pandangan hukum islajvi terhadap lingkungan iiidup

advertisement
PANDANGAN HUKUM ISLAJVI TERHADAP
TINDA.I{ PIDA.Ni\. PENCE1\'L4.f.L4.N DAN PERUSAI<.AN
LINGKUNGAN IIIDUP
Oleh
Nu rd in
NilYI : 9945117052
PROGRAM STUD I PIDANA. ISLAM JlJRUSAN .JJNAYAH SIYASAH
FAKlJLTAS SY ARI' AH DAN HUKUM
UfN SYARIF HTDA YATULLAH
JAKARTA
1427 H/2006 M
PANDANGAN HUKUM ISLAJ\II TERHADAP
TJNDAK PJDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDl!P
SKRIPSI
Diajukan Kcpada Fakultas Syari'ah D;in Hukum
l- lnt11k
Menc()nni
- ·- .
r ... Gelnr
. -- SRriana Hukum Islam
Dalam Bidang Studi Pidana Islam
~
.J
Oleh:
Nurdin
9945117052
Dibawah bimbingan
PNn him hing J,
Drs. Abu Tlrnmrin, !VI.Hnm.
NIP: 150 274 761
Pembimbing II,
,
.T~s:J~f!JtPV ~
NIP: 150 289 202
PHOGRAlW STUD I PIDANA TSLAM JtJRlJSAN JINA YAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
lrTN S'\'ARfF HTDA YATlJLLAH
JAKARTA
1427 H I 2006 lV1
PENGESAHAN PANITIA lJ,JIAN
Skripsi yang be1judul PANDANGAN HllKUM !SLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA l'ENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGK!JNGAN HIOUP telah
diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakm1a pacla tanggal J7 Maret 2006. skripsi telah diterima
sebagal saiali ~t::iu syaral u11luk 111c1oµt;1ult!l1 gelar Satjaua ProgratH Strata 1 (Sl) pada
jurusan .linayah Siyasah.
.Jakarta, 05 Juni 2006
Meugesa hkan,
Dekan Fakultas Syari'ah & Hnkum
UJN S a 1·cl Jakarta
Pro: Dr. H. M. Amin Summa, SH. MA. MM
150210442
Sidang Munaqosyah
Ketua_
Prof. D•:. H. Hasanuddin AF, MA
~P"'C?
( ................................ )
150 050 917
........~ ............ )
Sekretaris_
Drs. Abu Thamrin, M.Hum
150 274 761
(
Pernbimbing l
Drs. Abu Tha mrin, 1\1.Hum
( ................................ )
150 274 761
Pemimbing II
Jaenal Aripin, M.Ag
150 289 202
Penguji I
Dedv Nursvamsvi, M.Hum
150 264 001
Penguji !I
Drs. Asep Svarifuddin Hidavat, SH
150 268 783
dfMj"
KATAPENGANTAR
Tiada kata atau kalirnat yang ternsa memadai untuk mengartikulasikan rasa
syukur penulis kepada Allah SWT Dialah sumber tertinggi spirit, OP,timisme, dan
energi bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan juga meskipun hams melalui
proses yang cukup berat dalam pengalaman pribadi penulis.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurnh limpahkan kepada Baginda
Rasulu!lah SAW. Beliau adalah revolusioner duniayang mengantarkan manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang beserta para sahabat dan
keluarga beliau yang telah mernpe1juangkan agama Allah SWT dalam berbagai
gelombang kehidupan hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan.
Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
skripsi
ini
masih jauh dari
kesempurnaan meski waktu, tenaga, dan fikiran telah diperjuangkan dengan segala
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya karya ilmiah ini,
agar hermanfnat hagi penulis khususnya dan hagi para pemhaca pada umumnya.
Pcnulis berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi im sebagai salah satu syarat unutk
mencapai gelar Sarjana Hukum Islam. Oleh karena itu, penulis mcnghaturkan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Hasanuddin AF selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum
Univcrsitas Islam Ncgcri Syarif 1-Jidayatu!lah .Jakarta.
2. Bapak Drs. 1-T Afifi Fanzi Abbas . MA dan Rapak Drs. Abu Thamrin, M.Hum,
masing-niasing selaku Kellia Jurnsan dan Sekreiaris Jurnsan Jinayah Siyasah yang
telah banyak membantu penulis selama masih dalam masa kuliah.
3. Bapak Ors. Abu Thamrin, M.J-lurn dan Bapak Jaenal Arifin, M.Ag selaku
pembimbing penulis dalam pennlisan skripsi ini. Dan berlrnt bimbingannya yang
nenuh denPan
1·
..;>
nf'rhntfr~n
---·· -·
-i---
Onn kctclitlannvn
··--
·
--
-~--
.,1
~chinfrrra
OQ
-
-
nr;nqlis <lanat
rnenvcJcsaikan.
r·
---,.,
.
.
1-·-·
-
-
skripsi ini.
4. Segenap bapak dan ibu dosen di lingkungan Fakultas Syari'ah dan J-lukum yang
telah berhagi pengetahuan.. pemikiran . dan gagasan dengan penulis se.lama
menjalani studi.
5. Kepala perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum, Kepala perpustakaan utama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Indonesia yang memperkenankan penulis meminjam koleksi
buku-buku perpustakaan.
6. Teristimewa, Ayahanda tercinta yang tetap berjuang demi penulis sampai akhir
hayatnya, lbunda tercinta yang senantiasa mendorong penulis untuk tidak arang
apapun aral yang melintang, sepertinya. lautan tintapun tidak Cllknp untuk merinci
jasa dan kebaikan multi dimensional mcrcka bcrdua.
7. Isteri tercinta yang tak pernah lepas dalam memberikm1 dukungan kepada penulis
dan tctap sctia menemani penulis dalam menjalani bahtera kehidupan yang penuh
dengan cinta dan Jrnsih s11y11ng
R Ananda 1erc.int3 Kayla Fatihah Mumtazah yang se!alu menjadi motivasi dalam
menyelesaikan skripsi dan studi penulis.
9. Segenap keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Pencinta Alam
Arkadia Universitas lslam Negeri SyarifHidayntullah, tali persaudarnan kita tidak
akan pernah putus meski gelar sarjana telah melekat di dada
10. Keluarga besar Jurusan Jinayah Siyasah Program Studi Pidana Islam Angkatan
'99, semoga kebersamaan kita dalam herkarya, berdiskusi, dan bercanda akan
tetap ada meski kelulusan telah menjemput kita.
l l Sahabat-sahabat yang bernda di Pesanggernhan, teristimewa adalah Ojek yang
me11jadi
teman
dalam
berdiskusi
dan
telah
banyak
membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12 Se1mrn pihak yang tidak dapa1 penulis sehutkan salu persatu yang telah banyak
membantu dalam menye!esaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik tersebut penulis
kembalikan, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda. Dan hanya kepada Allah
penulis herserah diri.
DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR ................................................................ .
