Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 DAFTAR ISI Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Arief Alfiandri ..................................................................... 1 The Influence Of Earning Per Share, Dividend Payment,Cash Flow Per Share And Book Value Per Share To Stock Price Incorporated In The Jakarta Islamic Index From 2004 To 2008 Period A. Sri Wahyudi dan Hendra ................................................... 9 Pengaruh Komponen Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Bino Sulaksono ....................................................................... 19 Pengaruh Manufacturer Brand Loyalty, Attitude Toward Store Brand, Dan Retail Brand Loyalty Terhadap Propensity To Swicth To Retail Brand Denny Septa Haryanti ............................................................. 39 Pengaruh Customer Satisfaction, Trust , Commitment Dan Corporate Image Terhdap Customer Loyalty Dilla Noverita .................................................................... 51 Pengaruh Kebijakan Dividen, Investasi, Kepemilikan Manajerial, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Edison ........................................................................... 63 Fenomena Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia Endra Yaman ....................................................................... 75 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Eek Indonesia Edric Kurniadi ..................................................................... 91 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ferry Suhardjo ..................................................................... 101 Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia Dewi Agustina ........................................................................ 113 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Anwar Harsono ....................................................................... 129 Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 1-8 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ARIEF ALFIANDRI STIE Trisakti [email protected] Abstract : The purpose of this researched is to know what is the direct effect of Leadership, Physical Work Environment and Compensation toward employee’s performance. The subject is the employee in PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING IN WEST BEKASI. Method used to collect data in the research is questionnaire. The population in this research is the employee in PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING with 50 people as the subject. The study sample as many as 50 people. This research uses descriptive-statistics method and casuality analisys. Nonprobability sampling with “Jenuh” sampling technique are the sampling method which are used. Results of studies have shown that there is a positive and significant correlation between variable leadership and performance, further physical work environment variables affect the performance and compensation to performance. Keywords: Leadership, Physical Work Environment, Compensation, Performance harus dihadapi perusahaan untuk dapat bertahan dan berkembang. Perekonomian di Indonesia semakin terbuka yang secara langsung akan memaksa setiap perusahaan didalam bersaing dengan perusahaan lainnya yang keberadaan perusahaan ada didalam negeri maupun diluar negeri. Adanya cara yang dapat digunakan guna mencapai tujuan organisasi tersebut adalah dengan meningkatkan kinerja para karyawan. Permasalahan mengenai PENDAHULUAN Era globalisasi saat ini yang semakin berkembang dan maju, setiap perusahaan di tuntut untuk dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan yang ada pada saat ini yang akan sangat mempengaruhi perusahaan yang lebih baik kedepannya. Adanya ciri yang mempengaruhi perkembangan globalisasi di dunia pada saat ini ditandai dengan adanya persaingan didalam segala hal yang menjadikan sebuah tantangan yang 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 kinerja tidak terlepas dari peran para karyawan didalam menjalankan program ataupun prosedur yang telah dibuat perusahaan, dalam hal ini perusahaan mengharapkan agar para karyawannya dapat memiliki prestasi kerja yang cukup baik, baik itu secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai didalam menjalakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepada karyawan. Keinginan perusahaan untuk dapat bertahan dan berhasil dalam persaingan di imbangi pula dengan perlakuan yang wajar atau manusiawi agar karyawan merasa di hargai dan dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Menurut Simanjuntak (2011,1) “Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu yang telah dilakukan.” Untuk itu kinerja yang di harapkan oleh perusahaan adalah kinerja karyawan yang dapat melebihi standart yang telah ditetapkan. Selain pemimpin memberikan perintah dan ikut bekerja sama dalam membatu menyelesaikan tugas. Menurut Daft (2009, 8) “Kepemimpinan merupakan penggunaan pengaruh untuk memberikan motivasi kepada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.” Lingkungan kerja yang tidak nyaman, tidak terjaga aman, terlalu panas atau terlalu dingin, cahaya silau dan atau suara terlalu bising, dapat membuat pekerja lelah (Simanjuntak 2011, 86). Untuk itu sarana dan prasarana di dalam lingkungan kerja ikut memberikan pengaruh dalam kinerja karyawan. Alasan seorang karyawan bekerja ialah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 2 November 2012 Untuk itu, perusahaan perlu memberikan perhatian kepada karyawannya di mana memiliki sistem pemberian penghargaan seperti halnya kompensasi. Menurut Daft (2009, 174) “Kompensasi adalah pembayaran moneter (upah, gaji) dan barang-barang/komoditas nonmoneter (manfaat-manfaat liburan) yang digunakan sebagai penghargaan kepada karyawan.” KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kepemimpinan Menurut Robbins (2006, 432) bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk menuju pencapaian sasaran. Adanya beberapa tipe kepemimpinan yang dapat memberikan pengaruh kepada bawahnya didalam memberikan pembinaan, didikan dan pengawasan menurut Daft (2010, 320-3) ada tiga tipe kepemimpinan diantaranya yaitu: 1. Transformational Leadership : Kepemimpinan yang dicirikan oleh kemampuan untuk membawa perubahan yang signifikan. Transactional Leadership : Proses transaksi atau pertukaran antara pemimpin dan pengikut. 2. Charismatic Leadership : Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang untuk melakukan lebih dari yang mereka lakukan dari yang biasanya, meskipun adanya kendala dan pengorbanan pribadi. ISSN: 1410 -9875 3. Coalitional Leadership : Melibatkan serta membangun koalisi orang-orang yang mendukung tujuan pemimpin dan dapat membantu mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan keputusan pemimpin dan dalam mencapai tujuan. Lingkungan Kerja Fisik Menurut Sedarmayanti (2011, 2) menyatakan bahwa: Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya (prosedur) serta pengetahuan kerjanya, baik secara perseorangan maupun sebagai kelompok.” Lingkungan kerja pada perusahaan dapat menunjang keberhasilan karyawan, karena didalam lingkungan kerja dibutuhkan kenyamanan, ketenangan dan tanpa gangguan yang akan menghambat kinerja karyawan. Kompensasi Menurut Malik (2010, 210) “Kompensasi adalah imbalan atas prestasi kerja dalam bentuk uang atau setara uang yang besarnya didasarkan atas penilaian kinerja.” Dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah sebuah bentuk imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya baik yang secara langsung maupun tidak langsung atas hasil kerja karyawan mencapai tujuan organisasi. Ada 2 bentuk kompensasi menurut Dessler (2008, 390) yaitu : 1. Kompensasi Langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi dan bonus. Kompensasi Arief Alfiandri langsung dapat dibagikan berdasarkan waktu dan berdasarkan kinerja. 2. Kompensasi tidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi, uang liburan. Kinerja Karyawan Menurut Rivai (2004, 14) “Kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaan yang sesuai dengan standard yang telah diretapkan untuk pekerjaan itu.” Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasilatas pencapaian atau prestasi yang telah diraih didalam melaksanakan tanggungjawab yang telah diberikan kepadanya. Menurut Simanjuntak (2011, 23) evaluasi kinerja adalah satu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian pencapaian hasil kerja setiap individu yang bekerja didalam dan untuk perusahaan tersebut. Dimana evaluasi kinerja dapat digunakan untuk meninjau seberapa efektif dan efisien dalam mengerjakan dan menjalankan segala tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Model Penelitian Kepemimpinan (X1) Lingkungan Kerja Fisik (X2) Kinerja Karyawan (Y) Kompensasi (X3) Gambar 1 Model Penelitian 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2010, 115) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING dimana sebanyak 50 orang karyawan yang bekerja di pabrik, dan yang layak untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 50 orang yang bekerja pada bagian pabrik. Menurut Sekaran dan Bougie (2009, 263) “A sample is a subset of the population.” Yang menjadi sampel adalah karyawan yang sudah bekerja minimal selama satu tahun. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah non probability sampling yaitu sampling jenuh. Menurut (Sugiyono 2010, 122) “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Definisi Operasional Variabel Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses memengaruhi, membina dan mendidik para bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 4 November 2012 Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan Kerja Fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan bekerja yang dapat memberikan pengaruh kepada karyawan didalam melaksanakan tugasnya. Kompensasi Kompensasi adalah suatu imbalan yang diberikan perusahan dan diterima oleh karyawan atas hasil kerjanya selama berada diperusahaan dimana dapat mencapai tujuan perusahaan. Kinerja Karyawan Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang karyawan dalam proses mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya yang dapat didasarkan akan kecakapan, pengalaman dan ketepatan waktu penyelesaian tugas. Skala Pengukuran Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaanpertanyaan (Sugiyono 2010, 132).Ukuran skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 5(Sangat Setuju) – 1(Sangat Tidak Setuju). ISSN: 1410 -9875 Arief Alfiandri HASIL PENELITIAN Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel. Berikut ini adalah rangkaian analisis regresi linier berganda. Tabel 1: Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa Standardiz ed Coefficient Unstandardized s Coefficients B Std. Error Beta Model T Sig. 1 (Constant) -.151 .286 -.526 .601 Kepemimpinan .118 .150 .784 .437 .137 Lingkungan_kerja .794 .063 .809 12.594 .000 _fisik Kompensasi .103 .131 .138 .787 .435 a. Dependent Variable: Kinerja_karyawan Adapun persamaan regresi pada tabel di atas adalah sebagai berikut: y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e y = -0.151 + 0.118x1 + 0.794x2 + 0.103x3 + e Analisis regresi: 1) Nilai konstanta sebesar -0.151 artinya jika nilai kepemimpinan (x1), lingkungan kerja fisik (x2) dan kompensasi (x3) adalah 0, maka kinerja karyawan nilainya negatif sebesar -0.151. 2) Setiap kenaikan 1 satuan nilai kepemimpinan (x1) akan menaikan kinerja karyawan (y) pada karyawan di PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING Di Bekasi Barat sebesar 0.118 satuan, jika nilai lingkungan kerja fisik (x2) dan kompensasi (x3) dianggap konstan. 3) Setiap kenaikan 1 satuan nilai lingkungan kerja fisik (x2) akan menaikan kinerja karyawan (y) pada karyawan di PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING Di Bekasi Barat sebesar 0.794 satuan, jika nilai kepemimpinan (x1) dan kompensasi (x3) dianggap konstan. 4). Setiap kenaikan 1 satuan nilai kompensasi (x3) akan menaikan kinerja karyawan (y) pada karyawan di PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING Di Bekasi Barat sebesar 0.103 satuan, jika nilai kepemimpinan (x1) dan lingkungan kerja fisik (x2) dianggap konstan. 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Tabel 2: Hasil Uji F(Anova) ANOVAb Mean Sum of F Df Model Square Squares Regression 9.107 3 3.036 69.002 1 Residual 2.024 46 .044 Total 11.131 49 a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Lingkungan_kerja_fisik, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja_karyawan F hitung terletak pada daerah penolakan H0. Karena F hitung > F tabel (69.002 > 2.81), maka dapat dikatakan bahwa H04 ditolak dan Ha4 diterima yang berarti terdapat pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING Di Bekasi Barat. Pembahasan Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Hasil analisis menujukan kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan diterima. Dilihat dari nilai t hitung > t tabel (3.311 > 2.013) dapat disimpulan bahwa H01 ditolak dan Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING di Bekasi Barat. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan Hasil analisis menunjukan lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap kinerja karyawan diterima. Dilihat dari nilai t hitung > t tabel (5.941 > 2.013) dapat 6 November 2012 Sig. .000a disimpulan bahwa H02 ditolak dan Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING di Bekasi Barat. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Hasil analisis menunjukan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan diterima. Dilihat dari nilai t hitung > t tabel (3.288 > 2.013) dapat disimpulan bahwa H03 ditolak dan Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING di Bekasi Barat. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Dapat dilihat bahwa kepemimpinan (x1), lingkungan kerja fisik (x2), dan kompensasi (x3) memiliki tingkat signiifikan sebesar 1.1 dibawah 0.05 maka kepemimpinan (x1), lingkungan kerja fisik (x2), dan kompensasi (x3) memiliki pengaruh secara bersamasama terhadap kinerja karyawan PT DUTA WIJAYA ELEKTRINDO ENGINEERING di Bekasi Barat. ISSN: 1410 -9875 PENUTUP Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan sebagai berikut: Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, Lingkungan Kerja Fisik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, dan Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan secara simultan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian Arief Alfiandri maka didapatkan perhitungan dan pengujian sehingga menghasilkan mendapatkan suatu kesimpulan, maka peneliti memberi saran sebagai berikut: Untuk meningkatkan kinerja karyawannya disarankan agar perusahaan memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi sehingga lebih memacu semangat karyawan. Perusahaan diharapkan dapat melihat dan memperhatikan lingkungan sekitar tempat karyawan bekerja agar selalu bersih, rapi agar karyawan merasa nyaman. Sarana dan prasarana yang ada diperusahaan lebih dilengkapi. REFERENSI Daft, Richard L. 2010, Leadership, 5th edition, South-Western Dessler, Gary. 2008. Human Resource Mabagement. 11th editions. Pearson. Prentice Hall. Hair, Joseph F, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. Malik, Alfian. 2010. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi. Jakarta: Andi Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Edisi 3. Yogyakarta: MediaKom. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan:dari teori kepraktek. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi (Benyamin Molan) PT Prenhalindo Jakarta. Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A skill Building Approach. United States: Wiley. Simanjuntak, Payaman J.. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 8 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 9-18 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA THE INFLUENCE OF EARNING PER SHARE, DIVIDEND PAYMENT, CASH FLOW PER SHARE AND BOOK VALUE PER SHARE TO STOCK PRICE INCORPORATED IN THE JAKARTA ISLAMIC INDEX FROM 2004 TO 2008 PERIOD A. SRI WAHYUDI dan HENDRA STIE TRISAKTI [email protected] [email protected] Abstract: The purpose of this study is to examine the influence of earning per share, dividend payment, cash flow per share and book value per share to stock price. Data are taken from Indonesia Capital Market Directory and annual financial report from each company in 2004-2008 and examines twelve companies incorporated in Jakarta Islamic Index during 2004-2008. This research using multiple regression analysis to examine five hypotheses consist of 4 independent variables and 1 dependent variable. The results show that earning per share, cash flow per share and book value per share had significant influence to stock price, but dividend payment had no significant influence to stock price. Keywords: Earning Per Share, Dividend Payment, Cash Flow Per Share, Book Value Per Share, Stock Price. berinvestasi di saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII), yaitu salah satu indeks yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Indeks JII diharapkan dapat berperan sebagai alat pemantau bagi manajer maupun pengamat pasar modal menjadi lebih tajam dan objektif, terutama ketika menilai saham-saham yang PENDAHULUAN Investasi di pasar modal sekurang-kurangnya perlu memperhatikan 2 hal, yaitu keuntungan yang diharapkan dan risiko yang mungkin terjadi. Ini berarti investasi dalam bentuk saham menjanjikan keuntungan sekaligus risiko. Investor cenderung akan berusaha memilih saham dengan risiko yang minimal. Salah satu caranya adalah dengan 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia. Penggunaan JII tidak dimaksudkan untuk mengganti IHSG maupun indeks sektoral yang digunakan saat ini. Membeli saham adalah membeli prospek perusahaan dan salah satu ukuran nilai perusahaan adalah harga saham. Harga saham mencerminkan penilaian atas kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan untuk menghasilkan dividen. Tinggi rendahnya harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari lingkungan eksternal maupun internal perusahaan. Pergerakan harga saham di pasar modal tergantung pada perkembangan ekonomi makro dan stabilitas politik. Selain itu sebuah penelitian yang dilakukan oleh O’Hara et al. (2000) mengemukakan bahwa harga saham juga dapat dipengaruhi oleh berbagai indikator keuangan (Margaretha dan Isni, 2007). Adapun indikator keuangan yang digunakan antara lain adalah earning per share, dividend payment, cash flow per share dan book value per share. Sehubungan dengan itu, earning per share (EPS) digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan per lembar saham. Perusahaan yang terus mengalami peningkatan laba akan lebih menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dimana peningkatan laba juga akan menaikkan earning per share. Naiknya earning per share akan mendorong naiknya permintaan akan saham tersebut yang juga akan mendorong naiknya harga saham tersebut. 10 November 2012 Selain itu, dividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang menjadi hak pemegang saham dan dibagibagikan pada para pemegang saham. Sehingga dividend payment dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan pengembalian dana (cash return) kepada para pemegang saham. Bagi investor, jumlah rupiah yang diterima dari pembagian dividen risikonya lebih kecil dari capital gain, dan dividen dapat diperkirakan sebelumnya sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Sehingga pembayaran dividen tinggi dianggap perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen dianggap prospek tingkat keuntungan yang kurang baik. Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya dividen yang dibayarkan. Di sisi lain, book value per share adalah arus kas operasi dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai pasar saham, yang benar akan dibayar untuk selembar saham, bisa lebih atau kurang dari nilai buku saham. Karena nilai pasar tergantung pada laba, sedangkan nilai buku mencerminkan nilai historis, maka tidak mengherankan kalau terjadi perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar dalam kondisi yang bergerak dinamis serta tidak pasti. Dari pembahasan diatas, diketahui bahwa earning per share (EPS), dividend payment, cash flow per share (CFS), dan book value per share (BVS) merupakan indikatorindikator keuangan yang dapat mempengaruhi harga suatu saham. ISSN: 1410 -9875 Dimana dengan menggunakan pendekatan indikator-indikator keuangan tersebut diharapkan investor dapat memperkirakan dan menentukan strategi investasi yang tepat yang berhubungan dengan jual dan beli saham di saat yang tepat sehingga dapat meningkatkan prospek keuntungan yang akan diraih oleh investor dalam memenuhi tujuan investasi jangka pendek, menengah dan panjang dari investor yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farah Margaretha dan Isni dengan menggunakan data saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45 pada periode tahun 2000-2004. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis menambahkan satu variabel yaitu variabel book value per share (BVS) dan mengganti variabel dividend per share dengan variabel dividend payment, dikarenakan tidak semua perusahaan membayar dividen, untuk mendukung penelitian ini serta tahun dasar yang berbeda, dimana penelitian sebelumnya menggunakan data periode tahun 2000-2004 pada saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45 sedangkan penelitian ini menggunakan data periode tahun 2004-2008 pada saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Alasan menggunakan saham-saham yang tergabung dalam JII dikarenakan masih sedikitnya investor yang melirik saham-saham yang tergabung JII sebagai salah satu alternatif untuk berinvestasi. Selama ini kebanyakan investor menggunakan indeks LQ45 sebagai acuan untuk berinvestasi. Padahal A. Sri Wahyudi dan Hendra saham-saham yang tergabung dalam JII juga menyimpan potensi yang tak kalah besar dalam meraih keuntungan (gain) apabila dibandingkan dengan saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45, dikarenakan saham-saham yang tergabung dalam JII merupakan saham-saham pilihan dimana selain memiliki tingkat likuiditas yang tinggi juga memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar. Selain itu mengingat Negara Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tidaklah salah kiranya bagi para investor yang ingin investasinya sesuai dan tidak bertentangan dengam syariat Islam untuk menggunakan indeks JII sebagai acuan untuk berinvestasi karena saham-saham yang tergabung dalam JII telah memenuhi kriteriakriteria investasi dalam syariat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah Earning Per Share (EPS), Dividend Payment, Cash Flow Per Share (CFS), dan Book Value Per Share (BVS) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham yang tergabung dalam JII. Harga Saham Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang akan datang dan risiko yang ditanggung oleh pemodal (Husnan, 2003:276). Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 saham, nilai perusahaan yaitu nilai saham ditambah dengan nilai pasar hutang. Husnan (2001) mengemukakan bahwa nilai saham adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Harga saham sendiri merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan saham yang bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2003). Lebih jauh lagi Halim (2003:16) menyatakan bahwa harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan saham yang bersangkutan di pasar bursa dan juga berlaku sebagai barometer dari pandangan pihak investor mengenai masa depan industri dan ekonomi pada umumnya. Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Istilah laba per lembar saham menunjukkan adanya pendapatan yang didapat dari setiap lembar saham biasa pada periode tertentu untuk perusahaan publik. Data laba per lembar saham untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, memproyeksikan laba di masa yang akan datang, dan membuat pertimbangan kesempatan umtuk berinvestasi. Para investor yang berinvestasi, biasanya memperhitungkan seberapa besar keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan investasi yang ditanam di dalam perusahaan 12 November 2012 tersebut. Salah satu analisis yang biasa digunakan oleh para investor untuk melakukan penilaian terhadap suatu saham adalah earning per share. Berikut ini adalah beberapa pengertian earning per share (EPS) yang dikemukan oleh beberapa ahli. Weygant et al. (2010:622) menyatakan bahwa, earning per share (EPS) indicates the net income earned by each share of outstanding common stock. Darmadji dan Fakhruddin (2001:139): berpendapat bahwa EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Adapun menurut Gitman (2006:681), earning per share represents the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of common stock. Earning per share adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Earning per share digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan per lembar saham. Pada dasarnya, investor akan berusahan melakukan investasi pada perusahaan yang mampu menghasilkan laba karena di dalam laba perusahaan tersebut terdapat return atas modal yang telah ditanamnya. Makin besar laba yang dihasilkan perusahaan maka return yang didapat investor diharapkan akan semakin besar pula sehingga laba selalu menjadi perhatian utama investor. Perusahaan yang terus mengalami peningkatan laba akan lebih ISSN: 1410 -9875 menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dimana peningkatan laba juga akan menaikkan earning per share. Naiknya earning per share akan mendorong naiknya permintaan akan saham tersebut yang juga akan mendorong naiknya harga saham tersebut. Dengan demikian diharapkan EPS dapat berpengaruh terhadap harga saham. Dividend Payment terhadap Harga Saham Perusahaan memperoleh sejumlah keuntungan dari kegiatan usaha yang dijalankannya. Sebagian dari keuntungan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan sebagian lainnya akan dicadangkan sebagai laba ditahan (retained earning). Menurut Halim (2003:17), dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Lebih jauh lagi Darmadji dan Fakhruddin (2001:127) berpendapat bahwa dividen merupakan pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan RPS. Dividen itu sendiri bisa dalam bentuk tunai (cash dividend) ataupun dividen saham (stock dividend). Sedangkan menurut Gitman (2006:6) menyatakan, “dividends is periodic distributions of earnings to the stockholders of a firm.” Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham baik dalam bentuk cash maupun dalam bentuk saham. Pada umumnya apabila pendapatan korporasi stabil, maka untuk pembayaran dividen juga A. Sri Wahyudi dan Hendra akan stabil. Kebijaksanaan dividen korporasi sangat penting karena alasan-alasan sebagai berikut (Tampubolon, 2005:183): Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham dan akan menjadi pemegang saham. Investor atau pemegang saham tidak mempunyai opini yang negative tentang korporas, seandainya dividen dipotong karena adanya keterkaitan antara potongan tersebut dengan persoalan keuangan korporasi. Dengan demikinan, kebijaksanaan keuangan korporasi dari pihak manajemen harus mampu meyakinkan serta member jaminan akan tercapainya tujuan-tujuan bagi pemegang saham. Apabila pemegang saham dikecewakan, maka pemegang saham akan melepas saham-sahamnya dengan menjual, yang pada gilirannya harga saham di pasar bursa akan menurun. Ketidakpuasan pemegang saham akan menimbulkan kemungkinan pengendalian korporasi akan dilakukan oleh orang-orang di luar korporasi. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital budgeting korporasi tersebut. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi cash flow korporasi. Suatu korporasi dengan posisi likuiditas rendah akan dipaksa untuk membatasi pembayaran dividen. Kebijaksanaan dividen dapat menurunkan nilai modal saham korporasi karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan utang/modal (debt/equity) rasio korporasi. 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Pada kondisi tertentu, cash flow dan keperluan investasi korporasi tidak jelas, korporasi tidak perlu membayar dividen yang tinggi dan teratur. Akan tetapi, lebih baik untuk menetapkan suatu dividen yang rendah dan teratur (low regular dividend) yang dapat dipenuhinya, sekalipun dalam tahun-tahun yang kurang baik. Dividend payment menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan pengembalian dana (cash return) kepada para pemegang saham dimana pembagian dividen menjadi salah satu faktor yang menarik minat investor dalam membeli saham. Bagi investor, jumlah rupiah yang diterima dari pembagian dividen risikonya lebih kecil dari capital gain, dan dividen dapat diperkirakan sebelumnya sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Sehingga pembayaran dividen tinggi dianggap perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen dianggap prospek tingkat keuntungan yang kurang baik. Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya dividen yang dibayarkan. Cash Flow Per Share (CFS) Arus kas bagi sebuah perusahaan lebih penting dibandingkan dengan laba bersih perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan harus mengeluarkan dividen yang dibayar secara tunai dan kas yang diperlukan dalam membeli aktiva untuk melanjutkan operasi perusahaan. Tujuan dari perusahaan itu sendiri adalah memaksimalkan harga saham. Karena nilai setiap aktiva, termasuk 14 November 2012 saham, tergantung pada arus kas yang dihasilkan oleh aktiva tersebut. Dalam hal ini, manajer harus berusaha memaksimalkan arus kas yang tersedia bagi investor dalam jangka panjang. Gitman (2006), menjelaskan bahwa arus kas adalah kas bersih aktual yang dihasilkan perusahaan selama beberapa periode tertentu. Dimana di dalamnya terdiri dari arus kas operasi (operating cash flow), pengeluaran investasi awal (initial cash flow), dan arus kas tahun terakhir (terminal cash flow). Untuk memperkuat hal ini, Murdifin dan Salim (2003), menyatakan bahwa Laba bersih perusahaan adalah hal penting, tetapi arus kas lebih penting lagi karena dividen harus dibayar secara tunai dan karena kas diperlukan dalam membeli aktiva untuk melanjutkan operasi perusahaan. Informasi mengenai arus kas, sumber dan penggunaannya dapat mempengaruhi pembuatan keputusan secara serius. Dapat disimpulkan bahwa cash flow per share dapat digunakan untuk melihat penggunaan kas terhadap para pemegang saham. Selain itu, Weygandt et al. (2005) menyatakan bahwa maksud utama dari penyajian laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan, pembayaran kas, dan perubahan kas dari hasil kegiatan operasi investasi dan keuangan dalam suatu periode tertentu. Cash flow per share adalah arus kas operasi dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Book Value Per Share Nilai buku saham sangat menetukan harga pasar saham yang ISSN: 1410 -9875 bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum investor memutuskan untuk membeli atau menjual saham, mereka harus memperhatikan nilai buku saham yang bersangkutan dan membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku saham mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku saham bersifat dinamis tergantung pada perubahan nilai kekayaan bersih ekonomis pada suatu saat (Halim, 2003:16). Adapun Gitman (2006:351) menyatakan bahwa Book value per share is simply the amount per share of common stock that would be receive if all of the firm’s assets were sold for their exact book (accounting) value and the proceeds remaining after paying all liabilities (including preferred stock) were divided among the common stockholders. Lebih jauh lagi, Sundjaja dan Barlian (2003:130) mendefinisikan bahwa Nilai buku per saham adalah jumlah per lembar saham biasa yang harus diterima jika semua aktiva perusahaan dijual pada nilai buku (nilai akuntansi) jika hasil yang tersisa setelah membayar seluruh kewajiban (termasuk saham preferen) dibagi di antara pemegang saham biasa. Adapun menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:140) menyatakan bahwa book value menggambarkan perbandingan total modal (ekuitas) terhadap jumlah saham. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa book value per share adalah total modal (ekuitas) dibagi dengan jumlah A. Sri Wahyudi dan Hendra lembar saham yang beredar (shares outstanding). METODA PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham yang tergabung dalam JII selama lima periode yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu dimana pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999:131). Peneliti mengambil sampel berdasarkan kriteria, dimana peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam pemilihan sampel. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1). Perusahaan yang bersangkutan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai saham yang tergabung dalam JII sebelum periode penelitian dan harus tetap terdaftar selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. 2). Perusahaan memiliki informasi harga saham berupa closing price per 31 desember selama periode tahun 2004 sampai 2008. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham adalah harga yang 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan saham yang bersangkutan di pasar bursa. Harga saham diambil dari harga saham pada akhir tahun observasi (closing price), yaitu pada akhir bulan Desember masing-masing tahun. HASIL PENELITIAN Earning Per Share Terhadap Harga Saham Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk tingkat signifikansi 5%, earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Makin besar laba yang dihasilkan perusahaan maka return yang didapat investor diharapkan akan semakin besar pula sehingga laba selalu menjadi perhatian utama investor. Perusahaan yang terus mengalami peningkatan laba akan lebih menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dimana peningkatan laba juga akan menaikkan earning per share. Naiknya earning per share akan mendorong naiknya permintaan akan saham tersebut yang juga akan mendorong naiknya harga saham tersebut. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdi (2005), akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2007); dan Farah Margaretha dan Isni (2007). 16 November 2012 Dividend Payment Terhadap Harga Saham Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk tingkat signifikansi 5%, dividend payment tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dividend payment menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan pengembalian dana (cash return) kepada para pemegang saham dimana pembagian dividen menjadi salah satu faktor yang menarik minat investor dalam membeli saham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fara dan Aruna (2004), akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farah Margaretha dan Isni (2007). Cash Flow Per Share Terhadap Harga Saham Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk tingkat signifikansi 5%, cash flow per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Jika perusahaan memiliki arus kas yang baik dan terus meningkat maka investor akan yakin bahwa perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya pada investor, antara lain membayar dividen tunai dan membeli aktiva untuk melanjutkan operasi perusahaan selain untuk dapat membayar hutang yang telah jatuh tempo, sehingga hal ini akan mendorong minat investor untuk investasi di dalam saham perusahaan tersebut. Naiknya minat investor akan mendorong naiknya harga saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2007), ISSN: 1410 -9875 akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fara dan Aruna (2004) dan Farah Margaretha dan Isni (2007). Book Value Per Share Terhadap Harga Saham Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk tingkat signifikansi 5%, book value per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Apabila book value per share naik, ini menunjukkan bahwa modal (equity) perusahaan naik dimana akan tersedia sumber dana jangka panjang yang dapat digunakan untuk membeli asset. Perusahaan membeli asset mengakibatkan Total Asset Turn Over tinggi yang akan berimbas kepada naiknya penjualan. Penjualan naik akan mengakibatkan laba juga meningkat dan dapat menarik minat investor untuk membeli saham tersebut karena kinerja perusahaan naik yang akan berimbas pada naiknya harga saham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdi (2005). PENUTUP Setelah melakukan analisis dan pembahasan tentang pengaruh earning per share (EPS), dividend payment, cash flow per share (CFS) dan book value per share (BVS) terhadap harga saham, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1). Earning per share (EPS), dividend payment, cash flow per share (CFS), dan book A. Sri Wahyudi dan Hendra value per share (BVS) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. 2). Earning per share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdi (2005), akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2007) dan Farah Margaretha dan Isni (2007). 3). Dividend payment tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fara dan Aruna (2004), akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farah Margaretha dan Isni (2007). 4). Cash flow per share (CFS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian Ho4 ditolak dan Ha4 diteruma. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2007), akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fara dan Aruna (2004) dan Farah Margaretha dan Isni (2007). 5). Book value per share (BVS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian Ho5 ditolak dan Ha5 diterima. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdi (2005). 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 REFERENSI Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Fara, D. Ch dan Aruna Wirjolukito. 2004. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEJ. Jurnal Manajemen, Vol 1 No. 1:43-60. Ferdi. 2005. Analisis Pengaruh Earning Per Share, Book Value Per Share, Debt To Equity Ratio, Dividend Payout Ratio Dan Total Debt Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertanian. Thesis, Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. 2006. Principles Managerial Finance. Boston: Pearson Education Inc. Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Haming, Murfidin dan Salim Basalamah. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Proyek dan Bisnis. Jakarta : Penerbit PPM. Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: KPP AMP YKPN. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto, H.M. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE. Margaretha, Farah dan Isni. 2007. Pengaruh Indikator Keuangan Terhadap Harga Saham. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 7, No. 1: 59-78. Sriwahyuni. 2007. Analisis Pengaruh EPS, EVA, Dan Cash Flow Terhadap Harga Saham LQ-45 Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2003. Jurnal Akuntansi: 52-60. Sundjaja, Ridwan S. dan Iage Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2. Jakarta: Literata Lintas Media. Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management). Bogor: Ghalia Indonesia. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso. 2010. Accounting Principle. 9th Edition. United States: John Wiley dan Sons Inc. 18 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 19-38 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KOMPONEN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA BINO SULAKSONO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to investigate and explain the impact of human capital efficiency, structural capital efficiency, and capital employed efficiency on company performance. (ROA, ATO, RG, OCF, ROE, and, EPS). Population in this research is all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2008-2010. Samples are obtained through purposives sampling method, in which only 98 of the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange meet the sampling criteria and are used as the samples. Multiple regression analysis and hypothesis testing are used as the data analysis method in this research. Based on hypothesis testing, it shows that human capital efficiency positively affects return on assets, revenue growth, and operating cash flow ratio; and do not affect asset turnover, return on equity, and earning per share. Structural capital efficiency positively affects return on assets; negatively affects asset turnover; and do no affect revenue growth, operating cash flow ratio, return on equity, and earning per share. Capital employed efficiency positively affects return on assets, asset turnover, operating cash flow ratio, return on equity, and earning per share; and do not affect revenue growth. Keywords: Company Performance (ROA, ATO, RG, OCF, ROE, and EPS), Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, and Capital Employed Efficiency. based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) sehingga diharapkan perusahaan dapat mempunyai karakteristik utama berdasarkan pengetahuan. Perkembangan ekonomi yang baru dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan. Hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual PENDAHULUAN Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan bisnis antara perusahaan-perusahaan memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah pola pikir mereka dalam menjalankan aktivitasnya. Agar perusahaan dapat bertahan, pola pikir mereka yang dulunya didasarkan oleh tenaga kerja (labor 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 capital (IC). Area yang menjadi perhatian sejumlah akademisi dan praktisi adalah manfaat dari intellectual capital (IC) tersebut sebagai alat untuk menentukan nilai perusahaan (Guthrie 2000). Penelitian intellectual capital (IC) menjadi sebuah tantangan yang patut dikembangkan. Oleh karena itu, beberapa penulis menyarankan untuk tidak membentuk sistem manajemen dan pelaporan yang akan meningkatkan kurang kerelevansian sistem karena sistem tersebut tidak dapat menyediakan eksekutif (direksi) informasi yang esensial untuk proses dalam pengelolaan berdasarkan pengetahuan dan sumber tak berwujud (Bornemann dan Leitner 2002). Intangible asset baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen (Stewart 1997). Hal ini sangat menarik karena intangible asset tradisional seperti modal merk, paten dan goodwill tetap jarang dilaporkan dalam laporan keuangan (Tan et al. 2007). Menurut fakta, IAS (Intenational Accounting Standard) 38 tentang Intangible Assets atau Aktiva tak berwujud melarang pengakuan merk yang dibuat secara internal seperti publishing titles dan daftar pelanggan (Tan et al. 2007). Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun kurang lebih IC telah 20 November 2012 mendapat perhatian (Sunarsih dan Mendra 2012). Sampai dengan saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan basis konvensional (conventional based) dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Di samping itu, perusahaanperusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap modal manusia (human capital), modal struktural (structural capital), dan modal pelanggan (customer capital). Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini dapat diambil karena minimnya informasi tentang modal intelektual di Indonesia. Perusahaanperusahaan di Indonesia akan lebih mampu menghadapi persaingan, apabila mereka menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui kreatifitas dan inovasi yang dihasilkan dari intellectual capital yang dimilikinya (Ritonga dan Andriyanie 2011). Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin favourable (baik) di mata konsumen. Modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannnya dalam laporan keuangan. Selain itu, penelitian mengenai modal intelektual dapat membantu Bapepam dan Ikatan Akuntan Indonesia menciptakan standar yang lebih baik dalam pengungkapan modal intelektual. Dengan berbagai latar belakang tersebut, maka modal ISSN: 1410 -9875 intelektual merupakan hal penting dalam suatu perusahaan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai modal intelektual dengan judul ”Pengaruh Komponen Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Razafindrambinina dan Anggreni (2011), yang menyatakan bahwa human capital efficiency tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian aset, perputaran aset, pertumbuhan pendapatan, dan arus kas dari aktifitas operasi. Structural capital efficiency berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian aset, perputaran aset, dan arus kas dari aktifitas operasi dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan. Capital employed efficiency berpengaruh positif terhadap perputaran aset dan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian aset, pertumbuhan pendapatan, dan arus kas dari aktifitas operasi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 sampai dengan 2010. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti apakah ada faktor yang signifikan dengan memasukkan faktor-faktor human capital efficiency, structural capital efficiency, dan capital employed efficiency terhadap tingkat pengembalian asset, perputaran asset, pertumbuhan pendapatan, dan arus kas dari aktifitas operasi pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 sampai dengan Bino Sulaksono 2010. Variabel dependen yang ditambahkan pada penelitian ini adalah tingkat pengembalian ekuitas dan pendapatan per saham. Pengembangan lainya yang dilakukan oleh peneliti adalah objek penelitian, peneliti menggunakan perusahaanperusahaan manufaktur yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara human capital efficiency, structural capital efficiency, dan capital employed efficiency terhadap tingkat pengembalian aset, perputaran aset, pertumbuhan pendapatan, arus kas dari aktifitas operasi, tingkat pengembalian ekuitas, dan pendapatan per saham. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh antara human capital efficiency, structural capital efficiency, dan capital employed efficiency terhadap tingkat pengembalian aset, perputaran aset, pertumbuhan pendapatan, arus kas dari aktifitas operasi, tingkat pengembalian ekuitas, dan pendapatan per saham. Hasil penelitian ini diharapkan dapat penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk mengetahui bagaimana modal intelektual dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pihak manajemen agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan khususnya dalam modal intelektual. Bagi pihak investor, penelitian ini diharapkan dapat 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam melakukan suatu investasi di suatu perusahaan. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan gambaran dalam menentukan komponen modal intelektual mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Organisasi penulisan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bagian pertama adalah pendahuluan, bagian kedua membahas rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, bagian ketiga membahas metoda penelitian, bagian keempat membahas analisis dan pembahasan, dan bagian terakhir membahas penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Hubungan keagenan (agency relationship) timbul ketika satu atau lebih orang (principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa dan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada agen tersebut (Brigham 2006). Sebagai contoh, dua hubungan keagenan, sebagai berikut: (1) antara manajer dan para pemegang saham dan (2) antara manajer dengan kreditur. Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh adanya suatu konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan principal (pemilik/investor) yang 22 November 2012 timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya tersebut. Konflik kepentingan antar agen (manajemen) dan principal (pemilik/investor) disebut dengan istilah masalah keagenan (agency problem). Asymmetric Information Theory Asymmetric information theory merupakan suatu kondisi dimana manager perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan investor (Gitman 2012). Sebagai contoh, seorang manajer membuat keputusan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham, dengan demikian asymmetric information dapat mempengaruhi keputusan struktur modal yang dibuat oleh manajer. Stockholder Equity Theory Menurut Guthrie (2000) teori ini mengharapkan manajemen perusahaan untuk melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan kepada para pemegang saham (stockholder), yang berisi dampak aktivitas-aktivitas tersebut pada perusahaan mereka, meskipun nantinya mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut. Teori ini menganggap akuntabilitas organisasional tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau keuangan saja, sehingga perusahaan perlu melakukan pengungkapan tentang modal intelektual (intellectual capital) lebih dari yang diharuskan oleh badan yang berwenang. ISSN: 1410 -9875 Knowledged-Based Theory Knowledge-based theory menganggap pengetahuan sebagai sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan karena pengetahuan merupakan aset yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja perusahaan. Ulum (2008) menjelaskan bahwa dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri. PSAK No. 19 Di Indonesia, fenomena modal intelektual (intellectual capital) mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK no. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai modal intelektual (intellectual capital), namun lebih kurang modal intelektual (intellectual capital) telah mendapat perhatian. Paragraf ke-9 dari pernyataan tersebut menyebutkan beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud antara lain: ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, dan pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Modal Intelektual Sampai saat ini definisi modal intelektual seringkali dimaknai secara berbeda. Sebagai sebuah konsep modal intelektual Bino Sulaksono merujuk pada modal-modal non fisik atau modal tidak berwujud yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan (Sunarsih dan Mendra 2012). Modal Intelektual (Intellectual capital) memiliki peran yang sangat penting dan strategis di perusahaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa modal intelektual (intellectual capital) merupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang akhirnya mendatangkan future economic benefit pada perusahaan tersebut. Jadi inti dari keberadaan modal intelektual (intellectual capital) adalah pengetahuan itu sendiri yang didukung proses informasi untuk menjalin hubungan dengan pihak luar. Komponen Modal Intelektual Bontis (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis (2000), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance, education, experience, dan attitude tentang kehidupan dan bisnis. Lebih lanjut Bontis (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process manuals, strategies, 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC) merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal tersebut melalui proses berbisnis (Bontis 2000). Kinerja Perusahaan Kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan oleh laporan keuangannya. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan sangat diperlukan dalam relasi dengan kepuasan konsumen proses internal, dan aktivitas yang berhubungan dengan perbaikan dan inovasi dalam organisasi yang membawa pada future financial return (Dewi et al. 2008). Kinerja perusahaan dapat diukur dengan elemen keuangan maupun non keuangan, elemen keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), asset turnover (ATO), growth in revenue (GR), operating cash flow (OCF), return on equity (ROE), earning per share (EPS) sedangkan pengukuran elemen non keuangan dengan menggunakan balance scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (2001). Penelitian Terdahulu Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Return on Assets Razafindrambinina dan Anggreni (2011) dalam 24 November 2012 penelitiannya membuktikan bahwa modal intelektual (intellectual capital) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaanperusahaan di sektor barang-barang kebutuhan. Penelitiannya menunjukkan bukti empiris bahwa perusahaan yang memiliki modal intelektual (intellectual capital) yang lebih baik, mempunyai profitabilitas yang lebih baik pula di tahun berjalan. Pada penelitian Razafindrambinina dan Anggreni (2011), hanya variabel SCE yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan return on assets (ROA), ini menunjukkan bahwa hanya efisiensi dari structural capital pada perusahaanperusahaan barang kebutuhan berkontribusi kepada pertumbuhan ROA. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Asset Turnover Razafindrambinina dan Anggreni (2011) dalam penelitiannya dengan menggunakan metode VAIC™ Pulic (1998) membuktikan bahwa modal intelektual (intellectual capital) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan-perusahaan di sektor barang-barang kebutuhan. Penelitiannya menunjukkan bukti empiris bahwa perusahaan yang memiliki modal intelektual (intellectual capital) yang lebih baik, mempunyai produktifitas yang lebih baik pula di tahun berjalan. Penelitiannya juga memberikan bukti empiris bahwa modal intelektual (intellectual capital) mempunyai hubungan positif terhadap asset turnover (ATO). Pada penelitian yang dilakukan oleh ISSN: 1410 -9875 Razafindrambinina dan Anggreni (2011), human capital efficiency (HCE) tidak berpengaruh terhadap produktifitas (ATO) perusahaan, sedangkan SCE dan CEE berpengaruh positif terhadap ATO. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Revenue Growth Razafindrambinina dan Anggreni (2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa modal intelektual (intellectual capital) berpengaruh terhadap revenue growth (RG). Dalam penelitiannya juga, dikemukakan bahwa modal intelektual (intellectual capital) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaanperusahaan di sektor barang-barang kebutuhan. Penelitiannya menunjukkan bukti empiris bahwa perusahaan yang memiliki modal intelektual (intellectual capital) yang lebih baik mempunyai pertumbuhan yang lebih baik pula di tahun berjalan. Razafindrambinina dan Anggreni (2011) pada penelitiannya pula, memberikan bukti empiris bahwa HCE, SCE, dan CEE tidak bepengaruh terhadap revenue growth (RG). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Operating Cash Flow ratio Razafindrambinina dan Anggreni (2011) dalam penelitiannya dengan menggunakan metode VAIC™ Pulic (1998) memberikan bukti empiris bahwa human capital berpengaruh secara positif terhadap operating cash flow perusahaan. Pada penelitian Razafindrambinina dan Anggreni (2011), hanya variabel structural Bino Sulaksono capital efficiency (SCE) yang berhubungan positif dan juga merupakan kontributor yang paling berpengaruh terhadap operating cash flow ratio (OCF) dan perubahan-perubahan yang dialaminya sedangkan HCE dan CEE tidak berpengaruh terhadap OCF. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Return on Equity Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rehman et al. (2012) di dalam penelitannya yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara modal intelektual dengan ROE. Rehman et al. (2012) dalam penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa human capital efficiency (HCE), structural capital efficiency (SCE), dan capital employed efficiency (CEE) mempunyai hubungan substantif yang positif terhadap return on equity (ROE). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Earning per Share Pada penelitian yang dilakukan oleh Rehman et al. (2012), memberikan bukti empiris bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap EPS. Menurut Rehman et al. (2012) di dalam penelitiannya, tidak ada pengaruh dari HCE, SCE, dan CEE terhadap EPS. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 Human Capital Efficiency berpengaruh terhadap Return on Assets. Ha2 Structural Capital Efficiency berpengaruh terhadap Return on Assets. 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Ha3 Ha4 Ha5 Ha6 Ha7 Ha8 Ha9 Ha10 Ha11 Ha12 Ha13 Ha14 Ha15 Ha16 Ha17 26 Customer Capital Efficiency berpengaruh terhadap Return on Assets. Human Capital Efficiency berpengaruh terhadap Asset Turnover. Structural Capital Efficiency berpengaruh terhadap Asset Turnover. Customer Capital Efficiency berpengaruh terhadap Asset Turnover. Human Capital Efficiency berpengaruh terhadap Revenue Growth. Structural Capital Efficiency berpengaruh terhadap Revenue Growth. Customer Capital Efficiency berpengaruh terhadap Revenue Growth. Human Capital Efficiency berpengaruh terhadap Operating Cash Flow ratio. Structural Capital Efficiency berpengaruh terhadap Operating Cash Flow ratio. Customer Capital Efficiency berpengaruh terhadap Operating Cash Flow ratio. Human Capital Efficiency berpengaruh terhadap Return on Equity. Structural Capital Efficiency berpengaruh terhadap Return on Equity. Customer Capital Efficiency berpengaruh terhadap Return on Equity. Human Capital Efficiency berpengaruh terhadap Earning per Share. Structural Capital Efficiency berpengaruh terhadap Earning per Share. November 2012 Ha18 Customer Capital Efficiency berpengaruh terhadap Earning per Share. METODE PENELITIAN Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Dalam pengambilan sampel, metode yang digunakan adalah purposive sampling. Definisi Operasional Tingkat Pengembalian Aset Tingkat pengembalian aset merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Tingkat pengembalian aset merefleksikan besarnya hasil yang diperoleh perusahaan atas semua sumber daya keuangan yang telah ditanamkan pada perusahaan. Perputaran Aset Perputaran aset menunjukkan tingkat produktifitas dari sebuah perusahaan. Perputaran aset mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya dalam menghasilkan penjualan atau pendapatan. Pertumbuhan Pendapatan Pertumbuhan pendapatan mengukur perubahan-perubahan dalam pendapatan perusahaan, dalam kasus ini, dari tahun ke tahun. Peningkatan pendapatan memberi isyarat kepada perusahaan bahwa terjadi kemungkinan untuk bertumbuh (Razafindrambinina dan Anggreni ISSN: 1410 -9875 2011). Pertumbuhan dalam pendapatan diukur dengan membagi pendapatan perusahaan dari laporan keuangan terakhir dengan pendapatan perusahaan tahun sebelumnya. Arus Kas dari Aktifitas Operasi Arus kas dari aktifitas operasi merupakan kas bersih yang dihasilkan dari aktifitas operasi. Arus kas dari aktifitas operasi dihasilkan dengan mengambil pendapatan bersih, menambahkan kembali nilai dari depresiasi, dan membuat penyesuaian untuk merefleksikan perubahanperubahan dalam akun modal kerja, yang terdiri dari, piutangpiutang, utang-utang, inventaris, dan akun tetap lainnya di dalam neraca keuangan (Razafindrambinina dan Anggreni 2011). Tingkat Pengembalian Ekuitas Rasio tingkat pengembalian ekuitas merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan keuntungan investasi. Tingkat pengembalian ekuitas mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat menghasilkan setiap rupiah dari modal pemegang saham. Rasio tingkat pengembalian ekuitas secara umum dipertimbangkan sebagai indikator keuangan yang penting bagi investor (Chen et al. 2005). Pendapatan per Saham EPS adalah pengukuran dari laba bersih yang didapat pada setiap saham biasa. Formula untuk memperoleh pendapatan per saham menurut adalah laba bersih dikurangi dengan dividen preferen Bino Sulaksono dan kemudian dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. Human Capital Efficiency The human capital coefficient (VAHU) adalah seberapa besar value added (VA) dibentuk oleh pengeluaran rupiah pekerja. Modal manusia (human capital/HC) mengacu pada nilai kolektif dari modal intelektual (intellectual capital) perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan (Firer dan Williams 2003), diukur dengan human capital efficiency (HCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (value added/VA) modal manusia. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai pada sebuah perusahaan. Value added merupakan hasil dari pengurangan dari total penjualan dan pendapatan lain dengan beban penjualan dan biayabiaya lain (selain beban karyawan). Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC membentuk nilai dalam sebuah perusahaan. Structural Capital Efficiency Modal struktural (structural capital/SC) dapat didefinisikan sebagai competitive intelligence, formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, dan sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan dari waktu ke waktu (Firer dan Williams 2003), diukur dengan structural capital efficiency (SCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (value added/VA) modal struktural (SC). 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Capital Employed Efficiency Modal yang digunakan (capital employed/CE) didefinisikan sebagai total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Firer dan Williams 2003), diukur dengan capital employed efficiency (CEE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (value added/VA) modal yang digunakan. November 2012 ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sampel Sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan kriteriakriteria tertentu dalam penelitian. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel No. Deskripsi Kriteria 1 Semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2010. 2 Perusahaan yang tidak konsisten menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian. 3 Perusahaan yang tidak menyampaikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah secara konsisten selama periode penelitian. 4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember secara konsisten selama periode penelitian. 5 Perusahaan yang tidak mengungkapkan beban gaji/upah karyawan secara konsisten selama periode penelitian. 6 Total perusahaan dan data penelitian Jumlah Perusahaan Jumlah Data 127 381 0 0 (24) (72) (3) (9) (2) (6) 98 294 Sumber: Data yang dikumpulkan Statistik Deskriptif Variabel Hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini baik variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Variabel HCE SCE CEE 28 N 294 294 294 Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean -1.7996 44.7319 3.488947 -2.3107 5.7924 0.667941 -2.2271 1.8222 0.322893 Std. Deviation 3.4792067 0.6169554 0.3430996 ISSN: 1410 -9875 Variabel ROA ATO RG OCF ROE EPS Bino Sulaksono N 294 294 294 294 294 294 Minimum -1.1458 0.0340 -0.6678 -0.5294 -4.3512 -491.0000 Maximum 0.5645 5.6591 2.9670 0.5736 42.1126 13439.0000 Mean 0.090729 1.190654 0.148253 0.069214 0.386418 542.249531 Std. Deviation 0.1630374 0.6832088 0.2815398 0.1218916 2.6363843 1803.065607 Sumber: Output Data SPSS 19 Tabel 3 Hasil Statistik Deskriptif Setelah Outlier Variabel Dependen ROA Sumber: Output Data SPSS 19 Variabel HCE SCE CEE ROA N 274 274 274 274 Minimum -1.7996 -1.0924 -0.2469 -0.1807 Maximum 11.5794 2.1044 1.3260 0.5645 Mean 3.441926 0.619532 0.349781 0.10629 Std. Deviation 2.2767575 0.2934815 0.2048254 0.1130018 Tabel 4 Hasil Statistik Deskriptif Setelah Outlier Variabel Dependen OCF Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation HCE 274 -1.7996 11.5794 3.405953 2.2774728 SCE 274 -1.0924 2.1187 0.623809 0.3066445 CEE 274 -0.2469 1.3260 0.342987 0.1987167 OCF 274 -0.2827 0.4159 0.070923 0.1032432 Sumber: Output Data SPSS 19 Uji Normalitas Residual Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan alpha 0,05 untuk melihat normalitas data yang akan diuji. Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data Residual Sebelum Outlier Variabel Depende n ROA N Asymp. Sig (2tailed) 294 0,000 Keterangan Tidak berdistribusi normal N 274 Setelah Outlier Asymp . Sig (2tailed) Keterangan 0,226 Berdistribusi normal 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Sebelum Outlier Variab el Depend e n N Asymp. Sig (2tailed) ATO 294 0,002 RG 294 0,000 OCF 294 0,026 ROE 294 0,000 EPS 294 0,000 Keterangan Tidak berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Hasil pengujian multikolinearitas pada data penelitian ini menunjukkan nilai . Variabel Dependen ROA ATO RG OCF ROE EPS 273 275 Setelah Outlier Asymp . Sig (2tailed) Keterangan Tidak berdistribusi 0,032 normal Tidak berdistribusi 0,001 normal 274 0,245 274 0,000 270 0,000 Berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal tollerance ≥ 0,1 dan VIF ≤10, sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen HCE SCE CEE Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance 0,764 1,309 0,777 1,287 0,974 0,980 1,021 0,992 1,008 0,984 0,980 1,021 0,992 1,008 0,984 0,814 1,228 0,822 1,216 0,969 0,980 1,021 0,992 1,008 0,984 0,980 1,021 0,992 1,008 0,984 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi 30 N November 2012 VIF 1,026 1,017 1,017 1,032 1,017 1,017 ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kriteria yang digunakan untuk menentukan ISSN: 1410 -9875 Bino Sulaksono terjadinya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: jika nilai signifikan ≥ 0,05 berarti tidak Variabel Depende n Sig. ROA 0,676 ATO 0,978 RG 0,000 OCF 0,015 ROE 0,168 EPS 0,013 terjadi heteroskedastisitas dan jika nilai signifikan < 0,05 berarti terjadi heteroskedastisitas. Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Independen HCE SCE Keterangan Sig. Keterangan Sig. Tidak 0,28 Tidak Terjadi 5 Terjadi 0,000 Tidak 0,06 Tidak Terjadi 8 Terjadi 0,000 0,00 Terjadi 0 Terjadi 0,000 0,53 Tidak Terjadi 6 Terjadi 0,000 Tidak 0,90 Tidak Terjadi 0 Terjadi 0,056 0,58 Tidak Terjadi 3 Terjadi 0,026 Uji Autokorelasi Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat CEE Keterangan Terjadi Terjadi Terjadi Terjadi Tidak Terjadi Terjadi menggunakan uji Bruesch-Godfrey. Dasar ketentuan terjadi atau tidaknya autokorelasi adalah: 1. Jika nilai signifikan ≥ dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi. 2. Jika nilai signifikan < dari 0,05 maka terjadi autokorelasi. Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel dependen ROA ATO RG OCF ROE EPS Sig. 0,622 0,029 0,647 0,283 0,806 0,448 Pengujian Hipotesis Analisis Koefisien Korelasi Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi Keterangan Tidak terjadi Autokorelasi Terjadi Autokorelasi Tidak terjadi Autokorelasi Tidak terjadi Autokorelasi Tidak terjadi Autokorelasi Tidak terjadi Autokorelasi atau hubungan linear di antara dua variabel. Jika angka R ≥ 0,5 maka korelasi atau hubungan di antara variabel dependen dan independen 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 adalah kuat. Sebaliknya jika angka < 0,5 maka korelasi atau hubungan di antara variabel dependen dan independen adalah lemah. Apabila ada korelasi, maka dapat pula dilihat arah nya apakah positif atau negatif. Analisa Adjusted R Square (Multiple Regression Analysis) Digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali 2011). Kriteria November 2012 penilaian adjusted R-square menurut Ghozali (2011) adalah bila nilai Adjusted R Square kecil, berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat kecil, sedangkan bila nilai Adjusted R Square mendekati 1, berarti variabelvariabel independen dapat memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 8 Hasil Analisis Korelasi (R) dan Analisis Adjusted R-square Variabel Adjusted R dependen R Square ROA 0,694 0,481 ATO 0,236 0,055 RG 0,468 0,219 OCF 0,504 0,254 ROE 0,187 0,035 EPS 0,220 0,049 Uji F (Anova) Uji F (Anova) merupakan pengujian untuk mengetahui apakah model regresi digunakan untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini sudah fit atau belum (Ghozali 2011). Dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu: 1. Apabila sig < 0,05 menunjukkan model regresi fit dengan data yang digunakan. 2. Apabila sig ≥ 0,05 menunjukkan model regresi tidak fit dengan data yang digunakan. 32 Tabel 8 Hasil F Variabel dependen ROA ATO RG OCF ROE EPS Sig Keterangan 0,000 Model fit 0,001 Model fit 0,000 Model fit 0,000 Model fit 0,016 Model fit 0,002 Model fit Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel ISSN: 1410 -9875 Bino Sulaksono dependen menurut Ghozali (2011). Dalam penelitian ini tingkat α yang digunakan adalah 5% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Dasar pengambilan keputusan adalah: 1. Jika sig t < 0,05 maka Ha diterima yang artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Jika sig t ≥ 0,05 maka Ha tidak dapat diterima yang artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 9 Hasil t Variabel dependen HCE Koefisien 0,015 0,003 0,038 0,014 -0,026 45,719 ROA ATO RG OCF ROE EPS Sig. 0,000 0,764 0,000 0,000 0,562 0,128 SCE Koefisien 0,059 -0,179 -0,035 0,025 0,095 101,020 Sig. 0,002 0,005 0,141 0,207 0,700 0,548 CEE Koefisien 0,295 0,324 0,000 0,170 1,444 992,676 Sig. 0,000 0,005 0,993 0,000 0,001 0,001 PENUTUP Kesimpulan Variabel depend en ATO RG OCF ROE EPS HCE Pengaru h (+) Tidak Pengaru h ROA < < < < < < Tabel 10 Kesimpulan Variabel Independen SCE Tidak Pengaru Pengaru Pengaru h (+) h (-) h CEE Pengaru h (+) < Tidak Pengaru h < < < < < < < < < < < 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sehingga jumlah populasi penelitian terbatas. 2. Periode pengamatan dalam penelitian ini masih terbatas, yaitu hanya tiga tahun dari tahun 2008-2010. 3. Terdapat masalah asumsi klasik pada model-model regresi yaitu heteroskedastisitas. 4. Pada model regresi ke-dua yang menggunakan variabel dependen ATO, terdapat masalah asumsi klasik yaitu autokorelasi. 5. Uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa pada model-model regresi yang ada menunjukkan bahwa nilai R2 masih berkecenderungan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel-variabel dependen masih dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam penelitian. Rekomendasi Dengan terdapatnya keterbatasan penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan penulis bagi penelitian berikutnya adalah: November 2012 1. Obyek penelitian yang digunakan sebaiknya diperluas untuk memperoleh jumlah sampel yang lebih besar seperti menggunakan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan periode penelitian yang lebih panjang dengan mengambil sampel lebih dari tiga tahun agar terbebas dari masalah asumsi klasik. 3. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel-variabel independen lainnya yang memiliki kemungkinan mempengaruhi variabel dependen yang ada agar masalah heteroskedastisitas dapat teratasi. 4. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan periode penelitian yang lebih panjang agar terbebas dari masalah autokorelasi. 5. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penambahan variabel bebas yang lain sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel kinerja perusahaan dalam kisaran yang lebih tinggi. Sebagai contoh: VAICTM (Value Added Intellectual Coefficient) atau VA (Value Added). DAFTAR REFERENSI Bontis, N., W.C.C. Keow dan S. Richardson. 2000. Intellectual capital and business performance in Malaysian industries. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1, No. 1, hlm: 85-100. 34 ISSN: 1410 -9875 Bino Sulaksono Bornemann, M dan K.H. Leitner. 2002. Measuring and Reporting Intellectual Capital: The Case of a Research Technology Organization. Singapore Management Review. Vol. 24, No. 3, hlm: 7-19. Brigham, Eugene F. 2006. Fundamentals of Financial Management Seventh Edition. Orlando: Harbours Inc. Chen, Ming-Chin, Cheng Shu-Ju dan Hwang Yuhchang. 2005. An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firm’s market value and financial performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 2, hlm: 159-176. Dessler, Gary. 2011. Human Resource Management Twelfth Edition. England: Pearson. Dewi, Lidia Kemala, Vince Ratnawati dan Alfiati Silvi. 2008. Influence the Organization Strategy Toward Performance with Total Quality Management as Moderating Variable. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dzinkowski, Ramona. 2000. The Value of Intellectual Capital. The Journal of Business Strategy. Vol. 21, No. 4. http://search.proquest.com (accessed September 25th, 2011). Entika, Nova Lili dan M. Didik Ardiyanto. 2012. Pengaruh Elemen Pembentuk Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1, No. 2, hlm: 1-11. Firer, S., dan S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3, hlm: 348-360. Gan, Kin dan Zakiah Saleh. 2008. Intellectual Capital and Corporate Performance of Technology-Intensive Companies: Malaysia Evidence. Asian Journal of Business and Accounting. Vol. 1, No. 1, hlm: 113-130. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Guthrie, James. 2000. The management, measurement and the reporting of intellectual capital. CIMA Visiting Professor for 2000 Macquarie Graduate School of Management Sydney Australia. London: July 5th, 2000 Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of Managerial Finance, thirteenth edition. United States: Pearson Education Addison Wesley, inc. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK ). Jakarta: Salemba Empat. Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 2001. Transforming the Balanced Scorecard From Performance Measurement to Strategic Managemet: Part 1. Accounting Horizons. Koenig, Michael. 2000. The resurgence of intellectual capital. Information Today. Vol. 17, Issue 8, http://search.proquest.com (accessed September 16th, 2011). 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Kooistra, Jeltje van der Meer- dan Siebren M. Zijlstra. 2001. Reporting on intellectual capital. Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 14, No. 4, hlm: 456-476. Nahapiet, Janine dan Sumantra Ghoshal. 1998. Social Capital Intellectual and the Organizational Advantage. Academy of Management Review. Vol. 29, No. 2, hlm: 242-266. Pasaribu, Hiras, Dian Indri Purnamasari dan Indri Tri Hapsari. 2012. The Role of Corporate Intellectual Capital. American International Journal of Contemporary Research. Vol. 2, No. 9. Pulic, Ante. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential. Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9, No.1, hlm: 1-20. Rachmawati, Damar Asih Dwi. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Return on Assets (ROA) Perbankan. Jurnal Nominal. Vol. 1, No. 1, hlm: 34-40. Razafindrambinina, Dominique dan Talita Anggreni. 2011. Intellectual Capital and Corporate Financial Performance of Selected Listed Companies in Indonesia. Malaysian Journal of Economic Studies. Vol 48, No. 1, hlm. 61-77. Razafindrambinina, Dominique dan Talita Anggreni. 2008. An Empirical Research on The Relationship between Intellectual Capital and Corporate Financial Performance on Indonesian Listed Companies. Indonesia: Binus University International School of Accounting. Rehman, ul Rehman, Dr. Hafeez ur Rehman, Muhammad Usman dan Nabila Asghar. 2012. A Link of Intellectual Capital Performance with Corporate Performance: Comparative Study from Banking Sector in Pakistan. International Journal of Business and Social Science. Vol. 3, No. 12, hlm: 313-321. Ritonga, Kirmizi dan Jessica Andriyanie. 2011. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan. Pekbis Jurnal. Vol. 3, No. 2, hlm: 467481. Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, hlm: 31-51. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th Edition. New York: John Wiley & Sons. Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital: The Wealth of New Organizations, London: Nicholas Brealey Publishing, http://books.google.co.id/books?id=CIwxhVIrT30C&printsec=frontcover &dq=stewart+1997+Intellectual+Capital:+The+New+Wealth+of+Organiza tions&hl=en&sa=X&ei=RShWUveQHI60iQe1wYGQAQ&redir_esc=y#v=one page&q&f=true (accessed September 20th, 2011). 36 ISSN: 1410 -9875 Bino Sulaksono Sunarsih, Ni Made dan Ni Putu Yuria Mendra. 2012. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Denpasar. Sveiby, Karl Erik. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and Measuring Knowledge Based Assets. San Francisco: Berrett-Koehler. http://books.google.co.id/books?id=xKNXlgaeCjAC&printsec=frontcover #v=onepage&q&f=false. (accessed September 20th, 2011). Tan, Hong Pew, David Plowman dan Phil Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Return of Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol 3, No.1, hlm. 51-61. Ulum, Ihyaul. 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan keuangan. Vol 10, No. 2, hlm. 77-84. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel dan Donald E. Kieso. 2010. Financial accounting. Edisi 8. Asia: John Wiley & Sons. Williams, S.M. 2001. Is Intellectual Capital Performance and Disclosure Related? Journal of Intellectual Capital, Vol. 2, No. 3. hlm: 192-203. 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 38 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 39-50 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH MANUFACTURER BRAND LOYALTY, ATTITUDE TOWARD STORE BRAND, DAN RETAIL BRAND LOYALTY TERHADAP PROPENSITY TO SWICTH TO RETAIL BRAND DENNY SEPTA HARYANTI STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study was to examine the factors that influence propensity to switch retail brand. Those factors are manufacturer brand loyalty, attitude toward store brand, and retail brand loyalty. The research sample was 200 selected by purposive sampling method. Data analysis method used is a simple regression analysis and multiple regression analysis. The result on this research is attitude toward store brand and retail brand loyalty have positive influence to propensity to switch retail brand individual, but manufacturer brand loyalty have negative influence to propensity to switch retail brand individually.. And simultaneously, all the independent variables are have influence to dependent variable. Keywords: brand, manufacturer, attitude, retail Penurunan pertumbuhan ekonomi dunia juga dirasakan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan beberapa negara-negara di Eropa. Secara keseluruhan berikut ini adalah besaran pertumbuhan ekonomi negara maju yang diambil dari Bank Indonesia yaitu tahun 2010 sebesar 3%, kemudian tahun 2011 sebesar 1,6%, dan pada tahun 2012 hanya mencapai 1,3%. Penurunan pertumbuhan ekonomi itu mencerminkan bahwa negaranegara maju tersebut sedang mengalami krisis khususnya PENDAHULUAN Perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan yang diakibatkan dari krisis di Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari data Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa perekonomian dunia dalam tiga tahun terakhir terus menurun yaitu dimulai dari tahun 2010 pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5,1%, tahun 2011 perekonomian dunia sebesar 3,9%, dan pada tahun 2012 sendiri mencapai 3,2%. 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Melihat fakta pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun tersebut maka berimbas positif pada negara-negara berkembang yang kemudian menjadi negara tujuan investor untuk menanamkan modalnya. Investasi tersebut dalam bentuk investasi langsung dan tidak langsung. Investasi tidak langsung contohnya yaitu investor hanya menaruh uangnya di pasar modal. Investasi langsung bisa berupa pembangunan pabrik, retail-retail, dan sebagainya. Indonesia menjadi salah satu Negara tujuan investor untuk menanamkan modalnya. Investor memilih Indonesia karena Indonesia merupakan negara yang cukup stabil perekonomiannya. Berdasarkan data dari Bank Indonesia yang dikutip dari UNCTAD Indonesia sendiri pada tahun 2012 menduduki peringkat keempat negara tujuan investasi setelah sebelumnya pada 2011 Indonesia menempati peringkat keenam negara tujuan investasi. Banyaknya investasi asing yang masuk juga dirasakan oleh Indonesia melalui banyaknya retailretail asing. Menurut APRINDO (Assosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) yang dikutip dari (www.swa.co.id) pertumbuhan retailretail Indonesia mencapai minimal 10% setiap tahunnya. Menjamurnya retail tersebut memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya yaitu terserapnya tenaga kerja akibat dibukanya retail-retail tersebut. Sisi negatifnya sendiri yaitu jika terlalu banyak retail- retail tersebut akan meguasai pasar dalam negeri sehingga retail dalam 40 November 2012 negeri bisa kalah bersaing dengan retail-retail luar negeri. Ada beraneka ragam retail yang ada di Indonesia. Ada dua jenis retail yang ada di Indonesia ada yang berbentuk hypermart dan ada yang berbentuk minimarket. Contoh yang masuk kategori hypermart yaitu Carrefour, Giant, dan Hero. Sedangkan yang masuk kategori minimarket seperti Indomaret dan Alfamart. Salah satu retail yang masuk kategori hypermart yang sedang bagus kinerjanya yaitu Carrefour. Carrefour merupakan salah satu retail asal Perancis yang berekspansi ke Indonesia.Pada tahun 1998 didirikan PT Carrefour Indonesia. Saat ini PT Carrefour Indonesia di kuasai 100% sahamnya oleh CT Corp. Di Indonesia Carrefour memiliki 84 gerai dan tersebar di 28 kota/kabupaten dan mempekerjakan sekitar 28.000 karyawan baik langsung maupun tidak langsung. Pada masa sekarang ini retail pun mengeluarkan produk dengan merek retail itu sendiri.dengan adanya fakta tersebut otomatis di pasar terjadi persaingan yang sangat ketat. Produsen dan retail saling bersaing untuk memasarkan produk yang diproduksi oleh mereka masing-masing. Oleh karena itu, manufacturer dan retailer berlomba-lomba untuk menarik minat konsumen dengan merk yang mereka miliki. Oleh karena itu perlu promosi yang gencar dari pemilik produk baik manufacturer ataupun retailer agar produk yang mereka tawarkan dapat diminati oleh para konsumennya. Promosi biasa dilakukan dengan memberi ISSN: 1410 -9875 potongan harga untuk produk tertentu dan waktu tertentu. Melihat fenomena persaingan yang hebat maka peneltian ini memiliki tujuan untuk membandingkan bagaimana sikap konsumen terhadap produk manufacturer dan retailer. Sikap tersebut dilihat dari loyalitas konsumen terhadap dua produk tersebut. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Propensity to swicth to retail brand Propensity to Switch to Retail Brand yaitu kecenderungan konsumen untuk melakukan perpindahan yang dapat disebabkan oleh banyak faktor ke merek yang dibuat dan dipasarkan oleh retailer. Choi and Coughlan (2006) mengemukakan di dalam Jurnal Broyles et.al. (2011) “the impact of store brand by noting that in recent years the growth in sales of store brands has been double that of manufacturer brands.” Menurut Broyles et al. (2011) “Customers are becoming increasingly comfortable with, and are developing loyalty toward store brands.” Ailawadi et al. (2001) berpendapat dalam Jurnal Broyles et al. (2011)“Supermarket based research regarding the impact of store brands on manufacturer brands found that store brands account for over 20 percent of unit sales.” Denny Septa Haryanti Brand Loyalty Shiffman & Kanuk (2004,241) “Brand Loyalty is the ultimate desired outcome of consumer learning.” Hu dan Chuang menyatakan di dalam Jurnal Broyles et al. (2011) bahwa“Brand Loyalty provides predictability and security of demand for the firm and creates barriers to impede other competitors from entering the market.” Aaker (1991,40), “Brand Loyalty is long a central construct in marketing , is a measure of attachment that a customer has to a brand.” Jadi brand loyalty merupakan pusat dasar di dalam pemasaran yang dapat diukur dari konsumen kepada sebuah merek tertentu. Ha1: Terdapat pengaruh manufacturer brand loyalty terhadap propensity to switch to retail brand Private Labels Keller (2013,210) menyatakan bahwa “Private labels can be defined as products marketed by retailers and other members of distribution chain.” Kotler & Keller (2012, 481) bahwa “A private label brand (also called a reseller, store, house, or distributor brand) is a brand that retailers and wholesalers develop.” Clow and Baack (2007,47) yang menyatakan bahwa “ Private Brands (also known as private labels) are proprietary brands marketed by an organization and normally distributed exclusively within the organization’s outlets.” Ha2: Terdapat pengaruh attitude toward store brand terhadap propensity to switch to retail brand 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Retail Brand Loyalty Menurut Pappu and Quester (2008) dalam Jurnal Broyles et. al (2011) “Customers’ loyalty to retail brands stems from their tendency to prefer purchasing from a retailer that they perceive as being crucial.” Hanf and Belaya’s (2008) dalam Jurnal Broyles et. al (2011) menyatakan bahwa “retailers often sell their own brands in order to influence customers’ perception of November 2012 the retailers, and competing manufacturer brands.” Hu dan Chuang (2009) mengomentari dalam Jurnal Broyles et. al (2011).bahwa banyak pengecer dan grosir memiliki merek sendiri karena, setidaknya sebagian, perusahaan manufacturer biasanya menyediakan iklan untuk mempromosikan produknya. Ha3: Terdapat pengaruh retail brand loyalty terhadap propensity to switch to retail brand Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini: Manufacturer Brand Loyalty (X1) Propensity to Switch to Retail Brand (Y) Attitude Toward Store Brand (X2) Retail Brand Loyalty (X3) Gambar 1 Model Penelitian Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Obyek penelitian yang akan dipilih untuk penelitian ini adalah orang yang membeli produk tissu di Carrefour. Carrefour sendiri merupakan perusahaan retail yang besar asal Perancis dan Carrefour 42 merupakan retail yang memiliki cabang yang cukup banyak yaitu sekitar 84 gerai di seluruh Indonesia. Pengambilan sampel bersifat non probability sampling. Menurut Sekaran dan Bougie (2010,276) non probabbilty sampling adalah“the ISSN: 1410 -9875 elements in the population do not have any probabilities attached to their being chosen as sample subjects.”Jadi dapat diartikan bahwa non probability sampling merupakan unsur-unsur yang tidak memiliki kesempatan yang diketahui atau ditentukan sebelumnya yang terpilih sebagai subjek. Penelitian ini dalam pengambilan sampel bersifat non probability sampling dan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sekaran dan Bougie (2010,276) “The sampling here is confined to specific types of people who can provide the desired information, either because they are the only ones who have it, or comform to some criteria set by researcher.”Jadi dapat diartikan bahwa purposive sampling adalah sampling yang terbatas pada tipe orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, atau sesuai dengan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. KriteriaPemilihanSampel Kriteria responden dalam penelitian ini yaitu: 1. Pria atau Wanita 2. Usia minimal responden 25 tahun 3. Pernah mengunjungi dan berbelanja tissu di Carrefour Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel “Variabel independen atau variabel bebas yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).” (Sugiyono 2009, 39) Variabel independen sendiri Denny Septa Haryanti berjumlah 3 buah yaitu Manufacturer Brand Loyalty, Attitude Toward Store Brand, dan Retail Brand Loyalty. “Variabel dependen atau variabel terikat yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” (Sugiyono2009, 39) Variabel dependen yang terdapat pada penelitian ini yaitu Propensity to Switch to Retail Brand Manufacturer Brand Loyalty Loyalitas konsumen terhadap suatu merek tertentu yang dikeluarkan oleh manufacturer. Attitude Toward Store Brand Sikap konsumen terhadap produk yang diproduksi, dikembangkan, dan dipasarkan oleh retailer. Retail Brand Loyalty Loyalitas yang ditujukkan oleh konsumen terhadap produk yang dikeluarkan oleh toko atau retail. Propensity to Swicth to Retail Brand Kecenderungan konsumen untuk melakukan perpindahan yang dapat disebabkan oleh banyak faktor ke merek yang dibuat dan dipasarkan oleh retailer. Kuesioner akan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnyadisebut sebagai variabel peneltian. 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik No 1 Tabel 1 Variabel Manufacturer 1. Brand Loyalty (X1) 2. 3. 4. 2 Attitude Toward Store Brand (X2) 1. 2. 3. 3 Retail Brand Loyalty (X3) 1. 2. 3. 4. 4 44 Propensity to Switch to Retail Brand(X4) 1. 2. November 2012 tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (Sugiyono 2009, 132-133) Variabel dan Pengukurannya Indikator Pertanyaan Saya akan membeli tissu sesuai merek pilihan saya, bukan yang lain Hanya ada satu merek tissu yang saya suka dari semua merek yang ada Biasanya, saya sangat peduli tentang merek tissu yang saya beli Umumnya saya akan membeli merek tissu favorite saya Dari keseluruhan produk yang ada, membeli produk yang dikeluarkan oleh toko merupakan pembelian yang terbaik Dengan pertimbangan kualitas produk dan harga, umumnya saya memilih membeli produk merek toko atau produk yang dikeluarkan toko Umumnya saya memandang positif jika toko mengeluarkan produknya sendiri Saya mengatakan hal-hal positif tentang Carrefour kepada orang lain Saya berusaha menggunakan merek Carrefour untuk semua kebutuhan belanja tissu saya Saya lebih suka membeli tissu dari Carrefour daripada ke pengecer lain Ketika membeli tissu, merek Carrefour adalah pilihan pertama saya Saya bersedia untuk membeli tissu dengan merek Carrefour Umumnya saya akan memilih membeli tisu merek Carrefour dibandingkan merek tissu lainnya Skala Likert Likert Likert Likert ISSN: 1410 -9875 No Denny Septa Haryanti Variabel Indikator Pertanyaan 3. Jika Carrefour menjual tisu yang identik dengan merek yang saat ini saya pakai, saya akan beralih menggunakan tissu merek Carrefour 4. Jika Carrefour menjual tissue dengan nama mereka, saya percaya bahwa kualitasnya akan sama dengan merek lain yang dikeluarkan produsen tissue Skala Metode Analisa Data Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan tingkat kesalahan atau α sebesar 5 %. Data akan dianalisis secara kuantitatif menggunakan program SPSS. Model penelitian dengan persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = b0 + b1x1 + b2x2 +b3x3 + e Keterangan: Y = Propensity to Switch to Retail Brand b0 = Konstanta b1 , b2 , b3 = Koefisien Regresi X1 = Manufacturer Brand Loyalty X2 = Attitude Toward Store Brand X3 = Retail Brand Loyalty E = Tingkat toleransi kesalahan pada penelitian (error) HASIL PENELITIAN StatistikDeskriptif Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu berupa data primer. Data-data tersebut diperoleh dengan cara menyebar kuesioner. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 dengan karakteristik sebagai berikut : Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Valid 25-30 31-35 36-40 >40 Total Frequency 21 98 53 28 200 Percen t 10.5 49.0 26.5 14.0 100.0 Valid Percent 10.5 49.0 26.5 14.0 100.0 Cumulative Percent 10.5 59.5 86.0 100.0 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Uji Valid 18.5 perempua n Total Frequenc Percen y t laki-laki 37 Valid Percent 18.5 Cumulative Percent 18.5 100.0 163 81.5 81.5 200 100.0 100.0 Instrumen Penelitian Tabel 3 Hasil Uji Validitas Manufacturer Brand Loyalty (X1) Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Hasil MBL (1) MBL (2) MBL (3) MBL (4) 0,665 0,575 0,620 0,662 0,1388 0,1388 0,1388 0,1388 Valid Valid Valid Valid Tabel 4 Hasil Uji Validitas Attitude Toward Store Brand (X2) Item Pertanyaan r Hitung r Table Hasil ATSB (1) ATSB (2) ATSB(3) 0,636 0,510 0,575 0,1388 0,1388 0,1388 Valid Valid Valid Tabel 5 Hasil Uji Validitas Retail Brand Loyalty (X3) Item Pertanyaan r Hitung rTabel Hasil RBL (1) 0,428 0,1388 Valid RBL (2) 0,411 0,1388 Valid RBL (3) 0,476 0,1388 Valid RBL (4) 0,409 0,1388 Valid Tabel 6 Hasil Uji Validitas Propensity to Swicth to Retail Brand (Y) Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Hasil PSRB (1) 0,435 0,1388 Valid PSRB (2) 0,342 0,1388 Valid PSRB (3) 0,337 0,1388 Valid PSRB (4) 0,440 0,1388 Valid Dari semua variabel di atas adalah valid, yang mengandung arti bahwa instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. 46 ISSN: 1410 -9875 Denny Septa Haryanti Tabel 7 Hasil Uji Realibitas Batas Cronbach Alpha Variabel Manufacturer Brand Loyalty (X1) 0,6 Attitude Toward Store Brand (X2) 0,6 Retail Brand Loyalty (X3) 0,6 Propensity to Switch to Retail Brand 0,6 (Y) Cronbach Alpha 0,812 0,747 0,650 0,611 Hasil Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Pada tabel di atas merupakan hasil dari uji reliabilitas dimana setiap variabel yang ada menunjukkan hasil yang reliabel dimana Alpha lebih besar daripada Crobach Alpha yang mengandung arti instrumen tersebut konsisten. Tabel 8 Hasil Pengujian Skewness dan Kurtosis Statistik Variabel Skewness Kurtosis Manufacturer Brand Loyalty -0,188 -0,609 Attitude Toward Store Brand -0,240 -0,584 Retail Brand Loyalty -0,300 -0,552 Propensity to Switch to Retail -0,299 -0,375 Brand Ketentuan: 1. Jika nilai Z Skewness dan Kurtosis terletak antara -1,96 dan 1,96 maka data berdistribusi normal 2. Jika nilai Z Skewness dan Kurtosis terletak di luar -196 dan 1,96 maka data tidak berdistribusi normal Uji Asumsi Klasik Tabel 9 Hasil Multikolinearitas Model 1 Collinearity Statistics TTL_MBL TTL_ATSB Tolerance .985 .643 VIF 1.016 1.555 TTL_RBL .635 1.574 Berdasarkan tabel di atas maka hasil uji multikolinearitas menyatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi. Artinya model regresi tersebut baik digunakan untuk penelitian. Uji Heteroskedastisitas Tabel 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Non Grafik Variabel Sig. Manufacturer Brand Loyalty (X1) 0,398 Attitude Toward Store Brand (X2) 0,112 Retail Brand Loyalty (X3) 0,601 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai sig dari variabel manufacturer brand loyalty 0.398 > 0.05, nilai sig dari attitude toward store brand 0.112 > 0.05, dan nilai sig dari retail brand loyalty 0.601 > 0.05, maka data disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga data baik digunakan dalam model regresi. retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. Uji Autokorelasi Tabel 11 Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 1,975 Gambar 3 Kurva Penerimaan atau Penolakan H2 Uji t Berdasarkan pada kurva penerimaan atau penolakan Hipotesis kedua, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho2 ditolak atau Ha2 diterima, sehingga terdapat pengaruh attitude toward store brand terhadap propensity to switch to retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. P-value (sig) = α 0,000 maka Ho2 ditolak, artinya terdapat pengaruh attitude toward store brand terhadap propensity to switch to retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. Gambar 2 Kurva Penerimaan atau Penolakan H1 Berdasarkan pada kurva penerimaan atau penolakan Hipotesis pertama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho1 diterima atau Ha1 ditolak, sehingga tidak terdapat pengaruh manufacturer brand loyalty terhadap propensity to switch to retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. P-value (sig) = α 0,158 maka Ho1 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh manufacturer brand loyalty terhadap propensity to switch to 48 Gambar 4 Kurva Penerimaan atau Penolakan H3 Berdasarkan pada kurva penerimaan atau penolakan Hipotesis ketiga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho3 ditolak atau Ha3 diterima, sehingga ISSN: 1410 -9875 terdapat pengaruh retail brand loyalty terhadap propensity to switch to retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. P-value (sig) = α 0,000 maka Ho3 ditolak, artinya terdapat pengaruh retail brand loyalty terhadap propensity to switch to retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. Uji F Tabel 12 Kurva Uji F Model F 1 5,865 Berdasarkan pada kurva penerimaan atau penolakan Hipotesis keempat di atas dapat diketahui bahwa F hitung terletak pada daerah penolakan Ho, F hitung > F tabel, yaitu 5,865 > 2,65 maka dapat dikatakan Ho4 ditolak dan Ha4 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama manufacturer brand loyalty, retail brand loyalty, attitude toward store brand terhadap propensity to switch to retail brand tissu merek Carrefour di Jakarta Barat. P-value (sig) = 0,001< α 0,05 maka dapat dikatakan bahwa Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama manufacturer brand loyalty, retail brand loyalty, attitude toward store brand terhadap propensity to switch to retail brand tissu Carrefour di Jakarta Barat. Denny Septa Haryanti PENUTUP Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel attitude toward store brand dan retail brand loyalty berpengaruh terhadap propensity to switch to retail brand. Variabel lainnya manufacturer brand loyalty tidak berpengaruh terhadap propensity to switch to retail brand. Keterbatasan penelitian ini adalah: 1). Adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga maka penelitian hanya dilakukan di daerah Jakarta Barat dan hanya ada 5 kecamatan yang diambil sebagi sampel 2). Sampel yang diambil hanya berjumlah 200 3). Dalam penelitian ini hanya dipakai tiga variabel independen yaitu manufacturer brand loyalty, attitude toward store brand, dan retail brand loyalty, sehingga adanya variabel indepeden lain yang dimungkinkan dapat berpengaruh terhadap propensity to switch to retail brand. Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, maka rekomendasi bagi penelitian selanjutnya diharapkan: 1).Memperluas cakupan wilayah penelitian agar tidak hanya di satu wilayah saja 2). Menambah jumlah sampel 3). Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya bisa menambah jumlah variabel independen karena masih banyak faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi propensity to switch to retail brand 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 REFERENSI: Aaker, David 1991. Managing Brand Equity. New York: The Free Press Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learning. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710 Indonesia, Telp (021) 3841195, 3842508, 3810291, Faks (021) 3857046, E-mail: [email protected] , Website : www.bps.go.id Broyles, S.Allen., Robert H.Ross., Donna Davis, and Thaweephan Leingphibul. 2011. Customers’ Comparative Loyalty to Retail and Manufacturer Brand. Jounal of Product & bRand Management, Vol.20 Iss:3 pp.205-215 Clow, Kenneth E.and Donald Baack 2012. Integrated Advertising, Promotion, and Markerting Communications 5th Edition. England : Perason Education Hair, Jr, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., and Anderson, Rolph E. 2010. Multivariate Data Analysis: Seventh Edition. Pearson Global Edition. Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management : Building, Measuring, and managing Brand Equity 4th Edition. Pearson Global Edition. Kinnear, Thomas C., Kenneth L. Bernhardt, and Kathleen A. Krentler. 1995. Principles of marketing: 4th Edition. Harper Collins Collage Publishers. Kotler, Philip, and Gary Amstrong 2012. Principles of Marketing: Fourteenth Edition. Pearson Education Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller 2012. Marketing Management: 14th Edition. USA: Pearson Educational International Sarwono, Jonathan. 2011. IBM SPSS 19. Jakarta : Elek Media Komputindo. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. 5th Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd. Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta CV. SWA. 2012 Bisnis Retail Indonesia Kian Menjanjikan . http://swa.co.id/business-strategy/marketing/2012-bisnis-ritel-diindonesia-kian-menjanjikan 50 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 51-62 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION, TRUST , COMMITMENT DAN CORPORATE IMAGE TERHDAP CUSTOMER LOYALTY DILLA NOVERITA [email protected] ABSTRACT Abstract: The purpose of this study was to examine the factor that influence customer loyalty those factor are customer satisfaction, trust, commitment and corporate image. The research design used in this research is causality and descriptive research. The sampling in this study was purposive sampling. The variable that exist in study are measured using likert differential scale. Data analysis method is simple regression analysis and multiple regression analysis. Data are processed by using validity, realibility, multiple regression analysis. The result on this research to find the significance influence from independent variables (customer satisfaction, trust, commitment and corporate image) toward dependent variable (customer loyalty). Keywords: Customer Satisfaction, Trust, Commitment, Corporate Image, Customer Loyalty asing maupun lokal. Tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia turut membuat prospek industri asuransi terbuka lebar. Dengan meningkatnya berbagai sektor industri yang ada berdampak pada peningkatan industri asuransi di Indonesia, dan Penduduk Indonesia sudah semakin peka terhadap pentingnya asuransi dan kondisi ini menarik minat perusahaanperusahaan asuransi untuk masuk di pasar Indonesia, baik itu perusahaan asing maupun lokal.Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, PENDAHULUAN Seiring perkembangan jaman banyak perubahan yang terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat diseluruh belahan dunia. Sektor perasuransian sebagai bagian dari sektor jasa keuangan Indonesia memiliki peran strategis dalam penciptaan kestabilan perekonomian Indonesia melalui aspek pengelolaan risiko. Penduduk Indonesia sudah semakin peka terhadap pentingnya asuransi dankondisi ini menarik minat perusahaan-perusahaan asuransi untuk masuk di pasar Indonesia, baik itu perusahaan 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang akan datang.Perusahaan Asuransi Jiwa terbaik pada tahun 2012 PT Prudential Life Assurance berhasil meraih posisi terbaik untuk kategori aset di atas Rp 15 triliun. Pada kategori aset antara Rp 5 triliun sampai Rp 15 triliun, penghargaan diberikan kepada PT AXA Mandiri Financial Services, Sedangkan PT Panin Life yang meraih posisi terbaik untuk kategori aset di atas Rp 3 triliun hingga Rp 5 triliun.Penelitian kali ini penulis berfokus pada asuransi kesehatan Prudential, pentingnya memilih Asuransi Kesehatan untuk melindungi seseorang dari hal-hal yang tak terduga. Dengan motto “always listening always understanding” artinya Prudential selalu berusaha mengerti dan memberikan solusi kepada nasabah bahwa produk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap nasabah, khususnya dalam bidang asuransi kesehatan. Asuransi Prudential cukup menguasai pasar asuransi jiwa dengan asset diatas 15 Triliyun (sumber:investor) dan masih memiliki potensi untuk menjadi penguasa pasar Asuransi Jiwa. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia total pendapatan premi asuransi kesehatan (Non-life Insurance) pada tahun 2011 peringkat pertama yaitu PT.Asuransi Sinar Mas dengan pendapatan premi sebesar 440.272.600.000 dan pendapatan premi asuransi kesehatan (Life Insurance) pada peringkat pertama yaitu PT.Asuransi Jiwa Inhealth 52 November 2012 Indonesia dengan pendapatan premi 794.727.400.000 sedangkan pendapatan premi asuransi kesehatan Prudential Life Assurance sebesar 14.838.900.000 , berbeda jauh jika dibandingkan dengan premi asuransi kesehatan yang ada.Pru Hospital Friends merupakan fasilitas dari Prudential yang memberikan pelayanan yang cepat dan praktis dengan bekerjasama dengan beberapa Rumah Sakit. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Customer Satisfaction Menurut Lovelock and Wirtz (2011,74) kepuasan adalah “ as an attitude-like judgement following a consumption experience”. sehingga penting bagi perusahaan untuk menciptakan kepuasaan bagi pelanggan . Setelah memahami arti kepuasaan , maka penting bagi sebuah perusahaan untuk menciptakan kepuasan pelanggan. menurut Kotler and Keller (2012,150) “ satisfaction is person’s feeling of pleasure or disappointment that result from caomparing a product’s perceived performance (or outcome) to their expectations” Menurut Schiffman and Kanuk (2010,29) mendefinisikan satisfaction sebagai “ individual customer’s perception of the performance of the product or service in relation to his/her. Semakin tinggi Customer Satisfaction terhadap suatu produk atau jasa maka akan berpengaruh positif terhadap Customer Loyalty ISSN: 1410 -9875 Ha1: Terdapat pengaruh Customer Satisfication terhadap Customer Loyalty . Trust Menurut Kotler and Keller (2012,225) definisi trust adalah “ The willingness of a firm to rely on a business partner . It depend on a number of interpersonal and interorganizational factors , such as the firm’s perceived competence , integrity , honesty , and benevolence.” Definisi trust menurut Schiffman and Kanuk (2010,30) yaitu “ the foundation for maintaining a long-standing relationship with the customers , and it helps to increase the chances that customers will remain loyal “. Sementara menurut Lovelock (2011,244) trust adalah “the degree of goodwil they bear toward the organization.”. Dari pendapat-pendapat ini dapat disimpukan bahwa trust adalah perasaan yang timbul dalam individu atau organisasi , untuk bergantung pada pihak lain yang dipengaruhi banyak faktor , yang dapat menjadi kunci kesuksesan organisasi karena trust dapat mengubah seorang pelanggan yang puas menjadi pelanggan yang setia. Ha2 : Terdapat pengaruh Trust terhadap Customer Loyalty Commitment Menurut Morgan and Hunt (2010) “Commitment is defined as trading partners believing in the importance of their business relationship and being willing to do all they can to keep it. Menurut Schneider (2011,12) “ Commitment is a fierce loyalty or strong preference fot the products Dilla Noverita or brands of a company developed by some customer after experiencing a considerable number of highly satisfactory encounters with the company.” Sementara menurut Hsu et al. (2010,294) mendefinisikan commitment sebagai “ a key to build a succesful and friendly ‘longterm’ relationship and develop relational transactions.” Ha3 : Terdapat pengaruh Commitment terhadap Customer Loyalty Corporate Image Menurut Kotler and Keller (2012,550) corporate image dapat di definisikan sebagai “ the set of beliefs , ideas and impression a person holds regarding on corporate “. Menurut Hsu et al (2010,295) mendefinisikan corporate image sebagai “ the subjective attitude and feelings derived by consumers according to these enterprises and their performance”. Perusahaan dapat meningkatkan image yang dimilikinya dengan berinteraksi secara baik kepada pelanggan melalui aktifitas perushaan . Menurut Clow and Baack (2011,42) mendefinisikan corporate image sebagai “A Corporate image summarize what the company stands for and the company stands for and the position the company has established.” Ha4 : Terdapat pengaruhCorporate Image terhadap Customer Loyalty. Customer Loyalty Menurut Kotler and Keller (2012,149) “ loyalty a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service in the future despite 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 suatu loyalitas pelanggan produsen harus dapat memahami beberapa tahapan. Menurut Rai and Medha (2013 ) menyatakan bahwa “Customer Loyalty is a psychological character formed by sustained satisfaction of the customer coupled with emotional attachment formed with the service provider that leads to a state of willingly and consistently being in the relationship with preference, patronage and premium”. Ha5 : Terdapat pengaruh Customer Satisfication,Trust , Commitment ,and Corporate Image terhadap Customer Loyalty. situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior” Lovelock and Wirtz (2011,338) menyatakan loyalitas pelanggan adalah “to describe a customer’s willingness to continue patronizing a firm over the long term , preferably on a exclusive basis , and recommending the firm’s products to friends and associates “ Dengan adanya loyalitas maka akan tercipta kepercayaan dan antusias yang tinggi. Untuk dapat menciptakan Berikut ini adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : Model Penelitian Customer Satisfaction (X1) H1 Trust (X2) H2 Commitment (X3) Customer Loyalty H3 H4 Corporate Image ( X4 ) H5 Gambar 1 Model Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kausalitas. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah penelitian 54 mengenai pengaruh Customer Satisfaction , Trust , Commitmnet , Corporate Image terhadap Customer Loyalty. Penggambaran karakteristik responden dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dan ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita menggunakan analisis data regresi sebagai alat uji pengaruh variabel independenterhadap dependen. Penetuan Sampel dan Pengumpulan Data Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability samlping dengan teknik purposive sampling. Objek dalam penelitian ini adalah nasabah asuransi kesehatan Prudential di Rumah Sakit Siloam Jakarta dan Tangerang. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Nasabah Prudential yang mengambil produk asuransi kesehatan 2. Pernah melakukan klaim 3. Merupakan pemegang polis kesehatan pribadi 4. Merupakan nasabah yang telah melakukan perpanjangan kontrak asuransi Defini Operasional Variabel dan Pengukuran Customer Satisfaction Customer Satisfaction adalah Perasaan senang atau kecewa yang dirasakan oleh individu terhadap kinerja produk atau jasa. Trust Trust adalah suatu perasaan yang timbul terhadap suatu produk atau jasa karena dasar untuk mempertahankan hubungan jangka panjang dengan pelanggan yang dipengaruhi sejumlah faktor seperti interpersonal dan antarorganisasi, seperti yang dirasakan kompetensi perusahaan, integritas, kejujuran, dan kebajikan. Commitment Commitment adalah loyalitas atau preferensi yang kuat yang dirasakan pelanggan ketika mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan. Corporate Image Corporate Image adalah sikap subjektif yang diperoleh konsumen secara keseluruahn terhadap sebuah perusahaan dari suatu produk dan layanan. Customer Loyalty Customer Loyalty adalah Kesetiaan ataupun tindakan pembelian yang dilakukan konsumen untuk menggambarkan kesetian yang dinyatakan sebgai presentase dari jumlah pembelian mereka Tabel 1 Tabel Variabel dan Pengukurannya Variabel Independen 1.Customer Satisfication Indikator 1. Memenuhi harapan konsumen 2. Tidak mengecewakan konsumen 3. Solusi asuransi kesehatan 4. Puas dengan memilih Skala Pengukuran Skala Likert 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Variabel Independen 2.Trust 3.Commitment asuransi kesehatan 5. Puas dengan penyedia asuransi kesehatan 1. Solusi terbaik 2. Memberikan saran yang tepat pada saat kritis 3. Jujur dalam memberikan informasi 4. Perusahaan sudah terlatih Skala Pengukuran Skala Likert 1. Memberikan rekomendasi dan pembelian berulang \ 2. Memiliki kepercayaan yang kuat 3. Senang menjadi bagian dari perusahaan 4. Memberikan pengalaman pribadi kepada konsumen 5. perusahaan sangatlah berharga 6. Memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain 1. Memiliki ikatan dengan pelanggan 2. Percaya dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perusahaan 3. Mapan dan stabil Skala Likert 1. Pada saat konsumen memiliki kebutuhan produk asuransi lainnya , konsumen akan menemui agen perusahaan 2. Menjaga hubungan dengan konsumen secara terusmenerus 3. Konsumen merekomendasikan agen perusahaan kepada kerabat dan teman-teman lainnya Sumber : Rai and Medha , 2013 Skala Likert 4. Corporate Image 1.Customer Loyalty 56 Indikator November 2012 Skala Likert ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita Hasil Penelitian Tabel 2 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden N Presentase Usia 21-25 Tahun 36 26-30 Tahun 36% 27 31-35 Tahun 27% 12 >36 Tahun 12% 25 25% Lama Menjadi Nasabah 1-2 Tahun 40 40% 2-3 Tahun 16 16% >3 Tahun 44 44% Tabel 3 Hasil Hipotesis 1 Model R R² B t Sig (Constant) 0,592 0,350 Ttl_cs 5.160 6,159 0,000 0,324 7,268 0,000 Tabel 4 Hasil Hipotesis 2 Model R R² B t Sig (Constant) Ttl_trust 0,611 0,373 4,850 5,783 0,000 0,423 7,361 0,000 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Tabel 5 Hasil Hipotesis 3 Model R R² B t Sig (Constant) 0,613 0,376 Ttl_com 4.765 5.647 0,000 0.298 7.686 0,000 Tabel 6 Hasil Hipotesis 4 Model R R² B t Sig (Constant) 0.472 0.223 Ttl_ci 6.276 6.710 0,000 0.435 5.297 0,000 Tabel 7 Hasil Hipotesis 5 Model R R² B t Sig (Constant) 0.682 0.466 ttl_cs 3.334 3.675 0.329 2.123 0.211 2.719 0,125 1.964 -0.037 -0,368 0,000 0,000 ttl_trust 0,000 ttl_com 0,000 ttl_ci Berdasarkkan tabel 3 hubungan variabel Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty memiliki hubungan yang sedang dan positif sebesar 0,592 dengan variabel Customer Loyalty 58 0,000 dapat dijelaskan oleh variabel Customer Satisfaction sebesar 35%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0,005 yang berarti terdapat pengaruh Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty. Model ISSN: 1410 -9875 regresi dari variabel Customer Satisfaction di atas adalah Y = 5,160 + 0,324 X1 + e Berdasarkan tabel 4 hubungan variabel Trust terhadap Customer Loyalty memiliki hubungan yang kuat dan positif sebesar 0,611 dengan variabel Customer Loyalty dapat dijelaskan oleh variabel Trust sebesar 37.3%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0,005 yang berarti terdapat pengaruh Trust terhadap Customer Loyalty. Model regresi dari variabel Trust di atas adalah Y = 4,850 + 0,423 X2 + e Berdasarkan tabel 5 hubungan variabel Commitment terhadap Customer Loyalty memiliki hubungan yang kuat dan positif sebesar 0,613 dengan variabel Customer Loyalty dapat dijelaskan oleh variabel Commitment sebesar 37.6%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0,005 yang berarti terdapat pengaruh Commitment terhadap Customer Loyalty. Model regresi dari variabel Commitment di atas adalah Y = 4,765 + 0,298 X3 + e Berdasarkan tabel 6 hubungan variabel Corporate Image terhadap Customer Loyalty memiliki hubungan yang kuat dan positif sebesar 0,472 dengan variabel Customer Loyalty dapat dijelaskan oleh variabel Corporate Image sebesar 22.3%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0,005 yang berarti terdapat pengaruh Corporate Image terhadap Customer Loyalty. Model regresi dari variabel Corporate Image di atas adalah Y = 6.276 + 0,435 X4 + e Berdasarkan tabel 7 hubungan variabel Customer Satisfaction , Trust , Commitment Dilla Noverita dan Corporate Image terhadap Customer Loyalty memiliki hubungan yang kuat dan positif sebesar 0,682 dengan variabel Customer Loyalty dapat dijelaskan oleh variabel Customer Satisfaction , Trust , Commitment dan Corporate Image sebesar 46.6%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0,005 yang berarti terdapat pengaruh Customer Satisfaction , Trust , Commitment dan Corporate Image terhadap Customer Loyalty. Model regresi dari variabel Customer Satisfaction , Trust, Commitment dan Corporate Image di atas adalah Y = 0,334 + 0,329 X1 + 0,211 X2 + 0,125 X3 – 0,037 X4 + e PENUTUP Berdasarkan penelitian di atas menunjukkan terdapat pengaruh Customer Satisfaction , Trust , Commitment dan Corporate Image terhadap Customer Loyalty . hasil penelitian juga menunjukkan terdapat pengaruh secara bersamasama antara Customer Satisfaction , Trust , Commitment dan Corporate Image terhadap Customer Loyalty. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya 100 orang dari jumlah responden 141orang , penelitian juga dilakukan pada nasabah asuransi kesehatan prudential , sehingga tidak menjamin hasil sama jika dilakukan pada perusahaan lain. Saran Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 banyak agar sampel yang diambil dapat mewakili populasi dengan baik. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel independen November 2012 lainnya yang akan berpengaruh terhadap variabel dependen.Keterbatasan informasi dari Prudential REFERENSI Dick, A.S. and Basu, K. 1994. “Customer loyalty: toward an integrated conceptual framework”. Journal of theAcademy of Marketing Science, Vol. 22, pp 99-113. Esch, F.R., Langner, T., Schmitt, B. and Geus, P. 2006. “Are brands forever? How knowledge and relationships affect current and future purchases. Journal of Product and Brand Management”. Vol. 15 No. 2, pp 98-105. Fournier, S. 1998. “Consumers and their brands: developing relationship theory in consumer research”. Journal of Consumer Research. Vol. 24, March, pp 343-73. Gro¨nroos, C. 1996. “Relationship marketing: strategic and tactical implications”. Management Decision. Vol. 34 No. 3, pp 5-14. Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2006. Basic Econometric. USA : McGraw Hill. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Ralph E. Anderson, Ronald L Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Management. New Jersey : Prentice Hall. Lam, R. and Burton, S. 2006. “SME banking loyalty (and disloyalty): a qualitative study in Hong Kong”. International Journal of Bank Marketing. Vol. 24 No. 1, pp. 37-52. Oliver, R.L. (1999), “Whence consumer loyalty?”, Journal of Marketing, Vol. 63, pp. 33-44. Pitta, D.A., Franzak, F.J. and Fowler, D. 2006. “A strategic approach to building online customer loyalty: integrating customer profitability tiers”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 23 No. 7, pp. 421-9. Ribbink, D., van Riel, A., Liljander, V. and Streukens, S. (2004), “Comfort your online customer: quality, trust and loyalty on the internet”. Managing Service Quality. Vol. 14 No. 6, pp. 446-56. Rowley, J. (2005), “The four Cs of customer loyalty”. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 23 No. 6, pp. 574-81. Sekaran, Uma. 2003. Research Method for Business. Wiley: USA. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Method for Business. Wiley: United Kingdom. Semeijn, J. and Van Riel, A.C.R. 2005. “E-services and offline fulfilment: how e-loyalty is created”. Managing Service Quality. Vol. 15 No. 2, pp. 182-94. 60 ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita Shiffman, Leon G., dan Lesue Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior. New Jersey : Prentice Hall. Sugiyono.2012.Metode Penelitian Bisnis.Alfabeta: Bandung. Veloutsou, Cleopatra dan Alan McAlonan. 2013. “Loyalty and or disloyalty to search engine: the case of young millenials”. Journal of Consumer Marketing. Vol.29 No.2, pp. 125-135. Wolfinbarger dan Gilly. 2003. “eTailQ: dimensionalizing, measuring and predicting etail quality”. Journal of Retailing. Vol 79, Feb, 183-198. 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 62 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 63-74 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, INVESTASI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG EDISON STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is analyzing the influence of Dividen Policy, Investment, Managerial Ownership, Growth, Asset Structure, Size, and Profitability toward Debt Policy. This study is also employs financing and investment decision in order to predict the debt policy of company. The population in this research is food and beverages companies that is listed in Indonesian Stock Exchange with research period 2003 until 2012. The sampling technique used in this research is purposive sampling and 6 companies met the criteria. This research is using panel data which is the combination of time series and cross section data. The analysis methods are multiple regressions, hypothesis, test that is determined coefficient, t-test and F-test. The research result can be summarized as follow. First, there is influence of seventh independen variables simultantly in order to predict debt policy. Second, there are influence of fourth independen variables individually towards debt policy, which are managerial ownership, asset structure, size, and probability in food and beverages that listed in Indonesia Stock Exchange. Keywords: Dividen policy, investment, managerial ownership, growth, asset structure, size, and probability. PENDAHULUAN manajer. Konflik agensi menyebabkan timbulnya agency cost atau biaya agensi. Konflik tersebut juga menyangkut dalam hal penggunaan dana oleh perusahaan. Dana tersebut digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham Pada umumnya perusahaan pasti memiliki konflik, konflik tersebut dinamakan agency conflict atau konflik agensi. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dan pendapat diantara para pemegang saham dan 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 dalam bentuk dividen yang merupakan hak para pemegang saham, selain itu juga untuk melakukan investasi oleh para manajer dan pemegang saham. Dana tersebut digunakan oleh perusahaan dengan harapan untuk memperbesar ukuran perusahaan sehingga perusahaan memiliki profit yang baik. Sumber dana perusahaan dapat diperoleh dari dana internal dan eksternal. Dana internal perusahaan berasal dari laba ditahan perusahaan, sedangkan dana eksternal perusahaan berasal dari hutang, baik dari lembaga keuangan bank maupun non bank. Hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang pada saatnya harus dibayarkan kembali (Riyanto, 2008, 227). Kebijakan untuk menentukan besarnya hutang yang ada dalam perusahaan agar perusahaan tetap stabil dinamakan kebijakan hutang, menurut Yulius (2011, 204). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang, yaitu kebijakan dividen, investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Adapun rumusan masalah penelitian adalah apakah kebijakan dividen, investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI periode 2003-2012. 64 November 2012 Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat kebijakan dividen, investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas . Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan sehubungan dengan berapa banyak laba perusahaan yang sebaiknya ditahan (diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan) atau dibagikan sebagai dividen ke para pemilik. Berdasarkan Pecking Order Theory, perusahaan harus lebih mengutamakan dana internal ketimbang dana eksternal. Investor sangat menyukai kebijakan dan praktik dividen dari suatu perusahaan. Sehingga, the firm’s dividend policy represent a plan of action to be followed whenever it makes a dividend decision (Gitman, 2012, 574). Ha1 : Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. ISSN: 1410 -9875 Investasi Berdasarkan Pecking Order Theory, untuk mendanai investasi yang dilakukan perusahaan, perusahaan harus lebih mengutamakan penggunaan laba ditahan ketimbang hutang. Sehingga investasi merupakan komitmen dana pada periode tertentu yang mampu memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan datang ketika dana tersebut akan digunakan, ketika inflasi meningkat, dan ketidakpastian kondisi ekonomi dimasa yang akan datang (Reilly, 2003, 4). Ha2 : Investasi berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai dewan komisaris atau direktur. Para manajer yang memiliki kedudukan ini aktif dalam pengambilan keputusan perusahaan termasuk di dalamnya keputusan dalam penggunaan dana perusahaan baik untuk investasi maupun untuk membagikan dividen. Para manajer memiliki hak untuk memutuskan akan menggunakan laba ditahan atau menggunakan hutang. Selain itu, para manajer juga memiliki hak untuk memutuskan menggunakan laba perusahaan tersebut untuk diinvestasikan kembali atau dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham, sehingga hal ini rentan akan terjadinya agency conflict (Yulius, 2011, 204). Ha3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Edison Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan cenderung melakukan ekspansi baik dalam divisi sejenis atau berbeda. Sehingga, perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk membiayai kegiatan ekspansi tersebut dan dana tersebut dapat diperoleh dari laba ditahan perusahaan atau dari hutang. Pertumbuhan perusahaan merupakan perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun yang dilihat dari pertumbuhan penjualan perusahaan (Harahap, 2001, 309). Ha4 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Struktur Aset Setiap perusahaan pasti memiliki aktiva, komponen aktiva dalam perusahaan ada aktiva lancar dan tetap. Perusahaan yang memiliki aktiva yang sehat akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dana karena perusahaan akan lebih mudah untuk membayarkan kewajibannya. Namun selain itu, assets are business owns, perusahaan menggunakan asetnya dalam menjalankan aktivitas seperti produksi dan penjualan (Weygant et al, 2007, 12). Ha5 : Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran Perusahaan Semakin besar ukuran perusahaan disatu sisi dapat memberikan kepercayaan bagi kreditur untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang relatif tinggi, sehingga struktur modal perusahaan akan naik.Namun, di 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 sisi lain besarnya ukuran perusahaan dapat pula diakibatkan besarnya saham atau modal sendiri yang ditawarkan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun total aktiva (total aset) dari suatu perusahaan. Ha6 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, tingkat profitbilitas diukur menggunakan tingkat rata-rata pengembalian aset. Laba perusahaan merupakan sumber dana internal perusahaan yang merupakan sumber dana utama yang digunakan untuk membiayai investasi dan pembagian dividen. Tingkat profitabilitas yang baik juga akan memudahkan perusahaan untuk membayarkan kewajibannya sehingga menghindarkan perusahaan dari kebangkrutan (Yulius, 2011, 204). Ha7 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kebijakan Hutang Setiap perusahaan pasti mempunyai hutang karena hutang merupakan kewajiban lancar dan juga jangka panjang yang biasanya terdapat dalam sebuah perusahaan. Hutang lancar merupakan 66 November 2012 kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar. Sedangkan, hutang jangka panjang merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayarannya dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun dari tanggal neraca). Hutang merupakan mekanisme penting dalam mengontrol tindakan manajer dan mengurangi masalah agensi dalam perusahaan, dengan adanya hutamg maka perusahaan harus membayar secara periodik terhadap bunga dan pinjaman pokoknya. Hutang juga memberi tekanan terhadap para manajer untuk mengurangi tindakan pengambilan keuntungan dan menjadi lebih efisien untuk mengurangi kebangkrutan. Kebijakan hutang yang diterapkan oleh perusahaan menjadikan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders. Pengawasn yang tinggi menjadikan manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan shareholders. Kebijakan hutang menurut Yulius (2011, 204), merupakan kebijakan untuk menentukan besarnya hutang yang ada dalam perusahaan agar perusahaan agar perusahaan tetap stabil. ISSN: 1410 -9875 Edison Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini: Kebijakan Dividen Investasi Kepemilikan Manajerial Pertumbuhan Perusahaan Kebijakan Hutang Uji-t Struktur Aset Ukuran Perusahaan Profitabilitas Uji-F Gambar1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria pengambilan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu: Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan Perusahaan food and beverages yang terdaftar berturut – turut di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai 2012 Perusahaan food and beverages yang secara berturut-turut menerbitkan dividen dari tahun 2003 sampai 2012 Perusahaan food and beverages memenuhi kriteria periode penelitian 2003 sampai 2012 Periode Penelitian 2003 sampai 2012 Jumlah total yang digunakan sebagai sampel 15 6 6 60 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Variabel ini diukur dengan skala rasio, menggunakan rumus Dividend Payout Ratio (DPR) (Gitman, 2012, 577). D=0, untuk perusahaan yang tidak terdapat kepemilikan managerial. Variabel ini menggunakan skala nominal. Investasi Investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Variabel ini diukur dengan skala rasio, menggunakan perbandingan perubahan total aset dengan total aset perusahaan pada tahun sebelumnya (Siregar, 2005, 225). GROWTH = Salesn – Salesn-1 / Salesn-1 Investasi = Total asset (n) – Total asset (n-1) total asset (n-1) Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Manajerial merupakan banyaknya jumlah saham beredar perusahaan yang dimiliki oleh manager yang secara aktif dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy variable (Ismiyanti dan Hanafi (2003). D=1, untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan managerial. 68 November 2012 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran mengenai perkembangan perusahaan. Variabel ini menggunakan skala rasio, dengan membandingkan perubahan sales dengan sales pada tahun sebelumnya (Siregar, 2005, 225). Struktur Aset Struktur aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio (Yeniatie dan Destriana, 2012, 11). Struktur aset = Net Fixed Asset total asset Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam mengambil peluang bisnis yang ada. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio (Yulius, 2011, 204) SIZE = LN (total asset) Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, ISSN: 1410 -9875 Edison total aktiva, maupun modal sendiri. Variabel ini diukur dengan skala rasio, menggunakan rata-rata tingkat pengembalian aset (Gitman, 2012, 81). ROA = EAT/Assets Kebijakan Hutang Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Hutang perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan untuk menggunakan sumber dana ekternal untuk kepentingan perusahaan. Penggunaan hutang juga akan mengurangi konflik antara shareholders dan agent. Variabel ini diukur dengan skala rasio, menggunakan rumus debt ratio, yaitu membandingkan antara total hutang dengan total aset (Gitman, 2012, 77). Debt Ratio = Total Liabilities / Total assets Metode Analisa Data Berdasarkam model penelitian, metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan regresi panel data. Data akan dianalisis dengan menggunakan program Eviews 7. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + ε Keterangan: Y = Kebijakan Hutang X1 = Kebijakan Dividen X2 = Investasi Perusahaan X3 = Pertumbuhan Perusahaan X4 = Struktur Asset X5 = Ukuran Perusahaan X6 = Profitabilitas X7 = Kepemilikan Manajerial b1, b2, b3, b4, b5, b6, dan b7 = koefisien regresi b0 = konstanta ε = error HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Tabel 2 Statistik Deskriptif Sumber: Hasil Pengolahan Eviews DIV INVT KEP MAN 0.45876 0.18402 0.31666 Mean 2 8 7 1.70190 1.30490 1.00000 Maximum 0 0 0 0.04160 0.00000 Minimum 0 0.082800 0 0.41416 0.21843 0.46910 Std. Dev. 5 0 2 Observations 60 60 60 GROW STRK SIZE PROF DEBT 0.182200 0.342408 14.48538 0.133925 0.187518 1.145000 0.908200 17.89850 1.034600 0.680500 -0.296300 0.127600 12.54460 0.004300 0.022100 0.212905 60 0.146869 60 1.413908 60 0.150296 60 0.145769 60 Uji Hausman 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Tabel 3 Hasil Uji Hausman Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Test Summary Period random 5.892127 7 Prob. 0.5524 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Nilai satistik uji hausman adalah 5.892127, sedangkan nilai kristis yang ada pada tabel dengan α sebesar 0,05 dan degree of freedom (df) 7 adalah 14,067. Dengan demikian nilai statistik < dari nilai kritis, sehingga Ho tidak dapat ditolak. Ini berarti bahwa model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model random effect. Hasil yang sama juga diperoleh dari nilai probabilitasnya, dimana nilai probabilitasnya lebih besar dari α (0,5524 > 0,05) yang berarti Ho tidak dapat ditolak. Uji Normalitas Tabel 4 Uji Normalitas Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Nilai hitung Jarque-Bera sebesar 0,020988 lebih kecil dibandingkan dengan nilai chisquare dengan alpha sebesar 0,05 dan degree of freedom (df) 2 sebesar 5,991. Selain itu 0,020988 3,740638 1,375767 0,502639 berdasarkan nilai p value sebesar 0,502639 lebih besar dari alpha 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis nol tidak dapat ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas DIV 1.000000 -0.170213 INVT -0.170213 1.000000 KEP MAN -0.075485 0.225799 GROWTH 0.039855 0.194942 STRK 0.333028 -0.189305 SIZE -0.185944 0.320997 PROB 0.154425 -0.164770 KEP MAN -0.075485 GROWTH 0.039855 STRK 0.333028 0.225799 0.194942 -0.189305 1.000000 0.040203 0.063973 0.040203 1.000000 -0.068137 0.063973 -0.068137 1.000000 0.665954 0.014358 0.006052 -0.389130 -0.074578 -0.042876 0.320997 -0.164770 0.665954 -0.389130 0.014358 -0.074578 0.006052 -0.042876 1.000000 -0.324147 -0.324147 1.000000 DIV INVT SIZE PROB -0.185944 0.154425 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Tabel 5 menunjukkan semua korelasi antara variabel independen dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan 70 tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi, sehingga data baik untuk digunakan. ISSN: 1410 -9875 Edison Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Tabel 6 Hasil Uji Glesjer Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 -0.144773 0.014185 -0.091305 -0.005743 -0.036134 -0.022070 0.018433 0.002961 0.184344 0.035691 0.067304 0.038424 0.064331 0.112285 0.012969 0.098291 -0.785340 0.397442 -1.356597 -0.149471 -0.561694 -0.196556 1.421299 0.030130 0.4358 0.6927 0.1808 0.8818 0.5767 0.8449 0.1612 0.9761 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Nilai probabilitas kebijakan dividen, investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas lebih besar dari apha 0,05 hal ini menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat autokorelasi dalam model penelitian. Tabel 7 Hasil Uji Durbin-Watson Durbin-Watson stat 2.079337 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Nilai Durbin-Watson sebesar 2.079337. Dengan jumlah observasi 60 data dan 7 variabel independen dapat diperolah nilai dL 1,33 sebesar dan dU sebesar 1,85. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian. Uji t Variable DIV INVT KEP MAN GROWTH STRK SIZE PROF Tabel 8 Uji-t Coefficient Std. Error 0.222744 0.027771 0.160524 0.024297 0.132000 0.018957 0.176506 0.024973 0.082127 0.046102 -0.665387 0.161718 0.241683 0.023193 t-Statistic 8.020821 6.606818 6.963035 7.067826 1.781422 -4.114480 10.42044 Prob. 0.0940 0.0915 0.0000 0.5024 0.0159 0.0000 0.0009 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Nilai probabilitas dari kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas, kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat November 2012 pengaruh terhadap kebijakan hutang. Sementara nilai probabilitas dari kebijakan dividen dan investasi lebih dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Uji F Tabel 9 Uji F Variable Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. C X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 -0.572417 0.009407 0.161916 -0.210124 0.024897 0.719987 0.036700 0.072348 0.894208 0.040340 0.060407 0.092591 0.071694 0.163544 0.059541 0.095623 -0.640138 0.233197 2.680440 -2.269391 0.347269 4.402411 0.616371 0.756594 0.5259 0.8169 0.0108 0.0290 0.7303 0.0001 0.5413 0.4540 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Berdasarkan Tabel 9 diatas, model regresinya adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e Kebijakan hutang = -0.572417 + 0.009407Kebijakan Dividen + 0.161916Investasi - 0.210124Kepemilikan Manajerial + 0.024897Pertumbuhan Perusahaan + 0.719987Struktur Aktiva + 0.036700Ukuran Perusahaan + 0.072348Probabilitas Tabel 10 Nilai Statistik F F-Statistic 7.904988 Prob (F-Statistic) 0,000000 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Diperoleh nilai statistik F sebesar 7.904988. Nilai statistik F berada di daerah penolakan hipotesis nol dimana F ≥ Fα/2 (7.904988 ≥ 2,1916) sehingga dapat diputuskan bahwa H0 ditolak. Hasil ini juga didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0,0000 yang kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen, investasi, kepemilikan manajerial, 72 pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2012. ISSN: 1410 -9875 PENUTUP Dari hasil penelitian, terlihat bahwa variabel kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sementara sisanya tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terhadap salah satu subsektor perusahaan manufaktur, yaitu perusahaan food and beverages sehingga hasilnya tidak dapat merepresentasikan seluruh emiten yang terdapat di Bursa Efek Edison Indonesia. Selain itu, penelitian ini terbatas pada variabel independen yaitu kebijakan dividen, investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah menambah sampel penelitian sehingga dengan begitu jumlah data akan lebih banyak. Menambah variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (kebijakan hutang) seperti kepemilikan institutional, dan retained earning. REFERENSI Anderson, S. & William. 2011. Statistics for Business and Economics. South Western: Cencage Learning. Badan Pusat Statistik. http://bps.go.id Bambang Riyanto. (2008). Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BEF Yogyakarta Brealey, A. Richard et al. 2006. Fundamental of Corporate Finance. Fifth Edition. New York America: Mcgraw Hill International Edition. Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2010. Fundamentals of Financial Management, Ninth Edition. Horcourt College, United States of America Duwi Priyatno. 2009. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media Domash, Harry. 2010. Fire Your Stock Analyst!. Second Edition. New Jersey. Pearson Eduacation, Inc. Fees, Reeve, Warren, 2007. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Gujarati dan Porter. (2009). Dasar–Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. Hair, J.F., et al. (2010). Multivariate data analysis. (7th edition). New Jersey : Pearson Education Inc. Harahap, Sofyan S. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Indonesia Capital Market Directory Jeff, Madura. 2007. Manajemen Keuangan International. Edisi Keempat. Erlangga,Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Lawrence J. Gitman and Chadjzutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. United States of America. Pearson Education. Lukman Syamsuddin. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Bina Graha. Martono SU dan D. Agus Harjito. (2002). Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Ekorisia. Masdupi, E. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 20, No. 1, hlm. 57-69. Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2003. Investment Analysis & Portofolio Management. Seventh Edition. South Western a division of Thomson Learning Ohio, USA. Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi edisi keempat. Yogyakarta: BPPE Sekaran, Uma. (2010). Research Methods for Business. 6rd Edition. USA: John Willey & Sons, Inc. Siregar, B. 2005. Hubungan Antara Deviden, Leverage Keuangan, dan Investasi. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 16, No. 3, hlm. 219230. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, hlm 163-181. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sujoko dan Soebiantoro, U., 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, 44. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institutional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, hlm. 116. Weygant, Jerry J. & Paul D. Kimmel & Donald E. Kieso. 2010. Financial Accounting: IFRS Edition, 1st Edition. United States: John Wiley & Sons Inc. Weygandt, Warfield. 2007. Intermediate Accounting, Twelfth Edition. Erlangga, Jakarta Yeniatie dan N. Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, hlm. 1-16. Yulius. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, hlm. 195-210. 74 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 75-90 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FENOMENA UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA ENDRA YAMAN STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence and test the factors that affect underpricing level. The factors are leverage, IPO risk, company size, company age, retun on assets, and reputation of underwriter. Population in this study is non financial company which listed in Indonesia Stock Exchange during 2006 until 2010. There are 53 companies selected as final sample. Hypothesis tested by using multiple regression analysis. The result of this study indicate leverage, IPO risk, company size, company age, return on assets, and reputation of underwriter do not affect to underpricing level. Keywords: Underpricing, Leverage, IPO Risk, Company Size, Company Age, and Underwriter Reputation. melakukan IPO tidak ada harga pasar sampai dimulainya pasar sekunder (Suyatmin dan Sujadi 2006) Penentuan harga saham di pasar perdana yang lebih rendah dibandingkan dengan harga saham yang sama setelah diperdagangkan di pasar sekunder merupakan underpricing. Fenomena ini sering terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO, tidak hanya di Indonesia namun underpricing juga terjadi di beberapa negara lain (Rosyati dan Sabeni 2002 dalam Isfaatun dan Hatta, 2010). Tujuan utama yang diinginkan investor saat membeli saham di pasar primer adalah untuk mendapatkan initial return. Initial return (IR) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham saat IPO PENDAHULUAN Dalam rangka pembiayaan dan pengembangan operasionalnya perusahaan membutuhkan tambahan dana, adapun salah satu caranya adalah dengan melakukan Initial Public Offering (IPO). Dengan melakukan IPO perusahaan tidak hanya mendapatkan modal dari masyarakat (publik) tetapi perusahaan juga akan semakin dikenal oleh masyarakat. Sebelum surat berharga diperdagangkan di pasar sekunder, perusahaan akan terlebih dahulu mengeluarkan surat berharga dan menjual surat berharga atau saham yang baru di pasar primer berupa penawaran perdana sahamnya atau Initial Public Offering (IPO). Pada saat perusahaan memutuskan untuk 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 dengan menjualnya pada hari pertama (Yasa 2008). Dari sisi emiten, underpriced yang tinggi merupakan kondisi yang merugikan. Underpriced terjadi karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter untuk mengurangi tingkat resiko yang harus ia hadapi karena fungsi penjaminannya (Putra dan Budiarti, 2012) Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan yaitu pertama, menguraikan latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika pembahasan. Kedua, menguraikan rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, landasan teori, dan dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, menyajikan bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional variabel dan pengukurannya, teknik pengumpulan data, serta metoda analisis data. Keempat, menyajikan mengenai obyek penelitian, statistik deskriptif, hasil uji kualitas data dan pengujian hipotesis. Kelima, menyajikan tentang simpulan atas pembahasan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Asimetri Informasi Fenomena underpricing terjadi dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat dari ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak perusahaan atau dapat disebut sebagai asymmetry informasy (Ghozali dan Al Mansur 76 November 2012 2002). Perbedaan proporsi informasi akan membuat investor mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan investor lain (Godfrey et al 2010). Informasi Asimetri pada model Rock (1986) dalam Isfaatun dan Hatta (2010) terdapat dua kelompok investor yaitu informed dan uninformed. Lalu Model Baron (1982) dalam Isfaatun dan Hatta (2010) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi antara pihak emiten dan underwriter. Teori Signalling Manajer memiliki peran untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan dari informasi yang disediakan.karena mereka memiliki perbandingan keuntungan dalam produksi dan penyebaran informasi. Dengan sinyal akan ada harapan keuntungan di masa depan maka manajer akan mendapatkan insentif, karena investor mempercayai sinyal, dengan adanya sinyal diharapkan harga saham akan meningkat dan pemegang saham akan memperoleh keuntungan (Godfrey et al, 2010). Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) Dalam pengembangan bisnis, pemenuhanan kebutuhan dana merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam operasional perusahaan. Kebutuhan akan modal tambahan ini dapat diperoleh dari cara hutang atau menambah jumlah dari kepemilikan dengan menerbitkan saham (Hartono 2000 dalam Susanto 2007). Salah satu cara untuk menjual saham baru adalah melahlui go public dengan ISSN: 1410 -9875 menawarkan saham perdananya ke masyarakat luas, maka dengan melakukan IPO perusahaan akan semakin dikenal di masyarakat. Proses penawaran saham oleh emiten kepada masyarakat dimana saham-saham tersebut selanjutnya akan dicatatkan di Bursa Efek disebut juga Initial Public Offering (Ayuningtyas dan Purwantini 2012). Sebelum surat berharga diperdagangkan di pasar sekunder, perusahaan akan terlebih dahulu mengeluarkan surat berharga dan menjual surat berharga atau saham yang baru di pasar primer berupa penawaran perdana sahamnya atau Initial Public Offering (IPO). Pada saat perusahaan memutuskan untuk melakukan IPO tidak ada harga pasar sampai dimulainya pasar sekunder (Suyatmin dan Sujadi 2006). Underpricing Underpricing merupakan suatu keadaan, dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder (Yasa 2008). Sebaliknya overpricing merupakan suatu kondisi dimana harga pasar saham yang baru ditawarkan secara rata-rata cenderung lebih rendah bila dibandingkan harga penawarannya (Ayuningtyas dan Purwantini 2012). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten pasti menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko yang ditanggungnya (Sucipto 2008). Endra Yaman Beberapa literature dalam Susanto (2007) menunjukkan bahwa underpricing terjadi akibat adanya informasi asimetri. Perusahaan yang akan go public akan menerbitkan prospektus untuk mengurangi informasi asimetri tersebut. Underpricing dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan menjanjikan keuntungan bagi investor. Leverage dan Underpricing Leverage dipertimbangkan sebagai variabel keuangan dalam penelitian ini, karena menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan equity yang dimilikinya. Financial leverage yang tinggi menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Semakin tinggi financial leverage, maka initial return akan semakin besar (Suyatmin dan Sujadi 2006). Penelitian Alqahtani dan More (2012) menguji tingkat leverage terhadap underpricing memperoleh hasil bahwa leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Penelitian ini didukung dengan Isfaatun dan Hatta (2010) dan Ghozali dan Al Mansur (2002) yaitu leverage juga berpengaruh arah negatif. Dalam penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006) menyatakan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2012), Yasa (2008), Wijayanto (2010), dan Saputra dan Wardoyo (2008). Ha1 : Leverage mempunyai pengaruh terhadap underpricing. 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Risiko IPO terhadap Tingkat Underpricing Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return yang diterima dengan return yang diharapkan. Gitman (2009) mendefinisikan risiko sebagai total keuntungan atau kerugian pada suatu investasi dalam waktu tertentu. Pada risk-return theory perusahaan dengan risiko IPO tinggi diharapkan memiliki keuntungan yang tinggi juga (Alqahtani dan More 2012) Rahim dan Yong (2010) meneliti pada Bursa Efek Malaysia dalam periode 1999 hingga 2007. Penelitian ini menghasilkan risiko IPO berpengaruh terhadap initial return. Penelitian Alqahtani dan More (2012) dan Rashid dan Rahim (2012) memperoleh hasil bahwa risiko IPO yang tinggi berpengaruh terhadap tingkat return yang akan berpengaruh juga kepada underpricing. Saat investor berinvestasi di pasar modal ia akan mengharapkan return yang tinggi maka tingkat risikoyang akan ditanggung akan menjadi pertimbangan dalam berinvestasi. Ha2 : Risiko IPO mempunyai pengaruh terhadap underpricing. Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Underpricing Suatu perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang tinggi diharapkan akan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Kebanyakan investor lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih tinggi karena informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak dibandingkan perusahaan yang berskala kecil. Perusahaan yang berskala besar 78 November 2012 mempunyai tingkat underprice yang lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil (Suyatmin dan Sujadi 2006). Penelitian Ayuningtyas dan Purwanti (2012) menghasilkan pengaruh dengan arah negatif antara ukuran perusahaan terhadap underpricing. Total aset yang dimiliki suatu perusahaan akan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek dimasa yang akan datang. Suyatmin dan Sujadi (2006) hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Alqahtani dan More (2012), Witjaksono (2012), Putra dan Budiarti (2011), Yasa (2008), dan Ghozali dan Al Mansur (2002). Ha3 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap underpricing. Umur Perusahaan terhadap Underpricing Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh publik. Semakin panjang umur perusahaan semakin banyak informasi yang bisa diserap masyarakat (Daljono 2000 dalam Suyatmin dan Sujadi 2006). Calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi dari perusahaan yang melakukan IPO (Putra dan Budiarti 2012) Penelitian Ayuningtyas dan Purwantini (2011) dan Isfaatun dan Hatta (2010) menghasilkan tidak terdapat pengaruh antara umur perusahaan terhadap underpricing. ISSN: 1410 -9875 Penelitian ini didukung oleh Ghozali dan Al Mansur (2002), Yasa (2008), Suyatmin dan Sujadi (2006), Saputra dan Wardoyo (2008) dan Putra dan Budiarti (2011). Alqahtani dan More (2012) menguji umur perusahaan terhadap underpricing memperoleh hasil bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing. Semakin lama umur perusahaan maka banyak informasi yang diketahui masyarakat sehingga akan mengurangi asimetri informasi dan ketidakpastian. Ha 4 : Umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap underpricing. ROA terhadap Underpricing ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (asset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian sehingga akan menurunkan tingkat underpricing bagi investor (Ghozali dan Al Mansur 2002). Penelitian Putra dan Budiarti (2012) menghasilkan terdapat pengaruh ROA terhadap underpricing, hasil penelitian ini konsisten dengan Saputra dan Wardoyo (2008) dan Ghozali dan Al Mansur (2002). Penelitian Susanto (2007) menghasilkan tidak terdapat pengaruh antara ROA terhadap underpricing. Penelitian ini didukung oleh Wijayanto (2010) yang menyatakan ROA tidak berpengaruh terhadap underpricing. Ha5 : ROA mempunyai pengaruh terhadap underpricing. Endra Yaman Reputasi Underwriter terhadap Underpricing Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten, dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual. Peran dari underwriter sangatlah penting dalam melakukan penawaran saham perdana untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi, maka emiten akan meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham tersebut (Putra dan Budiarti, 2012) Dalam penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006) menghasilkan terdapat pengaruh antara reputasi underwriter terhadap underpricing. Konsisten menurut Putra dan Budiarti (2012), Ghozali dan Al Mansur (2002), dan Rashid dan Rahim (2012) terdapat pengaruh antara reputasi underwriter terhadap underpricing. Penelitian Isfaatun dan Hatta (2010) menghasilkan tidak terdapat pengaruh antara reputasi underwriter terhadap underpricing. Hasil yang sama didapat oleh Khomsiyah (2005), Saputra dan Wardoyo (2008), dan Ayuningtyas dan Purwantini (2011). Ha6 Reputasi underwriter : mempunyai pengaruh terhadap underpricing. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Sampel penelitian dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel yang bertujuan untuk memperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas yang dimilikinya. Leverage yang tinggi akan menjadi pertimbangan bagi investor dalam memprediksi risiko perusahaan (Khomsiyah 2005). Kreditor akan lebih menyukai rasio hutang yang rendah, sedangkan pemegang saham akan lebih menyukai leverage yang tinggi karena diharapkan akan dapat meningkatkan laba (Susanto 2007). Pengukuran variabel ini mengacu pada penelitian Wijayanto (2010), skala yang digunakan adalah skala rasio. Adapun rumus dari variabel ini adalah: Leverage = Total Debt/ Total Equity Risiko IPO menunjukkan erusahaan dengan tingkat risiko IPO yang tinggi mampu memberikan kemungkinan return yang lebih besar (Alqahtani dan More 2012). Dalam Rashid dan Rahim (2012) risiko dan return diperkirakan memiliki hubungan yang positif seperti dalam risk-return trade-off theory. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Pengukuran variabel risiko IPO mengunakan metode Bradley & Jordan (2002) 80 November 2012 dalam Alqahtani dan More (2012). Adapun rumus dari variabel ini adalah: IPO risk = 1 / IPO offer price Ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor dalam melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Informasi perusahaan skala besar tentunya akan lebih banyak diketahui, sehingga tingkat ketidakpastian dapat diketahui oleh investor (Suyatmin dan Sujadi 2006). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Pengukuran variabel ukuran perusahaan menggunakan metode dalam Witjaksono (2012): Ukuran Perusahaan = LN(Asset) Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang dapat diserap oleh public (Putra dan Budiarti, 2012). Skala pengukuran untuk variabel ini adalah rasio. Variabel ini diukur dengan lamanya perusahaan beroperasi yaitu lama perusahaan didirikan hingga saat perusahaan melakukan IPO (Isfaatun dan Hatta, 2012). Return on Assets (ROA) merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (asset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. ROA menjadi salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham (Saputra dan Wardoyo 2008). Skala untuk variabel ini adalah rasio. ISSN: 1410 -9875 Pengukuran ROA mengacu pada penelitian Susanto (2007) dinyatakan dalam bentuk presentase sebagai berikut: ROA = Net Income After Tax/ Total Reputasi Underwriter. Underwriter adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten, dengan atau tanpa kewajiban membeli sisa efek yang terjual (Putra dan Budiarti, 2012). Pengukuran variabel reputasi underwriter yaitu dengan menggunakan dummy variabel, dengan memberikan skala 0, untuk underwriter yang tidak termasuk peringkat reputasi 5 besar dan memberikan skala 1 untuk underwriter yang termasuk dalam 5 besar dalam rating yang diberikan oleh Majalah Investor, berarti underwriter memiliki reputasi tinggi. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2008). Skala pengukuran adalah skala nominal. Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression) dalam pengujian hipotesisnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. TU = b0 + b1LEV+ b2IPO_RISK+ b3SIZE+ b4AG+b5ROA+b6UND+ ℮ Keterangan: TU : Underpricing b0 : Konstanta Endra Yaman b1-b6 : Koefisien regresi setiap variabel independen LEV : Leverage IPO_RISK : Risiko IPO AGE : Umur perusahaan SIZE : Ukuran perusahaan ROA : Return on Assets UND : Reputasi underwiter HASIL PENELITIAN Menurut Ghozali (2011) statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, nilai maksimum, nilai minimum, sum, range, kurtosis (keruncingan distribusi) dan skewness (kemencengan distribusi). Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Hasil pengujian normalitas pada tabel 3 menunjukkan nilai asymp sig (2-tailed) sebesar 0,485 berarti nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi 0,05, Dapat disimpulkan data residual berdistribusi normal sehingga model baik digunakan dalam penelitian. Tabel 4 menunjukkan bahwa keenam variabel memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 10. Hasil penelitian ini berarti tidak terdapat multikolinearitas antara variabel independen sehingga data baik digunakan untuk model regresi. Hasil pengujian pada tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi dari variabel leverage, risiko IPO, ukuran perusahaan, umur perusahaan, ROA, dan reputasi underwriter memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 heteroskedastisitas sehingga data baik digunakan dalam model regresi. Tabel 6 menunjukan bahwa nilai signiikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,019. Hal ini berarti tidak terdapat masalah autokorelasi sehingga data baik untuk digunakan dalam model regresi. Tabel 7 menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.450. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,5 maka hubungan antara tingkat underpricing dengan leverage, risiko IPO, ukuran perusahaan, umur perusahaan, ROA, dan reputasi underwriter adalah lemah positif. Hasil uji koefisien determinasi dalam tabel 8 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,099. Hal ini berarti secara statistik besarnya variasi tingkat underpricing yang dapat dijelaskan oleh leverage, risiko IPO, ukuran perusahaan, umur perusahaan, ROA, dan reputasi underwriter adalah sebesar 9,9% dan sisanya sebesar 90,1% dapat dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Dalam tabel 9 diperoleh F hitung sebesar 1,950 dengan nilai signifikan sebesar 0,093. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga regresi tidak layak digunakan untuk menguji data karena tidak menggambarkan model fit dari persamaan regresi. Hasil uji t dalam tabel 10 menunjukkan leverage memiliki nilai signifikansi sebesar 0,214. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak dapat diterima. Hal ini berarti leverage tidak memiliki pengaruh 82 November 2012 terhadap tingkat underpricing, Risiko IPO memiliki nilai signifikansi sebesar 0,905. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif kedua (Ha2) tidak dapat diterima. Hal ini berarti risiko IPO tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Tabel 10 menghasilkan ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,783. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif ketiga (Ha3) tidak dapat diterima. Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Umur perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,729. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif keempat (Ha4) tidak dapat diterima. Hal ini berarti umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil uji t pada tabel 10 menunjukan ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,135. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif kelima (Ha5) tidak dapat diterima. Hal ini berarti ROA tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil uji t atas reputasi underwriter memiliki nilai signifikansi sebesar 0,063. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif keenam (Ha6) tidak dapat diterima. Hal ini berarti reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. ISSN: 1410 -9875 PENUTUP Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2012), Wijayanto (2010), Saputra dan Wardoyo (2008), Yasa (2008), dan Suyatmin dan Sujadi (2006). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Alqahtani dan More (2012) dan Isfaatun dan Hatta (2010), dan Ghozali dan Al Mansur (2002). Risiko IPO tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim and Yong (2010), Alqahtani dan More (2012) dan Rashid dan Rahim (2012). Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Alqahtani dan More (2012), Witjaksono (2012), Putra dan Budiarti (2011), Suyatmin dan Sujadi (e2006), Yasa (2008) dan Ghozali dan Al Mansur (2002). Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang diakukan oleh Ayuningtyas dan Purwantini (2011) Umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas dan Purwantini (2011), Isfaatun dan Hatta (2010), Yasa (2008), Ghozali dan Mansur (2002), Putra dan Budiarti (2011), Saputra dan Wardoyo (2008), Suyatmin dan Endra Yaman Sujadi (2006), Namun hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Alqahtani dan More (2012). ROA tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2007), dan Wijayanto (2010). Hasil ini tidak konsisten dengan Putra dan Budiarti (2011), Saputra dan Wardoyo (2008), Ghozali dan Al Mansur (2002), Reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas dan Purwantini (2011), Saputra dan Wardoyo (2008), Isfaatun dan Hatta (2010), dan Khomisyah (2005), namun hasil ini tidak konsiten dengan penelitian Putra dan Budiarti (2011), Rashid dan Rahim (2012), Suyatmin Sujadi (2006), dan Ghozali dan Al Mansur (2002). Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing cukup banyak, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel saja. Lalu uji F yang dihasilkan oleh model regresi berganda tidak fit. Rekomendasi yang penulis berikan atas keterbatasan penelitian ini yaitu, peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti reputasi auditor dan EPS (Earnings per Share). Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode penelitian untuk menambah jumlah sampel, supaya distribusi data dapat lebih baik. 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 REFERENSI Alqahtani, Faisal, dan Vardhan More. 2012. Underpricing Phenomenon in New Zealand IPO Market. .http://ssrn.com/abstract=2215402. Ayuningtyas, A dan Sri Purwantini. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. SOLUSI ISSN 1412-5331. Vol.10 No.4. Darmadji, Tjipto, dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab. Edisi 1. Salemba Empat, Jakarta. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 5. Universitas Diponegoro, Semarang. Ghozali, Imam, dan Mudrik Al Mansur. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 4 No.1 Gitman, L.J. 2009. Managerial Finance. 12th edition. Pearson Education. Godfrey, Jayney et al. 2010. Accounting Theory. Edisi 7. John Wiley & Sons. United States of American. Hair et al. 2010. Multivariate Data Analysis. 7th Edition. England: Pearson Education. Isfaatun, Eliya, dan Atika Jauharia Hatta (2010). Analisis Informasi Penentu Harga Saham saat Initial Public Offering. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 15 No.1. Khomsiyah. 2005. Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor, dan Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7 No.2.aktor-Faktor Putra, Nandariko S.A, dan Yuli Budiarti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Manajemen. Vol.1 No.05. Rahim, Ruzita Abdul, dan Othman Yong. 2010. Initial Returns of Malaysia IPOs and Shari’a Compliant Status. Journal of Islamic Accounting and Business Research. Vol.1 No.1. Rashid, Rasidah Mohd, dan Ruzita Abdul Rahim. 2012. Does Shareholder Retention Matter in Explaining the Underpricing Pnomenon of Malaysia IPO’s?. The Journal of America Academy of Business. Vol.18 No.1. Saputra, Roni Indra, dan Paulus Wardoyo. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO (Initial Public Offering) Periode 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia. SOLUSI. Vol.7 No.3. Sjahruddin, dan Yusralaini. 2009. Underpricing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi. Vol. 17 No. 01. Sucipto, Agus. 2008. Fenomena-Fenomena di Seputar Kebijakan Initial Public Offering (IPO) dan Pengukuran Kinerja Perusahaan di Indonesia IQTISHODUNA. Vol.4 No.3. Susanto, Liana. 2007. Analisi Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Underpricing Perusahaan yang Melakukan Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi. Tahun XI No.03 84 ISSN: 1410 -9875 Endra Yaman Suyatmin, dan Sujadi. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta. BENEFIT. Vol.10 No.1. Wijayanto, Andhi. 2010. Analisis Pengaruh ROA, EPS, Financial Leverage, Proceed terhadap Initial Return. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 1 No.1. Witjaksono, Lydia Soeryadjaya. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keuangan yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2002-2010. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol.1 No.1. Yasa, Geriata Wirawan. 2010. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. Vol.3 No.2. 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 LAMPIRAN LEVERAGE RISIKO IPO UKURAN PERUSAHAAN UNDERPRICING UMUR PERUSAHAAN ROA REPUTASI UNDERWRITER Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Kriteria Perusahaan non keuangan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai 2010 Perusahaan non keuangan yang sahamnya tidak mengalami underpricing Perusahaan non keuangan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang asing Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki data mengenai nama underwriter Perusahaan non keuangan yang tidak menghasilkan laba setelah pajak. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi sampel Sumber: Diolah Penulis 86 Jumlah Perusahaan 93 (27) (6) (1) (6) 53 ISSN: 1410 -9875 TU LEV IPO_RISK SIZE AGE N 53 53 53 53 53 ROA UND 53 53 Endra Yaman Tabel 2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean Std. Deviation 0,0131579 0,7000000 0,303047863 0,2349674198 0,1369959 5,0497167 0,995242396 0,9852017525 0,0002667 0,0666667 0,004830868 0,0090914382 24,9718344 31,1491173 27,843079981 1,5738364516 2,0000000 57,0000000 16,094339623 12,170683804 4 0,0010881 0,2631641 0,060726143 0,0555829361 0 1 0,28 0,455 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Residual Unstandardized Residual N Normal Parameters (a,b) MostExtreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Model 1 LEV 53 0,0000000 0,20979854 0,115 0,113 -0,115 0,837 0,485 Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Kesimpulan Tolerance VIF 0,786 1,272 Tidak terdapat multikolinearitas IPO_RISK 0,865 1,156 Tidak terdapat multikolinearitas SIZE 0,636 1,572 Tidak terdapat multikolinearitas AGE 0,757 1,321 Tidak terdapat multikolinearitas ROA 0,907 1,102 Tidak terdapat multikolinearitas UND 0,620 1,614 Tidak terdapat multikolinearitas 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Model 1 (Constant) LEV IPO_RISK SIZE AGE ROA UND 1 Model (Constant ) LEV IPO_RISK SIZE AGE ROA UND RES_2 November 2012 Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 0,410 0,312 -0,010 0,016 -0,093 -2,304 1,696 -0,197 -0,007 0,011 -0,099 -0,001 0,001 -0,145 0,187 0,271 0,098 -0,051 0,040 -0,217 T 1,314 -0,609 -1,358 -0,587 -0,932 0,691 -1,265 Sig. 0,195 0,545 0,181 0,560 0,356 0,493 0,212 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Unstandardized Standardize Coefficients d Coefficients B Std. Beta Error 0,490 0,685 T 0,715 Sig. 0,479 0,003 -1,200 -0,016 -0,001 -0,204 0,008 0,241 0,098 -0,334 -0,659 -0,295 -0,357 0,101 1,591 0,922 0,740 0,513 0,769 0,723 0,920 0,119 0,034 3,597 0,025 0,003 0,571 0,084 0,152 0,016 -0,053 -0,124 -0,051 -0,055 0,019 0,248 Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Korelasi Model Summary Model R 1 0,450a Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model R Square Adjusted R Squar 1 0,203 0,099 88 ISSN: 1410 -9875 Model 1 Endra Yaman Sum of Squares Regressio n Residual Total Model 1 (Constant ) LEV IPO_RISK SIZE AGE ROA UND Tabel 9 Hasil Uji F Df Mean Square 0,582 6 0,097 2,289 2,871 46 52 Sig. 1,95 0 0,093 a 0,050 Tabel 10 Hasil Uji t Unstandardized Standardize Coefficients d Coefficients Std B Error Beta 0,657 0,673 0,045 0,438 0,007 0,001 0,889 0,164 F T 0,975 0,035 -0,187 -1,261 3,659 -0,017 -0,120 0,025 -0,046 -0,277 0,003 -0,053 -0,348 0,584 -0,210 -1,522 0,086 -0,318 -1,902 Sig. 0,33 4 0,21 4 0,90 5 0,78 3 0,72 9 0,13 5 0,06 3 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 90 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 91-100 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EEK INDONESIA EDRIC KURNIADI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to analyze the effect of gross profit, cash flow from operating activities, cash flow from investing activities, cash flow from financing activities, current ratio, debt to equity ratio, return on equity, total asset turnover, and price earnings ratio on stock return. Population in this research is all listed manufacturing companies during 2008-2010. Samples are obtained through purposive sampling method, in which only 41 of listed manufacturing companies meet the sampling criteria and are taken as the samples. Multiple linear regressions and hypothesis testing are used as the data analysis method in this research. Based on hypothesis testing, it shows that only one variable which is price earnings ratio has a signification effect on stock return. While, gross profit, cash flow from operating activities, cash flow from investing activities, cash flow from financing activities, current ratio, debt to equity ratio, return on equity and total asset turnover do not have influence on stock return. Keywords: Gross Profit, Cash Flow From Operating Activities, Cash Flow From Investing Activities, Cash Flow From Financing Activities, Financial Ratios, and Stock Return bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi (Samsul, 2006). Oleh karenanya, seorang investor membutuhkan berbagai macam informasi yang dapat mendukung pembuatan keputusan yang diambilnya (Husnan, 2005). Laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang sangat penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena didalam sebuah laporan keuangan, PENDAHULUAN Pasar modal memiliki sifat khas apabila dibandingkan dengan pasar yang lain. Salah satunya adalah ketidakpastian akan kualitas produk yang ditawarkan. Situasi ketidakpastian ini mendorong investor yang rasional untuk selalu mempertimbangkan risiko dan setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding lurus. Salah satu fungi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 investor dapat melihat kinerja dari sisi internal perusahaan. PSAK No. 2 menentukan bahwa laporan arus dapat disusun dengan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak langsung, karena metode ini dapat memberikan informasi yang terperinci menenai komponen utama penerimaan kas seperti penerimaan kas dari pelanggan (penjualan), maupun komponen utama pengeluaran kas untuk pemasok dan karyawan. Berdasarkan informasi yang lengkap tersebut dapat dibuat estimasi arus kas masa depan (Purwatiningsih et al., 2003). Data dalam sebuah laporan keuangan merupakan data kondisi masa lalu sebuah perusahaan. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan dengan melihat kondisi masa lalu perusahaan melalui data dari sebuah laporan keuangan adalah rasio keuangan. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan antara satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan (Kasmir, 2008). Penelitian untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor fundamental terhadap return saham telah banyak dilakukan, namn masih menghasilkan berbagai 92 November 2012 kesimpulan yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabelvariabel fundamental yang bersifat internal seperti laba kotor (GP), arus kas dari kegiatan operasional (AKO), arus kas dari kegiatan investasi (AKI), arus kas dari kegiatan pendanaan (AKP), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), total asset turnover (TATO), dan price earnings ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham, dimana focus penelitian ini dilakukan terhadap saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signaling Theory Signaling theory merupakan dorongan faktor ekonomi dari satu unit usaha untuk mengungkapkan suatu kejadian secara sukarela. Aktifitas akuisisi mempunyai nilai normatif bagi investor yang mempengaruhi keputusan investasi dalam bentuk perubahan harga saham karena adanya transaksi yang meningkat dan menurun (Yudyatmoko dan Ainun, 2000). Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi dipicu oleh adanya asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan ISSN: 1410 -9875 datang dari pada (investor, kreditor). Edric Kurniadi pihak luar Laba Kotor (GP) Terhadap Return Saham Febriyanto dan Widiastuty (2005) menyatakan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara laba kotor dengan return saham, karena dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan angka laba lainnya, karena semakin detail perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 Laba kotor (GP) berpengaruh positif terhadap return saham. Arus Kas dari Kegiatan Operasi (AKO) Terhadap Return Saham Salah satu penelitian yang menguji hubungan antara arus kas operasi dengan return saham dilakukan oleh Wahyuni (1998), Ngaisah (1998), Cahyani (1999) serta Kurniawan dan Indriantoro (2000) dalam Trisnawati (2009) yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) yang menunjukan bahwa arus kas dari aktivitas operasi tidak memiliki pengaruh terhadap expected return. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Livnat dan Zarowin (1990) serta Rayburn (1986). Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H2 Arus kas dari kegiatan operasional (AKO) berpengaruh positif terhadap return saham. Arus Kas dari Kegiatan Investasi (AKI) Terhadap Return Saham Pengujian yang dilakukan oleh Miller dan Rock (1985) dalam Daniati dan Suhairi (2006) mengenai pengaruh investasi terhadap return saham menemukan bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh positif dengan return saham pada saat pengumuman investasi baru. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Livnat dan Zarowin (1990) yang menemukan bahwa arus kas investasi tidak berhubungan signifikan dengan return saham. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H3 Arus kas dari kegiatan investasi (AKI) berpengaruh positif terhadap return saham. Arus Kas dari Kegiatan Pendanaan (AKP) Terhadap Return Saham Dengan melakukan signaling theory, Miller dan Rock (1985) dalam Daniati dan Suhairi (2006) menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 H4 Arus kas dari kegiatan pendanaan (AKP) berpengaruh positif terhadap return saham. Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR). Meythi (2007) meneliti mengenai risiko keuangan yang paling baik untuk memprediksi return saham. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa current ratio adalah rasio yang paling baik. Ulupui (2007) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktifitas dan profitabilitas terhadap return saham juga mendapatkan hasil yang sama bahwa current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H5 Current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return saham. Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian Sudarto et al. (1999) dalam Suharli (2005) yang meneliti tentang dua faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food and beverage menyatakan bahwa hubungan antara debt to equity ratio dengan return saham adalah negatif dan tidak signifikan. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan dengan Ulupui (2007) yang menyatakan DER berpengaruh 94 November 2012 positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H6 Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham. Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on Equity (ROE). Wijaya (2008), Poernamawatie (2008) serta Handi dan Sulaiman (2008) menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ganto et al. (2008) dimana penelitian ini menghasilkan adanya hubungan positif dari return on equity (ROE) terhadap return saham. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H7 Return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham. Total Asset Turnover (TATO) Terhadap Return Saham Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turnover (TATO). Penelitian yang dilakukan oleh Tuasikal (2001) dalam Ulupui (2007) pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur menemukan bahwa rasio aktivitas tidak bermanfaat untuk memprediksi return satu tahun ke depan. Namun, hasilnya berlawanan ketika digunakan untuk memprediksi return dua tahun ke depan. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: ISSN: 1410 -9875 H8 Total asset turnover (TATO) berpengaruh positif terhadap return saham. Price Earnings Ratio (PER) Terhadap Return Saham Rasio pasar modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah price earnings ratio (PER). Penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009) menyatakan bahwa price earnings ratio memiliki pengaruh positif terhadap return saham. Menurut Margaretha dan Damayanti (2008) price earnings ratio (PER) memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap return saham. PER mengindikasikan besarnya dana yang bersedia dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap laba yang dihasilkan perusahaan. Berdasarkan rerangka pikir tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H9 Price earnings ratio (PER) berpengaruh posif terhadap return saham. METODA PENELITIAN Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai tahun 2010, pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive non random sampling, sehingga didapatkan 49 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Laba kotor (gross profit) diproksi dari total laba kotor dalam laporan keuangan laba rugi sebuah Edric Kurniadi perusahaan (Daniati dan Suhairi, 2006). Arus kas dari kegiatan operasi (AKO) merupakan arus kas masuk atau arus kas keluar dalam periode tertentu dari kegiatan operasi, diproksi dari total arus kas aktivitas operasional yang terdapat di dalam laporan keuangan arus kas perusahaan (Daniati dan Suhairi, 2006) Arus kas dari kegiatan investasi (AKI) merupakan arus kas masuk atau arus kas keluar dalam periode tertentu dari kegiatan investasi, diproksi dari total arus kas aktivitas investasi yang terdapat di dalam laporan keuangan arus kas perusahaan (Daniati dan Suhairi, 2006) Arus kas dari kegiatan pendanaan (AKP) merupakan arus kas masuk atau arus kas keluar dalam periode tertentu dari kegiatan pendanaan, diproksi dari total arus kas aktivitas pendanaan yang terdapat di dalam laporan keuangan arus kas perusahaan (Daniati dan Suhairi, 2006). Current ratio (CR) yang merupakan perbandingan antara current asset terhadap current liabilities adalah proksi yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio, dengan rumus (Meythi, 2007): ������� ����� ���� � ������� ������ ������� ����������� Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham (Suharli, 2005). Skala pengukuran yang digunakan adalah 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 skala rasio. Untuk menghitung DER dapat digunakan rumus: ���� �� ������ ����� ����� � ����� ���� ����� ������ Return on equity (ROE) merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang dapat diukur dengan membandingkan net income dengan shareholders’ equity (Meythi, 2007). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Untuk menghitung ROE dapat digunakan rumus: ������ �� ������ ����� � ��� ������ ������������′ ������ Total asset turnover (TATO) merupakan salah satu rasio aktivitas yang dapat diukur dengan membandingkan antara penjualan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Meythi, 2007). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Untuk menghitung TATO dapat digunakan rumus: ����� ����� �������� ������ � ����� ����� ������ Price earnings ratio (PER) merupakan rasio pasar modal yang membandingkan antara tingkat harga pasar per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham (Stella, 2009). Foster (1986) dalam Meythi (2007) menyatakan bahwa skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Foster (1986) dalam Meythi (2007), nilai PER dapat diinterprestasikan sebagai berikut: ����� �������� ����� ����� � 96 ������ ����� ��� ������ ����� �������� ��� ������ ����� November 2012 HASIL PENELITIAN Hasil pengujian hipotesis ditunjukan pada table 1 berikut ini: Tabel 1 hasil uji hipotesis 1 Model (Constant) B t Sig. .227 2.836E-07 1.563 1.749 .120 .082 AKO -3.468E-07 -.712 .478 AKI -3.632E-07 -.604 .547 AKP -7.105E-08 -.158 .874 .016 .641 .523 GP CR DER ROE TATO PER .003 .087 .930 -.125 .010 -1.096 1.159 .275 .248 .014 2.866 .005 Hasil pengujian H1 menunjukan bahwa laba kotor (GP) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriyanto dan Widiastuty (2005) menyatakan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara laba kotor dengan return saham. Hasil pengujian H2 menunjukan bahwa arus kas dari kegiatan operasional (AKO) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (1998), Ngaisah (1998), Cahyani (1999) serta Kurniawan dan Indriantoro (2000) dalam Trisnawati (2009) dan Ulupui (2007) yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian H3 menunjukan bahwa arus kas dari kegiatan investasi (AKI) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini ISSN: 1410 -9875 konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Livnat dan Zarowin (1990) yang menemukan bahwa arus kas investasi tidak berhubungan signifikan dengan return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Rock (1985) dalam Daniati dan Suhairi (2006). Hasil pengujian H4 menunjukan bahwa arus kas dari kegiatan pendanaan (AKP) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Rock (1985) dalam Daniati dan Suhairi (2006). Hasil pengujian H5 menunjukan bahwa current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008) serta Handi dan Sulaiman (2008) serta Estuari (2004) yang juga menunjukan bahwa variabel (CR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham yang akan diterima perusahaan di masa yang akan datang. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Meythi (2007) dan Ulupui (2007) yang menyatakan bahwa bahwa current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hasil pengujian H6 menunjukan bahwa debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) yang menyatakan DER berpengaruh positif dan tidak Edric Kurniadi signifikan terhadap return saham serta penelitian yang dilakukan oleh Sudarto et al. (1999) dalam Suharli (2005) yang menyatakan bahwa hubungan antara return debt to equity ratio dengan return saham adalah negatif dan tidak signifikan. Suharli (2005) menyatakan bahwa hasil tidak siginifikan tersebut disebabkan karena pada periode 2001-2004 sebagai tahun pengamatan, kondisi pasar modal Indonesia kurang baik sebab pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia baru bangkit dari keterpurukan dan belum sepenuhnya pulih akibat krisis ekonomi dan krisis moneter yang berkepanjangan. Selain itu tahun 2001-2004 kondisi politik dan keamanan bangsa Indonesia mengalami ketidakstabilan, sehingga menyebabkan krisis kepercayaan pada para investor dalam berinvestasi akibatnya nilai saham di pasar modal Indonesia berfluktuasi tidak menentu. Hasil pengujian H7 menunjukan bahwa return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2008), Poernamawatie (2008) serta Handi dan Sulaiman (2008) menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ganto et al. (2008) dimana penelitian ini menghasilkan adanya hubungan positif dari return on Equity (ROE) terhadap return saham. Hasil pengujian H8 menunjukan bahwa total asset turnover (TATO) tidak berpengaruh 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuasikal (2001) dalam Ulupui (2007) yang menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak bermanfaat untuk memprediksi return satu tahun ke depan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Asyik (1999) dalam Meythi (2007) yang menunjukan bahwa total asset turnover memiliki hubungan yang kuat dengan return saham. Hasil pengujian H9 menunjukan bahwa price earnings ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti (2008) yang menyatakan bahwa price earnings ratio (PER) memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut laba kotor (GP), arus kas dari kegiatan operasional (AKO), arus kas dari November 2012 kegiatan investasi (AKI), arus kas dari kegiatan pendanaan (AKP), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), total asset turnover (TATO) tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Keterbatasan dari penelitian ini antara lain keterbatasan dalam jumlah data, waktu dan jumlah objek penelitian yang hanya terdiri dari 41 perusahaan. Dimana hal ini muncul karena data diambil Secara acak atau random, dan tidak mensyaratkan kriteria-kriteria tertentu. Sampel penelitian tidak hanya untuk perusahaan manufaktur tetapi juga untuk perusahaan non manufaktur. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan hasil yang dapat digeneralisasikan kepada seluruh perusahaan di Indonesia. Berdasarkan keterbatasan tersebut, rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah memperpanjang jangka waktu atau periode penelitian (misalnya selama lima tahun). Perpanjangan periode penelitian ini diharapkan dapat menangkap berbagai situasi serta dapat memberikan hasil yang lebih baik, juga penelitian berikutnya dapat menambah variabel independen dalam mempengaruh return saham, contohnya manajemen laba, dan kebijakan hutang. REFRENSI Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham. Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang), hlm. 1-23. 98 ISSN: 1410 -9875 Edric Kurniadi Febrianto, Rahmat, dan Erna Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi: Mana Yang Lebih Bermakna Bagi Investor?. Simposium Nasional Akuntansi VIII (Solo). Handi, Ana dan Sulaiman. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi. Vol. 2, No. 2 (Juli) 2008. Harahap, R.K. dan Arga Fitria. 2008. Hubungan Informasi pelaporan Earnings Akuntansi Tehadap Pergerakan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.8. No.2. Kasmir. 2008. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Margaretha, Farah, dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio teradap Stock Returns di BEI. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 3, hlm. 149-160. Meythi. 2007. Rasio Keuangan Yang Paling Baik untuk Memprediksi Return Saham: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntasi, vol. 9, No. 1, April. Hlm 47-65. Nilawati. 2004. Analisis ROI dan EVA terhadap Return On Share LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Desember, Hal 155-166. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sinaga, Hariono Hardian, dan Sugeng Pamudji. 2010. Analisa Pengaruh Total Arus Kas, Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi Terhadap Return Saham. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, hlm. 97-106. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET. Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food and Beverage di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2. Trisnawati, Ita. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, hlm 65-78. Wijaya, David. 2008. Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi Go Public Di Indonesia. Jurnal manajemen dan kewirausahaan. Vol. 10, No. 2 (September): 136-152 Yudyatmoko., dan Ainun Na’im. 2000. Pengaruh Akuisisi Terhadap Perubahan Return Saham dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi III (Jakarta). 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 100 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 101-112 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA FERRY SUHARDJO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the effect of managerial ownership, institutional ownership, dividend policy, profitability, asset structure, firm growth, business risk, free cash flow, and firm size on leverage. This research using a manufacturing firm. This research use for 30 manufacture companies firms which listed in Indonesia Stock Exchange during 2008 until 2010. The sample of research collected using purposive sampling and used multiple regression as the analysis method. The result of research shows that managerial ownership, institutional ownership, dividend policy, profitability, business risk and firm size have influence to debt policy. While asset structure, free cash flow, have not influence to leverage. Keywords: Agency theory, pecking order theory, debt policy, managerial ownership, institutional ownership, dividend policy, profitability, structure asset, firm growth, business risk, free cash flow, and firm size. kebijakan itu disebut sebagai kebijakan hutang. Peranan para manager perusahaan dalam keputusan pendanaan sangat berpengaruh dalam tujuan perusahaan. Dalam mencapai tujuan suatu perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara mensejahterakan pemegang saham, para manager sering dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang dapat mempengaruhi keputusan manajemen. Secara pribadi, manager yang tidak memiliki saham dalam perusahaan cenderung akan mengutamakan keperluan pribadi PENDAHULUAN Pendanaan perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu external dan internal. Sumber internal biasanya diperoleh dari modal perusahaan ataupun dari laba ditahan, sedangkan sumber external diperoleh dari pinjaman pihak ketiga ataupun dari pasar keuangan. Kegiatan operasional perusahaan tidak selamanya dapat terpenuhi hanya dari mengandalkan satu sumber dana saja (internal), maka dari itu manager mengambil kebijakan untuk memperoleh dana yang berasal dari luar (external), 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 sebagai manager, yaitu semaksimal mungkin perusahaan akan menghindari hutang kepada pihak ketiga karena manager peduli terhadap risiko perusahaan secara keseluruhan dan menyangkut dengan reputasi manager itu sendiri (Wiliandri, 2011). Sedangkan para pemegang saham sangat menginginkan bahwa pendanaan yang lebih besar berasal dari hutang, dikarenakan para pemegang saham hanya melihat risiko secara sistematik dari perusahaan yaitu adanya perlindungan pajak atas bunga dan pendapatan saham akan semakin tinggi. Jika seorang manager itu sendiri berperan ganda dalam perusahaan, yaitu sebagai seorang manager sekaligus sebagai pemegang saham. Kemungkinan keputusan kebijakan hutang akan benar-benar dipertimbangkan oleh manager (Yeniatie dan Destriana, 2010). Pengembangan penelitian kebijakan hutang pada perusahaan kali ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010), Indahningrum dan Handayani (2009), serta Wiliandri (2011). Penelitian ini termotivasi akan uniknya masalah yang timbul dari beberapa faktor berbeda yang mempengaruhi kebijakan hutang yang diambil oleh manajemen dalam suatu perusahaan. PENELITIAN TERDAHULU Kepemilikan Managerial dan Kebijakan Hutang Menurut teori, kepemilikan managerial adalah situasi yang menjelaskan dimana manager memiliki sebagian saham 102 November 2012 perusahaan (Schoroeder et al., 2001 dalam Christiawan dan Tarigan 2007). Yeniatie dan Destriana (2010) menemukan bahwa kepemilikan managerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, karena semakin besar persentase kepemilikan manager dalam suatu perusahaan maka manager akan turut merasakan dampak dari keputusan yang diambilnya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan. Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang Peran kepemilikan institusional merupakan mekanisme monitoring, dan mekanisme monitoring akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham, dikarenakan keputusan pendanaan dari manager akan selalu diawasi oleh investor. Kepemilikan saham institusional merupakan persentase saham yang dimiliki oleh para pemegang saham institusional dan pihak luar perusahaan, dimana perusahaan dapat memperoleh dana dari pemegang saham tersebut. Larasati (2011)yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional dan kebijakan hutang perusahaan berhubungan positif dan signifikan. Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Kebijakan dividen adalah kebijakan atau keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dengan bentuk laba ditahan guna membiayai investasi di masa yang akan datang, (Sartono 2000 dalam Dewi 2008). Hasil penelitian Dewi ISSN: 1410 -9875 (2008) serta Indahningrum dan Handayani (2009), menemukan hasil yang negatif dan signifikan antara kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Profitabilitas dan Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba yang diperoleh dari penjualan (Masdupi, 2005 dalam Yeniatie dan Destriana 2010). Indahningrum dan Handayani (2009), menemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh atas kebijakan hutang perusahaan. Struktur Aset dan Kebijakan Hutang Struktur aset terdiri dari dua komponen aktiva, yaitu aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap merupakan aktiva yang berwujud, yang fungsinya siap pakai dan tidak untuk dijual. Aktiva lancar merupakan aktiva yang dapat dijadikan atau direalisasikan kedalam bentuk uang kas, atau dapat dijual. Yeniatie dan Destriana (2010), dan Hadianto (2008) dalam Seftianne dan Handayani (2011), menemukan bahwa struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih membutuhkan pendanaan yang berasal dari luar perusahaan dengan jumlah yang lebih besar (Bringham dan Gapenski,1996 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009). Jika perusahaan memutuskan untuk menambah jumlah aktiva yang dimilikinya, aktiva yang diperoleh Ferry Suhardjo tersebut juga dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan membantu kegiatan operasional perusahaan, sehingga peningkatan laba akan dapat mendorong pertumbuhan perusahaan tersebut. Indahningrum dan Handayani (2009) serta Yeniatie dan Destriana (2010), menemukan hubungan positif antara pertumbuhan perusahaan dengan kebijakan hutang. Risiko Bisnis dan Kebijakan Hutang Pengertian risiko bisnis menurut Gitman dan Zutter (2012, 77), risiko bisnis adalah risiko dari perusahaan di saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Dalam penelitian Junaidi (2006) dalam Yeniatie dan Destriana (2010), menyatakan bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian atas proyeksi pendapatan dimasa mendatang. Prabansari dan Kusuma (2005) dalam Seftianne dan Handayani (2011), menyatakan adanya pengaruh yang signifikan namun negatif antara risiko bisnis dengan kebijakan hutang perusahaan. Free Cash Flow dan Kebijakan Hutang Ross et al. (2000), menyatakan bahwa free cash flow adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada para investor untuk berinvestasi pada aset tetap. Sedangkan dalam penelitian Jensen (1986) dalam Yaniartha dan Widanaputra (2007), mendefinisikan free cash flow adalah sejumlah kas yang tersisa setelah semua proyek dengan nilai 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 pada masa sekarang telah diselesaikan. Free cash flow dapat digunakan untuk membayar dividen kepada pemilik saham apabila perusahaan tidak menghasilkan laba, namun free cash flow juga dapat dimanfaatkan guna membeli asset baru. Free cash flow berhubungan positif terhadap kebijakan hutang menurut Indahningrum dan Handayani (2009), pernyataan tersebut searah dengan hasil yang ditemukan oleh Susilawati (2010). November 2012 Firm Size dan Kebijakan Hutang Firm size (ukuran perusahaan) merupakan gambaran secara umum perusahaan tentang kemampuan financial yang dimiliki oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Menurut Wiliandri (2011), Margaretha dan Sari (2005) dalam Seftianne dan Handayani (2011), menemukan bahwa firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Model Penelitian Kepemilikan Managerial Kepemilikan Institusional Kebijakan Dividen Profitabilitas Kebijakan Hutang perusahaan Struktur Aset Pertumbuhan Perusahaan Risiko Bisnis Free Cash Flow Firm Size Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Unit analisis dalam 104 penelitian ini adalah perusahaan. Metoda pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metoda purposive sampling. Metoda purposive sampling merupakan metoda pemilihan sampel yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. ISSN: 1410 -9875 Ferry Suhardjo Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel No 1 2 3 4 5 Jumlah Jumlah Data Perusahaan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa 116 348 Efek Indonesia untuk tahun 2008 sampai 2010. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan (3) (9) laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan (6) (18) laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan (47) (141) laba selama periode penelitian. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki (0) (0) kepemilikan institusional. Kriteria 6 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan dividen selama periode penelitian 7 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki non current liabilities selama periode penelitian 8 Total data yang digunakan dalam Penelitian Sumber : Data yang Dikumpulkan Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu data yang didapat dari perantara yang dapat mewakili sumber primer dari mana data tersebut berasal. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah segala jenis yang dibuat atau diciptakan oleh perusahaan baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Kebijakan hutang dirumuskan dengan: ��� ������� ����������� ��� � ����� ����� Kepemilikan Managerial Kepemilikan managerial merupakan jumlah kepemilikan (25) (75) (0) (0) 35 105 saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. INSDRit = D&C SHRSit Total SHRS it Dalam hal ini: INSDRit = kepemilikan managerial i pada thun t D&C SHRSit = kepemilikan saham oleh manajer, direksi, dan dewan komisaris perusahaan pada tahun t Total SHRSit= jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar. Kepemilikan Instutisional Kepemilikan instutisional yaitu proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 tahun yang diukur dalam persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan (Masdupi, 2005 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Jumlah saham yang dimiliki institusi INST= Jumlah saham beredar akhir tahun Kebijakan Dividen Dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. ������� ��� ����� ���� � ������� ��� ����� Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa yang akan datang (Moh’d et.al, 1998 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Profitabilitas dirumuskan sebagai berikut: Operating income PROF = Total aset Struktur Aset Struktur aset merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan atau hubungan dari net sales dan total asset (Yeniatie dan Destriana, 2010) Struktur aset dirumuskan sebagai berikut: Aset tetap AST = Total aset Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan dihitung dengan menggunakan persentase perubahan dalam total aktiva tahunan, yaitu dengan cara total aset akhir tahun dibagi dengan total aset awal tahun (Yeniatie dan Destriana, 2010) 106 GROW = November 2012 Total aset akhir tahun Total aset awal tahun Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan indikator ketidakstabilan harga saham dan return yang diterima pemegang saham. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun (Yeniatie dan Destriana, 2010). Risiko bisnis dihitung dengan cara: RISKit = STD Returnit Returnit = Pi,t – Pi,t-1 Pi,t-1 Dimana: Pi,t = Closing price bulan pada periode t Pi,t-1 = Closing price bulan periode t-1 Free cash flow Free cash flow merupakan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan dikurangi dengan pengeluaran modal perusahaan dan modal kerja bersih perusahaan, (Ross et al 2000 dalam Bangun dan Suriyanty 2008), free cash flow dihitung dengan cara: FCF = AKOit - PMit - NWCit Total aset Dalam hal ini: FCF = Free cash flow AKOit = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t NWCit = Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t ISSN: 1410 -9875 Ferry Suhardjo Firm Size Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio kepercayaan pasar akan prospek sebuah perasaanpun akan semakin besar (Hermuningsih dan Wardani,2009). Nilai perusahaan dapat dihitung dengan: PBV � harga saham ���� ����� ���� ����� ���� � total ekuitas jumlah saham HASIL PENELITIAN Menurut Ghozali (2011, 26), statistik deskriptif menjelaskan suatu gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari ratarata hitung, nilai tengah, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Pada penelitian ini, statistik deskriptif yang digunakan adalah standar deviasi. N Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean DER 105 0,015 0,649 0,17788 Std. Deviation 0,1535133 INSD 105 0,000 0,756 0,06690 0,141638 INST 105 0,322 0,982 0,69603 0,187437 DIVD 105 0,043 1,314 0,45892 0,323267 PROF 105 0,000 0,416 0,14170 0,107344 AST 105 0,054 0,896 0,55604 0,178506 GROW 105 0,773 1,595 1,11892 0,119003 RISK 105 0,003 4,740 0,38151 0,825498 FCF 105 0,001 1,710 0,25661 0,282385 SIZE 105 25,011 32,665 28,20323 1,663146 Variabel Sumber :output data SPSS 11.5 Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Rt = 0,443 – 0,127 INSDR - 0,115 INST - 0,060 DIV - 0,088 PROF - 0,313 AST + 0,169 GROW - 0,031 RISK + 0,193 FCF - 0,007 SIZE 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Jika semua variabel independen bernilai nol, maka kebijakan hutang bernilai 0,0443 Variabel kepemilikan managerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Jika kepemilikan managerial naik satu satuan, maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0,127. Variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Jika kepemilikan institusional naik satu satuan, maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0,115. Variabel kebijakan dividen memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan hutang. Jika kebijakan dividen naik satu satuan maka kebijakan hutang turun sebesar 0,060. Variabel profitabilitas memiliki pengaruh yang negative terhadap kebijakan hutang. Jika profitabilitas naik satu satuan maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0,088. Variabel struktur aset memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Jika struktur aset naik satu satuan maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0,313. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Jika pertumbuhan perusahaan naik satu satuan maka kebijakan hutang akan naik sebesar 0,169. Variabel risiko bisnis memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan hutang. Jika risiko bisnis naik satu satuan maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0,031. Variabel free cash flow memiliki pengaruh yang positif namun signifikan terhadap kebijakan hutang. Jika free cash 108 November 2012 flow naik satu satuan maka kebijakan hutang akan naik sebesar 0,193. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil pengujian Bangun dan Surianty (2008). Variabel firm size memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan hutang. Jika firm size naik satu satuan maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0,007. PENUTUP Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukan bukti empiris pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis, free cash flow, dan firm size terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Kepemilikan managerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini konsisten dengan penelitian Yeniatie dan Destriana (2010), berbeda lagi dengan hasil penelitian Christiawan dan tarigan (2007), yang menyatakan terdapat hubungan yang negatif antara kepemilikan managerial terhadap hutang. 2. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wuryaningsih (2004) dalam Yeniatie dan Destriana (2010). Berbeda halnya dengan hasil penelitian ISSN: 1410 -9875 3. 4. 5. 6. Murni dan Andriana (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisiten dengan penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2000) dalam Murni dan Andriana (2007). Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahningrum dan Handayani (2010), yang mengatakan bahwa dividen berpengaruh positif dan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahningrum dan Handayani (2009). Sedangkan Yeniatie dan Destriana (2010) menemukan profitabilitas dan kebijakan hutang berhubungan negatif dan signifikan. Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Seftianne dan Handayani (2011). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) yang menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Bangun dan Ferry Suhardjo Suriyanti (2008). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahningrum dan Handayani (2009), serta yeniatie dan Destriana (2010), yang menunjukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. 7. Risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010), serta Seftianne dan Handayani (2011). 8. Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Indahningrum dan Handayani (2009). 9. Firm size tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Setiawan (2006) dalam Seftianne dan Handayani (2011). Namun berbeda dengan hasil penelitian oleh Wiliandri (2011) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan manufaktur saja sehingga objek penelitian belum mencakup keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Periode penelitian dalam penelitian relatif pendek. 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 3. Penelitian ini hanya menggunakan sembilan variabel independen. Sementara masih banyak variabel-variabel lain yang belum diuji sehingga kesembilan variabel ini belum menggambarkan kebijakan hutang perusahaan secara keseluruhan. 4. Terjadinya Heteroskedatisitas pada salah satu variabel dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan perusahaan. Dari keterbatasanketerbatasan penelitian di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: November 2012 1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas objek penelitian. Tidak hanya terbatas pada perusahaanperusahaan manufaktur saja, contohnya: perusahaan non keuangan, perusahaan keuangan. 2. Penelitian selanjutnya dapat memperluas periode penelitian, misalnya lima tahun. 3. Penelitian selanjutnya dapat memperluas variabel-variabel penelitian yang diperkirakan berpengaruh terhadap kebijakan hutang, yaitu stockholder ownership. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak terjadi heteroskedasitas terhadap salah satu variabel independen. REFERENSI Brealey, Richard A., Steward C.Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate Finance. New York: McGraw-Hill. Christianti, Ari. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Agustus 2006. K-AKPM 25. Febriyani, Nina, dan Ceacilia Srimindarti. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Nopember 2010. Vol. 2, No. 2. Hlm. 138-159. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., and Chad J.Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th edition. Edinburgh Gate: Pearson Education. Hadianto, Bram. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi Periode 2000-2006: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order. Jurnal Manajemen. 2008. Vol. 7, No. 2. Hlm. 1-15. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Ralph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey: Pearson Education. 110 ISSN: 1410 -9875 Ferry Suhardjo Hidayah, Nur, dan Aprih Santoso. 2012. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Aktiva, Kesempatan Tumbuh, Kepemilikan Manajerial, dan Dividen Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2008-2010. Joni, dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2. Hlm. 81-96. Kieso, Donald E., Jerry J.Weygandt, and Terry D.Warfield. 2011. Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition. USA: Wiley. Margaretha, Farah, dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2. Hlm. 119-130. Murhadi, Werner Ria. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. September 2011.Vol. 13,No. 2. Hlm. 91-98. Myers, Stewart C. 2001. Capital Structure. The Journal of Economic Perspectives. Vol. 15, No. 2. Pp. 81-102. Prabansari, Yuke, dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Kajian Bisnis dan Manajemen. Hlm. 1-15. Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. April 2011. Vol. 13, No. 1. Hlm. 39-56. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business. Great Britain: Wiley. Sheikh, Nadeem Ahmed, and Zongjun Wang. 2011. Determinants of Capital Structure: An Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of Pakistan. Managerial Finance. 2011. Vol. 37, No. 2. Pp. 117-133. Sulistyowati, Wiwit Apit. 2009. Penentuan Kebijakan Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hlm. 1-23. http: //eprints.undip.ac.id/8145/1/ Widjaja, Indra, dan Faris Kasenda. 2008. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi Di BEI. Jurnal Manajemen/Tahun XII. Juni 2008. No. 02. Hlm. 139-150. Wijaya, M.Sienly Veronica, dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Mei 2008. Vol. 7. No. 1. Hlm. 71-84. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition.USA: Wiley. Yulianto, Agung. 2011. Determinasi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Media Ekonomi dan Teknologi Informasi. September 2011. Vol. 17. No. 2. Hlm. 116. 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 112 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 113-128 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA DEWI AGUSTINA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to investigate the effects of profitability, liquidity, size, business risk, growth opportunity, managerial ownership, asset structure, asset growth to capital structure. This study was also to improve consistency of result from prior studies. The samples of this study consist of 228 data from 76 manufactures company that has been listing on Indonesia Stock Exchange for the period 2008 to 2010 by purposive sampling method. This study also use multiple regression method to investigate relation between each independent variable to capital structure. The empirical evidences from this study indicates profitability, size, business risk, managerial ownership, asset structure, have influences to capital structure, but liquidity, growth opportunity and asset growth do not have influences to capital structure. Keywords: Capital Structure, Profitability, Liquidity, Size, Business Risk, Growth Opportunity, Managerial Ownership, Asset Structure, Asset Growth. bagi perusahaan untuk mempertahankan diri dari ancaman kebangkrutan karena pada umumnya perusahaan tidak terlepas dari masalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan baik untuk operasional dan mengembangkan usahanya tersebut. Sumber dana yang dibutuhkan tersebut dapat berasal dari sumber dana internal maupun eksternal. Sumber dana internal dapat diperoleh dari dana yang didapat dari kegiatan operasional PENDAHULUAN Permodalan merupakan bagian yang sangat penting dalam dunia bisnis karena berhubungan dengan banyak pihak, seperti pemegang saham, pihak kreditur, dan pihak manajemen perusahaan sendiri. Pada prinsipnya setiap perusahaan dalam melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana dan tidak dapat dipisahkan dari masalah permodalan (Yoga, 2010). Pengelolaan permodalan yang efektif akan memberikan kekuatan 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 perusahaan atau dapat berupa laba ditahan. Sedangkan sumber dana ekternal merupakan dana yang diperoleh dari kegiatan diluar usaha seperti kreditur, penerbitan surat obligasi, dan pemilik perusahaan, dana yang diperoleh dari pemilik perusahaan merupakan modal sendiri, sedangkan kreditur dan obligasi merupakan hutang bagi perusahaan. Tugas penting dari manajer keuangan dalam mencapai tujuan yaitu mengembangkan nilai perusahaannya dengan pengambilan keputusan pendanaan perusahaan. Keputusan pendanaan memiliki kaitan dengan penentuan proporsi dari hutang menjadi penting karena berhubungan dengan kepentingan pemegang saham dan keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi yang akan berakibat menurunnya profitabilitas perusahaan tersebut. Menentukan tingkat struktur modal yang optimal merupakan tujuan dari keputusan pendanaan. Struktur modal yang optimal adalah tingkat bauran hutang dan ekuitas yang dapat meningkatkan nilai dari perusahaan. Peran manajer keuangan sangat berpengaruh pada penentuan struktur modal yang paling optimal. Posisi keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh baik atau buruknya struktur modal perusahaan tersebut yang menjadikan pengambilan keputusan struktur modal merupakan masalah yang sangat penting.Pengelolaan struktur modal dilakukan perusahaan dengan sangat hati-hati karena banyaknya faktor yang 114 November 2012 mempengaruhinya. Faktor tersebut antara lain profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, kepemilikan manajerial, growth opportunity dan struktur aktiva. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian sebelumnya dikarenakan oleh pentingnya informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya hutang perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011). Berdasarkan penelitan yang dilakukan terdahulu, maka pengembangan dalam penelitian ini adalah objek penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2007-2009, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan yang sama dengan tahun yang berbeda yaitu 20082010. Penelitian terdahulu (Seftianne dan Handayani 2011) menggunakan variabel antara lain profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, kepemilikan manajerial, growth opportunity dan struktur aktiva (Seftianne dan Handayani 2011), sedangkan penelitian ini menambahkan variabel baru yaitu pertumbuhan aktiva (Yoga 2010). Penambahan variabel tersebut diharapkan akan menambah informasi yang berguna untuk manajer keuangan dalam menetukan alternatif yang terbaik untuk mendapat pendanaan yang efisien dalam pengambilan keputusan pendanaan yang terbaik. Penambahan variabel dan menggunakan sampel pada tahun yang berbeda untuk penelitian ini diharapkan dapat menguji faktorfaktor yang mempengaruhi struktur ISSN: 1410 -9875 modal agar dapat diketahui apakah hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Asymmetric Information Theory Asymmetric information theory merupakan suatu kondisi dimana manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya (Gitman 2012). Dalam perusahaan, manajer perusahaan akan memiliki informasi yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan informasi yang dimiliki oleh investor. Adanya teori tersebut membuat manajer perusahaan akan lebih leluasa untuk bertindak di dalam menentukan strategi capital structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan dengan pertimbangan dari sisi manajer perusahaan yang cenderung memilih pendanaan dengan biaya rendah. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak. Namun, karena kompetisi pasar diantara para investor membuat informasi baru segera direfleksikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat (Indrawati dan Suhendro 2006 dalam Seftianne dan Handayani 2011). Dewi Agustina Agency Theory Agency theory (Jensen dan Meckling 1976) menyatakan bahwa agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang saham perusahaan (principal) menunjuk pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama principal. Apabila kedua belah pihak berusaha untuk memaksimumkan utility masingmasing, maka dipastikan bahwa agent tidak akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham perusahaan (principal). Principal akan berusaha meminimalkan penyimpangan dari agent agar tetap fokus kepada tujuan dari principal. Teori agensi (Horne 1995 dalam Nurrohim 2008) adalah suatu teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen) dengan pemegang saham (sebagai pemilik). Para pemegang saham berharap agar agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga perusahaan dapat meningkatkan nilainya, sekaligus memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Untuk melakukan fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan insentif yang memadai, dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara seperti pengikatan agent, pemeriksaan laporan keuangan, pembatasan terhadap keputusan yang dapat di ambil manajemen. Kegiatan pengawan yang tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemem bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham (Horne dan Wachowicz 1998 dalam Saidi 2004). Pecking Order Theory Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984 (Saidi 2004). Pada umumnya, penentuan struktur modal perusahaan dengan pecking order theory didasarkan pada keputusan pendanaan secara hierarki dari pendanaan yang bersumber pada laba, hutang, sampai pada saham (dimulai dari sumber dana dengan biaya termurah), dalam teori ini dijelaskan mengapa perusahaan‐ perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sidikit, hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai debt ratio yang rendah tetapi karena mereka memerlukan pendanaan dari luar yang sedikit. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori ini menjelaskan bahwa (Husnan dan Pudjiastuti 2004 dalam Hasan 2006): 1. Internal financing (pendanaan dari operasi perusahaan) lebih disukai oleh perusahaan. 2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha menyadari perubahan pembayaran 116 3. 4. November 2012 deviden perusahaan secara drastis. Kebijakan deviden yang relatif tidak berubah disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki. Apabila pendanaan dari luar dilakukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yang dimulai dengan penerbitan obligasi yang diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi, dimana obligasi yang dapat ditukar menjadi sejumlah saham biasa tertetu), baru akhirnya saham baru diterbitkan. Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri lagi dari sorotan pemodal luar dan dana internal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah manajer khawatir apabila penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya asimetris antara pihak manajemen dengan ISSN: 1410 -9875 pihak pemodal. Kedua, mengenai pertimbangan biaya emisi karena biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham yang lama (Nurrohim 2008). Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan merupakan gabungan antara utang perusahaan (debt) dan modal sendiri (equity). Utang perusahaan (debt) berasal dari utang kepada kreditur maupun penerbitan obligasi perusahaan. Modal sendiri (equity) berasal dari paid in capital, common stock, retained earning, dan dikurangi treasury stock (internal equity). Modal sendiri juga dapat berasal dari eksternal equity yaitu apabila perusahaan menjual sahamnya kepada investor. Bermacam cara sumber dana dari suatu perusahaan membuat manajer keuangan perusahaan dituntut untuk mampu membuat keputusan sumber pendanaan yang tepat bagi perusahaan. Masing-masing keputusan sumber pendanaan tersebut mempunyai karakteristik keuangan dan konsekuensi yang berbeda terhadap perusahaan (Indrawati dan Suhendro 2006). Menurut Seftianne dan Handayani (2011) struktur modal adalah gabungan dari berbagai sumber pendanaan, dengan kategori utamanya adalah hutang atau ekuitas, yang digunakan perusahaan untuk mendanai investasi-investasi asetnya. Teori struktur modal menjelaskan mengenai apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham Dewi Agustina perusahaan. Apabila dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal merupakan suatu kondisi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan kombinasi hutang dan ekuitas secara ideal, yaitu menyeimbangakan nilai perusahaan dan biaya atas struktur modalnya. Struktur modal yang optimal dapat berubah sepanjang waktu, yang dapat mempengaruhi biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital). Selanjutnya, perubahan biaya modal akan mempengaruhi keputusan anggaran modal dan akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan (Firnanti 2011). Profitabilitas Menurut Seftianne dan Handayani (2011) profitabilitas adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Menurut Joni dan Lina (2010) rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat modal, penjualan dan aktiva. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio profit margin, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio profit margin yang rendah dapat menunjukan ketidakefisienan manajemen. ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangan ROE 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 menggambarkan tingkat return yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Tingkat profitabilitas dapat menunjukan kemampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya sendiri. Selain itu, profitabilitas juga menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang dan bunganya. Profitabilitas yang tinggi juga merupakan daya tarik bagi penanam modal perusahaan. (Firnanti 2011) Tingkat Likuiditas Menurut Pecking Order Theory, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut lebih memilih pembiayaan dari internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. (Seftianne dan Handayani 2011). Menurut pecking order theory, sebuah perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan melalui hutang. Hal ini disebabkan karena perusahan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. (Setiawan 2006) 118 November 2012 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan akan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total aktiva, total penjualan, rata-rata total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan. Apabila pertumbuhan penjualan atau assets bernilai positif berarti mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan, sehingga memperbanyak pula alternatif pendanaan yang dapat dipilih dalam meningkatkan profitnya (Mardiana 2005). Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Ukuran perusahaan yang besar, dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam beberapa penelitian, kemampuan finansial perusahaan dilihat dari berbagai sisi, yaitu dilihat dari penjualan bersih atau jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Joni dan Lina 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar karena perusahaan memiliki total aktiva yang besar sehingga kreditur akan berani memberikan pinjaman yang lebih besar. Perusahaan besar memiliki total aktiva yang besar sehingga pada saat terjadi kebangkrutan, kreditur akan dapat memperoleh jaminan atas pinjaman yang diberikan. Jadi, ukuran perusahaan akan berpengaruh ISSN: 1410 -9875 terhadap struktur perusahaan (Mas’ud 2008). Dewi Agustina modal Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Suatu perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang di bandingan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah (Gitman 2009 dalam Seftianne dan Handayani 2011). Level risiko bisnis suatu perusahaan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasionalnya. Selain itu, risiko bisnis dapat terjadi bila perusahaan memiliki hutang yang terlalu tinggi porsinya. Hal ini dikarenakan perusahaan dinilai perlu untuk menyediakan dana dalam jumlah yang memadai guna persiapan pelunasan hutangnya serta adanya beban bunga yang ditanggung perusahaan. Suatu perusahaan dinilai menghadapi risiko bisnis jika ia menghasilkan laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan periode yang lain sehingga semakin tinggi risiko mengindikasikan semakin tinggi ketidakpastian suatu perusahaan dalam memperoleh laba yang menuntut perusahaan harus mempunyai dana internal yang baik untuk pembiayaan perusahaan (Joni dan Lina 2010). Growth Opportunity Growth Opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan-perusahaan yang memiliki prediksi akan pertumbuhan di masa yang akan datang cenderung memilih menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan hutang jangka panjang (Srimirdarti 2010). Growth opportunity merupakan rasio harga pasar per lembar saham dibagi dengan nilai buku per lembar saham. Dalam peneltian Setiawan (2006), perusahaan yang mempunyai growth opportunity tinggi akan menghadapi kesenjangan informasi yang tinggi antara manajer dan investor luar tentang kualitas proyek investasi perusahaan. Adanya kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih besar dibanding biaya modal hutang karena dipandang dari sudut investor, modal saham dipandang lebih beresiko dibandingkan hutang. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajer dan manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan manajerial tentu akan mendorong pihak manajer untuk bertindak sejalan dengan keinginan pemegang saham dengan meningkatkan tanggung jawab dan kinerja dalam mencapai kemakmuran pemegang saham. Hal ini dikarenakan manajer akan merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambil dan juga kerugian yang timbul apabila 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 membuat keputusan yang salah (Imanta dan Satwiko 2011). Ada beberapa alternatif yang digunakan untuk mengurangi agency cost, salah satunya adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Jensen and Meckling 1976 dalam Seftianne dan Handayani 2011). Struktur Aktiva Struktur aktiva merupakan penentuan berapa besar jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap (Syamsudin 1985 dalam Mardiana 2005). Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar merupakan uang kas dan aktivaaktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau jual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, sehingga penanam modal dalam aktiva tetap merupakan investasi jangka panjang. 120 November 2012 Penentuan berapa besarnya jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva tersebut akan mencerminkan kemampuan atau besarnya jaminan dan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan atas pinjaman yang dilakukannya (Seftianne dan Handayani 2011). Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah asset yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Myers dan Majluf (1984) dalam Hasan (2006) menyatakan bahwa komposisi aktiva yang dapat dijadikan jaminan perusahaan dapat mempengaruhi pembiayaannya. Seorang investor akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai jaminan yang ada. Disisi lain, jika perusahaan menggunakan hutang yang disertai dengan jaminan maka akan mengurangi resiko kebangkrutan perusahaan. Pada umumnya, perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang (Riyanto 1995, 298 dalam Saidi 2004). ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina Pertumbuhan Aktiva Pertumbuhan aktiva pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan investasi. Peningkatan jumlah aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif pendanaan internal atau dengan pendanaan eksternal (Joni dan Lina 2010). Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan cepat cenderung menggunakan hutang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah (Weston dan Brigham 1994 dalam Yoga 2010).Tingkat pertumbuhan perusahaan dinyatakan dengan angka indeks pertumbuhan yaitu alat ukur perubahan jumlah aktiva pada tiaptiap tahun yang bersangkutan berdasarkan tahun dasar (Yoga 2010). Perumusan Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ha1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Ha2 : Tingkat likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Ha3 : Ukuran perusahaanberpengaruh terhadap struktur modal. Ha4 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Ha5 : Growth opportunity perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Ha6 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal Ha7 : Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal Ha8 : Pertumbuhan aktiva berpengaruh terhadap struktur modal METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sampling. Hasil pemilihan sampel dapat dilihat di table berikut: Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008–2010 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah Perusahaan yang tidak memiliki EAT positif Perusahaan yang tidak aktif dalam perdagangan saham Total data yang digunakan dalam penelitian purposive Jumlah Perusahaan 120 Jumlah Data 360 ( 1) (3) ( 4) ( 12 ) ( 37 ) (2) 76 ( 111 ) (6) 228 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya 3.3.1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur modal didefinisikan sebagai perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah skala rasio. Untuk mengukur struktur modal dalam penelitian ini, menggunakan skala rasio yaitu DR (Debt Ratio). Menurut Seftianne dan Handayani (2011) struktur modal dapat dihitung dengan rumus: Long Term Debt Debt Ratio = Total Asset 3.3.2. Variabel Independen Adapun beberapa variabel independen dalam obyek penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 3.3.2.1. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Ukuran dari profitabilitas yang digunakan dalam penelitian mengacu pada penelitian Joni dan Lina (2010), yaitu menggunakan rasio return on asset (ROA) sebagai ukuran profitabilitas. Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah skala rasio. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Earnings After Taxes ROA = Total Assets 122 November 2012 3.3.2.2. Tingkat Likuiditas Tingkat likuiditas (Current Ratio) merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Menurut Seftianne dan Handayani (2010) untuk mengukur tingkat likuiditas dapat skala rasio yaitu dengan menggunakan current ratio yang diukur dengan rumus berikut: Aktiva Lancar CR = Hutang Lancar 3.3.2.3. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan logaritma natural (In) dari total aktiva perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah skala rasio. Menurut Seftianne dan Handayani (2011, 49) ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus: Size = In (Total Asset) 3.3.2.4. Risiko Bisnis Risiko bisnis adalah ketidakpastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian atau laba di masa mendatang.. Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah skala rasio. Rumus untuk menghitung risiko bisnis menurut Seftianne dan Handayani (2011) adalah sebagai berikut: RISK = STD Return Sahan ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina Return saham dapat dihitung dengan rumus Pt‐Pt‐1 Return = σ Pt‐1 Pt = Closing price bulanan pada bulan t Pt-1= Closing proce bulanan pada bulan t-1 STD= Standart Deviasi 3.3.2.5. Growth Opportunity Growth Opportunity diartikan sebagai rasio harga pasar per lembar saham dibagi dengan nilai buku per lembar saham. Pengukuran ini sesuai dengan perngukuran growth opportunity pada penelitian Setiawan (2006). Pengukuran variabel growth opportunity menurut Seftianne dan Handayani (2011) dilakukan dengan menggunakan rumus: Harga Pasar per Lembar Saham Growth Opportunity = Nilai Buku per Lembar Saham dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak ada kepemilikan manajerialnya. (Seftianne dan Handayani 2011) 3.3.2.7. Struktur Aktiva Struktur aktiva menggambarkan jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan ketika perusahaan melakukan pinjaman kepada kreditur. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Rumus untuk menghitung struktur aktiva menurut Seftianne dan Handayani (2011) adalah sebagai berikut: Total Aktiva Tetap Struktur Aktiva = Total Aktiva 3.3.2.8. Pertumbuhan Aktiva Tingkat pertumbuhan perusahaan dinyatakan dengan angka indeks pertumbuhan yaitu alat ukur perubahan jumlah aktiva pada tiap-tiap tahun yang bersangkutan berdasarkan tahun dasar. Rumus untuk menghitung pertumbuhan aktiva menurut Yoga (2010) adalah : Aktiva t – aktiva t‐1 Pertumbuhan Aktiva = Aktiva t‐1 3.3.2.6. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial (DMOWN) adalah jumlah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Karena terdapat kecenderungan data di Indonesia bersifat binomial (ada atau tidak ada) maka dalam pengukuran digunakannya dummy variable. Nilai 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial Model regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan: Y = Struktur Modal β0 = Konstanta β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien regresi X1 = Profitabilitas 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 X2 X3 X4 X5 = = = = Tingkat Likuiditas Ukuran Perusahaan Risiko Bisnis Growth Opportunity X6 X7 X8 ε = = = = November 2012 Kepemilikan Manajerial Struktur Aktiva Pertumbuhan Aktiva Error term/residual HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif dapat dilihat di table berikut ini: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Struktur Modal Profitabilitas Tingkat likuiditas Ukuran perusahaan Risiko bisnis Growth opportunity Struktur aktiva Pertumbuhan aktiva N Minimum Maximum Mean 228 228 228 228 228 228 228 228 0.0014 0.0003 0.4817 11.1531 0.0115 0.0438 0.0989 -0.3235 0.5490 0.4162 11.7429 18.8493 0.9313 38.9694 0.9930 1.0518 0.1153 0.0985 2.3769 14.0801 0.1614 2.4750 0.4381 0.1204 Hasil Uji t dapat dilihat di table di bawah ini Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis DR ROA CR Size Risk GROWTH DMOWN SA PA 1. 124 Unstandardized Coefficients B -0.271 -0.214 0.004 0.020 0.145 -0.001 -0.045 0.265 -0.013 Sig. 0.000 0.043 0.373 0.000 0.009 0.559 0.001 0.000 0.711 Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai signifikansi (0.043) lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti bahwa hipotesis Std. Deviation 0.1150 0.0932 1.8906 1.4814 0.1247 4.6137 0.1717 0.1925 pertama (profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal) berhasil diterima. Hal tersebut sejalan dengan pecking order theory bahwa perusahaan akan cenderung menggunakan dana internal terlebih dahulu dibandingkan dengan dana eksternal. 2. Variabel tingkat likuiditas (CR) memiliki nilai signifikansi (0.373) lebih besar dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua (tingkat likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal) tidak berhasil diterima. Dengan demikian berarti perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi lebih tidak memilih pinjaman jangka ISSN: 1410 -9875 pendek dibandingkan pinjaman modal jangka panjang. 3. Variabel ukuran perusahaan (Size) memiliki nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga (ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal) berhasil diterima. Dengan demikian ukuran perusahaan mempengaruhi perusahaan dalam mendapatkan pinjaman jangka panjang. 4. Variabel risiko bisnis (RISK) memiliki nilai signifikansi (0.009) lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti hipotesis keempat (risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal) berhasil diterima. Dengan demikian risiko bisnis dalam suatu perusahaan mempengaruhi keputusan dalam hal pendanaan dari suatu perusahaan. 5. Variabel growth opportunity (GROWTH) memiliki nilai signifikansi (0.559) lebih besar dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa growth opportunity tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti hipotesis ketujuh (growth opportunity berpengaruh terhadap struktur modal) tidak berhasil diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki growth opportunity yang tinggi tidak cenderung Dewi Agustina menggunakan pendanaan dari saham. 