бвгде жде зджий - digilib POLBAN

advertisement
 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank Syariah
2.1.1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah dikenal sebagai bank yang menggunakan prinsip syariah
dalam
pelaksanaan kegiatannya. Bank syariah juga lebih dikenal akhir-akhir ini
karena ketahanannya terhadap krisis ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir, yaitu pada tahun 1998 dan 2008. Ketahanan terhadap krisis ekonomi
tersebut karena bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam
transaksinya. Selain itu bank syariah yang menjunjung tinggi azas manfaat dan
keadilan menjadikan dirinya unggul menjadi pilihan yang sarat akan nilai nilai
positif.
Dalam bukunya Manajemen Dana Bank Syariah (2005:1), Muhammad
mengatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank Syariah ini adalah lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al
Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011:98) mengutip bahwa Antonio dan
Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank
Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah
bank yang beropeasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, bank yang tata
cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadis.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang
dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya
yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara
bermuamalat ini menghindari praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur riba
dan diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi-hasil dan pembiayaan
perdagangan.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh
hubungan transaksinya adalah efisiensi, keadilan dan kebersamaan. Efisiensi
mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergi untuk memperoleh
keuntungan
sebesar mungkin. Keadilan mengacu kepada hubungan yang tidak
dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan
keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan
nasihat untuk saling meningkatkan produktifitas. (Aziz dalam Edy Wibowo dan
Untung Hendy Widodo, 2005:33)
Melalui beberapa definisi di atas dapat kita lihat bahwa bank syariah
memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin namun
tetap tidak merugikan orang lainnya dengan berpegang pada pedoman agama.
Selain itu bank syariah juga tidak menganut konsep tidak jelasan atau bersifat
spekulatif. Aktivitasnya didasarkan pada nilai persaudaraan sehingga tidak hanya
menghindari hal yang mungkin merugikan orang lain, namun bahkan ikut serta
dalam memberikan manfaat kepada orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
2.1.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Jika dilihat dari beberapa pengertian tentang Bank Syariah diatas
perbedaan yang membatasi antara Bank Syariah dan Bank Konvensional adalah
perbedaan mendasar (prinsip) dalam pelaksanaan dan penerapan-penerapan nilai
yang sesuai dengan nilai Islam. Salah satu yang diatur dalam Almendasari praktik Perbankan Syariah yaitu (ayat Al-
perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional menurut Zaharuddin dalam Ivan
Gumilar dan Siti Komariah (2011).
Tebel 2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Fungsi dan modus operasional didasarkan pada prinsip-prinsip
buatan manusia, 1. Fungsi dan modus operasional didasarkan pada prinsip Islam,
2. Investor dijamin dengan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan,
2. Resiko yang timbul akibat usaha dibagi antara penyedia modal (investor) dan
pengguna dana (pengusaha),
3. Memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan tanpa
pembatasan,
3. Memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan, namun dengan tetap taat
pada batasan Syariah,
4. Dalam operasi dan transaksinya tidak berurusan
dengan
zakat.
4.
Memiliki fungsi sebagai pusat penghimpun zakat, dan sekaligus membayar
zakat dari keutungan operasionalnya,
5. Meminjamkan uang dan memperolehnya kembali
dengan tambahan bunga,
5. Melakukan kerjasama dalam bentuk kemitraan, sehingga bank mengetahui
seluk beluk bisnis mitranya,
6. Mengenakan biaya tambahan (penalti dan tambahan bunga)
apabila
mitra
kerja
6.
Tidak mengenakan biaya tambahan diluar biaya yang seharusnya, kalaupun
melakukan kelalaian,
ada biaya yang dipungut adalah biaya ganti rugi yang akan disalurkan untuk
amal. Potongan biaya diberikan untuk pembayaran lebih awal dalam
kebijakan bank,
7. Seringnya kepentingan bank itu sendiri menjadi hal yang sangat disoroti. Hal7. Bank syariah memberikan mengutamakan kepentingan untuk kepentingan
ini membuat tidak adanya usaha dalam memastikan pertumbuhan yang adil,
umum. Tujuan utama dari bank syariah adalah untuk memastikan
pertumbuhan dengan keadilan,
8. Untuk bank konvensional yang berbasis bunga, meminjang dari pasar uang8. Transaksi peminjaman uang pada bank syariah harus didasarkan pada
relatif lebih mudah dilakukan,
persetujuan berdasarkan syariah.
9. Karena pendapatan dari kesepakatan adalah tetap, bank konvensional hanya9. Karena bank syariah menggunakan sistem profit and loss sharing, bank akan
memberikan sedikit perhatian pada pengembangan keahlian dalam hal penilaian memberikan perhatian lebih besar pada pengembangan proyek dalam hal
dan evaluasi proyek,
penilaian dan evaluasi,
10. Bank konvensional memberikan perhatian yang lebih besar pada kelayakan
10. Bank syariah di sisi lain juga memberikan perhatian pada kelangsungan
kredit dari klien,
proyek,
11. Status bank konvensional dalam hubungannya dengan kliennya adalah sebagai
11. Hubungan bank syariah dengan kliennya adalah sebagai mitra; investor dan
kreditur dan debitur,
pedagang atau pembeli dan penjual.
12. Bank konvensional harus menjamin seluruh rekening depositonya.
13. Bank syariah hanya menjamin deposito untuk rekening deposito yang
didasarkan pada prinsip al-wadi'ah, namun jika account didasarkan pada
konsep mudarabah, klien harus berbagi dalam posisi rugi juga.