DAFTAR ISI ..... .
BABI
BAB II
IV
PENDAHULllAN ........................................................ .
A Latar Belakang Masalah
l
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .. .
10
D. Metode Penelitian ..................................................... .
11
E. Sistematika Penulisan .................... .
12
TINDAK PIDANA DALAM HUKUM ISLAM .................... .
14
A. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana
14
l. Pengertian Tindak Pidana
14
2
16
TJnsur-Unsur Tindak Pidana
B. Macam-Macam Tindak Pidana... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
17
C. Asas Legalitas dan Kausalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
2I
1. Asas Legalitas
21
2
23
Asas Kausalitas
D. Tujuan Pemidanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .................................... .....
F
Sanksi Pidana ...
............ ., . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......... .
24
26
BAB III
I. Pengertian dan Dasar Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
26
2. Macam-Macam Sanksi Pidana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
27
TINJAUAN
UMUM
TENTANG
PENCEMARAN
DAN
PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM UU NOMOR
23 TAIHIN 1997 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .....
30
A. Pengertian Lingkungan Hidup
30
B. Hubungan
Timbal
Balik
Antara
Manusia
Dengan
Lingirnngannya
35
C. Pencemaran clan Perusakan Lingkungan Hidup Sebagai Tindak
BAB IV
Pidana
36
!. Pengertian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
36
2. Pengertian Tindak Pidana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
38
PEMIDANAAN TERHADAP TINDAKAN PENCEMARAN
DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT
HUKUM ISLAM . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
40
A. Lingkungan Hid up Dal am Ajaran Islam . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . .
40
I. Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dalam Ilmu Fiqih . . . . . . . . .
43
2. Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dal am Ushul Fiqih ... ... ..
45
B. Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Menurut Hukum Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
50
C. Unsur Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup Menurut Hukum Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
55
D. Sanksi Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
BABY
Hidup Menurut Hukum Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
56
PENUTUP ......... ... ...... ........................ ........................
57
A. Kesimpulan
57
B. Saran-Saran
58
DAFTAR PUST AKA ................................................................... .
60
BAH I
PENDAHULUAN
A. i .Mar Belakang Mnsalah
Sejak manusia mengenal pe.radaban. rih11an tah1m yang lain. man11srn
selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas
hidup lidak lain
111e1
upakan usaha uiiluk mendapatkan kenyarnanan hidup.
Kenvamanan hidup yang dimaksudkan selain untuk dapat dinikmati oleh dirinya
qencliri pacln saat masih hin11p. jnga diha.raplrnn dapM diberikan atau diwariskan
oleh anak-cucu. Usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia tidak akan
pernah berhenti sarnpai ak.l1ir. za1r1an uanii.
l Jsaha peningkaian kualitas hidup mannsia sangai terasa sejak revoltrni
industri yang rnelanda bemm Eropa pada pertengahan Abad ke-19, yang
kemudian menyebar ke Amerika. Pada saat itu manusia berlomba untuk
mendpiakan rnesin-mesin baru untuk menghasilkan prnduk-produk baru yang
diharapkan dapat segera dinikmati dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Perlmnha<in dalam meningkatkan k11alitas hidup tersebut juga melanda bidang
melalui .oembukaan lahan-lahan .nertanian dan
pertanian dan oerkebunan
.
perkebunan baru di kawasan Amerika, Asia, Australia dan juga Afrika. Dengan
hantuan mesin, hasil pertanian dan perkehunan dapat ditingkatkan dan diolah
lebih Janjut menjadi bahan yang SBne;at dihntnhknn mRm1siB, yHitn sannBng dim
2
pangan. Perut bumi juga tidak luput dari sasaran perlon1baan untuk meningkatkan
kualitas
hidup manusia.
Perlambangan-pertambangan barn dibuka unluk
mendapatkan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi. Perlombaanperlombaan tersebut terasa dipercepat laci clencan pertambahan jmnlah penrlnrlnk
memenuhi olanet
bumi kita vang satu ini.
.vang- menvebar
.
.
~
Unluk dapal rnemenuhi kebutuhan manusia yang berupa sandang,
pangan, dan papan, manus.ia memanfaatkan penemuan-penemuan barn ilmu
pencefahnan dan teknoloci untuk mencemk hasil kekayaan alam yang ada
sehanyak-hanyaknya.
Walaupun
kekayaan
alam
cukup
tersedia,
namun
karena
pengamhilannya jauh lehih cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk dalarn
pembentukan kelrnyaan alam tersehnt, mab tirlak 11111stahil dalam waktn sinekat
kekayaan alam tersebut akan habis.
Pembangunan yang sangal P'"al Jewasa ini iemyata mernbawa danlpak
bagi kehidupan manusia. Dampak disini dapat bernilai positif yang berarti
memberikan manfaat haci kehirlupan manusia dan dapa1 bemilai negatif yaitu
timbulnya resiko yang sangat rnerugikan masyarakat.
Dampak yang bernilai positif memang sanga! diharapkan oleh manusia
dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan hidup. Sebagi~n kecil
dari dampak positif adanya pembangunan adalah meninckatnya pertnmhuhan
ekonomi secarn bertahap sehingga terjadi perubahan struktur ekonomi yang lebih
3
baik, pembangunan juga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejateraan
rakyat secara merata.
Adapun dampak yang bersifat negatif merupakan clampak yang sangat
tirhk rliharnpkan oleh se1111rn orang, brena dampak negatif dapat menurunkan
kualitas clan kenyamanan hidup yang harus cliatasi dengan sebaik-haiknya.
Dampak negatif yang sangat menonjol akibal kegiatan pembangunan terhadap
lingkungan adalah masalah pencemaran lingkungan.
Kekhawatiran manusia atas masalah lingkungan yang dapM menurunkan
kualitas clan kenyamanan hidup mulai tampak. Hal ini tampak dari bertambahnya
perbendaharaan kata yang dijumpai saat ini, seperti ekologi, erosi, polusi, hujan
asam dan lain sebagainya. Oieh karena itu, manusia mulai berfikir untuk
mene;dola snmher daya a lam 'fan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut
dimaksudkan agar gcnerasi sdanjutnya dapat merasakan apa yang telah diperbuat
terhaclap sumber daya alam dan lingkungan.
Pada clasamya manusia memiliki peran yang sangat penting clalam
pemeliharaan lingkungan. Setelah segala unsur yang ada dalam nrnng lingkupnya
clitunclukkan pacla mereka, maka pada tahap selanj utnya mereka clituntut untuk
berinlerak.si del!gan baik sesuai dt:ngan hukum yang ielah cligariskan oleh Allah
SWT, yaitu clengan melaksanakan serta memelihara pemberlakuan hulrnm-hukum
1
tersebut da!am ap!ikasi nyata. Salah satu peran manusia terhaclap lingkungan
' Yusuf Al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Li11gku11ga11, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002),
Cetakan Pertarna, h. 24
4
adalah berusaha membangun bumi ini dengan cara menanam, membangun,
memperbaiki dan menghidupi, serta menghindarkan diri dari hal-hal yang
merusak lingkungan itu sendiri.
