ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Iin Purwaningsih NIM : 105081002477 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M KEMET{TERIAN AGAMA UNTVERSITAS rSLAM NEGERI (UrN) SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA FAKTTLTAS EKONOMI I}AI{ ILMU SOSIAL Tdp : {82-21-7493318,7496N6,Far{02-21)74ffi) / [email protected]'id Website : $ifw.uinikt.*,idemail: feis@uinikt.*-id 13412Indonesia No,95,Ciputat Jl,k. H.Juanda +:n 4ii::i::.:: .; .ii, i i:' ir;lillli::,t:lt {1'1rt i SURATPERNYATAAN dibawahini: Sayayangbertanda*tangan NamaMahasiswa NIM Jurusan . lin Punruaninssih . 105081842477 ' ..Y.g.Lqi*gt: Denganini menyatakanbahwaSkripsiadalahhasilkaryasaya sendiriyangmerupakan hasil penelitian,pengolahandan analisissaya sendiriserta bukan merupakanreplikasi maupunsadurandarihasilkaryaatauhasilpenelitianoranglain. Apabilaterbuktiskripsiini plagiatatau replikasimakaskripsidianggapgugurdan harus melakukanpenelitianulang untuk menyusunskripsibaru dan kelulusanserta gelarnya dibatalkan. Demikianpernyataanini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudianhari menjaditanggungiawab saya' Jakarta,... Juli, 2010 LEMBAR PENGESAHANKOMPRBHENSIF Hari ini selasatanggal t8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluhtelah dilakukan ujian komprehensif atas nama lin Purwaningsih denganNIM : 105081002477 dengan judul skripsi "ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL MURABAHAH YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEIV1BIAYAAN (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbll)". Memperhatikankemampuanmahasiswatersebutselamaujian berlangsung,maka slcipsi ini sudah dapat diterima sebagaisalah satu syaratuntuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (I-IIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta,18 Maret 2010 Tim PengujiKomprehensif PengujiAhli ANALISA FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH (StudiKasusPadaPT. Bank Muarnalatfndonesia,Tbk.) Skripsi DiajukanKepadaFakultasEkonomidanBisnis Untuk MemenuhiSyarat-syarat Untuk MeraihGelarSarjanaEkonomi Oleh Iin Punvaninssih NIM: 105081002477 Di Bawah Bimbingan PembimbingII Pembimbing I ./---\ ./l& ( k<-,*\ I/ Y ,f Prof. Dr. H. Abdul Hamid. MS. NIP: 196902032001121003 z 197701222003121001 JT]RUSANMANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA t43t Ht2010M Daftar Riwayat Hidup I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Iin Purwaningsih 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 12 Juli 1986 3. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa Jakarta-Selatan 12640 4. Telepon : (021) 7864041 II. PENDIDIKAN 1. SD : SDN 08 Pagi Srengseng Sawah 2. SMP : SLTPN Keterampilan 276 Jakarta 3. SMA : MAN 13 Jakarta 4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Pengurus OSIS MAN 13 Jakarta 2. Pengurus ROHIS MAN 13 Jakarta 3. Pengurus HAPISS (Himpunan Pelajar Islam Srengseng Sawah) 4. Pengurus Karang Taruna Sub Unit RT 009/03 IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Tobi’in 2. Tempat & Tgl. Lahir : Tegal, 15 Agustus 1957 3. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa Jakarta-Selatan 12640 4. Ibu : Wasilah 5. Tempat & Tgl. Lahir : Tegal, 10 April 1963 6. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa Jakarta-Selatan 12640 i ABSTRACT Murabahah margin is very importance in syariah bank. Syariah bank growth do not miss from the growth of syariah bank product. In developing product, syariah bank claimed to always to relate Al-Qur`an and Hadist. Murabahah financing is dominant product in syariah bank. This research aims to analyzing factors that effect determination of murabahah margin. Analysis method is double linear regression model with factors research is the operational cost, Return On Asset (ROA), interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), and profit target. Obtained that factor of overhead cost, Return On Asset (ROA), interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR) significantly influence to margin murabahah, but the profit target is not influence the margin murabahah. Key Words : Syariah bank, murabahah margin, overhead cost, ROA, interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), profit target, doubled regression. ii ABSTRAK Margin Murabahah sangat penting dalam perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah tidak luput dari perkembangan produk-produk perbankan syariah. Dalam mengembanhkan produknya perbankan syariah dituntut untuk selalu mengacu pada Al-Qur`an dan Hadist. Pembiayaan murabahah merupakan produk pembiayaan dalam perbankan syariah yang paling dominan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan besarnya margin pembiayaan murabahah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan faktor-faktor yang diteliti adalah biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate, dan Profit Target. Diperoleh faktor biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate (BLR) secara signifikan mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. Kata Kunci : Bank syariah, margin pembiayaan murabahah, biaya operasional, Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR), profit target, regresi berganda. iii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai alam semesta dan yang telah begitu banyak memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. Rangkaian kata syukur tak akan pernah cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih penulis kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan terbaik, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya, yang telah merubah dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dengan membawa risalah bagi seluruh umat manusia. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan akibat dari keterbatasan penulis. Dan penulis juga menyadari skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Kedua Orang Tua penulis Mama dan Bapak tercinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah memberikan doa tulus ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil kepada penulis untuk tetap semangat. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak M. Arief Mufraini, Lc, M,Si selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, pengarahan dan dorongan dengan penuh kesabaran serta memberikan ilmu yang berharga dan pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis. iv 5. Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Untuk para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas perpustakaan, terima kasih, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya. 7. Untuk Kakak-kakakku dan adikku yang turut memberikan dukungan dan doa yang begitu tulus kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kebahagiaan kepada kalian semua. 8. Untuk “Mas” yang sudah banyak meluangkan waktu untuk ade selama penyelesaian skripsi ini, terimakasih tak hingga atas semuanya yang sudah mas berikan. Semoga kelak ade mampu balas semua pengorbanan mas. Amien..! 9. Untuk semua teman-temanku di kelas Manajemen B 2005 dan Manajemen Perbankan yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, semoga persahabatan kita semua tetap terjalin sampai kapanpun. 10. Dan untuk semua teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan peran penting dalam setiap melangkah untuk selalu tetap semangat, semoga kelak ilmu yang kita dapat di kampus ini dapat berguna dan bermanfaat di hari esok. I Luv u All….. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pencapaian yang lebih baik. Jakarta, Mei 2010 Iin Purwaningsih v DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... i Abstract ................................................................................................................ ii Abstrak ................................................................................................................. iii Kata Pengantar .................................................................................................... iv Daftar Isi .............................................................................................................. vi Daftar Tabel ......................................................................................................... xi Daftar Gambar .................................................................................................... xii Daftar Grafik ....................................................................................................... xiii Daftar Lampiran.................................................................................................. xiv Bab I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12 Bab II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14 A. Bank ........................................................................................................ 14 1. Pengertian Bank ................................................................................... 14 2. Pengertian Bank Syariah....................................................................... 15 B. Jenis-jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah .............................................. 16 vi 1. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ................................................. 16 2. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (al-Bai’) ..................................... 17 3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ......................................................... 17 C. Jual Beli ................................................................................................... 18 1. Macam-Macam Jual Beli ...................................................................... 18 2. Penyebab Terlarangnya Sebuah Transaksi ............................................ 20 a. Haram Zatnya .................................................................................. 21 b. Haram Selain Zatnya........................................................................ 21 c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya ........................................................... 21 D. Murabahah ............................................................................................... 21 1. Landasan Hukum Murabahah ............................................................... 26 a. Al-Qur’an ........................................................................................ 26 b. Al-Hadist ......................................................................................... 26 c. Fatwa Dewan Syariah Nasional ........................................................ 28 d. Hukum Positif .................................................................................. 29 2. Syarat Murabahah ................................................................................ 30 3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian ................................... 31 4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah .................................. 32 5. Manfaat Dan Risiko Murabahah ........................................................... 34 6. Hal-hal yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah .............................................. 35 vii E. Penetapan Harga Jual ............................................................................... 37 F. Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah .......................................................................... 42 G. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 44 H. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 47 I. Hipotesis ................................................................................................... 49 Bab III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 50 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 50 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 50 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 51 D. Metode Analisis ....................................................................................... 51 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 53 a. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 53 b. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 55 c. Uji Autokorelasi ............................................................................... 56 d. Uji Normalitas ................................................................................. 56 2. Uji Signifikansi .................................................................................... 57 a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Detrminasi) ........................................... 57 b. Uji Signifikansi F (Uji secara Simultan) ........................................... 58 c. Uji t (Pengujian Secara Parsial) ........................................................ 58 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 59 viii Bab IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 62 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 62 1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................................. 62 2. Visi dan Misi ........................................................................................ 64 3. Struktur Organisasi ............................................................................... 64 4. Aktivitas Bank Muamalat Indonesia ..................................................... 70 a. Aspek Personalia .............................................................................. 70 b. Apek Produksi ................................................................................. 71 B. Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 81 1. Analisis Deskriptif................................................................................ 81 a. Variabel Dependen ........................................................................... 81 b. Variabel Independen ........................................................................ 84 2. Pengujian Asumsi Klasik...................................................................... 86 a. Uji Normalitas ................................................................................. 86 b. Uji Heteroskadastisitas ..................................................................... 88 c. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 90 d. Uji Autokorelasi .............................................................................. 91 3. Uji Signifikansi .................................................................................... 91 a. Uji Adjusted R 2 (Koefisien Determinasi) ......................................... 91 b. Uji Signifikansi F (Uji Secara Simultan) .......................................... 92 c. Uji Signifikansi t (Pengujian Secara Parsial) .................................... 93 C. Interpretasi ............................................................................................... 97 ix Bab V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 101 A. Kesimpulan .............................................................................................. 