Selain beberapa perbedaan operasional yang telah disebutkan sebelumnya,
perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terlihat pada perannya dalam
perekonomian. Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo (2005:72) mengatakan
perbedaan tersebut terlihat jelas ketika diterapkannya kebijakan uang ketat.
bahwa
Pada saat itu bank konvensional akan menaikan tingkat suku bunga simpanan
yang diikuti dengan suku bunga pinjamannya, sehingga kenaikan tersebut
mengganggu pertumbuhan ekonomi yang sekaligus mengganggu pertumbuhan
kesempatan kerja. Berbeda dengan bank syariah, kebijakan tersebut akan menekan
laju inflasi dan menurunkan biaya produksi, sehingga debitur akan memperoleh
tambahan keuntungan yang akan dibagikan kepada bank. Tambahan keuntungan
ini akan dibagihasilkan kepada nasabah penyimpan dana sehingga dapat
mempercepat kegiatan ekonomi. Dengan demikian laju pertumbuhan ekonomi
dan perluasan kesempatan kerja akan tetap terpelihara.
Masih dari sumber yang sama, perbedaan lainnya dapat terlihat saat
keduanya dihubungkan dengan inflasi. Metode bunga sering dianggap
memberikan perlindungan pada nasabah kreditur terhadap inflasi dengan cara
menyesuaikan nilai uang dengan tingkat harga. Sementara itu inflasi menambah
penderitaan rakyat miskin yang kemampuan menabungnya kecil. Sehingga suku
bunga tinggi tidak dapat mendorong mereka untuk menabung. Sebaliknya, dalam
prinsip bagi hasil, inflasi yang biasanya menguntungkan para pengusaha otomatis
akan menambah pendapatan bagi hasil nasabah penyimpan dana. Penambahan
uang beredar mengakibatkan semakin banyaknya pendapatan pengusaha (debitur).
Dengan penerapan prinsip bagi hasil, keuntungan yang semakin bertambah itu
akan diterima juga oleh bank dan nasabah penyimpan dana sesuai dengan
nisbahnya. Dengan demikian bank syariah lebih responsif dalam menghadapi
inflasi.
2.1.3. Tujuan dan Manfaat Bank Syariah
Bank Syariah dalam pelaksanaannya sangat sejalan dengan tujuan
pertumbuhan perekonomian bangsa. Hal ini ditandai dengan penyaluran
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah lebih difokuskan pada pembiayaan
kepada sektor riil dan kepada bisnis yang memberikan manfaat.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan
berbagai
produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan
hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan
produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan
bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,
pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
yang
pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
(dikutip
dari Sekilas Perbankan Syariah Di Indonesia, www.bi.go.id)
Hadirnya bank syariah ini diharapkan banyak pihak agar dapat memberi
energi positif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sebagai insan ekonomi dan
sosial dan dalam produktivitas kinerja. Dalam Muhammad (2008:7) dikatakan
bahwa kemunculan sistem ekonomi dan perbankan syariah, bagi para
proponennya diharapkan dapat mengembalikan aktivitas ekonomi dan bisnis
manusia pada sentrumnya yang sesungguhnya, yang mencerminkan jadi dirinya
sebagai mahluk teomorfis dan menegakkan nilai-nilai humanis dan transendental.
Nilai humanis dan transendental sebagai substansi dari nilai tauhid dan keadilan
yang merupakan aksioma etika ekonomi Islam yang menurut Chapra sangatlah
tepat dialamatkan pada masyarakat kapitalis modern yang telah kehilangan arah
dalam menemukan makna hidup akibat diperbudak oleh materialisme dan
rasionalisme.
Zaidi Abdad (2003:72) dalam bukunya memaparkan beberapa tujuan dari
pendirian bank syariah yang merupakan salah satu dari Lembaga Perekonomian
Umat (LPU). Tujuan-tujuan tersebut meliputi (1) Meningkatkan kualitas
kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim, sehingga kesenjangan sosial di
bidang ekonomi semakin berkurang, (2) Melayani masyarakat muslim secara
leluasa dalam dunia perbankan yang berdasarkan syariah, karena bank yang ada
selama inisifatnya konvensional yang operasionalnya menggunakan bunga. (3)
Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan,
terutama dalam bidang ekonomi dan keuangan. (4) Mengembangkan lembaga
bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, mampu
meningkatkan partisipasi takyat banyak, sehingga dapat menggalakkan usahausaha ekonomi rakyat. (5) Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir
secara ekonomis serta berperilaku bisnis, dan meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo (2005:14) menyebutkan bahwa
pada bank syariah, kepentingan antara nasabah penyimpan dana, bank dan debitur
dapat diharmonisasikan karena dengan prinsip bagi hasil kepentingan ketiga pihak
tersebut menjadi paralel, yaitu memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan
keadaan
usaha yang benar-benar terjadi. Hubungan di antara ketiga pihak adalah
kemitraan. Hal ini berimplikasi pada perjanjian yang mereka buat, yang secara
tegas menyebutkan bahwa keuntungan maupun kerugian akan dibagi bersamasama antara ketiganya. Kedudukan debitur (pengusaha) menjadi sama kuat karena
hak-haknya sebagai pengusaha yang ingin bekerja sama dihormati oleh bank dan
nasabah penyimpan dana.
Hal tersebut membuat cara pandang baru di masyarakat bahwa bank
benar-benar dapat memfasilitasi pengusaha yang potensial namun membutuhkan
modal. Calon-calon pengusaha tidak lagi harus ketakutan akan beban finansial
dan tanggungan lainnya yang terkesan memberatkan dan tidak masuk akal saat
meminjam modal kerja ke bank. Lebih jauh lagi, keadaan ideal ini akan
merangsang berkembangnya usaha-usaha baru yang dapat menyediakan lapangan
kerja dan berpotensi untuk mengurangi pengangguran. Semakin banyak
pengangguran yang terserap semakin dan masyarakat
yang bertambah
pendapatannya maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat di
negara tersebut.