2
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tnhan Yang Maha
Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya
yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat menjadi
smnber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Tndo11esia serta makhlui<
hirlnp lainnya clemi kelBngsungan dan perringkatan kualitas hidup itu sendiri.
Untuk memenuhi jaminan-Nya terhadap manusia,maka sejak Allah
menciptakan bumi dan menjadikannya tempat tinggal mereka, Allah juga
membuat subur semua tanah di muka bumi ini sehingga dapat dimanfaatkan untuk
hcrcocok tanam. Sebagainrnna dijelaslrnn clalam firman-Nyn·
ti
0
,..
)
'
,,
_...
~~ ,_.,LS
,,,,-
0
/
-
"'""'""/
/
/
/
/
/
-
/\)
0/
,>',..
/
..-o / /
_:,,... ~ ~IJ 1.5""\JJ ~ ~.O.l\J \.P>\.;.)..\.4
/
• ,..
(20-19 : p l )
,,.
~,..
/
....
~ jl::.: aj ~
//
,,..
J
/
/
0
(I
f.. ,,.
J" J '1\J
/
0
y) ~ ~ ~ ;.s::.i Q;;,.)
/
/
Artinya: "Dan Kami te/ah menghamparkan humi dan menjadikan
padanya gunung-gunung dan Kami tumhuhkan padanya segala sesuatu menurut
ukuran. Dan Kami telah meJ?iadikan untukmu di humi keperluan-kepeluan hidup,
dan (Kami menciptakan pula) makh!uk-makhluk yang kamu sekali-kali hukan
pemberi re::eki padanya (Q.S. Al-Hijr: 19-20)
Pembangunan
merupakan
upaya
dasar
dalam
mengolah
dan
memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik
untuk mencapai kemakmurnn lahir maupun untuk mencapai kepuasan batin.
2
!bid., h. 26
5
Suatu proses pembangunan yang berwawasan lingkungan berasumsi bahwa setiap
lingkungan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang
diakibatkan o\eh suatu usaha clan atau kegiatan.
Permasalahan Jingkungan hidup tidak hanya terhatas pada masalah
sampah. pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, atau bahkan sekedar
pe\estarian a\am. Akan tetapi lebih dari itu, masalah lingkungan hidup merupakan
bagian dari suatu pandangan hidup. Sebab hal itu merupakan kritik terhadap
k"senjangan yang diakihatbn·oleh pengurasan energi dan keterbelakangan yang
diakibatkan oleh pengejaran pertumbuhan ekonomi yang optimal dan konsumsi
yang maksimal. Dengan kata lain, masalah lingkungan hidup berkaitan dengan
pandangan dan sikap hidup manusia untuk melihat dirinya sendiri maupun pada
titik pengertian. lnilah nonna-nonna fiqih yang merupakan penjabaran dari nilainilai dasar Alquran dan Sunnah yang dapat memberikan sumbangan dalam upaya
pengembangan lingkungan hidup. 3
Paradigma pembangunan yang kapitalistik dan berkembang di Indonesia
t"lah memunculkan kebijakan yang cenderung mengeksp!oitasi tanah demi
menrreiar
oertwnbuhan
ekonomi -van!!
orasvarat
oembanrrunan
....,u
•
- dikatakan sebarrai
•
•
.....
~
nasional. Eksplorasi dan ekploitasi lingkllllgan sudah sejak lama mengakibatkan
dampak negatif yang berdimensi sosial, ekonomi, budaya, maupun kemsakan
3
132-133
Ali Yafie, Jvfenggagas Flqih Sosia/; Dari Soal Lingkunga11 Hidup, Asuransi dan Dakwah, h.
6
lingkungan secara fisik. Dampak yang terlihat akibat industli dan teknologi antara
lain adalah:
1. Pencemaran Udani
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Daratan.
Perilaku manusia selamanya lidak pernah lupul dari kesalahankesalahan, haik itn yang disengaja maupun tidak disengaja, sehingga perbuatan
tersebut merugikan ornng lain Kesafahan ini dapat h<'mpa '11at11 P'"·himtan yang
nerbuatan
iahat. Perbuatan iahat atau kejahatan merupakan
dil!olmwkan
sebal!ai
- ....
'
~·
~
perbualan yang disamping merugikan orang lain, perbualan lersebut juga
melanggar kaidah hukum pidana yang herlaku. Dapat dikatakan hahwa kejahatan
atm1 tirn:fok pidm1a m('n1pabn p<"rhuatan yan3 dilarane menurnt hukum dan
di ancam dengan sanksi pi dana bagi siapa saja yang melakukan perbuatan
terlarang lersebut. bcgitu juga dengan ancaman pidana ditujukan kepada
perhuatannya..
sedangkan
sanksi
pidana
ditujukan
kepada
orang
yang
menimbulkan keJ·adian tersebut oleh brena itn antern 1"rnn<,an
denP'an
ani"aman
- - u
~
~·
pidana harus ada hubungan yang erat juga. Hukum pidana tidak melarang adanya
orang mati al.au eedera, akan lelapi yang dilarang oleh hukum pidana adalah
adanya orang mati atau cedera karena perbuatan orang lain.
Tlmu fiqih 5t"baeai ilmv yane meneatur manusia dengan Tuhannya,
denga11 dirinya, denga11 kduarga dan masyarakalnya, dan dengan alam sekitarnya,
sesuai dengan hukum-hukum syari'al yang sudah dikenal luas, yailu: wajib,
7
sunnah, haram, makruh dan mubah. Oleh karena itu, para ahli fiqih mengatakan
bahwa syariat Islam berlaku bagi semua mukallaf, dan tidak ada satu pekerjaan
pun ynng Input dari pemhahasannya Huhungan ilmu fiqih dengan pemeliharaan
lingkungan, pelestarian dan perlindnngannya dari segala hal yang memhahayakan
dan merusak merupakan hubungan yang merniliki rarnbu-rarnbu yang jelas. 4
Hubungan fiqih dengan lingkungan tidak hanya terbatas pada wilayah
bukum-hukurnnya semata, tetapi j uga berhubungan era! dengan kapasitasnya
sebagai clasar pemhF-ntnknn hnkum secm11 universaJ Kenyataan ini tidak dapat
dipungkiri oleh para ahli fiqih, bahwa metode-metode fiqih yang terkenal telah
melahirkan batasan-batasan dalam berbagai literatur yang amal banyak, yang
dalam hahasan-hahasan itn hanyak menyinggnng pentingnya memberikan
perhatian
terhadap
J.ingkungan,
serla
hagaimana
!slam
mengatur
clan
rnemeliharanya. Karena di dalamnya dipaparkan prinsip-prinsip pemeliharaan
lingkungan dengan amat terpuji. 5
Perlindungan terhadap lingkungan merupakan sehuah pelaksanaan yang
clilaln1lrnn tf'rhnclap
sy~riat
yang clipBbi clalam mf'nf'gakkan kemaslahatan umat di
dunia sekaligus di akhirat yang bertujuan untuk menegakkan syariat itu sendiri,
yaitu menjaga agama, diri (nyawa), keturunan, aka! dan harta-harta benda
mereka. 6
4
Yusuf Al-Qardhawi, Op. Cir., h. 51
'Ibid., h. 53
6
Ibid. h. 59
8
Hukum pidana Islam menjatuhkan sanksi pada setiap tindak pidana yaitu
hukuma11. Allah SWT menurunkan hukuman dengan lujuan untuk memdihara
dan menghormati agama. nyawa, ketunman, aka! dan harta. Karena memelihara
kelima hal di atas merupakan tujuan syariat (mrrqashirlus syr1ri 'r1h) Maka apabila
kila kaji secara mendalam, tidak dapal diragukan lagi bahwa pemeliharaan
lingkungaii, pekstarian dan pengembangannya len::akup dalam lima maslahat di
atas, yaitu:
l. Menjaga lingkungan sama dengan menjae;a Agama
2. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa
3. Menjaga lingkungan sama dcngan menjaga kelunman
4. Menjaga Jingkungan sama dengan menjaga aka!
Terdorong oleh kenyalaan yang telah terjadi dan semakin banyaknya
rnodus operandi kejahatan da.n peia11ggafan µidana pe11ceinatan dan perusaka:n
lingkungan hidup, maka penulis teriarik uniuk mencoba menguraikan masalah
tindnk pidana pencemaran dan pernsakan lingkungan . yane; kenrndian pennlis
tuangkan ke dalam skripsi yang berjudul: "PANDANGAN HUKUM ISLAM
TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN
LINGKUNGAN HJDUP"
9
B. Pembatasan dan Perumusan l\1asalah
a. Pcmbatasan
Untuk menghindari kerancuan dalam pemhahasan, penulis akan
1111Cmbata<;i p1Cm1asalahan yang akan dibahas, yaitu :
a. Pengertian dan istilah lingkungan hidup serta hal-hal yang berkaitan
dengannya dalam perspektifislam dan hukum positif.
h
Tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dalam bukum
positif
c.
Pandangan atau
konsep
hukum
pidana
Islam
terhadap
perilaku
pcnce1narnn dan perusakan lingkungan hidup.
b. Perumusan
Berdasarkan judul dan pemaparnn latar hE>laknne; masalah s<'rta
pembatasan masalah di atas, penulis mencoba merurnuskan beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan tindak pidana pcncemaran dan
perusakan lingkungan hidup, yaitu :
a
Apakah yane; dimahud dene;m1 penr.1Cmaran dan perusakan lingkungan
hidup menurut UU Nomor 23 Tahun 1997?
b. Bagaimana
ketentuan
pidana
terhadap
lindakan
pencemaran
dan
perusakan lingkungan hidup menurut UU Nomor 23 Tahun 1997?
c. Bagaimana pandangan huknm Tsfam terhadap tindakan pencrn11arnn dan
perusakan lingkungan hidup dalam Islam?
10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
e
TTntnk m<"ne;etehni hf'nt11k p<"nc('meren dan pernsakan lingkungan hidup
vang dapat di!rntegorikan sebagai tindak pidana dalam perspektifislam.
b. Untuk mengt':lahui kelenluan pidana dan sanksi pidana pelaku pencemaran
dan pemsakan lingkungan hidup dalam perspektiflslam.
c. Untuk mengetahu.i perbuatan pencemarnn dan pern.sakan line;k1me;an hidnp
dalam perspekitf hukum pidana Islam
2. Kegunaan
a.
Sebagai sumbangan pengetabuan dan infonnasi tentang pandangan hukum
pirlene
l«lam
terhadap tindak pidmw
pencemaran dan pernsakan
lingkungan hidup.
b. Mencoba membuka wawasan dan Y<acana baru tentang perilaku
pencemaran dan
perusakan lingkungan
hidup herdasarkan hukum
lslam.dan hukum positif
c. Untuk mendapatkan gelar Smjana Strata l (S-1) pada Fakultas Syari'ah
-
dan Huk.um, Universilas Islam Nt:eeri Sva1ifHiuavatullah
Jakarta
,
,
IJ
D. Mctode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian
keplls1akaan (l,ihrmy f?esearch), dan dalam mengolah juga menganalisa data
pt"nulis menggunakan pendelrntan kualiiBtif rlenem1
eara
rnendeskripsikan
permasalahan yang akan dibahas dengan rnengarnbil rnateri-rnateri yang relevan
<lcngan permasalahan.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah menggunakan
halrnn dnk11111<'n yane: tertnJi, dalarn hllku-buku, artikel dan makalah, yang
husilnya berupa kutipan atau catatan.
Dan di dalam mengolah dan menganalisa data, penuiis 1mmggw1akan
meiode induk1if. yai1u dengan earn menganalisa da1a yang bertitik tolak dari data
vm1g khusus yang kemudian ditarik pada kesimp11lan yane hf'.Viifot
1111111111
Mengenai teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi, fosis, Disertasi UJN S)1ar!f Hidayatullah
Jakarta tcrbitan Jakarta Press, cetakan II, tahun 2002,7 dengan beberapa
pengecualian :
I. Ayat-ayat Al-quran tidak diberikan catatan kaki, tetapi langsung disebut surat
dan ayatnya, dengan te1jemah yang diambil dari buku te1jemahan Al-quran
yang diterbitkan oJeh Departemen Agama.
7
2002)
1\zyumardi Azra, et Al, JJedo111a11 F e1111/isan .)'kritJsi, /'esis, /Jiserlasi, (Jakarta: UIN Press,
1
12
2. Semua terjemahan dari ayat Al-quran, hadis, dan kaidah-kaidah serta istilah
berbahasa Arab lainnya diketik Jalam satu spasi.
E. Sistematika Penulisan
Agar penulisannya lebih sistematis dan terarah, maka penulisan ini
disusun dalmn '\ (lima) bab, yMg masing-masing pembahasannya memiliki titik
.
tekan .,,van".... berbeda namun tetan berkaitan., ,.,vaitu:
Rab pertama, menguraikan bagian pendahuluan yang memberikan
gamharan
~ecarn
umum tentang judul skripsi ini dengan menguraikan Jatar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tiuuan dan kegunaan
penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bah kedua, membahas tin<lak pidana dalam hukum Islam yang melipuii:
pengertian dan unsur tindak pidana, macam-macam tindak pidana, asas legalitas
oan ka1.1salitas, tujuan
p~midanaan
da!Bm huk1.m1 Islam, dan sanksi pidana dalam
hukum Islam.
Bab ketiga, membahas tinjauan umum tentang pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup dalam UU Nomor 23 Tahun J997 yang meliputi :
pengertian lingkungan hidup, hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sebagai tindak
pidana.
