ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR

advertisement
ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL
YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN
MURABAHAH
(Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Iin Purwaningsih
NIM : 105081002477
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
KEMET{TERIAN AGAMA
UNTVERSITAS rSLAM NEGERI (UrN)
SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA
FAKTTLTAS EKONOMI I}AI{ ILMU SOSIAL
Tdp
: {82-21-7493318,7496N6,Far{02-21)74ffi)
/ [email protected]'id
Website : $ifw.uinikt.*,idemail: feis@uinikt.*-id
13412Indonesia
No,95,Ciputat
Jl,k. H.Juanda
+:n
4ii::i::.::
.; .ii,
i i:' ir;lillli::,t:lt
{1'1rt i
SURATPERNYATAAN
dibawahini:
Sayayangbertanda*tangan
NamaMahasiswa
NIM
Jurusan
.
lin Punruaninssih
.
105081842477
'
..Y.g.Lqi*gt:
Denganini menyatakanbahwaSkripsiadalahhasilkaryasaya sendiriyangmerupakan
hasil penelitian,pengolahandan analisissaya sendiriserta bukan merupakanreplikasi
maupunsadurandarihasilkaryaatauhasilpenelitianoranglain.
Apabilaterbuktiskripsiini plagiatatau replikasimakaskripsidianggapgugurdan harus
melakukanpenelitianulang untuk menyusunskripsibaru dan kelulusanserta gelarnya
dibatalkan.
Demikianpernyataanini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudianhari
menjaditanggungiawab saya'
Jakarta,...
Juli, 2010
LEMBAR PENGESAHANKOMPRBHENSIF
Hari ini selasatanggal t8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluhtelah dilakukan
ujian komprehensif atas nama lin Purwaningsih denganNIM : 105081002477
dengan judul skripsi "ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR
INTERNAL
MURABAHAH
YANG
MEMPENGARUHI
MARGIN
PEIV1BIAYAAN
(Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbll)".
Memperhatikankemampuanmahasiswatersebutselamaujian berlangsung,maka
slcipsi ini sudah dapat diterima sebagaisalah satu syaratuntuk memperolehgelar
Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (I-IIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,18 Maret 2010
Tim PengujiKomprehensif
PengujiAhli
ANALISA FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL
YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN
MURABAHAH
(StudiKasusPadaPT. Bank Muarnalatfndonesia,Tbk.)
Skripsi
DiajukanKepadaFakultasEkonomidanBisnis
Untuk MemenuhiSyarat-syarat
Untuk MeraihGelarSarjanaEkonomi
Oleh
Iin Punvaninssih
NIM:
105081002477
Di Bawah Bimbingan
PembimbingII
Pembimbing I
./---\
./l&
(
k<-,*\
I/
Y
,f
Prof. Dr. H. Abdul Hamid. MS.
NIP: 196902032001121003
z 197701222003121001
JT]RUSANMANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t43t Ht2010M
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Iin Purwaningsih
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Jakarta, 12 Juli 1986
3. Alamat
: Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa
Jakarta-Selatan 12640
4. Telepon
: (021) 7864041
II. PENDIDIKAN
1. SD
: SDN 08 Pagi Srengseng Sawah
2. SMP
: SLTPN Keterampilan 276 Jakarta
3. SMA
: MAN 13 Jakarta
4. S1
: UIN Syarif Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus OSIS MAN 13 Jakarta
2. Pengurus ROHIS MAN 13 Jakarta
3. Pengurus HAPISS (Himpunan Pelajar Islam Srengseng Sawah)
4. Pengurus Karang Taruna Sub Unit RT 009/03
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Tobi’in
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Tegal, 15 Agustus 1957
3. Alamat
: Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa
Jakarta-Selatan 12640
4. Ibu
: Wasilah
5. Tempat & Tgl. Lahir
: Tegal, 10 April 1963
6. Alamat
: Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa
Jakarta-Selatan 12640
i
ABSTRACT
Murabahah margin is very importance in syariah bank. Syariah bank
growth do not miss from the growth of syariah bank product. In developing
product, syariah bank claimed to always to relate Al-Qur`an and Hadist.
Murabahah financing is dominant product in syariah bank.
This research aims to analyzing factors that effect determination of
murabahah margin. Analysis method is double linear regression model with
factors research is the operational cost, Return On Asset (ROA), interest rate
Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), and profit target.
Obtained that factor of overhead cost, Return On Asset (ROA), interest rate
Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR) significantly influence to
margin murabahah, but the profit target is not influence the margin murabahah.
Key Words : Syariah bank, murabahah margin, overhead cost, ROA, interest rate
Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), profit target, doubled
regression.
ii
ABSTRAK
Margin Murabahah sangat penting dalam perbankan syariah. Perkembangan
perbankan syariah tidak luput dari perkembangan produk-produk perbankan
syariah. Dalam mengembanhkan produknya perbankan syariah dituntut untuk
selalu mengacu pada Al-Qur`an dan Hadist. Pembiayaan murabahah merupakan
produk pembiayaan dalam perbankan syariah yang paling dominan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penentuan besarnya margin pembiayaan murabahah. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan faktor-faktor yang
diteliti adalah biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate,
dan Profit Target. Diperoleh faktor biaya operasional, Return On Asset (ROA),
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base
Lending Rate (BLR) secara signifikan mempengaruhi margin murabahah.
Sedangkan profit target tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan
murabahah.
Kata Kunci : Bank syariah, margin pembiayaan murabahah, biaya operasional,
Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base
Lending Rate (BLR), profit target, regresi berganda.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai alam semesta dan yang telah
begitu banyak memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. Rangkaian kata syukur
tak akan pernah cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih penulis kepada
Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW sebagai tauladan terbaik, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya, yang
telah merubah dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dengan membawa risalah bagi seluruh umat manusia.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan akibat dari keterbatasan penulis. Dan penulis juga menyadari
skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Kedua Orang Tua penulis Mama dan Bapak tercinta yang memiliki peran
yang sangat penting dan tak terkira, yang telah memberikan doa tulus ikhlas,
motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil kepada penulis
untuk tetap semangat.
2.
Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak
M. Arief Mufraini, Lc, M,Si selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas
bimbingan, pengarahan dan dorongan dengan penuh kesabaran serta
memberikan ilmu yang berharga dan pengalaman yang tak terlupakan di hati
penulis.
iv
5.
Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6.
Untuk para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas
perpustakaan, terima kasih, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan
hidayah-Nya.
7.
Untuk Kakak-kakakku dan adikku yang turut memberikan dukungan dan doa
yang begitu tulus kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan
kemudahan dan kebahagiaan kepada kalian semua.
8.
Untuk “Mas” yang sudah banyak meluangkan waktu untuk ade selama
penyelesaian skripsi ini, terimakasih tak hingga atas semuanya yang sudah
mas berikan. Semoga kelak ade mampu balas semua pengorbanan mas.
Amien..!
9.
Untuk semua teman-temanku di kelas Manajemen B 2005 dan Manajemen
Perbankan yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, semoga persahabatan
kita semua tetap terjalin sampai kapanpun.
10. Dan untuk semua teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
banyak memberikan peran penting dalam setiap melangkah untuk selalu tetap
semangat, semoga kelak ilmu yang kita dapat di kampus ini dapat berguna
dan bermanfaat di hari esok. I Luv u All…..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Jakarta, Mei 2010
Iin Purwaningsih
v
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... i
Abstract ................................................................................................................ ii
Abstrak ................................................................................................................. iii
Kata Pengantar .................................................................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................................. vi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Grafik ....................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran.................................................................................................. xiv
Bab I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
Bab II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14
A. Bank ........................................................................................................ 14
1. Pengertian Bank ................................................................................... 14
2. Pengertian Bank Syariah....................................................................... 15
B. Jenis-jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah .............................................. 16
vi
1. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ................................................. 16
2. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (al-Bai’) ..................................... 17
3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ......................................................... 17
C. Jual Beli ................................................................................................... 18
1. Macam-Macam Jual Beli ...................................................................... 18
2. Penyebab Terlarangnya Sebuah Transaksi ............................................ 20
a. Haram Zatnya .................................................................................. 21
b. Haram Selain Zatnya........................................................................ 21
c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya ........................................................... 21
D. Murabahah ............................................................................................... 21
1. Landasan Hukum Murabahah ............................................................... 26
a. Al-Qur’an ........................................................................................ 26
b. Al-Hadist ......................................................................................... 26
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional ........................................................ 28
d. Hukum Positif .................................................................................. 29
2. Syarat Murabahah ................................................................................ 30
3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian ................................... 31
4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah .................................. 32
5. Manfaat Dan Risiko Murabahah ........................................................... 34
6. Hal-hal yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang
Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah .............................................. 35
vii
E. Penetapan Harga Jual ............................................................................... 37
F. Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin
Pembiayaan Murabahah .......................................................................... 42
G. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 44
H. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 47
I. Hipotesis ................................................................................................... 49
Bab III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 50
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 50
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 51
D. Metode Analisis ....................................................................................... 51
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 53
a. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 53
b. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 55
c. Uji Autokorelasi ............................................................................... 56
d. Uji Normalitas ................................................................................. 56
2. Uji Signifikansi .................................................................................... 57
a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Detrminasi) ........................................... 57
b. Uji Signifikansi F (Uji secara Simultan) ........................................... 58
c. Uji t (Pengujian Secara Parsial) ........................................................ 58
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 59
viii
Bab IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 62
1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................................. 62
2. Visi dan Misi ........................................................................................ 64
3. Struktur Organisasi ............................................................................... 64
4. Aktivitas Bank Muamalat Indonesia ..................................................... 70
a. Aspek Personalia .............................................................................. 70
b. Apek Produksi ................................................................................. 71
B. Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 81
1. Analisis Deskriptif................................................................................ 81
a. Variabel Dependen ........................................................................... 81
b. Variabel Independen ........................................................................ 84
2. Pengujian Asumsi Klasik...................................................................... 86
a. Uji Normalitas ................................................................................. 86
b. Uji Heteroskadastisitas ..................................................................... 88
c. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 90
d. Uji Autokorelasi .............................................................................. 91
3. Uji Signifikansi .................................................................................... 91
a. Uji Adjusted R 2 (Koefisien Determinasi) ......................................... 91
b. Uji Signifikansi F (Uji Secara Simultan) .......................................... 92
c. Uji Signifikansi t (Pengujian Secara Parsial) .................................... 93
C. Interpretasi ............................................................................................... 97
ix
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 101
A. Kesimpulan .............................................................................................. 101
B. Saran ........................................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 105
Lampiran-Lampiran ............................................................................................... 109
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
1.1
Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah
Halaman
dan Unit Usaha Syariah
6
4.1
Analisis Deskriptif Margin Pembiayaan Murabahah
81
4.2
Analisis Deskriptif Variabel Independen
84
4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
90
4.4
Hasil Uji Autokorelasi
91
4.5
Hasil Pengujian Adjusted R2
91
4.6
Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Secara Simultan
4.7
92
Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Secara Parsial
93
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
48
4.1
Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
65
4.2
Hasil Uji Normalitas Data
87
4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
89
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Keterangan
Halaman
4.1
Perkembangan Nasabah Bank Muamalat Indonesia, Tbk
77
4.2
Perkembangan Aktiva
79
4.3
Perkembangan Laba
79
4.4
Perkembangan Laba
80
4.5
Histogram
88
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian
115
2
Uji Asumsi Klasik
118
3
Uji Regresi Linier berganda
121
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan telah menempatkan posisi
penting dalam perekonomian saat ini. Dengan demikian, hampir seluruh
aktivitas setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan
perekonomiannya terkait dengan dunia perbankan. Dimana posisi yang
strategis dalam bidang ekonomi itu terutama berakar dari dua peranan
pokoknya, yaitu; sebagai lembaga intermediasi, serta sebagai lembaga
penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa dibidang keuangan serta lalu
lintas pembayaran maupun pemberian jasa-jasa keuangan lainnya.
Dengan kedua peranan pokok tersebut, kegiatan operasional bank telah
merambah bagian terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat, dalam
kaitannya yang lebih luas, posisi bank sebagai bagian dari sektor industri jasa
keuangan telah pula menduduki posisi dominan. Dan apabila hal ini dikaitkan
dengan sejarah perekonomian kaum muslimin, maka fungsi-fungsi bank
tersebut setidaknya telah dimulai pada saat Rasulullah SAW.
Bagi umat Islam yang aktivitas kehidupannya harus dengan ketentuan
syariah sebagai mana ketentuan Al-Qur`an dan hadits mengenai masalah bunga
yang masih menjadi polemik hingga saat ini, selain itu, dampak lain yang
ditimbulkan oleh bunga bank yang tinggi adalah penyerahan risiko usaha
1
terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan, dimana risiko
penghimpunan dana sepenuhnya ditanggung oleh bank, sebaliknya risiko kredit
sepenuhnya ditanggung oleh debitur. Dalam jangka panjang sistem perbankan
konvensional juga berpotensi menyebabkan penumpukkan kekayaan sebagian
masyarakat yang memiliki modal yang besar.
Perbankan syariah di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1992,
diawalai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor
berdirinya perbankan yang berlandaskan sistem syariah, dan kemudian disusul
oleh Bank Perkreditan Syariah. Landasan hukum yang menjadi titik tolak
perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1992, tentang
Bank Indonesia. Dalam UU tersebut prinsip syariah telah dinyatakan, meskipun
masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan
syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian
diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU
No. 3 tahun 2004. Undang-Undang ini memberikan arahan bagi bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri
menjadi bank syariah.
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis
nilai tukar semakin meningkat karena tingkat inflasi sudah mencapai dua digit
yaitu sekitar 11.05 % dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam.
Krisis yang demikian ini akan menyebabkan beban hutang perusahaan terutama
hutang-hutang dalam mata uang asing yang pembiayaannya tergantung pada
2
bank menjadi besar karena bank sendiri mengalami kesulitan menyediakan
likuiditas operasional sehari-hari.