Ada beberapa fungsi dari pemberian pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah kepada masyarakat penerima menurut Muchdarsyah dalam Muhammad
(2005:197), yang diantaranya adalah :
1. Meningkatkan Daya Guna Uang
Dana yang dititipkan oleh penabung ditingkatkan kegunaannya oleh bank
untuk usaha peningkatan produktivitas, baik untuk peningkatan produksi,
perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha
baru. Dengan demikian dana yang mengendap di bank tidak idle dan
disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat.
2. Meningkatkan Daya Guna Barang
Melalui pembiayaan dari bank syariah, produsen dapat memproduksi
barang mentah menjadi barang jadi sehingga menjadi lebih bermanfaat.
Selain itu produsen juga menjadi mampu memindahkan barang ke tempat
dimana barang tersebut dapat menjadi lebih berguna.
3. Meningkaatkan Peredaran Uang
Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih
berkembang oleh karena pembiayaan dapat menciptakan suatu kegairahan
berusaha, sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi
kuantitatif.
4. Menimbulkan Kegairahan Berusaha
Pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh
bantuan permodalan guna meningkatkan usahanya. Bantuan pembiayaan
yang
diterima
pengusaha
inilah
yang
kemudian digunakan untuk
memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.
5. Stabilitas Ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi dan usaha
pembangunan ekonomi dapat dijawab dengan digunakannya sistem
pembiayaan bank syariah. Pembiayaan dapat menjawab masalah seperti:
pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitas prasarana dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
6. Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional
Peningkatan usaha yang dialami pengusaha dengan modal dari
pembiayaan akan diikuti dengan peningkatan profit. Apabila rata-rata
pengusaha mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara via
pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa
untuk urusan konsumsi akan berkurang, sehingga langsung atau tidak,
melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.
7. Sebagai Alat Hubungan Ekonomi Internasional
Bank sebagai lembaga kredit/ pembiayaan tidak saja bergerak di dalam
negeri tapi juga diluar negeri. Melalui bantuan kredit antar negara, maka
hubungan antar negara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat
terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.
Melihat dampak baik yang ditimbulkan aktivitas di bank syariah,
pemerintah beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang yang memudahkan insan
perbankan
untuk mengembangkan industri perbankan syariah. Hal yang sama
ditanggapi oleh masyarakat, mereka berbondong-bondong ikut berpartisipasi
dalam menggunakan produk perbankan syariah ini. Pertumbuhan bank syariah
pun terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Berikut adalah grafik
perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dilihat dari jumlah
pertumbuhan jaringan kantor yang dimiliki.
Gambar 2.1. Grafik Pertumbuhan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
1500
1000
BU
500
UU
0
200
BPR
200
200
200
2010
2011
2012
Sumber: SPS Bank Indonesia September 2011
Berdasarkan angka perbankan yang terus bertambah pesat, persaingan
yang semakin sulit dan banyaknya orang yang terlibat dengan keberadaan bank
syariah tersebut maka bank syariah diharuskan untuk dapat memaksimalkan
kinerjanya dalam menjalankan kegiatannya.
2.2. Kinerja Bank
Menurut Faisal Abdullah (2005:120) kinerja keuangan bank merupakan
bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara
keseluruhan
merupakan
gambaran
prestasi
yang
dicapai
bank
dalam
operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Berdasarkan hal
tersebut
dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan bank merupakan gambaran
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank.
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat
laporan keuangan yang disajikan oleh bank secara periodik. Laporan ini juga
sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Untuk menilai
kinerja suatu bank dapat digunakan suatu alat yaitu rasio keuangan, dengan
mengetahui rasio keuangan maka kita dapat menilai kinerja suatu bank apakah
telah bekerja secara efisien dan upaya-upaya apa yang harus dilakukan agar bank
tersebut dapat bekerja lebih efisien dan lebih baik lagi.
Tabel berikut akan menjelaskan beberapa penggunaan rasio keuangan dan
tujuan penggunaannya berdasarkan aspek kinerjanya:
Tabel 2.2. Aspek Kinerja, Tujuan dan Rasionya
Aspek Kinerja
Permodalan
Tujuan Penggunaan
Rasio yang digunakan
Untuk mengetahui kemampuan CAR, Primary Ratio,
kecukupan modal bank dalam Capital Ratio I dan
mendukung kegiatan bank secara Capital Ratio II
efisien
Likuiditas
Untuk
mengukur
bank
dalam
kemampuan Quick Ratio, Banking
menyelesaikan Ratio, Loan to Asset
kewajiban jangka pendek
Ratio, Cash Ratio,
Investment to Portofolio
Ratio, Investing Policy
Ratio
Rentabilitas
Untuk mengetahui kemampuan Gross Profit Margin, Net
bank dalam menghasilkan profit Profit Margin, Return on
melalui operasi bank
Equity Capital, Net
Income to Total
Asset,Gross Income to
Total Asset
Resiko Usaha
Untuk
mengukur
kemampuan Credit Risk Ratio,
bank dalam menyanggah resiko Liquidity Risk
dari aktivitas operasi
Ratio,Asset Risk Ratio,
Capital Risk Ratio,
Investment Risk Ratio
Efisiensi Usaha
Untuk
mengetahui
kinerja Leverage Multiplier
manajemen dalam menggunakan Ratio, Asset Utilization,
semua aset secara efisien
Cost of Fund, Cost of
Money dan Cost of
Loanable Fund Ratio.