Rab keempat, membahas tentang pemidanaan terhadap tindakAn
pi"nc~marnn dan perusalrnn lingkungan hidup dalam hukum Islam, yang meliputi:
IJ
lingkungan hidup dalam Islam, tindak pidana pencemaran dan perusakan
lingkungan menurut hukum Islam, unsur tindak pidana pencemaran dan
pernsakan lingkungan hidup menurut hukum !slam, serta sanksi tindak pidana
pencen1aran clan perusakn.n linek11ne;an
1nenur1_1l
h11k11n1 f5lr11n
Bab kelima, merupakan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINDAK PIDANA DALAM HUKUM ISLAM
A.
Pengertian dan Unsur Tindak Pidana
l. Pc11gertian Tindak Pitlana
Dalarn hukum Islam, istilah tindak pidana dikenal dengan sebulan
.1arimah. lstilah ini secara etimologis adalah perbuatan burnk, jelek atau
dosa. 1 Sedangkan secara rerminologis istilah jarimah menurut Abdul Qadir
Audah adalah sebagai berikut :
Artinya : ''.!arimah
adalah larcmgan-larangan .1yara' (yang apabila
dikerfakan) diancam oleh A I/ah dengan hukuman had atau
ta'=ir. "
2
Lebih lanjut beliau menjdaskan masalah ini dengan mengatakan
bahwa Jafadz mahdzurat seperti tennaktub dalam definisi di atas adalah
sebagai berikut :3
&
_,.
"" J:;.t.: J'.,j
~.:I :,1
r
_,.
,,,, <"
"'
~ :r,,
~
)
,,
J..' o:_1t.J1 l.j
r
,.,
,..
,,
Artinya: "Yang dimaksud dengan mahdzurat atau larangan adalah
melakukan sua/u perbuman yang dilarang a/au meninggalkan
suatu perbuatan yang diperintahkan."
1
2
Rahmat Hakim, H11k11111 Pida11a Islam, (Bandung: PustakaSetia, 2000), Cetakan I, It 13
Abdul Qadir Audah, al Tasyri' al Jina'i al Islami, (Bei,;ut: ·;,:;~s~Risalah, 1994), Juz
I. h. 66
:,
'
] Ibid, h.66
i-clfp_
'"~
.
.·.. .
uf~Js,,;,
us,''/;;,,·j'.' · ·
'f.-'J,,'f(•
'·,,;'.~/",;;.
"•!i/" /-'·';'
;/t
'''i;.'i
/,,~l'\.,'.·~~?'"i/,' •'u
0
15
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat difahami bahwa kata mahdzurat
mengandung 2 (dua) pengertian, yailu . !'i:riumu, L<11angan berbual artinya
dilarang mengerjakan perbuatan yang dilarang. Kedua, larangan tidak
berbuat atau larangan untuk diam, artinya adalah meninggalkan ha! yang
menurut aturan harus dikerjakan. 4
Dari uraian di alas, dapat diambil kesimpulan bahwa kata jarimah
identik dengan pengertian yang dalam hukum positif disebut sebagai tindak
pidana atau pelanggaran. Maksudnya adalah satuan atau sifat dari suatu
pelanggaran hukum. Dapat dikatakan bahwa jarimah diistilahkan dengan
delik atau tindak pidana. 5
Banyak ulama fiqih yang menyebut jarimah dengan lafadh jinayah.
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah, pengertian jarimah adalah sebagai
berikut :6
"'
r r' G-)lk...o1
~:? "'r~ "'
,,
,,,.,
,,
,,
~i
,,,
Artinya
0
a;G:J1
,,
_j, :i Jt. :,I
,,
,;I
"Jinayah menurut terminologi ada!ah sebuah nama untuk suatu
perbuatan yang dilarang (haram) secara syar'i, baik perbuatan
tersebut menyangkut jiwa, harta, a/au selainnya."
'Rahmat Hakim, Op.Cit., h. 14
' Jim/.. h. I 5
6
,,
)
Abdu: Qodir Audah, Op.Cit., h. 67
16
Sebenamya µemakaian kata jinayah memµunyai arti lebih umum
(luas ), yaitu ditujukan bagi segala sesuatu yang <ida sangkut µautnya dengan
kejahatan manusia dan tidak ditujukan bagi satuan µerbuatan dosa tertentu. 7
2. Unsur-unsur Tindak Pidana
Dalam setiap tindak pidana harnslah men1µunya1
unsur-unsur,
sehingga suatu perbuatan dapal dikategorikan sebagai lindak pidana
(jarimah). Abdul Qadir Audah mengemukakan beberapa unsur yang harus
terdapat
dalam
tindak
pidana
sehingga
perbuatan
tersebut
dapat
dikategorikan sebagai perbuatan pidana (jarimah). Unsur-unsur lersebut
adalah:
a. Unsur formil (rukun .1yar'i), dengan pengertian adanya nash yang
mclarang suatu pcrbuatan dcngan ancan1an hukuman bagi pc1akunya.
Drtlam unsur ini ulama fiqih membual kaidah : "tidak ada suatu tindak
pidana dan tidak ada pula sualu hukuman lanpa ada nash."
b. Unsur material (rukun maddi), dengan pengertian adanya tingkah laku
yang membentuk tindak pidana (jarimah), baik berupa perbuatan yang
nyata ataupun hanya sikap saja.
c. Unsur moril (rukun adabi}, dengau pengerlian adanya pelaku tindak
pidana (farimah), yang dalam hal ini adalah seseorang yang sudah
mukallaf
7
atau
Rah1nat I-Iakinl, Lo~;. ('it.
orang
yang
dapat
mempertanggungjawabkan
17
perbuatannya. Oleh karena itu, pelaku tindak pidana Oarimah) haruslah
orang yang memahami hukum.
8
Unsur-unsur tersebut di atas merupakan unsur-unsur yang bersifat
umum dan berlaku pada setiap tindak pidana Oi1rimah). Selain unsur-unsur
tindak pidana yang bersifat umum, terdapat pula unsur tindak pidana
(Janmah) yang bersifat khusus. Unsur khusus ini hanya beriaku pada tindak
pidana tertentu, seperti mengambil atau memindahkan harta bcnda orang
lain. pada tindak pidana pencurian atau menghilangkan nyawa orang Iain
pada tindak pidana pembunuhan.
B.
Macam-macam Tindak Pidana
Berbicara tentang macam-macam tindak pidana dalam hukum pidana
Islam, maka dapat digolongkan ke dalam beberapa macam dilihat dari segi
perbcduan dnn cnra penlr~jauanny·a. Gc:rdasarkan hal tcrsehuL
tnaka 1naca1n-
rnacam tindak pidana itu adalah :
1. Dilihat dari segi berat atau nngannya hukuman, bentuk tindak pidana
(jarimah) ini dibagi ke dalam tiga macaam, yaitu : jarimah hudud, jarimah
qishashdiyat danjarimah ta ';;ir .
.larimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan dengan hukuman
had, dimana macam dan jumlahnya mernpakan hak Allah. Pengertian hak
"Abdul Qadir Audah, Op.Ci1., h. 110-111,juga lihat Rahmat Hakim, Op.Ci/., h. 52-53
18
Allah adalah bahwa hukuman tersebut tidak dapat dihapuskan baik oleh
perseorangan (yang menjadi korban jarimah) atau masyarakat yang diwakili
oleh pemerintah dimana efek penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh seluruh masyarakat. Jarirnah-jarimah hudud itu terdiri dari : zina, qadzcrf,
n1inu1n-n1i11un1an keras, 111encuri, 1nuhc,;rib,,;-li, rldclah dan a! baF:;l~vu .
.Jarirnuh •1ishash llr:vat adalah perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukurnan qishash atau hukuman diyat. Hukuman ini menjadi hak
perseorangan korbaniahli waris korban), korban dapat mernaafkan si pelaku,
dan apabila dimaaflcan hukurnan itu menjadi terhapus. Jarimah qishash dan
diyat itu berupa pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, dan
pembunuhan kesalahan .
.Jarinwh ta ';;ir adalah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
beberapa hukmnan ta'zir. Hukuman ta'zir rnernpakan hukuman yang tidak
terdapat dalam nash atau dalam pengertian syara' lidak menentukan macammacam hukmnan untuk tiap-tiap jarimah ta'zir. Oleh karena itu, hakim
dibcrikan kebebasan untuk mernilih hukuman yang sesuai clengan macam
jarimah ta'zir serta keadaan si pembuat pula. Hal ini dimaksudkan agar
rnereka
dapat
mengatur
masyarnkal
dan
mernelihara
kepentingan-
kepentingannya serta dapat menghadapi keadaan yang mendesak dengan
9
sebaik-baiknya. Contohnya adalah penerapan hukuman bagi pelaku pengedar
9
Abdul Qodir Audah, Op.Ci1., h. 78-81
19
dan produsen Narkotik dan Zat Adiktif (NAZA), dimana bentuk hukumannya
diserahkan sepenuhnya kepada manusia dengan prinsip maslahah.
H. A. Djazuli dalam bukunya membagi ta'zir menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. Jarimah hudud atau qishash, diyat yang syubhat atau tidak memenuhi
syarnt, namun sudah merupakan maksiat.
b. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadits, namun
tidak ditentukan sanksinya.
c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulil arnri untuk kemaslahatan
umum. Dalam hal ini yang dijadikan pertirnbangan adalah ajaran Islam
sebagai pertimbangan untuk menentukan kemaslahatan umum.
2. Dilihat dari segi niat pelakunya, jarimah ini dapat dibedakan menjadi jarimah
disengaja dan jarimah tidak disengaja.
Pada jarimah yang disengaja, pelaku dengan sengaja melakukan
jarimah dan ia rnengetahui bahwa perbuatan tersebut adalah salah. Jika si
pelaku tidak menghendaki akibat-akibat perbuatannya, maka perbuatan
tersebut disebut dengan semi sengaja.
Bentuk kebalikan dari jaiirnah sengaja adalah jarimah tidak sengaja.
Bentuk jarirnah ini dapat terjadi karena, perrama, yaitu karena kekeliruan.
Perbuatan karena kekeliruannya ini sengaja dilakukan, namun hasil yang
didapat tidak dikehendaki oleh pelaku. Seperti seseorang bennaksud menakutnakuti orang lain dengan dengan senjata, tetapi senjata tersebut mengenai
20
orang yang dilakuli tadi. Celaknya orang lain lersebul adalah karena
kekeliruan, bukan karena ada niat atau atas dasar kesengajaan. Kedua, karena
kelalaian, yaitu suatu perbuatan yang sama sekali tidak disengaja, baik
perbuatan itu sendiri maupun hasil dari perbuatannya. Seperti seseorang yang
membakar sampah dengan maksud membersihkan sekeliling rumahnya.
Tanpa sepengetahuannya api membesar dan membakar sesuatu milik orang
lain. 10
3. Dilihat dari segi objeknya, jarimah terbagi menjadi jarimah perseorangan dan
jarimah masyarakat. Aspek yang dapat membedakan bentuk jarimah ini
adalah aspek korban. Jika yang menjadi korban itu perseorangan maka
jarimah tersebut jarimah perseorangan, dan jika yang menjadi korban itu
adalah masyarakat. maka jarimah tersebut disebut jarimah masyarakat.
Sebagian u lama mengatakan. j ika korban tersebut perseorangan, jarimah
tel·sebut 111el\1adi hak ad.uni ( pcrscornngan ). tctapi jika korbannya masyarakat,
jarimah tersebut menjadi hak jama' ah (hak Allah). 11
4. Dilihat dari segi tabiat atau motivasi yang khusus, jarimah ini terdiri dari
jarimah biasa (kriminal murni) dan jarimah politik. Pemisahan tersebut
berdasarkan kemaslahatan, kcamanan, ketertiban, dan pemeliharaan atas
sendi-sendinya. Oleh karena itu, tidak setiap jarimah yang diperbuat untuk
tujuan-tujuan politik dapat disebut jarimah politik, meskipun terkadang ada
1
''
Rahmat Hakim, Op.Cit., h 2.4
11
Ibid.• h. 24-25
21
jarimah biasa yang diperbuat dalam suasana politik tertentu dapat
digolongkan dalam jaiimah politik. Perbedaan antara keduanya terletak pada
motif (faktor pembangkitnya), apakah suatu tindakan itu hanya untuk
kcpentingan pribadi alau adanya muatan polilik
lei lenlu.
12
Rahmat hakim mengatakan, bahwa jaiimah politik adalah jarimah
yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tujuan politik untuk melawan
pemerintah yang sah pada waktu situasi yang tidak normal, seperti
pcmberontakan, mengacaukau perckonomian dengan maksud-maksud politis,
dan lain sebagainya. Sedangkanjarimah-jarimah yang tidak bennuatan politik
dinamakan jarimah biasa, seperti mencuri ayam atau barang-barang lainnya
atau membunuh atau menganiaya orang-orang kebanyakan (orang biasa). 13
C.
Asas Legalitas dan Kausalitas
l. Asas Legalitas
Salah satu aturan pokok yang sangat penting dalam penerapan
hukuman adalah kaidah yang menyatakan :
.,,
....
)
)
,,,
)
.,,,.
')
,~, ') ~~ 'J) ~_;.,
Artinya
"Sebelwn ada nash (ketentuan undang-undang) itu lidak ada
hukuman dan 'uqubatnya.~\'C/nksi. " 14
12
Ahn1ad Hanafi, Asas-asas fluk1u11 l)hia1111a Islaru, (Jaka11a: Bulan Bintang, 1967), h. 18-24
13
Rahmat Hakim, Op.Cit., h. 25
11
· Abdul
Qodir Audah, Op.Cit., h. 115
22
Dengan perkataan lain, perbualan seseorang yang cakap tidak dapat
dikatakan dilarang selmna belum ada nash (ketenluan) yang melarangnya
dan
dia
mempunyai
kebebasan
unluk
mclakukan
perbualan
atau
meninggalkannya, sampai ada nash yang tegas-tegas rnelarangnya.