Timbulnya krisis yang berkepanjangan ini disebabkan karena kelemahan
institusional, terutama disekitar finansial. Terjadi kehancuran disekitar
perbankan serta tidak efektifnya kebijakan moneter, sangat mempengaruhi
kondisi mikro dan makro ekonomi. Permasalahan ini semakain kompleks
akibat kebijakan yang dilakukan untuk memperbaiki krisis ini.kebijakan yang
dilakukan ternyata didominasi melalui defisit neraca pembayaran, dan
mendorong investasi melalui bantuan asing. Kebijakan-kebijakan tersebut
ternyata dipilih tanpa melihat pangkal permasalahan yang sebenarnya, sehingga
mengakibatkan krisis terjadi lebih dalam lagi dan multidimensi. Semuanya
menunjukkan bahwa asumsi-asumsi dan formulasi-formulasi yang digunakan
dalam sistem ekonomi selama ini adalah salah dan gagal dalam upaya
menciptakan suatu sistem ekonomi yang ideal. Krisis keuangan di Asia dimana
salah satunya adalah tingginya laju suku bunga, telah membuka kelemahan
teori
ekonomi
konvensional
mendominasi
segala
aktivitas
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat di negara-negara Asia, telah
mendorong para okonom mengkaji kembali terhadap kebijakan pembangunan
yang selama ini diterapkan.
Saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia itulah perbankan syariah
telah mampu membuktikan bahwasannya penerapan sistem bagi hasil mampu
mengatasi permasalahan gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi.
3
Berbeda halnya dengan bank-bank konvensional yang berdasarkan pada sistem
bunga banyak yang mengalami kerugian cukup besar dan terpaksa harus
ditutup karena mengalami ”negative spread”.
Karena hal tersebut diatas, muncul berbagai upaya untuk merumuskan
suatu sistem ekonomi baru yang mampu memecahkan berbagai permasalahan
ekonomi yang ada. Banyak para ekonom yang melirik pada dunia Islam
khususnya sistem ekonomi Islam, yang sebetulnya dalam Islam itu sendiri
bukanlah sesuatu hal yang baru.
Fenomena yang menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu semakin
maraknya penerapan sistem syariah, baik itu dilembaga keuangan perbankan,
asuransi, investasi maupun lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyak lahirnya
baru maupun usaha bisnis baru dengan menggunakan prinsip syariah. Banyak
sekali bank konvensional yang membuka kantor cabang syariah, bahkan
menggantikan jenis usahanya dari bank konvensional menjadi syariah. Dunia
akademis juga memberikan respon positif atas perkembangan ekonomi syariah
seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid, Universitas indonesia (UI),
Shariah Economics and Banking Institut (SEBI) dll.
Setelah Bank Mandiri, Bukopin, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank
Negara Indonesia 46, bank umum Danamon mulai membuka kantor cabang
syariah. Di tahun yang akan datang diperkirakan jumlah bank syariah serta
Bank Perkreditan Rakyat syariah akan terus bertambah, selain itu, terjadi pula
penambahan volume usaha rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya dan dari sisi
4
investasi terjadi penambahan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh
perbankan syariah. Bagi bank syariah, hal ini merupakan tantangan, dimana
bank syariah tidak hanya harus memberikan keuntungan materi saja tetapi juga
harus mampu memberikan keuntungan spiritual. Karena bagi seorang investor
muslim, ia menganggap bahwa sistem bunga yang terdapat dalam bank
konvensional merupakan sesuatu yang haram dan harus ditinggalkan sehinggga
menempatkan dana miliknya pada perbankan yang berbasis syariah.
Sebagai bagian dari perbankan nasional, bank syariah yang dalam
perkembangannya telah mengalami kemajuan pesat telah menunjukan
peningkatan kinerja baik dalam aktivitas maupun dalam sisi keuangan.
Keadaan keuangan yang baik dapat dilihat salah satu caranya melalui laporan
keuangan. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh informasi melalui
pengolahan selanjutnya tentang posisi keadaan keuangan bank tersebut dan
perubahan aktivitas operasi bank, yang nantinya dapat digunakan oleh pihak
manajemen dalam membuat kebijakan.
Pertumbuhan bank syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk
menghimpun dana masyarakat baik berskala kecil maupun berskala besar dan
menyalurkannya kepada masyarkat yang merupakan deficit unit dalam bentuk
pembiayaan. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi dituntut mampu untuk
mengelola dana dari investor maupun dari masyarakat. Untuk itu setiap
keputusan investasi dan pembiayaan membutuhkan keputusan yang simultan
agar tidak terjadi mismatch.
5
Tabel 1. 1
Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah
Dalam Miliar Rp
2005
2006
2007
Mudharabah
3,124
2,335
Musyarakah
1,898
4,062
Murabahah
Akad
Mar-08
Juni-08
Sep-08
Des-09
4,406
5,200
6,117
6,968
7,411
5,578
5,835
6,518
6,750
6,205
9,487 12,624 16,553
16,977
19,811 22,044 22,486
0
0
0
0
0
0
0
Istishna
282
337
351
365
367
385
369
Ijarah
316
836
516
464
523
698
765
Qardh
125
250
540
788
765
836
959
0
0
0
0
0
0
0
15,232 20,445 27,944
29,629
Salam
Lainnya
Total
34,100 37,681 38,195
Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI Thn 2009
Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank
Indonesia Januari 2009 diatas menunjukkan komposisi pembiayaan dengan
akad murabahah mencapai 22 Miliar
dari total pembiayaan yang ada di
perbankan syariah. Sementara pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang
diberikan hanya sekitar 7 Miliar dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini
dapat dilihat bahwa rata-rata para pengelola perbankan syariah masih sangat
memperhatikan aspek kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga
hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Berdasarkan data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat
bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang
memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal, diataranya adalah karena murabahah adalah pembiayaan
6
investasi jangka pendek dan cukup mudah bila dibandingkan dengan sistem
profit and loss sharing (PLS). Kemudian mark up yang ada dalam pembiayaan
murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan
bahwa bank syariah memperoleh keuntungan (margin) yang sebanding dengan
bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank-bank syariah.
Secara umum, (Karim, 2007:71) membagi transaksi pemindahan hak
kepemilikan atas suatu harta benda menjadi dua kelompok, yaitu akad tabaru’
(not profit transaction) dan tijarah (for profit transaction). Akad tabarru’
seperti Qardh, wadiah, wakalah, kafalah, rahn, hibah dan wakaf. Akad tijarah
terdiri dari dua basis insentif, yaitu yang bersifat pasti (natural certainty
contract) dan yang besifat tidak pasti (natural uncertainty contract). Transaksi
dengan insentif pasti antara lain adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah.
Transaksi dengan insentif tidak pasti adalah mudharabah, musyarakah,
muzara’ah, mukhabarah.
Berdasarkan pembagian tersebut yang merupakan transaksi non PLS
yaitu transaksi jual beli al-murabahah, as-salam (bayar dimuka, bayar
kemudian), al-istishna (pesanan yang harus diproduksi, al-ijarah (sewa), dan
transaksi yang berdasarkan fee based incame yaitu jasa wakalah (pelimpahan
wewenang), al-kafalah (jaminan), al-hawalah (tanggungan), ar-rahn (gadai),
dan al-qard (pinjaman). Transaksi yang berbasis bagi hasil (PLS) terdapat
dalam transaksi musyarakah (kerja sama kedua belah pihak yang saling
memberikan porsi kontribusi), mudharabah (kerja sama dua pihak dimana satu
7
pihak menyediakan dana 100% dan dipihak lain menyediakan keahlian), almuzara’ah (kerja sama dibidang pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap, dimana benih ditanggung oleh pemilik lahan), dan al-musaqah
(kerja sama bidang pertanian dimana si penggarap hanya bertanggung jawab
atas penyiraman dan pemeliharaan).
Murabahah adalah akad yang paling banyak dipakai di perbankan
syariah dibandingkan dalam bentuk penyertaan seperti mudharabah dan
musyarakah. Kenyataan tersebut tidak hanya terjadi di perbankan syariah di
Indonesia, tetapi juga terjadi di perbankan syariah di negara-negara lainnya di
seluruh dunia. Jika ditelusuri dari laporan perbankan syariah, hampir 80%
sumber keuntungan pada perbankan syariah berasal dari produk murabahah
dan ba’I bi’tshaman Ajil (BBA) sementara produk yang berbasis sistem bagi
hasil masih sangat rendah; padahal yang mempunyai dampak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pembiayaan dalam bentuk mudharabah
dan musyarakah.
Beberapa keunggulan dalam pembiayaan yang berbasis murabahah,
pertama murabahah merupakan suatu investasi jangka pendek dan cukup
memudahkan, bila dibandingkan dengan profit and loss sharing (PLS); kedua,
menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pembiayaan berbasis profit and
loss sharing. Disamping itu, pembiayaan berbasis murabahah dalam banyak
hal lebih konsisten seperti pada orientasi profesional staf bank, bahasa,
terminologi, dan budaya perbankan. Disisi lain, pembiayaan ini menimbulkan
8
banyak
persoalan,
terutama
bila
kita
melihat
aspek
hukum
yang
ditimbulkannya, karena implementasi pembiayaan murabahah di perbankan
syariah tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada banyak hal yang harus kita
telusuri lebih dalam, terutama mengenai keabsahan dari akad ini.
Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan
bank syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah maka perlu secara
transparan diketahui dan diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan
murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan
nasabah.
PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank pertama di Indonesia yang
sesuai Syariah, didirikan pada tahun 1991. Pendirian Bank Muamalat
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung
oleh sekelompok pengusaha dan cedekiawan muslim diantaranya adalah
Karnaen A. Perwataatmadja, M.Dawam Rahardjo, A.M. Saefudin, M. Amien
Aziz, dan lain-lain. Dengan modal awal Rp. 106 miliar, pada tanggal 1 Mei
1992 Bank Mua’malat Indonesia mulai beroperasi. Berdasarkan Laporan
Keuangan Publikasi Bulanan hingga Oktober 2008, total aktiva Bank
Muamalat Indonesia telah mencapai Rp. 12,5 triliun. Total dana pihak ketiga
yang dikelola, seluruhnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan dengan jenis
akad profit and loss sharing (PLS) maupun non PLS termasuk yang fee based
income. (Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan BMI, 2008: 6).
9
Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian dalam hal ini dengan mengangkat tema/judul: “Analisis Faktor
Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
berdasarkan runtun waktu (Time Series) dengan periode penelitian tahun 2000
sampai dengan tahun 2009.
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat mengetahui faktor
eksternal dan faktor internal yang dapat mempengaruhi margin pembiayaan
murabahah pada PT. Bank Muamalat Indonesia secara lebih terperinci.
B. Perumusan Masalah
Adapun pertanyaan penelitian yang dirumuskan berdasarkan masalah
diatas adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA),
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank
yang diinginkan (profit target) secara simultan berpengaruh terhadap margin
pembiayaan murabahah ?
2. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA),
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank
10
yang diinginkan (profit target) secara parsial berpengaruh terhadap margin
pembiayaan murabahah ?
3. Dari variabel-variabel bebas tersebut, manakah yang memiliki pengaruh
paling dominan terhadap margin pembiayaan murabahah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On
Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat
suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat
keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara simultan terhadap
margin pembiayaan murabahah.
2. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On
Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat
suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat
keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara parsial simultan
terhadap margin pembiayaan murabahah.
3. Untuk menganalisis variabel bebas biaya operasional (BOP), rasio Return
On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Landing Rate), dan
tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) yang paling dominan
mempengaruhi margin pembiayaan murabahah.
11
D. Manfaat Penelitiaan
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan dan
pengalaman mengenai perbankan syariah serta sebagai perbandingan antara
konsep-konsep yang telah dipelajari dari perkuliahan dengan prakteknya dan
mencoba untuk menerapkan pada keadaan nyata. Penelitian ini juga
merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1).
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi PT. Bank
Muamalat Indonesia dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada
para nasabahnya. Selain itu, kepercayaan nasabah kepada bank syariah
diharapkan dapat meningkat karena rasa keingintahuan nasabah cepat atau
lambat akan dapat memahami mekanisme perbankan syariah dari penelitian
ini serta dapat memberikan informasi yang berguna
agar
lebih
meningkatkan kinerja bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan pembiayaan bagi hasil sehingga pembiayaan yang diberikan
dapat disesuaikan dengan karakter sumber dana pihak ketiga. Penelitian ini
dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembiayaan
untuk mengurangi Non Performing Financing.
3. Bagi Nasabah
Bagi nasabah penelitian ini dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan, dengan informasi tersebut nasabah dapat mengambil keputusan
12
yang lebih baik dalam memilih jenis pembiayaan yang dibutuhkan. Nasabah
juga dapat mengetahui perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional serta dapat membandingkan sistem mana yang mampu
memberikan keamanan dan keuntungan bagi nasabah.
4. Bagi Dunia Akademik
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
dengan tema yang sama. Bagi pembaca diharapkan dapat mengenal produk
atau jasa Bank Muamalat Indonesia sehingga dapat mensosialisasikannya
kepada pihak lain.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank
1. Pengertian Bank
Menurut Ahmad Rodoni (2006: 31) banyak definisi mengenai bank,
pada dasarnya semua definisi tersebut tidak berbeda satu sama lain,
perbedaaanya hanya pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan
sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial
intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada
waktu yang ditentukan.
Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang kemudian diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka tujuan
bank meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
a. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
14
b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah menurut Perwataatmadja dan Antonio (1992) adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam
tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikawatirkan
mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan
investatasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Menurut Muhammad (2005: 1) bank syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut
dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an
dan hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya berdasarkan syariat Islam.
Menurut Dahlan Siamat (2004: 183) bank syariah adalah bank yang
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist. Berusaha sesuai dengan prinsip
syariat Islam yang dimaksud disini adalah beroperasi mengikuti ketentuan15
ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam antara lain misalnya menjauhi praktek-praktek yang
mengandung unsur-unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil pembiayaan perdagangan.
B. Jenis-Jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah
Menurut Dahlan Siamat (2004: 192) dalam menyalurkan dana kepada
nasabah, secara garis besar terdapat 3(tiga) kelompok pembiayaan pada bank
syariah, yaitu dengan prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual beli (bai’), dan
sewa beli.
1. Pembiayan Dengan Prinsip Bagi Hasil
a. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjain antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
b. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemilik dana/modal
untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnnya.
16
2. Pembiayaan Dengan Prinsip Jual-Beli (al-Bai’)
a. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah perjanjain jual beli antara bank dan
nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
b. Pembiayaan Salam
Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
c. Pembiayaan Istishna
Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan dan penjual.
3. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa
a. Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
b. Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik
Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
17
C. Jual Beli
Menurut Zainul Arifin (2001: 20) Pengertian jual-beli meliputi berbagai
akad pertukaran (exchange contract) antara suatu barang dan jasa dalam jumlah
tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang jasa
tersebut dapat dilakukan dengan segera (cash and carry) ataupun secara
tangguh (deferred). Oleh karenanya, untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
(debt financing) syarat-syarat al ba’I menyangkut berbagai tipe kontrak jualbeli tangguh (deferred contract of exchange).
1. Macam-macam jual beli
Macam dan jenis jual beli menurut Zainul Arifin (2001: 21) antara lain:
a. Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang.
Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua
produk-produk lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli.
b. Bai’ al muqayyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara
barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat
dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor yang tidak dapat
menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan pertukaran
barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi
semacam ini lazim disebut counter trade.
c. Bai’ al sharf, yaitu jual beli atau pertukaran antara satu mata uang asing
dengan mata uang asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar
dengan yen dan sebgainya. Mata uang asing yang diperjualbelikan itu
18
dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam bentuk uang giral
(telegraphic transfer atau mail transfer).
d. Bai’ al murabahah, adalah akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi
jual beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang
diambil.
e. Bai’ al musawamah, adalah jual beli biasa, dimana penjual tidak
memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya.
f. Bai’ al muwadha’ah, yaitu jual beli dimana penjul melakukan penjualan
dengan harga yang lebih rendah dari pada harga pasar atau dengan
potongan (discount). Penjualan semacam ini biasanya hanya dilakukan
untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bukunya sudah sangat
rendah.
g. Bai’ as salam, adalah akad jual beli dimana pembeli membayar uang
(sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya,
sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian,
yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan
untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
h. Bai’ al istishna’, hampir sama dengan Bai’ as salam, yaitu kotrak jual
beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat
diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama,
sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian.
19
Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal
dilarang, kecuali ada ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil
yang melarangnya.
Menurut Karim (2005) ketika suatu transaksi baru muncul dan belum
dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap
dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Qur’an dan Hadist yang
melarangnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian dalam
bidang muamalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan.
Penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah disebabakan faktor-faktor
sebagai berikut: (Karim, 2007: 30).
2. Penyebab terlarangnya sebuah transaksi
a. Haram Zatnya
Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang
ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, daging babi, dan
sebagainya. Jadi transaksi jual beli minuman keras adalah haram,
walaupun akad jual belinya sah. Dengan demikian, bila ada nasabah yang
mengajukan pembiayaan pembelian minuman kesras kepada benk
dengan menggunakan akad murabahah, maka walaupun akadnya tetapi
transaksi ini haram karena objek transaksinya haram.
20
b. Haram Selain Zatnya
c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya
Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haram li dzatiti
maupun haram li ghairihi, belum tentu serta-merta menjadi halal. Masih
ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas
transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap.
D. Murabahah
Menurut Perwataatmadja dan Antonio (1999: 106) Bai’ al-Murabahah
adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dan nasabah, dimana bank
menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja
lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah
sebesar harga jual bank (harga beli bank plis margin keuntungan pada saat
jatuh tempo).
Chapra (2000: 65) mengemukakan bahwa murabahah merupakan
transaksi yang sah menurut ketentuan syariat Islam apabila risiko transaksi
tersebut menjadi tanggung jawab pemodal sampai penguasaan atsa barang
(possession) telah dialihkan kepada naabah. Agar transaksi yang demikian sah
secara hukum, bank harus menandatangani 2 (dua) perjanjian yang terpisah.
Perjanjian yang satu dengan pemasok barang dan perjanjian yang lain dengan
nasabah. Adalah tidak sah apabila bank hanya memiliki satu perjanjian saja,
yaitu hanya dengan pemasok, dimana bank hanya bertindak sebagai pembayar
21
harga barang kepada pemasok barang untuk dan atas nama pembeli atau
nasabah. Bila transaksi dilakukan seperti itu, maka transaksi tersebut tidak
berbeda dengan suatu transaksi yang didasarkan atas bunga (yang dilarang
dalam Islam: fatwa MUI No. 1 tahun 2004).
Al-Qur’an tidak pernah secara langsung membicarakan tentang
murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi dan
perdagangan. Demikian pula tampaknya tidak ada hadist yang memiliki
rujukan langsung kepada murabahah. Para ulama generasi awal, semisal Malik
dan Syafi’I yang secara khusus mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah
hlaal, tidak memperkuat pendapat mereka dengan satu hadist pun. Al-Kaff (tt),
seorang kritikus murabahah kontemporer, menyimpulkan bahwa murabahah
adalah “salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman Nabi atau para
sahabatnya.” Menurutnya para tokoh ulama mulai menyatakan pandapat
mereka tentang murabahah pada seperempat pertama abad kedua Hijriah, atau
bahkan lebih akhir lagi. Mengingat tidak adanya rujukan baik di dalam AlQur’an maupun Hadist sahih yang diterima umum, para pukoha harus
membenarkan murabahah dengan dasar yang lain. Malik membenarkan
keabsahan dengan merujuk kepada praktik penduduk Madinah: Ada
kesepakatan pendapat di sini (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang
membelikan pakaian di kota, dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk
menjualnya lagi dengan suatu keuntungan yang disepakati. (Muhammad,
2002:119).
22
Murabahah itu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
laba. (Fatwa No. 04/DSN-MUI/IV/2000).
Transaksi Murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para
sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang
seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakat. Misalnya,
seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan ketentuan
tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal
rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya,
misalnya 10% atau 20%.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena
dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan
yang ingin diperoleh). (Karim, 2007:113).
Menurut M. Syafi’I Antonio (2001:101) bai’ al-murabahah adalah jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam bai’ al-murabahah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia
beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya,
pedagang eceran membeli
computer dari
grosir
dengan
harga
Rp
10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp750.000,00
dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp 10.750.000,00. Pada
23
umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada
pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama
pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta
besarnya angsuran jika memang akan dibayar secara angsuran.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli antara bank
selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk
membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati
bersama. Rukun dan syarat murabahah sama dengan yang terdapat dalam
Fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan pembayaran
adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank
adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama.
Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Karakteristiknya adalah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Suatu jual
beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada penjual (ba’i),
pembeli (musytari), barang yang diperjualbelikan, harga (saman) dan ijab
qabul atau biasa juga disebut dengan akad jual beli. (Institut Bankir Indonesia,
2001: 66).
Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu
alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai (modal) untuk bertransaksi
24
langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank (sebagai
lembaga keuangan), maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan
pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan cara
pembayaran angsuran, maka yang timbul dari transaksi ini adalah piutang uang.
Artinya, penjual (ba’i) akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas
pembeli (musytari) punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada penjual.
Pada pengertian murabahah diatas disebut adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberitahu si
pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan
yang ditambahkan pada biaya tersebut. Melalui akad murabahah, nasabah
dapat
memenuhi kebutuhannya untuk
memiliki barang
tanpa
harus
menyediakan uang tunai terlebih dahulu.
Sebenarnya bank syariah cenderung melakukan akad murabahah karena
bank ingin memproleh pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat
margin murabahah yang telah ditentukan di depan. Bank syariah sebagai
mudharib dapat memberikan nisbah bagi hasil yang cukup menarik bagi para
deposan atau penabung mudharabah (shahibul mal). Semakain tinggi margin
yang diminta bank kepada nasabah atau pembeli murabahah, berarti semakain
besar pula pendapatan bank syariah yang dapat dibagikan kepada shahibul
malnya. Pada gilirannya sumber dana mudharabah yang dapat dihimpun dapat
dipertahankan jumlahnya, atau malah semakin meningkat.
25
1. Landasan Hukum Murabahah
Menurut Sri Wahyuni (2008: 17) landasan hukum murabahah adalah
sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
1) . “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS. AlBaqarah: 275).
2) . “….dan tidak dosa bagimu mencari karunia (dari hasil perniagaan)
dari Tuhanmu….” (QS. Al-Baqarah: 198).
3) . “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka.” (QS. An-Nisaa: 29).
4) . “Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah, dan apa
yang kamu berikan berupa zat yang kamu maksudkan untuk
memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum: 39).
b. Al-Hadist
1) . “Sebaik-baiknya nafkah adalah hasil pekerjaan yang halal.” (HR.
Ahmad).
2) . “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orangorang yang jujur dan para syuhada.” (HR. Tarmidzi).
26
3) . “Nabi bersabda, ada tiga hal mengundang berkah: jual beli tidak
secara tunai, muwaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.”
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
4) . “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
adalah sesuatu kedzaliman…” (HR. Abd. Al-Raziq).
5) . “Pembeli dan penjual berhak untuk membatalkan perjanjian mereka
selama mereka tidak terpisah. Apabila mereka itu berbicara benar
dan menjalankannya, maka transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila
mereka saling menyembunyikan dan berdusta, maka berkah atas
transaksi mereka itu akan pupus.” (HR. Imam Bukhari).
6) “Rafa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama Nabi
Muhammad SAW ke mushalla, kemudian beliau menyaksikan ada
orang saling jual beli. Beliau bersabda: “Hai para pedagang”.
Kemudian mereka mengangkat kepala dan pandangan mereka tertuju
kepada beliau, untuk memenuhi panggilannya. Beliau bersabda:
“Bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat
sebagai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertaqwa kepada
Allah, taat, dan jujur.” (HR. Imam At-Tarmidzi).
27
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Dasar pertimbangan penerapan murabahah dalam perbankan syariah
tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.04/DSNMUI/IV/2000 tentang murabahah menyebutkan:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
3) Barang yang membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah atas nama Bank
sendiri dan pembelian ini harus dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual yang senilai harga plus keuntungan. Dalam kaitan
ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
28
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank.
Saeed Abdullah (2004: 121) mengemukakan bahwa secara empiris
murabahah memang lebih dibandingkan jenis pembiayaan lain, hal ini
disebabkan antara lain oleh:
1) Murabahah adalah suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka
pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit And Loss Sharing
(PLS) cukup memudajkan.
2) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa
sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan
yang sebanding dengan keuntungan berbasis bunga yang menjadi
saingan bank-bank Islam.
3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pendapatan dari
bisnis-bisnis dengan sistem PLS.
4) Murabahah
tidak
memungkinkan
bank-bank
Islam
untuk
mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si
nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan
antara kreditur dan debitur.
d. Hukum Positif
Salman Alfaridi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
margin
pembiayaan
murabahah”
29
menyebutkan bahwa hukum positif dari murabahah adalah sebagai
berikut:
1) Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah
disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.
2) Peraturan Bank Indonesia No. 5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas
Pembiayaan Jangka pendek Bagi Bank Syariah.
3) Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva
Produktif Bagi Bank Syariah.
4) Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah.
5) Peraturan Bank Indonesia No. 5/26/PBI/2003 tentang Laporan
Bulanan Bank Syariah.
6) Surat edaran Bank Indonesia No. 5/26/BPS/2003 tentang Pelaksanaan
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia.
7) Surat edaran Bank Indonesia No. 5/31/DSM/2003 tentang Laporan
Bulanan Umum Syariah
2. Syarat Murabahah
Syarat Bai’ Al-Murabahah adalah sebagai berikut (M. Syafi’I Antonio,
2001:102):
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
30
c. Kontrak bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Antonio (2001) berpendapat bahwa secara prinsip, jika syarat dalam
(a), (d), (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual,
c. Membatalkan kontrak.
Jual beli secara al-murabahah diatas hanya untuk barang atau produk
yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan
berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang
digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian (murabahah
KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata
mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang
memesannya.
3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian (KPP)
Antonio (2001) dalam bukunya yang berjudul “Bank syariah dari teori
ke praktik” mengemukakan ide tentang jual beli murabahah KPP tampaknya
berakar pada dua alasan berikut:
31
Pertama, mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan
pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset.
Pemesan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya
keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya
dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding
alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut.
Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif
pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang
mendorong datang ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan
akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. (M.
Syafi’I Antonio, 2001:103)
4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah
Salman Alfaridi (2007) menyebutkan mengenai ketentuan umum tentang
murabahah adalah sebgai berikut:
a. Jaminan
Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak
dipenuhi dalam bai’ al-murabahah, demikian juga dalam murabahah
KPP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak mainmain dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan/bank) dapat
meminta si pemesan (pemohon/nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk
dipegangnya. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan
32
dapat menjadi salah satu jaminan yang bias diterima untuk pembayaran
utang.
b. Utang Dalam Murabahah KPP
Secara prinsip, penyelesaian utang si pemesan dalam transaksi
murabahah KPP tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut.
Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada si
pembeli.
Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
Seandainya penjualan aset tersebut merugi, contohnya jika nasabah
adalah pedagang juga, pemesan juga harus menyelesaikan pinjamannya
sesuai kesepakatan awal. Hal ini karena transaksi penjualan kepada pihak
ketiga yang dilakukan nasabah merupakan akad yang benar-benar
terpisah dari akad murabahah pertama dengan baik.
c. Penundaan Pembayaran oleh Debitur Mampu
Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang
menunda penyelesaian utangnya dalam al-murabahah ini. Bila seorang
pemesan
menunda
penyelesaian
utang
tersebut,
pembeli
dapat
mengambil tindakan: mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan
33
kembali utang itu dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat
penundaan.
d. Bangkrut
Jika pemesan berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan
utangnya karena bener-benar tidak mampu secara ekonomis dan bukan
karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang
sampai ia menjadi sanggup kembali.
5. Manfaat dan Risiko Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’ al-murabahah
memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi.
Bai’ al-murabhah memberi banyak manfaat kepada bank syariah.
Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli
dari penjualan dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’ almurabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah.
Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut: (Antonio, 2001: 107)
a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif . Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bias
mengubah harga jual beli tersebut.
34
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bias saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bias jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi
dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi
barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah
menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko
untuk menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan untung, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut.
Termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default
akan besar.