Sumber: Faisal Abdullah (2003: 124)
Dalam penelitian yang akan dilakukan, aspek kinerja yang akan dinilai
adalah aspek efisiensi usaha dari perusahaan yang akan diteliti. Selain itu teknik
pehitungan efisiensi yang digunakan juga memungkinkan penelitian untuk
sekaligus
memberikan hasil penelitian yang dapat memaksimalkan aspek
rentabilitas perusahaan yang akan diteliti.
Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan, bank memiliki beberapa
tujuan:
1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi
likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua asset
yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
Selain dengan menggunakan rasio keuangan, kinerja bank dapat diukur
dengan perhitungan efisiensi. Efisiensi dalam perbankan merupakan tolak ukur
dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi merupakan jawaban atas
kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja seperti tingkat
alokasi, teknis, maupun total efisiensi.
2.3. Efisiensi
2.3.1. Pengertian Efisiensi
Konsep efisiensi diawali dari konsep teori ekonomi mikro, yaitu teori
produsen dan konsumen. Teori produsen menyebutkan bahwa produsen
cenderung memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Sementara
itu, teori konsumen menyebutkan bahwa konsumen cenderung memaksimumkan
utilitasnya atau tingkat kepuasannya. Dalam teori produsen dikenal dengan
adanya garis frontier produksi. Garis ini menggambarkan hubungan antara input
dan output dalam proses produksi.
Kata efisiensi sendiri dapat diartikan sebagai rasio antara output dengan
input. Menurut Iswardono S. P. dan Darmawan dalam Maflachatun (2010:9) ada
tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu: (1) apabila dengan input yang sama
dapat menghasilkan output yang lebih besar; (2) input yang lebih kecil dapat
menghasilkan output yang sama; dan (3) dengan input yang lebih besar dapat
menghasilkan output yang lebih besar lagi.
Menurut Silkman, RH (1986) dalam Ahmad Iqbal (2011:23) efisiensi
adalah kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar atau dalam
pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran)
dan input (masukan) atau jumlah output yang dihasilkan dari suatu input yang
digunakan. Sama halnya dengan perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga
merupakan
tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi merupakan
jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja seperti
tingkat alokasi, teknis, maupun total efisiensi.
Efisiensi adalah kata yang menunjukkan keberhasilan seseorang atau
organisasi atas usaha yang dijalankan yang diukur dari segi besarnya sumber yang
digunakan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Dengan kata lain,
efisiensi merupakan perbandingan antara sumber dan hasil. Jika dikaitkan dengan
teori sistem maka efisiensi merupakan perbandingan antara masukan (input)
dengan keluaran (output). (Muhammad, 2005:165)
Efisiensi populer digunakan dalam pengukuran keberhasilan kinerja
perusahaan. Tidak hanya perusahaan-perusahaan industri, perbankan pun
khususnya bank syariah dapat mengukur tingkat kinerjanya dengan menggunakan
perhitungan nilai efisiensi. Namun demikian teknik perhitungan yang dilakukan
tentunya disesuaikan dengan pendekatan penilaian yang akan digunakan untuk
mengukur nilai efisiensi perbankan.
2.3.2. Efisiensi Perbankan
Suatu bank dapat dikatakan efisien ketika bank mampu menggunakan
jumlah input yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah input yang
digunakan oleh bank lain untuk menghasilkan output yang sama, atau
menggunakan input yang sama dengan menghasilakan jumlah output yang lebih
besar. (Permono & Darmawan, dalam Suswandi; 2007: 35)
Dalam Novarini (2007:4), secara umum penelitian tentang efisiensi bank
Islam mempunyai manfaat paling tidak karena 3 alasan (Molyneux, 2003)
1. Peningkatan efisiensi biaya berarti pencapaian laba yang lebih tinggi dan
memperbesar peluang untuk bertahan di pasar yang kompetitif. Hal ini penting
bagi dunia perbankan Islam karena di pasar keuangan ini berhadapan langsung
dengan lembaga keuangan konvensional.
2. Nasabah akan tertarik kepada harga yang lebih baik dan pelayanan yang
berkualitas yang tentunya dihasilkan oleh operasional bank yang efisien.
3. Kesadaran akan hal-hal yang berhubungan dengan efisiensi akan memudahkan
pembuat kebijakan untuk merumuskan kebijakan yang terkait dengan dunia
perbankan sebagai suatu keseluruhan.
Pengukuran kinerja dengan efisiensi menurut Muharram dan Purvitasari
(2007) dalam Ahmad Iqbal (2011:26) dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan Rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara
menghitungperbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan
rasio akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi
jumlah output yang maksimal dengan input yang seminimal mungkin. ChuFen Li (2007) melihat pendekatan rasio sebagai the financial ratio is that they fail to consider the multiple input-
Oleh karena itu pendekatan ini belum mampu menilai kinerja lembaga
keuangan secara menyeluruh.
2. Pendekatan Regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f X ,X , X , X ,......................X n 1 2 3 4
Dimana Y = output, X = input
Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena
hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan
regresi.
3. Pendekatan Frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Pendekatan
parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan
Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free Approach (DFA).
Pendekatan frontier non parametrik diukur dengan tes statistik non parametrik
yaitu dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Persamaan metode parametrik dan non parametrik adalah sama-sama
menggunakan variabel input dan output.
Pendekatan parametrik digunakan untuk melihat hubungan antar biaya.