Aturan pokok lain mengatakan bahwa pada dasamya semua perkara
dan sduruh perbualan ilu dibolehkan. Hal ini selama belurn ada nash yang
melarang, maka tidak ada tuntutan terhadap semua perbuatan, yakni :15
Kesimpulan dari kedua pokok di atas adalah bahwa suatu perbuatan
atau sikap tidak berbual lidak boleh dipandang si;;bagai tindak pidana
(jarimah) kecuali karena ada nash (ketentuan) yang jelas dan yang melarang
perbuatan atau sikap tidak berbuat tersebut
Asas legalitas dalam hukum pidana Islam memberikan pandangan
bahwa tidak ada jarimah atau hukuman tanpa nash yang disebutkan dalarn
.~vara',
hal ini tidak semata-mata didasarkan kepada nash-nash
.~vara'
yang
secara umum memerintahkan u/il amri (penguasa) supaya menegakkan
keadilan dan kebenaran serta melenyapkan praktek-praktek penyelewengan
dan kezaliman, akan telapi juga tegas-tegas didasarkan pada nash-nash
khusus rnengenai ha! ini, diantaranya adalah :
" /hid.
23
Artinya
" ... Dan Kami tidak akan 1nenghukum (.1·eseurang) sebelum kami
mengutus seorang Nosul. " (Q.S. A1-lsra : 1'i)
Nosh di atas secara tegas menjelaskan bahwa tidak ada suatu tindak
pidana (jarimah) kecuali sud ah ada penjelasan (nash) dan tidak ada hukmnan
kecuali telah ada pemberitahuan.
2. Asas Ka usalitas
Secara etimologis kausalitas bernsal dari bahasa latin cuusa yang
berarti sebab. Secara tenninologis kausalitas berarti sesuatu yang muncul
akibat sebab atau dalam ha! ini adalah sebagai akibat aktivitas.
16
Asas
kau,alitas ini berkaitan dengan asas tidak sahnya hukuman karena keraguan
Jalam hal terjadinya pc;risliwa pidana. Raociiuilah SAW bi.:rsabda:
,,, J , .
I, c~~~· ~\•,\,_;:.ii,··~
,,__,--oMO
JJJ
~
p
J, ;.
1
0
J ,,..
ll
l!0 .) ..I•...\.?'<.!\ \JJ
d).:>\"
Artinya : "Hindari hudud da!am keadaan 1yubh;1. "(H.R. Baihaqi)
,
17
Dengan ketentuan ini, putusan untuk menjatuhkan hukuman dilakukan dengan
keyakinan dan adanya hubungan antara sebab dengan akibatnya. Menurut
Abdul Qadir Audah, keraguan disini berarti segala hal yang kelihatan, seperti
sesuatu yang terbukti, padahal pada kenyatannya tidak terbukti atau segala ha!
yang sah menurut sah menurut hukum yang mungkin secara kongkrit muncul.
16
17
Lorens Bagus, Kamus Filsafai, (Jakarta: Gramedia, 2002), cetakan Ke-3, h. 399
lbnu Hajr al Asqolani, Jl11/11gh11/ Manun : Min Adil/at al Ahkam, (Beirut : Dar al Fikr,
1995), h. 120
24
Padahal tidak ada ketentuan untuk itu dan yang tidak ada dalam kenyataannya
.. 18
sen dm.
D.
Tu.iuau Pcmidauaan
Esensi dari pemidanaan bagi pelaku tindak pidana (jarimah) menurut
Islam adalah pertwna, pencegahan serta balasan dan kedua, adalah perbaikan
dan pengajaran. Dengan ttliuan tersebut, pelaku tindak pidana Oarimah)
diharapkan tidak lagi melakukan perbuatan jeleknya. Pemidanaan juga
merupakan tindakan preventif bagi orang lain untuk tidak melakukan ha! yang
sarna. Di sarnping itu, pernidanaan juga bertujuan untuk mengusahakan
kebaikan serta pengajarnn bagi pelaku tindak pidana. Dengan tujuan ini pelaku
tindak pidana diarahkan serta dididik untuk rnelakukan perbuatan baik dan
.
lkan perbuatan Ja
. I1at. 19
111e11111ga
Dalam aplikasinya, tujuan pemidanaan dapat dijabarkan dalam
bebernpa bagian, yaitu:
I. Untuk
memelihara
masyarakat.
Hal
1111
berkaitan
dengan
upaya
menyelamatkan masyarakat dari perbuatan pelaku tindak pidana. Pelaku
sendiri sebenarnya merupakan bagian dari masyarakat, tetapi demi kebaikan
masyarakat
yang
banyak,
maka
kepentingan
perseornngan
dapat
dikorbankan. Dalam ketentuan umum (kaidah), kepentingan yang lebih
banyak harus didahulukan daripada kepentingan perseorangan:
1
'
Topo Santoso, lvfe11ggagas Hukum Pida11a Islam, (Bandung : Asy Syan1il, 2000), Cetakan
Ke-2, h. 12 l
19
Rahma1 Hakim, Op. Ci!., h. 63
25
,,
,...
;
/
/
....
J /.
)
/
//
;;:,.,,,L:J....1 •~.\ l.SIS- r~ ;(:GJ\ ~\
Artinya: ·'Kemaslahatan umum didahu!ukan dan kemaslahatan khusus."
2. Sebagai upaya penccgahan atau prcvensi khusus bagi pelaku. Dengan kata
lain, tqiuan pernidanaan yang kedua ini adalah upaya memblokade kejahatan
agar Lidak lagi dilakl1kan dan tidak lagi diikuti oleh orang lain. Sehinga
terciptalah ketentraman dan kemaslahatan umurn.
3. Sebagai upaya pendiclikan dan pengajaran. Pemidanaan pada dasamya
merupakan upaya untuk mendidik pelaku tindak pidana agar menjadi orang
baik dan anggota masyarakat yang baik pula. Sclain itu, pemidanaan juga
mengajarkan masyarakat akan hak dan kewajiban. 20
E.
Sanksi Pidana
1. Pengertian dan .Dasnr Hulmm
Sanksi (hukuman) menurut kamus bahasa Indonesia karangan S.
Wojowasito, berarti siksaan atau pernbalasan kejahatan (kesalahan dosa).
Dalarn bahasa arab, hukurnan disebut dengan 'iqah (singular) dan 'uquhah
(Plural), yang pada dasarnya mempunyai pengertian yang sarna seperti S.
Wojowasito dalam kamusnya di atas.