6. Hal-hal Yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang
Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah
Nibrah Hosen (2008) menyebutkan bahwa transaksi bai’ almurabahah hanya diperbolehkan untuk transaksi jual beli barang atau
komoditi tidak untuk menambahkan modal atau di gunakan untuk modal
kerja. Untuk modal kerja bias menggunakan akad lain seperti mudharabah
(bagi hasil) dan musyarakah (kemitraan, bagi hasil dan bagi rugi), bukan
akad murabahah.
35
Nasabah menggunakan dana pinjaman dari Bank dengan akad
murabahah untuk digunakan pada keperluannya yang lain, bukan untuk
membeli komoditi dari Bank. Padahal jelas sekali akad bai’ al-murabahah
adalah akad jual beli dimana Bank syariah bertindak sebagai pihak penjual.
Bank menjual komoditi kepada nasabah sebelum bank memiliki
komoditi tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah di
mana Bank sebagai pihak penjual harus sudah memiliki barang yang hendak
di jualnya kepada pihak pembeli.
Bank dan nasabah melakukan perjanjian akad murabahah pada saat
nasabah sudah membeli komoditi dari pihak lain. Seharusnya nasabah
membeli komoditi dari Bank pada saat akad berlangsung. Bukannya
membeli barang pada pihak lain dan mendapatkan pinjaman pembayarannya
dari pihak Bank. Dalam hal ini transaksinya sama dengan memberi
pinjaman dengan imbalan bunga (riba) pada Bank konvensional.
Murabahah tidak boleh di roll-over, karena prinsip murabahah adalah
jual beli, bukan pinjaman berbasis bunga.
Nasabah tidak boleh dikenakan sangsi untuk late or default payment,
karena sekali lagi transaksi murabahah adalah prinsip syariah berdasarkan
jual beli, bukan pinjaman dengan bunga. Kalau memang nasabahnya dengan
sengaja memanfaatkan kondisi seperti ini, maka Bank syariah dapat
mengenakan sangsi berupa denda atas keterlambatan pembayaran kepada
36
nasabah, dan harus menyalurkan pendapatan dari pembayaran denda
tersebut kepada Badan Zakat.
Pemberlakuan praktek da wa ta’ajjal, atau pemberian diskon pada
nasabah yang rajin membayar cicilannya sebelum jatuh tempo. Sebagian
besar Ulama melarang praktek ini jika diskon tersebut dikaitkan dengan
waktu pembayaran yang dipercepat, dengan alasan ada indikasi riba, dimana
riba terjadi ketika satu pihak di untungkan dan pihak yang lain di rugikan.
Namun, sebagian dari Ulama klasik mengizinkan praktek ini, tetapi
kebanyakan dari para Ulama juga menolak “da wa ta’ajjal” ini di terapkan
termasuk para Ulama-ulama dari pengikut golongan 4 mazhab yaitu: Maliki,
Hanafi, Syafi’I dan Hambali. (Nibrah Hosen, 2008)
E. Penetapan Harga Jual
Menurut Perwataatmadja (2004), praktik dagang Rasulullah ini bisa
diterapkan di bank syariah pada pembiayaan murabahah dengan beberapa
pendekatan. Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan
membagi proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume
pembiayaan murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost
recovery ditambah dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat
disimpulkan bahwa harga jual pada skim murabahah merupakan penjumlahan
dari harga beli bank ditambah dengan cost recovery dan ditambah dengan
37
keuntungana yang diinginkan. Sedangkan margin merupakan selisih dari harga
jual dikurangi dengan harga beli.
Rumus:
Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan
Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi / Target Volume Pembiayaan
Murabahah
Margin Murabahah = Cost Recovery + Keuntungan
Sumber: Perwataatmadja (2004)
Rumusan di atas memberikan petunjuk bahwa semakin efisien biaya
operasi bank, akan semakin murah harga jual bank atau semakin tinggi peluang
memperoleh keuntungan. Semakin besar target volume pembiayaan atau
jumlah nasabah pembiayaan, akan semakin murah harga jual bank sehingga
semakin tinggi peluang memperoleh keuntungan. Petunjuk lainnya adalah
bahwa margin yang dihitung dari formula diatas kemudian dibandingkan
(benchmark) dengan bunga pinjaman bank konvensional. Apabila margin
harga jual bank syariah lebih tinggi dari bunga pinjaman bank konvensional
maka dapat dilakukan beberapa kali peninjauan, yaitu: pertama, terhadap
keuntungan, kedua terhadap proyeksi biaya operasi, dan ketiga terhadap target
volume pembiayaan. Dengan kata lain harga jual bank syariah harus selalu
diusahakan bersaing (lebih murah) dari bunga pinjaman bank konvensional.
Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat merupakan
suatu petunjuk bahwa bank syariah tersebut beroperasi dengan efisien. Harga
38
jual pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor
riil untuk lebih berkembang lagi.
Berdasarkan rumusan tersebut, dalam margin bank syariah tidak ada
unsur bagi hasil yang diberikan bank untuk nasabah penabung maupun deposan
yang diperhitungakan. Jadi rumusan diatas semata-mata menggunakan prinsip
dagang Rasulullah SAW. Berbeda dengan tataran praktik kebanyakan
perbanakn syariah yang saat ini dilakukan, dimana menurut Perwataatmadja
(2004), perhitungan margin murabahah misalnya masih mirip dengan
perhitungan bunga kredit yang diberikan bank konvensional secara flat rate.
Beberapa bank masih memperhitungkan bagi hasil yang diberikan kepada
penyimpan dana sebagai cost of fund. Perhitungan bagi hasil masih didasarkan
revenue sharing. Agar lebih terlihat perbedaan perhitungan margin akan
dipaparkan
sistem
penetapan
tingkat
bunga
yang
digunakan
bank
konvensional.
Penentuan tingkat bunga di bank konvensional, menurut Dahlan Siamat
(2001: 128) dipengaruhi oleh berapa besar biaya dana bank (cost of loanable
fund), spread, biaya overhead, pajak dan premi risiko. Teknis perhitungannya
adalah sebagai berikut:
39
Ilustrasi perhitungan:
Cost of Fund
: 10,97%
Overhead Cost
: 4,0%
Cost Of Money (COM)
: 14,97%
Spread
: 3,5%
COM+Spread
: 18,47%
Pajak 30%
: 1,05%
Resiko
: 4,85%
Base Lending Rate (BLR) : 24,37%
Sumber: Dahlan Siamat (2001: 131)
Sehingga penetapan harga ke debitur menjadi sebesar 124,37% dari nilai
kredit awal. Apabila hasil perhitungan tingkat bunga kredit bank ternyata lebih
tinggi dari market rate antar bank sejenis untuk jenis kredit yang sama, maka
bank akan melakukan evaluasi atau penyesuaian untuk biaya yang masih
memungkinkan untuk diturunkan, misalnya biaya overhead, spread atau risiko.
Berbagai penelitian telah membuktikan tentang dampak keburukan sistem
bunga. Riba telah menjadi permasalahan serius dalam perspektif agama
manusia, semua agama melarang riba. Namun seiring perjalanan waktu,
larangan riba menjadi hilang ditelan masa, bahkan riba menjadi salah satu
instrumen utama dalam aktifitas perekonomian umat manusia.
Yang dimaksud dengan referensi margin keuntungan menurut Karim
(2007) adalah marjin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank
Syariah. Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi,
usul dan saran dari Tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan
beberapa hal berikut:
40
1. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)
Yang dimaksud dengan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah
tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat margin
keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat
ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat margin
keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO
sebagai kompetitor langsung terdekat.
2. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
Yang dimaksud dengan Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
adalah tingkat suka bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat
rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO
ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung atau tingkat ratarata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO
ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang terdekat.
3. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
Yang dimaksud dengan Expected Competitive Return for Investors
(ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan
kepada dana pihak ketiga.
4. Acquiring Cost
Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan
oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana
pihak ketiga.
41
5. Overhead Cost
Yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan
oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh
dana pihak ketiga.
F. Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin
Pembiayaan Murabahah
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
margin
pembiayaan
murabahah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Biaya Operasional
Menurut Adi Nugroho (2005: 89) biaya operasional adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan bank dalam kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya
tenaga kerja, biaya administrasi dan umum, biaya penyusutan, biaya
pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya lainnya yang
terkait dengan operasinal bank syariah.
Karena operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana
dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat
digolongkan sebagai biaya operasional. Secara rata-rata biaya operasional
perbulan dimasukkan ke dalam margin murabahah yang dibebankan
kepada nasabah debitur.
42
b. Return on Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian
(laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total
aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam
menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil
pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari
dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran ke-efektifan, maka semakin
tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Dewi Astuti,
2004:37). Menurut Zainul Arifin (2006: 59) terdapat 2 (dua) rasio yang
biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank. Salah satunya yaitu rasio
Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara pendapatan
bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets). Keuntungan
bagi para pemilik bank merupakan hasil dari tingkat keuntungan
(profitability) dan tingkat laverage yang dapat dipakai.
c. Tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target)
Profit target merupakan suatu bentuk perencanaan guna tercapainya
kinerja
keuangan.
Secara
syariah
pengambilan
keuntungan
ini
diperbolehkan sepanjang adil dan disepakati oleh kedua belah pihak yang
bertransaksi. Umumnya bank menetapkan range keuntungan yang telah
diperhitungkan dan akhirnya dikelurkan sebgai kebijakan dalam Rencana
Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan. (Adi Nugroho, 2005: 84).
43
2. Faktor Eksternal
a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam
rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang
berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Sistem yang digunakan
dalam lelang SBI adalah sistem Stup Out Rate (SOR), yaitu tingkat
diskonto yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai target
jumlah SBI yang akan dijual oleh Bank Indonesia. (Siti Qoriah, 2009)
a. Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate
Tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate)
adalah imbalan yang nasabah berikan kepada suatu bank atas dana yang
bank tersebut pinjamkan untuk kepentingan nasabah. (Adi Nugroho,
2005: 56)
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho (2005) yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi
Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia)” dikemukakan bahwa biaya
overhead, dan bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap margin muarabaha. Namun variabel
volume pembiayaan murabahah dan profit target Bank Muamalat Indonesia
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah, namun tetap
memiliki hubungan antara keduannya.
44
Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho menunjukkan pengaruh biaya
overhead terhadap margin murabahah adalah sebesar 1,734x10-6, pengaruh
beban bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabaha adalah
sebesar 3,854x10-6.
Penelitian yang dilakukan Mohamad Heykal (2008) yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah
untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Studi Kasus: PT. Bank Syariah
Mandiri” dikemukakan bahwa volume biaya overhead satu bulan sebelumnya,
beban bagi hasil DPK satu bulan sebelumnya, Jumlah tingkat keuntungan bank
yang diinginkan dan tingkat bunga pinjaman bank konvensional satu bulan
sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penetapan margin
murabahahi pembiayaan pemilikan rumah. Penelitian yang dilakukan
Mohamad Heykal menunjukkan pengaruh biaya overhead terhadap margin
-5
murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 4,349x10 , pengaruh
beban bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penetapan margin
-5
murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar -4.79x10 , pengaruh
jumlah tingkat keuntungan bank yang diinginkan terhadap penetapan margin
murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 2,397x10-7, dan
pengaruh tingkat bunga pinjaman bank konvensional satu bulan sebelumnya
terhadap penetapan margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah
sebesar 0,546.
45
Penelitian yang dilakukan Sri Wahyuni (2008) yang berjudul “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah (Studi Kasus di
Bank Mu’malat Indonesia)” dikemukakan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang diberikan kepada nasabah penabung, deposan maupun pihak lain
yang memberikan pinjaman kepada bank syariah secara individu berpengaruh
terhadap penetapan margin murabahah. Penelitian yang dilakukan Sri
Wahyuni menggunakan metode analisis regresi linier sederhana, dimana
hasilnya adalah pengaruh bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin
murabahah adalah sebesar -7,380E
-05
.
Penelitian yang dilakukan Ahmad Chumsoni (2007) yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah (Studi Kasus Pada
Bank Syariah “X”)” dikemukakan bahwa suku bunga kredit konsumtif bank
konvensional, bagi hasil DPK porsi murabahah, premi risiko murabahah dan
target profit bank syariah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
margin pembiayaan murabahah Bank Syariah “X”.
Penelitian Salman Alfaridi (2007) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Bank “X”
Syariah Jakarta)” dikemukakan bahwa volume pembiayaan murabahah, bagi
Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK), dan biaya overhead berpengaruh secara
signifikan terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan Salman
Alfaridi menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, dimana hasilnya
adalah pengaruh pembiayaan murabahah terhadap margin murabahah adalah
46
sebesar -0,018, pengaruh bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin
murabahah adalah sebesar 0,582, dan pengaruh biaya overhead terhadap
margin murabahah adalah sebesar 0,869.
kkH. Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan model persamaan regresi linear berganda. Dalam analisis regresi
linear berganda, langkah awal yang akan dilakukan adalah menguji
persyaratan,
analisis dilakukan uji normalitas data,
multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autukorelasi. Multikolineritas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan
pengganggu (residual).
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, dilakukan pengujian
signifikansi model. Pengujian statistik dapat diukur dari nilai statistik-F
(ANOVA), koefisien determinasi (R2), statistik t . uji statistik-F untuk melihat
pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan atau bersama-sama terhadap
variabel terikat, digunakan angka adjusted R2. Angka adjusted R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel bebasnya dalam menjelaskan variabel
terikatnya sangat terbatas. Selanjutnya dihitung koefisien korelasi untuk
melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, serta sesama
47
variabel bebas. Selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien determinasi untuk
mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel
bebas. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel bebas secara parsial (individual) dalam menerangkan variabel terikat.
Gambar kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
PT. Bank Muamalat Indonesia
Var. Dependen (Y):
Var. Independen (X):
Margin murabahah
Biaya overhead, ROA, profit target,bunga
pinjaman bank konvensional, suku bunga SBI
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik: Normalitas Data,
Multikolinearitas, Autokorelasi,
Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Berganda
Uji Signifikansi: Uji
R2, Uji f dan Uji t
INTERPRETASI
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
48
I. Hipotesis
Adapun rangkaian hipotesa yang dikembangkan oleh penulis adalah:
1. H0 : β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara
biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank
konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang
diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.
H1 : β ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara biaya
operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank
konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang
diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.
2. H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
parsial antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA),
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank
yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.
