilkan
penjualan atau pendapatan.
Pertumbuhan Pendapatan
Pertumbuhan
pendapatan
mengukur
perubahan-perubahan
dalam
pendapatan
perusahaan,
dalam kasus ini, dari tahun
ke
tahun.
Peningkatan
pendapatan
memberi
isyarat
kepada
perusahaan
bahwa
terjadi
kemungkinan
untuk
bertumbuh
(Razafindrambinina dan Anggreni
ISSN: 1410 -9875
2011).
Pertumbuhan
dalam
pendapatan
diukur
dengan
membagi pendapatan perusahaan
dari laporan keuangan terakhir
dengan
pendapatan
perusahaan
tahun sebelumnya.
Arus Kas dari Aktifitas Operasi
Arus kas
dari
aktifitas
operasi merupakan kas bersih yang
dihasilkan dari aktifitas
operasi.
Arus kas dari aktifitas operasi
dihasilkan
dengan
mengambil
pendapatan bersih, menambahkan
kembali nilai dari depresiasi, dan
membuat
penyesuaian
untuk
merefleksikan
perubahanperubahan dalam akun
modal
kerja, yang terdiri dari, piutangpiutang, utang-utang, inventaris,
dan akun tetap lainnya di dalam
neraca
keuangan
(Razafindrambinina dan Anggreni
2011).
Tingkat Pengembalian Ekuitas
Rasio tingkat pengembalian
ekuitas
merupakan
rasio
profitabilitas yang
berhubungan
dengan
keuntungan
investasi.
Tingkat
pengembalian
ekuitas
mengukur
seberapa
banyak
keuntungan
sebuah
perusahaan
dapat menghasilkan setiap rupiah
dari modal pemegang saham. Rasio
tingkat pengembalian
ekuitas
secara
umum
dipertimbangkan
sebagai indikator keuangan yang
penting bagi investor (Chen et al.
2005).
Pendapatan per Saham
EPS adalah pengukuran dari
laba bersih yang didapat pada
setiap saham biasa. Formula untuk
memperoleh pendapatan per saham
menurut
adalah
laba
bersih
dikurangi dengan dividen preferen
Bino Sulaksono
dan kemudian dibagi dengan jumlah
saham biasa yang beredar.
Human Capital Efficiency
The
human
capital
coefficient (VAHU) adalah seberapa
besar value added (VA) dibentuk
oleh pengeluaran rupiah pekerja.
Modal manusia (human capital/HC)
mengacu pada nilai kolektif dari
modal
intelektual
(intellectual
capital)
perusahaan
yaitu
kompetensi,
pengetahuan,
dan
keterampilan (Firer dan Williams
2003), diukur dengan human capital
efficiency (HCE) yang merupakan
indikator efisiensi nilai tambah
(value added/VA) modal manusia.
Hubungan antara VA dan HC
mengindikasikan kemampuan HC
membuat
nilai
pada
sebuah
perusahaan.
Value added merupakan hasil
dari
pengurangan
dari
total
penjualan dan pendapatan lain
dengan beban penjualan dan biayabiaya lain (selain beban karyawan).
Hubungan antara VA dan HC
mengindikasikan kemampuan HC
membentuk nilai dalam sebuah
perusahaan.
Structural Capital Efficiency
Modal struktural (structural
capital/SC)
dapat
didefinisikan
sebagai competitive intelligence,
formula, sistem informasi, hak
paten, kebijakan, proses, dan
sebagainya, hasil dari produk atau
sistem perusahaan yang telah
diciptakan dari waktu ke
waktu
(Firer dan Williams 2003), diukur
dengan structural capital efficiency
(SCE) yang merupakan indikator
efisiensi
nilai
tambah
(value
added/VA) modal struktural (SC).
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Capital Employed Efficiency
Modal yang
digunakan
(capital employed/CE) didefinisikan
sebagai
total
modal
yang
dimanfaatkan dalam aset tetap dan
lancar suatu perusahaan (Firer dan
Williams 2003), diukur dengan
capital employed efficiency (CEE)
yang merupakan indikator efisiensi
nilai tambah (value
added/VA)
modal yang digunakan.
November 2012
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum sampel
Sampel
yang
diambil
berdasarkan pertimbangan kriteriakriteria tertentu dalam penelitian.
Prosedur pemilihan sampel dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel
No.
Deskripsi Kriteria
1 Semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 1 Januari
2008 sampai 31 Desember 2010.
2 Perusahaan yang tidak konsisten menerbitkan
laporan keuangan selama periode penelitian.
3 Perusahaan yang tidak menyampaikan laporan
keuangan dalam mata uang rupiah secara
konsisten selama periode penelitian.
4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan per 31 Desember secara konsisten
selama periode penelitian.
5 Perusahaan yang tidak mengungkapkan beban
gaji/upah karyawan secara konsisten selama
periode penelitian.
6 Total perusahaan dan data penelitian
Jumlah
Perusahaan
Jumlah
Data
127
381
0
0
(24) (72)
(3)
(9)
(2) (6)
98
294
Sumber: Data yang dikumpulkan
Statistik Deskriptif Variabel
Hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam
penelitian ini baik variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini.
Variabel
HCE
SCE
CEE
28
N
294
294
294
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
-1.7996
44.7319
3.488947
-2.3107
5.7924
0.667941
-2.2271
1.8222
0.322893
Std. Deviation
3.4792067
0.6169554
0.3430996
ISSN: 1410 -9875
Variabel
ROA
ATO
RG
OCF
ROE
EPS
Bino Sulaksono
N
294
294
294
294
294
294
Minimum
-1.1458
0.0340
-0.6678
-0.5294
-4.3512
-491.0000
Maximum
0.5645
5.6591
2.9670
0.5736
42.1126
13439.0000
Mean
0.090729
1.190654
0.148253
0.069214
0.386418
542.249531
Std. Deviation
0.1630374
0.6832088
0.2815398
0.1218916
2.6363843
1803.065607
Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 3
Hasil Statistik Deskriptif Setelah Outlier Variabel Dependen ROA
Sumber: Output Data SPSS 19
Variabel
HCE
SCE
CEE
ROA
N
274
274
274
274
Minimum
-1.7996
-1.0924
-0.2469
-0.1807
Maximum
11.5794
2.1044
1.3260
0.5645
Mean
3.441926
0.619532
0.349781
0.10629
Std.
Deviation
2.2767575
0.2934815
0.2048254
0.1130018
Tabel 4
Hasil Statistik Deskriptif Setelah Outlier Variabel Dependen OCF
Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
HCE
274
-1.7996
11.5794 3.405953
2.2774728
SCE
274
-1.0924
2.1187 0.623809
0.3066445
CEE
274
-0.2469
1.3260 0.342987
0.1987167
OCF
274
-0.2827
0.4159 0.070923
0.1032432
Sumber: Output Data SPSS 19
Uji Normalitas Residual
Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov dengan alpha 0,05 untuk melihat normalitas data yang
akan diuji.
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Data Residual
Sebelum Outlier
Variabel
Depende
n
ROA
N
Asymp.
Sig (2tailed)
294
0,000
Keterangan
Tidak
berdistribusi
normal
N
274
Setelah Outlier
Asymp
. Sig
(2tailed)
Keterangan
0,226
Berdistribusi
normal
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Sebelum Outlier
Variab el
Depend e
n
N
Asymp.
Sig (2tailed)
ATO
294
0,002
RG
294
0,000
OCF
294
0,026
ROE
294
0,000
EPS
294
0,000
Keterangan
Tidak
berdistribusi
normal
Tidak
berdistribusi
normal
Tidak
berdistribusi
normal
Tidak
berdistribusi
normal
Tidak
berdistribusi
normal
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Hasil
pengujian
multikolinearitas
pada
data
penelitian ini menunjukkan nilai
.
Variabel
Dependen
ROA
ATO
RG
OCF
ROE
EPS
273
275
Setelah Outlier
Asymp
. Sig
(2tailed)
Keterangan
Tidak
berdistribusi
0,032 normal
Tidak
berdistribusi
0,001 normal
274
0,245
274
0,000
270
0,000
Berdistribusi
normal
Tidak
berdistribusi
normal
Tidak
berdistribusi
normal
tollerance ≥ 0,1 dan VIF ≤10,
sehingga dapat disimpulkan dalam
penelitian
ini
tidak
terjadi
multikolinearitas
antar
variabel
independen dalam model regresi
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Independen
HCE
SCE
CEE
Tolerance
VIF
Tolerance
VIF
Tolerance
0,764
1,309
0,777
1,287
0,974
0,980
1,021
0,992
1,008
0,984
0,980
1,021
0,992
1,008
0,984
0,814
1,228
0,822
1,216
0,969
0,980
1,021
0,992
1,008
0,984
0,980
1,021
0,992
1,008
0,984
Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam
model
regresi
terjadi
30
N
November 2012
VIF
1,026
1,017
1,017
1,032
1,017
1,017
ketidaksamaan
variance
dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain.
Kriteria
yang digunakan untuk menentukan
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
terjadinya
heteroskedastisitas
adalah sebagai berikut: jika nilai
signifikan ≥ 0,05 berarti tidak
Variabel
Depende
n
Sig.
ROA
0,676
ATO
0,978
RG
0,000
OCF
0,015
ROE
0,168
EPS
0,013
terjadi heteroskedastisitas dan jika
nilai signifikan <
0,05
berarti
terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Independen
HCE
SCE
Keterangan
Sig.
Keterangan
Sig.
Tidak
0,28
Tidak
Terjadi
5
Terjadi
0,000
Tidak
0,06
Tidak
Terjadi
8
Terjadi
0,000
0,00
Terjadi
0
Terjadi
0,000
0,53
Tidak
Terjadi
6
Terjadi
0,000
Tidak
0,90
Tidak
Terjadi
0
Terjadi
0,056
0,58
Tidak
Terjadi
3
Terjadi
0,026
Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
kesalahan
pada
periode
t-1
(sebelumnya). Untuk mendeteksi
adanya
autokorelasi
dapat
CEE
Keterangan
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Tidak Terjadi
Terjadi
menggunakan uji Bruesch-Godfrey.
Dasar
ketentuan
terjadi
atau
tidaknya autokorelasi adalah:
1. Jika nilai signifikan ≥ dari 0,05
maka tidak terjadi autokorelasi.
2. Jika nilai signifikan < dari 0,05
maka terjadi autokorelasi.
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel
dependen
ROA
ATO
RG
OCF
ROE
EPS
Sig.
0,622
0,029
0,647
0,283
0,806
0,448
Pengujian Hipotesis
Analisis Koefisien Korelasi
Analisa korelasi bertujuan
untuk mengukur kekuatan asosiasi
Keterangan
Tidak terjadi Autokorelasi
Terjadi Autokorelasi
Tidak terjadi Autokorelasi
Tidak terjadi Autokorelasi
Tidak terjadi Autokorelasi
Tidak terjadi Autokorelasi
atau hubungan linear di antara dua
variabel. Jika angka R ≥ 0,5 maka
korelasi atau hubungan di antara
variabel dependen dan independen
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
adalah kuat. Sebaliknya jika angka
< 0,5 maka korelasi atau hubungan
di antara variabel dependen dan
independen adalah lemah. Apabila
ada korelasi, maka dapat pula
dilihat arah nya apakah positif atau
negatif.
Analisa
Adjusted
R
Square
(Multiple Regression Analysis)
Digunakan untuk mengukur
seberapa
besar
kemampuan
variabel-variabel independen dalam
menerangkan
variasi
variabel
dependen (Ghozali 2011). Kriteria
November 2012
penilaian
adjusted
R-square
menurut Ghozali (2011) adalah bila
nilai Adjusted R Square kecil,
berarti
kemampuan
variabelvariabel
independen
dalam
menjelaskan
variasi
variabel
dependen sangat kecil, sedangkan
bila nilai Adjusted R Square
mendekati 1, berarti variabelvariabel
independen
dapat
memberikan
hampir
seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi
variasi
variabel
dependen.
Tabel 8
Hasil Analisis Korelasi (R) dan Analisis Adjusted R-square
Variabel
Adjusted R
dependen
R
Square
ROA
0,694
0,481
ATO
0,236
0,055
RG
0,468
0,219
OCF
0,504
0,254
ROE
0,187
0,035
EPS
0,220
0,049
Uji F (Anova)
Uji F (Anova) merupakan
pengujian
untuk
mengetahui
apakah model regresi digunakan
untuk
pengambilan
keputusan
dalam penelitian ini sudah fit atau
belum (Ghozali 2011). Dasar yang
digunakan
dalam
pengambilan
keputusan yaitu:
1. Apabila sig < 0,05 menunjukkan
model regresi fit dengan data
yang digunakan.
2. Apabila sig ≥ 0,05 menunjukkan
model regresi tidak fit dengan
data yang digunakan.
32
Tabel 8
Hasil F
Variabel
dependen
ROA
ATO
RG
OCF
ROE
EPS
Sig
Keterangan
0,000
Model fit
0,001
Model fit
0,000
Model fit
0,000
Model fit
0,016
Model fit
0,002
Model fit
Uji t
Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan
seberapa
jauh
pengaruh satu variabel penjelas
atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
dependen menurut Ghozali (2011).
Dalam penelitian ini tingkat α yang
digunakan adalah
5%
dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Dasar
pengambilan
keputusan
adalah:
1. Jika sig t < 0,05 maka Ha
diterima yang artinya variabel
independen
berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2. Jika sig t ≥ 0,05 maka Ha tidak
dapat diterima yang artinya
variabel
independen
tidak
berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Tabel 9
Hasil t
Variabel
dependen
HCE
Koefisien
0,015
0,003
0,038
0,014
-0,026
45,719
ROA
ATO
RG
OCF
ROE
EPS
Sig.
0,000
0,764
0,000
0,000
0,562
0,128
SCE
Koefisien
0,059
-0,179
-0,035
0,025
0,095
101,020
Sig.
0,002
0,005
0,141
0,207
0,700
0,548
CEE
Koefisien
0,295
0,324
0,000
0,170
1,444
992,676
Sig.
0,000
0,005
0,993
0,000
0,001
0,001
PENUTUP
Kesimpulan
Variabel
depend
en
ATO
RG
OCF
ROE
EPS
HCE
Pengaru
h (+)
Tidak
Pengaru
h
ROA
<
<
<
<
<
<
Tabel 10
Kesimpulan
Variabel Independen
SCE
Tidak
Pengaru Pengaru Pengaru
h (+)
h (-)
h
CEE
Pengaru
h (+)
<
Tidak
Pengaru
h
<
<
<
<
<
<
<
<
<
<
<
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Keterbatasan
Keterbatasan
dalam
penelitian ini antara lain:
1. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia sehingga
jumlah
populasi
penelitian
terbatas.
2. Periode
pengamatan
dalam
penelitian ini masih terbatas,
yaitu hanya tiga tahun dari
tahun 2008-2010.
3. Terdapat masalah asumsi klasik
pada model-model regresi yaitu
heteroskedastisitas.
4. Pada model regresi ke-dua yang
menggunakan
variabel
dependen
ATO,
terdapat
masalah asumsi klasik yaitu
autokorelasi.
5. Uji
koefisien
determinasi
menunjukkan
bahwa
pada
model-model regresi yang ada
menunjukkan bahwa nilai R2
masih
berkecenderungan
rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa variasi variabel-variabel
dependen
masih
dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel
independen lain yang
tidak
dapat dimasukkan ke dalam
penelitian.
Rekomendasi
Dengan
terdapatnya
keterbatasan
penelitian,
maka
rekomendasi yang dapat diberikan
penulis bagi penelitian berikutnya
adalah:
November 2012
1. Obyek
penelitian
yang
digunakan sebaiknya diperluas
untuk memperoleh
jumlah
sampel yang lebih besar seperti
menggunakan semua perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebagai populasi
penelitian.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang dengan
mengambil sampel lebih dari
tiga tahun agar terbebas dari
masalah asumsi klasik.
3. Pada
penelitian
selanjutnya
sebaiknya
menambahkan
variabel-variabel
independen
lainnya
yang
memiliki
kemungkinan
mempengaruhi
variabel dependen yang ada
agar
masalah
heteroskedastisitas
dapat
teratasi.
4. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan periode penelitian
yang
lebih
panjang
agar
terbebas
dari
masalah
autokorelasi.
5. Pada
penelitian
selanjutnya
sebaiknya
dilakukan
penambahan
variabel
bebas
yang
lain
sehingga
dapat
menjelaskan
variabel-variabel
kinerja
perusahaan
dalam
kisaran yang
lebih
tinggi.
Sebagai contoh: VAICTM (Value
Added Intellectual Coefficient)
atau VA (Value Added).
DAFTAR REFERENSI
Bontis, N., W.C.C. Keow dan S. Richardson. 2000. Intellectual capital and
business performance in Malaysian industries. Journal of Intellectual
Capital. Vol. 1, No. 1, hlm: 85-100.
34
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Bornemann, M dan K.H. Leitner. 2002. Measuring and Reporting Intellectual
Capital: The Case of a Research Technology Organization. Singapore
Management Review. Vol. 24, No. 3, hlm: 7-19.
Brigham, Eugene F. 2006. Fundamentals of Financial Management Seventh
Edition. Orlando: Harbours Inc.
Chen, Ming-Chin, Cheng Shu-Ju dan Hwang Yuhchang. 2005. An empirical
investigation of the relationship between intellectual capital and firm’s
market value and financial performance. Journal of Intellectual
Capital. Vol. 6, No. 2, hlm: 159-176.
Dessler, Gary. 2011. Human Resource Management Twelfth Edition. England:
Pearson.
Dewi, Lidia Kemala, Vince Ratnawati dan Alfiati Silvi. 2008. Influence the
Organization Strategy Toward Performance with Total Quality
Management as Moderating Variable. Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Dzinkowski, Ramona. 2000. The Value of Intellectual Capital. The Journal of
Business Strategy. Vol. 21, No. 4. http://search.proquest.com (accessed
September 25th, 2011).
Entika, Nova Lili dan M. Didik Ardiyanto. 2012. Pengaruh Elemen Pembentuk
Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1, No. 2, hlm: 1-11.
Firer, S., dan S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional
Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital.
Vol. 4, No. 3, hlm: 348-360.
Gan, Kin dan Zakiah Saleh. 2008. Intellectual Capital and
Corporate
Performance of Technology-Intensive Companies: Malaysia Evidence.
Asian Journal of Business and Accounting. Vol. 1, No. 1, hlm: 113-130.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Guthrie, James. 2000. The management, measurement and the reporting of
intellectual capital. CIMA Visiting Professor for 2000
Macquarie
Graduate School of Management Sydney Australia. London: July 5th,
2000
Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of Managerial Finance, thirteenth
edition.
United States: Pearson Education Addison Wesley, inc.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2012. Pernyataan Standar
Akuntansi
Keuangan (PSAK ). Jakarta: Salemba Empat.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 2001. Transforming the Balanced
Scorecard From Performance Measurement to Strategic Managemet:
Part 1. Accounting Horizons.
Koenig, Michael. 2000. The resurgence of intellectual capital. Information
Today. Vol. 17, Issue 8, http://search.proquest.com (accessed
September 16th, 2011).
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Kooistra, Jeltje van der Meer- dan Siebren M. Zijlstra. 2001. Reporting on
intellectual capital. Accounting, Auditing & Accountability Journal.
Vol. 14, No. 4, hlm: 456-476.
Nahapiet, Janine dan Sumantra Ghoshal. 1998. Social Capital Intellectual and
the Organizational Advantage. Academy of Management Review. Vol.
29, No. 2, hlm: 242-266.
Pasaribu, Hiras, Dian Indri Purnamasari dan Indri Tri Hapsari. 2012. The Role
of Corporate Intellectual Capital. American International Journal of
Contemporary Research. Vol. 2, No. 9.
Pulic, Ante. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in
Knowledge Economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word
Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the
Austrian Team for Intellectual Potential.
Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada
Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9,
No.1, hlm: 1-20.
Rachmawati, Damar Asih Dwi. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Return on Assets (ROA) Perbankan. Jurnal Nominal. Vol. 1, No. 1, hlm:
34-40.
Razafindrambinina, Dominique dan Talita Anggreni. 2011. Intellectual Capital
and Corporate Financial Performance of Selected Listed Companies in
Indonesia. Malaysian Journal of Economic Studies. Vol 48, No. 1, hlm.
61-77.
Razafindrambinina, Dominique dan Talita Anggreni. 2008. An Empirical
Research on The Relationship between Intellectual Capital
and
Corporate Financial Performance on Indonesian Listed Companies.
Indonesia: Binus University International School of Accounting.
Rehman, ul Rehman, Dr. Hafeez ur Rehman, Muhammad Usman dan Nabila
Asghar. 2012. A Link of Intellectual Capital Performance with Corporate
Performance: Comparative Study from Banking Sector in Pakistan.
International Journal of Business and Social Science. Vol. 3, No. 12,
hlm: 313-321.
Ritonga, Kirmizi dan Jessica Andriyanie. 2011. Pengaruh Modal Intelektual
Terhadap Kinerja Perusahaan. Pekbis Jurnal. Vol. 3, No. 2, hlm: 467481.
Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual
Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library
Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, hlm: 31-51.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th
Edition. New York: John Wiley & Sons.
Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital: The Wealth of New
Organizations,
London:
Nicholas
Brealey
Publishing,
http://books.google.co.id/books?id=CIwxhVIrT30C&printsec=frontcover
&dq=stewart+1997+Intellectual+Capital:+The+New+Wealth+of+Organiza
tions&hl=en&sa=X&ei=RShWUveQHI60iQe1wYGQAQ&redir_esc=y#v=one
page&q&f=true (accessed September 20th, 2011).
36
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Sunarsih, Ni Made dan Ni Putu Yuria Mendra. 2012. Pengaruh Modal Intelektual
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Denpasar.
Sveiby, Karl Erik. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and
Measuring Knowledge Based Assets. San Francisco: Berrett-Koehler.
http://books.google.co.id/books?id=xKNXlgaeCjAC&printsec=frontcover
#v=onepage&q&f=false. (accessed September 20th, 2011).
Tan, Hong Pew, David Plowman dan Phil Hancock. 2007. Intellectual Capital
and Financial Return of Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol
3, No.1, hlm. 51-61.
Ulum, Ihyaul. 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan keuangan. Vol 10, No. 2, hlm. 77-84.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel dan Donald E. Kieso. 2010. Financial
accounting. Edisi 8. Asia: John Wiley & Sons.
Williams, S.M. 2001. Is Intellectual Capital Performance and Disclosure
Related? Journal of Intellectual Capital, Vol. 2, No. 3. hlm: 192-203.
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
38
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 39-50
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH MANUFACTURER BRAND LOYALTY,
ATTITUDE TOWARD STORE BRAND, DAN RETAIL
BRAND LOYALTY TERHADAP PROPENSITY TO
SWICTH TO RETAIL
BRAND
DENNY SEPTA HARYANTI
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study was to examine the factors that
influence propensity to switch retail brand. Those factors are manufacturer
brand loyalty, attitude toward store brand, and retail brand loyalty. The
research sample was 200 selected by purposive sampling method. Data
analysis method used is a simple regression analysis and multiple regression
analysis. The result on this research is attitude toward store brand and retail
brand loyalty have positive influence to propensity to switch retail brand
individual, but manufacturer brand loyalty have negative influence to
propensity to switch retail brand individually.. And simultaneously, all the
independent variables are have influence to dependent variable.
Keywords: brand, manufacturer, attitude, retail
Penurunan
pertumbuhan
ekonomi dunia juga dirasakan oleh
negara-negara
maju
seperti
Amerika Serikat dan beberapa
negara-negara di Eropa. Secara
keseluruhan berikut ini adalah
besaran
pertumbuhan
ekonomi
negara maju yang diambil dari Bank
Indonesia yaitu tahun 2010 sebesar
3%, kemudian tahun 2011 sebesar
1,6%, dan pada tahun 2012 hanya
mencapai
1,3%.
Penurunan
pertumbuhan
ekonomi
itu
mencerminkan bahwa
negaranegara maju tersebut sedang
mengalami
krisis
khususnya
PENDAHULUAN
Perekonomian dunia sedang
mengalami
perlambatan
yang
diakibatkan dari krisis di Eropa dan
Amerika Serikat. Hal ini dapat
dilihat dari data Bank Indonesia
yang
menyebutkan
bahwa
perekonomian dunia dalam tiga
tahun terakhir terus menurun yaitu
dimulai
dari
tahun
2010
pertumbuhan
ekonomi
dunia
sebesar
5,1%,
tahun
2011
perekonomian dunia sebesar 3,9%,
dan pada tahun 2012 sendiri
mencapai 3,2%.
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Amerika Serikat dan negara-negara
di Eropa.
Melihat fakta pertumbuhan
ekonomi dunia yang menurun
tersebut maka berimbas positif
pada negara-negara berkembang
yang kemudian menjadi negara
tujuan investor untuk menanamkan
modalnya. Investasi tersebut dalam
bentuk investasi langsung dan tidak
langsung. Investasi tidak langsung
contohnya yaitu investor hanya
menaruh uangnya di pasar modal.
Investasi langsung bisa berupa
pembangunan pabrik, retail-retail,
dan sebagainya.
Indonesia menjadi salah satu
Negara tujuan investor untuk
menanamkan modalnya. Investor
memilih Indonesia karena Indonesia
merupakan negara
yang
cukup
stabil
perekonomiannya.
Berdasarkan
data
dari
Bank
Indonesia yang dikutip dari UNCTAD
Indonesia sendiri pada tahun 2012
menduduki
peringkat
keempat
negara tujuan investasi setelah
sebelumnya pada 2011 Indonesia
menempati peringkat
keenam
negara tujuan investasi.
Banyaknya investasi asing
yang masuk juga dirasakan oleh
Indonesia melalui banyaknya retailretail asing. Menurut APRINDO
(Assosiasi
Pengusaha
Ritel
Indonesia)
yang
dikutip
dari
(www.swa.co.id) pertumbuhan retailretail Indonesia mencapai minimal
10% setiap tahunnya. Menjamurnya
retail tersebut memiliki sisi positif
dan negatif. Sisi positifnya yaitu
terserapnya tenaga kerja akibat
dibukanya retail-retail tersebut. Sisi
negatifnya sendiri yaitu jika terlalu
banyak retail- retail tersebut akan
meguasai
pasar dalam
negeri
sehingga retail dalam
40
November 2012
negeri bisa kalah bersaing dengan
retail-retail luar negeri.
Ada beraneka ragam retail
yang ada di Indonesia. Ada dua
jenis retail yang ada di Indonesia
ada yang berbentuk hypermart dan
ada yang berbentuk minimarket.
Contoh
yang
masuk
kategori
hypermart yaitu Carrefour, Giant,
dan Hero. Sedangkan yang masuk
kategori
minimarket
seperti
Indomaret dan Alfamart.
Salah satu retail yang masuk
kategori hypermart yang sedang
bagus kinerjanya yaitu Carrefour.
Carrefour merupakan salah satu
retail
asal
Perancis
yang
berekspansi
ke
Indonesia.Pada
tahun 1998 didirikan PT Carrefour
Indonesia. Saat ini PT Carrefour
Indonesia di kuasai 100% sahamnya
oleh CT Corp.
Di Indonesia
Carrefour memiliki 84 gerai dan
tersebar di 28 kota/kabupaten dan
mempekerjakan
sekitar
28.000
karyawan baik langsung maupun
tidak langsung.
Pada masa sekarang ini retail
pun mengeluarkan produk dengan
merek retail itu sendiri.dengan
adanya fakta tersebut otomatis di
pasar terjadi persaingan yang
sangat ketat. Produsen dan retail
saling bersaing untuk memasarkan
produk yang
diproduksi
oleh
mereka masing-masing.
Oleh
karena
itu,
manufacturer
dan
retailer
berlomba-lomba
untuk
menarik
minat konsumen dengan merk yang
mereka miliki. Oleh karena
itu
perlu promosi yang gencar dari
pemilik produk baik manufacturer
ataupun retailer agar produk yang
mereka tawarkan dapat diminati
oleh para konsumennya. Promosi
biasa dilakukan dengan memberi
ISSN: 1410 -9875
potongan harga untuk produk
tertentu dan waktu tertentu.
Melihat fenomena persaingan
yang hebat maka peneltian ini
memiliki
tujuan
untuk
membandingkan bagaimana sikap
konsumen
terhadap
produk
manufacturer dan retailer. Sikap
tersebut dilihat dari loyalitas
konsumen terhadap dua produk
tersebut.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Propensity to swicth to retail
brand
Propensity to Switch to
Retail Brand yaitu kecenderungan
konsumen
untuk
melakukan
perpindahan yang dapat disebabkan
oleh banyak faktor ke merek yang
dibuat
dan
dipasarkan
oleh
retailer.
Choi and Coughlan (2006)
mengemukakan di dalam Jurnal
Broyles et.al. (2011) “the impact of
store brand by noting that
in
recent years the growth in sales of
store brands has been double that
of manufacturer brands.”
Menurut Broyles et al. (2011)
“Customers
are
becoming
increasingly comfortable with, and
are developing loyalty toward store
brands.”
Ailawadi
et
al.
(2001)
berpendapat dalam Jurnal Broyles
et al. (2011)“Supermarket based
research regarding the impact of
store brands on manufacturer
brands found that store brands
account for over 20 percent of unit
sales.”
Denny Septa Haryanti
Brand Loyalty
Shiffman & Kanuk (2004,241)
“Brand Loyalty is the ultimate
desired outcome of consumer
learning.”
Hu dan Chuang menyatakan
di dalam Jurnal Broyles et al.
(2011)
bahwa“Brand
Loyalty
provides predictability and security
of demand for the firm and creates
barriers
to
impede
other
competitors from entering the
market.”
Aaker
(1991,40),
“Brand
Loyalty is long a central construct
in marketing , is a measure of
attachment that a customer has to
a brand.” Jadi brand loyalty
merupakan pusat dasar di dalam
pemasaran yang dapat diukur dari
konsumen kepada sebuah merek
tertentu.
Ha1:
Terdapat
pengaruh
manufacturer
brand
loyalty
terhadap propensity to switch to
retail brand
Private Labels
Keller (2013,210) menyatakan
bahwa “Private labels can be
defined as products marketed by
retailers and other members of
distribution chain.”
Kotler & Keller (2012, 481)
bahwa “A private label brand (also
called a reseller, store, house, or
distributor brand) is a brand that
retailers and wholesalers develop.”
Clow and Baack (2007,47) yang
menyatakan
bahwa “ Private
Brands (also known as private
labels) are proprietary brands
marketed by an organization and
normally distributed exclusively
within the organization’s outlets.”
