BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Seseorang yang sudah dapat dikatakan kaya (wealthy), tidak hanya akan menyimpan kekayaannya, tetapi harus mengelola kekayaan tersebut dengan bijaksana agar tidak berkurang atau bahkan hilang. Kekayaan merupakan sebuah proses yang dimulai dari kecil dan dikelola sehingga bertumbuh menjadi besar. Berbicara mengenai investasi terhadap kekayaan yang jumlahnya tidak sedikit, tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Karena dengan semakin banyaknya jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, semakin banyak pula ketakutan yang muncul terhadap risiko. Kekayaan yang dimiliki selalu mempunyai risiko yang timbul karena faktor pemilik kekayaan atau juga faktor fundamental dari aset kekayaan tersebut. Risiko tersebut dapat dihindari atau ditahan atau ditransfer kepada pihak lain. Kemampuan pemilik dalam melihat atau mengantisipasi risiko tergantung pada kemampuan dan pengetahuan pemilik aset. Tetapi, masalahnya adalah, tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki kemampuan ini. Beberapa pemilik kekayaan juga terlalu sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk memilih dan menempatkan aset-aset yang dimiliki pada instrument-instrumen investasi yang ada. Disinilah wealth management berperan. Berbeda dengan fund manager atau manajer investasi, yang tanggung jawabnya hanya menginvestasikan dana 1 nasabah sehingga dana tersebut menghasilkan return tertentu, wealth manager mengelola keuangan klien secara menyeluruh. Klien wealth manager adalah individu yang dikategorikan sebagai High Net Worth Individuals (HNWI), dimana individu pada kategori ini memiliki net worth atau kekayaan bersih minimal sebesar US$10 juta atau Rp 10 Milyar (kurs US$ 1 = Rp 10.000), yang dihitung dari: TOTAL ASSETS TOTAL LIABILITIES PRIMARY HOUSE NETWORTH Sumber: Diktat Kuliah Wealth Management, 2012. Gambar 1.1.Formula High Net Worth Individuals Berdasarkan 2013 World Wealth Report yang dirilis oleh Capgemini, Asia Pasifik menjadi kawasan yang memiliki jumlah populasi HNWI paling banyak kedua di dunia pada tahun 2012, di belakang Amerika Utara. Jumlah HNWI di Asia Pasifik tumbuh sebesar 9,4% dari 3,37 juta (2011) menjadi 3,68 juta (2012) HNWI, hampir menyamai jumlah HNWI di Amerika Utara yang berjumlah 3,73 juta HNWI. Asia Pasifik menjadi daerah fastest-growing HNWI, dipimpin oleh Hong Kong (35,7%) dan India (22,2%) dan kemungkinan dapat melampaui jumlah HNWI di Amerika Utara tidak lama lagi. Berdasarkan laporan yang sama, Indonesia juga menjadi sumber tumbuhnya angka populasi HNWI di Asia Paisifik. Dimana, kekayaan sumber daya alam, 2 rendahnya upah buruh, meningkatnya daya saing, dan kebutuhan domestic merupakan beberapa alasan di balik meningkatnya jumlah populasi HNWI di Indonesia. Pada tahun 2010, jumlah populasi HNWI di Indonesia sebesar 29,8 juta. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 32,2 juta dan pada tahun 2012, meningkat lagi sebesar 16,8% menjadi 37,6 juta jiwa dengan keseluruhan wealth di Indonesia pada tahun 2012 meningkat sebesar 17,9% dari tahun 2011 menjadi $125 milyar. Penelitian ini akan mengangkat studi kasus dalam pengelolaan kekayaan salah satu klien dengan kategori HNWI, yaitu Bapak Adi (nama disamarkan). Bapak Adi adalah seorang pengusaha batu bara di Provinsi Kalimantan Timur. Bapak Adi memiliki net worth sebesar Rp 13.565.875.000,00. Bapak Adi merupakan kepala keluarga berusia 49 tahun, memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Bapak Adi memiliki penghasilan rata-rata sebesar Rp 43.000.000 per bulan. Istri Bapak Adi merupakan seorang ibu rumah tangga dan ketiga orang anak Bapak Adi sudah duduk di bangku perguruan tinggi. Anak sulung Bapak Adi berumur 21 tahun, anak ke-2 berumur 19 tahun, sementara anak bungsu Bapak Adi berumur 18 tahun. Sebagai seorang pengusaha yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Timur, Bapak Adi kurang memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jenis investasi lain. Sehingga, Bapak Adi membeli rumah tinggal dan tanah sebagai instrument investasi. Permasalahan utama yang dimiliki Bapak Adi adalah dalam hal alokasi aset. Alokasi aset-aset yang dimiliki klien akan di-rebalancing untuk mengurangi 3 risiko tanpa mengurangi return. Tentunya dengan mempertimbangkan toleransi risiko yang dimiliki Bapak Adi. Menurut tiga pilar Wealth Management, karakteristik Bapak Adi dalam mengelola kekayaannya secara garis besar dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Wealth Protection and Preservation (Proteksi dan pemeliharaan terhadap kekayaan) Pilar pertama berfokus pada proteksi dan pemeliharaan kekayaan klien. Bentuk proteksi dan pemeliharaan kekayaan ini dapat berupa asuransi, hedge, trust,dan diversifikasi. Dari hasil