H1 : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank
konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang
diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil data keuangan atau
laporan keuangan bulanan PT. Bank Muamalat Indonesia yang terdaftar di
Bank Indonesia dari Tahun 2000-2009, lokasi ini dipilih karena dianggap
sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang
diperlukan berupa laporan keuangan dan dokumen yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data biaya
operasional (BOP), rasio Return On Assets (ROA), keuntungan yang
diinginkan (profit target), suku bunga pinjaman bank konvensional (Base
Lending Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan margin
pembiayaan murabahah.
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Riduan (2007: 63) metode penentuan sampel yang digunakan
adalah teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling
dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang
digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan
tertentu di dalam mengambil sampelnya atau pengambilan sampel untuk tujuan
50
tertentu. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu atau atas pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga,
dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang jauh dan lebih besar.
Sedangkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data berdasarkan
runtun waktu atau time series dari periode Januari 2000 sampai dengan periode
Desember 2009.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro
dan Supomo, 2002:147)
Dalam hal ini penulis mengambil data perusahaan PT. Bank Muamalat
Indonesia periode tahun 2000 sampai dengan 2009.
D. Metode Analisis
Dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian deskriptif
kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau
populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa; individu,
51
organisasional, industri atau perspektif yang lain. (Indriantoro dan Supomo,
2002: 88)
Sedangkan metode kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan
pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian
dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 12)
Dalam penelitian ini, analisa hubungan dilakukan dengan analisis regresi
linier berganda. Hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk
persamaan yang menghubungkan variabel dependent (Y) dengan variabel
independent (X). Model analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model regresi linear berganda dan dikembangkan menjadi spesifikasi
model yang akan dijadikan sebagai model penelitian menjadi seperti pada
rumus berikut:
ΔY = α + β1.LnX1 + β2.LnX2 + β3.LnX3 + β4.LnX4 + β5.LnX5 + e
Dimana:
ΔY = Selisih antara Margin Murabahah pada periode t dengan Margin
Murabahah pada periode t-1 dibagi dengan Margin Murabahah pada
periode t-1
α
= Intercept (konstanta)
β
= Koefisien Regresi dari variabel bebas
X1
= Biaya Operasional
X2
= Return On Assets (ROA)
52
X3
= Suku Bunga SBI
X4
= Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional (Base Lending Rate)
X5
= Profit Target
e
= Error Term/variabel pengganggu
Regresi linear berganda dengan persamaan seperti diatas harus bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimated), artinya pengambilan keputusan
melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan BLUE
(Best Linear Unbiased Estimated), maka harus memenuhi diantara beberapa
asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear berganda, yaitu:
a.
Tidak boleh ada autokorelasi
b.
Tidak boleh ada heterokedastisitas
c.
Data berdistribusi normal
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan
regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimated).
Dalam penggunaan model regresi linear tersebut, akan dilakukan pengujian
asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
53
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel otrogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Menurut Imam Ghozali (2005: 91) untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai
berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan memepengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua
atau lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres
terhadap
variabel
independen
lainnya.
Tolerance
mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
54
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cutoff
yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10. Setiap
peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat
ditolerir.
b. Uji Heterokedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi persamaan variance dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas.
Sebaliknya jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Menurut
Singgih Santoso (2000), untuk melihat adanya heteroskedastisitas,
terdapat
beberapa
cara
untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
heteroskedastisitas, antara lain:
1) Melihat grafik plot antara prediksi variabel terikat (Z pred) dengan
residualnya (S resid), deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatter plot antara Z pred dan S resid dimana sumbu X dan Y yang
telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya).
2) Dasar analisis, jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar lalu menyempit),
maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas
55
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi, bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan
kesalahan pada t-1 (sebelumnya) jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
beruntung sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. (Singgih Santoso,
2000). Gejala autokorelasi akan dilihat dengan membandingkan nilai
hitung Durbin-Watson Test dan nilai tabel dari Durbin-Watson Test.
(Imam Ghozali, 2005: 96)
1) Jika 0 < DW < dL, maka terjadi
2) Jika dL ≤ DW ≤ dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau
tidak.
3) Jika 4 – dL < DW < 4, maka terjadi autokorelasi.
4) Jika 4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL, tidak dapat diketahui terjadi aotokorelasi
atau tidak.
5) Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Normalitas, Menurut Imam Ghozali (2005: 110) uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
56
distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
2.
Uji Signifikansi
Penelitian ini pada dasarnya menguji pengaruh linear antara variabel
independen yaitu biaya operasional, profit target, Return On Asset (ROA),
tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional dan tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap margin pembiayaan murabahah
sebagai variabel dependen. Rasio-rasio keuangan dalam penelitian ini
adalah rasio-rasio keuangan yang secara konsisten digunakan untuk
menukur kinerja keuangan dan merating perbankan nasional sejak periode
laporan keuangan 2000-2009. Dalam pengujian hipotesis analisis
dilakukan melalui:
a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Angka koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin
besar angka R2 yang didapat, berarti semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya, dan sebaliknya apabila angka R2 semakin kecil,
berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan terhadap
variabilitas dari variabel terikatnya. Nilai uji R2 terletak antara 0 dan 1
apabila hasil yang didapat > 0,5 maka model yang digunakan dianggap
cukup handal dalam membuat estimasi.
57
b. Uji Signifikansi F (Uji Secara Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independent
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui
apakah
variabel
independent
secara
bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan uji F dengan
melihat F hitung > F tabel dan tingkat signifikan lebih kecil daripada
alpha (0,05). Jika F hitung > F tabel dan tingkat signifikan lebih kecil
dari alpha, ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
variabel bebas secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
c. Uji t (Pengujian Secara Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara
parsial
terhadap
variabel
dependen
sehingga
dapat
diketahui
signifikansi masing-masing variabel. Jika t hitung > t tabel, ini berarti
H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel-variabel yang diuji. Dan sebaliknya, jika t
hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara varibel-variabel yang diuji.
Pengaruh variabel secara parsial juga dapat diketahui dengan
membandingkan nilai signifikan t dengan alpha (α). Jika α > sig t maka
H1 diterima (signifikan). Cara untuk melihat variabel bebas mana yang
paling dominan mempengaruhi variabel terikatnya dalam penelitian ini
58
adalah dengan melihat nilai beta dari persamaan regresi yang
dihasilkan. Variabel bebas yang memiliki nilai beta tertinggi itulah yang
mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap variabel
terikatnya.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2007:38).
Dari penelitian ini diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran
deskriptif mengenai faktor variabel bebas mana yang berpengaruh signifikan
maupun yang tidak signifikan terhadap penetapan harga jual murabahah.
Operasional variabel penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Dependen Variable adalah variabel yang sering disebut juga output, kriteria,
konsekuen. Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi sebab akibat, karena adanya variabel independent. Dalam
pengertian ini yang menjadi variabel terikat adalah sebagai berikut:
Tingkat margin murabahah adalah selisih antara harga jual dan harga beli
yang telah disepakati bersama antara bank dengan debitur pada pembiayaan
murabahah.
59
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Independen Variable sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel independent pada penelitian ini terdiri dari rasio kinerja keuangan
bank syariah. Rasio kinerja keuangan yang digunakan adalah rasio-rasio
keuangan yang secara konsisten digunakan oleh Biro Riset Infobank untuk
mengukur kinerja keuangan perbankan nasional. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independent sebagai berikut:
a) Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan bank dalam
kegiatan penghimpunan dana dari berbagai sumber yang menjadi beban rugi
laba antara lain adalah: beban personalia, beban administrasi dan umum, dan
beban lainnya. (Dahlan Siamat, 2000:129)
b) Return On Assets (ROA), digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)
setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva
atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan
aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan
adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan.
Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif
dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran ke-efektifan, maka semakin
tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Dewi Astuti,
2004:37).
60
Rasio ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Abdul Halim,
2009:103):
c) Tingkat keuntungan yang diinginkan (Profit Target) adalah tingkat
keuntungan dari seluruh pembiayaan murabahah yang telah ditargetkan
bank.
d) Tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate)
adalah imbalan yang nasabah berikan kepada suatu bank atas dana yang
bank tersebut pinjamkan untuk kepentingan nasabah. (Mohamad Heykal,
2008)
e) Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah suku bunga yang
dipergunakan sebagai sinyal (stance) respon kebijakan moneter dan sasaran
operasi moneter. (Siti Qoriah, 2009)
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) Tbk. didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 November 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan pemerintah. Muamalat mulai
beroperasi 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Pendiriannya mendapat
dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84
miliar pada saat penandatanganan Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya,
dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor, diperoleh tambahan
modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 22 miliar sehingga menjadi
Rp 106 miliar sebagai wujud dukungannya. Pada 27 Oktober 1994, BMI
berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin
memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di
Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus berkembang.
Pada krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporak-porandakan
sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional
terbelit negative spread dan bencana kredit macet. Akibatnya, sejumlah
bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi
62
dari pemerintah. Sistem syariah yang diterapkan oleh BMI terjaga dari
negative spread pada saat krisis menghantam, karena produk dan layanan
perbankan BMI yang berdasarkan prinsip dan kaidah syariah sesuai
komitmen yaitu “Berasal dari Sumber yang Bersih, Berbagi Hasil yang
Murni.” Produk penghimpun serta penanaman dana yang dilandaskan pada
kaidah murni syariah dan pemberdayaan modal secara produktif. Sehingga
bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak
membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah.
Bank Muamalat Indonesia berhasil meningkatkan kinerjanya dari tahun
ke tahun, terbukti dengan peningkatan laba bersih pada tiga tahun terakhir,
yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp. 108,35 Milyar, pada tahun 2007 sebesar
Rp. 145,32 Milyar, dan pada tahun 2008 sebesar Rp. 207,21 Milyar.
Peningkatan laba ini memperlihatkan ketangguhan Bank Muamalat
Indonesia sebagai bank syariah.
Pada saat ini, Bank Muamalat Indonesia telah memperluas jaringan
layanannya, di antaranya dengan bekerja sama dengan 50 bank dalam
bentuk pelaksanaan ATM bersama dan bekerja sama dengan PT Pos
Indonesia dalam bentuk Gerai Muamalat yang berada di kantor pos dalam
melayani produk Shar-‫ع‬. Dengan demikian, ATM yang dapat mengakses
layanan berjumlah 8.888 buah ATM dan kantor layanan yang dapat
melayani nasabah Bank Muamalat Indonesia berjumlah 200 kantor layanan.
63
2. Visi dan Misi
Visi Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi bank syariah utama di
Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
Sedangkan misi Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi role model
lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat
kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif
untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
3. Struktur Organisasi
Sistem manajemen yang diterapkan oleh Bank Muamalat adalah
Calestial Management. Paradigmanya adalah bahwa hidup dan kehidupan
merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Didalamnya terkandung nilai-nilai perusahaan yang dikenal dengan istilah
ZIKR (Zero based, Iman, Konsisten dan Result Oriented). Setiap insan
Muamalat harus berkontribusi secara optimal dalam dinamika organisasi
kompetitif, dengan budaya mencipta, mengelola, dan mendistribusikan
kemakmuran akan menjadi kenyataan. Kemakmuran yang dimaksud adalah
PIKR (Power, Information, Knowledge dan Reward) yang senantiasa
didistribusikan secara intensif. Pada gilirannya komunitas unggul akan
terbentuk dari mereka yang siap berjuang setiap saat untuk menegakkan
perekonomian islam dengan menggunakan atribut MIKR (Militansi,
Intelektual, Kompetitif dan Regeneratif).
64
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
65
Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
Uraian kerja masing-masing posisi pada PT Bank Syariah Muamalat
Indonesia Tbk. adalah :
a. Rapat Umum Pemegang Saham (Shareholders Meeting)
Adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Muamalat Indonesia. Tugasnya
memimpin rapat pemegang saham serta mengawasi jalannya kegiatan
yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia.
b. Dewan Komisaris (Board Of Commissioner)
Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai
pengawas dan bersama Dewan Direksi merumuskan strategi jangka
panjang perusahaan.
c. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board)
Di dalam pasal 5 peraturan pemerintah RI No. 72/92 tentang bank
berdasarkan prinsip bagi hasil, disebutkan bahwa bank berdasarkan
prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang
mempunyai tugas melakukan pengawasan atas produk perbankan dalam
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat agar berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Dewan
Pengawas Syariah dalam organisasi bank bersifat independent dan
terpisah dari pengurus bank, sehingga tidak mempunyai akses terhadap
operasional bank.
66
d. President Director
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab membuat kebijakan
khususnya dalam bidang operasional, melaksanakan koordinasi dan
pembinaan bawahan serta pengawas kegiatan operasional.
e. Internal Audit Group
Mempunyai tugas dan wewenang :
1) Berwenang untuk melakukan akses terhadap catatan karyawan,
sumber daya dan dana serta asset bank lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan audit.
2) Memeriksa dan menilai atas kecukupan dari struktur pengendalian
intern.
f. Administrasion and Financing Group
Mempunyai tugas dan wewenang :
1) Melakukan supervise dan monitoring terhadap segenap kantor cabang
atas pelaksanaan atau jalannya operasional.
2) Melakukan konsolidasi terhadap pembuatan dan monitoring laporanlaporan bulanan keuangan bank dan menyampaikannya pada pihak
intern atau ekstern yang berkepentingan.
3) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan rekrutmen dan seleksi
calon karyawan, proses administrasi kegiatan placement dan
replacement karyawan, proses terminal atau pengunduran diri
67
karyawan serta memonitoring dan memelihara data base
kepersonaliaan.
4) Melakukan proses dan administrasi pembiayaan karyawan,
pembayaran gaji serta pembayaran Jamsostek (pph 21) seluruh
karyawan serta pengurus bank.
5) Melakukan koordinasi dalam penyediaan sarana logistik dalam rangka
persiapan pembukaan atau pengembangan kantor cabang meliputi
jaringan komunikasi dan sarana penunjang operasional lainnya.
6) Melakukan koordinasi terhadap pengelola sistem komunikasi data
untuk mendukung operasional online pusat pengolahan data.
g. Financing Support Group
Mempunyai tugas dan wewenang :
1) Financing Supervision.
2) Sharia Financial Institusional.