Ha2: Terdapat pengaruh attitude
toward store
brand terhadap
propensity to switch to retail brand
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Retail Brand Loyalty
Menurut Pappu and Quester
(2008) dalam Jurnal Broyles et. al
(2011) “Customers’
loyalty
to
retail brands stems from their
tendency to prefer purchasing from
a retailer that they perceive as
being crucial.”
Hanf and Belaya’s
(2008)
dalam Jurnal Broyles et. al (2011)
menyatakan bahwa “retailers often
sell their own brands in order to
influence customers’ perception of
November 2012
the retailers,
and competing
manufacturer brands.”
Hu
dan
Chuang
(2009)
mengomentari dalam Jurnal Broyles
et.
al
(2011).bahwa
banyak
pengecer dan grosir memiliki merek
sendiri
karena,
setidaknya
sebagian, perusahaan manufacturer
biasanya menyediakan iklan untuk
mempromosikan produknya.
Ha3: Terdapat pengaruh retail
brand loyalty terhadap propensity
to switch to retail brand
Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Manufacturer
Brand Loyalty
(X1)
Propensity to Switch
to Retail
Brand
(Y)
Attitude Toward
Store Brand
(X2)
Retail Brand
Loyalty
(X3)
Gambar 1 Model Penelitian
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Obyek penelitian yang akan
dipilih untuk penelitian ini adalah
orang yang membeli produk tissu di
Carrefour.
Carrefour
sendiri
merupakan perusahaan retail yang
besar asal Perancis dan Carrefour
42
merupakan retail yang memiliki
cabang yang cukup banyak yaitu
sekitar 84 gerai
di
seluruh
Indonesia.
Pengambilan sampel bersifat non
probability
sampling.
Menurut
Sekaran dan Bougie (2010,276) non
probabbilty sampling adalah“the
ISSN: 1410 -9875
elements in the population do not
have any probabilities attached to
their being chosen as sample
subjects.”Jadi
dapat
diartikan
bahwa non probability sampling
merupakan unsur-unsur yang tidak
memiliki
kesempatan
yang
diketahui
atau
ditentukan
sebelumnya yang terpilih sebagai
subjek.
Penelitian
ini
dalam
pengambilan sampel bersifat non
probability
sampling
dan
menggunakan
teknik
purposive
sampling. Menurut Sekaran dan
Bougie (2010,276) “The sampling
here is confined to specific types of
people who can provide the desired
information, either because they
are the only ones who have it, or
comform to some criteria set by
researcher.”Jadi dapat diartikan
bahwa purposive sampling adalah
sampling yang terbatas pada tipe
orang
tertentu
yang
dapat
memberikan
informasi
yang
diinginkan, atau sesuai dengan
beberapa kriteria yang ditetapkan
oleh peneliti.
KriteriaPemilihanSampel
Kriteria
responden
dalam
penelitian ini yaitu:
1. Pria atau Wanita
2. Usia minimal responden 25
tahun
3. Pernah
mengunjungi
dan
berbelanja tissu di Carrefour
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
“Variabel independen atau
variabel bebas yaitu merupakan
variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen
(terikat).” (Sugiyono 2009, 39)
Variabel
independen
sendiri
Denny Septa Haryanti
berjumlah
3
buah
yaitu
Manufacturer
Brand
Loyalty,
Attitude Toward Store Brand, dan
Retail Brand Loyalty.
“Variabel dependen atau
variabel terikat yaitu merupakan
variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi
akibat,
karena
adanya
variabel
bebas.”
(Sugiyono2009,
39)
Variabel
dependen yang terdapat pada
penelitian ini yaitu Propensity to
Switch to Retail Brand
Manufacturer Brand Loyalty
Loyalitas konsumen terhadap
suatu
merek
tertentu
yang
dikeluarkan oleh manufacturer.
Attitude Toward Store Brand
Sikap konsumen terhadap
produk
yang
diproduksi,
dikembangkan, dan dipasarkan oleh
retailer.
Retail Brand Loyalty
Loyalitas yang
ditujukkan
oleh konsumen terhadap produk
yang dikeluarkan oleh toko atau
retail.
Propensity to Swicth to Retail
Brand
Kecenderungan
konsumen
untuk melakukan perpindahan yang
dapat disebabkan oleh
banyak
faktor ke merek yang dibuat dan
dipasarkan oleh retailer.
Kuesioner akan menggunakan
skala likert. Skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat,
dan
persepsi
seseorang
atau
sekelompok
orang
tentang
fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena
sosial
ini
telah
ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnyadisebut
sebagai variabel peneltian.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Dengan skala likert, maka
variabel
yang
akan
diukur
dijabarkan
menjadi
indikator
variabel.
Kemudian
indikator
tersebut dijadikan sebagai titik
No
1
Tabel 1
Variabel
Manufacturer
1.
Brand
Loyalty
(X1)
2.
3.
4.
2
Attitude Toward
Store Brand (X2)
1.
2.
3.
3
Retail
Brand
Loyalty (X3)
1.
2.
3.
4.
4
44
Propensity
to
Switch to Retail
Brand(X4)
1.
2.
November 2012
tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa
pernyataan
atau
pertanyaan.
(Sugiyono 2009, 132-133)
Variabel dan Pengukurannya
Indikator Pertanyaan
Saya akan membeli tissu sesuai
merek pilihan saya, bukan yang
lain
Hanya ada satu merek tissu yang
saya suka dari semua merek yang
ada
Biasanya, saya sangat peduli
tentang merek tissu yang saya beli
Umumnya saya akan membeli
merek tissu favorite saya
Dari keseluruhan produk yang ada,
membeli produk yang dikeluarkan
oleh toko merupakan pembelian
yang terbaik
Dengan pertimbangan
kualitas
produk dan harga, umumnya saya
memilih membeli produk merek
toko atau produk yang dikeluarkan
toko
Umumnya saya memandang positif
jika toko mengeluarkan produknya
sendiri
Saya mengatakan hal-hal positif
tentang Carrefour kepada orang
lain
Saya
berusaha
menggunakan
merek Carrefour untuk semua
kebutuhan belanja tissu saya
Saya lebih suka membeli tissu dari
Carrefour daripada ke pengecer
lain
Ketika membeli tissu, merek
Carrefour adalah pilihan pertama
saya
Saya bersedia untuk membeli tissu
dengan merek Carrefour
Umumnya saya akan
memilih
membeli
tisu merek Carrefour dibandingkan
merek tissu lainnya
Skala
Likert
Likert
Likert
Likert
ISSN: 1410 -9875
No
Denny Septa Haryanti
Variabel
Indikator Pertanyaan
3. Jika Carrefour menjual tisu yang
identik dengan merek yang saat
ini saya pakai, saya akan beralih
menggunakan
tissu
merek
Carrefour
4. Jika Carrefour menjual tissue
dengan nama mereka,
saya
percaya bahwa kualitasnya akan
sama dengan merek lain yang
dikeluarkan produsen tissue
Skala
Metode Analisa Data
Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda dengan tingkat kesalahan atau α sebesar 5 %. Data akan
dianalisis secara kuantitatif menggunakan program SPSS.
Model penelitian dengan persamaan regresi dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y = b0 + b1x1 + b2x2 +b3x3 + e
Keterangan:
Y
= Propensity to Switch to Retail Brand
b0
= Konstanta
b1 , b2 , b3 = Koefisien Regresi
X1
= Manufacturer Brand Loyalty
X2
= Attitude Toward Store Brand
X3
= Retail Brand Loyalty
E
= Tingkat toleransi kesalahan pada penelitian (error)
HASIL PENELITIAN
StatistikDeskriptif
Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu berupa data primer.
Data-data tersebut diperoleh dengan cara menyebar kuesioner. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 200 dengan karakteristik sebagai berikut :
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Valid
25-30
31-35
36-40
>40
Total
Frequency
21
98
53
28
200
Percen
t
10.5
49.0
26.5
14.0
100.0
Valid
Percent
10.5
49.0
26.5
14.0
100.0
Cumulative
Percent
10.5
59.5
86.0
100.0
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Uji
Valid
18.5
perempua
n
Total
Frequenc Percen
y
t
laki-laki 37
Valid
Percent
18.5
Cumulative
Percent
18.5
100.0
163
81.5
81.5
200
100.0
100.0
Instrumen Penelitian
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Manufacturer Brand Loyalty (X1)
Item Pertanyaan
r Hitung
r Tabel
Hasil
MBL (1)
MBL (2)
MBL (3)
MBL (4)
0,665
0,575
0,620
0,662
0,1388
0,1388
0,1388
0,1388
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Attitude Toward Store Brand (X2)
Item Pertanyaan
r Hitung
r Table
Hasil
ATSB (1)
ATSB (2)
ATSB(3)
0,636
0,510
0,575
0,1388
0,1388
0,1388
Valid
Valid
Valid
Tabel 5 Hasil Uji Validitas Retail Brand Loyalty (X3)
Item Pertanyaan
r Hitung
rTabel
Hasil
RBL (1)
0,428
0,1388
Valid
RBL (2)
0,411
0,1388
Valid
RBL (3)
0,476
0,1388
Valid
RBL (4)
0,409
0,1388
Valid
Tabel 6 Hasil Uji Validitas Propensity to Swicth to Retail Brand (Y)
Item Pertanyaan
r Hitung
r Tabel
Hasil
PSRB (1)
0,435
0,1388
Valid
PSRB (2)
0,342
0,1388
Valid
PSRB (3)
0,337
0,1388
Valid
PSRB (4)
0,440
0,1388
Valid
Dari semua variabel di atas adalah valid, yang mengandung arti bahwa
instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
46
ISSN: 1410 -9875
Denny Septa Haryanti
Tabel 7
Hasil Uji Realibitas
Batas Cronbach
Alpha
Variabel
Manufacturer Brand Loyalty (X1)
0,6
Attitude Toward Store Brand (X2)
0,6
Retail Brand Loyalty (X3)
0,6
Propensity to Switch to Retail Brand
0,6
(Y)
Cronbach
Alpha
0,812
0,747
0,650
0,611
Hasil
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Pada tabel di atas merupakan hasil dari uji reliabilitas dimana setiap
variabel yang ada menunjukkan hasil yang reliabel dimana Alpha lebih besar
daripada Crobach Alpha yang mengandung arti instrumen tersebut konsisten.
Tabel 8 Hasil Pengujian Skewness dan Kurtosis Statistik
Variabel
Skewness
Kurtosis
Manufacturer Brand Loyalty
-0,188
-0,609
Attitude Toward Store Brand
-0,240
-0,584
Retail Brand Loyalty
-0,300
-0,552
Propensity to Switch to Retail
-0,299
-0,375
Brand
Ketentuan:
1. Jika nilai Z Skewness dan Kurtosis terletak antara -1,96 dan 1,96 maka
data berdistribusi normal
2. Jika nilai Z Skewness dan Kurtosis terletak di luar -196 dan 1,96 maka
data tidak berdistribusi normal
Uji Asumsi Klasik
Tabel 9 Hasil Multikolinearitas
Model
1
Collinearity Statistics
TTL_MBL
TTL_ATSB
Tolerance
.985
.643
VIF
1.016
1.555
TTL_RBL
.635
1.574
Berdasarkan tabel di atas maka hasil uji multikolinearitas menyatakan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi. Artinya model
regresi tersebut baik digunakan untuk penelitian.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Non Grafik
Variabel
Sig.
Manufacturer Brand Loyalty (X1)
0,398
Attitude Toward Store Brand (X2)
0,112
Retail Brand Loyalty (X3)
0,601
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Berdasarkan
pada
tabel
dapat diketahui bahwa nilai sig dari
variabel
manufacturer
brand
loyalty 0.398 > 0.05, nilai sig dari
attitude toward store brand 0.112
> 0.05, dan nilai sig dari retail
brand loyalty 0.601 > 0.05, maka
data disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas sehingga data
baik digunakan
dalam
model
regresi.
retail brand tissu merek Carrefour
di Jakarta Barat.
Uji Autokorelasi
Tabel 11 Hasil Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1
1,975
Gambar 3 Kurva
Penerimaan atau Penolakan H2
Uji t
Berdasarkan
pada
kurva
penerimaan
atau
penolakan
Hipotesis kedua, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ho2 ditolak atau
Ha2 diterima, sehingga terdapat
pengaruh attitude toward store
brand terhadap propensity to
switch to retail brand tissu merek
Carrefour di Jakarta Barat. P-value
(sig) = α 0,000 maka Ho2 ditolak,
artinya terdapat pengaruh attitude
toward store
brand terhadap
propensity to switch to retail brand
tissu merek Carrefour di Jakarta
Barat.
Gambar 2 Kurva Penerimaan atau
Penolakan H1
Berdasarkan
pada
kurva
penerimaan
atau
penolakan
Hipotesis pertama, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ho1
diterima atau Ha1 ditolak, sehingga
tidak
terdapat
pengaruh
manufacturer
brand
loyalty
terhadap propensity to switch to
retail brand tissu merek Carrefour
di Jakarta Barat. P-value (sig) = α
0,158 maka Ho1 diterima, artinya
tidak
terdapat
pengaruh
manufacturer
brand
loyalty
terhadap propensity to switch to
48
Gambar 4 Kurva Penerimaan atau
Penolakan H3
Berdasarkan
pada
kurva
penerimaan
atau
penolakan
Hipotesis ketiga,
maka
dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ho3
ditolak atau Ha3 diterima, sehingga
ISSN: 1410 -9875
terdapat pengaruh retail brand
loyalty terhadap propensity to
switch to retail brand tissu merek
Carrefour di Jakarta Barat. P-value
(sig) = α 0,000 maka Ho3 ditolak,
artinya terdapat pengaruh retail
brand loyalty terhadap propensity
to switch to retail brand tissu
merek Carrefour di Jakarta Barat.
Uji F
Tabel 12 Kurva Uji F
Model
F
1
5,865
Berdasarkan
pada
kurva
penerimaan
atau
penolakan
Hipotesis keempat di atas dapat
diketahui bahwa F hitung terletak
pada daerah penolakan Ho, F
hitung > F tabel, yaitu 5,865 > 2,65
maka dapat dikatakan Ho4 ditolak
dan Ha4 diterima, sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh
secara
bersama-sama
manufacturer brand loyalty, retail
brand loyalty, attitude toward
store brand terhadap propensity to
switch to retail brand tissu merek
Carrefour di Jakarta Barat. P-value
(sig) = 0,001< α 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa Ho4 ditolak dan
Ha4 diterima.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh
secara
bersama-sama
manufacturer brand loyalty, retail
brand loyalty, attitude toward
store brand terhadap propensity to
switch to retail brand tissu
Carrefour di Jakarta Barat.
Denny Septa Haryanti
PENUTUP
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
variabel
attitude toward store brand dan
retail brand loyalty berpengaruh
terhadap propensity to switch to
retail brand. Variabel lainnya
manufacturer brand loyalty tidak
berpengaruh terhadap propensity
to
switch
to
retail
brand.
Keterbatasan penelitian ini adalah:
1). Adanya keterbatasan waktu,
biaya dan tenaga maka penelitian
hanya dilakukan di daerah Jakarta
Barat dan hanya ada 5 kecamatan
yang diambil sebagi sampel 2).
Sampel
yang
diambil
hanya
berjumlah 200 3). Dalam penelitian
ini hanya dipakai tiga variabel
independen
yaitu
manufacturer
brand loyalty, attitude toward
store brand, dan retail brand
loyalty, sehingga adanya variabel
indepeden lain yang dimungkinkan
dapat
berpengaruh
terhadap
propensity to switch to retail
brand.
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian
di
atas,
maka
rekomendasi
bagi
penelitian
selanjutnya
diharapkan:
1).Memperluas cakupan wilayah
penelitian agar tidak hanya di satu
wilayah saja 2). Menambah jumlah
sampel
3).
Sebaiknya
untuk
penelitian
selanjutnya
bisa
menambah
jumlah
variabel
independen karena masih banyak
faktor-faktor
lain
yang
bisa
mempengaruhi propensity to switch
to retail brand
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
REFERENSI:
Aaker, David 1991. Managing Brand Equity. New York: The Free Press
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western:
CENGANGE Learning.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710
Indonesia, Telp (021) 3841195, 3842508, 3810291, Faks (021) 3857046,
E-mail: [email protected] , Website : www.bps.go.id
Broyles, S.Allen., Robert H.Ross., Donna Davis, and Thaweephan Leingphibul.
2011. Customers’ Comparative Loyalty to Retail and Manufacturer
Brand. Jounal of Product & bRand Management, Vol.20 Iss:3 pp.205-215
Clow, Kenneth E.and Donald Baack 2012. Integrated Advertising, Promotion,
and Markerting Communications 5th Edition. England :
Perason
Education
Hair, Jr, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., and Anderson, Rolph E.
2010. Multivariate Data Analysis: Seventh Edition. Pearson Global
Edition.
Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management : Building, Measuring,
and managing Brand Equity 4th Edition. Pearson Global Edition.
Kinnear, Thomas C., Kenneth L. Bernhardt, and Kathleen A. Krentler. 1995.
Principles of marketing: 4th Edition. Harper Collins Collage Publishers.
Kotler, Philip, and Gary Amstrong 2012. Principles of Marketing: Fourteenth
Edition. Pearson Education
Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller 2012. Marketing Management: 14th
Edition. USA: Pearson Educational International
Sarwono, Jonathan. 2011. IBM SPSS 19. Jakarta : Elek Media Komputindo.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. 5th
Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta CV.
SWA.
2012
Bisnis
Retail
Indonesia
Kian
Menjanjikan
.
http://swa.co.id/business-strategy/marketing/2012-bisnis-ritel-diindonesia-kian-menjanjikan
50
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 51-62
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION, TRUST , COMMITMENT DAN
CORPORATE IMAGE TERHDAP CUSTOMER LOYALTY
DILLA NOVERITA
[email protected]
ABSTRACT
Abstract: The purpose of this study was to examine the factor that influence
customer loyalty those factor are customer satisfaction, trust, commitment
and corporate image. The research design used in this research is causality
and descriptive research. The sampling in this study was purposive sampling.
The variable that exist in study are measured using likert differential scale.
Data analysis method is simple regression analysis and multiple regression
analysis. Data are processed by using validity, realibility, multiple regression
analysis. The result on this research to find the significance influence from
independent variables (customer satisfaction, trust, commitment and
corporate image) toward dependent variable (customer loyalty).
Keywords: Customer Satisfaction, Trust, Commitment, Corporate Image,
Customer Loyalty
asing maupun lokal. Tingginya
pertumbuhan ekonomi Indonesia
turut membuat prospek industri
asuransi terbuka lebar. Dengan
meningkatnya
berbagai
sektor
industri yang ada berdampak pada
peningkatan industri asuransi di
Indonesia, dan Penduduk Indonesia
sudah semakin peka terhadap
pentingnya asuransi dan kondisi ini
menarik
minat
perusahaanperusahaan asuransi untuk masuk di
pasar Indonesia,
baik
itu
perusahaan
asing
maupun
lokal.Perusahaan
asuransi
merupakan lembaga keuangan non
bank yang mempunyai peranan
yang tidak jauh berbeda dari bank,
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan jaman
banyak perubahan yang terjadi di
berbagai
aspek
kehidupan
masyarakat
diseluruh
belahan
dunia. Sektor perasuransian sebagai
bagian dari sektor jasa keuangan
Indonesia memiliki peran strategis
dalam
penciptaan
kestabilan
perekonomian Indonesia melalui
aspek pengelolaan risiko.
Penduduk Indonesia sudah
semakin peka terhadap pentingnya
asuransi dankondisi ini menarik
minat
perusahaan-perusahaan
asuransi untuk masuk di pasar
Indonesia, baik itu perusahaan
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
yaitu bergerak
dalam
bidang
layanan jasa yang diberikan kepada
masyarakat dalam mengatasi risiko
yang terjadi di masa yang akan
datang.Perusahaan Asuransi Jiwa
terbaik pada tahun 2012 PT
Prudential Life Assurance berhasil
meraih posisi terbaik
untuk
kategori aset di atas Rp 15 triliun.
Pada kategori aset antara Rp 5
triliun sampai Rp 15 triliun,
penghargaan diberikan kepada PT
AXA Mandiri Financial Services,
Sedangkan PT Panin Life yang
meraih posisi terbaik
untuk
kategori aset di atas Rp 3 triliun
hingga Rp 5 triliun.Penelitian kali
ini penulis berfokus pada asuransi
kesehatan Prudential, pentingnya
memilih Asuransi Kesehatan untuk
melindungi seseorang dari hal-hal
yang tak terduga. Dengan motto
“always
listening
always
understanding” artinya Prudential
selalu berusaha mengerti dan
memberikan solusi kepada nasabah
bahwa produk yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan setiap nasabah,
khususnya dalam bidang asuransi
kesehatan.
Asuransi Prudential cukup
menguasai pasar asuransi jiwa
dengan asset diatas 15 Triliyun
(sumber:investor)
dan
masih
memiliki potensi untuk menjadi
penguasa pasar Asuransi Jiwa.
Berdasarkan data yang diterbitkan
oleh
Asosiasi
Asuransi
Umum
Indonesia total pendapatan premi
asuransi
kesehatan
(Non-life
Insurance)
pada
tahun
2011
peringkat
pertama
yaitu
PT.Asuransi Sinar Mas dengan
pendapatan
premi
sebesar
440.272.600.000 dan pendapatan
premi asuransi kesehatan (Life
Insurance) pada peringkat pertama
yaitu PT.Asuransi Jiwa Inhealth
52
November 2012
Indonesia
dengan
pendapatan
premi 794.727.400.000 sedangkan
pendapatan
premi
asuransi
kesehatan
Prudential
Life
Assurance sebesar 14.838.900.000 ,
berbeda jauh jika dibandingkan
dengan premi asuransi kesehatan
yang ada.Pru Hospital Friends
merupakan fasilitas dari Prudential
yang memberikan pelayanan yang
cepat
dan
praktis
dengan
bekerjasama
dengan
beberapa
Rumah Sakit.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Customer Satisfaction
Menurut Lovelock and Wirtz
(2011,74) kepuasan adalah “ as an
attitude-like judgement following a
consumption experience”. sehingga
penting bagi perusahaan untuk
menciptakan
kepuasaan
bagi
pelanggan .
Setelah
memahami
arti
kepuasaan , maka penting bagi
sebuah
perusahaan
untuk
menciptakan kepuasan pelanggan.
menurut
Kotler
and
Keller
(2012,150) “ satisfaction is person’s
feeling
of
pleasure
or
disappointment that result from
caomparing a product’s perceived
performance (or outcome) to their
expectations”
Menurut Schiffman and Kanuk
(2010,29)
mendefinisikan
satisfaction sebagai “ individual
customer’s
perception
of
the
performance of the product or
service in relation to his/her.
Semakin
tinggi
Customer
Satisfaction terhadap suatu produk
atau jasa maka akan berpengaruh
positif terhadap Customer Loyalty
ISSN: 1410 -9875
Ha1:
Terdapat pengaruh Customer
Satisfication terhadap
Customer Loyalty .
Trust
Menurut Kotler and Keller
(2012,225) definisi trust adalah “
The willingness of a firm to rely on
a business partner . It depend on a
number
of
interpersonal
and
interorganizational factors , such as
the firm’s perceived competence ,
integrity
,
honesty
,
and
benevolence.”
Definisi
trust
menurut
Schiffman and
Kanuk
(2010,30)
yaitu
“
the
foundation
for
maintaining
a
long-standing
relationship with the customers ,
and it helps to increase the chances
that customers will remain loyal “.
Sementara menurut Lovelock
(2011,244) trust adalah “the degree
of goodwil they bear toward the
organization.”.
Dari pendapat-pendapat ini
dapat disimpukan bahwa trust
adalah perasaan yang timbul dalam
individu atau organisasi , untuk
bergantung pada pihak lain yang
dipengaruhi banyak faktor , yang
dapat menjadi
kunci kesuksesan
organisasi
karena trust
dapat
mengubah seorang pelanggan yang
puas menjadi pelanggan yang setia.
Ha2 : Terdapat pengaruh Trust
terhadap Customer Loyalty
Commitment
Menurut Morgan and Hunt
(2010) “Commitment is defined as
trading partners believing in the
importance
of
their
business
relationship and being willing to do
all they can to keep it.
Menurut Schneider (2011,12)
“ Commitment is a fierce loyalty or
strong preference fot the products
Dilla Noverita
or brands of a company developed
by
some
customer
after
experiencing a considerable number
of highly satisfactory encounters
with the company.”
Sementara menurut Hsu et
al.
(2010,294)
mendefinisikan
commitment sebagai “ a key to
build a succesful and friendly ‘longterm’ relationship and develop
relational transactions.”
Ha3 : Terdapat
pengaruh
Commitment terhadap Customer
Loyalty
Corporate Image
Menurut Kotler and Keller
(2012,550) corporate image dapat
di definisikan sebagai “ the set of
beliefs , ideas and impression a
person holds regarding on corporate
“.
Menurut Hsu et al (2010,295)
mendefinisikan
corporate
image
sebagai “ the subjective attitude
and feelings derived by consumers
according to these enterprises and
their performance”. Perusahaan
dapat meningkatkan image yang
dimilikinya
dengan
berinteraksi
secara baik kepada pelanggan
melalui aktifitas perushaan .
Menurut Clow and Baack
(2011,42) mendefinisikan corporate
image sebagai “A Corporate image
summarize what the company
stands for and the company stands
for and the position the company
has established.”
Ha4 : Terdapat pengaruhCorporate
Image terhadap Customer Loyalty.
Customer Loyalty
Menurut Kotler and Keller
(2012,149) “ loyalty a deeply held
commitment
to
rebuy
or
repatronize a preferred product or
service in the future despite
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
suatu loyalitas pelanggan produsen
harus dapat memahami beberapa
tahapan. Menurut Rai and Medha
(2013
)
menyatakan
bahwa
“Customer
Loyalty
is
a
psychological character formed by
sustained
satisfaction
of
the
customer coupled with emotional
attachment formed with the service
provider that leads to a state of
willingly and consistently being in
the relationship with preference,
patronage and premium”.
Ha5 : Terdapat pengaruh Customer
Satisfication,Trust , Commitment
,and Corporate Image terhadap
Customer Loyalty.
situational
influences
and
marketing
efforts
having
the
potential
to
cause
switching
behavior”
Lovelock
and
Wirtz
(2011,338) menyatakan loyalitas
pelanggan adalah “to describe a
customer’s willingness to continue
patronizing a firm over the long
term , preferably on a exclusive
basis , and recommending the
firm’s products to friends and
associates
“
Dengan
adanya
loyalitas
maka
akan
tercipta
kepercayaan dan antusias yang
tinggi.
Untuk dapat menciptakan
Berikut ini adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
Model Penelitian
Customer Satisfaction
(X1)
H1
Trust
(X2)
H2
Commitment
(X3)
Customer Loyalty
H3
H4
Corporate Image
( X4 )
H5
Gambar 1 Model Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode
penelitian
kausalitas.
Penelitian ini bertujuan untuk
menjawab
masalah
penelitian
54
mengenai
pengaruh
Customer
Satisfaction , Trust , Commitmnet ,
Corporate
Image
terhadap
Customer Loyalty. Penggambaran
karakteristik
responden
dalam
penelitian
ini
menggunakan
penelitian
deskriptif,
dan
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
menggunakan analisis data regresi
sebagai alat uji pengaruh variabel
independenterhadap dependen.
Penetuan Sampel dan
Pengumpulan Data
Metode pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probability samlping
dengan teknik purposive sampling.
Objek dalam penelitian ini adalah
nasabah
asuransi
kesehatan
Prudential di Rumah Sakit Siloam
Jakarta dan Tangerang.
Dalam penelitian ini sampel yang
dipilih memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Nasabah
Prudential
yang
mengambil
produk
asuransi
kesehatan
2. Pernah melakukan klaim
3. Merupakan
pemegang
polis
kesehatan pribadi
4. Merupakan nasabah yang telah
melakukan
perpanjangan
kontrak asuransi
Defini Operasional Variabel dan
Pengukuran
Customer Satisfaction
Customer Satisfaction adalah
Perasaan senang atau kecewa yang
dirasakan oleh individu terhadap
kinerja produk atau jasa.
Trust
Trust adalah suatu perasaan
yang timbul terhadap suatu
produk atau jasa karena dasar untuk
mempertahankan hubungan jangka
panjang dengan pelanggan yang
dipengaruhi sejumlah faktor seperti
interpersonal dan antarorganisasi,
seperti yang dirasakan kompetensi
perusahaan, integritas, kejujuran,
dan kebajikan.
Commitment
Commitment adalah loyalitas
atau preferensi yang kuat yang
dirasakan
pelanggan
ketika
mengalami kepuasan terhadap suatu
produk atau jasa dari suatu
perusahaan.
Corporate Image
Corporate Image adalah sikap
subjektif yang diperoleh konsumen
secara keseluruahn terhadap sebuah
perusahaan dari suatu produk dan
layanan.