Pendekatan ini memerlukan informasi yang lengkap mengenai harga input dan
variabel eksogen lainnya. Selain itu, pengetahuan mengenai bentuk stochastic cost
atau profit frontier, serta struktur dari error term yang digunakan menjadi bagian
dalam perhitungan melalui pendekatan ini. Sampel untuk melakukan estimasi pun
harus mencukupi, dengan tujuan menghasilkan sebuah kesimpulan secara statistik
atau biasa disebut statistical inferences. Salah satu bentuk dari pendekatan
parametrik antara lain melalui metode stochastic frontier approach (SFA) dan
distribution free approach (DFA).
Untuk pendekatan non-parametrik, digunakan production frontier dalam
perhitungannya. Salah satunya melalui metode data envelopment analysis (DEA).
Melalui pendekatan ini, perhitungan tidak membutuhkan banyak informasi
sehingga data dan asumsi yang dibutuhkan lebih sedikit. Konsekuensinya, melalui
metode ini tidak dapat melakukan pengambilan kesimpulan secara statistik
(statistical inferences). Selain itu juga, metode ini tidak memasukkan unsur error
term secara random dalam perhitungannya. Jadi dengan DEA, hanya digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi secara lebih umum.
Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam Novarini (2007:9), kekuatan
dari analisis frontier adalah :
1. Merupakan izin bagi para individu dengan pengetahuan institusi yang sangat
kecil atau pengalaman untuk memilih perusahaan best practice dalam industri,
memberikan nilai efisiensi secara angka, identifikasi area input yang lebih
banyak digunakan atau output yang dibawah produksi secara lebar, dan
hubungan hasil-hasil tersebut pada pertanyaan yang disampaikan oleh para
pembuat kebijakan pemerintah atau peneliti akademis yang tertarik.
2. Dalam tangan dari para individu dengan latar belakang institusi yang cukup,
analisis frontier mengizinkan manajemen secara objektif identifikasi area-area
dari best practice dalam kompleks operasional jasa.
Ahmad Syakir Kurnia (2004) dalam Maflachatun (2010:29) menjelaskan
bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam
efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi
teknik (technical efficiency), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank
dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu
beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan
efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi
lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output
yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya
menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi.
Suatu proses produksi dikatakan efisien, apabila pada penggunaan input sejumlah
tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output
sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimum.
Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor
finansial (perbankan) yang umum digunakan yaitu cost efficiency, standard profit
efficiency, dan alternatif profit efficiency. Dalam Novarini (2007:17) Pendekatan
profit efficiency secara konsep ekonomi jauh lebih baik dibandingkan dengan
pendekatan cost efficiency (Berger dan Mester, 2007) dan juga hal ini sejalan
dengan pendapat Hadad et.al (2003) dalam Astiyah dan Husman (2005:532),
bahwa Hadad et.al setuju dengan pendapat Berger dan Mester (2007) tentang
konsep efisiensi keuntungan adalah superior terhadap efisiensi biaya untuk
mengevaluasi keseluruhan performance dari sebuah perusahaan dan menyarankan
sebuah
model efisiensi keuntungan. Berdasarkan penelitian Astiyah dan Husman
(2005),
pendekatan alternative profit efficiency bank akan memaksimalkan
keuntungan dengan memilih harga output (p), dan jumlah input (x), untuk
sejumlah output (y), dan harga input (r) yang telah ditetapkan.
Efisiensi profit dirumuskan sebagai hubungan antara profit, harga input
dan kuantitas output. Efisiensi profit terjadi jika perusahaan mendapatkan profit
optimum yang merupakan hasil dari produksi pada tingkat kuantitas output
tertentu dari beberapa harga input. Dalam penelitian ini, perhitungan efisiensi
bank menggunakan pendekatan frontier parametrik yaitu denga Stochastic
Frontier Approach (SFA). Sedangkan pendekatan konsep dasar model efisiensi
yang digunakan adalah alternative profit efficiency
2.4. Stochastic Frontier Approach (SFA)
Metode perhitungan efisiensi Bank Syariah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode parametrik Stochastic Frontier Analysis (SFA).
Penelitian ini menggunakan pendekatan alternatif profit efficiency untuk
mengestimasi efisiensi profit Bank Syariah. Dalam model profit efficiency, profit
pada dasarnya diderivasi dari maksimum revenue karena diasumsikan bahwa telah
dicapai biaya minimum sehingga dengan maksimum revenue akan diperoleh
maksimum profit. Hal ini menggambarkan konsep inefisiensi yang diderivasi dari
fungsi profit (selanjutnya disebut efisiensi profit). Sehingga efisiensi profit secara
umum dapat dinyatakan sebagai keuntungan aktual dibandingkan dengan
keuntungan maksimum yang seharusnya dapat dicapai oleh suatu bank, sehingga
makin kecil dari 1 nilai efisiensi profit yang dihasilkan berarti makin tidak efisien.
Metode SFA ini dikembangkan oleh Aigner, Lovell, Schmidt (1977). Pada
metode ini, profit dari suatu bank dimodelkan untuk terdeviasi dari profit efficient
frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi. Fungsi standar
Stochastic Profit Frontier memiliki bentuk umum (log) sebagai berikut :
(2.1)
Dimana :
= Total profit bank i
= Input pada waktu ke i
= Output pada waktu ke i
= error,
Dimana :
= faktor error yang dapat dikendalikan
= faktor error yang bersifat random yang tidak dapat dikendalikan.
Diasumsikan bahwa terdistribusi normal dan terdistribusi
half-normal , dimana dan adalah parameter yang akan diestimasi.
Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor
finansial (perbankan) yaitu Cost Efficiency, Standard Profit Efficiency, dan
Alternatif Profit Efficiency. (Berger dan Mester dalam Siti Astiyah dan Jardine A.
Husman, 2006; 532)
Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank
dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice
bank`s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama.