101 B. Saran ........................................................................................................ 104 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 105 Lampiran-Lampiran ............................................................................................... 109 x DAFTAR TABEL Tabel Keterangan 1.1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah Halaman dan Unit Usaha Syariah 6 4.1 Analisis Deskriptif Margin Pembiayaan Murabahah 81 4.2 Analisis Deskriptif Variabel Independen 84 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 90 4.4 Hasil Uji Autokorelasi 91 4.5 Hasil Pengujian Adjusted R2 91 4.6 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Simultan 4.7 92 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Parsial 93 xi DAFTAR GAMBAR Gambar Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran 48 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 65 4.2 Hasil Uji Normalitas Data 87 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 89 xii DAFTAR GRAFIK Grafik Keterangan Halaman 4.1 Perkembangan Nasabah Bank Muamalat Indonesia, Tbk 77 4.2 Perkembangan Aktiva 79 4.3 Perkembangan Laba 79 4.4 Perkembangan Laba 80 4.5 Histogram 88 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Keterangan Halaman 1 Data Penelitian 115 2 Uji Asumsi Klasik 118 3 Uji Regresi Linier berganda 121 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai salah satu lembaga keuangan telah menempatkan posisi penting dalam perekonomian saat ini. Dengan demikian, hampir seluruh aktivitas setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan perekonomiannya terkait dengan dunia perbankan. Dimana posisi yang strategis dalam bidang ekonomi itu terutama berakar dari dua peranan pokoknya, yaitu; sebagai lembaga intermediasi, serta sebagai lembaga penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa dibidang keuangan serta lalu lintas pembayaran maupun pemberian jasa-jasa keuangan lainnya. Dengan kedua peranan pokok tersebut, kegiatan operasional bank telah merambah bagian terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat, dalam kaitannya yang lebih luas, posisi bank sebagai bagian dari sektor industri jasa keuangan telah pula menduduki posisi dominan. Dan apabila hal ini dikaitkan dengan sejarah perekonomian kaum muslimin, maka fungsi-fungsi bank tersebut setidaknya telah dimulai pada saat Rasulullah SAW. Bagi umat Islam yang aktivitas kehidupannya harus dengan ketentuan syariah sebagai mana ketentuan Al-Qur`an dan hadits mengenai masalah bunga yang masih menjadi polemik hingga saat ini, selain itu, dampak lain yang ditimbulkan oleh bunga bank yang tinggi adalah penyerahan risiko usaha 1 terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan, dimana risiko penghimpunan dana sepenuhnya ditanggung oleh bank, sebaliknya risiko kredit sepenuhnya ditanggung oleh debitur. Dalam jangka panjang sistem perbankan konvensional juga berpotensi menyebabkan penumpukkan kekayaan sebagian masyarakat yang memiliki modal yang besar. Perbankan syariah di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1992, diawalai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang berlandaskan sistem syariah, dan kemudian disusul oleh Bank Perkreditan Syariah. Landasan hukum yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1992, tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut prinsip syariah telah dinyatakan, meskipun masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 3 tahun 2004. Undang-Undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah. Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai tukar semakin meningkat karena tingkat inflasi sudah mencapai dua digit yaitu sekitar 11.05 % dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Krisis yang demikian ini akan menyebabkan beban hutang perusahaan terutama hutang-hutang dalam mata uang asing yang pembiayaannya tergantung pada 2 bank menjadi besar karena bank sendiri mengalami kesulitan menyediakan likuiditas operasional sehari-hari. Timbulnya krisis yang berkepanjangan ini disebabkan karena kelemahan institusional, terutama disekitar finansial. Terjadi kehancuran disekitar perbankan serta tidak efektifnya kebijakan moneter, sangat mempengaruhi kondisi mikro dan makro ekonomi. Permasalahan ini semakain kompleks akibat kebijakan yang dilakukan untuk memperbaiki krisis ini.kebijakan yang dilakukan ternyata didominasi melalui defisit neraca pembayaran, dan mendorong investasi melalui bantuan asing. Kebijakan-kebijakan tersebut ternyata dipilih tanpa melihat pangkal permasalahan yang sebenarnya, sehingga mengakibatkan krisis terjadi lebih dalam lagi dan multidimensi. Semuanya menunjukkan bahwa asumsi-asumsi dan formulasi-formulasi yang digunakan dalam sistem ekonomi selama ini adalah salah dan gagal dalam upaya menciptakan suatu sistem ekonomi yang ideal. Krisis keuangan di Asia dimana salah satunya adalah tingginya laju suku bunga, telah membuka kelemahan teori ekonomi konvensional mendominasi segala aktivitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat di negara-negara Asia, telah mendorong para okonom mengkaji kembali terhadap kebijakan pembangunan yang selama ini diterapkan. Saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia itulah perbankan syariah telah mampu membuktikan bahwasannya penerapan sistem bagi hasil mampu mengatasi permasalahan gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. 3 Berbeda halnya dengan bank-bank konvensional yang berdasarkan pada sistem bunga banyak yang mengalami kerugian cukup besar dan terpaksa harus ditutup karena mengalami ”negative spread”. Karena hal tersebut diatas, muncul berbagai upaya untuk merumuskan suatu sistem ekonomi baru yang mampu memecahkan berbagai permasalahan ekonomi yang ada. Banyak para ekonom yang melirik pada dunia Islam khususnya sistem ekonomi Islam, yang sebetulnya dalam Islam itu sendiri bukanlah sesuatu hal yang baru. Fenomena yang menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu semakin maraknya penerapan sistem syariah, baik itu dilembaga keuangan perbankan, asuransi, investasi maupun lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyak lahirnya baru maupun usaha bisnis baru dengan menggunakan prinsip syariah. Banyak sekali bank konvensional yang membuka kantor cabang syariah, bahkan menggantikan jenis usahanya dari bank konvensional menjadi syariah. Dunia akademis juga memberikan respon positif atas perkembangan ekonomi syariah seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid, Universitas indonesia (UI), Shariah Economics and Banking Institut (SEBI) dll. Setelah Bank Mandiri, Bukopin, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia 46, bank umum Danamon mulai membuka kantor cabang syariah. Di tahun yang akan datang diperkirakan jumlah bank syariah serta Bank Perkreditan Rakyat syariah akan terus bertambah, selain itu, terjadi pula penambahan volume usaha rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya dan dari sisi 4 investasi terjadi penambahan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah. Bagi bank syariah, hal ini merupakan tantangan, dimana bank syariah tidak hanya harus memberikan keuntungan materi saja tetapi juga harus mampu memberikan keuntungan spiritual. Karena bagi seorang investor muslim, ia menganggap bahwa sistem bunga yang terdapat dalam bank konvensional merupakan sesuatu yang haram dan harus ditinggalkan sehinggga menempatkan dana miliknya pada perbankan yang berbasis syariah. Sebagai bagian dari perbankan nasional, bank syariah yang dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan pesat telah menunjukan peningkatan kinerja baik dalam aktivitas maupun dalam sisi keuangan. Keadaan keuangan yang baik dapat dilihat salah satu caranya melalui laporan keuangan. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh informasi melalui pengolahan selanjutnya tentang posisi keadaan keuangan bank tersebut dan perubahan aktivitas operasi bank, yang nantinya dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam membuat kebijakan. Pertumbuhan bank syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk menghimpun dana masyarakat baik berskala kecil maupun berskala besar dan menyalurkannya kepada masyarkat yang merupakan deficit unit dalam bentuk pembiayaan. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi dituntut mampu untuk mengelola dana dari investor maupun dari masyarakat. Untuk itu setiap keputusan investasi dan pembiayaan membutuhkan keputusan yang simultan agar tidak terjadi mismatch. 5 Tabel 1. 1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Dalam Miliar Rp 2005 2006 2007 Mudharabah 3,124 2,335 Musyarakah 1,898 4,062 Murabahah Akad Mar-08 Juni-08 Sep-08 Des-09 4,406 5,200 6,117 6,968 7,411 5,578 5,835 6,518 6,750 6,205 9,487 12,624 16,553 16,977 19,811 22,044 22,486 0 0 0 0 0 0 0 Istishna 282 337 351 365 367 385 369 Ijarah 316 836 516 464 523 698 765 Qardh 125 250 540 788 765 836 959 0 0 0 0 0 0 0 15,232 20,445 27,944 29,629 Salam Lainnya Total 34,100 37,681 38,195 Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI Thn 2009 Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank Indonesia Januari 2009 diatas menunjukkan komposisi pembiayaan dengan akad murabahah mencapai 22 Miliar dari total pembiayaan yang ada di perbankan syariah. Sementara pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan hanya sekitar 7 Miliar dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini dapat dilihat bahwa rata-rata para pengelola perbankan syariah masih sangat memperhatikan aspek kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Berdasarkan data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diataranya adalah karena murabahah adalah pembiayaan 6 investasi jangka pendek dan cukup mudah bila dibandingkan dengan sistem profit and loss sharing (PLS). Kemudian mark up yang ada dalam pembiayaan murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan bahwa bank syariah memperoleh keuntungan (margin) yang sebanding dengan bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank-bank syariah. Secara umum, (Karim, 2007:71) membagi transaksi pemindahan hak kepemilikan atas suatu harta benda menjadi dua kelompok, yaitu akad tabaru’ (not profit transaction) dan tijarah (for profit transaction). Akad tabarru’ seperti Qardh, wadiah, wakalah, kafalah, rahn, hibah dan wakaf. Akad tijarah terdiri dari dua basis insentif, yaitu yang bersifat pasti (natural certainty contract) dan yang besifat tidak pasti (natural uncertainty contract). Transaksi dengan insentif pasti antara lain adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah. Transaksi dengan insentif tidak pasti adalah mudharabah, musyarakah, muzara’ah, mukhabarah. Berdasarkan pembagian tersebut yang merupakan transaksi non PLS yaitu transaksi jual beli al-murabahah, as-salam (bayar dimuka, bayar kemudian), al-istishna (pesanan yang harus diproduksi, al-ijarah (sewa), dan transaksi yang berdasarkan fee based incame yaitu jasa wakalah (pelimpahan wewenang), al-kafalah (jaminan), al-hawalah (tanggungan), ar-rahn (gadai), dan al-qard (pinjaman). Transaksi yang berbasis bagi hasil (PLS) terdapat dalam transaksi musyarakah (kerja sama kedua belah pihak yang saling memberikan porsi kontribusi), mudharabah (kerja sama dua pihak dimana satu 7 pihak menyediakan dana 100% dan dipihak lain menyediakan keahlian), almuzara’ah (kerja sama dibidang pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana benih ditanggung oleh pemilik lahan), dan al-musaqah (kerja sama bidang pertanian dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan). Murabahah adalah akad yang paling banyak dipakai di perbankan syariah dibandingkan dalam bentuk penyertaan seperti mudharabah dan musyarakah. Kenyataan tersebut tidak hanya terjadi di perbankan syariah di Indonesia, tetapi juga terjadi di perbankan syariah di negara-negara lainnya di seluruh dunia. Jika ditelusuri dari laporan perbankan syariah, hampir 80% sumber keuntungan pada perbankan syariah berasal dari produk murabahah dan ba’I bi’tshaman Ajil (BBA) sementara produk yang berbasis sistem bagi hasil masih sangat rendah; padahal yang mempunyai dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pembiayaan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Beberapa keunggulan dalam pembiayaan yang berbasis murabahah, pertama murabahah merupakan suatu investasi jangka pendek dan cukup memudahkan, bila dibandingkan dengan profit and loss sharing (PLS); kedua, menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pembiayaan berbasis profit and loss sharing. Disamping itu, pembiayaan berbasis murabahah dalam banyak hal lebih konsisten seperti pada orientasi profesional staf bank, bahasa, terminologi, dan budaya perbankan. Disisi lain, pembiayaan ini menimbulkan 8 banyak persoalan, terutama bila kita melihat aspek hukum yang ditimbulkannya, karena implementasi pembiayaan murabahah di perbankan syariah tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada banyak hal yang harus kita telusuri lebih dalam, terutama mengenai keabsahan dari akad ini. Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan bank syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah maka perlu secara transparan diketahui dan diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan nasabah. PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank pertama di Indonesia yang sesuai Syariah, didirikan pada tahun 1991. Pendirian Bank Muamalat diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung oleh sekelompok pengusaha dan cedekiawan muslim diantaranya adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M.Dawam Rahardjo, A.M. Saefudin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Dengan modal awal Rp. 106 miliar, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Mua’malat Indonesia mulai beroperasi. Berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan hingga Oktober 2008, total aktiva Bank Muamalat Indonesia telah mencapai Rp. 12,5 triliun. Total dana pihak ketiga yang dikelola, seluruhnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan dengan jenis akad profit and loss sharing (PLS) maupun non PLS termasuk yang fee based income. (Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan BMI, 2008: 6). 9 Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal ini dengan mengangkat tema/judul: “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan runtun waktu (Time Series) dengan periode penelitian tahun 2000 sampai dengan tahun 2009. Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat mengetahui faktor eksternal dan faktor internal yang dapat mempengaruhi margin pembiayaan murabahah pada PT. Bank Muamalat Indonesia secara lebih terperinci. B. Perumusan Masalah Adapun pertanyaan penelitian yang dirumuskan berdasarkan masalah diatas adalah sebagai berikut: 1. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara simultan berpengaruh terhadap margin pembiayaan murabahah ? 2. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank 10 yang diinginkan (profit target) secara parsial berpengaruh terhadap margin pembiayaan murabahah ? 3. Dari variabel-variabel bebas tersebut, manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap margin pembiayaan murabahah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara simultan terhadap margin pembiayaan murabahah. 2. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara parsial simultan terhadap margin pembiayaan murabahah. 3. Untuk menganalisis variabel bebas biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Landing Rate), dan tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) yang paling dominan mempengaruhi margin pembiayaan murabahah. 11 D. Manfaat Penelitiaan 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan dan pengalaman mengenai perbankan syariah serta sebagai perbandingan antara konsep-konsep yang telah dipelajari dari perkuliahan dengan prakteknya dan mencoba untuk menerapkan pada keadaan nyata. Penelitian ini juga merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1). 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada para nasabahnya. Selain itu, kepercayaan nasabah kepada bank syariah diharapkan dapat meningkat karena rasa keingintahuan nasabah cepat atau lambat akan dapat memahami mekanisme perbankan syariah dari penelitian ini serta dapat memberikan informasi yang berguna agar lebih meningkatkan kinerja bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan bagi hasil sehingga pembiayaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakter sumber dana pihak ketiga. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembiayaan untuk mengurangi Non Performing Financing. 3. Bagi Nasabah Bagi nasabah penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, dengan informasi tersebut nasabah dapat mengambil keputusan 12 yang lebih baik dalam memilih jenis pembiayaan yang dibutuhkan. Nasabah juga dapat mengetahui perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional serta dapat membandingkan sistem mana yang mampu memberikan keamanan dan keuntungan bagi nasabah. 4. Bagi Dunia Akademik Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang sama. Bagi pembaca diharapkan dapat mengenal produk atau jasa Bank Muamalat Indonesia sehingga dapat mensosialisasikannya kepada pihak lain. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Bank Menurut Ahmad Rodoni (2006: 31) banyak definisi mengenai bank, pada dasarnya semua definisi tersebut tidak berbeda satu sama lain, perbedaaanya hanya pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka tujuan bank meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. a. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 14 b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Pengertian Bank Syariah Bank syariah menurut Perwataatmadja dan Antonio (1992) adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investatasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Menurut Muhammad (2005: 1) bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya berdasarkan syariat Islam. Menurut Dahlan Siamat (2004: 183) bank syariah adalah bank yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist. Berusaha sesuai dengan prinsip syariat Islam yang dimaksud disini adalah beroperasi mengikuti ketentuan15 ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam antara lain misalnya menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan. B. Jenis-Jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah Menurut Dahlan Siamat (2004: 192) dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terdapat 3(tiga) kelompok pembiayaan pada bank syariah, yaitu dengan prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual beli (bai’), dan sewa beli. 1. Pembiayan Dengan Prinsip Bagi Hasil a. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjain antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. b. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnnya. 16 2. Pembiayaan Dengan Prinsip Jual-Beli (al-Bai’) a. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah perjanjain jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. b. Pembiayaan Salam Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. c. Pembiayaan Istishna Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. 3. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa a. Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. b. Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa. 17 C. Jual Beli Menurut Zainul Arifin (2001: 20) Pengertian jual-beli meliputi berbagai akad pertukaran (exchange contract) antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang jasa tersebut dapat dilakukan dengan segera (cash and carry) ataupun secara tangguh (deferred). Oleh karenanya, untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing) syarat-syarat al ba’I menyangkut berbagai tipe kontrak jualbeli tangguh (deferred contract of exchange). 1. Macam-macam jual beli Macam dan jenis jual beli menurut Zainul Arifin (2001: 21) antara lain: a. Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli. b. Bai’ al muqayyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi semacam ini lazim disebut counter trade. c. Bai’ al sharf, yaitu jual beli atau pertukaran antara satu mata uang asing dengan mata uang asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebgainya. Mata uang asing yang diperjualbelikan itu 18 dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam bentuk uang giral (telegraphic transfer atau mail transfer). d. Bai’ al murabahah, adalah akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. e. Bai’ al musawamah, adalah jual beli biasa, dimana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya. f. Bai’ al muwadha’ah, yaitu jual beli dimana penjul melakukan penjualan dengan harga yang lebih rendah dari pada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bukunya sudah sangat rendah. g. Bai’ as salam, adalah akad jual beli dimana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka pendek. h. Bai’ al istishna’, hampir sama dengan Bai’ as salam, yaitu kotrak jual beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian. 19 Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali ada ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Menurut Karim (2005) ketika suatu transaksi baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Qur’an dan Hadist yang melarangnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian dalam bidang muamalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan. Penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah disebabakan faktor-faktor sebagai berikut: (Karim, 2007: 30). 2. Penyebab terlarangnya sebuah transaksi a. Haram Zatnya Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, daging babi, dan sebagainya. Jadi transaksi jual beli minuman keras adalah haram, walaupun akad jual belinya sah. Dengan demikian, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian minuman kesras kepada benk dengan menggunakan akad murabahah, maka walaupun akadnya tetapi transaksi ini haram karena objek transaksinya haram. 20 b. Haram Selain Zatnya c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haram li dzatiti maupun haram li ghairihi, belum tentu serta-merta menjadi halal. Masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap. D. Murabahah Menurut Perwataatmadja dan Antonio (1999: 106) Bai’ al-Murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plis margin keuntungan pada saat jatuh tempo). Chapra (2000: 65) mengemukakan bahwa murabahah merupakan transaksi yang sah menurut ketentuan syariat Islam apabila risiko transaksi tersebut menjadi tanggung jawab pemodal sampai penguasaan atsa barang (possession) telah dialihkan kepada naabah. Agar transaksi yang demikian sah secara hukum, bank harus menandatangani 2 (dua) perjanjian yang terpisah. Perjanjian yang satu dengan pemasok barang dan perjanjian yang lain dengan nasabah. Adalah tidak sah apabila bank hanya memiliki satu perjanjian saja, yaitu hanya dengan pemasok, dimana bank hanya bertindak sebagai pembayar 21 harga barang kepada pemasok barang untuk dan atas nama pembeli atau nasabah. Bila transaksi dilakukan seperti itu, maka transaksi tersebut tidak berbeda dengan suatu transaksi yang didasarkan atas bunga (yang dilarang dalam Islam: fatwa MUI No. 1 tahun 2004). Al-Qur’an tidak pernah secara langsung membicarakan tentang murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi dan perdagangan. Demikian pula tampaknya tidak ada hadist yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah. Para ulama generasi awal, semisal Malik dan Syafi’I yang secara khusus mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah hlaal, tidak memperkuat pendapat mereka dengan satu hadist pun. Al-Kaff (tt), seorang kritikus murabahah kontemporer, menyimpulkan bahwa murabahah adalah “salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman Nabi atau para sahabatnya.” Menurutnya para tokoh ulama mulai menyatakan pandapat mereka tentang murabahah pada seperempat pertama abad kedua Hijriah, atau bahkan lebih akhir lagi. Mengingat tidak adanya rujukan baik di dalam AlQur’an maupun Hadist sahih yang diterima umum, para pukoha harus membenarkan murabahah dengan dasar yang lain. Malik membenarkan keabsahan dengan merujuk kepada praktik penduduk Madinah: Ada kesepakatan pendapat di sini (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang membelikan pakaian di kota, dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk menjualnya lagi dengan suatu keuntungan yang disepakati. (Muhammad, 2002:119). 22 Murabahah itu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. (Fatwa No. 04/DSN-MUI/IV/2000). Transaksi Murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakat. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan ketentuan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). (Karim, 2007:113). Menurut M. Syafi’I Antonio (2001:101) bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, pedagang eceran membeli computer dari grosir dengan harga Rp 10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp750.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp 10.750.000,00. Pada 23 umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran jika memang akan dibayar secara angsuran. Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah sama dengan yang terdapat dalam Fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Karakteristiknya adalah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Suatu jual beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada penjual (ba’i), pembeli (musytari), barang yang diperjualbelikan, harga (saman) dan ijab qabul atau biasa juga disebut dengan akad jual beli. (Institut Bankir Indonesia, 2001: 66). Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai (modal) untuk bertransaksi 24 langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank (sebagai lembaga keuangan), maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan cara pembayaran angsuran, maka yang timbul dari transaksi ini adalah piutang uang. Artinya, penjual (ba’i) akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas pembeli (musytari) punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada penjual. Pada pengertian murabahah diatas disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberitahu si pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memiliki barang tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu. Sebenarnya bank syariah cenderung melakukan akad murabahah karena bank ingin memproleh pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat margin murabahah yang telah ditentukan di depan. Bank syariah sebagai mudharib dapat memberikan nisbah bagi hasil yang cukup menarik bagi para deposan atau penabung mudharabah (shahibul mal). Semakain tinggi margin yang diminta bank kepada nasabah atau pembeli murabahah, berarti semakain besar pula pendapatan bank syariah yang dapat dibagikan kepada shahibul malnya. Pada gilirannya sumber dana mudharabah yang dapat dihimpun dapat dipertahankan jumlahnya, atau malah semakin meningkat. 25 1. Landasan Hukum Murabahah Menurut Sri Wahyuni (2008: 17) landasan hukum murabahah adalah sebagai berikut: a. Al-Qur’an 1) . “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS. AlBaqarah: 275). 2) . “….dan tidak dosa bagimu mencari karunia (dari hasil perniagaan) dari Tuhanmu….” (QS. Al-Baqarah: 198). 3) . “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka.” (QS. An-Nisaa: 29). 4) . “Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah, dan apa yang kamu berikan berupa zat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum: 39). b. Al-Hadist 1) . “Sebaik-baiknya nafkah adalah hasil pekerjaan yang halal.” (HR. Ahmad). 2) . “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orangorang yang jujur dan para syuhada.” (HR. Tarmidzi). 26 3) . “Nabi bersabda, ada tiga hal mengundang berkah: jual beli tidak secara tunai, muwaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib). 4) . “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah sesuatu kedzaliman…” (HR. Abd. Al-Raziq). 5) . “Pembeli dan penjual berhak untuk membatalkan perjanjian mereka selama mereka tidak terpisah. Apabila mereka itu berbicara benar dan menjalankannya, maka transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila mereka saling menyembunyikan dan berdusta, maka berkah atas transaksi mereka itu akan pupus.” (HR. Imam Bukhari). 6) “Rafa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama Nabi Muhammad SAW ke mushalla, kemudian beliau menyaksikan ada orang saling jual beli. Beliau bersabda: “Hai para pedagang”. Kemudian mereka mengangkat kepala dan pandangan mereka tertuju kepada beliau, untuk memenuhi panggilannya. Beliau bersabda: “Bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, taat, dan jujur.” (HR. Imam At-Tarmidzi). 27 c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Dasar pertimbangan penerapan murabahah dalam perbankan syariah tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.04/DSNMUI/IV/2000 tentang murabahah menyebutkan: 1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam. 3) Barang yang membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang disepakati kualifikasinya. 4) Bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah atas nama Bank sendiri dan pembelian ini harus dan bebas riba. 5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual yang senilai harga plus keuntungan. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 28 9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. Saeed Abdullah (2004: 121) mengemukakan bahwa secara empiris murabahah memang lebih dibandingkan jenis pembiayaan lain, hal ini disebabkan antara lain oleh: 1) Murabahah adalah suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit And Loss Sharing (PLS) cukup memudajkan. 2) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam. 3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS. 4) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur. d. Hukum Positif Salman Alfaridi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktorfaktor yang mempengaruhi margin pembiayaan murabahah” 29 menyebutkan bahwa hukum positif dari murabahah adalah sebagai berikut: 1) Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 2) Peraturan Bank Indonesia No. 5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka pendek Bagi Bank Syariah. 3) Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah. 4) Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah. 5) Peraturan Bank Indonesia No. 5/26/PBI/2003 tentang Laporan Bulanan Bank Syariah. 6) Surat edaran Bank Indonesia No. 5/26/BPS/2003 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. 7) Surat edaran Bank Indonesia No. 5/31/DSM/2003 tentang Laporan Bulanan Umum Syariah 2. Syarat Murabahah Syarat Bai’ Al-Murabahah adalah sebagai berikut (M. Syafi’I Antonio, 2001:102): a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 30 c. Kontrak bebas dari riba d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Antonio (2001) berpendapat bahwa secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya, b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, c. Membatalkan kontrak. Jual beli secara al-murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian (murabahah KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya. 3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian (KPP) Antonio (2001) dalam bukunya yang berjudul “Bank syariah dari teori ke praktik” mengemukakan ide tentang jual beli murabahah KPP tampaknya berakar pada dua alasan berikut: 31 Pertama, mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut. Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. (M. Syafi’I Antonio, 2001:103) 4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah Salman Alfaridi (2007) menyebutkan mengenai ketentuan umum tentang murabahah adalah sebgai berikut: a. Jaminan Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam bai’ al-murabahah, demikian juga dalam murabahah KPP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak mainmain dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan/bank) dapat meminta si pemesan (pemohon/nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk dipegangnya. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan 32 dapat menjadi salah satu jaminan yang bias diterima untuk pembayaran utang. b. Utang Dalam Murabahah KPP Secara prinsip, penyelesaian utang si pemesan dalam transaksi murabahah KPP tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut. Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada si pembeli. Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Seandainya penjualan aset tersebut merugi, contohnya jika nasabah adalah pedagang juga, pemesan juga harus menyelesaikan pinjamannya sesuai kesepakatan awal. Hal ini karena transaksi penjualan kepada pihak ketiga yang dilakukan nasabah merupakan akad yang benar-benar terpisah dari akad murabahah pertama dengan baik. c. Penundaan Pembayaran oleh Debitur Mampu Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam al-murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan: mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan 33 kembali utang itu dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat penundaan. d. Bangkrut Jika pemesan berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan utangnya karena bener-benar tidak mampu secara ekonomis dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali. 5. Manfaat dan Risiko Murabahah Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’ al-murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Bai’ al-murabhah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjualan dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’ almurabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut: (Antonio, 2001: 107) a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran. b. Fluktuasi harga komparatif . Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bias mengubah harga jual beli tersebut. 34 c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bias saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bias jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan untung, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut. Termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar. 6. Hal-hal Yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah Nibrah Hosen (2008) menyebutkan bahwa transaksi bai’ almurabahah hanya diperbolehkan untuk transaksi jual beli barang atau komoditi tidak untuk menambahkan modal atau di gunakan untuk modal kerja. Untuk modal kerja bias menggunakan akad lain seperti mudharabah (bagi hasil) dan musyarakah (kemitraan, bagi hasil dan bagi rugi), bukan akad murabahah. 35 Nasabah menggunakan dana pinjaman dari Bank dengan akad murabahah untuk digunakan pada keperluannya yang lain, bukan untuk membeli komoditi dari Bank. Padahal jelas sekali akad bai’ al-murabahah adalah akad jual beli dimana Bank syariah bertindak sebagai pihak penjual. Bank menjual komoditi kepada nasabah sebelum bank memiliki komoditi tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah di mana Bank sebagai pihak penjual harus sudah memiliki barang yang hendak di jualnya kepada pihak pembeli. Bank dan nasabah melakukan perjanjian akad murabahah pada saat nasabah sudah membeli komoditi dari pihak lain. Seharusnya nasabah membeli komoditi dari Bank pada saat akad berlangsung. Bukannya membeli barang pada pihak lain dan mendapatkan pinjaman pembayarannya dari pihak Bank. Dalam hal ini transaksinya sama dengan memberi pinjaman dengan imbalan bunga (riba) pada Bank konvensional. Murabahah tidak boleh di roll-over, karena prinsip murabahah adalah jual beli, bukan pinjaman berbasis bunga. Nasabah tidak boleh dikenakan sangsi untuk late or default payment, karena sekali lagi transaksi murabahah adalah prinsip syariah berdasarkan jual beli, bukan pinjaman dengan bunga. Kalau memang nasabahnya dengan sengaja memanfaatkan kondisi seperti ini, maka Bank syariah dapat mengenakan sangsi berupa denda atas keterlambatan pembayaran kepada 36 nasabah, dan harus menyalurkan pendapatan dari pembayaran denda tersebut kepada Badan Zakat. Pemberlakuan praktek da wa ta’ajjal, atau pemberian diskon pada nasabah yang rajin membayar cicilannya sebelum jatuh tempo. Sebagian besar Ulama melarang praktek ini jika diskon tersebut dikaitkan dengan waktu pembayaran yang dipercepat, dengan alasan ada indikasi riba, dimana riba terjadi ketika satu pihak di untungkan dan pihak yang lain di rugikan. Namun, sebagian dari Ulama klasik mengizinkan praktek ini, tetapi kebanyakan dari para Ulama juga menolak “da wa ta’ajjal” ini di terapkan termasuk para Ulama-ulama dari pengikut golongan 4 mazhab yaitu: Maliki, Hanafi, Syafi’I dan Hambali. (Nibrah Hosen, 2008) E. Penetapan Harga Jual Menurut Perwataatmadja (2004), praktik dagang Rasulullah ini bisa diterapkan di bank syariah pada pembiayaan murabahah dengan beberapa pendekatan. Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan membagi proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga jual pada skim murabahah merupakan penjumlahan dari harga beli bank ditambah dengan cost recovery dan ditambah dengan 37 keuntungana yang diinginkan. Sedangkan margin merupakan selisih dari harga jual dikurangi dengan harga beli. Rumus: Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi / Target Volume Pembiayaan Murabahah Margin Murabahah = Cost Recovery + Keuntungan Sumber: Perwataatmadja (2004) Rumusan di atas memberikan petunjuk bahwa semakin efisien biaya operasi bank, akan semakin murah harga jual bank atau semakin tinggi peluang memperoleh keuntungan. Semakin besar target volume pembiayaan atau jumlah nasabah pembiayaan, akan semakin murah harga jual bank sehingga semakin tinggi peluang memperoleh keuntungan. Petunjuk lainnya adalah bahwa margin yang dihitung dari formula diatas kemudian dibandingkan (benchmark) dengan bunga pinjaman bank konvensional. Apabila margin harga jual bank syariah lebih tinggi dari bunga pinjaman bank konvensional maka dapat dilakukan beberapa kali peninjauan, yaitu: pertama, terhadap keuntungan, kedua terhadap proyeksi biaya operasi, dan ketiga terhadap target volume pembiayaan. Dengan kata lain harga jual bank syariah harus selalu diusahakan bersaing (lebih murah) dari bunga pinjaman bank konvensional. Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat merupakan suatu petunjuk bahwa bank syariah tersebut beroperasi dengan efisien. Harga 38 jual pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor riil untuk lebih berkembang lagi. Berdasarkan rumusan tersebut, dalam margin bank syariah tidak ada unsur bagi hasil yang diberikan bank untuk nasabah penabung maupun deposan yang diperhitungakan. Jadi rumusan diatas semata-mata menggunakan prinsip dagang Rasulullah SAW. Berbeda dengan tataran praktik kebanyakan perbanakn syariah yang saat ini dilakukan, dimana menurut Perwataatmadja (2004), perhitungan margin murabahah misalnya masih mirip dengan perhitungan bunga kredit yang diberikan bank konvensional secara flat rate. Beberapa bank masih memperhitungkan bagi hasil yang diberikan kepada penyimpan dana sebagai cost of fund. Perhitungan bagi hasil masih didasarkan revenue sharing. Agar lebih terlihat perbedaan perhitungan margin akan dipaparkan sistem penetapan tingkat bunga yang digunakan bank konvensional. Penentuan tingkat bunga di bank konvensional, menurut Dahlan Siamat (2001: 128) dipengaruhi oleh berapa besar biaya dana bank (cost of loanable fund), spread, biaya overhead, pajak dan premi risiko. Teknis perhitungannya adalah sebagai berikut: 39 Ilustrasi perhitungan: Cost of Fund : 10,97% Overhead Cost : 4,0% Cost Of Money (COM) : 14,97% Spread : 3,5% COM+Spread : 18,47% Pajak 30% : 1,05% Resiko : 4,85% Base Lending Rate (BLR) : 24,37% Sumber: Dahlan Siamat (2001: 131) Sehingga penetapan harga ke debitur menjadi sebesar 124,37% dari nilai kredit awal. Apabila hasil perhitungan tingkat bunga kredit bank ternyata lebih tinggi dari market rate antar bank sejenis untuk jenis kredit yang sama, maka bank akan melakukan evaluasi atau penyesuaian untuk biaya yang masih memungkinkan untuk diturunkan, misalnya biaya overhead, spread atau risiko. Berbagai penelitian telah membuktikan tentang dampak keburukan sistem bunga. Riba telah menjadi permasalahan serius dalam perspektif agama manusia, semua agama melarang riba. Namun seiring perjalanan waktu, larangan riba menjadi hilang ditelan masa, bahkan riba menjadi salah satu instrumen utama dalam aktifitas perekonomian umat manusia. Yang dimaksud dengan referensi margin keuntungan menurut Karim (2007) adalah marjin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank Syariah. Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari Tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut: 40 1. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) Yang dimaksud dengan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat margin keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat. 2. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) Yang dimaksud dengan Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat suka bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung atau tingkat ratarata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang terdekat. 3. Expected Competitive Return for Investors (ECRI) Yang dimaksud dengan Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga. 4. Acquiring Cost Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. 41 5. Overhead Cost Yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. F. Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi margin pembiayaan murabahah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal a. Biaya Operasional Menurut Adi Nugroho (2005: 89) biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan umum, biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya lainnya yang terkait dengan operasinal bank syariah. Karena operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat digolongkan sebagai biaya operasional. Secara rata-rata biaya operasional perbulan dimasukkan ke dalam margin murabahah yang dibebankan kepada nasabah debitur. 42 b. Return on Assets (ROA) Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran ke-efektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Dewi Astuti, 2004:37). Menurut Zainul Arifin (2006: 59) terdapat 2 (dua) rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank. Salah satunya yaitu rasio Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets). Keuntungan bagi para pemilik bank merupakan hasil dari tingkat keuntungan (profitability) dan tingkat laverage yang dapat dipakai. c. Tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) Profit target merupakan suatu bentuk perencanaan guna tercapainya kinerja keuangan. Secara syariah pengambilan keuntungan ini diperbolehkan sepanjang adil dan disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi. Umumnya bank menetapkan range keuntungan yang telah diperhitungkan dan akhirnya dikelurkan sebgai kebijakan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan. (Adi Nugroho, 2005: 84). 43 2. Faktor Eksternal a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Sistem yang digunakan dalam lelang SBI adalah sistem Stup Out Rate (SOR), yaitu tingkat diskonto yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai target jumlah SBI yang akan dijual oleh Bank Indonesia. (Siti Qoriah, 2009) a. Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate Tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate) adalah imbalan yang nasabah berikan kepada suatu bank atas dana yang bank tersebut pinjamkan untuk kepentingan nasabah. (Adi Nugroho, 2005: 56) G. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho (2005) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia)” dikemukakan bahwa biaya overhead, dan bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap margin muarabaha. Namun variabel volume pembiayaan murabahah dan profit target Bank Muamalat Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah, namun tetap memiliki hubungan antara keduannya. 44 Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho menunjukkan pengaruh biaya overhead terhadap margin murabahah adalah sebesar 1,734x10-6, pengaruh beban bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabaha adalah sebesar 3,854x10-6. Penelitian yang dilakukan Mohamad Heykal (2008) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Studi Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri” dikemukakan bahwa volume biaya overhead satu bulan sebelumnya, beban bagi hasil DPK satu bulan sebelumnya, Jumlah tingkat keuntungan bank yang diinginkan dan tingkat bunga pinjaman bank konvensional satu bulan sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penetapan margin murabahahi pembiayaan pemilikan rumah. Penelitian yang dilakukan Mohamad Heykal menunjukkan pengaruh biaya overhead terhadap margin -5 murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 4,349x10 , pengaruh beban bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penetapan margin -5 murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar -4.79x10 , pengaruh jumlah tingkat keuntungan bank yang diinginkan terhadap penetapan margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 2,397x10-7, dan pengaruh tingkat bunga pinjaman bank konvensional satu bulan sebelumnya terhadap penetapan margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 0,546. 