Customer Loyalty
Customer
Loyalty
adalah
Kesetiaan
ataupun
tindakan
pembelian yang dilakukan konsumen
untuk
menggambarkan
kesetian
yang dinyatakan sebgai presentase
dari jumlah pembelian mereka
Tabel 1
Tabel Variabel dan Pengukurannya
Variabel Independen
1.Customer
Satisfication
Indikator
1. Memenuhi harapan
konsumen
2. Tidak mengecewakan
konsumen
3. Solusi asuransi kesehatan
4. Puas dengan memilih
Skala
Pengukuran
Skala Likert
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Variabel Independen
2.Trust
3.Commitment
asuransi kesehatan
5. Puas dengan penyedia
asuransi kesehatan
1. Solusi terbaik
2. Memberikan saran yang
tepat pada saat kritis
3. Jujur dalam memberikan
informasi
4. Perusahaan sudah terlatih
Skala
Pengukuran
Skala Likert
1. Memberikan rekomendasi
dan pembelian berulang \
2. Memiliki kepercayaan yang
kuat
3. Senang menjadi bagian dari
perusahaan
4. Memberikan pengalaman
pribadi kepada konsumen
5. perusahaan sangatlah
berharga
6. Memberikan manfaat yang
lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan lain
1. Memiliki ikatan dengan
pelanggan
2. Percaya dengan apa yang
dikatakan dan dilakukan
oleh perusahaan
3. Mapan dan stabil
Skala Likert
1. Pada saat konsumen
memiliki kebutuhan produk
asuransi lainnya , konsumen
akan menemui agen
perusahaan
2. Menjaga hubungan dengan
konsumen secara terusmenerus
3. Konsumen
merekomendasikan agen
perusahaan kepada kerabat
dan teman-teman lainnya
Sumber : Rai and Medha , 2013
Skala Likert
4. Corporate Image
1.Customer Loyalty
56
Indikator
November 2012
Skala Likert
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
Hasil Penelitian
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Karakteristik Responden
N
Presentase
Usia
21-25 Tahun
36
26-30 Tahun
36%
27
31-35 Tahun
27%
12
>36 Tahun
12%
25
25%
Lama Menjadi Nasabah
1-2 Tahun
40
40%
2-3 Tahun
16
16%
>3 Tahun
44
44%
Tabel 3
Hasil Hipotesis 1
Model
R
R²
B
t
Sig
(Constant)
0,592
0,350
Ttl_cs
5.160
6,159
0,000
0,324
7,268
0,000
Tabel 4
Hasil Hipotesis 2
Model
R
R²
B
t
Sig
(Constant)
Ttl_trust
0,611
0,373
4,850
5,783
0,000
0,423
7,361
0,000
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Tabel 5
Hasil Hipotesis 3
Model
R
R²
B
t
Sig
(Constant)
0,613
0,376
Ttl_com
4.765
5.647
0,000
0.298
7.686
0,000
Tabel 6
Hasil Hipotesis 4
Model
R
R²
B
t
Sig
(Constant)
0.472
0.223
Ttl_ci
6.276
6.710
0,000
0.435
5.297
0,000
Tabel 7
Hasil Hipotesis 5
Model
R
R²
B
t
Sig
(Constant)
0.682
0.466
ttl_cs
3.334
3.675
0.329
2.123
0.211
2.719
0,125
1.964
-0.037
-0,368
0,000
0,000
ttl_trust
0,000
ttl_com
0,000
ttl_ci
Berdasarkkan
tabel
3
hubungan
variabel
Customer
Satisfaction
terhadap
Customer
Loyalty memiliki hubungan yang
sedang dan positif sebesar 0,592
dengan variabel Customer Loyalty
58
0,000
dapat dijelaskan oleh variabel
Customer Satisfaction sebesar 35%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0,005 yang berarti terdapat
pengaruh Customer Satisfaction
terhadap Customer Loyalty. Model
ISSN: 1410 -9875
regresi dari variabel Customer
Satisfaction di atas adalah Y =
5,160 + 0,324 X1 + e
Berdasarkan
tabel
4
hubungan variabel Trust terhadap
Customer
Loyalty
memiliki
hubungan yang kuat dan positif
sebesar 0,611 dengan variabel
Customer Loyalty dapat dijelaskan
oleh variabel Trust sebesar 37.3%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0,005 yang berarti terdapat
pengaruh Trust terhadap Customer
Loyalty. Model regresi dari variabel
Trust di atas adalah Y = 4,850 +
0,423 X2 + e
Berdasarkan
tabel
5
hubungan variabel Commitment
terhadap
Customer
Loyalty
memiliki hubungan yang kuat dan
positif
sebesar
0,613
dengan
variabel Customer Loyalty dapat
dijelaskan
oleh
variabel
Commitment
sebesar
37.6%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0,005 yang berarti terdapat
pengaruh Commitment terhadap
Customer Loyalty. Model regresi
dari variabel Commitment di atas
adalah Y = 4,765 + 0,298 X3 + e
Berdasarkan
tabel
6
hubungan variabel Corporate Image
terhadap
Customer
Loyalty
memiliki hubungan yang kuat dan
positif sebesar 0,472
dengan
variabel Customer Loyalty dapat
dijelaskan oleh variabel Corporate
Image sebesar 22.3%. Berdasarkan
tabel tersebut nilai sig < 0,005 yang
berarti terdapat
pengaruh
Corporate
Image
terhadap
Customer Loyalty. Model regresi
dari variabel Corporate Image di
atas adalah Y = 6.276 + 0,435 X4 +
e
Berdasarkan
tabel
7
hubungan
variabel
Customer
Satisfaction , Trust , Commitment
Dilla Noverita
dan Corporate Image terhadap
Customer
Loyalty
memiliki
hubungan yang kuat dan positif
sebesar 0,682 dengan variabel
Customer Loyalty dapat dijelaskan
oleh variabel Customer Satisfaction
, Trust , Commitment
dan
Corporate Image sebesar 46.6%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0,005 yang berarti terdapat
pengaruh Customer Satisfaction ,
Trust , Commitment dan Corporate
Image terhadap Customer Loyalty.
Model regresi
dari
variabel
Customer Satisfaction , Trust,
Commitment dan Corporate Image
di atas adalah
Y = 0,334 + 0,329 X1 + 0,211 X2 +
0,125 X3 – 0,037 X4 + e
PENUTUP
Berdasarkan penelitian
di
atas
menunjukkan
terdapat
pengaruh Customer Satisfaction ,
Trust , Commitment dan Corporate
Image terhadap Customer Loyalty .
hasil penelitian juga menunjukkan
terdapat pengaruh secara bersamasama antara Customer Satisfaction
,
Trust
,
Commitment
dan
Corporate
Image
terhadap
Customer Loyalty.
Keterbatasan
dalam
penelitian ini adalah Responden
yang digunakan dalam penelitian ini
hanya 100 orang dari jumlah
responden 141orang , penelitian
juga dilakukan pada
nasabah
asuransi kesehatan prudential ,
sehingga tidak menjamin hasil sama
jika dilakukan pada perusahaan
lain.
Saran
Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan sampel yang lebih
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
banyak agar sampel yang diambil
dapat mewakili populasi dengan
baik. Peneliti selanjutnya dapat
menambahkan variabel independen
November 2012
lainnya yang akan berpengaruh
terhadap
variabel
dependen.Keterbatasan
informasi
dari Prudential
REFERENSI
Dick, A.S. and Basu, K. 1994. “Customer loyalty: toward an integrated
conceptual framework”. Journal of theAcademy of
Marketing
Science, Vol. 22, pp 99-113.
Esch, F.R., Langner, T., Schmitt, B. and Geus, P. 2006. “Are brands
forever? How knowledge and relationships affect current and future
purchases. Journal of Product and Brand Management”. Vol. 15 No.
2, pp 98-105.
Fournier, S. 1998. “Consumers and their brands: developing relationship
theory in consumer research”. Journal of Consumer Research. Vol.
24, March, pp 343-73.
Gro¨nroos, C. 1996. “Relationship marketing: strategic and tactical
implications”. Management Decision. Vol. 34 No. 3, pp 5-14.
Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2006. Basic Econometric. USA :
McGraw Hill.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Ralph E. Anderson,
Ronald L Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. New Jersey:
Prentice Hall.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Management. New
Jersey : Prentice Hall.
Lam, R. and Burton, S. 2006. “SME banking loyalty (and disloyalty): a
qualitative study in Hong Kong”. International Journal of Bank
Marketing. Vol. 24 No. 1, pp. 37-52.
Oliver, R.L. (1999), “Whence consumer loyalty?”, Journal of Marketing,
Vol. 63, pp. 33-44.
Pitta, D.A., Franzak, F.J. and Fowler, D. 2006. “A strategic approach to
building online customer loyalty: integrating customer profitability
tiers”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 23 No. 7, pp. 421-9.
Ribbink, D., van Riel, A., Liljander, V. and Streukens, S. (2004), “Comfort
your online customer: quality, trust and loyalty on the internet”.
Managing Service Quality. Vol. 14 No. 6, pp. 446-56.
Rowley, J. (2005), “The four Cs of customer loyalty”. Marketing Intelligence
& Planning. Vol. 23 No. 6, pp. 574-81.
Sekaran, Uma. 2003. Research Method for Business. Wiley: USA.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Method for Business. Wiley:
United Kingdom.
Semeijn, J. and Van Riel, A.C.R. 2005. “E-services and offline fulfilment:
how e-loyalty is created”. Managing Service Quality. Vol. 15 No. 2, pp.
182-94.
60
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
Shiffman, Leon G., dan Lesue Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior. New
Jersey : Prentice Hall.
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Bisnis.Alfabeta: Bandung.
Veloutsou, Cleopatra dan Alan McAlonan. 2013. “Loyalty and or disloyalty to
search engine: the case of young millenials”. Journal of Consumer
Marketing. Vol.29 No.2, pp. 125-135.
Wolfinbarger dan Gilly. 2003. “eTailQ: dimensionalizing, measuring and
predicting etail quality”. Journal of Retailing. Vol 79, Feb, 183-198.
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
62
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 63-74
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, INVESTASI, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, STRUKTUR
ASET, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS
TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
EDISON
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is analyzing the influence of Dividen
Policy, Investment, Managerial Ownership, Growth, Asset Structure, Size, and
Profitability toward Debt Policy. This study is also employs financing and
investment decision in order to predict the debt policy of company. The
population in this research is food and beverages companies that is listed in
Indonesian Stock Exchange with research period 2003 until 2012. The
sampling technique used in this research is purposive sampling and 6
companies met the criteria. This research is using panel data which is the
combination of time series and cross section data. The analysis methods are
multiple regressions, hypothesis, test that is determined coefficient, t-test
and F-test. The research result can be summarized as follow. First, there is
influence of seventh independen variables simultantly in order to predict
debt policy. Second, there are influence of fourth independen variables
individually towards debt policy, which are managerial ownership, asset
structure, size, and probability in food and beverages that listed in Indonesia
Stock Exchange.
Keywords: Dividen policy, investment, managerial ownership, growth, asset
structure, size, and probability.
PENDAHULUAN
manajer.
Konflik
agensi
menyebabkan timbulnya agency
cost atau biaya agensi. Konflik
tersebut juga menyangkut dalam
hal
penggunaan
dana
oleh
perusahaan.
Dana tersebut
digunakan
oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan para pemegang saham
Pada umumnya perusahaan
pasti memiliki konflik, konflik
tersebut dinamakan agency conflict
atau konflik agensi. Konflik ini
terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan dan pendapat diantara
para
pemegang
saham
dan
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
dalam bentuk dividen
yang
merupakan hak para pemegang
saham, selain itu juga untuk
melakukan investasi oleh para
manajer dan pemegang saham.
Dana tersebut digunakan oleh
perusahaan dengan harapan untuk
memperbesar ukuran perusahaan
sehingga
perusahaan
memiliki
profit yang baik.
Sumber dana perusahaan
dapat diperoleh dari dana internal
dan
eksternal.
Dana
internal
perusahaan berasal
dari
laba
ditahan
perusahaan,
sedangkan
dana eksternal perusahaan berasal
dari hutang, baik dari lembaga
keuangan bank maupun non bank.
Hutang merupakan modal yang
berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja
di
dalam
perusahaan,
dan
bagi
perusahaan
yang
bersangkutan
modal
tersebut
merupakan
“utang”, yang pada saatnya harus
dibayarkan kembali (Riyanto, 2008,
227). Kebijakan untuk menentukan
besarnya hutang yang ada dalam
perusahaan agar perusahaan tetap
stabil dinamakan kebijakan hutang,
menurut Yulius (2011, 204).
Terdapat beberapa faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
hutang, yaitu kebijakan dividen,
investasi, kepemilikan manajerial,
pertumbuhan perusahaan, struktur
aset, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas.
Adapun
rumusan
masalah penelitian adalah apakah
kebijakan
dividen,
investasi,
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan perusahaan, struktur
aset, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan
food and beverages yang terdaftar
di BEI periode 2003-2012.
64
November 2012
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka
teoritis
dan
pengembangan hipotesis memuat
kebijakan
dividen,
investasi,
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan perusahaan, struktur
aset, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas . Ketiga, metode
penelitian yang memuat metode
pemilihan sampel dan pengumpulan
data, definisi operasional dan
pengukuran
variabel.
Keempat,
hasil penelitian yang menguraikan
analisis dan pembahasan temuan
penelitian. Kelima, penutup yang
berisi kesimpulan, keterbatasan
dan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kebijakan Dividen
Kebijakan
dividen
merupakan keputusan sehubungan
dengan
berapa
banyak
laba
perusahaan yang sebaiknya ditahan
(diinvestasikan kembali ke dalam
perusahaan) atau dibagikan sebagai
dividen
ke
para
pemilik.
Berdasarkan Pecking Order Theory,
perusahaan
harus
lebih
mengutamakan
dana
internal
ketimbang dana eksternal. Investor
sangat menyukai kebijakan dan
praktik
dividen
dari
suatu
perusahaan. Sehingga, the firm’s
dividend policy represent a plan of
action to be followed whenever it
makes a dividend decision (Gitman,
2012, 574).
Ha1
:
Kebijakan
dividen
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
ISSN: 1410 -9875
Investasi
Berdasarkan Pecking Order
Theory, untuk mendanai investasi
yang
dilakukan
perusahaan,
perusahaan
harus
lebih
mengutamakan penggunaan laba
ditahan
ketimbang
hutang.
Sehingga
investasi
merupakan
komitmen dana pada periode
tertentu yang mampu memenuhi
kebutuhan investor di masa yang
akan datang ketika dana tersebut
akan digunakan, ketika inflasi
meningkat,
dan
ketidakpastian
kondisi ekonomi dimasa yang akan
datang (Reilly, 2003, 4).
Ha2
:
Investasi
berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
merupakan para pemegang saham
yang mempunyai kedudukan di
manajemen
perusahaan
baik
sebagai dewan komisaris atau
direktur.
Para
manajer
yang
memiliki kedudukan ini aktif dalam
pengambilan keputusan perusahaan
termasuk di dalamnya keputusan
dalam
penggunaan
dana
perusahaan baik untuk investasi
maupun
untuk
membagikan
dividen. Para manajer memiliki hak
untuk
memutuskan
akan
menggunakan laba ditahan atau
menggunakan hutang. Selain itu,
para manajer juga memiliki hak
untuk memutuskan menggunakan
laba perusahaan tersebut untuk
diinvestasikan
kembali
atau
dibagikan sebagai dividen kepada
para pemegang saham, sehingga hal
ini rentan akan terjadinya agency
conflict (Yulius, 2011, 204).
Ha3 : Kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Edison
Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang mengalami
pertumbuhan
akan
cenderung
melakukan ekspansi baik dalam
divisi
sejenis
atau
berbeda.
Sehingga,
perusahaan
membutuhkan dana yang besar
untuk membiayai kegiatan ekspansi
tersebut dan dana tersebut dapat
diperoleh
dari
laba
ditahan
perusahaan atau dari hutang.
Pertumbuhan
perusahaan
merupakan
perkembangan
perusahaan dari tahun ke tahun
yang dilihat dari pertumbuhan
penjualan perusahaan (Harahap,
2001, 309).
Ha4 : Pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Struktur Aset
Setiap
perusahaan
pasti
memiliki aktiva, komponen aktiva
dalam perusahaan ada aktiva lancar
dan
tetap.
Perusahaan
yang
memiliki aktiva yang sehat akan
lebih
mudah
mendapatkan
pinjaman dana karena perusahaan
akan
lebih
mudah
untuk
membayarkan
kewajibannya.
Namun selain itu, assets
are
business
owns,
perusahaan
menggunakan
asetnya
dalam
menjalankan
aktivitas
seperti
produksi dan penjualan (Weygant
et al, 2007, 12).
Ha5 : Struktur aset berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Ukuran Perusahaan
Semakin
besar
ukuran
perusahaan
disatu
sisi
dapat
memberikan
kepercayaan
bagi
kreditur
untuk
memberikan
pinjaman dalam jumlah yang relatif
tinggi, sehingga struktur modal
perusahaan akan naik.Namun, di
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
sisi
lain
besarnya ukuran
perusahaan dapat pula diakibatkan
besarnya saham atau modal sendiri
yang
ditawarkan
perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat dilihat
dari besarnya nilai equity, nilai
perusahaan, ataupun total aktiva
(total aset) dari suatu perusahaan.
Ha6
:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan perusahaan
untuk
menghasilkan
laba,
tingkat
profitbilitas diukur menggunakan
tingkat
rata-rata
pengembalian
aset. Laba perusahaan merupakan
sumber dana internal perusahaan
yang merupakan sumber dana
utama yang digunakan
untuk
membiayai investasi dan pembagian
dividen. Tingkat profitabilitas yang
baik
juga
akan memudahkan
perusahaan untuk membayarkan
kewajibannya
sehingga
menghindarkan perusahaan dari
kebangkrutan (Yulius, 2011, 204).
Ha7 : Profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Kebijakan Hutang
Setiap
perusahaan
pasti
mempunyai hutang karena hutang
merupakan kewajiban lancar dan
juga jangka panjang yang biasanya
terdapat dalam sebuah perusahaan.
Hutang
lancar
merupakan
66
November 2012
kewajiban keuangan perusahaan
yang pelunasannya akan dilakukan
dalam jangka pendek (satu tahun
sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan
aktiva
lancar.
Sedangkan, hutang jangka panjang
merupakan kewajiban keuangan
perusahaan yang jangka waktu
pembayarannya
dalam
jangka
panjang (lebih dari satu tahun dari
tanggal neraca).
Hutang
merupakan
mekanisme
penting
dalam
mengontrol tindakan manajer dan
mengurangi masalah agensi dalam
perusahaan, dengan adanya hutamg
maka perusahaan harus membayar
secara periodik terhadap bunga dan
pinjaman pokoknya. Hutang juga
memberi tekanan terhadap para
manajer
untuk
mengurangi
tindakan pengambilan keuntungan
dan menjadi lebih efisien untuk
mengurangi
kebangkrutan.
Kebijakan hutang yang diterapkan
oleh
perusahaan
menjadikan
perusahaan dimonitor oleh pihak
debtholders. Pengawasn yang tinggi
menjadikan
manajer
akan
bertindak
sesuai
dengan
kepentingan
debtholders
dan
shareholders.
Kebijakan
hutang
menurut
Yulius
(2011,
204),
merupakan
kebijakan
untuk
menentukan besarnya hutang yang
ada
dalam
perusahaan
agar
perusahaan agar perusahaan tetap
stabil.
ISSN: 1410 -9875
Edison
Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Kebijakan Dividen
Investasi
Kepemilikan Manajerial
Pertumbuhan
Perusahaan
Kebijakan Hutang
Uji-t
Struktur Aset
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Uji-F
Gambar1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan food and beverages
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Pemilihan
sampel
dilakukan dengan metode purposive
sampling,
dengan
kriteria
pengambilan
sampel
yang
diterapkan dalam penelitian ini
yaitu:
Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel
Jumlah
Perusahaan
Perusahaan food and beverages yang terdaftar berturut – turut
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai 2012
Perusahaan food and beverages yang secara berturut-turut menerbitkan
dividen dari tahun 2003 sampai 2012
Perusahaan food and beverages memenuhi kriteria periode penelitian
2003 sampai 2012
Periode Penelitian 2003 sampai 2012
Jumlah total yang digunakan sebagai sampel
15
6
6
60
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Kebijakan Dividen
Kebijakan
dividen
merupakan keputusan perusahaan
untuk
melakukan
pembayaran
dividen kepada para pemegang
saham. Variabel ini diukur dengan
skala rasio, menggunakan rumus
Dividend
Payout
Ratio
(DPR)
(Gitman, 2012, 577).
D=0, untuk perusahaan yang tidak
terdapat
kepemilikan
managerial.
Variabel ini menggunakan skala
nominal.
Investasi
Investasi adalah penempatan
sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan
untuk
memperoleh
keuntungan di masa mendatang.
Variabel ini diukur dengan skala
rasio, menggunakan perbandingan
perubahan total aset dengan total
aset
perusahaan
pada
tahun
sebelumnya (Siregar, 2005, 225).
GROWTH = Salesn – Salesn-1 / Salesn-1
Investasi = Total asset (n) – Total asset (n-1)
total asset (n-1)
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
Manajerial
merupakan
banyaknya
jumlah
saham beredar perusahaan yang
dimiliki oleh manager yang secara
aktif dalam pengambilan keputusan
perusahaan
(direktur
dan
komisaris). Variabel ini diukur
dengan
menggunakan
dummy
variable (Ismiyanti dan Hanafi
(2003).
D=1, untuk
perusahaan
yang
terdapat
kepemilikan
managerial.
68
November 2012
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan
perusahaan
merupakan
gambaran
mengenai
perkembangan
perusahaan.
Variabel ini menggunakan skala
rasio,
dengan
membandingkan
perubahan sales dengan sales pada
tahun sebelumnya (Siregar, 2005,
225).
Struktur Aset
Struktur
aset
adalah
penentuan berapa besar jumlah
alokasi
untuk
masing-masing
komponen aktiva baik dalam aktiva
lancar maupun aktiva
tetap.
Variabel
ini
diukur
dengan
menggunakan skala rasio (Yeniatie
dan Destriana, 2012, 11).
Struktur aset = Net Fixed Asset
total asset
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan
indikator kemampuan perusahaan
dalam mengambil peluang bisnis
yang ada. Variabel
ini
diukur
dengan menggunakan skala rasio
(Yulius, 2011, 204)
SIZE = LN (total asset)
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
hubungannya dengan penjualan,
ISSN: 1410 -9875
Edison
total aktiva, maupun modal sendiri.
Variabel ini diukur dengan skala
rasio, menggunakan
rata-rata
tingkat pengembalian aset (Gitman,
2012, 81).
ROA = EAT/Assets
Kebijakan Hutang
Variabel
dependen
dalam
penelitian ini adalah Kebijakan
Hutang
perusahaan.
Kebijakan
hutang
merupakan
kebijakan
perusahaan untuk menggunakan
sumber
dana
ekternal
untuk
kepentingan
perusahaan.
Penggunaan hutang juga akan
mengurangi
konflik
antara
shareholders dan agent. Variabel
ini diukur dengan skala rasio,
menggunakan rumus debt ratio,
yaitu membandingkan antara total
hutang dengan total aset (Gitman,
2012, 77).
Debt Ratio = Total Liabilities / Total assets
Metode Analisa Data
Berdasarkam
model
penelitian, metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan
regresi panel data. Data akan
dianalisis
dengan
menggunakan
program Eviews 7.
Model regresi berganda dalam
penelitian ini yaitu:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + ε
Keterangan:
Y = Kebijakan Hutang
X1 = Kebijakan Dividen
X2 = Investasi Perusahaan
X3 = Pertumbuhan Perusahaan
X4 = Struktur Asset
X5 = Ukuran Perusahaan
X6 = Profitabilitas
X7 = Kepemilikan Manajerial
b1, b2, b3, b4, b5, b6, dan b7 =
koefisien regresi
b0 = konstanta
ε = error
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
DIV
INVT KEP MAN
0.45876 0.18402 0.31666
Mean
2
8
7
1.70190 1.30490 1.00000
Maximum
0
0
0
0.04160
0.00000
Minimum
0
0.082800
0
0.41416 0.21843 0.46910
Std. Dev.
5
0
2
Observations
60
60
60
GROW
STRK
SIZE
PROF
DEBT
0.182200
0.342408
14.48538
0.133925
0.187518
1.145000
0.908200
17.89850
1.034600
0.680500
-0.296300
0.127600
12.54460
0.004300
0.022100
0.212905
60
0.146869
60
1.413908
60
0.150296
60
0.145769
60
Uji Hausman
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Tabel 3 Hasil Uji Hausman
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f.
Test Summary
Period random
5.892127
7
Prob.
0.5524
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Nilai satistik uji hausman adalah
5.892127, sedangkan nilai kristis yang
ada pada tabel dengan α sebesar 0,05
dan degree of freedom (df) 7 adalah
14,067. Dengan demikian nilai
statistik < dari nilai kritis, sehingga Ho
tidak dapat ditolak. Ini berarti bahwa
model penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model
random effect. Hasil yang sama juga
diperoleh dari nilai probabilitasnya,
dimana nilai probabilitasnya lebih
besar dari α (0,5524 > 0,05) yang
berarti Ho tidak dapat ditolak.
Uji Normalitas
Tabel 4 Uji Normalitas
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Probability
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Nilai
hitung
Jarque-Bera
sebesar
0,020988
lebih
kecil
dibandingkan dengan nilai chisquare dengan alpha sebesar 0,05
dan degree of freedom (df) 2
sebesar
5,991.
Selain
itu
0,020988
3,740638
1,375767
0,502639
berdasarkan nilai p value sebesar
0,502639 lebih besar dari alpha
0,05 maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipotesis nol tidak dapat
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
DIV
1.000000
-0.170213
INVT
-0.170213
1.000000
KEP MAN
-0.075485
0.225799
GROWTH
0.039855
0.194942
STRK
0.333028
-0.189305
SIZE
-0.185944
0.320997
PROB
0.154425
-0.164770
KEP MAN -0.075485
GROWTH 0.039855
STRK
0.333028
0.225799
0.194942
-0.189305
1.000000
0.040203
0.063973
0.040203
1.000000
-0.068137
0.063973
-0.068137
1.000000
0.665954
0.014358
0.006052
-0.389130
-0.074578
-0.042876
0.320997
-0.164770
0.665954
-0.389130
0.014358
-0.074578
0.006052
-0.042876
1.000000
-0.324147
-0.324147
1.000000
DIV
INVT
SIZE
PROB
-0.185944
0.154425
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Tabel 5 menunjukkan semua
korelasi antara variabel independen
dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan
70
tidak terjadi multikolinieritas pada
model regresi, sehingga data baik
untuk digunakan.
ISSN: 1410 -9875
Edison
Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.
Tabel 6 Hasil Uji Glesjer
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
-0.144773
0.014185
-0.091305
-0.005743
-0.036134
-0.022070
0.018433
0.002961
0.184344
0.035691
0.067304
0.038424
0.064331
0.112285
0.012969
0.098291
-0.785340
0.397442
-1.356597
-0.149471
-0.561694
-0.196556
1.421299
0.030130
0.4358
0.6927
0.1808
0.8818
0.5767
0.8449
0.1612
0.9761
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Nilai probabilitas kebijakan
dividen,
investasi,
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan
perusahaan, struktur aset, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas lebih
besar dari apha 0,05 hal ini
menunjukkan bahwa model regresi
terbebas dari heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson dilakukan
untuk mendeteksi apakah terdapat
autokorelasi
dalam
model
penelitian.
Tabel 7 Hasil Uji Durbin-Watson
Durbin-Watson stat 2.079337
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Nilai Durbin-Watson sebesar
2.079337. Dengan jumlah observasi
60 data dan 7 variabel independen
dapat diperolah nilai dL 1,33
sebesar dan dU sebesar 1,85. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi
dalam
model
penelitian.
Uji t
Variable
DIV
INVT
KEP MAN
GROWTH
STRK
SIZE
PROF
Tabel 8 Uji-t
Coefficient
Std. Error
0.222744
0.027771
0.160524
0.024297
0.132000
0.018957
0.176506
0.024973
0.082127
0.046102
-0.665387
0.161718
0.241683
0.023193
t-Statistic
8.020821
6.606818
6.963035
7.067826
1.781422
-4.114480
10.42044
Prob.
0.0940
0.0915
0.0000
0.5024
0.0159
0.0000
0.0009
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Nilai
probabilitas
dari
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan perusahaan, struktur
aset, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas, kurang
dari
nilai
alpha
0,05
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
November 2012
pengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Sementara
nilai
probabilitas dari kebijakan dividen
dan investasi lebih dari alpha 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang.
Uji F
Tabel 9 Uji F
Variable
Coefficien
t
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
-0.572417
0.009407
0.161916
-0.210124
0.024897
0.719987
0.036700
0.072348
0.894208
0.040340
0.060407
0.092591
0.071694
0.163544
0.059541
0.095623
-0.640138
0.233197
2.680440
-2.269391
0.347269
4.402411
0.616371
0.756594
0.5259
0.8169
0.0108
0.0290
0.7303
0.0001
0.5413
0.4540
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Berdasarkan Tabel 9 diatas, model regresinya adalah: Y =
a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Kebijakan hutang = -0.572417 + 0.009407Kebijakan Dividen + 0.161916Investasi
- 0.210124Kepemilikan Manajerial + 0.024897Pertumbuhan Perusahaan +
0.719987Struktur Aktiva + 0.036700Ukuran Perusahaan + 0.072348Probabilitas
Tabel 10 Nilai Statistik F
F-Statistic
7.904988
Prob (F-Statistic) 0,000000
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Diperoleh nilai statistik F
sebesar 7.904988. Nilai statistik F
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis nol dimana F ≥ Fα/2
(7.904988 ≥ 2,1916) sehingga dapat
diputuskan bahwa H0 ditolak. Hasil
ini juga didukung oleh nilai
probabilitas sebesar 0,0000 yang
kurang dari nilai alpha 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebijakan
dividen,
investasi,
kepemilikan
manajerial,
72
pertumbuhan perusahaan, struktur
aset, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh secara
simultan terhadap kebijakan hutang
pada perusahaan food
and
beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2003-2012.
ISSN: 1410 -9875
PENUTUP
Dari hasil penelitian, terlihat
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan
perusahaan, struktur aset, ukuran
perusahaan,
dan
profitabilitas
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang, sementara sisanya tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang. Keterbatasan penelitian ini
adalah sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini
hanya
terhadap salah satu subsektor
perusahaan
manufaktur,
yaitu
perusahaan food and beverages
sehingga hasilnya tidak dapat
merepresentasikan seluruh emiten
yang terdapat di Bursa Efek
Edison
Indonesia. Selain itu, penelitian ini
terbatas pada variabel independen
yaitu kebijakan dividen, investasi,
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan perusahaan, struktur
aset, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas.
Rekomendasi
yang dapat
diberikan untuk peneliti berikutnya
adalah
menambah
sampel
penelitian sehingga dengan begitu
jumlah data akan lebih banyak.
Menambah
variabel
independen
yang diduga memiliki pengaruh
terhadap
variabel
dependen
(kebijakan
hutang)
seperti
kepemilikan
institutional,
dan
retained earning.
REFERENSI
Anderson, S. & William. 2011. Statistics for Business and Economics. South
Western: Cencage Learning.
Badan Pusat Statistik. http://bps.go.id
Bambang Riyanto. (2008). Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BEF Yogyakarta
Brealey, A. Richard et al. 2006. Fundamental of Corporate Finance. Fifth
Edition. New York America: Mcgraw Hill International Edition.
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2010. Fundamentals of Financial
Management, Ninth Edition. Horcourt College, United States of America
Duwi Priyatno. 2009. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media
Domash, Harry. 2010. Fire Your Stock Analyst!. Second Edition. New Jersey.
Pearson Eduacation, Inc.
Fees, Reeve, Warren, 2007. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Gujarati dan Porter. (2009). Dasar–Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba
Empat.
Hair, J.F., et al. (2010). Multivariate data analysis. (7th edition). New Jersey
: Pearson Education Inc.
Harahap, Sofyan S. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Indonesia Capital Market Directory
Jeff, Madura. 2007. Manajemen Keuangan International. Edisi Keempat.
Erlangga,Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Lawrence J. Gitman and Chadjzutter. 2012. Principles of Managerial Finance.
Thirteenth Edition. United States of America. Pearson Education.
Lukman Syamsuddin. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Bina
Graha.
Martono SU dan D. Agus Harjito. (2002). Manajemen Keuangan. Edisi Pertama,
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Ekorisia.
Masdupi, E. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan
Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 20, No. 1, hlm. 57-69.
Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2003. Investment Analysis & Portofolio
Management. Seventh Edition. South Western a division of Thomson
Learning Ohio, USA.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi edisi keempat.
Yogyakarta: BPPE
Sekaran, Uma. (2010). Research Methods for Business. 6rd Edition. USA:
John Willey & Sons, Inc.
Siregar, B. 2005. Hubungan Antara Deviden, Leverage Keuangan, dan
Investasi. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 16, No. 3, hlm. 219230.
Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3,
hlm 163-181.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sujoko dan Soebiantoro, U., 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan,
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, 44.
Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institutional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif
Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, hlm. 116.
Weygant, Jerry J. & Paul D. Kimmel & Donald E. Kieso. 2010. Financial
Accounting: IFRS Edition, 1st Edition. United States: John Wiley & Sons
Inc.
Weygandt, Warfield. 2007. Intermediate Accounting, Twelfth Edition.
Erlangga, Jakarta
Yeniatie dan N. Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, hlm. 1-16.
Yulius. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik
Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan
Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, hlm. 195-210.
74
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 75-90
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FENOMENA UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA
DI BURSA EFEK INDONESIA
ENDRA YAMAN
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence and test
the factors that affect underpricing level. The factors are leverage, IPO risk,
company size, company age, retun on assets, and reputation of underwriter.
Population in this study is non financial company which listed in Indonesia
Stock Exchange during 2006 until 2010. There are 53 companies selected as
final sample. Hypothesis tested by using multiple regression analysis. The
result of this study indicate leverage, IPO risk, company size, company age,
return on assets, and reputation of underwriter do not affect to underpricing
level.
Keywords: Underpricing, Leverage, IPO Risk, Company Size, Company Age,
and Underwriter Reputation.
melakukan IPO tidak ada
harga
pasar sampai dimulainya pasar
sekunder (Suyatmin
dan
Sujadi
2006)
Penentuan harga saham di
pasar perdana yang lebih rendah
dibandingkan dengan harga saham
yang sama setelah diperdagangkan
di pasar sekunder merupakan
underpricing. Fenomena ini sering
terjadi pada perusahaan yang
melakukan IPO, tidak hanya di
Indonesia namun underpricing juga
terjadi di beberapa negara lain
(Rosyati dan Sabeni 2002 dalam
Isfaatun dan Hatta, 2010).
Tujuan
utama
yang
diinginkan investor saat membeli
saham di pasar primer adalah untuk
mendapatkan initial return. Initial
return (IR) adalah keuntungan yang
diperoleh pemegang saham saat IPO
PENDAHULUAN
Dalam rangka pembiayaan
dan pengembangan operasionalnya
perusahaan
membutuhkan
tambahan dana, adapun salah satu
caranya adalah dengan melakukan
Initial Public
Offering
(IPO).
Dengan melakukan IPO perusahaan
tidak hanya mendapatkan modal
dari masyarakat (publik) tetapi
perusahaan juga akan semakin
dikenal oleh masyarakat.
Sebelum
surat
berharga
diperdagangkan di pasar sekunder,
perusahaan akan terlebih dahulu
mengeluarkan surat berharga dan
menjual surat berharga atau saham
yang baru di pasar primer berupa
penawaran perdana sahamnya atau
Initial Public Offering (IPO). Pada
saat perusahaan memutuskan untuk
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
dengan menjualnya pada hari
pertama (Yasa 2008). Dari sisi
emiten, underpriced yang tinggi
merupakan kondisi yang merugikan.
Underpriced
terjadi
karena
perusahaan dinilai lebih rendah dari
kondisi yang sesungguhnya oleh
underwriter
untuk
mengurangi
tingkat resiko yang harus ia hadapi
karena fungsi penjaminannya (Putra
dan Budiarti, 2012)
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan yaitu pertama,
menguraikan
latar
belakang
penelitian,
masalah
penelitian,
tujuan dan
manfaat
penelitian
serta
sistematika
pembahasan.
Kedua,
menguraikan
rerangka
teoritis
dan
pengembangan
hipotesis, landasan teori, dan dasar
pengembangan hipotesis. Ketiga,
menyajikan
bentuk
penelitian,
obyek
penelitian,
definisi
operasional
variabel
dan
pengukurannya,
teknik
pengumpulan data, serta metoda
analisis data. Keempat, menyajikan
mengenai
obyek
penelitian,
statistik deskriptif, hasil uji kualitas
data dan pengujian hipotesis.
Kelima,
menyajikan
tentang
simpulan
atas
pembahasan,
keterbatasan
penelitian
dan
rekomendasi yang
bermanfaat
untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Asimetri Informasi
Fenomena
underpricing
terjadi
dikarenakan
adanya
mispriced di pasar perdana sebagai
akibat
dari
ketidakseimbangan
informasi antara pihak underwriter
dengan pihak perusahaan
atau
dapat disebut sebagai asymmetry
informasy (Ghozali dan Al Mansur
76
November 2012
2002).
Perbedaan
proporsi
informasi akan membuat investor
mendapatkan
keuntungan
yang
lebih dibandingkan investor lain
(Godfrey et al 2010). Informasi
Asimetri pada model Rock (1986)
dalam Isfaatun dan Hatta (2010)
terdapat dua kelompok investor
yaitu informed dan
uninformed.
Lalu Model Baron (1982) dalam
Isfaatun
dan
Hatta
(2010)
menyatakan
bahwa
asimetri
informasi terjadi antara pihak
emiten dan underwriter.
Teori Signalling
Manajer
memiliki
peran
untuk membantu investor dalam
pengambilan
keputusan
dari
informasi yang disediakan.karena
mereka
memiliki
perbandingan
keuntungan dalam produksi dan
penyebaran
informasi.
Dengan
sinyal akan
ada
harapan
keuntungan di masa depan maka
manajer
akan
mendapatkan
insentif,
karena
investor
mempercayai
sinyal,
dengan
adanya sinyal diharapkan harga
saham
akan
meningkat
dan
pemegang saham akan memperoleh
keuntungan (Godfrey et al, 2010).
Penawaran Umum Perdana (Initial
Public Offering)
Dalam pengembangan bisnis,
pemenuhanan
kebutuhan
dana
merupakan hal yang tidak dapat
terpisahkan
dalam
operasional
perusahaan. Kebutuhan akan modal
tambahan ini dapat diperoleh dari
cara hutang atau menambah jumlah
dari
kepemilikan
dengan
menerbitkan saham (Hartono 2000
dalam Susanto 2007).
Salah satu cara
untuk
menjual
saham
baru
adalah
melahlui
go
public
dengan
ISSN: 1410 -9875
menawarkan saham perdananya ke
masyarakat luas, maka dengan
melakukan IPO perusahaan akan
semakin dikenal di masyarakat.
Proses penawaran saham oleh
emiten kepada masyarakat dimana
saham-saham tersebut selanjutnya
akan dicatatkan di Bursa Efek
disebut juga Initial Public Offering
(Ayuningtyas dan Purwantini 2012).
Sebelum
surat
berharga
diperdagangkan di pasar sekunder,
perusahaan akan terlebih dahulu
mengeluarkan surat berharga dan
menjual surat berharga atau saham
yang baru di pasar primer berupa
penawaran perdana sahamnya atau
Initial Public Offering (IPO). Pada
saat perusahaan memutuskan untuk
melakukan IPO tidak ada
harga
pasar sampai dimulainya pasar
sekunder (Suyatmin dan
Sujadi
2006).
Underpricing
Underpricing
merupakan
suatu keadaan, dimana
harga
saham pada saat
penawaran
perdana lebih rendah dibandingkan
dengan ketika diperdagangkan di
pasar
sekunder
(Yasa
2008).
Sebaliknya overpricing merupakan
suatu kondisi dimana harga pasar
saham yang baru ditawarkan secara
rata-rata cenderung lebih rendah
bila
dibandingkan
harga
penawarannya (Ayuningtyas dan
Purwantini 2012).
Harga
saham
pada
penawaran
perdana
ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara
perusahaan
emiten
dengan
underwriter sebagai pihak yang
membutuhkan dana, emiten pasti
menginginkan harga perdana tinggi.
Sebaliknya, underwriter sebagai
penjamin emisi berusaha untuk
meminimalkan
risiko
yang
ditanggungnya (Sucipto 2008).
Endra Yaman
Beberapa literature dalam
Susanto (2007) menunjukkan bahwa
underpricing terjadi akibat adanya
informasi
asimetri.
Perusahaan
yang
akan
go
public
akan
menerbitkan
prospektus
untuk
mengurangi
informasi
asimetri
tersebut.
Underpricing
dapat
memberikan
sinyal
bahwa
perusahaan
menjanjikan
keuntungan bagi investor.
Leverage dan Underpricing
Leverage
dipertimbangkan
sebagai variabel keuangan dalam
penelitian ini, karena menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar hutang dengan equity
yang dimilikinya. Financial leverage
yang tinggi menunjukkan risiko
finansial atau risiko kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman akan semakin tinggi, dan
sebaliknya. Semakin tinggi financial
leverage, maka initial return akan
semakin besar (Suyatmin dan Sujadi
2006).
Penelitian
Alqahtani
dan
More
(2012)
menguji
tingkat
leverage
terhadap
underpricing
memperoleh hasil bahwa leverage
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Penelitian
ini
didukung dengan Isfaatun dan Hatta
(2010) dan Ghozali dan Al Mansur
(2002)
yaitu
leverage
juga
berpengaruh arah negatif.
Dalam penelitian Suyatmin dan
Sujadi (2006) menyatakan leverage
tidak memiliki pengaruh terhadap
tingkat
underpricing.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Witjaksono (2012), Yasa (2008),
Wijayanto (2010), dan Saputra dan
Wardoyo (2008).
Ha1 :
Leverage
mempunyai
pengaruh terhadap underpricing.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Risiko IPO terhadap
Tingkat
Underpricing
Risiko
merupakan
kemungkinan
perbedaan
antara
return yang diterima dengan return
yang diharapkan. Gitman (2009)
mendefinisikan risiko sebagai total
keuntungan atau kerugian pada
suatu
investasi
dalam
waktu
tertentu. Pada risk-return theory
perusahaan dengan risiko IPO tinggi
diharapkan memiliki keuntungan
yang tinggi juga (Alqahtani dan
More 2012)
Rahim dan Yong (2010)
meneliti pada Bursa Efek Malaysia
dalam periode 1999 hingga 2007.
Penelitian ini menghasilkan risiko
IPO berpengaruh terhadap initial
return. Penelitian Alqahtani dan
More (2012) dan Rashid dan Rahim
(2012) memperoleh hasil bahwa
risiko IPO yang tinggi berpengaruh
terhadap tingkat return yang akan
berpengaruh
juga
kepada
underpricing.
Saat
investor
berinvestasi di pasar modal ia akan
mengharapkan return yang tinggi
maka tingkat risikoyang akan
ditanggung
akan
menjadi
pertimbangan dalam berinvestasi.
Ha2 : Risiko IPO mempunyai
pengaruh terhadap underpricing.
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Tingkat Underpricing
Suatu
perusahaan
yang
memiliki skala ekonomi yang tinggi
diharapkan akan mampu bertahan
dalam
waktu
yang
lama.
Kebanyakan investor lebih memilih
untuk menginvestasikan modalnya
di perusahaan yang memiliki skala
ekonomi yang lebih tinggi karena
informasi
mengenai
perusahaan
besar lebih banyak dibandingkan
perusahaan yang berskala kecil.
Perusahaan yang berskala besar
78
November 2012
mempunyai tingkat underprice yang
lebih rendah daripada perusahaan
yang berskala kecil (Suyatmin dan
Sujadi 2006).
Penelitian Ayuningtyas dan
Purwanti
(2012)
menghasilkan
pengaruh dengan arah negatif
antara ukuran perusahaan terhadap
underpricing. Total aset yang
dimiliki suatu perusahaan akan
memberikan
sinyal
bahwa
perusahaan memiliki
prospek
dimasa yang akan datang.
Suyatmin dan Sujadi (2006)
hasil
penelitiannya
menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara ukuran perusahaan terhadap
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
penelitian
Alqahtani
dan
More
(2012),
Witjaksono (2012),
Putra dan
Budiarti (2011), Yasa (2008), dan
Ghozali dan Al Mansur (2002).
Ha3 :
Ukuran
perusahaan
mempunyai
pengaruh
terhadap
underpricing.
Umur
Perusahaan
terhadap
Underpricing
Umur
perusahaan
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dapat bertahan hidup
dan banyaknya informasi yang bisa
diserap oleh publik.
Semakin
panjang umur perusahaan semakin
banyak informasi yang bisa diserap
masyarakat (Daljono 2000 dalam
Suyatmin dan Sujadi 2006). Calon
investor tidak perlu mengeluarkan
biaya yang lebih banyak untuk
memperoleh
informasi
dari
perusahaan yang melakukan IPO
(Putra dan Budiarti 2012)
Penelitian Ayuningtyas dan
Purwantini (2011) dan Isfaatun dan
Hatta (2010) menghasilkan tidak
terdapat pengaruh antara umur
perusahaan terhadap underpricing.
ISSN: 1410 -9875
Penelitian ini didukung oleh Ghozali
dan Al Mansur (2002), Yasa (2008),
Suyatmin dan
Sujadi
(2006),
Saputra dan Wardoyo (2008) dan
Putra dan Budiarti (2011).
Alqahtani dan More (2012)
menguji umur perusahaan terhadap
underpricing
memperoleh
hasil
bahwa
umur
perusahaan
berpengaruh
terhadap
underpricing. Semakin lama umur
perusahaan maka banyak informasi
yang diketahui masyarakat sehingga
akan mengurangi asimetri informasi
dan ketidakpastian.
Ha 4 : Umur perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap underpricing.
ROA terhadap Underpricing
ROA merupakan suatu rasio
penting yang dapat dipergunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dengan investasi yang
telah ditanamkan (asset yang
dimilikinya) untuk mendapatkan
laba. Profitabilitas yang tinggi dari
suatu perusahaan akan mengurangi
ketidakpastian
sehingga
akan
menurunkan tingkat underpricing
bagi investor (Ghozali dan Al
Mansur 2002).
Penelitian Putra dan Budiarti
(2012)
menghasilkan
terdapat
pengaruh
ROA
terhadap
underpricing, hasil penelitian ini
konsisten dengan Saputra dan
Wardoyo (2008) dan Ghozali dan Al
Mansur (2002). Penelitian Susanto
(2007) menghasilkan tidak terdapat
pengaruh antara ROA terhadap
underpricing.
Penelitian
ini
didukung oleh Wijayanto (2010)
yang
menyatakan
ROA
tidak
berpengaruh
terhadap
underpricing.
Ha5 : ROA mempunyai pengaruh
terhadap underpricing.
Endra Yaman
Reputasi Underwriter terhadap
Underpricing
Underwriter adalah pihak
yang membuat kontrak dengan
emiten
untuk
melakukan
penawaran umum bagi kepentingan
emiten,
dengan
atau
tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek
yang
terjual.
Peran
dari
underwriter
sangatlah
penting
dalam melakukan penawaran saham
perdana untuk mengurangi risiko
yang akan dihadapi, maka emiten
akan meminta underwriter untuk
menjamin
penjualan
saham
tersebut (Putra dan Budiarti, 2012)
Dalam penelitian Suyatmin
dan Sujadi (2006) menghasilkan
terdapat pengaruh antara reputasi
underwriter terhadap underpricing.
Konsisten
menurut
Putra
dan
Budiarti (2012), Ghozali dan Al
Mansur (2002), dan Rashid dan
Rahim (2012) terdapat pengaruh
antara
reputasi
underwriter
terhadap underpricing.
Penelitian Isfaatun dan Hatta
(2010) menghasilkan tidak terdapat
pengaruh
antara
reputasi
underwriter terhadap underpricing.
Hasil yang sama didapat oleh
Khomsiyah (2005), Saputra dan
Wardoyo (2008), dan Ayuningtyas
dan Purwantini (2011).
Ha6
Reputasi
underwriter
:
mempunyai
pengaruh
terhadap
underpricing.
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Populasi
yang
digunakan
sebagai obyek dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan
non
keuangan
yang
melakukan
penawaran umum perdana di Bursa
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Efek Indonesia selama tahun 2006
sampai dengan tahun 2010. Sampel
penelitian
dipilih
berdasarkan
metode purposive sampling yaitu
metode pemilihan sampel yang
bertujuan untuk
memperoleh
sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.
Prosedur pemilihan sampel dapat
dilihat pada tabel 1.
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Leverage
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar hutang dengan ekuitas
yang dimilikinya. Leverage yang
tinggi akan menjadi pertimbangan
bagi investor dalam memprediksi
risiko
perusahaan
(Khomsiyah
2005). Kreditor
akan
lebih
menyukai rasio hutang
yang
rendah,
sedangkan
pemegang
saham
akan
lebih
menyukai
leverage
yang
tinggi
karena
diharapkan
akan
dapat
meningkatkan laba (Susanto 2007).
Pengukuran variabel ini mengacu
pada penelitian Wijayanto (2010),
skala yang digunakan adalah skala
rasio. Adapun rumus dari variabel
ini adalah:
Leverage = Total Debt/ Total Equity
Risiko
IPO
menunjukkan
erusahaan dengan tingkat risiko IPO
yang tinggi mampu memberikan
kemungkinan return yang lebih
besar (Alqahtani dan More 2012).
Dalam Rashid dan Rahim (2012)
risiko dan return diperkirakan
memiliki hubungan yang positif
seperti dalam risk-return trade-off
theory. Skala yang digunakan
adalah skala rasio. Pengukuran
variabel risiko IPO mengunakan
metode Bradley & Jordan (2002)
80
November 2012
dalam Alqahtani dan More (2012).
Adapun rumus dari variabel ini
adalah:
IPO risk = 1 / IPO offer price
Ukuran
perusahaan
merupakan suatu indikator yang
menggambarkan tingkat risiko bagi
investor dalam melakukan investasi
pada
perusahaan
tersebut.
Informasi perusahaan skala besar
tentunya
akan
lebih
banyak
diketahui,
sehingga
tingkat
ketidakpastian dapat diketahui oleh
investor (Suyatmin dan
Sujadi
2006). Skala yang digunakan adalah
skala rasio. Pengukuran variabel
ukuran perusahaan menggunakan
metode dalam Witjaksono (2012):
Ukuran Perusahaan = LN(Asset)
Umur
perusahaan
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dapat bertahan hidup
dan banyaknya
informasi
yang
dapat diserap oleh public (Putra
dan
Budiarti,
2012).
Skala
pengukuran untuk variabel ini
adalah rasio. Variabel ini diukur
dengan
lamanya
perusahaan
beroperasi yaitu lama perusahaan
didirikan hingga saat perusahaan
melakukan IPO (Isfaatun dan Hatta,
2012).
Return on Assets (ROA)
merupakan suatu rasio penting yang
dapat
dipergunakan
untuk
mengukur kemampuan perusahaan
dengan
investasi
yang
telah
ditanamkan (asset yang dimilikinya)
untuk mendapatkan laba. ROA
menjadi salah satu pertimbangan
investor dalam melakukan investasi
terhadap saham di bursa saham
(Saputra dan Wardoyo 2008). Skala
untuk variabel ini adalah rasio.
ISSN: 1410 -9875
Pengukuran ROA mengacu pada
penelitian
Susanto
(2007)
dinyatakan
dalam
bentuk
presentase sebagai berikut:
ROA = Net Income After Tax/ Total
Reputasi
Underwriter.
Underwriter
adalah
perusahaan
yang membuat kontrak dengan
emiten
untuk
melakukan
penawaran umum bagi kepentingan
emiten,
dengan
atau
tanpa
kewajiban membeli sisa efek yang
terjual (Putra dan Budiarti, 2012).
Pengukuran
variabel
reputasi
underwriter
yaitu
dengan
menggunakan
dummy
variabel,
dengan memberikan skala 0, untuk
underwriter yang tidak termasuk
peringkat reputasi 5 besar dan
memberikan
skala
1
untuk
underwriter yang termasuk dalam 5
besar dalam rating yang diberikan
oleh Majalah Investor, berarti
underwriter memiliki
reputasi
tinggi. Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Yasa
(2008). Skala pengukuran adalah
skala nominal.
Metoda Analisis Data
Penelitian ini menggunakan
uji regresi berganda (multiple
regression)
dalam
pengujian
hipotesisnya.
Pengujian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen. Model empiris dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut.
TU = b0 + b1LEV+ b2IPO_RISK+
b3SIZE+ b4AG+b5ROA+b6UND+ ℮
Keterangan:
TU
: Underpricing
b0
: Konstanta
Endra Yaman
b1-b6
: Koefisien regresi setiap
variabel independen
LEV
: Leverage
IPO_RISK : Risiko IPO
AGE
: Umur perusahaan
SIZE
: Ukuran perusahaan
ROA
: Return on Assets
UND
: Reputasi underwiter
HASIL PENELITIAN
Menurut
Ghozali
(2011)
statistik
deskriptif
memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varians,
nilai maksimum, nilai minimum,
sum, range, kurtosis (keruncingan
distribusi)
dan
skewness
(kemencengan
distribusi).
Hasil
statistik deskriptif disajikan pada
tabel 2.
Hasil pengujian normalitas
pada tabel 3 menunjukkan nilai
asymp sig (2-tailed) sebesar 0,485
berarti nilai tersebut lebih besar
dari nilai signifikansi 0,05, Dapat
disimpulkan
data
residual
berdistribusi
normal
sehingga
model
baik
digunakan
dalam
penelitian.
Tabel 4 menunjukkan bahwa
keenam variabel
memiliki nilai
Tolerance lebih besar dari 0,1 dan
VIF lebih kecil dari 10. Hasil
penelitian ini berarti tidak terdapat
multikolinearitas antara variabel
independen sehingga
data baik
digunakan untuk model regresi.
Hasil pengujian pada tabel 5
menunjukkan nilai signifikansi dari
variabel
leverage,
risiko
IPO,
ukuran
perusahaan,
umur
perusahaan, ROA, dan reputasi
underwriter
memiliki
nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05.
Hal ini berarti tidak terdapat
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
heteroskedastisitas sehingga data
baik digunakan
dalam
model
regresi.
Tabel 6 menunjukan bahwa
nilai signiikansi lebih besar dari
0,05 yaitu 0,019. Hal ini berarti
tidak terdapat masalah autokorelasi
sehingga data baik untuk digunakan
dalam model regresi. Tabel 7
menunjukkan
nilai
koefisien
korelasi (R) sebesar 0.450. Nilai
tersebut lebih kecil dari 0,5 maka
hubungan
antara
tingkat
underpricing dengan
leverage,
risiko IPO,
ukuran
perusahaan,
umur perusahaan, ROA,
dan
reputasi underwriter adalah lemah
positif.
Hasil
uji
koefisien
determinasi
dalam
tabel
8
menunjukkan nilai Adjusted R
Square sebesar 0,099. Hal ini
berarti secara statistik besarnya
variasi tingkat underpricing yang
dapat dijelaskan oleh leverage,
risiko IPO,
ukuran
perusahaan,
umur perusahaan, ROA,
dan
reputasi
underwriter
adalah
sebesar 9,9% dan sisanya sebesar
90,1% dapat dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat
dalam penelitian ini.
Dalam tabel 9 diperoleh F
hitung sebesar 1,950 dengan nilai
signifikan sebesar 0,093. Nilai
signifikansi tersebut lebih
besar
dari 0,05 sehingga regresi tidak
layak digunakan untuk menguji
data karena tidak menggambarkan
model fit dari persamaan regresi.
Hasil uji t dalam tabel 10
menunjukkan leverage
memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,214.
Nilai signifikansi tersebut lebih
besar dari 0,05 maka hipotesis
alternatif pertama (Ha1)
tidak
dapat diterima. Hal ini berarti
leverage tidak memiliki pengaruh
82
November 2012
terhadap
tingkat
underpricing,
Risiko IPO memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,905. Nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis alternatif kedua (Ha2)
tidak dapat diterima. Hal ini berarti
risiko IPO tidak memiliki pengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Tabel 10
menghasilkan
ukuran perusahaan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,783. Nilai
signifikansi tersebut lebih
besar
dari 0,05 maka hipotesis alternatif
ketiga (Ha3) tidak dapat diterima.
Hal ini berarti ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap
tingkat
underpricing.
Umur
perusahaan
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,729. Nilai
signifikansi tersebut lebih
besar
dari 0,05 maka hipotesis alternatif
keempat (Ha4)
tidak
dapat
diterima. Hal ini berarti umur
perusahaan
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Hasil uji t pada tabel 10
menunjukan ROA memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,135. Nilai
signifikansi tersebut lebih
besar
dari 0,05 maka hipotesis alternatif
kelima (Ha5) tidak dapat diterima.
Hal ini berarti ROA tidak memiliki
pengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil uji t
atas
reputasi underwriter memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,063. Nilai
signifikansi tersebut lebih
besar
dari 0,05 maka hipotesis alternatif
keenam (Ha6) tidak dapat diterima.
Hal ini berarti reputasi underwriter
tidak memiliki pengaruh terhadap
tingkat underpricing.
ISSN: 1410 -9875
PENUTUP
Leverage
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Witjaksono (2012),
Wijayanto (2010), Saputra dan
Wardoyo (2008), Yasa (2008), dan
Suyatmin dan Sujadi (2006). Namun
penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan penelitian Alqahtani dan
More (2012) dan Isfaatun dan Hatta
(2010), dan Ghozali dan Al Mansur
(2002).
Risiko IPO tidak memiliki
pengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahim and
Yong (2010), Alqahtani dan More
(2012) dan Rashid dan Rahim
(2012).
Ukuran
perusahaan
tidak
memiliki pengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Alqahtani dan More
(2012), Witjaksono (2012), Putra
dan Budiarti (2011), Suyatmin dan
Sujadi (e2006), Yasa (2008) dan
Ghozali dan Al Mansur (2002). Hasil
ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang diakukan oleh
Ayuningtyas dan Purwantini (2011)
Umur
perusahaan
tidak
memiliki pengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ayuningtyas dan
Purwantini (2011), Isfaatun dan
Hatta (2010), Yasa (2008), Ghozali
dan Mansur (2002), Putra dan
Budiarti
(2011),
Saputra
dan
Wardoyo (2008), Suyatmin dan
Endra Yaman
Sujadi (2006), Namun hasil ini tidak
konsisten
dengan
penelitian
Alqahtani dan More (2012).
ROA tidak memiliki pengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Hasil penelitian
ini
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susanto (2007), dan Wijayanto
(2010). Hasil ini tidak konsisten
dengan Putra dan Budiarti (2011),
Saputra dan
Wardoyo
(2008),
Ghozali dan Al Mansur (2002),
Reputasi underwriter tidak
memiliki pengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ayuningtyas dan
Purwantini (2011), Saputra dan
Wardoyo (2008), Isfaatun dan Hatta
(2010), dan Khomisyah (2005),
namun hasil ini tidak konsiten
dengan penelitian Putra
dan
Budiarti (2011), Rashid dan Rahim
(2012), Suyatmin Sujadi (2006), dan
Ghozali dan Al Mansur (2002).
Adapun keterbatasan dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
underpricing cukup banyak, namun
dalam
penelitian
ini
hanya
menggunakan 6 variabel saja. Lalu
uji F yang dihasilkan oleh model
regresi berganda tidak fit.
Rekomendasi yang penulis
berikan
atas
keterbatasan
penelitian
ini
yaitu,
peneliti
selanjutnya dapat menambahkan
variabel lain
seperti
reputasi
auditor dan EPS (Earnings per
Share). Penelitian
selanjutnya
dapat
memperpanjang
periode
penelitian untuk menambah jumlah
sampel, supaya distribusi
data
dapat lebih baik.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
REFERENSI
Alqahtani, Faisal, dan Vardhan More. 2012. Underpricing Phenomenon in New
Zealand IPO Market. .http://ssrn.com/abstract=2215402.
Ayuningtyas, A dan Sri Purwantini. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpriced pada Penawaran Umum Perdana di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. SOLUSI ISSN 1412-5331. Vol.10
No.4.
Darmadji, Tjipto, dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia,
Pendekatan Tanya Jawab. Edisi 1. Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Edisi 5. Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam, dan Mudrik Al Mansur. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol. 4 No.1
Gitman, L.J. 2009. Managerial Finance. 12th edition. Pearson Education.
Godfrey, Jayney et al. 2010. Accounting Theory. Edisi 7. John Wiley & Sons.
United States of American.
Hair et al. 2010. Multivariate Data Analysis. 7th Edition. England: Pearson
Education.
Isfaatun, Eliya, dan Atika Jauharia Hatta (2010). Analisis Informasi Penentu
Harga Saham saat Initial Public Offering. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 15
No.1.
Khomsiyah. 2005. Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor, dan
Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7 No.2.aktor-Faktor
Putra, Nandariko S.A, dan Yuli Budiarti. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa
Efek Indonesia. Dinamika Manajemen. Vol.1 No.05.
Rahim, Ruzita Abdul, dan Othman Yong. 2010. Initial Returns of Malaysia IPOs
and Shari’a Compliant Status. Journal of Islamic Accounting and
Business Research. Vol.1 No.1.
Rashid, Rasidah Mohd, dan Ruzita Abdul Rahim. 2012. Does Shareholder
Retention Matter in Explaining the Underpricing Pnomenon of Malaysia
IPO’s?. The Journal of America Academy of Business. Vol.18 No.1.
Saputra, Roni Indra, dan Paulus Wardoyo. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan
IPO (Initial Public Offering) Periode 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia.
SOLUSI. Vol.7 No.3.
Sjahruddin, dan Yusralaini. 2009. Underpricing dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi. Vol. 17 No. 01.
Sucipto, Agus. 2008. Fenomena-Fenomena di Seputar Kebijakan Initial Public
Offering (IPO) dan Pengukuran Kinerja Perusahaan di Indonesia
IQTISHODUNA. Vol.4 No.3.
Susanto, Liana. 2007. Analisi Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap
Underpricing Perusahaan yang Melakukan Penawaran Umum Perdana di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi. Tahun XI No.03
84
ISSN: 1410 -9875
Endra Yaman
Suyatmin, dan Sujadi. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta. BENEFIT. Vol.10
No.1.
Wijayanto, Andhi. 2010. Analisis Pengaruh ROA, EPS, Financial Leverage,
Proceed terhadap Initial Return. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 1
No.1.
Witjaksono, Lydia Soeryadjaya. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keuangan yang
Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada
Perusahaan
Sektor
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2002-2010. Berkala
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol.1 No.1.
Yasa, Geriata Wirawan. 2010. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. Vol.3
No.2.