Cost efficiency ini di derivasi dari suatu fungsi biaya, misalkan fungsi biaya
dengan bentuk persamaan umum (log) sebagai berikut :
!"# $ % & (2.2)
Dengan menggunakan bentuk persamaan stochastic cost frontier maka persamaan
biaya dapat dituliskan sebagai berikut :
!"# $ % & !"# !"# (2.3)
Dimana :
C = total biaya suatu bank
x = vektor harga input
y = vektor kuantitas output
e = error term, dimana .
Dimana u adalah controllable factor yang merefleksikan faktor inefisiensi
sehingga dapat meningkatkan biaya suatu bank diatas best practice bank`s cost.
Sedang v adalah uncontrollable (random) factor atau noise term.
cost efficiency dari suatu bank dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio
!
(2.4)
Dimana "# adalah biaya aktual dari bank n. Cost efficiency ratio (CEFF) adalah
proporsi dari biaya atau resources yang digunakan secara efisien. Misalnya cost
efficiency ratio suatu bank sebesar 80 %, hal ini menunjukkan bahwa bank
tersebut beroperasi secara efisien sebesar 80 % atau terdapat 20 % biaya yang
terbuang.
Standard Profit Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat efisiensi suatu
bank didasarkan pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit maksimal
pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank
yang beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model ini seringkali
dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan sempurna dimana harga input
dan output ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak satupun bank yang dapat
menentukan harga input maupun harga output sehingga bank bertindak sebagai
price-taking agent.
Karena dalam model ini terkait bentuk pasar persaingan sempurna (prefect
market competition) maka hal ini mengindikasikan bahwa maksimum profit hanya
merupakan fungsi dari eksogen harga output saja. Sejalan dengan pendekatan cost
efficiency, misalkan fungsi standard profit dalam natural logarithm adalah
sebagai berikut :
$%&' ( )*+ ,- ./0 ./0 (2.5)
Maka standard profit efficiency untuk bank n menjadi :
(2.6)
Dimana
adalah profit pada bank n. standard profit efficiency merupakan rasio
dari keuntungan yang dapat diperoleh suatu bank, misalnya bank n dibandingkan
dengan keuntungan dari bank yang paling efisien. Misalnya dari perhitungan
diatas didapatkan standard profit efficiency sebesar 80%, hal ini berarti bahwa
n kehilangan 20% dari keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh kalau
bank
beroperasi secara efisien. Atau dengan kata lain terdapat inefisiensi sebesar 20%.
Alternative Profit Efficiency ini berbeda dari standard profit efficiency
karena sifat pasar pada model ini adalah pasar persaingan sempurna sedangkan
dalam alternative profit efficiency terjadi pada pasar persaingan tidak sempurna
(imperfect market competition). Pada kondisi pasar ini maka bank diasumsikan
memiliki market power dalam menentukan harga output namun tidak pada harga
input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut maka perbedaan yang paling
menonjol antara kedua model ini (standard profit efficiency dan alternative profit
efficiency) adalah pada penentuan variabel eksogen didalam pencapaian
keuntungan maksimum. Pada model ini variabel eksogen adalah tingkat output.
Dalam pendekatan ini bank akan memaksimalkan keuntungan dengan
memilih harga output (p), jumlah input (x), untuk sejumlah output (y), dan harga
input (r) yang telah ditetapkan. Fungsi indirect profit yang sesuai disebut sebagai
fungsi indirect profit alternative yang dapat dituliskan sebagai berikut :
!"# $ % & ' $ ()* + ,(-* .#,
(2.7)
Sejalan dengan hal tersebut, misalkan fungsi alternative profit sebagai berikut :
/01 $ 2 (#* -, 3 456 7 3 456 8
(2.8)
Maka alternative profit efficiency dapat dituliskan sebagai berikut :
9: (2.9)
2.5. Sumber Dana Bank Syariah
Penelitian ini mengamati kinerja bank sebagai fungsinya sebagai lembaga
intermediasi. Dilihat dari fungsinya tersebut maka salah utama yang dilakukan
bank adalah menghimpun dana, karena tanpa menghimpun dana maka kegiatan
bank tidak dapat berjalan. Dalam Muhammad (2005:49) disebutkan bahwa
sumber dana bank Syariah terdiri dari:
1. Modal Inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para
pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya modal inti terdiri
dari:
a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham; sumber utama dari modal
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila
pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan
untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan
mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
b. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari
c. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para
pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri diputuskan
untuk ditanam kembali dalam bank. Laba ditahan juga merupakan cara
untuk menambah dana modal lebih lanjut.
2. Kuasi Ekuitas ( mudharabah account)
Kuasi ekuitas adalah sumber dana yang diperoleh dari akad kerjasama
antara pemilik dana dengan pengusaha untuk pembiayaan produktif.
Keuntungan dari akad mudharabah ini akan dibagi dua sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya. Berdasarkan prinsip ini, bank menyediakan jasa bagi
investor berupa:
a. Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah
yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk
investasi berdasarkan prinsip
investment account)
mudharabah
mutlaqah (unrestricted
b. Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manager
investasi
nasabah
institusi
atau
nasabah
korporasi
untuk
menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek tertentu
yang mereka setujui. Rekening ini dioperasikan berdasarkan prinsip
mudharabah muqayyadah (restricted investment account).
bagi
c. Rekening tabungan mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan
untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah
adalah bahwa dana harus dalam bentuk uang dalam jumlah tertentu yang
diserahkan kepada mudharib. Oleh karena itu tabungan mudharabah tidak
dapat ditarik sewaktu-waktu sebagaimana tabungan wadiah.
3. Titipan (wadiah) atau Simpanan Tanpa Imbalan (non remunerated deposit).
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang
umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang
menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan
memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
Titipan wadiah dikembangkan dalam bentuk rekening giro wadiah dan
tabungan wadiah.