45 Penelitian yang dilakukan Sri Wahyuni (2008) yang berjudul “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah (Studi Kasus di Bank Mu’malat Indonesia)” dikemukakan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diberikan kepada nasabah penabung, deposan maupun pihak lain yang memberikan pinjaman kepada bank syariah secara individu berpengaruh terhadap penetapan margin murabahah. Penelitian yang dilakukan Sri Wahyuni menggunakan metode analisis regresi linier sederhana, dimana hasilnya adalah pengaruh bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabahah adalah sebesar -7,380E -05 . Penelitian yang dilakukan Ahmad Chumsoni (2007) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Syariah “X”)” dikemukakan bahwa suku bunga kredit konsumtif bank konvensional, bagi hasil DPK porsi murabahah, premi risiko murabahah dan target profit bank syariah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Syariah “X”. Penelitian Salman Alfaridi (2007) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Bank “X” Syariah Jakarta)” dikemukakan bahwa volume pembiayaan murabahah, bagi Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK), dan biaya overhead berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan Salman Alfaridi menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, dimana hasilnya adalah pengaruh pembiayaan murabahah terhadap margin murabahah adalah 46 sebesar -0,018, pengaruh bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabahah adalah sebesar 0,582, dan pengaruh biaya overhead terhadap margin murabahah adalah sebesar 0,869. kkH. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model persamaan regresi linear berganda. Dalam analisis regresi linear berganda, langkah awal yang akan dilakukan adalah menguji persyaratan, analisis dilakukan uji normalitas data, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autukorelasi. Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual). Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, dilakukan pengujian signifikansi model. Pengujian statistik dapat diukur dari nilai statistik-F (ANOVA), koefisien determinasi (R2), statistik t . uji statistik-F untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat, digunakan angka adjusted R2. Angka adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebasnya dalam menjelaskan variabel terikatnya sangat terbatas. Selanjutnya dihitung koefisien korelasi untuk melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, serta sesama 47 variabel bebas. Selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara parsial (individual) dalam menerangkan variabel terikat. Gambar kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: PT. Bank Muamalat Indonesia Var. Dependen (Y): Var. Independen (X): Margin murabahah Biaya overhead, ROA, profit target,bunga pinjaman bank konvensional, suku bunga SBI Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik: Normalitas Data, Multikolinearitas, Autokorelasi, Heteroskedastisitas Analisis Regresi Berganda Uji Signifikansi: Uji R2, Uji f dan Uji t INTERPRETASI Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 48 I. Hipotesis Adapun rangkaian hipotesa yang dikembangkan oleh penulis adalah: 1. H0 : β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah. 2. H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah. 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil data keuangan atau laporan keuangan bulanan PT. Bank Muamalat Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia dari Tahun 2000-2009, lokasi ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data biaya operasional (BOP), rasio Return On Assets (ROA), keuntungan yang diinginkan (profit target), suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan margin pembiayaan murabahah. B. Metode Penentuan Sampel Menurut Riduan (2007: 63) metode penentuan sampel yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam mengambil sampelnya atau pengambilan sampel untuk tujuan 50 tertentu. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu atau atas pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang jauh dan lebih besar. Sedangkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data berdasarkan runtun waktu atau time series dari periode Januari 2000 sampai dengan periode Desember 2009. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147) Dalam hal ini penulis mengambil data perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia periode tahun 2000 sampai dengan 2009. D. Metode Analisis Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa; individu, 51 organisasional, industri atau perspektif yang lain. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 88) Sedangkan metode kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 12) Dalam penelitian ini, analisa hubungan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel dependent (Y) dengan variabel independent (X). Model analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda dan dikembangkan menjadi spesifikasi model yang akan dijadikan sebagai model penelitian menjadi seperti pada rumus berikut: ΔY = α + β1.LnX1 + β2.LnX2 + β3.LnX3 + β4.LnX4 + β5.LnX5 + e Dimana: ΔY = Selisih antara Margin Murabahah pada periode t dengan Margin Murabahah pada periode t-1 dibagi dengan Margin Murabahah pada periode t-1 α = Intercept (konstanta) β = Koefisien Regresi dari variabel bebas X1 = Biaya Operasional X2 = Return On Assets (ROA) 52 X3 = Suku Bunga SBI X4 = Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional (Base Lending Rate) X5 = Profit Target e = Error Term/variabel pengganggu Regresi linear berganda dengan persamaan seperti diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan BLUE (Best Linear Unbiased Estimated), maka harus memenuhi diantara beberapa asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear berganda, yaitu: a. Tidak boleh ada autokorelasi b. Tidak boleh ada heterokedastisitas c. Data berdistribusi normal Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated). Dalam penggunaan model regresi linear tersebut, akan dilakukan pengujian asumsi klasik. 1. Uji Asumsi Klasik Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Uji Multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel 53 independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel otrogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Menurut Imam Ghozali (2005: 91) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan memepengaruhi variabel dependen. 2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. 3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah 54 sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. b. Uji Heterokedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi persamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Menurut Singgih Santoso (2000), untuk melihat adanya heteroskedastisitas, terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain: 1) Melihat grafik plot antara prediksi variabel terikat (Z pred) dengan residualnya (S resid), deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara Z pred dan S resid dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). 2) Dasar analisis, jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar lalu menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas 55 serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi, bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pada t-1 (sebelumnya) jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntung sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. (Singgih Santoso, 2000). Gejala autokorelasi akan dilihat dengan membandingkan nilai hitung Durbin-Watson Test dan nilai tabel dari Durbin-Watson Test. (Imam Ghozali, 2005: 96) 1) Jika 0 < DW < dL, maka terjadi 2) Jika dL ≤ DW ≤ dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. 3) Jika 4 – dL < DW < 4, maka terjadi autokorelasi. 4) Jika 4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL, tidak dapat diketahui terjadi aotokorelasi atau tidak. 5) Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak terjadi autokorelasi. d. Uji Normalitas, Menurut Imam Ghozali (2005: 110) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti 56 distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. 2. Uji Signifikansi Penelitian ini pada dasarnya menguji pengaruh linear antara variabel independen yaitu biaya operasional, profit target, Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap margin pembiayaan murabahah sebagai variabel dependen. Rasio-rasio keuangan dalam penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan yang secara konsisten digunakan untuk menukur kinerja keuangan dan merating perbankan nasional sejak periode laporan keuangan 2000-2009. Dalam pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui: a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) Angka koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin besar angka R2 yang didapat, berarti semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dan sebaliknya apabila angka R2 semakin kecil, berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan terhadap variabilitas dari variabel terikatnya. Nilai uji R2 terletak antara 0 dan 1 apabila hasil yang didapat > 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. 57 b. Uji Signifikansi F (Uji Secara Simultan) Uji F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independent secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan uji F dengan melihat F hitung > F tabel dan tingkat signifikan lebih kecil daripada alpha (0,05). Jika F hitung > F tabel dan tingkat signifikan lebih kecil dari alpha, ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebas secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. c. Uji t (Pengujian Secara Parsial) Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen sehingga dapat diketahui signifikansi masing-masing variabel. Jika t hitung > t tabel, ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji. Dan sebaliknya, jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara varibel-variabel yang diuji. Pengaruh variabel secara parsial juga dapat diketahui dengan membandingkan nilai signifikan t dengan alpha (α). Jika α > sig t maka H1 diterima (signifikan). Cara untuk melihat variabel bebas mana yang paling dominan mempengaruhi variabel terikatnya dalam penelitian ini 58 adalah dengan melihat nilai beta dari persamaan regresi yang dihasilkan. Variabel bebas yang memiliki nilai beta tertinggi itulah yang mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap variabel terikatnya. E. Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:38). Dari penelitian ini diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran deskriptif mengenai faktor variabel bebas mana yang berpengaruh signifikan maupun yang tidak signifikan terhadap penetapan harga jual murabahah. Operasional variabel penelitian ini terdiri dari: 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Dependen Variable adalah variabel yang sering disebut juga output, kriteria, konsekuen. Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi sebab akibat, karena adanya variabel independent. Dalam pengertian ini yang menjadi variabel terikat adalah sebagai berikut: Tingkat margin murabahah adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang telah disepakati bersama antara bank dengan debitur pada pembiayaan murabahah. 59 2. Variabel Bebas (Independent Variable) Independen Variable sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independent pada penelitian ini terdiri dari rasio kinerja keuangan bank syariah. Rasio kinerja keuangan yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang secara konsisten digunakan oleh Biro Riset Infobank untuk mengukur kinerja keuangan perbankan nasional. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent sebagai berikut: a) Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan penghimpunan dana dari berbagai sumber yang menjadi beban rugi laba antara lain adalah: beban personalia, beban administrasi dan umum, dan beban lainnya. (Dahlan Siamat, 2000:129) b) Return On Assets (ROA), digunakan untuk mengukur pengembalian (laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran ke-efektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Dewi Astuti, 2004:37). 60 Rasio ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Abdul Halim, 2009:103): c) Tingkat keuntungan yang diinginkan (Profit Target) adalah tingkat keuntungan dari seluruh pembiayaan murabahah yang telah ditargetkan bank. d) Tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate) adalah imbalan yang nasabah berikan kepada suatu bank atas dana yang bank tersebut pinjamkan untuk kepentingan nasabah. (Mohamad Heykal, 2008) e) Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah suku bunga yang dipergunakan sebagai sinyal (stance) respon kebijakan moneter dan sasaran operasi moneter. (Siti Qoriah, 2009) 61 BAB IV PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah. Muamalat mulai beroperasi 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Pendiriannya mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 22 miliar sehingga menjadi Rp 106 miliar sebagai wujud dukungannya. Pada 27 Oktober 1994, BMI berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus berkembang. Pada krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negative spread dan bencana kredit macet. Akibatnya, sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi 62 dari pemerintah. Sistem syariah yang diterapkan oleh BMI terjaga dari negative spread pada saat krisis menghantam, karena produk dan layanan perbankan BMI yang berdasarkan prinsip dan kaidah syariah sesuai komitmen yaitu “Berasal dari Sumber yang Bersih, Berbagi Hasil yang Murni.” Produk penghimpun serta penanaman dana yang dilandaskan pada kaidah murni syariah dan pemberdayaan modal secara produktif. Sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah. Bank Muamalat Indonesia berhasil meningkatkan kinerjanya dari tahun ke tahun, terbukti dengan peningkatan laba bersih pada tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp. 108,35 Milyar, pada tahun 2007 sebesar Rp. 145,32 Milyar, dan pada tahun 2008 sebesar Rp. 207,21 Milyar. Peningkatan laba ini memperlihatkan ketangguhan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah. Pada saat ini, Bank Muamalat Indonesia telah memperluas jaringan layanannya, di antaranya dengan bekerja sama dengan 50 bank dalam bentuk pelaksanaan ATM bersama dan bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dalam bentuk Gerai Muamalat yang berada di kantor pos dalam melayani produk Shar-‫ع‬. Dengan demikian, ATM yang dapat mengakses layanan berjumlah 8.888 buah ATM dan kantor layanan yang dapat melayani nasabah Bank Muamalat Indonesia berjumlah 200 kantor layanan. 