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
LAMPIRAN
LEVERAGE
RISIKO IPO
UKURAN
PERUSAHAAN
UNDERPRICING
UMUR
PERUSAHAAN
ROA
REPUTASI
UNDERWRITER
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Kriteria
Perusahaan non keuangan yang melakukan penawaran umum
perdana di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai 2010
Perusahaan non keuangan yang sahamnya tidak mengalami
underpricing
Perusahaan non keuangan yang menyajikan laporan keuangan
dalam mata uang asing
Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki data mengenai
nama underwriter
Perusahaan non keuangan yang tidak menghasilkan laba
setelah pajak.
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi sampel
Sumber: Diolah Penulis
86
Jumlah
Perusahaan
93
(27)
(6)
(1)
(6)
53
ISSN: 1410 -9875
TU
LEV
IPO_RISK
SIZE
AGE
N
53
53
53
53
53
ROA
UND
53
53
Endra Yaman
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
0,0131579
0,7000000 0,303047863 0,2349674198
0,1369959
5,0497167 0,995242396 0,9852017525
0,0002667
0,0666667 0,004830868 0,0090914382
24,9718344 31,1491173 27,843079981 1,5738364516
2,0000000 57,0000000 16,094339623 12,170683804
4
0,0010881
0,2631641 0,060726143 0,0555829361
0
1
0,28
0,455
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Residual
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters (a,b)
MostExtreme Differences
Mean
Std.
Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Model
1
LEV
53
0,0000000
0,20979854
0,115
0,113
-0,115
0,837
0,485
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Kesimpulan
Tolerance
VIF
0,786
1,272 Tidak terdapat multikolinearitas
IPO_RISK
0,865
1,156
Tidak terdapat multikolinearitas
SIZE
0,636
1,572
Tidak terdapat multikolinearitas
AGE
0,757
1,321
Tidak terdapat multikolinearitas
ROA
0,907
1,102
Tidak terdapat multikolinearitas
UND
0,620
1,614
Tidak terdapat multikolinearitas
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Model
1 (Constant)
LEV
IPO_RISK
SIZE
AGE
ROA
UND
1
Model
(Constant
)
LEV
IPO_RISK
SIZE
AGE
ROA
UND
RES_2
November 2012
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Standardize
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
0,410
0,312
-0,010
0,016
-0,093
-2,304
1,696
-0,197
-0,007
0,011
-0,099
-0,001
0,001
-0,145
0,187
0,271
0,098
-0,051
0,040
-0,217
T
1,314
-0,609
-1,358
-0,587
-0,932
0,691
-1,265
Sig.
0,195
0,545
0,181
0,560
0,356
0,493
0,212
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Unstandardized
Standardize
Coefficients
d
Coefficients
B
Std.
Beta
Error
0,490
0,685
T
0,715
Sig.
0,479
0,003
-1,200
-0,016
-0,001
-0,204
0,008
0,241
0,098
-0,334
-0,659
-0,295
-0,357
0,101
1,591
0,922
0,740
0,513
0,769
0,723
0,920
0,119
0,034
3,597
0,025
0,003
0,571
0,084
0,152
0,016
-0,053
-0,124
-0,051
-0,055
0,019
0,248
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Korelasi
Model Summary
Model
R
1
0,450a
Tabel 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
R Square
Adjusted R Squar
1
0,203
0,099
88
ISSN: 1410 -9875
Model
1
Endra Yaman
Sum of
Squares
Regressio
n
Residual
Total
Model
1
(Constant
)
LEV
IPO_RISK
SIZE
AGE
ROA
UND
Tabel 9
Hasil Uji F
Df
Mean
Square
0,582
6
0,097
2,289
2,871
46
52
Sig.
1,95
0
0,093
a
0,050
Tabel 10
Hasil Uji t
Unstandardized
Standardize
Coefficients
d Coefficients
Std
B
Error
Beta
0,657
0,673
0,045
0,438
0,007
0,001
0,889
0,164
F
T
0,975
0,035
-0,187
-1,261
3,659
-0,017
-0,120
0,025
-0,046
-0,277
0,003
-0,053
-0,348
0,584
-0,210
-1,522
0,086
-0,318
-1,902
Sig.
0,33
4
0,21
4
0,90
5
0,78
3
0,72
9
0,13
5
0,06
3
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
90
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 91-100
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EEK INDONESIA
EDRIC KURNIADI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to analyze the effect of gross
profit, cash flow from operating activities, cash flow from investing
activities, cash flow from financing activities, current ratio, debt to equity
ratio, return on equity, total asset turnover, and price earnings ratio on
stock return. Population in this research is all listed manufacturing
companies during 2008-2010. Samples are obtained
through
purposive
sampling method, in which only 41 of listed manufacturing companies meet
the sampling criteria and are taken as the samples. Multiple linear
regressions and hypothesis testing are used as the data analysis method in
this research. Based on hypothesis testing, it shows that only one variable
which is price earnings ratio has a signification effect on stock return. While,
gross profit, cash flow from operating activities, cash flow from investing
activities, cash flow from financing activities, current ratio, debt to equity
ratio, return on equity and total asset turnover do not have influence on
stock return.
Keywords: Gross Profit, Cash Flow From Operating Activities, Cash Flow From
Investing Activities, Cash Flow From Financing Activities, Financial
Ratios, and Stock Return
bersumber dari masyarakat ke
berbagai sektor yang melaksanakan
investasi (Samsul, 2006). Oleh
karenanya,
seorang
investor
membutuhkan
berbagai
macam
informasi yang dapat mendukung
pembuatan
keputusan
yang
diambilnya (Husnan, 2005). Laporan
keuangan merupakan salah satu
sumber utama informasi keuangan
yang sangat penting bagi sejumlah
pemakai
dalam
pengambilan
keputusan
ekonomi,
karena
didalam sebuah laporan keuangan,
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki sifat
khas apabila dibandingkan dengan
pasar yang lain. Salah satunya
adalah ketidakpastian akan kualitas
produk yang ditawarkan. Situasi
ketidakpastian
ini
mendorong
investor yang rasional untuk selalu
mempertimbangkan risiko
dan
setiap sekuritas yang secara teoritis
berbanding lurus. Salah satu fungi
pasar modal adalah sebagai sarana
untuk memobilisasi dana yang
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
investor dapat melihat kinerja dari
sisi internal perusahaan.
PSAK No. 2 menentukan
bahwa laporan arus dapat disusun
dengan dua metode, yaitu metode
langsung
dan
metode
tidak
langsung.
Metode
langsung
menghasilkan informasi
yang
berguna dalam mengestimasi arus
kas masa depan yang tidak dapat
dihasilkan
oleh
metode
tidak
langsung, karena metode ini dapat
memberikan
informasi
yang
terperinci
menenai
komponen
utama penerimaan kas seperti
penerimaan kas dari pelanggan
(penjualan), maupun komponen
utama pengeluaran kas untuk
pemasok
dan
karyawan.
Berdasarkan informasi yang lengkap
tersebut dapat dibuat estimasi arus
kas masa depan (Purwatiningsih et
al., 2003). Data dalam sebuah
laporan keuangan merupakan data
kondisi
masa
lalu
sebuah
perusahaan. Salah satu alat analisis
yang dapat digunakan
dengan
melihat
kondisi
masa
lalu
perusahaan melalui
data dari
sebuah laporan keuangan adalah
rasio
keuangan.
Meskipun
didasarkan pada data dan kondisi
masa lalu, analisis rasio keuangan
dimaksudkan untuk menilai risiko
dan peluang di masa yang akan
datang. Pengukuran dan hubungan
antara satu pos dengan pos lain
dalam laporan keuangan yang
tampak dalam rasio-rasio keuangan
dapat memberikan kesimpulan yang
berarti dalam penentuan tingkat
kesehatan
keuangan
suatu
perusahaan
(Kasmir,
2008).
Penelitian
untuk
menganalisis
pengaruh
berbagai
faktor
fundamental
terhadap
return
saham telah banyak dilakukan,
namn masih menghasilkan berbagai
92
November 2012
kesimpulan
yang
beragam.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
apakah
variabelvariabel fundamental yang bersifat
internal seperti laba kotor (GP),
arus kas dari kegiatan operasional
(AKO), arus kas dari kegiatan
investasi (AKI), arus kas dari
kegiatan pendanaan (AKP), current
ratio (CR), debt to equity ratio
(DER), return on equity (ROE),
total asset turnover (TATO), dan
price
earnings
ratio
(PER)
berpengaruh
terhadap
return
saham, dimana focus penelitian ini
dilakukan
terhadap
saham
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode penelitian.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Signaling Theory
Signaling theory merupakan
dorongan faktor ekonomi dari satu
unit usaha untuk mengungkapkan
suatu kejadian secara sukarela.
Aktifitas akuisisi mempunyai nilai
normatif
bagi
investor
yang
mempengaruhi keputusan investasi
dalam bentuk perubahan harga
saham karena adanya transaksi
yang meningkat dan menurun
(Yudyatmoko dan Ainun, 2000).
Teori sinyal menjelaskan mengapa
perusahaan mempunyai dorongan
untuk
memberikan
informasi
laporan keuangan
pada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan
untuk memberikan informasi dipicu
oleh adanya asimetri informasi
antara perusahaan dan pihak luar
karena
perusahaan
mengetahui
lebih banyak informasi mengenai
perusahaan dan prospek yang akan
ISSN: 1410 -9875
datang dari pada
(investor, kreditor).
Edric Kurniadi
pihak
luar
Laba Kotor (GP) Terhadap Return
Saham
Febriyanto dan Widiastuty
(2005) menyatakan bahwa terjadi
hubungan yang signifikan
antara
laba kotor dengan return saham,
karena dalam penyusunan laporan
laba rugi, laba kotor dilaporkan
lebih awal dari dua angka laba
lainnya, artinya perhitungan angka
laba kotor akan menyertakan lebih
sedikit komponen pendapatan dan
biaya dibandingkan angka laba
lainnya, karena semakin detail
perhitungan suatu angka laba akan
semakin banyak pilihan metode
akuntansi sehingga semakin rendah
kualitas laba. Berdasarkan rerangka
pikir tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H1 Laba kotor (GP) berpengaruh
positif terhadap return saham.
Arus Kas dari Kegiatan Operasi
(AKO) Terhadap Return Saham
Salah satu penelitian yang
menguji hubungan antara arus kas
operasi dengan
return saham
dilakukan oleh Wahyuni (1998),
Ngaisah (1998), Cahyani (1999)
serta Kurniawan dan Indriantoro
(2000) dalam Trisnawati (2009)
yang menyatakan bahwa arus kas
operasi tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap return saham.
Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Ulupui (2007)
yang menunjukan bahwa arus kas
dari aktivitas operasi tidak memiliki
pengaruh
terhadap
expected
return. Hasil ini
tidak
sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Livnat dan Zarowin
(1990)
serta
Rayburn
(1986).
Berdasarkan rerangka pikir tersebut
maka hipotesis yang diajukan
adalah:
H2 Arus
kas
dari
kegiatan
operasional
(AKO)
berpengaruh positif terhadap
return saham.
Arus Kas dari Kegiatan Investasi
(AKI) Terhadap Return Saham
Pengujian yang
dilakukan
oleh Miller dan Rock (1985) dalam
Daniati dan
Suhairi
(2006)
mengenai
pengaruh
investasi
terhadap return saham menemukan
bahwa
peningkatan
investasi
berhubungan dengan peningkatan
arus kas masa yang akan datang
dan mempunyai pengaruh positif
dengan return saham pada saat
pengumuman investasi
baru.
Berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Livnat dan
Zarowin (1990) yang menemukan
bahwa arus kas investasi tidak
berhubungan
signifikan
dengan
return
saham.
Berdasarkan
rerangka
pikir
tersebut
maka
hipotesis yang diajukan adalah:
H3
Arus
kas dari kegiatan
investasi (AKI) berpengaruh
positif
terhadap
return
saham.
Arus Kas dari Kegiatan Pendanaan
(AKP) Terhadap Return Saham
Dengan melakukan signaling
theory, Miller dan Rock (1985)
dalam Daniati dan Suhairi (2006)
menjelaskan bahwa pasar akan
bereaksi
negatif
terhadap
pengumuman pendanaan dari kas
karena akan berpengaruh terhadap
arus kas dari operasi yang lebih
rendah untuk masa yang akan
datang. Berdasarkan rerangka pikir
tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
H4
Arus
kas dari
kegiatan
pendanaan
(AKP)
berpengaruh positif terhadap
return saham.
Current Ratio (CR) Terhadap
Return Saham
Rasio
likuiditas
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah current ratio (CR). Meythi
(2007) meneliti mengenai risiko
keuangan yang paling baik untuk
memprediksi return saham. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa
current ratio adalah rasio yang
paling baik. Ulupui (2007) yang
melakukan penelitian
mengenai
pengaruh rasio likuiditas, leverage,
aktifitas dan profitabilitas terhadap
return saham juga mendapatkan
hasil yang sama bahwa current
ratio memiliki pengaruh
yang
positif dan signifikan terhadap
return saham satu periode ke
depan. Berdasarkan rerangka pikir
tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H5
Current
ratio
(CR)
berpengaruh positif
terhadap
return saham.
Debt to Equity Ratio (DER)
Terhadap Return Saham
Rasio
solvabilitas
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah debt to equity ratio (DER).
Hasil penelitian Sudarto et al.
(1999) dalam Suharli (2005) yang
meneliti tentang dua faktor yang
mempengaruhi return saham pada
industri
food
and
beverage
menyatakan bahwa
hubungan
antara debt to equity ratio dengan
return saham adalah negatif dan
tidak signifikan. Hal ini tidak
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan dengan Ulupui (2007)
yang menyatakan DER berpengaruh
94
November 2012
positif
dan
tidak
signifikan
terhadap
return
saham.
Berdasarkan rerangka pikir tersebut
maka hipotesis yang diajukan
adalah:
H6 Debt to equity ratio (DER)
berpengaruh
negatif
terhadap
return saham.
Return On Equity (ROE) Terhadap
Return Saham
Rasio
profitabilitas
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah return on Equity (ROE).
Wijaya
(2008),
Poernamawatie
(2008) serta Handi dan Sulaiman
(2008) menyatakan bahwa return
on
equity
tidak
berpengaruh
terhadap return saham. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ganto et al. (2008)
dimana penelitian ini menghasilkan
adanya hubungan positif dari return
on equity (ROE) terhadap return
saham. Berdasarkan rerangka pikir
tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H7 Return
on
equity
(ROE)
berpengaruh positif
terhadap
return saham.
Total Asset Turnover (TATO)
Terhadap Return Saham
Rasio
aktivitas
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah total asset turnover (TATO).
Penelitian yang dilakukan oleh
Tuasikal (2001) dalam Ulupui (2007)
pada perusahaan manufaktur dan
non-manufaktur menemukan bahwa
rasio aktivitas tidak bermanfaat
untuk memprediksi return satu
tahun ke depan. Namun, hasilnya
berlawanan ketika digunakan untuk
memprediksi return dua tahun ke
depan. Berdasarkan rerangka pikir
tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
ISSN: 1410 -9875
H8 Total asset turnover (TATO)
berpengaruh positif
terhadap
return saham.
Price
Earnings
Ratio
(PER)
Terhadap Return Saham
Rasio pasar modal yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah price earnings ratio (PER).
Penelitian yang
dilakukan
oleh
Stella (2009) menyatakan bahwa
price
earnings
ratio
memiliki
pengaruh positif terhadap return
saham. Menurut Margaretha dan
Damayanti (2008) price earnings
ratio (PER) memiliki pengaruh
signifikan yang positif terhadap
return saham. PER mengindikasikan
besarnya
dana
yang
bersedia
dikeluarkan oleh investor untuk
memperoleh setiap laba yang
dihasilkan perusahaan. Berdasarkan
rerangka
pikir
tersebut
maka
hipotesis yang diajukan adalah:
H9 Price earnings ratio (PER)
berpengaruh posif terhadap return
saham.
METODA PENELITIAN
Sampel
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2008 sampai tahun 2010,
pemilihan
sampel
dilakukan
berdasarkan metode purposive non
random
sampling,
sehingga
didapatkan 49 perusahaan yang
menjadi sampel penelitian.
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Laba kotor (gross profit)
diproksi dari total laba kotor dalam
laporan keuangan laba rugi sebuah
Edric Kurniadi
perusahaan (Daniati dan Suhairi,
2006).
Arus kas dari kegiatan
operasi (AKO) merupakan arus kas
masuk atau arus kas keluar dalam
periode tertentu dari kegiatan
operasi, diproksi dari total arus kas
aktivitas operasional yang terdapat
di dalam laporan keuangan arus kas
perusahaan (Daniati dan Suhairi,
2006)
Arus kas dari kegiatan
investasi (AKI) merupakan arus kas
masuk atau arus kas keluar dalam
periode tertentu dari kegiatan
investasi, diproksi dari total arus
kas
aktivitas
investasi
yang
terdapat di
dalam
laporan
keuangan arus kas perusahaan
(Daniati dan Suhairi, 2006)
Arus kas dari kegiatan
pendanaan (AKP) merupakan arus
kas masuk atau arus kas keluar
dalam
periode
tertentu
dari
kegiatan pendanaan, diproksi dari
total arus kas aktivitas pendanaan
yang terdapat di dalam laporan
keuangan arus kas perusahaan
(Daniati dan Suhairi, 2006).
Current ratio (CR) yang
merupakan perbandingan antara
current asset terhadap current
liabilities
adalah
proksi
yang
digunakan
untuk
mengukur
likuiditas suatu perusahaan. Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio, dengan rumus (Meythi,
2007):
������� ����� ���� �
������� ������
������� �����������
Debt to equity ratio (DER)
merupakan
rasio
yang
membandingkan
total
hutang
dengan total ekuitas dari pemegang
saham
(Suharli,
2005).
Skala
pengukuran yang digunakan adalah
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
skala rasio. Untuk menghitung DER
dapat digunakan rumus:
���� �� ������ ����� ����� �
����� ����
����� ������
Return on equity (ROE)
merupakan
bagian
dari
rasio
profitabilitas yang dapat diukur
dengan membandingkan net income
dengan shareholders’
equity
(Meythi, 2007). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Untuk menghitung
ROE dapat
digunakan rumus:
������ �� ������ ����� �
��� ������
������������′ ������
Total
asset
turnover
(TATO) merupakan salah satu rasio
aktivitas yang dapat diukur dengan
membandingkan antara penjualan
dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan (Meythi, 2007). Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio.
Untuk
menghitung
TATO dapat digunakan rumus:
����� ����� �������� ������ �
�����
����� ������
Price earnings ratio (PER)
merupakan rasio pasar modal yang
membandingkan antara
tingkat
harga pasar per lembar saham
dengan pendapatan per lembar
saham (Stella, 2009). Foster (1986)
dalam Meythi (2007) menyatakan
bahwa skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
Menurut
Foster
(1986)
dalam
Meythi (2007), nilai PER dapat
diinterprestasikan sebagai berikut:
����� �������� ����� ����� �
96
������ ����� ��� ������ �����
�������� ��� ������ �����
November 2012
HASIL PENELITIAN
Hasil pengujian hipotesis
ditunjukan pada table 1 berikut ini:
Tabel 1 hasil uji hipotesis
1
Model
(Constant)
B
t
Sig.
.227
2.836E-07
1.563
1.749
.120
.082
AKO
-3.468E-07
-.712
.478
AKI
-3.632E-07
-.604
.547
AKP
-7.105E-08
-.158
.874
.016
.641
.523
GP
CR
DER
ROE
TATO
PER
.003
.087
.930
-.125
.010
-1.096
1.159
.275
.248
.014
2.866
.005
Hasil
pengujian
H1
menunjukan bahwa laba kotor (GP)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return saham. Hasil
penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Febriyanto dan Widiastuty
(2005) menyatakan bahwa terjadi
hubungan yang signifikan
antara
laba kotor dengan return saham.
Hasil
pengujian
H2
menunjukan bahwa arus kas dari
kegiatan operasional (AKO) tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni (1998),
Ngaisah (1998), Cahyani (1999)
serta Kurniawan dan Indriantoro
(2000) dalam Trisnawati (2009) dan
Ulupui (2007) yang menyatakan
bahwa arus kas
operasi tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap return saham.
Hasil
pengujian
H3
menunjukan bahwa arus kas dari
kegiatan investasi
(AKI)
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
ISSN: 1410 -9875
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Livnat dan Zarowin
(1990) yang menemukan
bahwa
arus
kas
investasi
tidak
berhubungan
signifikan
dengan
return
saham.
Namun
hasil
penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang
dilakukan
oleh
Miller dan Rock (1985) dalam
Daniati dan Suhairi (2006).
Hasil
pengujian
H4
menunjukan bahwa arus kas dari
kegiatan pendanaan (AKP) tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Miller dan Rock
(1985) dalam Daniati dan Suhairi
(2006).
Hasil
pengujian
H5
menunjukan bahwa current ratio
(CR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Susanti (2008) serta Handi dan
Sulaiman (2008) serta
Estuari
(2004) yang juga menunjukan
bahwa variabel (CR) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
return saham yang akan diterima
perusahaan di masa yang akan
datang. Namun hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Meythi (2007) dan
Ulupui (2007) yang menyatakan
bahwa
bahwa
current
ratio
memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham
satu periode ke depan.
Hasil
pengujian
H6
menunjukan bahwa debt to equity
ratio (DER) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Ulupui (2007) yang menyatakan DER
berpengaruh positif dan tidak
Edric Kurniadi
signifikan terhadap return saham
serta penelitian yang
dilakukan
oleh Sudarto et al. (1999) dalam
Suharli (2005) yang menyatakan
bahwa hubungan antara return debt
to equity ratio dengan return
saham adalah negatif dan tidak
signifikan.
Suharli
(2005)
menyatakan bahwa hasil tidak
siginifikan
tersebut
disebabkan
karena pada periode 2001-2004
sebagai tahun pengamatan, kondisi
pasar modal Indonesia kurang baik
sebab pada tahun tersebut kondisi
perekonomian
Indonesia
baru
bangkit dari keterpurukan
dan
belum sepenuhnya pulih akibat
krisis ekonomi dan krisis moneter
yang berkepanjangan. Selain itu
tahun 2001-2004 kondisi politik dan
keamanan
bangsa
Indonesia
mengalami
ketidakstabilan,
sehingga
menyebabkan
krisis
kepercayaan pada para investor
dalam berinvestasi akibatnya nilai
saham di pasar modal Indonesia
berfluktuasi tidak menentu.
Hasil
pengujian
H7
menunjukan bahwa return on
equity (ROE) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian
ini
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wijaya (2008), Poernamawatie
(2008) serta Handi dan Sulaiman
(2008) menyatakan bahwa return
on
equity
tidak
berpengaruh
terhadap return saham. Namun
hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan
oleh
Ganto et al. (2008) dimana
penelitian ini menghasilkan adanya
hubungan positif dari return on
Equity (ROE) terhadap return
saham.
Hasil
pengujian
H8
menunjukan bahwa total asset
turnover (TATO) tidak berpengaruh
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian
ini
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tuasikal (2001) dalam Ulupui
(2007) yang menyatakan bahwa
rasio aktivitas tidak bermanfaat
untuk memprediksi return satu
tahun ke depan. Namun hasil
penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang
dilakukan
oleh
Asyik (1999) dalam Meythi (2007)
yang menunjukan bahwa total asset
turnover memiliki hubungan yang
kuat dengan return saham.
Hasil
pengujian
H9
menunjukan bahwa price earnings
ratio (PER) berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Margaretha dan Damayanti (2008)
yang menyatakan bahwa price
earnings ratio (PER) memiliki
pengaruh signifikan yang positif
terhadap return saham. Namun
hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Wijaya (2009) yang menyatakan
bahwa PER tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis
ini,
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut laba
kotor (GP), arus kas dari kegiatan
operasional (AKO), arus kas dari
November 2012
kegiatan investasi (AKI), arus kas
dari kegiatan pendanaan (AKP),
current ratio (CR), debt to equity
ratio (DER), return on equity
(ROE), total asset turnover (TATO)
tidak memiliki pengaruh terhadap
return saham. Keterbatasan dari
penelitian
ini
antara
lain
keterbatasan dalam jumlah data,
waktu dan jumlah objek penelitian
yang
hanya
terdiri
dari
41
perusahaan. Dimana hal ini muncul
karena data diambil Secara acak
atau
random,
dan
tidak
mensyaratkan
kriteria-kriteria
tertentu. Sampel penelitian tidak
hanya
untuk
perusahaan
manufaktur tetapi juga untuk
perusahaan
non
manufaktur.
Dengan demikian diharapkan dapat
memberikan hasil yang dapat
digeneralisasikan kepada seluruh
perusahaan
di
Indonesia.
Berdasarkan keterbatasan tersebut,
rekomendasi yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya adalah
memperpanjang jangka waktu atau
periode
penelitian
(misalnya
selama lima tahun). Perpanjangan
periode penelitian ini diharapkan
dapat menangkap berbagai situasi
serta dapat memberikan hasil yang
lebih
baik,
juga
penelitian
berikutnya dapat
menambah
variabel
independen
dalam
mempengaruh
return
saham,
contohnya manajemen laba, dan
kebijakan hutang.
REFRENSI
Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen
Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return
Saham. Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang), hlm. 1-23.
98
ISSN: 1410 -9875
Edric Kurniadi
Febrianto, Rahmat, dan Erna Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi:
Mana Yang Lebih Bermakna Bagi Investor?. Simposium
Nasional
Akuntansi VIII (Solo).
Handi, Ana dan Sulaiman. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Akuntansi. Vol. 2, No. 2 (Juli) 2008.
Harahap, R.K. dan Arga Fitria. 2008. Hubungan Informasi pelaporan Earnings
Akuntansi Tehadap Pergerakan Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan
Informasi, Vol.8. No.2.
Kasmir. 2008. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Margaretha, Farah, dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio,
Dividend Yield, dan Market to Book Ratio teradap Stock Returns di BEI.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 3, hlm. 149-160.
Meythi. 2007. Rasio Keuangan Yang Paling Baik untuk Memprediksi Return
Saham: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntasi, vol. 9, No. 1, April.
Hlm 47-65.
Nilawati. 2004. Analisis ROI dan EVA terhadap Return On Share LQ-45 di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Desember, Hal
155-166.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sinaga, Hariono Hardian, dan Sugeng Pamudji. 2010. Analisa Pengaruh Total
Arus Kas, Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi Terhadap Return Saham.
Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return
on Asset, dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, hlm. 97-106.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.
Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham Pada Industri Food and Beverage di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2.
Trisnawati, Ita. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi,
Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value
Added Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11,
No. 1, hlm 65-78.
Wijaya, David. 2008. Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham
Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi Go Public Di Indonesia. Jurnal
manajemen dan kewirausahaan. Vol. 10, No. 2 (September): 136-152
Yudyatmoko., dan Ainun Na’im. 2000. Pengaruh Akuisisi Terhadap Perubahan
Return Saham dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
III (Jakarta).
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
100
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 101-112
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
FERRY SUHARDJO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to analyze the effect of managerial
ownership, institutional ownership, dividend policy, profitability, asset
structure, firm growth, business risk, free cash flow, and firm size on
leverage. This research using a manufacturing firm. This research use for 30
manufacture companies firms which listed in Indonesia Stock Exchange during
2008 until 2010. The sample of research collected using purposive sampling
and used multiple regression as the analysis method. The result of research
shows that managerial ownership, institutional ownership, dividend policy,
profitability, business risk and firm size have influence to debt policy. While
asset structure, free cash flow, have not influence to leverage.
Keywords: Agency theory, pecking order theory, debt policy, managerial
ownership, institutional ownership, dividend policy, profitability,
structure asset, firm growth, business risk, free cash flow, and
firm size.
kebijakan itu disebut sebagai
kebijakan hutang. Peranan para
manager
perusahaan
dalam
keputusan
pendanaan
sangat
berpengaruh
dalam
tujuan
perusahaan.
Dalam mencapai tujuan suatu
perusahaan, yaitu
meningkatkan
nilai perusahaan
dengan cara
mensejahterakan pemegang saham,
para manager sering dihadapkan
dengan persoalan-persoalan yang
dapat mempengaruhi keputusan
manajemen.
Secara
pribadi,
manager yang tidak memiliki saham
dalam perusahaan cenderung akan
mengutamakan keperluan pribadi
PENDAHULUAN
Pendanaan perusahaan berasal
dari dua sumber, yaitu external dan
internal. Sumber internal biasanya
diperoleh dari modal perusahaan
ataupun
dari
laba
ditahan,
sedangkan
sumber
external
diperoleh dari pinjaman
pihak
ketiga
ataupun
dari
pasar
keuangan.
Kegiatan
operasional
perusahaan tidak selamanya dapat
terpenuhi hanya dari mengandalkan
satu sumber dana saja (internal),
maka dari itu manager mengambil
kebijakan untuk memperoleh dana
yang berasal dari luar (external),
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
sebagai manager, yaitu semaksimal
mungkin
perusahaan
akan
menghindari hutang kepada pihak
ketiga karena manager peduli
terhadap risiko perusahaan secara
keseluruhan
dan
menyangkut
dengan reputasi manager itu sendiri
(Wiliandri, 2011). Sedangkan para
pemegang
saham
sangat
menginginkan bahwa pendanaan
yang lebih besar
berasal
dari
hutang,
dikarenakan
para
pemegang saham hanya melihat
risiko
secara
sistematik
dari
perusahaan
yaitu
adanya
perlindungan pajak atas bunga dan
pendapatan saham akan semakin
tinggi. Jika seorang manager itu
sendiri berperan ganda dalam
perusahaan, yaitu sebagai seorang
manager
sekaligus
sebagai
pemegang saham.
Kemungkinan
keputusan kebijakan hutang akan
benar-benar dipertimbangkan oleh
manager (Yeniatie dan Destriana,
2010).
Pengembangan penelitian kebijakan
hutang pada perusahaan kali ini
merupakan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Yeniatie
dan
Destriana (2010), Indahningrum dan
Handayani (2009), serta Wiliandri
(2011). Penelitian ini termotivasi
akan uniknya masalah yang timbul
dari beberapa faktor berbeda yang
mempengaruhi kebijakan hutang
yang diambil oleh
manajemen
dalam suatu perusahaan.
PENELITIAN TERDAHULU
Kepemilikan
Managerial
dan
Kebijakan Hutang
Menurut teori, kepemilikan
managerial adalah situasi yang
menjelaskan
dimana
manager
memiliki
sebagian
saham
102
November 2012
perusahaan (Schoroeder et al.,
2001 dalam
Christiawan
dan
Tarigan
2007).
Yeniatie
dan
Destriana (2010)
menemukan
bahwa
kepemilikan
managerial
memiliki pengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang
perusahaan,
karena semakin besar persentase
kepemilikan manager dalam suatu
perusahaan maka manager akan
turut merasakan dampak dari
keputusan yang diambilnya sebagai
salah
satu
pemegang
saham
perusahaan.