3) Financing Product Development.
h. Network and Alliance Group
Mempunyai tugas dan wewenang :
1) Network Alliance (POS, Da’i Muamalat, Pegadaian).
2) Shar-E and Gerai Optimizing.
3) Virtual Banking Operations (Call Center and Card Cerd).
4) Memeriksa dan menilai kualitas dalam melaksanakan tanggung jawab
yang telah dilaksanakan.
68
5) Memberikan saran perbaikan baik untuk kecukupan dan efektifitas
atau kehandalan struktur pengendalian intern maupun perbaikan
pelaksanaan.
6) Memberikan informasi dan saran kepada manajemen mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan upaya menjadikan bank lebih maju.
i. Bussines Developmnet Group
Mempunyai tugas dan wewenang :
Marketing :
1) Marketing plan dan marketing strategy sebagai guide bagi cabang.
2) Bersama Financing dan Settlement Group membuat target Lending
dan Revenue System dan tehnology.
3) Melakukan pengembangan sistem dan teknologi untuk mendukung
operasional bank.
Product and development
1) Melakukan riset dan survey serta pengembangan produk.
2) Melakukan review produk dan fitur produk.
3) Merumuskan tarif layanan produk.
j. Compliance & Corporate Support Group
Mempunyai tugas dan wewenang :
1) Menyiapkan dan melaksanakan Legal Action atas kebijakan
manajemen.
69
2) Memberikan masukan dalam penyusunan manual, produk, akad dan
keputusan yang terkait dengan aspek hukum.
3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Bank Muamalat
Indonesia.
4) Membangun pendekatan dan citra positif Bank Muamalat Indonesia
pada emotional market.
5) Meraih dukungan moril maupun materill dari stakeholder maupun
new investor.
4. Aktivitas Bank Muamalat Indonesia
a. Aspek Personalia
Berdasarkan tatanan nilai “Celestial Management” yang tertanam kuat
pada jajaran pimpinan dan kru Muamalat, Muamalat menempatkan
sumber daya insani sebagai unsur utama dalam startegi operasi
perbankan syariah. Penerapan konsep Celestial Management, secara
konsisten dapat meningkatkan kinerja organisasi. Melalui berbagai
macam program, seperti pengembangan manajerial, program peningkatan
keterampilan kru Muamalat serta pengujian secara insidental yang
dilakukan oleh para ahli. Muamalat menyiapkan krunya untuk siap
menerima tanggung jawab yang lebih besar dan senantiasa meningkatkan
keterampilannya. Untuk menciptakan agar organisasi berjalan sehat dan
berkesinambungan, kepada kru diberikan kesempatan untuk belajar
mengembangkan dirinya. Pemimpin unit kerja dapat melakukan evaluasi
70
dan mengganti 10 persen kru yang berkinerja rendah. Selanjutnya setiap
tahun dilakukan pergantian terhadap 20 persen pejabat pemimpin unit
yang memiliki kinerja terendah.
b. Aspek Produksi
Produk dan layanan perbankan Muamalat didasarkan pada prinsip dan
kaidah syariah, sesuai komitmen “Berasal Sumber yang Bersih, Berbagi
Hasil yang Murni”. Produk penghimpunan serta penanaman dana
dilandaskan pada kaidah murni syariah dan pemberdayaan modal secara
produktif.
Produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat
diantaranya adalah :
1) Produk Penghimpunan Dana
a) Shar-E adalah tabungan instan yang memadukan kegiatan
menabung dan investasi, dengan kemudahan akses ATM.
b) FulPROTEK adalah investasi berasuransi yang bekerja sama
dengan Asuransi Takaful Keluarga, yang dapat berfungsi sebagai
kartu asuransi, ATM dan Debit.
c) Sharia Mega Covers adalah kartu tabungan multiguna berasuransi
yang bekerja sama dengan Mega Life dan Mega Insurance Syariah.
d) Taawun Card adalah kartu tabungan dengan berbagai macam
fungsi seperti kartu transaksi perbankan, asuransi rumah, santunan
rawat inap, asuransi kecelakaan dan asuransi pendidikan.
71
e) Kas Kilat adalah layanan pengiriman uang yang cepat, mudah,
murah dan aman. Bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia
Berhad.
f) Tabungan Ummat adalah investasi tabungan dengan akad
mudharabah.
g) Tabungan Arafah adalah tabungan bagi nasaah yang akan
menunaikan ibadah haji.
h) Deposito Mudharabah adalah jenis investasi bagi nasabah
perorangan maupun badan hukum dengan sistem bagi hasil.
i) Deposito Fulinves adalah jenis investasi khusus bagi nasabah
perorangan berjangka waktu 6 dan 12 bulan.
j) Giro
Wadi’ah adalah simpanan dana pihak
ketiga
yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet, giro dan pemindahbukuan.
k) Dana Pensiun Muamalat adalah program Bank Muamalat untuk
nasabah yang menyiapkan masa pensiun.
2) Produk Penanaman Dana
a) Konsep Jual Beli
- Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati.
- Salam adalah pemberian barang yang diserahkan di kemudian
hari dan pembayarannya dilakukan dimuka secara tunai.
72
- Istishna’ adalah jual beli dimana produsen ditugaskan untuk
membuat suatu barang (pesanan) dari pemesan.
b) Konsep Bagi Hasil
- Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dengan
kontribusi dana, resiko dan keuntungan yang telah disepakati
kedua belah pihak.
- Mudharabah adalah kerja sama antara bank dengan nasabah yang
memiliki
keterampilan
mengelola
usaha,
dimana
bank
menyerahkan seluruh modalnya untuk dikelola.
c) Konsep Sewa
- Ijarah adalah perjanjian sewa antara bank dengan nasabah yang
akan menyewa barang milik bank, dan bank akan memperoleh
imbalan jasa atas barang yang disewakan.
- Ijarah Muntahiyah bitamlik adalah perjanjian antara bank dengan
nasabah sebagai penyewa, dimana penyewa bersedia untuk
membayar uang sewa selama masa sewa dan bila masa sewa
berakhir, penyewa memiliki hak memindahkan kepemilikan sewa.
d) Produk Jasa
- Wakalah adalah pembelian wewenang dari lembaga/seseorang
kepada pihak lain, untuk melaksanakan suatu urusan dengan batas
waktu tertentu.
73
- Kafalah adalah pengalihan tanggung jawab seseorang yang
dijamin, dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin
- Hawalah adalah pemindahan beban hutang dari orang yang
berhutang kepada orang yang berkewajiban membayar hutang.
- Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimannya.
- Qard adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang
dipergunakan untuk kebutuhan mendesak.
e) Jasa Layanan
- ATM adalah layanan kemudahan akses dari bank kepada nasabah
untuk melakukan penarikan tunai, pemindahbukuan antar
rekening, pemeriksaan saldo, dan lain-lain.
- SalaMuamalat adalah layanan phone bankink 24 bagi nasabah
yang ingin memperoleh informasi mengenai produk, saldo,
informasi transaksi, transfer rekening serta pengubahan rekening.
- Pembayaran zakat, infak dan sedekah (ZIS) adalah jasa yang
memudahkan nasabah untuk membayar ZIS ke lembaga ZIS
Muamalat maupun lembaga ZIS lainnya.
- Jasa-jasa lain adalah jasa layanan lainnya dari Bank Muamalat
seperti tranfer, collection, standing instruction bank draft,
reverensi bank.
74
f) Aspek Pemasaran
Dalam strategi pemasarannya, PT Bank Muamalat Indonesia
(BMI)
melakukan
mengembangkan
berbagaicmacam
perluasan
usaha
dan
terobosan
dalam
pemasaran
produk-
produknya, ada 3 macam terobosan yang didengungkan BMI yang
disatukan dalam konsep bertajuk Goes To War yang merupakan
teriakan heroik yang membangkitkan semangat Kru Muamalat
dalam upaya
mengembangkan sayap di negara kepulauan dan
negara berpenduduk Islam terbesar di dunia.
WAR adalah singkatan dari Wholesale, Alliance dan Remote,
yaitu tiga terobosan dalam strategi pengembangan usaha dan
pemasaran Bank Muamalat yang merupakan faktor kunci dalam
pengembangan serta perluasan jasa dan produk perbankan syariah
yang amat pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan untuk pembukaan rekening, Bank Muamalat telah
berkerja sama dengan PT. Pos Indonesia sejak tahun 2003. Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan perusahaan
berpengalaman melayani transaksi tunai dan pengiriman uang
dengan jumlah outlet terluas di Indonesia. Dengan kerja sama ini
memungkinkan seluruh ummat dapat dijangkau layanan Bank
Muamalat melalui pengembangan teknologi Host to Host yang
menjadikan penjualan tabungan dilakukan secara real time on-line
75
dari seluruh kabupaten/kota se Indonesia melalui seluruh kantor
pos online.
Sedangkan kebutuhan Nasabah untuk menarik dana secara tunai
pun dilayani tanpa batas ruang dan waktu, bekerja sama dengan
ATM Bersama dan ATM BCA/Prima. Hal ini memungkinkan
masyarakat dimanapun dapat menarik dana secara tunai dari mesin
ATM Bank dimanapun, bahkan dari Bank Pembangunan Daerah
seluruh Indonesia.
76
Grafik 4.1
Perkembangan Nasabah Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
77
g) Aspek Keuangan
Dalam bidang keuangan, Bank Muamalat telah menambah
alokasi dana dalam bentuk giro pada PT POS Indonesia, sebagai
langkah untuk mendukung strategi aliansi yang diterapkan oleh
Bank Muamalat dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dalam
menambah porsi modalnya, Bank Muamalat juga menerbitkan efek
yang terdiri dari obligasi syariah, yang mewajibkan emiten untuk
membayar bagi hasil kepada pemegang obligasi serta membayar
kembali nilai pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Bank
Muamalat juga melaporkan secara berkala kondisi keuangan
kepada masyarakat, baik yang memiliki hubungan langsung dengan
Bank Muamalat maupun masyarakat pada umumnya.
Selain itu kinerja keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk juga mengalami hasil yang positif dimasyarakat, karena hal itu
dapat dilihat dari annual report tahun 2008 yang selalu mengalami
kenaikan, khususnya laba operasional yang dihasilkan ditahun 2005
sebesar Rp 159.000.000.000 sedangkan pada tahun 2004 sebesar
Rp 75.000.000.000 jika dalam persentase kenaikan mencapai
52,83%. Selain itu sejak tahun 1998 sampai dengan 2008, total
asset Bank Muamalat meningkat 25,3 kali lipat, dan ekuitas
tumbuh sebesar 23,6 kali lipat.
78
Grafik 4.2
Perkembanagan Aktiva
Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
Grafik 4.3
Perkembangan Laba
Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
79
Grafik 4.4
Perkembangan Ekuitas
Sumber : Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
h) Aspek Perdagangan Internasional
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
Indonesia mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara
positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan
di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB
secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat
Indonesia. Oleh karena itu, kurun waktu tersebut menjadi salah satu
masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank
Muamalat Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat
Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba
berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang dengan
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni. Bahkan berkat strategi WAR, Bank Muamalat tidak hanya
80
mampu menyediakan produk dan layanannya di seluruh propinsi
Indonesia, tetapi juga sanggup menjangkau ke berbagai pelosok
negeri. Bank Muamalat pun bahkan mulai merambah jaringan
internasional melalui aliansi dengan mitra-mitra internasional.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Berdasarkan data yang diolah maka kenaikkan dan penurunan variabelvariabel penelitian adalah sebagai berikut:
a. Variabel Dependen
Nilai Margin Murabahah pada tahun 2000 sampai dengan 2009, dapat
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 1
Analisis Deskriptif Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2000-2009
No
Tahun
Maximum
Minimum
Rata-Rata
1.
2000
58,39
0,69
27,71
2.
2001
121,67
44,40
83,03
3.
2002
211,68
1,005
91,54
4.
2003
147,23
34,46
72,41
5.
2004
133,45
33,21
73,52
6.
2005
118,77
44,83
75,11
7.
2006
102,98
36,65
65,72
8.
2007
108,71
35,97
67,81
9.
2008
97,51
35,78
60,63
10.
2009
103,96
29,998
62,88
81
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan maka
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pada tahun 2000 Margin Murabahah tertinggi sebesar 58,39% pada
triwulan II dan nilai terendah sebesar 0,69% pada triwulan IV.
Kemudian nilai rata-rata Margin Murabahah pada tahun 2000
sebesar 27,71%.
2) Pada tahun 2001 Margin Murabahah tertinggi sebesar 121,67% pada
triwulan II sedangkan nilai terendah pada tahun 2001 sebesar
44,40% terletak pada triwulan IV. Dan nilai rata-rata Margin
Murabahah sebesar 83,03%.
3) Pada tahun 2002 Margin Murabahah tertinggi sebesar 211,68%
terletak pada triwulan II, dan nilai terendah tahun 2002 adalah
sebesar 1,005% pada triwulan I. Sedangkan nilai rata-ratanya adalah
sebesar 91,54%.
4) Pada tahun 2003 Margin Murabahah tertinggi sebesar 147,23% pada
triwulan II, dan nilai Margin Murabahah terendah terletak pada
triwulan
III
sebesar
34,46%.
Sedangkan
rata-rata
Margin
Murabahah sebesar 72,41%.
5) Pada tahun 2004 nilai Margin Murabahah tertinggi sebesar 133,45%
pada triwulan II dan nilai terendah sebesar 33,21% pada triwulan IV.
Sementara nilai rata-rata Margin Murabahah adalah sebesar 73,52%.
82
6) Pada tahun 2005 nilai yang terbesar adalah sebesar 118,77% terletak
pada triwulan II, sedangkan nilai terendah adalah sebesar 44,83%
terletak pada triwulan IV. Rata-rata Margin Murabahah tahun 2005
adalah sebesar 75,11%.
7) Pada tahun 2006 nilai terbesar Margin Murabahah adalah sebesar
102,98% tepat pada triwulan II, sedangkan nilai terendah adalah
sebesar 36,65% terletak pada triwulan IV. Dan rata-rata Margin
Murabahah adalah sebesar 65,72%.
8) Pada tahun 2007 nilai Margin Murabahah terbesar terletak pada
triwulan II sebesar 108,71% dan nilai terendah sebesar 35,97%
terletak pada triwulan IV. Kemudian nilai rata-rata Margin
Murabahah pada tahun 2007 adalah sebesar 67,81%.
