BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Assael (1993) mengatakan bahwa aktifitas belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun, tanpa kontrol diri, serta cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi, seperti pengeluaran anggaran rumah tangga yang tidak sesuai rencana, kualitas produk yang tidak sesuai dengan harapan, terlibat hutang, kesulitan dalam membayar tagihan kartu kredit, serta dampak negatif lain yang dapat menimbulkan masalah-masalah baru, seperti konflik rumah tangga (Sugiharti, 2011). Maka dari itu, rumusan penelitian ini, yaitu: apakah ada pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif? Hipotesis null (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh signifikan antara locus of control internal dan locus of control eksternal terhadap belanja impulsif. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan antara locus of control internal dan locus of control eksternal terhadap belanja impulsif. Dalam penelitian ini, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus of control internal maupun locus of control eksternal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja impulsif. Berdasarkan uji korelasi, antara belanja impulsif dan locus of control internal memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi locus of control internal, semakin rendah belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control internal, maka semakin tinggi belanja impulsif. Sedangkan antara locus of control eksternal dan belanja impulsif memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi locus of control eksternal, semakin tinggi belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control eksternal, maka semakin rendah belanja impulsif. Namun, hasil uji t pada partisipan bekerja dan tidak bekerja menunjukan hal sebaliknya. Partisipan yang memiliki locus of control internal melakukan pembelian impulsif, dari tingkat sedang sampai tingkat tinggi. 5.2 Diskusi Hasil penelitian ini menunjukan bahwa locus of control memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif sebesar 8%. Berarti, 92% merupakan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi belanja impulsif. Berdasarkan hasil uji hipotesis tambahan, locus of control internal memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif sebesar 4,9%, dan locus of control eksternal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja impulsif, yaitu sebesar 6,7%. Utami dan Sumaryono (2008) menyatakan bahwa belanja impulsif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: karakteristik produk, karakteristik pemasaran, dan karakteristik konsumen. Karakteristik produk berkaitan dengan kesan yang diciptakan oeh produk tersebut, sehingga konsumen tertarik untuk membeli, misalnya: manfaat produk, harga, ukuran, dan sebagainya. Karakteristik pemasaran berhubungan dengan teknik marketing yang digunakan oleh para pengusaha ritel dalam menarik perhatian konsumen agar melakukan pembelian, misalnya: iklan, tampilan produk, tata letak, dan lainnya. Sedangkan karakteristik konsumen berhubungan dengan faktor-faktor dalam diri konsumen yang dapat mempengaruhi perilaku berbelanja, misalnya: kepribadian, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, hubungan sosial, dan faktor-faktor demografis lainnya. Penelitian ini juga menunjukan hubungan antara locus of control internal terhadap belanja impulsif bersifat negatif, sedangkan locus of control eksternal bersifat positif. Menurut Pinto (2004), individu dengan locus of control internal cenderung lebih percaya diri, lebih yakin, serta memiliki inisiatif dan berusaha mengendalikan impulsifitas yang mereka rasakan. Sehingga, individu dengan locus of control internal lebih mampu menahan lebih mampu menunda kepuasan, tidak mudah terpengaruhi oleh produk, dan mampu menahan dorongan atau impulse untuk membeli (Widawati, 2011). Widawati (2011) juga mengatakan bahwa individu dengan locus of control eksternal memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan perilaku belanja impulsif, karena lebih mudah dipengaruhi oleh peran keluarga, teman, iklan, tampilan fisik, dan faktor eksternal lainnya. Berdasarkan data demografis dalam penelitian ini, status pernikahan juga mempengaruhi belanja impulsif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa wanita menikah cenderung melakukan belanja impulsif. Widawati (2011) mengatakan bahwa hal tersebut mungkin terjadi karena peningkatan jumlah anggota keluarga, sehingga tingkat kebutuhan bertambah, didukung juga dengan tata cara pembayaran yang semakin mudah melalui kartu kredit mendorong para wanita untuk melakukan belanja tanpa perencanaan yang matang. Hasil uji t independen menunjukan bahwa wanita tidak bekerja maupun wanita bekerja melakukan belanja impulsif. Peneliti menarik kesimpulan bahwa status pekerjaan tidak membedakan wanita bekerja dan yang tidak bekerja dalam melakukan belanja impulsif. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), belanja impulsif lebih banyak melibatkan faktor emosionalitas dibandingkan dengan faktor kognitif atau rasionalitas. Utami dan Sumaryono (2008) mengatakan bahwa wanita memiliki peluang yang besar untuk melakukan belanja impulsif. Hal tersebut mungkin terjadi karena kaum wanita mengutamakan sisi emosionalitas yang relevan dengan konsep belanja impulsif. Jadi, status pekerjaan tidak menjadi faktor yang mendukung terjadinya belanja impulsif, namun lebih kepada jenis kelamin. 5.3 Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan dapat memberikan saran praktis kepada para pelaku pasar dalam melakukan aktifitas berbelanja. 5.3.1 Saran Teoritis Dalam penelitian ini, alat ukur locus of control memiliki reliabilitas yang cukup baik. Namun, penelitian selanjutnya perlu menambahkan item, baik dari dimensi internal maupun eksternal, sehingga reliabilitas alat ukur bisa lebih baik lagi. Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah skala alat ukur locus of control menjadi force-choice atau lainnya. Sedangkan alat ukur belanja impulsif sudah baik, namun peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan adaptasi ulang terhadap alat ukur dari Verplanken dan Herabadi (2001) dan menambah beberapa item yang menggambarkan pola berbelanja yang khas dari konsumen di Indonesia, agar alat ukur belanja impulsif tersebut betul-betul menggambarkan perilaku konsumen di Indonesia. Penelitian ini hanya mengambil partisipan wanita dan mencatat beberapa data demografis saja, seperti: usia, status pernikahan, dan status pekerjaan. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran untuk mengambil partisipan wanita dan juga pria, sehingga dapat diteliti lebih lanjut mengenai perbandingan belanja impulsif yang dilakukan oleh kaum pria dan kaum wanita. Data demografis juga dapat ditambahkan dengan jumlah anak, jumlah pendapatan keluarga per bulan, domisili, dan sebagainya. Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah rentang usia dan memperluas area penelitian. 5.3.2 Saran Praktis Belanja impulsif tidak hanya menyebabkan kesulitan keuangan, tetapi juga dapat menyebabkan konflik dalam rumah tangga. Para pelaku belanja impulsif seringkali merasakan penyesalan pada akhir pembelian karena barang-barang yang dibeli tidak terlalu dibutuhkan. Beberapa saran yang dapat peneliti berikan bagi para pelaku belanja impulsif, antara lain: a. Membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk dipenuhi, sedangkan keinginan bersifat tidak mendesak dan dapat ditunda. b. Sebelum pergi berbelanja, periksa tempat penyimpanan makanan atau pakaian untuk memutuskan produk-produk apa saja yang perlu dibeli. c. Membuat daftar belanja beserta perkiraan pengeluaran, serta membawa uang secukupnya. Jika diperlukan, hindari penggunaan kartu kredit. d. Melakukan aktifitas olahraga untuk mengisi waktu luang agar tidak merasa bosan dan mengurangi kebiasaan pergi ke mal.