Kepemilikan
Institusional
dan
Kebijakan Hutang
Peran
kepemilikan
institusional merupakan mekanisme
monitoring,
dan
mekanisme
monitoring
akan
meningkatkan
kemakmuran
pemegang
saham,
dikarenakan keputusan pendanaan
dari manager akan selalu diawasi
oleh investor.
Kepemilikan saham institusional
merupakan persentase saham yang
dimiliki oleh para pemegang saham
institusional
dan
pihak
luar
perusahaan, dimana perusahaan
dapat
memperoleh
dana
dari
pemegang saham tersebut. Larasati
(2011)yang
menyatakan
bahwa
kepemilikan
institusional
dan
kebijakan
hutang
perusahaan
berhubungan positif dan signifikan.
Kebijakan Dividen dan Kebijakan
Hutang
Kebijakan
dividen
adalah
kebijakan atau keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan
dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen
atau
ditahan
dengan bentuk laba ditahan guna
membiayai investasi di masa yang
akan datang, (Sartono 2000 dalam
Dewi 2008). Hasil penelitian Dewi
ISSN: 1410 -9875
(2008) serta Indahningrum dan
Handayani (2009), menemukan hasil
yang negatif dan signifikan antara
kebijakan dividen dan kebijakan
hutang.
Profitabilitas
dan
Kebijakan
Hutang
Profitabilitas
adalah
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk mendapatkan laba yang
diperoleh dari penjualan (Masdupi,
2005 dalam Yeniatie dan Destriana
2010). Indahningrum dan Handayani
(2009),
menemukan
bahwa
profitabilitas memiliki
pengaruh
atas kebijakan hutang perusahaan.
Struktur Aset dan Kebijakan
Hutang
Struktur aset terdiri dari dua
komponen aktiva,
yaitu
aktiva
tetap dan aktiva lancar.
Aktiva
tetap
merupakan aktiva yang
berwujud, yang
fungsinya
siap
pakai dan tidak untuk dijual. Aktiva
lancar merupakan aktiva
yang
dapat dijadikan atau direalisasikan
kedalam bentuk uang kas, atau
dapat dijual.
Yeniatie
dan
Destriana (2010), dan Hadianto
(2008)
dalam
Seftianne
dan
Handayani
(2011),
menemukan
bahwa struktur aset berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang
Pertumbuhan
Perusahaan
dan
Kebijakan Hutang
Pertumbuhan perusahaan yang
tinggi
lebih
membutuhkan
pendanaan yang berasal dari luar
perusahaan dengan jumlah yang
lebih
besar
(Bringham
dan
Gapenski,1996 dalam Indahningrum
dan
Handayani,
2009).
Jika
perusahaan
memutuskan
untuk
menambah jumlah aktiva yang
dimilikinya, aktiva yang diperoleh
Ferry Suhardjo
tersebut juga
dapat
digunakan
untuk meningkatkan produktifitas
dan
membantu
kegiatan
operasional perusahaan, sehingga
peningkatan
laba
akan
dapat
mendorong
pertumbuhan
perusahaan tersebut.
Indahningrum dan Handayani
(2009) serta Yeniatie dan Destriana
(2010),
menemukan
hubungan
positif
antara
pertumbuhan
perusahaan
dengan
kebijakan
hutang.
Risiko Bisnis
dan
Kebijakan
Hutang
Pengertian
risiko
bisnis
menurut Gitman dan Zutter (2012,
77), risiko bisnis adalah risiko dari
perusahaan di saat tidak mampu
menutupi biaya operasionalnya dan
dipengaruhi
oleh
stabilitas
pendapatan dan biaya. Dalam
penelitian Junaidi (2006) dalam
Yeniatie dan Destriana (2010),
menyatakan bahwa risiko bisnis
adalah ketidakpastian atas proyeksi
pendapatan dimasa mendatang.
Prabansari dan Kusuma (2005)
dalam Seftianne dan Handayani
(2011),
menyatakan
adanya
pengaruh yang signifikan namun
negatif antara risiko bisnis dengan
kebijakan hutang perusahaan.
Free Cash Flow dan Kebijakan
Hutang
Ross et al. (2000), menyatakan
bahwa free cash flow adalah kas
perusahaan
yang
dapat
didistribusikan kepada para investor
untuk berinvestasi pada aset tetap.
Sedangkan dalam penelitian Jensen
(1986)
dalam
Yaniartha
dan
Widanaputra
(2007),
mendefinisikan free cash flow
adalah sejumlah kas yang tersisa
setelah semua proyek dengan nilai
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
pada
masa
sekarang
telah
diselesaikan. Free cash flow dapat
digunakan untuk membayar dividen
kepada pemilik saham apabila
perusahaan tidak
menghasilkan
laba, namun free cash flow juga
dapat dimanfaatkan guna membeli
asset baru.
Free cash flow berhubungan
positif terhadap kebijakan hutang
menurut
Indahningrum
dan
Handayani
(2009),
pernyataan
tersebut searah dengan hasil yang
ditemukan oleh Susilawati (2010).
November 2012
Firm Size dan Kebijakan Hutang
Firm size (ukuran perusahaan)
merupakan gambaran secara umum
perusahaan tentang kemampuan
financial
yang
dimiliki
oleh
perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Menurut Wiliandri (2011),
Margaretha dan Sari (2005) dalam
Seftianne dan Handayani (2011),
menemukan
bahwa
firm
size
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan.
Model Penelitian
Kepemilikan Managerial
Kepemilikan Institusional
Kebijakan Dividen
Profitabilitas
Kebijakan Hutang
perusahaan
Struktur Aset
Pertumbuhan Perusahaan
Risiko Bisnis
Free Cash Flow
Firm Size
Gambar 1
Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini merupakan
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar
pada
Bursa
Efek
Indonesia. Unit analisis dalam
104
penelitian ini adalah perusahaan.
Metoda pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini
merupakan
metoda
purposive
sampling.
Metoda
purposive
sampling
merupakan
metoda
pemilihan sampel yang memenuhi
kriteria-kriteria tertentu.
ISSN: 1410 -9875
Ferry Suhardjo
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel
No
1
2
3
4
5
Jumlah
Jumlah
Data
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
116
348
Efek Indonesia untuk tahun 2008 sampai 2010.
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan
(3)
(9)
laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31
Desember.
Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan
(6)
(18)
laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan
(47)
(141)
laba selama periode penelitian.
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
(0)
(0)
kepemilikan institusional.
Kriteria
6 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan
dividen selama periode penelitian
7 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
non current
liabilities
selama
periode
penelitian
8 Total data yang digunakan dalam Penelitian
Sumber : Data yang Dikumpulkan
Data yang digunakan
pada
penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung,
yaitu data yang didapat dari
perantara yang dapat mewakili
sumber primer dari mana data
tersebut berasal.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran Variabel
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang adalah segala
jenis yang dibuat atau diciptakan
oleh perusahaan baik hutang lancar
maupun hutang jangka panjang.
Kebijakan
hutang
dirumuskan
dengan:
��� ������� �����������
��� �
����� �����
Kepemilikan Managerial
Kepemilikan
managerial
merupakan
jumlah kepemilikan
(25)
(75)
(0)
(0)
35
105
saham oleh pihak manajemen dari
seluruh modal saham perusahaan
yang dikelola.
INSDRit = D&C SHRSit
Total SHRS it
Dalam hal ini:
INSDRit
= kepemilikan
managerial i pada
thun t
D&C SHRSit = kepemilikan saham
oleh manajer,
direksi, dan dewan
komisaris
perusahaan pada
tahun t
Total SHRSit= jumlah total dari
saham biasa
perusahaan yang
beredar.
Kepemilikan Instutisional
Kepemilikan instutisional yaitu
proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki institusional pada akhir
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
tahun
yang
diukur
dalam
persentase saham yang dimiliki oleh
investor institusional dalam suatu
perusahaan (Masdupi, 2005 dalam
Indahningrum dan Handayani 2009).
Jumlah saham yang dimiliki institusi
INST= Jumlah saham beredar akhir tahun
Kebijakan Dividen
Dividen dapat diartikan sebagai
bagian yang dibagikan oleh emiten
kepada masing-masing pemegang
saham.
������� ��� �����
���� �
������� ��� �����
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba pada masa yang
akan datang (Moh’d et.al, 1998
dalam Indahningrum dan Handayani
2009). Profitabilitas dirumuskan
sebagai berikut:
Operating income
PROF =
Total aset
Struktur Aset
Struktur
aset merupakan
komposisi jumlah aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan atau
hubungan dari net sales dan total
asset (Yeniatie
dan
Destriana,
2010) Struktur aset dirumuskan
sebagai berikut:
Aset tetap
AST =
Total aset
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan
dihitung
dengan menggunakan persentase
perubahan dalam total aktiva
tahunan, yaitu dengan cara total
aset akhir tahun dibagi dengan
total aset awal tahun (Yeniatie dan
Destriana, 2010)
106
GROW =
November 2012
Total aset akhir tahun
Total aset awal tahun
Risiko Bisnis
Risiko
bisnis
merupakan
indikator
ketidakstabilan
harga
saham dan return yang diterima
pemegang saham. Risiko bisnis
dihitung sebagai standar deviasi
return
saham
secara
bulanan
selama satu tahun (Yeniatie dan
Destriana, 2010). Risiko bisnis
dihitung dengan cara:
RISKit = STD Returnit
Returnit = Pi,t – Pi,t-1
Pi,t-1
Dimana:
Pi,t
= Closing price bulan pada
periode t
Pi,t-1 = Closing price bulan
periode t-1
Free cash flow
Free cash flow merupakan
arus kas dari aktivitas operasi
perusahaan
dikurangi
dengan
pengeluaran modal perusahaan dan
modal kerja bersih perusahaan,
(Ross et al 2000 dalam Bangun dan
Suriyanty 2008), free cash flow
dihitung dengan cara:
FCF = AKOit - PMit - NWCit
Total aset
Dalam hal ini:
FCF = Free cash flow
AKOit = Aliran kas operasi
perusahaan i pada tahun t
PMit = Pengeluaran modal
perusahaan i pada tahun t
NWCit = Modal kerja bersih
perusahaan i pada tahun t
ISSN: 1410 -9875
Ferry Suhardjo
Firm Size
Price
to
book
value
menggambarkan seberapa besar
pasar menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi
rasio kepercayaan pasar akan
prospek sebuah perasaanpun akan
semakin besar (Hermuningsih dan
Wardani,2009). Nilai perusahaan
dapat dihitung dengan:
PBV �
harga saham
���� �����
���� ����� ���� �
total ekuitas
jumlah saham
HASIL PENELITIAN
Menurut Ghozali (2011, 26),
statistik deskriptif
menjelaskan
suatu gambaran atau deskriptif
suatu data yang dilihat dari ratarata hitung, nilai tengah, nilai
maksimum, nilai minimum dan
standar deviasi. Pada penelitian ini,
statistik deskriptif yang digunakan
adalah standar deviasi.
N
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
DER
105
0,015
0,649
0,17788
Std.
Deviation
0,1535133
INSD
105
0,000
0,756
0,06690
0,141638
INST
105
0,322
0,982
0,69603
0,187437
DIVD
105
0,043
1,314
0,45892
0,323267
PROF
105
0,000
0,416
0,14170
0,107344
AST
105
0,054
0,896
0,55604
0,178506
GROW
105
0,773
1,595
1,11892
0,119003
RISK
105
0,003
4,740
0,38151
0,825498
FCF
105
0,001
1,710
0,25661
0,282385
SIZE
105
25,011
32,665
28,20323
1,663146
Variabel
Sumber :output data SPSS 11.5
Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Rt = 0,443 – 0,127 INSDR - 0,115 INST - 0,060 DIV - 0,088 PROF - 0,313 AST +
0,169 GROW - 0,031 RISK + 0,193 FCF - 0,007 SIZE
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Jika
semua
variabel
independen bernilai nol, maka
kebijakan hutang bernilai 0,0443
Variabel
kepemilikan
managerial
memiliki
pengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang.
Jika kepemilikan managerial naik
satu satuan, maka kebijakan hutang
akan turun sebesar 0,127.
Variabel
kepemilikan
institusional
memiliki
pengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang.
Jika kepemilikan institusional naik
satu satuan, maka kebijakan hutang
akan turun sebesar 0,115.
Variabel kebijakan dividen
memiliki pengaruh yang negatif
terhadap kebijakan hutang. Jika
kebijakan dividen naik satu satuan
maka kebijakan hutang turun
sebesar 0,060.
Variabel
profitabilitas
memiliki pengaruh yang negative
terhadap kebijakan hutang. Jika
profitabilitas naik satu satuan maka
kebijakan hutang
akan
turun
sebesar 0,088.
Variabel
struktur
aset
memiliki
pengaruh
negatif
terhadap kebijakan hutang. Jika
struktur aset naik satu satuan maka
kebijakan hutang
akan
turun
sebesar 0,313.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan
memiliki
pengaruh
positif terhadap kebijakan hutang.
Jika pertumbuhan perusahaan naik
satu satuan maka kebijakan hutang
akan naik sebesar 0,169.
Variabel risiko bisnis memiliki
pengaruh yang negatif terhadap
kebijakan hutang. Jika risiko bisnis
naik satu satuan maka kebijakan
hutang akan turun sebesar 0,031.
Variabel
free
cash
flow
memiliki pengaruh yang positif
namun
signifikan
terhadap
kebijakan hutang. Jika free cash
108
November 2012
flow naik satu satuan maka
kebijakan hutang akan naik sebesar
0,193. Hasil pengujian ini konsisten
dengan hasil pengujian Bangun dan
Surianty (2008).
Variabel firm size memiliki
pengaruh yang negatif terhadap
kebijakan hutang. Jika firm size
naik satu satuan maka kebijakan
hutang akan turun sebesar 0,007.
PENUTUP
Tujuan penelitian ini adalah
untuk menunjukan bukti empiris
pengaruh kepemilikan managerial,
kepemilikan institusional, kebijakan
dividen,
profitabilitas,
struktur
aset, pertumbuhan perusahaan,
risiko bisnis, free cash flow, dan
firm size terhadap
kebijakan
hutang
pada
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia.
Dari
hasil
pembahasan,
maka
kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Kepemilikan managerial tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang. Hal ini
konsisten dengan penelitian
Yeniatie dan Destriana (2010),
berbeda lagi dengan hasil
penelitian
Christiawan
dan
tarigan
(2007),
yang
menyatakan terdapat hubungan
yang
negatif
antara
kepemilikan
managerial
terhadap hutang.
2. Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang. Hal ini juga
konsisten dengan penelitian
yang dilakukan Wuryaningsih
(2004) dalam
Yeniatie
dan
Destriana
(2010).
Berbeda
halnya dengan hasil penelitian
ISSN: 1410 -9875
3.
4.
5.
6.
Murni dan Andriana (2007) yang
menyatakan bahwa kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan
hutang
Kebijakan
dividen
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Hasil
penelitian ini konsisiten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Faisal (2000) dalam Murni dan
Andriana (2007). Namun hasil
penelitian ini bertolak belakang
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Indahningrum
dan
Handayani (2010), yang
mengatakan
bahwa
dividen
berpengaruh
positif
dan
terhadap kebijakan hutang.
Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Hasil
penelitian
ini
juga
konsisten dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh
Indahningrum dan Handayani
(2009). Sedangkan Yeniatie dan
Destriana (2010) menemukan
profitabilitas dan kebijakan
hutang berhubungan
negatif
dan signifikan.
Struktur
aset
berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Hasil
penelitian
ini
juga
didukung oleh hasil penelitian
dari Seftianne dan Handayani
(2011). Namun penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Yeniatie dan Destriana (2010)
yang menyatakan
bahwa
struktur aset memiliki pengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Hasil
penelitian ini juga konsisten
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Bangun dan
Ferry Suhardjo
Suriyanti (2008). Namun hasil
penelitian ini tidak konsisten
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Indahningrum
dan Handayani (2009), serta
yeniatie dan Destriana (2010),
yang menunjukan hasil bahwa
pertumbuhan
perusahaan
memberikan pengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
kebijakan hutang.
7. Risiko bisnis tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Hasil
penelitian
ini
juga
didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yeniatie
dan Destriana (2010), serta
Seftianne
dan
Handayani
(2011).
8. Free cash flow berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Hal
ini juga mendukung penelitian
yang dilakukan Indahningrum
dan Handayani (2009).
9. Firm size tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Hasil
penelitian
ini
juga
didukung oleh hasil penelitian
Setiawan
(2006)
dalam
Seftianne
dan
Handayani
(2011). Namun berbeda dengan
hasil penelitian oleh Wiliandri
(2011) yang menemukan bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian
ini
hanya
menggunakan data perusahaan
manufaktur saja sehingga objek
penelitian
belum
mencakup
keseluruhan perusahaan yang
terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia.
2. Periode
penelitian
dalam
penelitian relatif pendek.
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
3. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
sembilan
variabel
independen.
Sementara masih banyak
variabel-variabel lain yang
belum
diuji
sehingga
kesembilan
variabel
ini
belum
menggambarkan
kebijakan
hutang
perusahaan
secara
keseluruhan.
4. Terjadinya
Heteroskedatisitas
pada
salah satu variabel dalam
penelitian
ini
yaitu
pertumbuhan perusahaan.
Dari
keterbatasanketerbatasan penelitian di atas,
maka rekomendasi yang dapat
diberikan
untuk
penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
November 2012
1. Penelitian selanjutnya dapat
memperluas objek penelitian.
Tidak hanya terbatas pada
perusahaanperusahaan
manufaktur saja, contohnya:
perusahaan
non
keuangan,
perusahaan keuangan.
2. Penelitian selanjutnya dapat
memperluas periode penelitian,
misalnya lima tahun.
3. Penelitian selanjutnya dapat
memperluas
variabel-variabel
penelitian yang diperkirakan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang,
yaitu
stockholder
ownership.
4. Penelitian
selanjutnya
diharapkan
tidak
terjadi
heteroskedasitas terhadap salah
satu variabel independen.
REFERENSI
Brealey, Richard A., Steward C.Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate
Finance. New York: McGraw-Hill.
Christianti, Ari. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade
Off atau Pecking Order Theory. Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang. Agustus 2006. K-AKPM 25.
Febriyani, Nina, dan Ceacilia Srimindarti. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan LQ-45 di
Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Dinamika Keuangan dan
Perbankan. Nopember 2010. Vol. 2, No. 2. Hlm. 138-159.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.
Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., and Chad J.Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance 13th edition. Edinburgh Gate: Pearson Education.
Hadianto, Bram. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi
Periode 2000-2006: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order. Jurnal
Manajemen. 2008. Vol. 7, No. 2. Hlm. 1-15.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Ralph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey:
Pearson Education.
110
ISSN: 1410 -9875
Ferry Suhardjo
Hidayah, Nur, dan Aprih Santoso. 2012. Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Aktiva, Kesempatan Tumbuh, Kepemilikan Manajerial, dan Dividen
Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI 2008-2010.
Joni, dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2. Hlm. 81-96.
Kieso, Donald E., Jerry J.Weygandt, and Terry D.Warfield. 2011. Intermediate
Accounting Volume 1 IFRS Edition. USA: Wiley.
Margaretha, Farah, dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2.
Hlm. 119-130.
Murhadi, Werner Ria. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia
Tenggara. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. September 2011.Vol.
13,No. 2. Hlm. 91-98.
Myers, Stewart C. 2001. Capital Structure. The Journal of Economic
Perspectives. Vol. 15, No. 2. Pp. 81-102.
Prabansari, Yuke, dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta.
Kajian Bisnis dan Manajemen. Hlm. 1-15.
Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. April 2011. Vol. 13, No. 1. Hlm. 39-56.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business. Great
Britain: Wiley.
Sheikh, Nadeem Ahmed, and Zongjun Wang. 2011. Determinants of Capital
Structure: An Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of
Pakistan. Managerial Finance. 2011. Vol. 37, No. 2. Pp. 117-133.
Sulistyowati, Wiwit Apit. 2009. Penentuan Kebijakan Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hlm. 1-23.
http: //eprints.undip.ac.id/8145/1/
Widjaja, Indra, dan Faris Kasenda. 2008. Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap
Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi Di BEI.
Jurnal Manajemen/Tahun XII. Juni 2008. No. 02. Hlm. 139-150.
Wijaya, M.Sienly Veronica, dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh Struktur
Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian
Hipotesis Pecking Order. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Mei 2008. Vol. 7. No.
1. Hlm. 71-84.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial
Accounting IFRS Edition.USA: Wiley.
Yulianto, Agung. 2011. Determinasi Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Media Ekonomi dan Teknologi
Informasi. September 2011. Vol. 17. No. 2. Hlm. 116.
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
112
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 113-128
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TERHADAP STRUKTUR MODAL
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
DEWI AGUSTINA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to investigate the effects of
profitability, liquidity, size, business risk, growth opportunity, managerial
ownership, asset structure, asset growth to capital structure. This study was
also to improve consistency of result from prior studies. The samples of this
study consist of 228 data from 76 manufactures company that has been
listing on Indonesia Stock Exchange for the period 2008 to 2010 by purposive
sampling method. This study also use multiple regression method to
investigate relation between each independent variable to capital structure.
The empirical evidences from this study indicates profitability, size, business
risk, managerial ownership, asset structure, have influences to capital
structure, but liquidity, growth opportunity and asset growth do not have
influences to capital structure.
Keywords: Capital Structure, Profitability, Liquidity, Size, Business Risk,
Growth Opportunity, Managerial Ownership, Asset Structure, Asset
Growth.
bagi
perusahaan
untuk
mempertahankan diri dari ancaman
kebangkrutan
karena
pada
umumnya
perusahaan
tidak
terlepas dari masalah kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kebutuhan dana yang
akan
digunakan baik untuk operasional
dan
mengembangkan
usahanya
tersebut.
Sumber
dana
yang
dibutuhkan tersebut dapat berasal
dari sumber dana internal maupun
eksternal. Sumber dana internal
dapat diperoleh dari dana yang
didapat dari kegiatan operasional
PENDAHULUAN
Permodalan merupakan bagian yang
sangat penting dalam dunia bisnis
karena berhubungan dengan banyak
pihak, seperti pemegang saham,
pihak
kreditur,
dan
pihak
manajemen perusahaan sendiri.
Pada prinsipnya setiap perusahaan
dalam
melakukan
kegiatannya
selalu membutuhkan
dana
dan
tidak dapat dipisahkan dari masalah
permodalan
(Yoga,
2010).
Pengelolaan permodalan
yang
efektif akan memberikan kekuatan
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
perusahaan atau dapat berupa laba
ditahan. Sedangkan sumber dana
ekternal merupakan dana yang
diperoleh dari kegiatan diluar usaha
seperti kreditur, penerbitan surat
obligasi, dan pemilik perusahaan,
dana yang diperoleh dari pemilik
perusahaan
merupakan
modal
sendiri, sedangkan kreditur dan
obligasi merupakan hutang bagi
perusahaan.
Tugas penting dari manajer
keuangan dalam mencapai tujuan
yaitu
mengembangkan
nilai
perusahaannya
dengan
pengambilan keputusan pendanaan
perusahaan. Keputusan pendanaan
memiliki kaitan dengan penentuan
proporsi
dari
hutang
menjadi
penting
karena
berhubungan
dengan
kepentingan
pemegang
saham dan keputusan pendanaan
yang dilakukan secara tidak cermat
akan menimbulkan biaya
tetap
dalam bentuk biaya modal yang
tinggi
yang
akan
berakibat
menurunnya
profitabilitas
perusahaan tersebut. Menentukan
tingkat struktur modal yang optimal
merupakan tujuan dari keputusan
pendanaan. Struktur modal yang
optimal adalah tingkat bauran
hutang dan ekuitas yang dapat
meningkatkan
nilai
dari
perusahaan.
Peran
manajer
keuangan sangat berpengaruh pada
penentuan struktur modal yang
paling optimal.
Posisi keuangan perusahaan
sangat dipengaruhi oleh baik atau
buruknya
struktur
modal
perusahaan
tersebut
yang
menjadikan pengambilan keputusan
struktur modal merupakan masalah
yang sangat penting.Pengelolaan
struktur
modal
dilakukan
perusahaan dengan sangat hati-hati
karena banyaknya faktor yang
114
November 2012
mempengaruhinya. Faktor tersebut
antara lain profitabilitas, tingkat
likuiditas, ukuran
perusahaan,
risiko
bisnis,
kepemilikan
manajerial, growth opportunity
dan struktur aktiva.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk mengembangkan penelitian
sebelumnya
dikarenakan
oleh
pentingnya
informasi
mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya
hutang
perusahaan.
Penelitian
ini
mengacu
pada
penelitian Seftianne dan Handayani
(2011). Berdasarkan penelitan yang
dilakukan
terdahulu,
maka
pengembangan dalam penelitian ini
adalah objek penelitian terdahulu
adalah
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di bursa efek pada
tahun
2007-2009,
sedangkan
penelitian
ini
menggunakan
perusahaan yang
sama
dengan
tahun yang berbeda yaitu 20082010.
Penelitian
terdahulu
(Seftianne dan Handayani 2011)
menggunakan variabel antara lain
profitabilitas, tingkat likuiditas,
ukuran perusahaan, risiko bisnis,
kepemilikan manajerial, growth
opportunity dan struktur aktiva
(Seftianne dan Handayani 2011),
sedangkan
penelitian
ini
menambahkan variabel baru yaitu
pertumbuhan aktiva (Yoga 2010).
Penambahan
variabel
tersebut
diharapkan
akan
menambah informasi yang berguna
untuk manajer keuangan dalam
menetukan alternatif yang terbaik
untuk mendapat pendanaan yang
efisien
dalam
pengambilan
keputusan pendanaan yang terbaik.
Penambahan variabel dan
menggunakan sampel pada tahun
yang berbeda untuk penelitian ini
diharapkan dapat menguji faktorfaktor yang mempengaruhi struktur
ISSN: 1410 -9875
modal agar dapat diketahui apakah
hasil penelitian
ini
konsisten
dengan penelitian terdahulu.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Asymmetric Information Theory
Asymmetric
information
theory merupakan suatu kondisi
dimana
manajer
perusahaan
memiliki lebih banyak informasi
tentang
operasi
dan
prospek
kedepannya
dari
perusahaan
dibandingkan dengan pihak lainnya
(Gitman 2012). Dalam perusahaan,
manajer perusahaan akan memiliki
informasi yang lebih banyak dan
lebih baik dibandingkan informasi
yang dimiliki oleh investor. Adanya
teori tersebut membuat manajer
perusahaan akan
lebih
leluasa
untuk
bertindak
di
dalam
menentukan
strategi
capital
structure karena lebih menguasai
informasi yang terjadi di dalam
perusahaan dengan pertimbangan
dari sisi manajer perusahaan yang
cenderung
memilih
pendanaan
dengan biaya rendah. Informasi
baru yang ada
selalu
relevan
dengan harga saham yang beredar
di pasar, sebenarnya informasi ini
bersifat murah dan harus tersedia
bagi semua pihak. Namun, karena
kompetisi pasar diantara para
investor membuat informasi baru
segera direfleksikan ke dalam harga
saham di pasar secara cepat,
sehingga terjadi pula kompetisi
dalam mencari informasi untuk
mendapatkan keuntungan sesaat
(Indrawati dan Suhendro
2006
dalam Seftianne dan Handayani
2011).
Dewi Agustina
Agency Theory
Agency theory (Jensen dan
Meckling 1976) menyatakan bahwa
agency
relationship
merupakan
sebuah ikatan kerja dimana satu
orang atau lebih sebagai pemegang
saham
perusahaan
(principal)
menunjuk pihak lain (agent) untuk
memberikan
pelayanan
dan
pengambilan keputusan atas nama
principal. Apabila
kedua
belah
pihak
berusaha
untuk
memaksimumkan utility masingmasing, maka dipastikan bahwa
agent
tidak
akan
berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
memenuhi keinginan dari pemegang
saham
perusahaan
(principal).
Principal
akan
berusaha
meminimalkan penyimpangan dari
agent agar tetap fokus kepada
tujuan dari principal.
Teori agensi (Horne 1995
dalam Nurrohim 2008) adalah suatu
teori yang menjelaskan adanya
pertentangan
posisi
antara
manajemen (sebagai agen) dengan
pemegang saham (sebagai pemilik).
Para pemegang saham
berharap
agar agen akan bertindak atas
kepentingan
mereka
sehingga
perusahaan dapat meningkatkan
nilainya,
sekaligus
memberikan
keuntungan bagi pemegang saham.
Untuk melakukan fungsinya dengan
baik, maka manajemen harus
diberikan insentif yang memadai,
dan juga sekaligus pengawasan
yang baik. Pengawasan dapat
dilakukan dengan cara seperti
pengikatan
agent,
pemeriksaan
laporan
keuangan,
pembatasan
terhadap keputusan yang dapat di
ambil
manajemen.
Kegiatan
pengawan
yang
tentu
saja
membutuhkan biaya. Biaya ini yang
disebut dengan biaya agensi. Biaya
agensi merupakan biaya-biaya yang
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
berhubungan dengan pengawasan
manajemen
untuk
meyakinkan
bahwa
manajemem
bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian
kontraktual
perusahaan
dengan
kreditor dan pemegang saham
(Horne dan Wachowicz 1998 dalam
Saidi 2004).
Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama
kali oleh Donaldson pada
tahun
1961, sedangkan penamaan pecking
order theory dilakukan oleh Myers
pada tahun 1984 (Saidi 2004). Pada
umumnya,
penentuan
struktur
modal perusahaan dengan pecking
order theory didasarkan pada
keputusan
pendanaan
secara
hierarki dari
pendanaan yang
bersumber pada laba, hutang,
sampai pada saham (dimulai dari
sumber
dana
dengan
biaya
termurah), dalam teori
ini
dijelaskan mengapa perusahaan‐
perusahaan
yang
profitable
umumnya meminjam dalam jumlah
yang sidikit, hal tersebut bukan
disebabkan
karena
mereka
mempunyai debt ratio yang rendah
tetapi karena mereka memerlukan
pendanaan dari luar yang sedikit.
Teori ini disebut pecking order
karena
teori
ini
menjelaskan
mengapa
perusahaan
akan
menentukan sumber dana yang
paling disukai. Secara ringkas teori
ini menjelaskan bahwa (Husnan dan
Pudjiastuti 2004 dalam
Hasan
2006):
1. Internal financing (pendanaan
dari operasi perusahaan) lebih
disukai oleh perusahaan.
2. Perusahaan
mencoba
menyesuaikan rasio pembagian
deviden
yang
ditargetkan
dengan berusaha menyadari
perubahan
pembayaran
116
3.
4.
November 2012
deviden perusahaan secara
drastis.