9) Pada tahun 2008 nilai Margin Murabahah terbesar adalah sebesar
91,51% terletak pada triwulan II, dan nilai Margin Murabahah
terendah sebesar 35,78% terletak pada triwulan IV. Dan rata-rata
Margin Murabahah adalah sebesar 60,63%.
10) Pada tahun 2009 nilai terbesar Margin Muarabahah adalah sebesar
103,96% pada triwulan II dan nilai terendahnya adalah sebesar 30%
terletak pada triwulan akhir tahun 2009. Sementara itu nilai rata-rata
Margin Murabahah adalah sebesar 62,88%.
83
b. Variabel Independen
Tabel 4. 2
Analisis Deskriptif Variabel Independen
No
Variabel
Maximum
Minimun
Rata-Rata
N
1.
BOP
770.415.000.000
14.142.000.000
183.297.875.000
40
2.
ROA
4.,01
0,45
2,10
40
3.
SBI
17,60
6,50
10,69
40
4.
BLR
21,40
12,96
16,41
40
5.
Profit Target
309.098.000.000
2.687.000.000
78.390.550.000
40
Berdasarkan data diatas maka besarnya nilai masing-masing variabel
bebas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Biaya Operasional (BOP)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada
tahun 2000-2009 nilai variabel BOP yang terendah berada pada triwulan
I tahun 2001 yaitu sebesar Rp 14.142.000.000,-, sedangkan nilai tertinggi
sebesar Rp 770.415.000.000,- terjadi pada triwulan III tahun 2009.
Adapun nilai rata-rata dari BOP adalah sebesar Rp 183.297.875.000,dengan jumlah data 40.
2) Return On Asset (ROA)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada
tahun 2000-2009 nilai variabel ROA yang terendah berada pada triwulan
IV tahun 2009 yaitu sebesar o,45%, sedangkan nilai ROA tertinggi
84
sebesar 4,01% terjadi pada triwulan IV tahun 2001. Sementara itu, nilai
rata-rata dari ROA adalah sebesar 2,10% dengan jumlah data 40.
3) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada
tahun 2000-2009 nilai variabel SBI yang terendah berada pada triwulan
IV tahun 2009 yaitu sebesar 6,50%, sedangkan nilai SBI yang tertinggi
terletak pada triwulan IV tahun 2001 yaitu sebesar 17,60%. Sedangkan
nilai rata-rata SBI adalah sebesar 10,69% dengan total data sebanyak 40.
4) Base Lending Rate (BLR)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada
tahun 2000-2009 nilai variabel BLR yang terendah sebesar 12,96%
terjadi pada triwulan IV tahun 2009, sedangkan nilai BLR yang tertinggi
sebesar 21,40% terjadi pada triwulan I tahun 2000. Adapun nilai rata-rata
dari BLR adalah sebesar 16,41% dengan jumlah data sebanyak 40 data.
5) Profit Target
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data triwulan pada
tahun 2000-2009 nilai variabel Profit Target yang terendah adalah
sebesar Rp 2.787.000.000,- terletak pada triwulan I tahun 2001,
sedangkan nilai variabel Profit Target yang tertinggi sebesar Rp
309.098.000.000,- terjadi pada triwulan ke IV tahun 2008. Adapun nilai
rata-rata dari Profit Target yaitu sebesar Rp 78.390.550.000,- dengan
jumlah data sebanyak 40.
85
2. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam pengujian regresi berganda mensyaratkan adanya uji asumsi
klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas,
autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik
diperlukan agar model regresi yang diperoleh memenuhi kriteria BLUE
(best linier unbised estimator).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan p-plot normal curve untuk memastikan
data yang diolah normal. Terdapat beberapa cara dalam mendeteksi
normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data (scatter plot) pada
sumbu diagonal dari grafik. Pada prinsipnya normalitas dapat di deteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan
keputusan menurut Imam Ghozali (2001: 112) adalah:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
86
Gambar 4. 2
Hasil Uji Normalitas Data
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Normal Probability Plot of Residual, diketahui bahwa
residual membentuk suatu pola garis lurus, sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual berdistribusi normal.
87
Garfik 4. 5
HISTOGRAM
Sumber: Output SPSS
Jika dilihat dari histogram, terlihat bahwa sebaran data residual secara
umum berbentuk lonceng. Sehingga dapat disimpulakan bahwa residual
berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan
dengan melihat grafik normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada
grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal,
maka pengujian ini bebas dari heteroskedastisitas dan sebaliknya jika
titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh
dari garis diagonal maka diindikasi adanya heteroskedastisitas.
88
Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut terdapat
pola teratur (bergelombang, melebar dan menyempit) maka diindikasi
telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heterokedastisitas. Singgih Santoso, (2004: 208)
Gambar 4. 3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS
Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik dari data menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada
sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
atau data bersifat homoskedastisitas, sehingga model regresi layak
89
digunakan untuk menganalisis margin murabahah yang diukur dari
beberapa faktor.
c. Uji Multikolineritas
Berdasarkan atas besarnya VIF (Variance Inflationary Factor) dan
Tolerance, diketahui bahwa besarnya VIF pada umumnya berkisar pada
angka 1. Demikian pula dengan angka Tolerance berkisar antara 0,841
sampai 0,903 atau lebih dari 0,5 dan mendekati 1. Angka VIF dan
Tolerance menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar
variabel bebas maka dapat disimpulkan model regresi ini layak
digunakan dalam pengujian.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B
1 (Constant)
46.619
11.493
BOP
.536
.296
ROA
1.370
SBI
Beta
Collinearity Statistics
T
Sig.
Tolerance
VIF
4.056
.000
.901
-4.710
.003
.859
1.164
.342
1.094
4.008
.001
.841
1.189
1.399
.523
.662
2.676
.013
.903
1.107
lendingrate
-6.921
1.983
-1.794
-3.491
.002
.898
1.114
Profit
-1.657
.352
-2.669
1.809
.064
.876
1.141
a. Dependent Variable: margin
Sumber: Output SPSS
90
d. Uji Autokorelasis
Tabel 4. 4
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Adjusted R
Model
1
R
R Square
.742
a
.551
Std. Error of the
Square
Estimate
.458
.45755
Durbin-Watson
2.157
a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate
b. Dependent Variable: margin
Sumber: Output SPSS
Pada tabel diatas, terlihat bahwa angka Durbin-Watson sebesar
+2,157. Hal ini berarti pada model tidak terdapat gejala autokorelasi.
Durbin-Watson Tabel dengan menggunakan nilai signifikan 0,05. Jumlah
sampel n = 40, dan jumlah variabel independen = 5 (k = 5), maka di tabel
Durbin Watson akan didapat nilai dL = 1,230 dan dU = 1,786. Karena
1,786 < 2,157 < 4 – 1,786.
3. Uji Signifikansi
a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Tabel 4. 5
Hasil Pengujian Adjusted R2
Model Summaryb
Adjusted R
Model
1
R Square
R
a
.742
.551
Std. Error of the
Square
.458
Estimate
.45755
Durbin-Watson
2.157
a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate
Sumber: Output SPSS
91
Nilai Adujsted R2 sebesar 0,458 dapat diartikan bahwa variabel
Margin Murabahah dapat dijelaskan oleh variabel Biaya Operasional
(BOP), Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Base Lending Rate (BLR), dan Profit target sebesar 45,8%.
Sedangkan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabel-variabel yang
lain.
b. Uji Signifikansi F (Uji secara Simultan)
Tabel 4. 6
Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Secara Simultan
b
ANOVA
Sum of Squares
Model
1
Mean Square
Df
Regression
6.171
5
1.234
Residual
5.024
24
.209
11.196
29
Total
F
5.896
Sig.
.001
a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate
b. Dependent Variable: margin
Sumber: Output SPSS
Dari hasil uji Anova atau F-tes, menunjukan bahwa periode tahun
keseluruhan nilai F-hitung dengan derajat kebebasan α 5% sebesar 5,896
lebih besar (>) dari F-tabel 2,69 dan probabilitas (signifikan) sebesar
0,001 berada dibawah tingkat signifikan 5%. Angka ini mengindikasikan
bahwa variabel Biaya Operasional (BOP), Return On Return (ROA),
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR),
profit Target pada periode tahun keseluruhan tersebut secara bersama92
a
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Margin pembiayaan
Murabahah. Dengan kata lain bahwa H0 ditolak, dan H1 diterima. Karena
itu, untuk periode tahun keseluruhan hipotesis menyatakan bahwa
variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Margin pembiayaan Murabahah dapat dibuktikan.
c. Uji Signifikansi t (Pengujian secara Parsial)
Tabel 4. 7
Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Secara Parsial
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B
1 (Constant)
46.619
11.493
BOP
.536
.296
ROA
1.370
SBI
Beta
Collinearity Statistics
T
Sig.
Tolerance
VIF
4.056
.000
.901
-4.710
.003
.859
1.164
.342
1.094
4.008
.001
.841
1.189
1.399
.523
.662
2.676
.013
.903
1.107
lendingrate
-6.921
1.983
-1.794
-3.491
.002
.898
1.114
profit
-1.657
.352
-2.669
1.809
.064
.876
1.141
a. Dependent Variable: margin
Sumber: Output SPSS
Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Apakah variabel independen berpengaruh secara
nyata atau tidak. Adapun hasilnya dapat dilihat dalam tabel diatas.
93
Terlihat pada kolom signifikan, pada α 5% variabel yang mempunyai
pengaruh terhadap Margin pembiayaan Murabahah yaitu variabel Biaya
Operasional (BOP) Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR), karena nilainya lebih kecil
dari 0,05. Variabel Profit Target nilai signifikannya lebih besar dari 0,05
yang berarti tidak berpengaruh terhadap Margin pembiayaan Murabahah.
Berdasarkan hasil regresi linear berganda tersebut diatas, dapat dijelaskan
bahwa nilai konstanta sebesar 46,619 menyatakan bahwa jika variabel
lain tidak ada, maka Margin pambiayaan Murabahah adalah sebesar
46,619%. Atau dapat diartikan segala sesuatu pada variabel-variabel
bebas seperti BOP, ROA, SBI, BLR dan profit target dianggap konstan,
maka nilai Margin pembiayaan Murabahah adalah sebesar 46,619%.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan pengujian hipotesis dengan
Uji t adalah sebagai berikut:
1) Pengujian Hipotesis 1
H0 : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
biaya operasional terhadap margin pembiayaan murabahah.
H1 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara biaya
operasional terhadap margin pembiayaan murabahah.
Uji t menunjukkan nilai signifikan 0,003. Pada alpha 5%, hal ini
menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel biaya
94
operasional
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
margin
pembiayaan murabahah.
2) Pengujian Hipotesis 2
H0 : β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
rasio Return On Asset (ROA) terhadap margin pembiayaan
murabahah.
H1 : β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio
Return On Asset (ROA) terhadapa margin pembiayaan murabahah.
Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,001. Pada alpha 5%, hal ini
berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa rasio Return On Asset
(ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan
murabahah.
3) Pengujian Hipotesis 3
H0 : β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap margin
pembiayaan murabahah.
H1 : β3 ≠ 0, atinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap margin
pembiayaan murabahah.
Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,013. Pada alpha 5%, hal ini
berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 5%, maka H0 ditolak dan H1
95
diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh secara signifikan
terhadap margin pembiayaan murabahah.
4) Pengujian Hipotesis 4
H0 : β4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional/Base Lending Rate
terhadap margin pembiayaan murabahah.
H1 : β4 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
suku bunga pinjaman bank konvensional/Base Lending Rate tehadap
margin pembiayaan murabahah.
Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,002. Pada alpha 5%, hal ini
berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional/Base Lending Rate berpengaruh secara
signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.
5) Pengujian Hipotesis 5
H0 : β5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) terhadap margin
pembiayaan murabahah.
H1 : β5 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
keuntungan
yang
diinginkan (profit target)
terhadap
margin
pembiayaan murabahah.
96
Uji t menunjukkan nilai signifikansi 0.064. Pada alpha 5%, angka
tersebut tidak signifikan karena lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel
tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.
C. Interpretasi
Berdasarkan hasil regresi, maka dapat disusun persamaan sebagai berikut:
LnMargin Murabahah = 46,619 + 0,536 LnBOP + 1,370 LnROA + 1,399
LnSBI - 6,921 LnBase Lending Rate – 1,657 LnProfit + e
Dari keseluruhan model yang dibuat secara sementara terlihat bahwa kelima
variabel memiliki peranan untuk mempengaruhi Margin pembiayaan
Muarabahah. Seperti diketahui konsep Margin dalam dunia perbankan syariah
merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam rangka menunjukkan selisih
antara harga jual dan harga beli atas sebuah akad jual beli. Namun karena bank
menyerahkan dananya terlebih dahulu maka dianalogikan sebagai pembiayaan
yang dilakukan oleh bank tersebut.
Bila seseorang berdagang, maka dalam menetapkan harga jual dari barang
yang dijualnya akan terlebih dahulu menghitung semua pengorbanan yang
telah dikeluarkan baik tenaga, waktu maupun uang. Sederhananya dalam
menetapkan harga jual, padagang akan memperhatikan berapa modal dasar
yang digunakan, biaya transportasi, biaya sewa tempat berdagang, biaya
97
pemeliharaan, biaya promosi dan dan tingkat keuntungan yang diinginkan oleh
pedagang tentunya dan mempertimbangkan harga rata-rata di pasaran untuk
produk yang sama. Apabila pedagang tersebut mendapatkan modalnya dari
pinjaman, maka biaya bunga atas pinjaman tersebut juga menjadi salah satu
komponen biaya yang dimasukan.
Seorang pedagang tidak mungkin menetapkan harga jualnya menjadi lebih
tinggi dari pada harga jual barang-barang yang sejenis di pasaran, karena akan
mengakibatkan produknya menjadi tidak laku. Begitu juga sebaliknya, jika
harga jual dibawah harga pasar, maka pedagang bersiap-siap untuk menderita
kerugian karena tidak bisa menutupi cost-nya. Oleh karena itu, pedagang
tersebut harus pintar dalam menekan biaya-biaya yang akan ditimbulkan dan
mengatur strategi pengambilan keuntungan. Kurang lebih prinsip-prinsip
pedagang itulah yang juga digunakan oleh bank syariah dalam memberikan
pembiayaan Murabahah. (Mohamad Heykal , 2008: 90)
Dari analisis data yang dibuat, terliahat bahwa terdapat variabel yang secara
parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Beberapa
variabel tersebut adalah Biaya Operasional (BOP), Return On Asset (ROA),
Suku Bunga SBI, dan Suku Bunga Bank Konvensional (Base Lending Rate).