6. Variabel kepemilikan manajerial (DMOWN) memiliki nilai signifikansi (0.001) lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti hipotesis kelima (kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal) berhasil diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pemegang saham dalam pihak manajerial yang ikut dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan. 7. Variabel struktur aktiva (SA) memiliki nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap stuktur modal. Hal ini berarti hipotesis keenam (struktur aktiva memiliki berpengaruh terhadap struktur modal) berhasil diterima. Dengan demikian perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi cenderung menggunakan pinjaman jangka panjang. 8. Variabel pertumbuhan aktiva (PA) memiliki nilai signifikansi (0.711) lebih besar dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti hipotesis ketujuh (pertumbuhan aktiva berpengaruh terhadap struktur modal) tidak berhasil diterima. Dengan demikian jika perusahaan yang 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 pertumbuhannya cepat tidak cenderung menggunakan hutang sebagai pendanaan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Growth opportunity tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah periode penelitian yang relatif singkat, yaitu dari tahun 2008 sampai 2010. Penelitian ini hanya menggunakan variabel November 2012 independen profitabilitas,tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, growth opportunity, kepemilikan manajerial, struktur aktiva, dan pertumbuhan aktiva sedangkan masih banyak variabelvariabel lain yang mempengaruhi struktur modal. Data mengalami masalah normalitas dan heteroskedastisitas dari delapan variabel penelitian, tiga variabel mengalami masalah heteroskedastisitas yaitu kepemilikan manajerial dan struktur aktiva. Rekomendasi untuk perbaikan atas keterbatasan dalam penelitian ini antara lain untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperpanjang periode penelitian, hal tersebut dilakukan mengetahui cerminan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Menambahkan variabel lain seperti deviden¸ pertumbuhan penjualan dan investasi. Penelitian yang akan datang diharapkan dapat mengatasi masalah heteroskedastisitas yang terjadi dalam penelitian ini, dengan cara menambah jumlah data observasi. REFERENSI: Bangun, Nurainun dan Vivi Surianty. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi. No. 1. Hlm. 35-47. Febriani, Nina dan Ceacilia Srimindarti. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 2 No. 2. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No. 2. Hlm. 119-128. Ghozali, Imam.2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. 126 ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina Hasan H. Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal : Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI. Vol. 6. Imanta, Dea dan Rutji Satwiko. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No. 1. Hlm. 67-80. Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.3. No. 1. Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. Hlm. 81-96. Kesuma. Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7. Mardiana. 2005. Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen & Akuntansi. Vol. 2. No. 2. Hlm. 149-169. Mas’ud, Masdar. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol. 7. No. 1. Hlm. 82-99. Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualitas Syari’ah Modern. Penerbit Andi Yogyakarta. Nurrohim KP, Hasa. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan, dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol. 10. No. 1. Januari 2008. Hlm. 11-18. Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 11. No. 1. Hlm. 22-58. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No.1. Hlm. 39-56. Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory Studi pada Industri Makanan dan Minuman di BEJ. Majalah Ekonomi. Tahun XVI. No. 3. Yoga. 2010. Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan terhadap Struktur Modal. Akmenia UPY. Vol. 6. 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 128 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 2, November 2012, Hlm. 129-144 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANWAR HARSONO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of investment decisions, financing decisions, dividend policy, profitability, capital expenditure, insider ownership, institutional ownership, firm’s size and financial performance toward firm’s value. This study try to improve consistency of results from prior researchers. The samples of this study consist of 102 data from 34 manufacturing companies that has been listing on Indonesia Stock Exchange for the period 2008 to 2010 by purposive sampling method. This study uses multiple regression method to investigate relation between each independent variable to firm’s value. The research result shows that investment decisions, profitability and institutional ownership influence firm’s value. On the other hand, financing decisions, dividend policy, capital expenditure, insider ownership, firm size and financial performance do not influence firm’s value. Keywords: Firm’s Value, Investment Decisions, Financing Decisions, Dividend Policy, Profitability, Capital Expenditure, Insider Ownership, Institutional Ownership, Firm’s Size and Financial Performance perbedaan tujuan. Tujuan perusahaan lainnya seperti memperoleh keuntungan yang maksimal serta untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham juga akan terkait dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya (Fama 1978). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Wijaya et al. (2010). Penelitian sebelumnya menggunakan tiga PENDAHULUAN Setiap perusahaan didirikan dengan suatu tujuan yang jelas. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan, tetapi inti dari berdirinya suatu perusahaan dalam jangka panjang adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan yang membuat 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 variabel independen yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Pengembangan penelitian ini menggunakan enam variabel tambahan yaitu profitabilitas, capital expenditure, kepemilikan insider, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan kinerja keuangan. Periode penelitian sebelumnya yaitu tahun 2006 – 2009. Periode penelitian ini yaitu tahun 2008 – 2010 Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut. Pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang penelitian dan sistematika penulisan. Kedua, terdiri dari rerangka teoritis sebagai landasan teori, penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian, model penelitian yang mengungkapkan hubungan antar variabel, dan pengembangan hipotesis terhadap permasalahan yang diteliti. Ketiga, metoda pemilihan sampel dan definisi operasional variabel dalam penelitian. Keempat, menguraikan tentang analisis dan pembahasan serta hasil pengujian hipotesis. Kelima, berisikan tentang simpulan, keterbatasan, dan rekomendasi. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Agency theory menjelaskan bahwa ketika pengendalian perusahaan tidak lagi dilakukan oleh pemilik tetapi diserahkan kepada pihak lain untuk mengelola sumber daya perusahaan, maka permasalahan yang muncul adalah potensi konflik dalam hubungan antara pemilik (principal) dengan 130 November 2012 pengelola (agent) yang sering disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Hubungan keagenan digambarkan sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan antara pemilik dengan pengelola untuk memberikan jasanya bagi kepentingan pemilik (Jensen dan Meckling 1976). Pecking Order Theory Pecking order theory dikemukakan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961 dan kemudian di kembangkan oleh Myers dan Mjluf (1984). Menurut teori ini, penentuan struktur modal yang optimal didasarkan pada keputusan pendanaan secara hierarki berdasarkan biaya modal yang paling murah yang bersumber pada sumber dana internal (laba) sampai dengan sumber dana eksternal (hutang dan saham). Penentuan pendanaan yang tepat dapat mengurangi biaya modal dan akan berpengaruh pada harga saham. Trade-off Theory Trade-off theory (Myers 1984) menerangkan bahwa debt ratio yang optimal bagi perusahaan ditentukan berdasarkan besarnya biaya (kerugian) dan manfaat (keuntungan) dari pinjaman. Penentuan pendanaan perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa dengan meminjam, perusahaan dapat melindungi pendapatannya dari pajak, sedangkan apabila meminjam terlalu banyak maka akan menyebabkan biaya kebangkrutan. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas debt ratio tertentu (optimal), dan sesudahnya ISSN: 1410 -9875 penggunaan hutang setelah debt ratio optimal akan menurunkan nilai perusahaan, karena akan menimbulkan biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) yang lebih besar. Signaling Theory Signalling Theory merupakan langkah-langkah dari manajemen perusahaan yang sebenarnya memberikan petunjuk secara implisit kepada investor tentang bagaimana cara pandang manajemen terhadap perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang menguntungkan akan menghindari emisi saham baru dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain termasuk dengan menggunakan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Hal ini disebabkan karena dengan menerbitkan saham baru maka akan memberikan sinyal bahwa prospek perusahaan sedang menurun. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan adalah sebagai persepsi investor akan tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki yang tercermin dalam harga sahamnya. Menurut Weston dan Copeland (1992), semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, sebaliknya harga saham yang terlalu rendah menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik. Namun tidak semua perusahaan menginginkan harga saham yang tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijual atau investor tidak tertarik untuk membelinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia yang Anwar Harsono melakukan stock split (memecah saham). Keputusan Investasi dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Haruman (2008) menyatakan bahwa variabel keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah hubungan positif. Kenaikan tingkat investasi di suatu perusahaan akan meningkatkan kepercayaan investor pada perusahaan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Wijaya et al. (2010), Murtini (2008), Darminto (2008), Purwanto (2009) dan penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan Investment Opportunity Set (IOS) atau kebijakan investasi memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sebaliknya penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha1 : Keputusan investasi mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Keputusan Pendanaan dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Wijaya et al. (2010) mengungkapkan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penggunaan pendanaan melalui ekuitas dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan. Bagi investor semakin kecil proporsi hutang perusahaan, maka risiko atas tidak terlunasinya hutang perusahaan juga semakin kecil yang menunjukkan perusahaan lebih sehat. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri 131 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 (2006) dan Murtini (2008) yang menyatakan bahwa keputusan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan. Namun penelitian Haruman (2008) dan Purwanto (2009) menunjukkan bahwa keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha2 : Keputusan pendanaan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Wijaya et al. (2010) menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Investor akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang membagikan labanya dalam bentuk dividen secara konsisten. Hal ini sejalan dengan penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007), penelitian Hasnawati (2008) dan Hsin Lu et al. (2010) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan secara positif. Hasil penelitian Taswan (2003) dan Haruman (2008) menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen mempunyai pengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006), Pakpahan (2010), Gultom dan Syarif (2011), Murtini (2008), Purwanto (2009), Ikbal et al. (2011) dan Darminto (2008) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha3 : Kebijakan dividen mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan 132 November 2012 Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Ikbal et al. (2011) mengemukakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007) dan Hsin Lu et al. (2010) mendukung hasil tersebut yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha4 : Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Capital Expenditure dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Sintaasih dan Maryatini (2007) mengemukakan bahwa capital expenditure berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang berarti bahwa pihak manajemen perusahaan benar – benar mengatur pengeluaran modal (capital expenditure) sehingga nilai perusahaan tidak merosot. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Murhadi (2008) dan Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menyatakan bahwa capital expenditure tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha5 : Capital expenditure mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Kepemilikan Insider dan Nilai Perusahaan Penelitian Taswan (2003) dan Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa kepemilikan insider atau kepemilikan insider berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara positif. Hal ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono tersebut konsisten dengan penelitian Ikbal et al. (2011),Haruman (2008) dan Christiawan dan Tarigan (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan insider berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah hubungan negatif. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Nasser (2008), penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009) dan penelitian Widarjo et al. (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan insider tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha6 : Kepemilikan insider mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Ukuran Perusahaan dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Pakpahan (2010) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Nasser (2008) dan penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha8 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Kepemilikan Institusional dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Haruman (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasser (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha7 : Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009), Chandra (2008) dan penelitian Darminto (2008) yang mengemukakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dan arah hubungannya positif. Namun hasil penelitian Irwansyah (2001) menyatakan bahwa kinerja keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha9 : Kinerja keuangan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai 2010. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari media perantara. Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling method. Kriteria pemilihan sampel yaitu Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2010, mempunyai laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember, menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan keuangannya, konsisten menghasilkan laba sebelum dan setelah pajak selama periode penelitian dan membagikan dividen secara konsisten selama periode penelitian. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, data yang diteliti adalah sebanyak 102 observasi. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Skala yang digunakan untuk variabel nilai perusahaan adalah skala rasio dirumuskan dengan Price Book Value (Wijaya et al. 2010). Price Book Value dihitung dengan rumus sebagai berikut. PBV 134 = Harga Saham Book Value Variabel Independen Keputusan investasi tidak dapat diukur secara langsung sehingga diperlukan proxy untuk menentukan nilai variabel tersebut untuk tiap perusahaan. Skala yang digunakan untuk variabel ini adalah skala rasio dengan menggunakan Price Earning Ratio (Wijaya et al. 2010). Price Earning Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut. PER = Harga saham Earning Per Share Keputusan pendanaan berhubungan dengan keputusan perusahaan dalam menentukan komposisi pendanaan yang lebih efisien dan ekonomis yang akan digunakan. Keputusan Pendanaan menggunakan skala rasio dan dirumuskan dengan Debt to Equity Ratio (Wijaya et al. 2010). Debt to Equity Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut. DER = Total Hutang Total Ekuitas Kebijakan dividen berhubungan dengan keputusan dalam menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan berdasarkan laba yang didapat kepada pemilik saham. Skala yang digunakan dalam mengukur variabel ini adalah skala rasio yang dirumuskan dengan Dividen Payout Ratio (Hasnawati 2008). Dividen Payout Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut. Dividen per Lembar Saham DPR = Laba per Lembar Saham ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba berdasarkan ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Bagi pemilik modal, profitabilitas suatu perusahaan penting untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return. Profitabilitas menggunakan skala rasio, yang menggunakan Return On Equity dalam menentukan nilainya (Ikbal et al. 2011). Return On Equity dihitung dengan rumus sebagai berikut. Kepemilikan institusional merupakan variabel yang menunjukkan besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi lain. Variabel ini diukur dengan skala rasio dan dinilai berdasarkan persentase besarnya saham yang dimiliki institusi lain. Rumus yang digunakan sesuai dengan penelitian Haruman (2008) yaitu sebagai berikut: Laba setelah pajak Total ekuitas Ukuran perusahaan merupakan variabel yang menunjukkan besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Variabel ini diukur dengan skala rasio sesuai dengan yang digunakan oleh Pakpahan (2010). Variabel ini diformulasikan secara matematis sebagai berikut: ROE = Capital expenditure merupakan pengeluaran modal atas pembelian aktiva tetap perusahaan. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala rasio yang dirumuskan dengan Capital Expenditure Ratio (Sintaasih dan Maryatini 2007). Capital Expenditure Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut. Capital expenditure = * Net fixed asset = Net fixed asset t - Net fixed asset t-1 Net fixed asset t cost of fixed asset - accum. depreciation Kepemilikan insider merupakan variabel yang menunjukkan besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen. Dalam penelitian ini, kepemilikan saham oleh manajer merupakan variabel dummy. Angka 1 adalah manajer memiliki saham pada perusahaannya dan angka 0 adalah manajer tidak memiliki saham pada perusahaannya (Widarjo et al. 2010). Kepemilikan institusional = INST SHRSit TOTSHRSit Size = Ln Total Asset Kinerja keuangan adalah variabel yang menunjukkan kondisi finansial perusahaan yang dapat ditandai dengan kemampuan perusahaan mengalokasikan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala rasio dan dihitung dengan Return On Asset (Chandra 2008). Return On Asset dihitung dengan rumus sebagai berikut. ROA = Laba bersih Total aset 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskriptif suatu variabel yang akan diuji. Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu data yang dilihat dari mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan One-Sample KolmogorovSmirnov Test. Hasil uji normalitas pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,156. Hasil signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual data terdistribusi secara normal. Uji Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diujikan memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi terdapat masalah multikolinearitas. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey yaitu dengan melakukan perbandingan nilai res_2 terhadap nilai res_1. Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai sig. res_2 memiliki nilai 0,898 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat 136 November 2012 masalah autokorelasi dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independennya. Hasil uji heteroskedastisitas pada Tabel 5 menunjukan bahwa variabel profitabilitas, kepemilikan insider, ukuran perusahaan dan kinerja keuangan memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi masalah heteroskedastisitas. Analisa Koefisien Korelasi (R) Hasil analisa koefisien korelasi pada tabel 6 menunjukkan nilai R pada model regresi sebesar 0,934. Nilai koefisien korelasi berada pada 0,7 - 1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, profitabilitas, capital expenditure, kepemilikan insider, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kinerja keuangan memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap variabel nilai perusahaan. Analisa Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Hasil analisa koefisien determinasi pada tabel 6 yang ditunjukkan oleh angka Adjusted RSquare adalah 0,860. Hal tersebut menunjukkan bahwa 86% variasi variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 14% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. ISSN: 1410 -9875 Uji F Hasil uji F pada tabel 7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi fit dan data yang digunakan sesuai dengan model penelitian. Uji t Hasil uji t pada tabel 8 menunjukkan variabel keputusan investasi (KINV) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha1 dapat diterima yang berarti variabel keputusan investasi mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung pada tinggi atau rendahnya nilai variabel keputusan investasi. Variabel keputusan pendanaan (KPEN) memiliki nilai signifikan sebesar 0,723. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha2 tidak dapat diterima yang berarti keputusan pendanaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel kebijakan dividen (DIV) memiliki nilai signifikan sebesar 0,465. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha3 tidak dapat diterima yang berarti kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas (PROF) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha4 dapat diterima yang berarti profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan secara Anwar Harsono konsisten akan menjadi sinyal positif bagi investor untuk membeli sahamnya dan akan mendorong kenaikan harga saham tersebut. Variabel capital expenditure (CAPEX) memiliki nilai signifikan sebesar 0,301. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha5 tidak dapat diterima yang berarti capital expenditure tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel kepemilikan insider (INSDR) memiliki nilai signifikan sebesar 0,624. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha6 tidak dapat diterima yang berarti kepemilikan insider tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel kepemilikan institusional (INSTL) memiliki nilai signifikan sebesar 0,033. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha7 dapat diterima yang berarti kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham institusional, maka akan meningkatkan tingkat monitoring terhadap manajemen sehingga operasi perusahaan akan semakin efektif dan efisien. Hal tersebut akan menjadi pertimbangan positif bagi investor dalam membeli saham perusahaan. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikan sebesar 0,157. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha8 tidak dapat diterima yang berarti ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel kinerja keuangan (KKEU) memiliki nilai signifikan sebesar 0,692. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha9 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 tidak dapat diterima yang berarti kinerja keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa keputusan investasi, profitabilitas, dan kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Keputusan pendanaan, kebijakan dividen, capital expenditure, kepemilikan insider, ukuran perusahaan dan kinerja keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian yang relatif pendek yaitu 3 tahun. Objek penelitian hanya terbatas November 2012 pada perusahaan manufaktur saja sehingga sulit untuk digeneralisasi. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya 9 variabel saja. Penelitian ini terdapat masalah asumsi klasik yaitu masalah multikolinearitaas dan heteroskedastisitas. Memperluas sampel penelitian yang tidak terbatas hanya pada perusahaan manufaktur saja. Menambahkan variabel lain yang akan menjelaskan lebih banyak nilai perusahaan seperti manajemen laba, free cash flow, dan umur perusahaan. Memperpanjang periode penelitian, misalnya 5 tahun periode penelitian, sehingga penelitian selanjutnya terhindar dari masalah multikolinearitas dan heteroskedastisitas. DAFTAR REFERENSI\ Brealey, and Myers. 2000. Principles Of Corporate Finance. McGraw Hill New York. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. …. 2006. Fundamentals of Financial Management. Jakarta: Salemba Empat. Chandra, Teddy. 2008. Pengaruh Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan. Teknologi dan Manajemen Informatika Volume 6 Nomor 2: 476 – 484. Christiawan, Yulius Yogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 9 Nomor 1: 1 – 8. Darminto. 2010. Pengaruh Eksternal dan Berbagai Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 8 Nomor 1: 138 – 150. Fama, Eugene F. 1978. The Effect of a Firm’s Investment and Financing Decision on the Welfare of its Security Holders. American Economic Review 68: 272-28. 138 ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Fama, Eugene F., dan K. R. French. 1998. Taxes, Financing Decision, and Firm Value. The Journal of Finance LIII (June 3): 819-843. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Haruman, Tendi. 2008. Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan. Finance and Banking Journal Volume 10 Nomor 2: 150 – 166. Hasnawati, Sri. 2008. Analisis Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Volume 13 Nomor 12: 313 – 322. Ikbal, Muhammad, Sutrisno dan Ali Djamhuri. 2011. Pengaruh Profitabilitas Dan Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Utang Dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh: 1 – 36. Aceh. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen: BPFE Yogyakarta. Irwansyah. 2001. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Alat Ukut EVA, MVA dan ROA terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Semarang: Universitas Diponegoro. Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360. Lu, Yu-Hsin, Chih-Fong Tsai dan David C. Y. 2010, Discovering Important Factors of Intangible Firm Value by Association Rules. The International Journal of Digital Accounting Research Volume 10. Modigliani, Franco dan Merton H. Miller. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance and The Theory of Investment. The American Economic Review, Volume 48. Murhadi, Werner R. 2008. Hubungan Capital Expenditure, Risiko Sistematis, Struktur Modal, Tingkat Kemampulabaan terhadap Nilai Perusahaan. Manajemen & Bisnis volume 7 Nomor 1: 11 – 23. Murtini, Umi. 2008. Pengaruh Kebijakan Manajemen Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Volume 4 Nomor 1: 32 – 47. Myers, Stewart C., dan Nicholas S. Majluf. 1984. Corporate Financing and Investment Decision When Firm Have Information That Investor Do Not Have. Journal of Financial Economics 13: 187-221. Nasser, Etty M. 2008. Pengaruh Stuktur Kepemilikan Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Manajemen Laba Dan Kebijakan Hutang Sebagai Variabel Intervening. Media Riset Akuntansi, Auditing, Informasi Volume 8 Nomor 1: 1 – 27. Nasser, Etty M. dan Fielyandi Firlano. 2006. Pengaruh kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, profitabilitas dan hutang sebagai variabel intervening terhadap nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi STEI Nomor 2: 105 – 122. Pakpahan, Rosma. 2010. Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Volume 2 Nomor 2: 211 – 227. 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Purwanto, Agus. 2009. Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance, Keputusan Keuangan, Perataan Laba, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Maksi Volume 9 Nomor 2: 175 – 189. Rozeff, Michael S. 1982. Growth, Beta, and Agency Costs as Determinant of Dividend Payout Ratio, Journal of Financial Research Volume 5: 249259. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Fifth Edition. Haddington: Scotprint. Sintaasih, Desak Ketut dan Ni Wayan Maryatini. 2007. Pengaruh Struktur Modal dan Capital Expenditure Terhadap Nilai Perusahaan. Sarathi Volume 14 Nomor 3: 269 – 283. Slovin, Myron B., Marie E. Sushka dan John A. Polonchek. 1993. The Value of Bank Durability: Borrowers as Bank Stakeholders. The Journal of Finance Volume XLVIII Nomor 1. Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Pengaruh Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Perusahaan Sebagai Variabel Intervening. Dinamika Keuangan dan Perbankan: 1 – 22. Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Volume 9 Nomor 1: 41 – 48. Sujoko. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Strategi Diversifikasi, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Ekuitas Volume 11 nomor 2: 236 – 254. Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi. Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang: 1-25. Padang. Widarjo, Wahyu, Bandi dan Sri Hartoko. 2010. Pengaruh Ownership Retention, Investasi dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposion Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010. Purwokerto. Weston, J.F. dan T.E. Copeland. 1992. Manajemen Keuangan Edisi 9. Jakarta: Binarupa Kasara. Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi, dan Anas Wibawa. 2010, Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Purwokerto. Yuniasih, Ni Wayan, dan Made Gede Wirakusuma. 2009, Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 4 nomor 1: 73 – 81. 140 ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Daftar Gambar Model Penelitian KEPUTUSAN INVESTASI KEPUTUSAN PENDANAAN KEBIJAKAN DIVIDEN PROFITABILITAS CAPITAL EXPENDITURE NILAI PERUSAHAAN KEPEMILIKAN INSIDER KEPEMILIKANINSTITUSIONAL UKURAN PERUSAHAAN KINERJA KEUANGAN Gambar 1 Model Penelitian Daftar Tabel Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif NP KINV KPEN DIV PROF CAPEX INSDR INSTL SIZE KKEU Valid N (listwise) N Minimum 102 0,000960 102 0,005577 102 0,104122 102 0,011525 102 0,045871 102 -0,474903 102 0,000000 102 0,322156 102 25,082536 102 0,028447 102 Maximum 40,088424 37,195892 2,776996 1,757351 1,265251 0,476135 1,000000 1,000000 32,836532 0,453627 Mean 4,172631 13,052674 0,692874 0,449259 0,293293 0,106924 0,441176 0,703041 28,619160 0,174584 Std. Deviation 6,456041 7,506294 0,563118 0,308571 0,205427 0,146828 0,498980 0,179474 1,761094 0,096367 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Tabel 2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Unstandardize d Residual N Asymp. Sig. (2-tailed) 102 0,156 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF Mod el 1 KINV 0,538 1,858 KPEN 0,219 4,560 DIV 0,648 1,543 PROF 0,092 10,855 CAPEX 0,810 1,235 INSDR 0,873 1,146 INSTL 0,673 1,487 SIZE 0,622 1,608 KKEU 0,119 8,424 a. Dependent Variable: NP Model 1 (Constant) res_2 Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Beta B Std. Error -0,259 5,211 0,016 0,122 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual 142 0,015 t -0,050 Sig. 0,960 0,130 0,898 ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1 (Constant) KINV KPEN t 3,677 0,923 -1,022 DIV 0,607 PROF CAPEX INSDR 5,940 2,071 1,942 INSTL 0,001 SIZE KKEU -3,657 -3,694 Sig. Keterangan 0,000 0,359 Tidak terjadi heteroskedastisitas 0,318 Tidak terjadi heteroskedastisitas 0,541 Tidak terjadi heteroskedastisitas 0,000 Terjadi heteroskedastisitas 0,043 Terjadi heteroskedastisitas 0,055 Tidak terjadi heteroskedastisitas 1,000 Tidak terjadi heteroskedastisitas 0,000 Terjadi heteroskedastisitas 0,000 Terjadi heteroskedastisitas Tabel 6 Hasil Analisa Koefisien Korelasi dan Determinasi Std. Error Adjusted R of the Model R R Square Square Estimate 1 0,934a 0,872 0,860 2,41944440 0 a. Predictors: (Constant), KKEU, CAPEX, INSDR, DIV, KPEN, SIZE, INSTL, KINV, PROF Tabel 7 Hasil Uji F Sum of Mean Squares df Square Model 1 Regression 3671,185 9 407,909 Residual 538,541 92 5,854 Total 4209,727 101 a. Predictors: (Constant), KKEU, CAPEX, INSDR, DIV, KPEN, SIZE, INSTL, KINV, PROF b. Dependent Variable: NP F 69,684 Sig. 0,000a 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 2 November 2012 Tabel 8 Hasil Uji t Standardize d Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -2,161 4,984 t -0,434 Sig. 0,666 0,044 0,913 0,969 3,861 1,822 0,516 1,636 0,173 7,253 9,560 0,356 -0,734 5,439 -1,041 0,491 2,161 -1,427 -0,398 0,000 0,723 0,465 0,000 0,301 0,624 0,033 0,157 0,692 Model 1 (Constant ) KINV 0,418 KPEN 0,325 DIV -0,711 PROF 21,002 CAPEX -1,896 INSDR 0,254 INSTL 3,534 SIZE -0,247 KKEU -2,886 a. Dependent Variable: NP 144 0,486 0,028 -0,034 0,668 -0,043 0,020 0,098 -0,067 -0,043