Kebijakan
deviden
yang
relatif tidak berubah disertai
dengan fluktuasi profitabilitas
dan kesempatan
investasi
yang tidak
bisa
diduga
mengakibatkan bahwa
dana
hasil
operasi kadang-kadang
melebihi
kebutuhan
dana
untuk
investasi, meskipun
pada
kesempatan yang lain
mungkin
kurang.
Apabila
dana hasil
operasi kurang
dari kebutuhan
investasi,
maka
perusahaan
akan
mengurangi saldo
kas
atau menjual sekuritas yang
dimiliki.
Apabila pendanaan dari luar
dilakukan,
maka
perusahaan akan menerbitkan
sekuritas yang
paling aman
terlebih dahulu, yang dimulai
dengan penerbitan
obligasi
yang diikuti oleh
sekuritas
yang berkarakteristik
opsi
(seperti
obligasi
konversi,
dimana obligasi yang
dapat
ditukar
menjadi
sejumlah
saham biasa tertetu),
baru
akhirnya
saham
baru
diterbitkan.
Dana internal lebih
disukai
dari dana eksternal karena dana
internal memungkinkan perusahaan
untuk tidak perlu membuka diri lagi
dari sorotan pemodal luar dan dana
internal lebih disukai dalam bentuk
hutang daripada modal sendiri
karena dua alasan. Pertama adalah
manajer
khawatir
apabila
penerbitan
saham
baru
akan
ditafsirkan sebagai kabar
buruk
oleh para pemodal dan membuat
harga saham akan turun. Hal ini
disebabkan
antara
lain
oleh
kemungkinan
adanya
asimetris
antara pihak manajemen dengan
ISSN: 1410 -9875
pihak pemodal. Kedua, mengenai
pertimbangan biaya emisi karena
biaya emisi obligasi lebih murah
dari biaya emisi saham baru. Hal ini
disebabkan
karena
penerbitan
saham baru akan menurunkan harga
saham yang lama (Nurrohim 2008).
Struktur Modal
Struktur
modal
suatu
perusahaan merupakan gabungan
antara utang perusahaan (debt) dan
modal sendiri (equity). Utang
perusahaan (debt)
berasal dari
utang kepada kreditur maupun
penerbitan obligasi perusahaan.
Modal sendiri (equity) berasal dari
paid in capital, common stock,
retained earning, dan dikurangi
treasury stock (internal equity).
Modal sendiri juga dapat berasal
dari eksternal equity yaitu apabila
perusahaan
menjual
sahamnya
kepada investor. Bermacam cara
sumber dana dari suatu perusahaan
membuat
manajer
keuangan
perusahaan dituntut untuk mampu
membuat
keputusan
sumber
pendanaan
yang
tepat
bagi
perusahaan.
Masing-masing
keputusan
sumber
pendanaan
tersebut mempunyai karakteristik
keuangan dan konsekuensi yang
berbeda
terhadap
perusahaan
(Indrawati dan Suhendro 2006).
Menurut
Seftianne
dan
Handayani (2011) struktur modal
adalah gabungan dari berbagai
sumber
pendanaan,
dengan
kategori utamanya adalah hutang
atau ekuitas,
yang
digunakan
perusahaan
untuk
mendanai
investasi-investasi asetnya.
Teori
struktur
modal
menjelaskan mengenai apakah ada
pengaruh perubahan struktur modal
terhadap nilai perusahaan yang
tercermin
dari
harga
saham
Dewi Agustina
perusahaan.
Apabila
dengan
merubah struktur modal ternyata
nilai perusahaan berubah, maka
akan diperoleh struktur modal yang
optimal. Struktur modal yang
optimal merupakan suatu kondisi
dimana sebuah perusahaan dapat
menggunakan kombinasi hutang dan
ekuitas
secara
ideal,
yaitu
menyeimbangakan nilai perusahaan
dan biaya atas struktur modalnya.
Struktur modal yang optimal dapat
berubah sepanjang waktu, yang
dapat mempengaruhi biaya modal
tertimbang (weighted average cost
of capital). Selanjutnya, perubahan
biaya modal akan mempengaruhi
keputusan anggaran modal dan
akhirnya akan mempengaruhi harga
saham perusahaan (Firnanti 2011).
Profitabilitas
Menurut
Seftianne
dan
Handayani
(2011)
profitabilitas
adalah suatu ukuran kemampuan
perusahaan untuk
menghasilkan
laba dalam suatu periode tertentu.
Menurut Joni dan Lina (2010) rasio
profitabilitas merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
(profitabilitas) pada tingkat modal,
penjualan dan aktiva. Ada tiga rasio
yang dapat digunakan dalam rasio
profitabilitas, yaitu rasio profit
margin, return on assets (ROA) dan
return on equity (ROE). Profit
margin mengukur sejauh mana
perusahaan
menghasilkan
laba
bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Rasio profit margin yang
rendah
dapat
menunjukan
ketidakefisienan manajemen. ROA
menunjukkan
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki
perusahaan.
Sedangan
ROE
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
menggambarkan
tingkat
return
yang dihasilkan perusahaan bagi
pemegang sahamnya.
Tingkat profitabilitas dapat
menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
mendanai
kegiatan operasionalnya sendiri.
Selain
itu,
profitabilitas
juga
menunjukan
kemampuan
perusahaan untuk membayar utang
jangka panjang dan bunganya.
Profitabilitas yang tinggi juga
merupakan daya
tarik
bagi
penanam
modal
perusahaan.
(Firnanti 2011)
Tingkat Likuiditas
Menurut
Pecking
Order
Theory, perusahaan yang memiliki
tingkat
likuiditas
tinggi
akan
cenderung
tidak
menggunakan
pembiayaan dari hutang. Hal ini
disebabkan
perusahaan
dengan
tingkat likuiditas tinggi mempunyai
dana internal yang besar, sehingga
perusahaan tersebut lebih memilih
pembiayaan dari
internalnya
terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan
pembiayaan
eksternal
melalui
hutang. (Seftianne dan Handayani
2011).
Menurut pecking order theory,
sebuah
perusahaan
yang
mempunyai likuiditas tinggi akan
cenderung
tidak
menggunakan
pembiayaan melalui hutang. Hal ini
disebabkan
karena
perusahan
dengan likuiditas tinggi mempunyai
dana internal yang besar sehingga
perusahaan tersebut akan lebih
memilih
menggunakan
dana
internalnya terlebih dahulu untuk
membiayai investasinya sebelum
menggunakan
pembiayaan
eksternal
melalui
hutang.
(Setiawan 2006)
118
November 2012
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
akan
menggambarkan besar
kecilnya
suatu perusahaan. Besar kecilnya
perusahaan dapat ditinjau dari
lapangan usaha yang dijalankan.
Penentuan skala perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan
total
aktiva, total penjualan, rata-rata
total aktiva, dan rata-rata tingkat
penjualan. Apabila pertumbuhan
penjualan atau assets
bernilai
positif
berarti
mencerminkan
semakin besar ukuran perusahaan,
sehingga
memperbanyak
pula
alternatif pendanaan yang dapat
dipilih
dalam
meningkatkan
profitnya (Mardiana 2005).
Ukuran perusahaan merupakan
gambaran
kemampuan
finansial
perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Ukuran perusahaan yang
besar, dianggap sebagai suatu
indikator
yang
menggambarkan
tingkat risiko bagi investor untuk
melakukan
investasi
pada
perusahaan
tersebut.
Dalam
beberapa penelitian, kemampuan
finansial perusahaan dilihat dari
berbagai sisi, yaitu dilihat dari
penjualan bersih atau
jumlah
aktiva yang
dimiliki
oleh
perusahaan (Joni dan Lina 2010).
Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan
maka akan menggunakan jumlah
pinjaman yang lebih besar karena
perusahaan memiliki total aktiva
yang besar sehingga kreditur akan
berani memberikan pinjaman yang
lebih besar. Perusahaan besar
memiliki total aktiva yang besar
sehingga
pada
saat
terjadi
kebangkrutan, kreditur akan dapat
memperoleh jaminan atas pinjaman
yang
diberikan.
Jadi,
ukuran
perusahaan
akan
berpengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap
struktur
perusahaan (Mas’ud 2008).
Dewi Agustina
modal
Risiko Bisnis
Risiko bisnis merupakan risiko
dari perusahaan saat tidak mampu
menutupi biaya operasionalnya dan
dipengaruhi
oleh
stabilitas
pendapatan dan
biaya.
Suatu
perusahaan dengan risiko bisnis
yang tinggi cenderung menghindari
pendanaan dengan menggunakan
hutang
di
bandingan
dengan
perusahaan dengan risiko bisnis
yang lebih rendah (Gitman 2009
dalam Seftianne dan Handayani
2011).
Level
risiko
bisnis
suatu
perusahaan
dipengaruhi
oleh
stabilitas pendapatan dan struktur
biaya operasionalnya. Selain itu,
risiko bisnis dapat terjadi bila
perusahaan memiliki hutang yang
terlalu tinggi porsinya. Hal ini
dikarenakan perusahaan
dinilai
perlu untuk menyediakan
dana
dalam jumlah yang memadai guna
persiapan pelunasan
hutangnya
serta adanya beban bunga yang
ditanggung
perusahaan.
Suatu
perusahaan dinilai
menghadapi
risiko bisnis jika ia menghasilkan
laba yang berfluktuasi antara satu
periode dengan periode yang lain
sehingga semakin tinggi risiko
mengindikasikan
semakin
tinggi
ketidakpastian suatu perusahaan
dalam memperoleh laba yang
menuntut
perusahaan
harus
mempunyai dana internal yang baik
untuk pembiayaan perusahaan (Joni
dan Lina 2010).
Growth Opportunity
Growth Opportunity adalah
peluang
pertumbuhan
suatu
perusahaan di masa yang akan
datang.
Perusahaan-perusahaan
yang
memiliki
prediksi
akan
pertumbuhan di masa yang akan
datang
cenderung
memilih
menggunakan
saham
untuk
mendanai operasional perusahaan.
Dengan demikian perusahaan yang
memiliki
peluang
pertumbuhan
yang rendah akan lebih banyak
menggunakan
hutang
jangka
panjang (Srimirdarti 2010). Growth
opportunity merupakan rasio harga
pasar per lembar saham dibagi
dengan nilai buku per lembar
saham.
Dalam peneltian
Setiawan
(2006),
perusahaan
yang
mempunyai growth
opportunity
tinggi
akan
menghadapi
kesenjangan informasi yang tinggi
antara manajer dan investor luar
tentang kualitas proyek investasi
perusahaan. Adanya kesenjangan
informasi tersebut menyebabkan
biaya modal ekuitas saham lebih
besar dibanding biaya modal hutang
karena
dipandang
dari
sudut
investor, modal saham dipandang
lebih
beresiko
dibandingkan
hutang.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
merupakan
kepemilikan
saham
perusahaan oleh pihak manajer dan
manajer juga sekaligus sebagai
pemegang saham. Dengan adanya
kepemilikan manajerial tentu akan
mendorong pihak manajer untuk
bertindak sejalan dengan keinginan
pemegang
saham
dengan
meningkatkan tanggung jawab dan
kinerja
dalam
mencapai
kemakmuran pemegang saham. Hal
ini dikarenakan manajer akan
merasakan langsung manfaat dari
setiap keputusan yang diambil dan
juga kerugian yang timbul apabila
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
membuat keputusan yang salah
(Imanta dan Satwiko 2011).
Ada beberapa alternatif yang
digunakan
untuk
mengurangi
agency cost, salah satunya adalah
dengan meningkatkan kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen
dan selain itu manajer merasakan
langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dan juga apabila ada
kerugian yang timbul sebagai
konsekuensi
dari
pengambilan
keputusan yang salah. Kepemilikan
ini
akan
mensejajarkan
kepentingan manajemen dengan
pemegang saham (Jensen and
Meckling 1976 dalam Seftianne dan
Handayani 2011).
Struktur Aktiva
Struktur aktiva merupakan
penentuan berapa besar jumlah
alokasi
untuk
masing-masing
komponen aktiva baik dalam aktiva
lancar
maupun
aktiva
tetap
(Syamsudin 1985 dalam Mardiana
2005).
Struktur
aktiva
mencerminkan
dua
komponen
aktiva secara garis besar dalam
komposisinya yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap. Aktiva lancar
merupakan uang kas dan aktivaaktiva
lain
yang
dapat
direalisasikan menjadi uang kas
atau jual atau dikonsumsi dalam
suatu periode
akuntansi yang
normal. Sedangkan aktiva tetap
adalah
aktiva
berwujud
yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dahulu yang
digunakan
dalam
operasi
perusahaan, tidak
dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu
tahun, sehingga penanam modal
dalam aktiva tetap merupakan
investasi
jangka
panjang.
120
November 2012
Penentuan berapa besarnya jumlah
alokasi
untuk
masing-masing
komponen aktiva tersebut akan
mencerminkan kemampuan atau
besarnya jaminan dan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan atas
pinjaman
yang
dilakukannya
(Seftianne dan Handayani 2011).
Struktur
aktiva
menggambarkan sebagian jumlah
asset yang dapat dijadikan jaminan
(collateral value of assets). Myers
dan Majluf (1984) dalam Hasan
(2006)
menyatakan
bahwa
komposisi
aktiva
yang
dapat
dijadikan
jaminan
perusahaan
dapat
mempengaruhi
pembiayaannya. Seorang investor
akan lebih mudah memberikan
pinjaman bila disertai jaminan yang
ada. Disisi lain, jika perusahaan
menggunakan hutang yang disertai
dengan
jaminan
maka
akan
mengurangi resiko kebangkrutan
perusahaan.
Pada umumnya, perusahaan
industri dimana sebagian besar
daripada modalnya tertanam dalam
aktiva tetap (fixed assets), akan
mengutamakan
pemenuhan
modalnya
dari
modal
yang
permanen, yaitu modal sendiri,
sedangkan hutang sifatnya sebagai
pelengkap.
Hal
ini
dapat
dihubungkan dengan adanya aturan
struktur
finansial
konservatif
horisontal yang menyatakan bahwa
besarnya modal sendiri hendaknya
paling sedikit dapat menutup
jumlah aktiva tetap plus aktiva lain
yang
sifatnya
permanen.
Perusahaan yang sebagian
besar
dari aktivanya terdiri atas aktiva
lancar
akan
mengutamakan
kebutuhan dananya dengan hutang
(Riyanto 1995, 298 dalam Saidi
2004).
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Pertumbuhan Aktiva
Pertumbuhan aktiva
pada
dasarnya
menggambarkan
bagaimana
perusahaan
menginvestasikan dana
yang ia
miliki untuk kegiatan operasi dan
investasi. Peningkatan
jumlah
aktiva, baik aktiva lancar maupun
aktiva
jangka
panjang
membutuhkan
dana,
dengan
alternatif pendanaan internal atau
dengan pendanaan eksternal (Joni
dan Lina 2010).
Perusahaan yang memiliki
tingkat pertumbuhan perusahaan
cepat
cenderung
menggunakan
hutang
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan perusahaan
yang tingkat
pertumbuhannya
rendah (Weston dan Brigham 1994
dalam
Yoga
2010).Tingkat
pertumbuhan
perusahaan
dinyatakan dengan angka indeks
pertumbuhan
yaitu
alat
ukur
perubahan jumlah aktiva pada tiaptiap tahun yang bersangkutan
berdasarkan tahun dasar
(Yoga
2010).
Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
Ha1 : Profitabilitas berpengaruh
terhadap struktur modal.
Ha2
:
Tingkat
likuiditas
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Ha3 : Ukuran
perusahaanberpengaruh
terhadap struktur modal.
Ha4 : Risiko bisnis berpengaruh
terhadap struktur modal.
Ha5
:
Growth
opportunity
perusahaan
berpengaruh
terhadap struktur modal.
Ha6 :
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
struktur modal
Ha7 : Struktur aktiva berpengaruh
terhadap struktur modal
Ha8 : Pertumbuhan
aktiva
berpengaruh
terhadap
struktur modal
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
sampling. Hasil pemilihan sampel dapat dilihat di table berikut:
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008–2010
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
keuangan per 31 Desember
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak memiliki EAT positif
Perusahaan yang tidak aktif dalam perdagangan saham
Total data yang digunakan dalam penelitian
purposive
Jumlah
Perusahaan
120
Jumlah
Data
360
( 1)
(3)
( 4)
( 12 )
( 37 )
(2)
76
( 111 )
(6)
228
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
3.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah struktur
modal. Struktur modal didefinisikan
sebagai
perimbangan
jumlah
hutang jangka pendek yang bersifat
permanen, hutang jangka panjang,
saham preferen, dan saham biasa.
Skala pengukuran yang digunakan
untuk variabel ini adalah
skala
rasio. Untuk mengukur struktur
modal
dalam
penelitian
ini,
menggunakan skala rasio yaitu DR
(Debt Ratio). Menurut Seftianne
dan Handayani (2011)
struktur
modal dapat dihitung dengan
rumus:
Long Term Debt
Debt Ratio =
Total Asset
3.3.2. Variabel Independen
Adapun beberapa variabel
independen dalam obyek penelitian
ini didefinisikan sebagai berikut:
3.3.2.1. Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba. Ukuran dari
profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian mengacu pada penelitian
Joni dan Lina (2010), yaitu
menggunakan rasio return on asset
(ROA) sebagai ukuran profitabilitas.
Skala pengukuran yang digunakan
untuk variabel ini adalah
skala
rasio. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Earnings After Taxes
ROA =
Total Assets
122
November 2012
3.3.2.2. Tingkat Likuiditas
Tingkat likuiditas (Current
Ratio)
merupakan
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya dengan aktiva lancar
yang dimilikinya. Menurut Seftianne
dan
Handayani
(2010)
untuk
mengukur tingkat likuiditas dapat
skala
rasio
yaitu
dengan
menggunakan current ratio yang
diukur dengan rumus berikut:
Aktiva Lancar
CR =
Hutang Lancar
3.3.2.3. Ukuran Perusahaan
Ukuran
Perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya
aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Ukuran
perusahaan
diproksikan
dengan
menggunakan
logaritma
natural (In) dari total aktiva
perusahaan. Skala pengukuran yang
digunakan untuk variabel ini adalah
skala rasio. Menurut Seftianne dan
Handayani
(2011,
49)
ukuran
perusahaan dapat diukur dengan
rumus:
Size = In (Total Asset)
3.3.2.4. Risiko Bisnis
Risiko
bisnis
adalah
ketidakpastian
dalam
proyeksi
perusahaan
atas
tingkat
pengembalian atau laba di masa
mendatang..
Skala
pengukuran
yang digunakan untuk variabel ini
adalah skala rasio. Rumus untuk
menghitung risiko bisnis menurut
Seftianne dan Handayani (2011)
adalah sebagai berikut:
RISK = STD Return Sahan
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Return saham dapat dihitung
dengan rumus
Pt‐Pt‐1
Return = σ
Pt‐1
Pt = Closing price bulanan pada
bulan t
Pt-1= Closing proce bulanan pada
bulan t-1
STD= Standart Deviasi
3.3.2.5. Growth Opportunity
Growth
Opportunity
diartikan sebagai rasio harga pasar
per lembar saham dibagi dengan
nilai buku per lembar saham.
Pengukuran ini sesuai dengan
perngukuran growth opportunity
pada penelitian Setiawan (2006).
Pengukuran
variabel
growth
opportunity menurut Seftianne dan
Handayani (2011) dilakukan dengan
menggunakan rumus:
Harga Pasar per Lembar Saham
Growth Opportunity =
Nilai Buku per Lembar Saham
dan nilai 0 untuk perusahaan yang
tidak
ada
kepemilikan
manajerialnya.
(Seftianne
dan
Handayani 2011)
3.3.2.7. Struktur Aktiva
Struktur
aktiva
menggambarkan jumlah aktiva yang
dapat dijadikan jaminan ketika
perusahaan melakukan pinjaman
kepada kreditur. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Rumus untuk menghitung struktur
aktiva menurut Seftianne dan
Handayani (2011) adalah sebagai
berikut:
Total Aktiva Tetap
Struktur Aktiva =
Total Aktiva
3.3.2.8. Pertumbuhan Aktiva
Tingkat
pertumbuhan
perusahaan
dinyatakan
dengan
angka indeks pertumbuhan yaitu
alat ukur perubahan jumlah aktiva
pada
tiap-tiap
tahun
yang
bersangkutan berdasarkan tahun
dasar. Rumus untuk menghitung
pertumbuhan aktiva menurut Yoga
(2010) adalah :
Aktiva t – aktiva t‐1
Pertumbuhan Aktiva =
Aktiva t‐1
3.3.2.6. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
(DMOWN) adalah jumlah pemegang
saham dari pihak manajemen yang
secara
aktif
ikut
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan.
Karena
terdapat
kecenderungan data di Indonesia
bersifat binomial (ada atau tidak
ada) maka dalam pengukuran
digunakannya
dummy
variable.
Nilai 1 untuk perusahaan yang
terdapat kepemilikan manajerial
Model regresi berganda dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
Y
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +
β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 +
β8X8 + ε
Keterangan:
Y
= Struktur Modal
β0
= Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien
regresi
X1
= Profitabilitas
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
X2
X3
X4
X5
=
=
=
=
Tingkat Likuiditas
Ukuran Perusahaan
Risiko Bisnis
Growth Opportunity
X6
X7
X8
ε
=
=
=
=
November 2012
Kepemilikan Manajerial
Struktur Aktiva
Pertumbuhan Aktiva
Error term/residual
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif dapat dilihat di table berikut ini:
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Struktur Modal
Profitabilitas
Tingkat likuiditas
Ukuran perusahaan
Risiko bisnis
Growth opportunity
Struktur aktiva
Pertumbuhan aktiva
N
Minimum
Maximum
Mean
228
228
228
228
228
228
228
228
0.0014
0.0003
0.4817
11.1531
0.0115
0.0438
0.0989
-0.3235
0.5490
0.4162
11.7429
18.8493
0.9313
38.9694
0.9930
1.0518
0.1153
0.0985
2.3769
14.0801
0.1614
2.4750
0.4381
0.1204
Hasil Uji t dapat dilihat di table di
bawah ini
Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
DR
ROA
CR
Size
Risk
GROWTH
DMOWN
SA
PA
1.
124
Unstandardized
Coefficients
B
-0.271
-0.214
0.004
0.020
0.145
-0.001
-0.045
0.265
-0.013
Sig.
0.000
0.043
0.373
0.000
0.009
0.559
0.001
0.000
0.711
Variabel profitabilitas
(ROA)
memiliki
nilai
signifikansi
(0.043) lebih kecil dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh
terhadap struktur modal. Hal
ini berarti bahwa hipotesis
Std.
Deviation
0.1150
0.0932
1.8906
1.4814
0.1247
4.6137
0.1717
0.1925
pertama
(profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur
modal) berhasil diterima. Hal
tersebut
sejalan
dengan
pecking order theory bahwa
perusahaan akan cenderung
menggunakan dana internal
terlebih dahulu dibandingkan
dengan dana eksternal.
2. Variabel tingkat likuiditas (CR)
memiliki
nilai
signifikansi
(0.373) lebih besar dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
tingkat
likuiditas tidak berpengaruh
terhadap struktur modal. Hal
ini berarti bahwa
hipotesis
kedua
(tingkat
likuiditas
berpengaruh terhadap struktur
modal) tidak berhasil diterima.
Dengan
demikian
berarti
perusahaan
yang
memiliki
tingkat likuiditas tinggi lebih
tidak memilih pinjaman jangka
ISSN: 1410 -9875
pendek dibandingkan pinjaman
modal jangka panjang.
3. Variabel ukuran
perusahaan
(Size) memiliki nilai signifikansi
(0.000) lebih kecil dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap struktur modal. Hal
ini
berarti bahwa hipotesis
ketiga
(ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap struktur
modal)
berhasil
diterima.
Dengan
demikian
ukuran
perusahaan
mempengaruhi
perusahaan
dalam
mendapatkan pinjaman jangka
panjang.
4. Variabel risiko bisnis (RISK)
memiliki
nilai
signifikansi
(0.009) lebih kecil dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat
disimpulkan bahwa risiko bisnis
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hal ini berarti hipotesis
keempat
(risiko
bisnis
berpengaruh terhadap struktur
modal)
berhasil
diterima.
Dengan demikian risiko bisnis
dalam
suatu
perusahaan
mempengaruhi
keputusan
dalam hal pendanaan dari suatu
perusahaan.
5. Variabel growth opportunity
(GROWTH)
memiliki
nilai
signifikansi (0.559) lebih besar
dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat disimpulkan
bahwa
growth
opportunity
tidak
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hal ini berarti hipotesis
ketujuh (growth opportunity
berpengaruh terhadap struktur
modal) tidak berhasil diterima.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
perusahaan
yang
memiliki growth opportunity
yang tinggi tidak cenderung
Dewi Agustina
menggunakan pendanaan dari
saham.
6. Variabel
kepemilikan
manajerial (DMOWN) memiliki
nilai signifikansi (0.001) lebih
kecil dari alpha (α=0,05) maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemilikan
manajerial
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hal ini berarti hipotesis
kelima (kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap struktur
modal)
berhasil
diterima.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
adanya
pemegang saham dalam pihak
manajerial yang ikut dalam
pengambilan keputusan akan
mempengaruhi struktur modal
suatu perusahaan.
7. Variabel struktur aktiva (SA)
memiliki
nilai
signifikansi
(0.000) lebih kecil dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
struktur
aktiva berpengaruh
terhadap
stuktur modal. Hal ini berarti
hipotesis
keenam
(struktur
aktiva memiliki berpengaruh
terhadap
struktur
modal)
berhasil
diterima.
Dengan
demikian
perusahaan
yang
memiliki aktiva yang tinggi
cenderung
menggunakan
pinjaman jangka panjang.
8. Variabel pertumbuhan aktiva
(PA) memiliki nilai signifikansi
(0.711) lebih besar dari alpha
(α=0,05)
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan
aktiva
tidak
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hal ini berarti hipotesis
ketujuh (pertumbuhan aktiva
berpengaruh terhadap struktur
modal) tidak berhasil diterima.
Dengan
demikian
jika
perusahaan
yang
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
pertumbuhannya cepat tidak
cenderung
menggunakan
hutang sebagai pendanaan.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap struktur modal. Tingkat
likuiditas
tidak
berpengaruh
terhadap struktur modal. Ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
struktur
modal.
Risiko
bisnis
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Growth opportunity tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Struktur aktiva berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Pertumbuhan
aktiva
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Keterbatasan
yang
terdapat dalam penelitian ini
adalah periode penelitian yang
relatif singkat, yaitu dari tahun
2008 sampai 2010. Penelitian ini
hanya
menggunakan
variabel
November 2012
independen
profitabilitas,tingkat
likuiditas, ukuran
perusahaan,
risiko bisnis, growth opportunity,
kepemilikan manajerial, struktur
aktiva, dan pertumbuhan aktiva
sedangkan masih banyak variabelvariabel lain yang mempengaruhi
struktur modal. Data mengalami
masalah
normalitas
dan
heteroskedastisitas dari delapan
variabel penelitian, tiga variabel
mengalami
masalah
heteroskedastisitas
yaitu
kepemilikan
manajerial
dan
struktur aktiva.
Rekomendasi
untuk
perbaikan atas keterbatasan dalam
penelitian ini antara lain untuk
penelitian selanjutnya diharapkan
untuk
memperpanjang
periode
penelitian, hal tersebut dilakukan
mengetahui
cerminan
struktur
modal
yang
dimiliki
oleh
perusahaan. Menambahkan variabel
lain seperti deviden¸ pertumbuhan
penjualan dan investasi. Penelitian
yang akan datang diharapkan dapat
mengatasi
masalah
heteroskedastisitas yang terjadi
dalam penelitian ini, dengan cara
menambah jumlah data observasi.
REFERENSI:
Bangun, Nurainun dan Vivi Surianty. 2008. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Terhadap Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi. No. 1. Hlm. 35-47.
Febriani, Nina dan Ceacilia Srimindarti. 2010. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2008. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 2
No. 2.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol. 13. No. 2. Hlm. 119-128.
Ghozali, Imam.2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS.
126
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Hasan H. Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal : Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI. Vol. 6.
Imanta, Dea dan Rutji Satwiko. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepemilikan Manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No. 1. Hlm.
67-80.
Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.3. No. 1.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. Hlm. 81-96.
Kesuma. Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta
Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7.
Mardiana. 2005. Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Ilmiah Bidang Manajemen & Akuntansi. Vol. 2. No. 2. Hlm. 149-169.
Mas’ud, Masdar. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen
dan Bisnis. Vol. 7. No. 1. Hlm. 82-99.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualitas Syari’ah Modern.
Penerbit Andi Yogyakarta.
Nurrohim KP, Hasa. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan, dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol.
10. No. 1. Januari 2008. Hlm. 11-18.
Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi. Vol. 11. No. 1. Hlm. 22-58.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol. 13. No.1. Hlm. 39-56.
Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
dalam Perspektif Pecking Order Theory Studi pada Industri Makanan dan
Minuman di BEJ. Majalah Ekonomi. Tahun XVI. No. 3.
Yoga. 2010. Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Pertumbuhan terhadap Struktur Modal. Akmenia UPY.
Vol. 6.
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
128
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 129-144
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ANWAR HARSONO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of
investment decisions, financing decisions, dividend policy, profitability,
capital expenditure, insider ownership, institutional ownership, firm’s size
and financial performance toward firm’s value. This study try to improve
consistency of results from prior researchers. The samples of this study
consist of 102 data from 34 manufacturing companies that has been listing on
Indonesia Stock Exchange for the period 2008 to 2010 by purposive sampling
method. This study uses multiple regression method to investigate relation
between each independent variable to firm’s value. The research result
shows that investment decisions, profitability and institutional ownership
influence firm’s value. On the other hand, financing decisions, dividend
policy, capital expenditure, insider ownership, firm size and financial
performance do not influence firm’s value.
Keywords: Firm’s Value, Investment Decisions, Financing Decisions, Dividend
Policy, Profitability, Capital Expenditure, Insider Ownership,
Institutional Ownership, Firm’s Size and Financial Performance
perbedaan
tujuan.
Tujuan
perusahaan
lainnya
seperti
memperoleh
keuntungan
yang
maksimal serta untuk meningkatkan
kemakmuran para pemegang saham
juga akan terkait dengan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan akan
tercermin dari harga sahamnya
(Fama 1978).
Penelitian ini
merupakan
pengembangan
dari
penelitian
Wijaya et al. (2010). Penelitian
sebelumnya
menggunakan
tiga
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan didirikan
dengan suatu tujuan yang jelas.