63 2. Visi dan Misi Visi Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. Sedangkan misi Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder. 3. Struktur Organisasi Sistem manajemen yang diterapkan oleh Bank Muamalat adalah Calestial Management. Paradigmanya adalah bahwa hidup dan kehidupan merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah Yang Maha Kuasa. Didalamnya terkandung nilai-nilai perusahaan yang dikenal dengan istilah ZIKR (Zero based, Iman, Konsisten dan Result Oriented). Setiap insan Muamalat harus berkontribusi secara optimal dalam dinamika organisasi kompetitif, dengan budaya mencipta, mengelola, dan mendistribusikan kemakmuran akan menjadi kenyataan. Kemakmuran yang dimaksud adalah PIKR (Power, Information, Knowledge dan Reward) yang senantiasa didistribusikan secara intensif. Pada gilirannya komunitas unggul akan terbentuk dari mereka yang siap berjuang setiap saat untuk menegakkan perekonomian islam dengan menggunakan atribut MIKR (Militansi, Intelektual, Kompetitif dan Regeneratif). 64 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 65 Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 Uraian kerja masing-masing posisi pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. adalah : a. Rapat Umum Pemegang Saham (Shareholders Meeting) Adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Muamalat Indonesia. Tugasnya memimpin rapat pemegang saham serta mengawasi jalannya kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia. b. Dewan Komisaris (Board Of Commissioner) Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai pengawas dan bersama Dewan Direksi merumuskan strategi jangka panjang perusahaan. c. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board) Di dalam pasal 5 peraturan pemerintah RI No. 72/92 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil, disebutkan bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan atas produk perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat agar berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Dewan Pengawas Syariah dalam organisasi bank bersifat independent dan terpisah dari pengurus bank, sehingga tidak mempunyai akses terhadap operasional bank. 66 d. President Director Mempunyai wewenang dan tanggung jawab membuat kebijakan khususnya dalam bidang operasional, melaksanakan koordinasi dan pembinaan bawahan serta pengawas kegiatan operasional. e. Internal Audit Group Mempunyai tugas dan wewenang : 1) Berwenang untuk melakukan akses terhadap catatan karyawan, sumber daya dan dana serta asset bank lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan audit. 2) Memeriksa dan menilai atas kecukupan dari struktur pengendalian intern. f. Administrasion and Financing Group Mempunyai tugas dan wewenang : 1) Melakukan supervise dan monitoring terhadap segenap kantor cabang atas pelaksanaan atau jalannya operasional. 2) Melakukan konsolidasi terhadap pembuatan dan monitoring laporanlaporan bulanan keuangan bank dan menyampaikannya pada pihak intern atau ekstern yang berkepentingan. 3) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan rekrutmen dan seleksi calon karyawan, proses administrasi kegiatan placement dan replacement karyawan, proses terminal atau pengunduran diri 67 karyawan serta memonitoring dan memelihara data base kepersonaliaan. 4) Melakukan proses dan administrasi pembiayaan karyawan, pembayaran gaji serta pembayaran Jamsostek (pph 21) seluruh karyawan serta pengurus bank. 5) Melakukan koordinasi dalam penyediaan sarana logistik dalam rangka persiapan pembukaan atau pengembangan kantor cabang meliputi jaringan komunikasi dan sarana penunjang operasional lainnya. 6) Melakukan koordinasi terhadap pengelola sistem komunikasi data untuk mendukung operasional online pusat pengolahan data. g. Financing Support Group Mempunyai tugas dan wewenang : 1) Financing Supervision. 2) Sharia Financial Institusional. 3) Financing Product Development. h. Network and Alliance Group Mempunyai tugas dan wewenang : 1) Network Alliance (POS, Da’i Muamalat, Pegadaian). 2) Shar-E and Gerai Optimizing. 3) Virtual Banking Operations (Call Center and Card Cerd). 4) Memeriksa dan menilai kualitas dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah dilaksanakan. 68 5) Memberikan saran perbaikan baik untuk kecukupan dan efektifitas atau kehandalan struktur pengendalian intern maupun perbaikan pelaksanaan. 6) Memberikan informasi dan saran kepada manajemen mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya menjadikan bank lebih maju. i. Bussines Developmnet Group Mempunyai tugas dan wewenang : Marketing : 1) Marketing plan dan marketing strategy sebagai guide bagi cabang. 2) Bersama Financing dan Settlement Group membuat target Lending dan Revenue System dan tehnology. 3) Melakukan pengembangan sistem dan teknologi untuk mendukung operasional bank. Product and development 1) Melakukan riset dan survey serta pengembangan produk. 2) Melakukan review produk dan fitur produk. 3) Merumuskan tarif layanan produk. j. Compliance & Corporate Support Group Mempunyai tugas dan wewenang : 1) Menyiapkan dan melaksanakan Legal Action atas kebijakan manajemen. 69 2) Memberikan masukan dalam penyusunan manual, produk, akad dan keputusan yang terkait dengan aspek hukum. 3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Bank Muamalat Indonesia. 4) Membangun pendekatan dan citra positif Bank Muamalat Indonesia pada emotional market. 5) Meraih dukungan moril maupun materill dari stakeholder maupun new investor. 4. Aktivitas Bank Muamalat Indonesia a. Aspek Personalia Berdasarkan tatanan nilai “Celestial Management” yang tertanam kuat pada jajaran pimpinan dan kru Muamalat, Muamalat menempatkan sumber daya insani sebagai unsur utama dalam startegi operasi perbankan syariah. Penerapan konsep Celestial Management, secara konsisten dapat meningkatkan kinerja organisasi. Melalui berbagai macam program, seperti pengembangan manajerial, program peningkatan keterampilan kru Muamalat serta pengujian secara insidental yang dilakukan oleh para ahli. Muamalat menyiapkan krunya untuk siap menerima tanggung jawab yang lebih besar dan senantiasa meningkatkan keterampilannya. Untuk menciptakan agar organisasi berjalan sehat dan berkesinambungan, kepada kru diberikan kesempatan untuk belajar mengembangkan dirinya. Pemimpin unit kerja dapat melakukan evaluasi 70 dan mengganti 10 persen kru yang berkinerja rendah. Selanjutnya setiap tahun dilakukan pergantian terhadap 20 persen pejabat pemimpin unit yang memiliki kinerja terendah. b. Aspek Produksi Produk dan layanan perbankan Muamalat didasarkan pada prinsip dan kaidah syariah, sesuai komitmen “Berasal Sumber yang Bersih, Berbagi Hasil yang Murni”. Produk penghimpunan serta penanaman dana dilandaskan pada kaidah murni syariah dan pemberdayaan modal secara produktif. Produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat diantaranya adalah : 1) Produk Penghimpunan Dana a) Shar-E adalah tabungan instan yang memadukan kegiatan menabung dan investasi, dengan kemudahan akses ATM. b) FulPROTEK adalah investasi berasuransi yang bekerja sama dengan Asuransi Takaful Keluarga, yang dapat berfungsi sebagai kartu asuransi, ATM dan Debit. c) Sharia Mega Covers adalah kartu tabungan multiguna berasuransi yang bekerja sama dengan Mega Life dan Mega Insurance Syariah. d) Taawun Card adalah kartu tabungan dengan berbagai macam fungsi seperti kartu transaksi perbankan, asuransi rumah, santunan rawat inap, asuransi kecelakaan dan asuransi pendidikan. 71 e) Kas Kilat adalah layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman. Bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad. f) Tabungan Ummat adalah investasi tabungan dengan akad mudharabah. g) Tabungan Arafah adalah tabungan bagi nasaah yang akan menunaikan ibadah haji. h) Deposito Mudharabah adalah jenis investasi bagi nasabah perorangan maupun badan hukum dengan sistem bagi hasil. i) Deposito Fulinves adalah jenis investasi khusus bagi nasabah perorangan berjangka waktu 6 dan 12 bulan. j) Giro Wadi’ah adalah simpanan dana pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro dan pemindahbukuan. k) Dana Pensiun Muamalat adalah program Bank Muamalat untuk nasabah yang menyiapkan masa pensiun. 2) Produk Penanaman Dana a) Konsep Jual Beli - Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. - Salam adalah pemberian barang yang diserahkan di kemudian hari dan pembayarannya dilakukan dimuka secara tunai. 72 - Istishna’ adalah jual beli dimana produsen ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari pemesan. b) Konsep Bagi Hasil - Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dengan kontribusi dana, resiko dan keuntungan yang telah disepakati kedua belah pihak. - Mudharabah adalah kerja sama antara bank dengan nasabah yang memiliki keterampilan mengelola usaha, dimana bank menyerahkan seluruh modalnya untuk dikelola. c) Konsep Sewa - Ijarah adalah perjanjian sewa antara bank dengan nasabah yang akan menyewa barang milik bank, dan bank akan memperoleh imbalan jasa atas barang yang disewakan. - Ijarah Muntahiyah bitamlik adalah perjanjian antara bank dengan nasabah sebagai penyewa, dimana penyewa bersedia untuk membayar uang sewa selama masa sewa dan bila masa sewa berakhir, penyewa memiliki hak memindahkan kepemilikan sewa. d) Produk Jasa - Wakalah adalah pembelian wewenang dari lembaga/seseorang kepada pihak lain, untuk melaksanakan suatu urusan dengan batas waktu tertentu. 73 - Kafalah adalah pengalihan tanggung jawab seseorang yang dijamin, dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin - Hawalah adalah pemindahan beban hutang dari orang yang berhutang kepada orang yang berkewajiban membayar hutang. - Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimannya. - Qard adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak. e) Jasa Layanan - ATM adalah layanan kemudahan akses dari bank kepada nasabah untuk melakukan penarikan tunai, pemindahbukuan antar rekening, pemeriksaan saldo, dan lain-lain. - SalaMuamalat adalah layanan phone bankink 24 bagi nasabah yang ingin memperoleh informasi mengenai produk, saldo, informasi transaksi, transfer rekening serta pengubahan rekening. - Pembayaran zakat, infak dan sedekah (ZIS) adalah jasa yang memudahkan nasabah untuk membayar ZIS ke lembaga ZIS Muamalat maupun lembaga ZIS lainnya. - Jasa-jasa lain adalah jasa layanan lainnya dari Bank Muamalat seperti tranfer, collection, standing instruction bank draft, reverensi bank. 74 f) Aspek Pemasaran Dalam strategi pemasarannya, PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) melakukan mengembangkan berbagaicmacam perluasan usaha dan terobosan dalam pemasaran produk- produknya, ada 3 macam terobosan yang didengungkan BMI yang disatukan dalam konsep bertajuk Goes To War yang merupakan teriakan heroik yang membangkitkan semangat Kru Muamalat dalam upaya mengembangkan sayap di negara kepulauan dan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia. WAR adalah singkatan dari Wholesale, Alliance dan Remote, yaitu tiga terobosan dalam strategi pengembangan usaha dan pemasaran Bank Muamalat yang merupakan faktor kunci dalam pengembangan serta perluasan jasa dan produk perbankan syariah yang amat pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan untuk pembukaan rekening, Bank Muamalat telah berkerja sama dengan PT. Pos Indonesia sejak tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan perusahaan berpengalaman melayani transaksi tunai dan pengiriman uang dengan jumlah outlet terluas di Indonesia. Dengan kerja sama ini memungkinkan seluruh ummat dapat dijangkau layanan Bank Muamalat melalui pengembangan teknologi Host to Host yang menjadikan penjualan tabungan dilakukan secara real time on-line 75 dari seluruh kabupaten/kota se Indonesia melalui seluruh kantor pos online. Sedangkan kebutuhan Nasabah untuk menarik dana secara tunai pun dilayani tanpa batas ruang dan waktu, bekerja sama dengan ATM Bersama dan ATM BCA/Prima. Hal ini memungkinkan masyarakat dimanapun dapat menarik dana secara tunai dari mesin ATM Bank dimanapun, bahkan dari Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia. 76 Grafik 4.1 Perkembangan Nasabah Bank Muamalat Indonesia, Tbk Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 77 g) Aspek Keuangan Dalam bidang keuangan, Bank Muamalat telah menambah alokasi dana dalam bentuk giro pada PT POS Indonesia, sebagai langkah untuk mendukung strategi aliansi yang diterapkan oleh Bank Muamalat dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dalam menambah porsi modalnya, Bank Muamalat juga menerbitkan efek yang terdiri dari obligasi syariah, yang mewajibkan emiten untuk membayar bagi hasil kepada pemegang obligasi serta membayar kembali nilai pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Bank Muamalat juga melaporkan secara berkala kondisi keuangan kepada masyarakat, baik yang memiliki hubungan langsung dengan Bank Muamalat maupun masyarakat pada umumnya. Selain itu kinerja keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk juga mengalami hasil yang positif dimasyarakat, karena hal itu dapat dilihat dari annual report tahun 2008 yang selalu mengalami kenaikan, khususnya laba operasional yang dihasilkan ditahun 2005 sebesar Rp 159.000.000.000 sedangkan pada tahun 2004 sebesar Rp 75.000.000.000 jika dalam persentase kenaikan mencapai 52,83%. Selain itu sejak tahun 1998 sampai dengan 2008, total asset Bank Muamalat meningkat 25,3 kali lipat, dan ekuitas tumbuh sebesar 23,6 kali lipat. 78 Grafik 4.2 Perkembanagan Aktiva Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 Grafik 4.3 Perkembangan Laba Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 79 Grafik 4.4 Perkembangan Ekuitas Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 h) Aspek Perdagangan Internasional Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat Indonesia mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, kurun waktu tersebut menjadi salah satu masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang dengan kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Bahkan berkat strategi WAR, Bank Muamalat tidak hanya 80 mampu menyediakan produk dan layanannya di seluruh propinsi Indonesia, tetapi juga sanggup menjangkau ke berbagai pelosok negeri. Bank Muamalat pun bahkan mulai merambah jaringan internasional melalui aliansi dengan mitra-mitra internasional. B. Hasil dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Berdasarkan data yang diolah maka kenaikkan dan penurunan variabelvariabel penelitian adalah sebagai berikut: a. Variabel Dependen Nilai Margin Murabahah pada tahun 2000 sampai dengan 2009, dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Tabel 4. 1 Analisis Deskriptif Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2000-2009 No Tahun Maximum Minimum Rata-Rata 1. 2000 58,39 0,69 27,71 2. 2001 121,67 44,40 83,03 3. 2002 211,68 1,005 91,54 4. 