2.6. Aktiva Produktif Bank Syariah
Selain menghimpun dana, aktivitas bank lainnya dalam fungsinya sebagai
lembaga intermediasi adalah menyalurkan dana. Dana-dana hasil himpunan
tersebut disalurkan untuk aktivitas pembiayaan atau istilah teknisnya adalah
aktiva produktif.
Dalam Muhammad (2005:118) dijelaskan bahwa aktiva produktif adalah
penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.
1. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan akad
mudharabah dan atau musyarakah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan
prinsip bagi hasil.
a. Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana
untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
b. Musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana untuk
mencampurkan dana mereka pada suatu usaha tertentu.
2. Piutang
Piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan tau sewa
berdasarkan akad murabahah, salam, istishna dan atau ijarah.
a. Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana
bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah, kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan perolehan margin tertentu yang
disepakati.
b. Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
c. Istishna adalah penjanjian jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan ktiteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati.
d. Ijarah adalah penjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
3. Qardh
Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan
pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran
sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
4. Surat Berharga
Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip
syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar modal, antara
lain wesel, obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga
lainnya berdasarkan prinsip syariah.
5. Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah
lainnya dan atau Bank Perkreditan berdasarkan prinsip syariah, antara lain
dalam bentuk giro dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka dan atau
tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan, sertifikat investasi
mudharabah antar bank (SIMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya
berdasarkan prinsip syariah.
6. Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasuk
penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bond) dengan opsi
saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah
yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.
7. Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam
perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan atau piutang
(debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku, termasuk dalam bentuk surat utang konversi (convertible bond)
dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat
bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.
8. Rekening Administratif
Transaksi rekening administatif adalah komitmen dan kontinjensi (off
balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi,
akseptasi/endosemen, irrevocable letter of credit (L/C) yang masih berjalan,
akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka, standby L/C dan garansi lain
berdasarkan prinsip syariah.
9. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia atau SBIS
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka
pendek dengan prinsip wadiah, yaitu perjanjian penitipan dana antara pemilik
dana dengan pihak yang dipercaya untuk menjaga dana titipan tersebut.
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ini saat ini dikenal dengan istilah Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS).
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai efisiensi bank sudah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti
terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian perhitungan efisienai
dengan menggunakan metode parametrik dan dengan pelakuan pendekatan dan
variabel yang berbeda-beda.
1. Edy Hartono (2009)
Penelitian secara empiris ini dilakukan dengan pengujian dan perhitungan
secara statistik untuk mengukur tingkat efisiensi 22 bank yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2004- 2007 terbagi dalam 3 kelompok
bank yaitu : 3 Bank BUMN, 17 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa
dan 2 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non Devisa. Perhitungan
efisiensi dilakukan secara panel data yaitu dengan pertimbangan satu bank
pada 4 periode tahunan. Peneliti menggunakan metode parametrik SFA dan
perhitungan
efisiensi
didasarkan
pada
fungsi
biaya,
dengan
mempertimbangkan biaya total (total cost) sebagai variabel dependen serta 2
buah variabel output yaitu total pinjaman yang diberikan baik kepada pihak
terkait dengan bank maupun tidak terkait dengan bank (Q1) dan surat berharga
yang dimiliki oleh bank (Q2) dengan 2 buah variabel input yaitu total biaya
bunga yang dibayarkan bank atas simpanan pihak ketiga (P1) dan biaya tenaga
kerja (P2).
Diperoleh hasil dari tahun 2004
2006 kelompok Bank BUSN Non
Devisa menempati nilai efisiensi yang paling tinggi, kemudian kelompok
Bank BUSN Devisa dan nilai terkecil pada kelompok Bank BUMN.
pengamatan
tersebut,
menunjukkan
bahwa
bank-bank
besar
justru
menunjukkan tingkat efisiensi yang kurang baik, sedangkan bank-bank
dengan kapitalisasi kecil justru memberikan tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena input biaya yang dikeluarkan bank masih relatif
tinggi dibandingkan dengan hasil output yang rendah.
2. Novarini (2007)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi antara Unit Usaha
Syariah dari Bank Umum Pemerintah Nasional dan dari Bank Umum Swasta
Nasional dari metode SFA derivasi fungsi profit dan BOPO. Perhitungan
efisiensi dilakukan dengan metode parametrik SFA dengan konsep alternative
profit efficiency untuk mengukur efisiensi 3 unit usaha syariah selama 3 tahun.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai efisiensi yang dihitung
dengan metode SFA menunjukkan tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah yang
tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan rasio keuangan. berdasarkan uji
mean two sample dengan menggunakan two tailed, maka hipotesis yang
menyatakan tidak ada perbedaan rata-rata efisiensi antara UUS BUPN dan
UUS BUSN dengan metode SFA maupun BOPO diterima.
3. Suswadi (2007)
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti seluruh bank syariah di Indonesia
pada periode Januari 2003 hingga Desember 2006, sedangkan metode yang
digunakan adalah SFA. Dalam metode ini, profit dimodelkan untuk terdeviasi
dari profit efficient frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi.
Profit dalam metode ini dipengaruhi oleh fungsi input dan output, sedangkan
input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak
Ketiga, Modal disetor, penempatan pada BI, penempatan pada bank lain, dan
pembiayaan yang diberikan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa selama periode Januari 2003 sampai
dengan Desember 2006 perbankan syariah di Indonesia telah mengalami
efisiensi total rata-rata sebesar 94,37 % tiap tahunnya. Variabel Dana Pihak
Ketiga dan Penempatan pada bank lain diketahui tidak mempengaruhi laba.