Sedangkan satu variabel lainnya yaitu Profit Target tingkat signifikansinya
masih cukup lemah.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa biaya operasional
berpengaruh signifikan terhadap Margin pembiayaan Murabahah, hal ini
98
sesuai dengan common sense dan teori Muarabahah itu sendiri yang
memperbolehkan adanya pembebanan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
menunjang kelancaran transaksi. Karena operasional bank pada prinsipnya
adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya
yang dikeluarkan untuk mendukung operasionalnya baik langsung maupun
tidak langsung dapat digolongkan sebagai biaya overhead. Secara rata-rata
biaya overhead perbulan dimasukkan ke dalam Margin Murabahah yang
dibebankan kepada nasabah debitur. Dalam istilah akuntansi dikenal dengan
prinsip matching cost againts revenue. ( Adi Nugroho : 2005: 83)
Dalam kondisi sistem perbankan secara konvensional yang ada sekarang ini,
meskipun dikatakan dual banking system, akan tetapi dengan porsi perbankan
syariah yang belum mencapai 50% dari porsi perbankan yang ada, bahkan
belum 2%, maka tidak heran bila praktek ala perbankan konvensional kadang
kala masih ada dan berlaku diperbankan syariah. (Mohamad Heykal :2008: 92)
Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. 7 dimana tingkat suku bunga bank
konvensional (Bese Lending Rate) ternyata memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penetapan Margin Murabahah.
Target keuntungan yang diinginkan (Profit Target) merupakan suatu bentuk
perencanaan untuk mencapai kinerja keuangan. Secara syariah pengambilan
keuntungan ini diperbolehkan sepanjang adil dan disepakati oleh kedua belah
pihak yang bertransaksi. Umumnya bank menetapkan range keuntungan yang
telah diperhitungakan dan akhirnya dikeluarkan sebagai kebijakan dalam
99
Rencana kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan. Dari hasil yang
diperoleh juga terlihat bahwa signifikansi profit target terhadap Margin
pembiayaan Murabahah masih cukup lemah.
Adapun nilai Adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
sebesar 45,8%, dapat diartikan bahwa variabel Margin pembiayaan Murabahah
dapat dijelaskan oleh variabel Biaya Operasional (BOP), Return On Asset
(ROA), Suku Bunga SBI, Suku Bunga Bank Konvensional/Base Lending Rate
(BLR) dan Profit Target. Sedangkan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan
model analisis regresi berganda mengenai pengaruh variabel independen yang
terdiri biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank
konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan
(profit target) terhadap variabel dependen yaitu margin pembiayaan murabahah
pada Bank Muamalat Indonesia Tbk., periode Januari 2000 sampai dengan
Desember 2009. Maka dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahwa secara simultan diperoleh nilai F-hitung 5,896 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.001 lebih kecil dari nilai kritis 5% berarti bahwa
secara bersama-sama variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On
Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat
suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat
keuntungan bank yang diinginkan (profit target) berpengaruh terhadap
margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia. Dan variabel
biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank
101
konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang
diinginkan (profit target) memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabel
margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia selama periode
penelitian sebesar 45,8% yang dapat dilihat dari nilai Adjusted R-squared
sebesar 0.458. Sedangkan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
2. Bahwa secara parsial variabel biaya operasional (BOP) berpengaruh secara
signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat
Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.000 lebih kecil dari nilai kritis 5% dan
variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar 0,536 artinya setiap
penambahan 1% dari variabel biaya operasional (BOP) akan diikuti dengan
kenaikan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar
0,536%. Kemudian variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh secara
signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat
Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.003 lebih kecil dari nilai kritis 5% dan
variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,370 artinya setiap
penambahan 1% dari variabel Return On Asset (ROA) akan diikuti dengan
kenaikan margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar
1,370%. Sementara itu variabel suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah
Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.013 lebih kecil dari
nilai kritis 5% dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,399 artinya
102
setiap penambahan 1% dari variabel suku bunga Sertifikat bank Indonesia
(SBI) akan diikuti dengan kenaikan margin pembiayaan murabahah Bank
Muamalat Indonesia sebesar 1,399%. Lalu variabel Base Lending Rate
(BLR) berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan
murabahah Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai probabilitas 0.002 lebih
kecil dari nilai kritis 5% dan variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar
-6,921 artinya setiap penambahan 1% dari variabel Base Lending Rate
(BLR) akan diikuti dengan penurunan margin pembiayaan murabahah Bank
Muamalat Indonesia sebesar 6,921%.
Sedangkan variabel tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) tidak
berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. Dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,064 yang berarti lebih besar dari 0,005 dan
variabel ini memiliki nilai koefisien sebesar -1,657 artinya setiap
penambahan 1% dari variabel profit target akan diikuti dengan penurunan
margin pembiayaan murabahah Bank Muamalat Indonesia sebesar 1,657%.
3. Bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel biaya operasional
(BOP) memiliki nilai koefisien sebesar 0,536, rasio Return On Asset (ROA)
memiliki nilai koefisien sebesar 1,370, tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) memiliki nilai koefisien sebesar 1,399, tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate) memiliki nilai koefisien
sebesar -6,921, dan tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target)
memiliki nilai koefisien sebesar -1,657. Hal ini menunjukkan bahwa
103
variabel rasio Return On Asset (ROA) merupakan variabel yang memilki
pengaruh yang dominan terhadap margin pembiayaan murabahah.
B. Saran
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan, penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Agar Bank Muamalat Indonesia lebih mengefisienkan cost nya terutama
terhadap biaya overhead yang dikeluarkan sehingga dapat mengurangi
tekanan pengeluaran perbankan.
2. Agar Bank Muamalat Indonesia lebih mengkaji kembali sistem perhitungan
margin pembiayaan murabahah, istishna’, salam dan ijarah ke depan agar
tidak lagi menerapkan konsep cost of fund bank konvensional sehingga
akan mampu bersaing dengan bank konvensional.
3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih luas agar menggunakan data yang
lebih banyak lagi dengan penambahan variabel lain dan mencoba obyek
penelitian yang lain karena saat ini telah terdapat beberapa bank-bank umum
syariah disamping banyaknya kantor-kantor cabang syariah milik kantor
pusat bank konvensional sehingga hasil penelitian dapat menjadi lebih baik.
4. Perlu upaya lebih efektif dalam rangka edukasi kepada masyarakat terutama
manajemen perbankan syariah untuk mensosialisasikan penerapan prinsip
syariah dalam kegiatan operasioanl sehari-hari yang konsisten.
104
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, 1990.
Alfaridi, Salman, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin
Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Bank “X” Syariah Jakarta), Jurusan
Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Antonio, M. Syafi’I, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, Gema Insani Press,
Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2006.
Astuti, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004.
Chapra, M Umer, “Sistem moneter Islam”, Gema Insani Pers, Jakarta, 2000.
Chumsoni, Ahmad, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Murabahah
(Studi Kasus Pada Bank Syariah “X”)”, PSKTTI, Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, 2007.
Djalal N., Nachrowi, “Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”.
LP-FEUI, Jakarta, 2006.
Fatwa Dewan Syariah Nasional, No. 04/DSN-MUI/IV/2000, Tentang Murabahah.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Habin, Shirazi, “Islamic Banking Contract”, Banking Training Centre, Central
Bank Of The Islamic Republic Of Iran, Teheran, 1988.
105
Hamid, Abdul, “Buku Panduan penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Haron, Sudin, “Islamic Banking, Rules and Regulations”, Pelanduk Publications,
Malaysia, 2000.
Heykal, Mohamad, “Analisis Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Margin
Murabahah Untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Studi Kasus: PT.
Bank Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam,
PSTTI Vol. 4 No.1, Januari-Maret 2008/Muharram-Rabiul Awal 1429 H.
Hosen, Nibra, “Prinsip Ekonomi Syariah Menggunakan Akad Bay AlMurabahah”, Pkesinteraktif Kantor Berita Ekonomi Syariah, 18 Juni 2008.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Institut Bankir Indonesia, “Konsep Produk Dan Implementasi Operasional Bank
Syariah”, Djambatan, Jakarta, 2001.
Jannah, Miftahul, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.”,
Jurusan Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Karim, Adiwarman Azwar, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Rajawali
Pers, Jakarta, 2007.
Karnaen, “Pemurnian Pembiayaan Murabahah”, Pkesinteraktif.com Kantor
Berita Ekonomi Syariah, 29 September 2008.
Kholis, Nur, “Evaluation To The Pratice Of Murabahah In The Operations Of
Baitul Mal Wattamwil (BMT) Yogyakarta”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1,
No. 1, Juli 2007.
106
Kusniyati, “Strategi Penetapan Margin Pada Produk Pembiayaan Murabahah
Mobil (Studi Kasus Unit Usaha Syariah PT. Bank Permata Tbk.)”, Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam) FSH UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2006.
Mishkin, Frederic S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Muhammad, “Manajemen Dana Bank Syariah”, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta,
2004.
Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta, 2002.
Nugroho, Adi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia)”, PSKTTI,
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2005.
Perwataatmadja, Karnaen A, “Perhitungan Margin Murabahah”, Artikel Majalah
Modal, Jakarta, 2004.
Perwataatmadja, Karnaen A dan Muhammad Safi’I Antonio, “Apa dan
Bagaimana Bank Islam Cetakan Ketiga”, Dana Bakti Prima Yasa,
Yogyakarta,1999.
Prabowo, Bagya Agung, “The Pratice Of Murabahah Scheme In Syariah Banking
(Critical Analysis Towards The Application Of Murabahah Scheme In
Indonesia And Malaysia”, Law Faculty Of UII Yogyakarta.
Rahmawaty, Anita, “Ekonomi Syariah: Tinjauan KritisProduk Murabahah Dalam
Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1, No. 2,
Desember, 2007.
Raphaeli, Nimrod, “Islamic Banking-Reality and Myth”, Inquiry & Analysis The
Middle East Media Research Institute, No. 552, October 8, 2009.
107
Riduan, “Metode dan Tehnik Menyusun Tesis”, Alfabet, Bandung, 2007.
Rivai, Veithzal.dkk, “Bank and Financial Institution Management: Conventional
& Sharia System”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Riyadi, Selamet, “Banking Assets and Liability Management”, FE UI, Jakarta,
2004.
Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center or Social
Economics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2006.
Saeed, Abdullah, “Menyoal Bank Syariah Kritis Atas Interprestasi Bunga Bank
Kaum Neo Revivalis”, Paramadina, Jakarta, 2004.
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, Lembaga
Penerbit FE UI, Jakarta, 2005.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT., Alexkopindo,
Jakarta, 2000.
Sugiono, “Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya”, Alfabet, Bandung, 2007.
Wahyuni, Sri, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Margin
Murabahah Studi Kasus di Bank Mu’amalat Indonesia”, PSKTTI, Program
Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008.
Winarno, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.
www.bi.go.id
www.muamalatindonesia.co.id
108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
109
LAMPIRAN 1
UJI ASUMSI KLASIK
110
Hasil Uji Normalitas Data Sebelum Ln
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: MARGIN
1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00
0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed Cum Prob
Hasil Uji Heteroskedastisitas Data Sebelum Ln
Scatterplot
Dependent Variable: MARGIN
300
200
GIN
100
0
111
Hasil Uji Multikolinearitas Data Sebelum Ln
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-189.159
202.692
BOP
6.942E-11
.000
ROA
-9.912
20.834
SBI
.344
5.993
BLR
12.695
12.070
PROFIT
3.232E-10
.000
Standardized
Coefficients
Beta
.193
-.118
.016
.462
.334
t
-.933
.569
-.476
.057
1.052
1.119
Sig.
.357
.573
.637
.955
.300
.271
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.224
.417
.325
.134
.290
4.469
2.398
3.078
7.468
3.447
a. Dependent Variable: MARGIN
Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Ln
Model Summaryb
Model
1
R
.348a
R Square
.121
Adjusted
R Square
-.008
Std. Error of
the Estimate
69.94093
Durbin-W
atson
2.462
a. Predictors: (Constant), PROFIT, ROA, SBI, BOP, BLR
b. Dependent Variable: MARGIN
112
Hasil Uji Normalitas Data Setelah Ln
113
Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Ln
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Ln
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B
1 (Constant)
46.619
11.493
BOP
.536
.296
ROA
1.370
SBI
lendingrate
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
4.056
.000
.901
-4.710
.003
.859
1.164
.342
1.094
4.008
.001
.841
1.189
1.399
.523
.662
2.676
.013
.903
1.107
-6.921
1.983
-1.794
-3.491
.002
.898
1.114
114
Profit
-1.657
.352
-2.669
1.809
.064
.876
1.141
a. Dependent Variable: margin
Hasil Uji Autokorelasi Setelah Ln
b
Model Summary
Model
1
R Square
R
.742
a
.551
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.458
.45755
Durbin-Watson
2.157
a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate
b. Dependent Variable: margin
LAMPIRAN 2
UJI REGRESI LINIER BERGANDA
115
Hasil Pengujian Adjusted R2
b
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.742
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.551
.458
Durbin-Watson
.45755
2.157
a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate
Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara
Simultan
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
6.171
5
1.234
Residual
5.024
24
.209
11.196
29
Total
F
5.896
Sig.
.001
a
a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate
b. Dependent Variable: margin
Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara
Parsial
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Collinearity Statistics
116
Std. Error
B
(Constant)
46.619
11.493
BOP
.536
.296
ROA
1.370
SBI
Beta
Tolerance
VIF
4.056
.000
.901
-4.710
.003
.859
1.164
.342
1.094
4.008
.001
.841
1.189
1.399
.523
.662
2.676
.013
.903
1.107
lendingrate
-6.921
1.983
-1.794
-3.491
.002
.898
1.114
Profit
-1.657
.352
-2.669
1.809s
.064
.876
1.141
a.
Dependent Variable: margin
117
Download