wawancara terhadap Bapak Adi, beliau sudah memikirkan mengenai perlindungan jiwa terhadap dirinya. Pada saat ini, Bapak Adi sudah memiliki asuransi jiwa dan kesehatan Allianz yang bernilai Rp 210.000.000 ketika terjadi klaim dengan premi per tahunnya sebesar Rp 18.600.000; dan asuransi jiwa Bumi Asih Jaya yang bernilai Rp 5.000.000 ketika terjadi klaim dengan premi sebesar Rp 600.000 per tahun. Sementara itu, istri Bapak Adi sudah memiliki asuransi jiwa dan kesehatan Bumiputra yang bernilai Rp 120.000.000 pada saat terjadi klaim dengan premi per tahunnya sebesar Rp 6.000.000 per tahun dan anak-anak Bapak Adi belum didaftarkan sebagai peserta asuransi apapun. Dari sisi diversifikasi investasi, Bapak Adi banyak berinvestasi pada rumah dan tanah. Proporsi investasi klien pada properti sebesar 51,3% dari seluruh total aset. Bapak Adi juga menginvestasikan dananya dalam bentuk logam mulia emas sebanyak 750 gram. Selain itu, Bapak Adi memiliki tabungan 4 sebesar Rp 700.000.000,00 di bank pemerintah dan Bapak Adi memegang uang tunai yang cukup besar yaitu sebesar Rp 75.000.000,00. b. Wealth Growth and Accumulation (Pertumbuhan dan akumulasi terhadap kekayaan) Pilar kedua memiliki fokus pada pertumbuhan kekayaan klien. Kesibukan dan pengetahuan yang kurang memadai mengenai investasi membuat Bapak Adi hanya menginvestasikan penghasilannya pada rumah, tanah, dan logam mulia emas. Sebagian penghasilan Bapak Adi juga ditabung dan didepositokan di bank. Bapak Adi memiliki tabungan di Bank Kaltim sebesar Rp 700.000.000 dan juga mendepositokan uangnya dengan deposito berjangka 3 bulan sebesar Rp 1.500.000.000 di bank yang sama dengan bunga deposito sebesar Rp 7% per tahun. Selain itu, Bapak Adi banyak menginvestasikan uang yang dimiliki pada rumah dan tanah. Beberapa rumah dan tanah yang dimiliki oleh Bapak Adi dibeli dari teman-teman Bapak Adi yang kebetulan sedang menjual rumah atau tanah mereka. misalnya seperti pada rumah di Jalan Kapuas, Samarinda, dibeli klien dari seorang temannya yang kebetulan menjual rumah tersebut karena merupakan rumah warisan dari orangtuanya. Selain itu, tanah yang berada di Jalan Bung Tomo, Samarinda, dulunya juga milik teman Bapak Adi dan dijual kepada beliau karena sang teman tidak memiliki rencana apapun terhadap tanah tersebut. 5 c. Wealth Distribution and Transition (Manajemen distribusi dan transisi kekayaan) Berdasarkan wawancara, menurut Bapak Adi, seorang pengusaha tidak mengenal kata pensiun. Setelah anak-anak Bapak Adi lulus kuliah, beliau berencana untuk mengajarkan anaknya bisnis batubara. Beliau tidak akan pensiun sama sekali dari bisnis batubara, hanya akan mendelegasikan bisnis tersebut kepada anak-anaknya. Bahkan beliau berencana untuk membeli waralaba Indomaret dalam waktu dekat. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada latar belakang, terlihat jelas bahwa alokasi aset yang dilakukan oleh Bapak Adi tidak optimal, sehingga return yang didapatkan pun tidak optimal. Sehingga, perlu dilakukan rebalancing terhadap alokasi aset yang dimiliki oleh Bapak Adi agar dapat menghasilkan return optimal dengan mempertimbangkan profil risiko dari Bapak Adi sendiri. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mendeskripsikan profil klien terkait masalah toleransi risiko, apakah klien termasuk dalam kategori konservatif, moderat atau agresif, sehingga dapat mengetahui instrument investasi yang tepat berdasarkan toleransi risiko 6 klien. Data mengenai laporan keuangan klien telah disediakan untuk mendukung penulisan thesis. 2. Menganalisis dan mengevaluasi kekayaan klien saat ini yang difokuskan pada pilar 2 wealth management, yaitu wealth growth and accumulation. 3. Merumuskan alternatif pemecahan permasalahan klien berdasarkan pilar 2 wealth management (wealth growth and accumulation) dan juga profil klien agar kondisi keuangan dapat memenuhi gaya hidup dan kebutuhan klien. I.4. Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini: 1. Bagi klien: Penelitian ini merupakan studi kasus seorang klien HNWI, sehingga bagi klien yang menjadi objek penelitian diharapkan akan diberikan manfaat dalam hal pengelolaan kekayaan yang dimiliki sesuai dengan prinsip tiga pilar Wealth Management dan toleransi klien terhadap risiko. 2. Bagi penulis: Bagi penulis, diharapkan penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan segala hal yang telah dipelajari dalam kuliah wealth management dan siap menjadi wealth manager. 7 I.5. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus dengan mengelola kekayaan klien. Klien pada penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya. Klien pada penelitian ini juga memiliki profil pribadi, profil risiko, dan komposisi aset yang berbeda pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. 8