Sedangkan variabel yang mempengaruhi laba pada perbankan syariah adalah
Modal disetor, Penempatan pada Bank Indonesia, dan Pembiayaan yang
diberikan. Namun demikian meskipun modal disetor dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap laba perbankan syariah tetapi modal disetor ini
berpengaruh negatif (inefisien) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia.
4. Ivan Gumilar, Siti Komariah (2011)
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengukur dan menganalisis
tingkat efisiensi pada Perbankan Syariah di Indonesia dengan menggunakan
SFA melalui pendekatan Alternative Profit Efficiency, dimana efisiensi
perbankan syariah pada dasarnya adalah bagi-hasil yang dipengaruhi oleh
fungsi 2 variabel input yaitu Dana Pihak Ketiga, Modal disetor dan 3 variabel
output seperti Penempatan pada Bank Indonesia, Penempatan pada Bank Lain,
Pembiayaan yang diberikan. Menggunakan metode desktiptif untuk 6 Bank
Syariah di Indonesia saat ini beroperasi sebagai sampel selama rentang waktu
32 bulan (2007-2009).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hipotesis secara simultan
menyatakan bahwa semua variabel input dan output berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji parsial,
Variabel Penempatan pada Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank Lain
dinyatakan tidak berpengaruh terhadap efisiensi, sedangkan variabel yang
berpengaruh terhadap efisiensi pada perbankan syariah antara lain Modal
Disetor, Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan yang diberikan.
5. Achmad Iqbal (2011)
Efisiensi perbankan dalam penelitian ini dianalisis dengan SFA dengan
pendekatan efisiensi produksi. Penentuan variabel input output menggunakan
pendekatan intermediasi, karena pendekatan ini paling sesuai dengan fungsi
bank itu sendiri yaitu sebagai lembaga financial intermediation. Adapun
variabel input yang terpilih adalah aset tetap, simpanan, dan biaya operasional
lain. Variabel outputnya adalah kredit pada BUK dan pembiayaan pada BUS.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 13 bank umum. Tiga dari BUS dan 10
dari BUK.
Hasil analisis menggunakan metode SFA menunjukan bahwa selama
periode 2006-2009 BUS dan BUK selalu mengalami peningkatan efisiensi
dengan rata-rata efisiensi 0.9467 untuk BUS dan 0.9516 untuk BUK. Hal ini
menunjukan bahwa BUK di Indonesia sedikit lebih baik dari pada BUS dalam
hal efisiensi sehingga BUK lebih optimal dalam total pembiayaan pada
periode 2006-2009. Dari hasil panel pengujian hipotesis mengenai pengaruh
variabel input terhadap variabel output BUS dan BUK didapatkan hasil bahwa
total simpanan berpengaruh signifikan terhadap total kredit atau pembiayaan.
Sedangkan aset tetap dan biaya operasional lain tidak signifikan terhadap total
kredit atau pembiayaan.
2.8. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dasar pemikiran dilakukannya penelitian ini berangkat dari fenomena
tingginya pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia yang begitu pesat. Hal
tersebut menuntut perbankan syariah yang ada di Indonesia untuk melakukan
kinerja dengan lebih efisien. Perhitungan efisiensi tersebut dalam penelitian ini
akan menggunakan metode parametrik yaitu Stochastic Frontier Approach,
metode yang dinilai lebih superior dibanding metode perhitungan efisiensi
lainnya.
Penelitian ini akan memperlakukan variabel-variabel input dan output
yang merupakan komponen perhitungan efisiensi untuk dilihat pengaruhnya
terhadap profit yang dihasilkan bank (pendekatan alternative profit efficiency).
Variabel yang digunakan ditentukan berdasarkan fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi. Variabel input diambil dari komponen neraca yang menjadi sumber
dana bank syariah yang bersangkutan, yaitu di bagian pasiva. Sedangkan variabel
output diambil dari komponen neraca yang menjadi aktiva produktif bank yang
bersangkutan, yaitu di bagian aktiva. Aktiva produktif dilihat representatif untuk
diperlakukan sebagai variabel yang mempengaruhi profit.
Hasil penelitian ini akan berupa penyimpulan variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap efisiensi Bank Syariah Mandiri terhadap frontier profitnya.
Hasil tersebut diharapkan dapat memberikan masukan kepada bank syariah yang
diteliti dalam menentukan strategi. Penentuan starategi yang akan disimpulkan
dapat berupa pemaksimalan variabel input dan output yang berpengaruh terhadap
nilai efisiensi bank atau dengan tidak memfokuskan atau mengurangi alokasi
kepada variabel yang tidak berpengaruh (inefisien). Lebih jauh lagi hasil
penelitian ini dapat meningkatkan nilai efisiensi bank lain pada umunya dan dapat
meningkatkan profitnya. Berikut adalah gambar kerangka pemikiran teoritis dari
penelitian
ini:
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis
Variabel Input:
Variabel Output:
Modal Disetor
Pembiayaan
Dana Syirkah Temporer
Piutang
Investasi pada Surat
Berharga
Penempatan pada Bank
Indonesia
PROFIT
EFISIENSI
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarakan latar belakang penelitian yang akan dilakukan, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah:
:
Modal Disetor berpengaruh terhadap Profit.
:
Dana Syirkah Temporer berpengaruh terhadap Profit.
:
Pembiayaan berpengaruh terhadap Profit.
:
Piutang berpengaruh terhadap Profit.
:
Investasi pada Surat Berharga berpengaruh terhadap Profit
:
Penempatan pada Bank Indonesia berpengaruh terhadap Profit.
Download