Ada beberapa
pendapat
yang
mengemukakan
tentang
tujuan
pendirian suatu perusahaan, tetapi
inti
dari
berdirinya
suatu
perusahaan dalam jangka panjang
adalah untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan. Penekanan yang ingin
dicapai
oleh
masing-masing
perusahaan
yang
membuat
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
variabel
independen
yaitu
keputusan
investasi,
keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen.
Pengembangan
penelitian
ini
menggunakan
enam
variabel
tambahan yaitu
profitabilitas,
capital expenditure, kepemilikan
insider,
ukuran
perusahaan,
kepemilikan
institusional,
dan
kinerja
keuangan.
Periode
penelitian sebelumnya yaitu tahun
2006 – 2009. Periode penelitian ini
yaitu tahun 2008 – 2010
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut.
Pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang penelitian dan
sistematika
penulisan.
Kedua,
terdiri dari
rerangka
teoritis
sebagai landasan teori, penelitian
terdahulu yang relevan dengan
masalah
penelitian,
model
penelitian yang mengungkapkan
hubungan antar variabel, dan
pengembangan hipotesis terhadap
permasalahan yang diteliti. Ketiga,
metoda pemilihan sampel dan
definisi operasional variabel dalam
penelitian. Keempat, menguraikan
tentang analisis dan pembahasan
serta hasil pengujian hipotesis.
Kelima, berisikan tentang simpulan,
keterbatasan, dan rekomendasi.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Agency theory menjelaskan
bahwa
ketika
pengendalian
perusahaan tidak lagi
dilakukan
oleh pemilik tetapi diserahkan
kepada pihak lain untuk mengelola
sumber daya perusahaan, maka
permasalahan yang muncul adalah
potensi konflik dalam hubungan
antara pemilik (principal) dengan
130
November 2012
pengelola (agent) yang sering
disebut dengan masalah keagenan
(agency
problem).
Hubungan
keagenan
digambarkan
sebagai
hubungan yang timbul karena
adanya kontrak yang ditetapkan
antara pemilik dengan pengelola
untuk memberikan jasanya bagi
kepentingan pemilik (Jensen dan
Meckling 1976).
Pecking Order Theory
Pecking
order
theory
dikemukakan pertama kali oleh
Donaldson pada tahun 1961 dan
kemudian di
kembangkan
oleh
Myers dan Mjluf (1984). Menurut
teori ini, penentuan struktur modal
yang optimal didasarkan pada
keputusan
pendanaan
secara
hierarki berdasarkan biaya modal
yang paling murah yang bersumber
pada sumber dana internal (laba)
sampai
dengan
sumber
dana
eksternal (hutang dan saham).
Penentuan pendanaan yang tepat
dapat mengurangi biaya modal dan
akan berpengaruh pada harga
saham.
Trade-off Theory
Trade-off theory
(Myers
1984) menerangkan bahwa debt
ratio yang optimal bagi perusahaan
ditentukan berdasarkan besarnya
biaya (kerugian) dan manfaat
(keuntungan)
dari
pinjaman.
Penentuan pendanaan perusahaan
didasarkan pada asumsi bahwa
dengan meminjam,
perusahaan
dapat melindungi pendapatannya
dari pajak, sedangkan apabila
meminjam terlalu banyak maka
akan
menyebabkan
biaya
kebangkrutan. Penggunaan hutang
akan
meningkatkan
nilai
perusahaan sampai batas debt ratio
tertentu (optimal), dan sesudahnya
ISSN: 1410 -9875
penggunaan hutang setelah debt
ratio optimal akan
menurunkan
nilai perusahaan, karena akan
menimbulkan biaya kebangkrutan
(bankruptcy cost) yang lebih besar.
Signaling Theory
Signalling Theory merupakan
langkah-langkah dari manajemen
perusahaan
yang
sebenarnya
memberikan
petunjuk
secara
implisit kepada investor tentang
bagaimana
cara
pandang
manajemen terhadap perusahaan.
Pada umumnya perusahaan yang
menguntungkan akan menghindari
emisi
saham
baru
dan
mengusahakan modal baru dengan
cara-cara lain termasuk dengan
menggunakan hutang yang melebihi
target struktur modal yang normal.
Hal ini disebabkan karena dengan
menerbitkan saham baru maka akan
memberikan sinyal bahwa prospek
perusahaan sedang menurun.
Nilai Perusahaan
Nilai
perusahaan
adalah
sebagai persepsi investor akan
tingkat keberhasilan perusahaan
dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki yang
tercermin
dalam
harga sahamnya. Menurut Weston
dan Copeland
(1992),
semakin
tinggi harga saham maka semakin
tinggi
pula
nilai
perusahaan,
sebaliknya
harga
saham
yang
terlalu rendah menunjukkan kinerja
perusahaan yang kurang baik.
Namun tidak semua perusahaan
menginginkan harga saham yang
tinggi (mahal), karena takut tidak
laku dijual atau investor tidak
tertarik untuk membelinya. Hal ini
dibuktikan
dengan
adanya
perusahaan-perusahaan yang go
public di Bursa Efek Indonesia yang
Anwar Harsono
melakukan stock split (memecah
saham).
Keputusan Investasi dan Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian Haruman
(2008) menyatakan bahwa variabel
keputusan investasi berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan
arah hubungan positif. Kenaikan
tingkat
investasi
di
suatu
perusahaan
akan
meningkatkan
kepercayaan
investor
pada
perusahaan. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Wijaya
et
al.
(2010), Murtini (2008), Darminto
(2008),
Purwanto
(2009)
dan
penelitian
Rachmawati
dan
Triatmoko (2007) yang menyatakan
Investment Opportunity Set (IOS)
atau kebijakan investasi memiliki
pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sebaliknya penelitian
Wahyudi
dan Pawestri
(2006)
menemukan
bahwa
keputusan
investasi
tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ha1 : Keputusan
investasi
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
Keputusan Pendanaan dan Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian Wijaya et al.
(2010)
mengungkapkan
bahwa
keputusan pendanaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Penggunaan
pendanaan
melalui
ekuitas dapat lebih meningkatkan
nilai perusahaan. Bagi investor
semakin kecil proporsi hutang
perusahaan, maka risiko atas tidak
terlunasinya hutang
perusahaan
juga
semakin
kecil
yang
menunjukkan
perusahaan
lebih
sehat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Wahyudi dan Pawestri
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
(2006) dan Murtini (2008) yang
menyatakan
bahwa
keputusan
pendanaan
mempengaruhi
nilai
perusahaan.
Namun
penelitian
Haruman (2008) dan
Purwanto
(2009)
menunjukkan
bahwa
keputusan
pendanaan
tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Hipotesis
yang
diajukan adalah:
Ha2
:
Keputusan
pendanaan
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
Kebijakan
Dividen
dan
Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian Wijaya et al.
(2010)
menyatakan
bahwa
kebijakan
dividen
berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Investor
akan
menginvestasikan
dananya pada perusahaan yang
membagikan labanya dalam bentuk
dividen secara konsisten. Hal ini
sejalan dengan penelitian Sujoko
dan Soebiantoro (2007), penelitian
Hasnawati (2008) dan Hsin Lu et al.
(2010) yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen mempengaruhi
nilai perusahaan secara positif.
Hasil penelitian Taswan (2003) dan
Haruman (2008) menyatakan bahwa
rasio
pembayaran
dividen
mempunyai
pengaruh
signifikan
dengan arah negatif terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian Wahyudi dan
Pawestri (2006), Pakpahan (2010),
Gultom dan Syarif (2011), Murtini
(2008), Purwanto (2009), Ikbal et
al. (2011) dan Darminto (2008)
menyatakan
bahwa
kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Hipotesis yang
diajukan adalah:
Ha3
: Kebijakan
dividen
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
132
November 2012
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan
Hasil penelitian Ikbal et al.
(2011)
mengemukakan
bahwa
profitabilitas berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian Sujoko
dan Soebiantoro (2007) dan Hsin Lu
et al. (2010) mendukung hasil
tersebut yang menyatakan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Hipotesis
yang
diajukan adalah:
Ha4 : Profitabilitas mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan
Capital Expenditure dan Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian Sintaasih
dan
Maryatini
(2007)
mengemukakan bahwa
capital
expenditure berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan yang
berarti bahwa pihak manajemen
perusahaan benar – benar mengatur
pengeluaran
modal
(capital
expenditure)
sehingga
nilai
perusahaan tidak merosot. Hal
tersebut tidak sesuai dengan hasil
penelitian Murhadi (2008) dan
Sudiyatno dan Puspitasari (2010)
menyatakan
bahwa
capital
expenditure
tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ha5 : Capital
expenditure
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
Kepemilikan Insider dan Nilai
Perusahaan
Penelitian Taswan
(2003)
dan Wahyudi dan Pawestri (2006)
menemukan bahwa kepemilikan
insider atau kepemilikan insider
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan secara positif. Hal
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
tersebut
konsisten
dengan
penelitian
Ikbal
et
al.
(2011),Haruman
(2008)
dan
Christiawan dan Tarigan (2007)
yang
menyatakan
bahwa
kepemilikan insider berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan
arah hubungan negatif. Hasil ini
tidak sejalan dengan penelitian
Nasser (2008), penelitian Yuniasih
dan
Wirakusuma
(2009)
dan
penelitian Widarjo et al. (2010)
yang
menyatakan
bahwa
kepemilikan
insider
tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Hipotesis
yang
diajukan adalah:
Ha6 : Kepemilikan
insider
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
Ukuran Perusahaan dan Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian Pakpahan
(2010) mengemukakan
bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Artinya semakin besar
ukuran suatu perusahaan,
maka
nilai perusahaan akan semakin
tinggi. Hasil ini juga didukung oleh
penelitian
Nasser
(2008)
dan
penelitian Sujoko dan Soebiantoro
(2007) yang menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh
secara
signifikan
dan
positif
terhadap
nilai
perusahaan.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ha8 : Ukuran
perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
Kepemilikan Institusional dan Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian Haruman
(2008)
menyatakan
bahwa
kepemilikan
institusional
berpengaruh
secara
positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Nasser
(2008) yang menyatakan bahwa
kepemilikan
institusional
berpengaruh
secara
positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian Sujoko dan Soebiantoro
(2007)
menyatakan
bahwa
kepemilikan
institusional
berpengaruh
secara
negatif
terhadap
nilai
perusahaan.
Sedangkan penelitian Wahyudi dan
Pawestri (2006) menyatakan bahwa
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Hipotesis
yang
diajukan adalah:
Ha7 : Kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan
Kinerja
Keuangan
dan
Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian
Sudiyatno
dan Puspitasari (2010) menyatakan
bahwa
kinerja
keuangan
berpengaruh
secara
positif
terhadap nilai perusahaan. Hal ini
konsisten
dengan
penelitian
penelitian Yuniasih dan Wirakusuma
(2009),
Chandra
(2008)
dan
penelitian Darminto (2008) yang
mengemukakan
bahwa
kinerja
keuangan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan dan arah hubungannya
positif. Namun hasil penelitian
Irwansyah (2001)
menyatakan
bahwa kinerja keuangan tidak
memiliki pengaruh terhadap harga
saham. Hipotesis yang diajukan
adalah:
Ha9 : Kinerja keuangan mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
METODA PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Objek
penelitian
dalam
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan manufaktur go public
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2008
sampai 2010. Data dalam penelitian
ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari media
perantara.
Pemilihan
sampel
dilakukan
dengan
purposive
sampling
method.
Kriteria
pemilihan sampel yaitu Perusahaan
manufaktur yang secara konsisten
terdaftar di BEI dari tahun 2008
sampai dengan 2010, mempunyai
laporan keuangan yang berakhir
pada
tanggal
31
Desember,
menggunakan mata uang rupiah
dalam
pelaporan
keuangannya,
konsisten
menghasilkan
laba
sebelum dan setelah pajak selama
periode penelitian dan membagikan
dividen secara konsisten selama
periode penelitian. Berdasarkan
kriteria pemilihan sampel, data
yang diteliti adalah sebanyak 102
observasi.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel Dependen
Variabel
dependen
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai perusahaan. Skala yang
digunakan untuk variabel nilai
perusahaan adalah skala rasio
dirumuskan dengan
Price
Book
Value (Wijaya et al. 2010). Price
Book Value dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
PBV
134
=
Harga Saham
Book Value
Variabel Independen
Keputusan investasi tidak
dapat
diukur
secara
langsung
sehingga diperlukan proxy untuk
menentukan nilai variabel tersebut
untuk tiap perusahaan. Skala yang
digunakan untuk variabel ini adalah
skala rasio dengan menggunakan
Price Earning Ratio (Wijaya et al.
2010). Price Earning Ratio dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
PER
=
Harga saham
Earning Per Share
Keputusan
pendanaan
berhubungan
dengan
keputusan
perusahaan
dalam
menentukan
komposisi pendanaan yang lebih
efisien dan ekonomis yang akan
digunakan. Keputusan Pendanaan
menggunakan skala rasio
dan
dirumuskan dengan Debt to Equity
Ratio (Wijaya et al. 2010). Debt to
Equity Ratio dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
DER
=
Total Hutang
Total Ekuitas
Kebijakan
dividen
berhubungan
dengan
keputusan
dalam
menentukan
besarnya
dividen yang akan dibagikan oleh
perusahaan berdasarkan laba yang
didapat kepada pemilik saham.
Skala
yang
digunakan
dalam
mengukur variabel ini adalah skala
rasio yang dirumuskan dengan
Dividen Payout Ratio (Hasnawati
2008). Dividen Payout
Ratio
dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
Dividen per Lembar
Saham
DPR
=
Laba per Lembar Saham
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh
laba
berdasarkan
ekuitas yang dimiliki perusahaan
tersebut. Bagi pemilik modal,
profitabilitas
suatu
perusahaan
penting untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
return. Profitabilitas menggunakan
skala rasio, yang menggunakan
Return
On
Equity
dalam
menentukan nilainya (Ikbal et al.
2011). Return On Equity dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Kepemilikan
institusional
merupakan
variabel
yang
menunjukkan besarnya kepemilikan
saham yang dimiliki oleh pihak
institusi lain. Variabel ini diukur
dengan skala rasio dan dinilai
berdasarkan persentase besarnya
saham yang dimiliki institusi lain.
Rumus yang digunakan sesuai
dengan penelitian Haruman (2008)
yaitu sebagai berikut:
Laba setelah pajak
Total ekuitas
Ukuran
perusahaan
merupakan
variabel
yang
menunjukkan besarnya aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Variabel
ini diukur dengan skala rasio sesuai
dengan
yang
digunakan
oleh
Pakpahan (2010). Variabel ini
diformulasikan secara matematis
sebagai berikut:
ROE
=
Capital
expenditure
merupakan pengeluaran modal atas
pembelian
aktiva
tetap
perusahaan. Skala yang digunakan
untuk mengukur variabel ini adalah
skala rasio yang dirumuskan dengan
Capital
Expenditure
Ratio
(Sintaasih dan Maryatini 2007).
Capital Expenditure Ratio dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Capital
expenditure
=
* Net fixed
asset
=
Net fixed asset t - Net
fixed asset t-1
Net fixed asset t
cost of
fixed
asset
-
accum.
depreciation
Kepemilikan
insider
merupakan
variabel
yang
menunjukkan besarnya kepemilikan
saham
yang
dimiliki
oleh
manajemen. Dalam penelitian ini,
kepemilikan saham oleh manajer
merupakan variabel dummy. Angka
1 adalah manajer memiliki saham
pada perusahaannya dan angka 0
adalah manajer tidak
memiliki
saham
pada
perusahaannya
(Widarjo et al. 2010).
Kepemilikan
institusional
=
INST SHRSit
TOTSHRSit
Size = Ln Total Asset
Kinerja keuangan adalah
variabel yang menunjukkan kondisi
finansial perusahaan yang dapat
ditandai
dengan
kemampuan
perusahaan mengalokasikan
aset
yang dimiliki untuk menghasilkan
laba. Skala yang digunakan untuk
mengukur variabel ini adalah skala
rasio dan dihitung dengan Return
On Asset (Chandra 2008). Return
On Asset dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
ROA
=
Laba bersih
Total aset
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan
untuk memberikan gambaran atau
deskriptif suatu variabel yang akan
diuji.
Uji
statistik
deskriptif
digunakan
untuk
mengetahui
karakteristik suatu
data yang
dilihat dari mean, standar deviasi,
maksimum, dan minimum. Hasil uji
statistik deskriptif dapat dilihat
pada Tabel 1.
Uji Normalitas
Uji
normalitas
dilakukan
dengan One-Sample KolmogorovSmirnov Test. Hasil uji normalitas
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
nilai signifikansi sebesar 0,156.
Hasil signifikansi tersebut lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual data
terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas
pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
semua variabel independen yang
diujikan memiliki nilai Tolerance
lebih besar dari 0,1 dan mempunyai
nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil
pengujian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa model regresi
terdapat masalah multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian
autokorelasi
dilakukan dengan menggunakan uji
Breusch-Godfrey
yaitu
dengan
melakukan perbandingan nilai res_2
terhadap nilai res_1. Hasil uji
autokorelasi
pada
Tabel
4
menunjukkan bahwa nilai sig. res_2
memiliki nilai 0,898 lebih besar dari
nilai signifikansi 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
136
November 2012
masalah autokorelasi dalam model
regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian
heteroskedastisitas
dilakukan
dengan meregresi nilai absolute
residual
terhadap
variabel
independennya.
Hasil
uji
heteroskedastisitas pada Tabel 5
menunjukan
bahwa
variabel
profitabilitas, kepemilikan insider,
ukuran perusahaan dan kinerja
keuangan memiliki nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Analisa Koefisien Korelasi (R)
Hasil
analisa
koefisien
korelasi pada tabel 6 menunjukkan
nilai R pada model regresi sebesar
0,934. Nilai koefisien korelasi
berada pada 0,7 - 1. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
keputusan
investasi,
keputusan
pendanaan,
kebijakan
dividen,
profitabilitas, capital expenditure,
kepemilikan insider, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan,
dan kinerja keuangan memiliki
hubungan
yang
sangat
kuat
terhadap variabel nilai perusahaan.
Analisa
Koefisien
Determinasi
(Adjusted R Square)
Hasil
analisa
koefisien
determinasi pada tabel 6 yang
ditunjukkan oleh angka Adjusted RSquare adalah 0,860. Hal tersebut
menunjukkan bahwa 86% variasi
variabel nilai perusahaan dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
independen,
sedangkan
sisanya
sebesar 14% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk
dalam model penelitian.
ISSN: 1410 -9875
Uji F
Hasil uji F pada tabel 7
menunjukkan
bahwa
nilai
signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari
0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa model regresi fit dan data
yang digunakan sesuai
dengan
model penelitian.
Uji t
Hasil uji t pada tabel 8
menunjukkan variabel keputusan
investasi (KINV) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,000. Nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang
berarti Ha1 dapat diterima yang
berarti variabel keputusan investasi
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Kondisi
ini
menunjukkan
bahwa
nilai
perusahaan tergantung pada tinggi
atau rendahnya nilai variabel
keputusan investasi.
Variabel
keputusan
pendanaan (KPEN) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,723. Nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 yang
berarti Ha2 tidak dapat diterima
yang berarti keputusan pendanaan
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Variabel kebijakan dividen
(DIV) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,465. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 yang berarti Ha3
tidak dapat diterima yang berarti
kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Variabel profitabilitas (PROF)
memiliki nilai signifikan sebesar
0,000. Nilai tersebut lebih kecil
dari 0,05 yang berarti Ha4 dapat
diterima yang berarti profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Perusahaan
yang
memperoleh keuntungan secara
Anwar Harsono
konsisten akan menjadi sinyal
positif bagi investor untuk membeli
sahamnya dan akan mendorong
kenaikan harga saham tersebut.
Variabel capital expenditure
(CAPEX) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,301. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 yang berarti Ha5
tidak dapat diterima yang berarti
capital
expenditure
tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Variabel kepemilikan insider
(INSDR) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,624. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 yang berarti Ha6
tidak dapat diterima yang berarti
kepemilikan
insider
tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Variabel
kepemilikan
institusional (INSTL) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,033. Nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang
berarti Ha7 dapat diterima yang
berarti kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Dengan
adanya
kepemilikan saham institusional,
maka akan meningkatkan tingkat
monitoring terhadap manajemen
sehingga operasi perusahaan akan
semakin efektif dan efisien. Hal
tersebut
akan
menjadi
pertimbangan positif bagi investor
dalam membeli saham perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,157. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 yang berarti Ha8
tidak dapat diterima yang berarti
ukuran
perusahaan
tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Variabel kinerja keuangan
(KKEU) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,692. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 yang berarti Ha9
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
tidak dapat diterima yang berarti
kinerja keuangan tidak mempunyai
pengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil
analisis
dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan,
dapat
disimpulkan
bahwa
keputusan
investasi,
profitabilitas,
dan
kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Sedangkan Keputusan pendanaan,
kebijakan
dividen,
capital
expenditure, kepemilikan insider,
ukuran perusahaan dan kinerja
keuangan tidak memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian
ini
hanya
menggunakan periode penelitian
yang relatif pendek yaitu 3 tahun.
Objek penelitian hanya terbatas
November 2012
pada perusahaan manufaktur saja
sehingga sulit untuk digeneralisasi.
Variabel
independen
yang
digunakan dalam penelitian ini
terbatas hanya 9 variabel saja.
Penelitian ini terdapat masalah
asumsi
klasik
yaitu
masalah
multikolinearitaas
dan
heteroskedastisitas.
Memperluas
sampel
penelitian yang tidak
terbatas
hanya pada perusahaan manufaktur
saja. Menambahkan variabel lain
yang akan
menjelaskan
lebih
banyak nilai perusahaan seperti
manajemen laba, free cash flow,
dan
umur
perusahaan.
Memperpanjang periode penelitian,
misalnya
5
tahun
periode
penelitian,
sehingga
penelitian
selanjutnya terhindar dari masalah
multikolinearitas
dan
heteroskedastisitas.
DAFTAR REFERENSI\
Brealey, and Myers. 2000. Principles Of Corporate Finance. McGraw Hill New
York.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
…. 2006. Fundamentals of Financial Management. Jakarta: Salemba Empat.
Chandra, Teddy. 2008. Pengaruh Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Perusahaan. Teknologi dan Manajemen Informatika Volume 6 Nomor 2:
476 – 484.
Christiawan, Yulius Yogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial:
Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Volume 9 Nomor 1: 1 – 8.
Darminto. 2010. Pengaruh Eksternal dan Berbagai Keputusan Keuangan
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 8 Nomor
1: 138 – 150.
Fama, Eugene F. 1978. The Effect of a Firm’s Investment and Financing
Decision on the Welfare of its Security Holders. American Economic
Review 68: 272-28.
138
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Fama, Eugene F., dan K. R. French. 1998. Taxes, Financing Decision, and Firm
Value. The Journal of Finance LIII (June 3): 819-843.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haruman, Tendi. 2008. Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan dan Nilai
Perusahaan. Finance and Banking Journal Volume 10 Nomor 2: 150 –
166.
Hasnawati, Sri. 2008. Analisis Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Volume 13
Nomor 12: 313 – 322.
Ikbal, Muhammad, Sutrisno dan Ali Djamhuri. 2011. Pengaruh Profitabilitas
Dan Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan
Utang Dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Simposium
Nasional Akuntansi XIV Aceh: 1 – 36. Aceh.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen: BPFE Yogyakarta.
Irwansyah. 2001. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Alat
Ukut EVA, MVA dan ROA terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di BEJ. Semarang: Universitas Diponegoro.
Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics
3: 305-360.
Lu, Yu-Hsin, Chih-Fong Tsai dan David C. Y. 2010, Discovering Important
Factors of Intangible Firm Value by Association Rules. The International
Journal of Digital Accounting Research Volume 10.
Modigliani, Franco dan Merton H. Miller. 1958. The Cost of Capital,
Corporation Finance and The Theory of Investment. The American
Economic Review, Volume 48.
Murhadi, Werner R. 2008. Hubungan Capital Expenditure, Risiko Sistematis,
Struktur Modal, Tingkat Kemampulabaan terhadap Nilai Perusahaan.
Manajemen & Bisnis volume 7 Nomor 1: 11 – 23.
Murtini, Umi. 2008. Pengaruh Kebijakan Manajemen Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Volume 4 Nomor 1:
32 – 47.
Myers, Stewart C., dan Nicholas S. Majluf. 1984. Corporate Financing and
Investment Decision When Firm Have Information That Investor Do Not
Have. Journal of Financial Economics 13: 187-221.
Nasser, Etty M. 2008. Pengaruh Stuktur Kepemilikan Dan Dewan Komisaris
Independen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Manajemen Laba Dan
Kebijakan Hutang Sebagai Variabel Intervening. Media Riset Akuntansi,
Auditing, Informasi Volume 8 Nomor 1: 1 – 27.
Nasser, Etty M. dan Fielyandi Firlano. 2006. Pengaruh kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, profitabilitas dan hutang sebagai
variabel intervening terhadap nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi STEI
Nomor 2: 105 – 122.
Pakpahan, Rosma. 2010. Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi,
Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Volume 2 Nomor 2: 211 – 227.
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Purwanto, Agus. 2009. Karakteristik Perusahaan, Praktik
Corporate
Governance, Keputusan Keuangan, Perataan Laba, dan
Nilai
Perusahaan. Jurnal Maksi Volume 9 Nomor 2: 175 – 189.
Rozeff, Michael S. 1982. Growth, Beta, and Agency Costs as Determinant of
Dividend Payout Ratio, Journal of Financial Research Volume 5: 249259.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach. Fifth Edition. Haddington: Scotprint.
Sintaasih, Desak Ketut dan Ni Wayan Maryatini. 2007. Pengaruh Struktur Modal
dan Capital Expenditure Terhadap Nilai Perusahaan. Sarathi Volume 14
Nomor 3: 269 – 283.
Slovin, Myron B., Marie E. Sushka dan John A. Polonchek. 1993. The Value of
Bank Durability: Borrowers as Bank Stakeholders. The Journal of
Finance Volume XLVIII Nomor 1.
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Pengaruh Kebijakan
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Perusahaan
Sebagai Variabel Intervening. Dinamika Keuangan dan Perbankan: 1 –
22.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Volume 9 Nomor 1: 41 – 48.
Sujoko. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Strategi Diversifikasi, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Ekuitas
Volume 11 nomor 2: 236 – 254.
Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan
Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi.
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan
sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang:
1-25. Padang.
Widarjo, Wahyu, Bandi dan Sri Hartoko. 2010. Pengaruh Ownership Retention,
Investasi dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai
Variabel Pemoderasi. Simposion Nasional Akuntansi XIII Purwokerto
2010. Purwokerto.
Weston, J.F. dan T.E. Copeland. 1992. Manajemen Keuangan Edisi 9. Jakarta:
Binarupa Kasara.
Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi, dan Anas Wibawa. 2010, Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi
XIII
Purwokerto.
Purwokerto.
Yuniasih, Ni Wayan, dan Made Gede Wirakusuma. 2009, Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 4 nomor 1: 73 – 81.
140
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Daftar Gambar
Model Penelitian
KEPUTUSAN INVESTASI
KEPUTUSAN PENDANAAN
KEBIJAKAN DIVIDEN
PROFITABILITAS
CAPITAL EXPENDITURE
NILAI PERUSAHAAN
KEPEMILIKAN INSIDER
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
UKURAN PERUSAHAAN
KINERJA KEUANGAN
Gambar 1
Model Penelitian
Daftar Tabel
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
NP
KINV
KPEN
DIV
PROF
CAPEX
INSDR
INSTL
SIZE
KKEU
Valid N
(listwise)
N
Minimum
102 0,000960
102 0,005577
102 0,104122
102 0,011525
102 0,045871
102 -0,474903
102 0,000000
102 0,322156
102 25,082536
102 0,028447
102
Maximum
40,088424
37,195892
2,776996
1,757351
1,265251
0,476135
1,000000
1,000000
32,836532
0,453627
Mean
4,172631
13,052674
0,692874
0,449259
0,293293
0,106924
0,441176
0,703041
28,619160
0,174584
Std.
Deviation
6,456041
7,506294
0,563118
0,308571
0,205427
0,146828
0,498980
0,179474
1,761094
0,096367
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Tabel 2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardize
d Residual
N
Asymp. Sig. (2-tailed)
102
0,156
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Mod el
1
KINV
0,538
1,858
KPEN
0,219
4,560
DIV
0,648
1,543
PROF
0,092
10,855
CAPEX
0,810
1,235
INSDR
0,873
1,146
INSTL
0,673
1,487
SIZE
0,622
1,608
KKEU
0,119
8,424
a. Dependent Variable: NP
Model
1
(Constant)
res_2
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Standardized
Unstandardized
Coefficients
Coefficients
Beta
B
Std. Error
-0,259
5,211
0,016
0,122
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
142
0,015
t
-0,050
Sig.
0,960
0,130
0,898
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
1
(Constant)
KINV
KPEN
t
3,677
0,923
-1,022
DIV
0,607
PROF
CAPEX
INSDR
5,940
2,071
1,942
INSTL
0,001
SIZE
KKEU
-3,657
-3,694
Sig.
Keterangan
0,000
0,359 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
0,318 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
0,541 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
0,000 Terjadi heteroskedastisitas
0,043 Terjadi heteroskedastisitas
0,055 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
1,000 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
0,000 Terjadi heteroskedastisitas
0,000 Terjadi heteroskedastisitas
Tabel 6
Hasil Analisa Koefisien Korelasi dan Determinasi
Std. Error
Adjusted R
of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
1
0,934a
0,872
0,860 2,41944440
0
a. Predictors: (Constant), KKEU, CAPEX, INSDR, DIV,
KPEN, SIZE, INSTL, KINV, PROF
Tabel 7
Hasil Uji F
Sum of
Mean
Squares
df
Square
Model
1
Regression
3671,185
9
407,909
Residual
538,541
92
5,854
Total
4209,727
101
a. Predictors: (Constant), KKEU, CAPEX, INSDR, DIV,
KPEN, SIZE, INSTL, KINV, PROF
b. Dependent Variable: NP
F
69,684
Sig.
0,000a
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2
November 2012
Tabel 8
Hasil Uji t
Standardize
d
Unstandardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-2,161
4,984
t
-0,434
Sig.
0,666
0,044
0,913
0,969
3,861
1,822
0,516
1,636
0,173
7,253
9,560
0,356
-0,734
5,439
-1,041
0,491
2,161
-1,427
-0,398
0,000
0,723
0,465
0,000
0,301
0,624
0,033
0,157
0,692
Model
1
(Constant
)
KINV
0,418
KPEN
0,325
DIV
-0,711
PROF
21,002
CAPEX
-1,896
INSDR
0,254
INSTL
3,534
SIZE
-0,247
KKEU
-2,886
a. Dependent Variable: NP
144
0,486
0,028
-0,034
0,668
-0,043
0,020
0,098
-0,067
-0,043
Download