2003 147,23 34,46 72,41 5. 2004 133,45 33,21 73,52 6. 2005 118,77 44,83 75,11 7. 2006 102,98 36,65 65,72 8. 2007 108,71 35,97 67,81 9. 2008 97,51 35,78 60,63 10. 2009 103,96 29,998 62,88 81 Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pada tahun 2000 Margin Murabahah tertinggi sebesar 58,39% pada triwulan II dan nilai terendah sebesar 0,69% pada triwulan IV. Kemudian nilai rata-rata Margin Murabahah pada tahun 2000 sebesar 27,71%. 2) Pada tahun 2001 Margin Murabahah tertinggi sebesar 121,67% pada triwulan II sedangkan nilai terendah pada tahun 2001 sebesar 44,40% terletak pada triwulan IV. Dan nilai rata-rata Margin Murabahah sebesar 83,03%. 3) Pada tahun 2002 Margin Murabahah tertinggi sebesar 211,68% terletak pada triwulan II, dan nilai terendah tahun 2002 adalah sebesar 1,005% pada triwulan I. Sedangkan nilai rata-ratanya adalah sebesar 91,54%. 4) Pada tahun 2003 Margin Murabahah tertinggi sebesar 147,23% pada triwulan II, dan nilai Margin Murabahah terendah terletak pada triwulan III sebesar 34,46%. Sedangkan rata-rata Margin Murabahah sebesar 72,41%. 5) Pada tahun 2004 nilai Margin Murabahah tertinggi sebesar 133,45% pada triwulan II dan nilai terendah sebesar 33,21% pada triwulan IV. Sementara nilai rata-rata Margin Murabahah adalah sebesar 73,52%. 82 6) Pada tahun 2005 nilai yang terbesar adalah sebesar 118,77% terletak pada triwulan II, sedangkan nilai terendah adalah sebesar 44,83% terletak pada triwulan IV. Rata-rata Margin Murabahah tahun 2005 adalah sebesar 75,11%. 7) Pada tahun 2006 nilai terbesar Margin Murabahah adalah sebesar 102,98% tepat pada triwulan II, sedangkan nilai terendah adalah sebesar 36,65% terletak pada triwulan IV. Dan rata-rata Margin Murabahah adalah sebesar 65,72%. 8) Pada tahun 2007 nilai Margin Murabahah terbesar terletak pada triwulan II sebesar 108,71% dan nilai terendah sebesar 35,97% terletak pada triwulan IV. Kemudian nilai rata-rata Margin Murabahah pada tahun 2007 adalah sebesar 67,81%. 9) Pada tahun 2008 nilai Margin Murabahah terbesar adalah sebesar 91,51% terletak pada triwulan II, dan nilai Margin Murabahah terendah sebesar 35,78% terletak pada triwulan IV. Dan rata-rata Margin Murabahah adalah sebesar 60,63%. 10) Pada tahun 2009 nilai terbesar Margin Muarabahah adalah sebesar 103,96% pada triwulan II dan nilai terendahnya adalah sebesar 30% terletak pada triwulan akhir tahun 2009. Sementara itu nilai rata-rata Margin Murabahah adalah sebesar 62,88%. 83 b. Variabel Independen Tabel 4. 2 Analisis Deskriptif Variabel Independen No Variabel Maximum Minimun Rata-Rata N 1. BOP 770.415.000.000 14.142.000.000 183.297.875.000 40 2. ROA 4.,01 0,45 2,10 40 3. SBI 17,60 6,50 10,69 40 4. BLR 21,40 12,96 16,41 40 5. Profit Target 309.098.000.000 2.687.000.000 78.390.550.000 40 Berdasarkan data diatas maka besarnya nilai masing-masing variabel bebas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Biaya Operasional (BOP) Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada tahun 2000-2009 nilai variabel BOP yang terendah berada pada triwulan I tahun 2001 yaitu sebesar Rp 14.142.000.000,-, sedangkan nilai tertinggi sebesar Rp 770.415.000.000,- terjadi pada triwulan III tahun 2009. Adapun nilai rata-rata dari BOP adalah sebesar Rp 183.297.875.000,dengan jumlah data 40. 2) Return On Asset (ROA) Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada tahun 2000-2009 nilai variabel ROA yang terendah berada pada triwulan IV tahun 2009 yaitu sebesar o,45%, sedangkan nilai ROA tertinggi 84 sebesar 4,01% terjadi pada triwulan IV tahun 2001. Sementara itu, nilai rata-rata dari ROA adalah sebesar 2,10% dengan jumlah data 40. 3) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada tahun 2000-2009 nilai variabel SBI yang terendah berada pada triwulan IV tahun 2009 yaitu sebesar 6,50%, sedangkan nilai SBI yang tertinggi terletak pada triwulan IV tahun 2001 yaitu sebesar 17,60%. Sedangkan nilai rata-rata SBI adalah sebesar 10,69% dengan total data sebanyak 40. 4) Base Lending Rate (BLR) Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada tahun 2000-2009 nilai variabel BLR yang terendah sebesar 12,96% terjadi pada triwulan IV tahun 2009, sedangkan nilai BLR yang tertinggi sebesar 21,40% terjadi pada triwulan I tahun 2000. Adapun nilai rata-rata dari BLR adalah sebesar 16,41% dengan jumlah data sebanyak 40 data. 5) Profit Target Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada tahun 2000-2009 nilai variabel Profit Target yang terendah adalah sebesar Rp 2.787.000.000,- terletak pada triwulan I tahun 2001, sedangkan nilai variabel Profit Target yang tertinggi sebesar Rp 309.098.000.000,- terjadi pada triwulan ke IV tahun 2008. Adapun nilai rata-rata dari Profit Target yaitu sebesar Rp 78.390.550.000,- dengan jumlah data sebanyak 40. 85 2. Pengujian Asumsi Klasik Dalam pengujian regresi berganda mensyaratkan adanya uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang diperoleh memenuhi kriteria BLUE (best linier unbised estimator). a. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan p-plot normal curve untuk memastikan data yang diolah normal. Terdapat beberapa cara dalam mendeteksi normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data (scatter plot) pada sumbu diagonal dari grafik. Pada prinsipnya normalitas dapat di deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan menurut Imam Ghozali (2001: 112) adalah: 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 86 Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas Data Sumber: Output SPSS Berdasarkan Normal Probability Plot of Residual, diketahui bahwa residual membentuk suatu pola garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal. 87 Garfik 4. 5 HISTOGRAM Sumber: Output SPSS Jika dilihat dari histogram, terlihat bahwa sebaran data residual secara umum berbentuk lonceng. Sehingga dapat disimpulakan bahwa residual berdistribusi normal. b. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedastisitas dan sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garis diagonal maka diindikasi adanya heteroskedastisitas. 88 Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut terdapat pola teratur (bergelombang, melebar dan menyempit) maka diindikasi telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Singgih Santoso, (2004: 208) Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik dari data menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau data bersifat homoskedastisitas, sehingga model regresi layak 89 digunakan untuk menganalisis margin murabahah yang diukur dari beberapa faktor. c. Uji Multikolineritas Berdasarkan atas besarnya VIF (Variance Inflationary Factor) dan Tolerance, diketahui bahwa besarnya VIF pada umumnya berkisar pada angka 1. Demikian pula dengan angka Tolerance berkisar antara 0,841 sampai 0,903 atau lebih dari 0,5 dan mendekati 1. Angka VIF dan Tolerance menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas maka dapat disimpulkan model regresi ini layak digunakan dalam pengujian. Tabel 4. 3 Hasil Uji Multikolinearitas a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Error B 1 (Constant) 46.619 11.493 BOP .536 .296 ROA 1.370 SBI Beta Collinearity Statistics T Sig. Tolerance VIF 4.056 .000 .901 -4.710 .003 .859 1.164 .342 1.094 4.008 .001 .841 1.189 1.399 .523 .662 2.676 .013 .903 1.107 lendingrate -6.921 1.983 -1.794 -3.491 .002 .898 1.114 Profit -1.657 .352 -2.669 1.809 .064 .876 1.141 a. Dependent Variable: margin Sumber: Output SPSS 90 d. Uji Autokorelasis Tabel 4. 4 Hasil Uji Autokorelasi b Model Summary Adjusted R Model 1 R R Square .742 a .551 Std. Error of the Square Estimate .458 .45755 Durbin-Watson 2.157 a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate b. Dependent Variable: margin Sumber: Output SPSS Pada tabel diatas, terlihat bahwa angka Durbin-Watson sebesar +2,157. Hal ini berarti pada model tidak terdapat gejala autokorelasi. Durbin-Watson Tabel dengan menggunakan nilai signifikan 0,05. Jumlah sampel n = 40, dan jumlah variabel independen = 5 (k = 5), maka di tabel Durbin Watson akan didapat nilai dL = 1,230 dan dU = 1,786. Karena 1,786 < 2,157 < 4 – 1,786. 3. Uji Signifikansi a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Adjusted R2 Model Summaryb Adjusted R Model 1 R Square R a .742 .551 Std. Error of the Square .458 Estimate .45755 Durbin-Watson 2.157 a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate Sumber: Output SPSS 91 Nilai Adujsted R2 sebesar 0,458 dapat diartikan bahwa variabel Margin Murabahah dapat dijelaskan oleh variabel Biaya Operasional (BOP), Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR), dan Profit target sebesar 45,8%. Sedangkan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain. b. Uji Signifikansi F (Uji secara Simultan) Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Simultan b ANOVA Sum of Squares Model 1 Mean Square Df Regression 6.171 5 1.234 Residual 5.024 24 .209 11.196 29 Total F 5.896 Sig. .001 a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate b. Dependent Variable: margin Sumber: Output SPSS Dari hasil uji Anova atau F-tes, menunjukan bahwa periode tahun keseluruhan nilai F-hitung dengan derajat kebebasan α 5% sebesar 5,896 lebih besar (>) dari F-tabel 2,69 dan probabilitas (signifikan) sebesar 0,001 berada dibawah tingkat signifikan 5%. Angka ini mengindikasikan bahwa variabel Biaya Operasional (BOP), Return On Return (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR), profit Target pada periode tahun keseluruhan tersebut secara bersama92 a sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Margin pembiayaan Murabahah. Dengan kata lain bahwa H0 ditolak, dan H1 diterima. Karena itu, untuk periode tahun keseluruhan hipotesis menyatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Margin pembiayaan Murabahah dapat dibuktikan. c. Uji Signifikansi t (Pengujian secara Parsial) Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Parsial a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Error B 1 (Constant) 46.619 11.493 BOP .536 .296 ROA 1.370 SBI Beta Collinearity Statistics T Sig. Tolerance VIF 4.056 .000 .901 -4.710 .003 .859 1.164 .342 1.094 4.008 .001 .841 1.189 1.399 .523 .662 2.676 .013 .903 1.107 lendingrate -6.921 1.983 -1.794 -3.491 .002 .898 1.114 profit -1.657 .352 -2.669 1.809 .064 .876 1.141 a. Dependent Variable: margin Sumber: Output SPSS Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Apakah variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak. Adapun hasilnya dapat dilihat dalam tabel diatas. 93 Terlihat pada kolom signifikan, pada α 5% variabel yang mempunyai pengaruh terhadap Margin pembiayaan Murabahah yaitu variabel Biaya Operasional (BOP) Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR), karena nilainya lebih kecil dari 0,05. Variabel Profit Target nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak berpengaruh terhadap Margin pembiayaan Murabahah. Berdasarkan hasil regresi linear berganda tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta sebesar 46,619 menyatakan bahwa jika variabel lain tidak ada, maka Margin pambiayaan Murabahah adalah sebesar 46,619%. Atau dapat diartikan segala sesuatu pada variabel-variabel bebas seperti BOP, ROA, SBI, BLR dan profit target dianggap konstan, maka nilai Margin pembiayaan Murabahah adalah sebesar 46,619%. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan pengujian hipotesis dengan Uji t adalah sebagai berikut: 1) Pengujian Hipotesis 1 H0 : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya operasional terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara biaya operasional terhadap margin pembiayaan murabahah. Uji t menunjukkan nilai signifikan 0,003. Pada alpha 5%, hal ini menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel biaya 94 operasional berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. 2) Pengujian Hipotesis 2 H0 : β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio Return On Asset (ROA) terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio Return On Asset (ROA) terhadapa margin pembiayaan murabahah. Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,001. Pada alpha 5%, hal ini berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa rasio Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. 3) Pengujian Hipotesis 3 H0 : β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β3 ≠ 0, atinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap margin pembiayaan murabahah. Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,013. Pada alpha 5%, hal ini berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 5%, maka H0 ditolak dan H1 95 diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. 4) Pengujian Hipotesis 4 H0 : β4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional/Base Lending Rate terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β4 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional/Base Lending Rate tehadap margin pembiayaan murabahah. Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,002. Pada alpha 5%, hal ini berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional/Base Lending Rate berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. 5) Pengujian Hipotesis 5 H0 : β5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah. H1 : β5 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah. 96 Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0.064. Pada alpha 5%, angka tersebut tidak signifikan karena lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. C. Interpretasi Berdasarkan hasil regresi, maka dapat disusun persamaan sebagai berikut: LnMargin Murabahah = 46,619 + 0,536 LnBOP + 1,370 LnROA + 1,399 LnSBI - 6,921 LnBase Lending Rate – 1,657 LnProfit + e Dari keseluruhan model yang dibuat secara sementara terlihat bahwa kelima variabel memiliki peranan untuk mempengaruhi Margin pembiayaan Muarabahah. Seperti diketahui konsep Margin dalam dunia perbankan syariah merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam rangka menunjukkan selisih antara harga jual dan harga beli atas sebuah akad jual beli. Namun karena bank menyerahkan dananya terlebih dahulu maka dianalogikan sebagai pembiayaan yang dilakukan oleh bank tersebut. Bila seseorang berdagang, maka dalam menetapkan harga jual dari barang yang dijualnya akan terlebih dahulu menghitung semua pengorbanan yang telah dikeluarkan baik tenaga, waktu maupun uang. Sederhananya dalam menetapkan harga jual, padagang akan memperhatikan berapa modal dasar yang digunakan, biaya transportasi, biaya sewa tempat berdagang, biaya 97 pemeliharaan, biaya promosi dan dan tingkat keuntungan yang diinginkan oleh pedagang tentunya dan mempertimbangkan harga rata-rata di pasaran untuk produk yang sama. Apabila pedagang tersebut mendapatkan modalnya dari pinjaman, maka biaya bunga atas pinjaman tersebut juga menjadi salah satu komponen biaya yang dimasukan. Seorang pedagang tidak mungkin menetapkan harga jualnya menjadi lebih tinggi dari pada harga jual barang-barang yang sejenis di pasaran, karena akan mengakibatkan produknya menjadi tidak laku. Begitu juga sebaliknya, jika harga jual dibawah harga pasar, maka pedagang bersiap-siap untuk menderita kerugian karena tidak bisa menutupi cost-nya. Oleh karena itu, pedagang tersebut harus pintar dalam menekan biaya-biaya yang akan ditimbulkan dan mengatur strategi pengambilan keuntungan. Kurang lebih prinsip-prinsip pedagang itulah yang juga digunakan oleh bank syariah dalam memberikan pembiayaan Murabahah. (Mohamad Heykal , 2008: 90) Dari analisis data yang dibuat, terliahat bahwa terdapat variabel yang secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Beberapa variabel tersebut adalah Biaya Operasional (BOP), Return On Asset (ROA), Suku Bunga SBI, dan Suku Bunga Bank Konvensional (Base Lending Rate). Sedangkan satu variabel lainnya yaitu Profit Target tingkat signifikansinya masih cukup lemah. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap Margin pembiayaan Murabahah, hal ini 98 sesuai dengan common sense dan teori Muarabahah itu sendiri yang memperbolehkan adanya pembebanan biaya yang dikeluarkan dalam rangka menunjang kelancaran transaksi. Karena operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat digolongkan sebagai biaya overhead. Secara rata-rata biaya overhead perbulan dimasukkan ke dalam Margin Murabahah yang dibebankan kepada nasabah debitur. Dalam istilah akuntansi dikenal dengan prinsip matching cost againts revenue. ( Adi Nugroho : 2005: 83) Dalam kondisi sistem perbankan secara konvensional yang ada sekarang ini, meskipun dikatakan dual banking system, akan tetapi dengan porsi perbankan syariah yang belum mencapai 50% dari porsi perbankan yang ada, bahkan belum 2%, maka tidak heran bila praktek ala perbankan konvensional kadang kala masih ada dan berlaku diperbankan syariah. (Mohamad Heykal :2008: 92) Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. 7 dimana tingkat suku bunga bank konvensional (Bese Lending Rate) ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penetapan Margin Murabahah. Target keuntungan yang diinginkan (Profit Target) merupakan suatu bentuk perencanaan untuk mencapai kinerja keuangan. Secara syariah pengambilan keuntungan ini diperbolehkan sepanjang adil dan disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi. Umumnya bank menetapkan range keuntungan yang telah diperhitungakan dan akhirnya dikeluarkan sebagai kebijakan dalam 99 Rencana kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan. Dari hasil yang diperoleh juga terlihat bahwa signifikansi profit target terhadap Margin pembiayaan Murabahah masih cukup lemah. Adapun nilai Adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebesar 45,8%, dapat diartikan bahwa variabel Margin pembiayaan Murabahah dapat dijelaskan oleh variabel Biaya Operasional (BOP), Return On Asset (ROA), Suku Bunga SBI, Suku Bunga Bank Konvensional/Base Lending Rate (BLR) dan Profit Target. Sedangkan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini. 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda mengenai pengaruh variabel independen yang terdiri biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap variabel dependen yaitu margin pembiayaan murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Tbk., periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2009. Maka dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa secara simultan diperoleh nilai F-hitung 5,896 dengan nilai probabilitas sebesar 0.001 lebih kecil dari nilai kritis 5% berarti bahwa secara bersama-sama variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) berpengaruh terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia. Dan variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank 101 konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabel margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia selama periode penelitian sebesar 45,8% yang dapat dilihat dari nilai Adjusted R-squared sebesar 0.458. Sedangkan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. 2. Bahwa secara parsial variabel biaya operasional (BOP) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.000 lebih kecil dari nilai kritis 5% dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar 0,536 artinya setiap penambahan 1% dari variabel biaya operasional (BOP) akan diikuti dengan kenaikan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,536%. Kemudian variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.003 lebih kecil dari nilai kritis 5% dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,370 artinya setiap penambahan 1% dari variabel Return On Asset (ROA) akan diikuti dengan kenaikan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar 1,370%. Sementara itu variabel suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.013 lebih kecil dari nilai kritis 5% dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,399 artinya 102 setiap penambahan 1% dari variabel suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) akan diikuti dengan kenaikan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar 1,399%. Lalu variabel Base Lending Rate (BLR) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.002 lebih kecil dari nilai kritis 5% dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar -6,921 artinya setiap penambahan 1% dari variabel Base Lending Rate (BLR) akan diikuti dengan penurunan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar 6,921%. Sedangkan variabel tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,064 yang berarti lebih besar dari 0,005 dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar -1,657 artinya setiap penambahan 1% dari variabel profit target akan diikuti dengan penurunan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar 1,657%. 3. Bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel biaya operasional (BOP) memiliki nilai koefisien sebesar 0,536, rasio Return On Asset (ROA) memiliki nilai koefisien sebesar 1,370, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki nilai koefisien sebesar 1,399, tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate) memiliki nilai koefisien sebesar -6,921, dan tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) memiliki nilai koefisien sebesar -1,657. Hal ini menunjukkan bahwa 103 variabel rasio Return On Asset (ROA) merupakan variabel yang memilki pengaruh yang dominan terhadap margin pembiayaan murabahah. B. Saran Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Agar Bank Muamalat Indonesia lebih mengefisienkan cost nya terutama terhadap biaya overhead yang dikeluarkan sehingga dapat mengurangi tekanan pengeluaran perbankan. 2. Agar Bank Muamalat Indonesia lebih mengkaji kembali sistem perhitungan margin pembiayaan murabahah, istishna’, salam dan ijarah ke depan agar tidak lagi menerapkan konsep cost of fund bank konvensional sehingga akan mampu bersaing dengan bank konvensional. 3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih luas agar menggunakan data yang lebih banyak lagi dengan penambahan variabel lain dan mencoba obyek penelitian yang lain karena saat ini telah terdapat beberapa bank-bank umum syariah disamping banyaknya kantor-kantor cabang syariah milik kantor pusat bank konvensional sehingga hasil penelitian dapat menjadi lebih baik. 4. Perlu upaya lebih efektif dalam rangka edukasi kepada masyarakat terutama manajemen perbankan syariah untuk mensosialisasikan penerapan prinsip syariah dalam kegiatan operasioanl sehari-hari yang konsisten. 104 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, 1990. Alfaridi, Salman, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Bank “X” Syariah Jakarta), Jurusan Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Antonio, M. Syafi’I, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, Gema Insani Press, Jakarta, 2001. Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006. Astuti, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004. Chapra, M Umer, “Sistem moneter Islam”, Gema Insani Pers, Jakarta, 2000. Chumsoni, Ahmad, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Syariah “X”)”, PSKTTI, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2007. Djalal N., Nachrowi, “Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. LP-FEUI, Jakarta, 2006. Fatwa Dewan Syariah Nasional, No. 04/DSN-MUI/IV/2000, Tentang Murabahah. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Habin, Shirazi, “Islamic Banking Contract”, Banking Training Centre, Central Bank Of The Islamic Republic Of Iran, Teheran, 1988. 105 Hamid, Abdul, “Buku Panduan penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Haron, Sudin, “Islamic Banking, Rules and Regulations”, Pelanduk Publications, Malaysia, 2000. Heykal, Mohamad, “Analisis Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Murabahah Untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Studi Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam, PSTTI Vol. 4 No.1, Januari-Maret 2008/Muharram-Rabiul Awal 1429 H. Hosen, Nibra, “Prinsip Ekonomi Syariah Menggunakan Akad Bay AlMurabahah”, Pkesinteraktif Kantor Berita Ekonomi Syariah, 18 Juni 2008. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002. Institut Bankir Indonesia, “Konsep Produk Dan Implementasi Operasional Bank Syariah”, Djambatan, Jakarta, 2001. Jannah, Miftahul, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.”, Jurusan Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Karim, Adiwarman Azwar, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2007. Karnaen, “Pemurnian Pembiayaan Murabahah”, Pkesinteraktif.com Kantor Berita Ekonomi Syariah, 29 September 2008. Kholis, Nur, “Evaluation To The Pratice Of Murabahah In The Operations Of Baitul Mal Wattamwil (BMT) Yogyakarta”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1, No. 1, Juli 2007. 106 Kusniyati, “Strategi Penetapan Margin Pada Produk Pembiayaan Murabahah Mobil (Studi Kasus Unit Usaha Syariah PT. Bank Permata Tbk.)”, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) FSH UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Mishkin, Frederic S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2008. Muhammad, “Manajemen Dana Bank Syariah”, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta, 2004. Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002. Nugroho, Adi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia)”, PSKTTI, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2005. Perwataatmadja, Karnaen A, “Perhitungan Margin Murabahah”, Artikel Majalah Modal, Jakarta, 2004. Perwataatmadja, Karnaen A dan Muhammad Safi’I Antonio, “Apa dan Bagaimana Bank Islam Cetakan Ketiga”, Dana Bakti Prima Yasa, Yogyakarta,1999. Prabowo, Bagya Agung, “The Pratice Of Murabahah Scheme In Syariah Banking (Critical Analysis Towards The Application Of Murabahah Scheme In Indonesia And Malaysia”, Law Faculty Of UII Yogyakarta. Rahmawaty, Anita, “Ekonomi Syariah: Tinjauan KritisProduk Murabahah Dalam Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1, No. 2, Desember, 2007. Raphaeli, Nimrod, “Islamic Banking-Reality and Myth”, Inquiry & Analysis The Middle East Media Research Institute, No. 552, October 8, 2009. 107 Riduan, “Metode dan Tehnik Menyusun Tesis”, Alfabet, Bandung, 2007. Rivai, Veithzal.dkk, “Bank and Financial Institution Management: Conventional & Sharia System”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Riyadi, Selamet, “Banking Assets and Liability Management”, FE UI, Jakarta, 2004. Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center or Social Economics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2006. Saeed, Abdullah, “Menyoal Bank Syariah Kritis Atas Interprestasi Bunga Bank Kaum Neo Revivalis”, Paramadina, Jakarta, 2004. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 2005. Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT., Alexkopindo, Jakarta, 2000. Sugiono, “Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya”, Alfabet, Bandung, 2007. Wahyuni, Sri, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah Studi Kasus di Bank Mu’amalat Indonesia”, PSKTTI, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008. Winarno, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007. www.bi.go.id www.muamalatindonesia.co.id 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN 109 LAMPIRAN 1 UJI ASUMSI KLASIK 110 Hasil Uji Normalitas Data Sebelum Ln Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: MARGIN 1.00 Expected Cum Prob .75 .50 .25 0.00 0.00 .25 .50 .75 1.00 Observed Cum Prob Hasil Uji Heteroskedastisitas Data Sebelum Ln Scatterplot Dependent Variable: MARGIN 300 200 GIN 100 0 111 Hasil Uji Multikolinearitas Data Sebelum Ln Coefficientsa Model 1 Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -189.159 202.692 BOP 6.942E-11 .000 ROA -9.912 20.834 SBI .344 5.993 BLR 12.695 12.070 PROFIT 3.232E-10 .000 Standardized Coefficients Beta .193 -.118 .016 .462 .334 t -.933 .569 -.476 .057 1.052 1.119 Sig. .357 .573 .637 .955 .300 .271 Collinearity Statistics Tolerance VIF .224 .417 .325 .134 .290 4.469 2.398 3.078 7.468 3.447 a. Dependent Variable: MARGIN Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Ln Model Summaryb Model 1 R .348a R Square .121 Adjusted R Square -.008 Std. Error of the Estimate 69.94093 Durbin-W atson 2.462 a. Predictors: (Constant), PROFIT, ROA, SBI, BOP, BLR b. Dependent Variable: MARGIN 112 Hasil Uji Normalitas Data Setelah Ln 113 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Ln Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Ln a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Error B 1 (Constant) 46.619 11.493 BOP .536 .296 ROA 1.370 SBI lendingrate Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF 4.056 .000 .901 -4.710 .003 .859 1.164 .342 1.094 4.008 .001 .841 1.189 1.399 .523 .662 2.676 .013 .903 1.107 -6.921 1.983 -1.794 -3.491 .002 .898 1.114 114 Profit -1.657 .352 -2.669 1.809 .064 .876 1.141 a. Dependent Variable: margin Hasil Uji Autokorelasi Setelah Ln b Model Summary Model 1 R Square R .742 a .551 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .458 .45755 Durbin-Watson 2.157 a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate b. Dependent Variable: margin LAMPIRAN 2 UJI REGRESI LINIER BERGANDA 115 Hasil Pengujian Adjusted R2 b Model Summary Model R R Square a 1 .742 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .551 .458 Durbin-Watson .45755 2.157 a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Simultan ANOVAb Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 6.171 5 1.234 Residual 5.024 24 .209 11.196 29 Total F 5.896 Sig. .001 a a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate b. Dependent Variable: margin Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Parsial a Coefficients Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics 116 Std. Error B (Constant) 46.619 11.493 BOP .536 .296 ROA 1.370 SBI Beta Tolerance VIF 4.056 .000 .901 -4.710 .003 .859 1.164 .342 1.094 4.008 .001 .841 1.189 1.399 .523 .662 2.676 .013 .903 1.107 lendingrate -6.921 1.983 -1.794 -3.491 .002 .898 1.114 Profit -1.657 .352 -2.669 1.809s .064 .876 1.141 a. Dependent Variable: margin 117