Abdul Qadir Audah memberikan definisi sanksi (hukurnan) sebagai
berikut:
w Ibid, h. 64-65
26
/
"'JL:J1 ;1
0~
,,
,,
,,
~,,
Artinya : "Sanksi
perintah
/
0
0
/
.,,.,,
0
J
J
0
J
0/
l5:- ~L..;.J1 ~ ~fa-JI ,,.1;.._11 ~ :t;'JkJI
.1yara'
/'/
/
(hukuman)
,,
- ,,
,,.
adalah pemba!asan alas pelanggaran
yang
ditetapkan
untuk
kemaslahatan
m11.1yaraka1. "
Dari definisi tersebut, dapat dikenmkakan bahwa sanksi (hukuman)
merupakan balasan yang setimpal atas perbuatan yang pelaku kejahatan
yang rnenyebabkan orang lain menjadi koroan akibat perbuatannya. Dalam
ungkapan lain, hukuman mempak:an penimpaan derita dan kesengsaraan
bagi pelaku kejahatan sebagai balasan dari apa yang telah diperbuatnya
kepada orang Iain atau balasan yang diterima si pdaku akibal pelanggaran
. h syara ''l
permta
.Pada dasarnya, maksud pokok hukuman adalah untuk memelihara dan
rnenciptakan kemaslahatan manusia dan rnenjaga mereka dari hal-hal yang
mafsadah, karena Islam itu sebagai rahmafan lil 'almnin, untuk memberi
petunjuk dan pelajaran kepada manusia.
Hukuman itu hams mempunyai dasar, baik dari Al-Quran, hadits, atau
Jembaga legislatif yang mempunyai kewenangan menetapkan hukuman
ta'zir. Selain itu hukuman hams bersifat pribadi atau dapat dikatakan bahwa
sanksi (hukuman) hanya dijatuhkan kepada yang melakukan kejahatan saja.
Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa : "Seseorang tidak menanggung
dosanya orang lain." Dan yang terakhir, sanksi (hukuman) hams bersifat
21
Rahmat Hakim, Op.Ci!., h. 59
27
umum, maksudnya adalah bahwa sanksi (hukuman) berlaku bagi semua
orang, karena semua onmg sama dihadapan hukum.
22
2. Macam-Macam Sanksi Pidana
Mengenai macam-macam sanksi (hukuman) pidana, Prof H. A.
Djazuli membaginya dalam beberapa macam, yaitu :
a. Sanksi
(hukuman)
ditinjau
dari
seg1
terdapat
atau
tidaknya
dalarn nashnva dalam Al-Quran
dan Al-Hadits, maka sanksi (hukuman)
.
.
,
dapat dibagi menjadi dua :
1) Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud, qishash, diyat dan kafarat.
Misalnya, hukwnan bagi pczina, pcncuri, pcrampok, pembcroniak,
pembunuh, dan orang yang mendzihar istcrinya.
2) Hukuman yang tidak ada nashnya, hukurnan ini disebut dengan
hukuman ta'zir, seperti percobaan melakukan tindak pidana, tidak
mdaksanakan amanah, saksi palsu, dan melanggar aturan lalu lintas.
b. Ditinjau dari segi hubungan antara satu huktmian dengan hukuman lain,
maka hukurnan dapat dibagi menjadi empat :
I) Hukuman pokok (al- 'uqubat af-ashliyah), yaitu hukuman yang asal
bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati bagi pembunuh dan
hukuman jilid seratus kali bagi pezina ghairu muhshan.
H. A. Djazuli, Fil1ih .Jinayah : Upaya Pena11gg11/a11ga11 k~jahalan da/am Islam, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2000), cetakan l!J, h. 25-26
22
28
2) Hukuman pengganti (al-'uqubat al-badaliyah), yaitu hukuman yang
menempati tcmpal hukurnan pokok apabila hukuman pokok itu tidak
dapat dilaksanakan karena suatu a.lasan hukum, seperti hukuman
diyat/denda bagi pembunuh sengaja
yang dimaafkan qishashnya
oleh keluarga korban atau hukuman ta'zir apabila karena suatu
alasan hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan.
3 i Hukuman tambahan (al- 'uqubal al-taba '(vah), yaitu hukuman yang
dijatuhkan kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok,
seperti terhalan!,'nya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari
harta si terbunuh.
4) Huktm1an pelengkap (al- 'u(1ubut al-takmil(vah), yaitu hukuman yang
dijatuhkan
sebagai
pelengkap terhadap hukuman
yang telah
dijatuhkan, seperti rnengalungkan tangan pencuri yang telah
dipotong di lehernya. Hukuman ini hai-us be1dasaika11 kepulusan
hakim tersendiri. Sedangkan hukuman pengganti tidak memerlukan
keputusan hakim tersendiri.
c. Diti1tjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan hukuman, maka
hukuman dapat dibagi dua :
1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim tidak
dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti hukuman had.
2) Hukuman yang memiliki dua batas, yaitu batas tertinggi dan batas
terendah, dimana hakim dapal memilih hukuman yang paling adil
2!)
dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasus-kasus maksiat yang
di ancam dengan ta' zir.
d. Ditinjau dari sasaran hukum, hukuman dibagi menjadi empat :
1) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan
manusia, seperti hukuman/ilid.
2) Hukuman yang dikenakan kepada jiwa, yaitu huk'Uman mati.
3) Hukmnan yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti
hukuman penjara atau pengasingan.
4) Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta, seperti
diyat, denda, dan perampasan.
BAB III
TIN.JAUAN UMUl'.1 TENT ANG PENCEMARAN DAN PERUSAKAN
LINGKl.JNGAN lllDTIP DALAM Ull NOMOR 23 TAIIUN 1997
A. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup berasal dari kata lingkungan dan hidup. Dalam kamus
bahasa Indonesia, iingkungan bidup diartikan sebagai daerah (kawasan dan
sebagainya) yang tennasuk di dalamnya. Sedangkan lingkungan alam adalah
keadaan (kon<lisi, kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan
tingkah laku organisme. 1
Beberapa pakar lingkungan tidak me:mbedakan secara tegas antara
pcngcrti an "lingkungan" dengan "] ingkungan hidup'', baik dalam pengertian
sehari-hari maupun dalam forum ilmiah. Namun yang secara umum digunakan
adalah bahwa istilah istilah "lingkungan" (environment) lebih luas daripada istilah
"lingkungan hidup" (life envirownem). 2
Munajat
Danusaputra
mendcfinisikan
bahwa
lingkungan
hidup
merupakan semua benda dan daya serta kondisi tennasuk di dalamnya manusia
dan perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus
Be.1ar Bahasa !11donesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cetakan I, h. 237
2
R.M. Gatot P. Soemartono, Me11ge11a/ l/11k11111 Ungkungan !11do11esia, (Jakarta : Sinar
Grafika, 1991), cetakan I, h. 12
31
mempengaruhi kelangsungtan hidup serta kesejateraan manusia dan jasad
hidupnya,
Otto Sumarwoto berpendapat bahwa lingkungan adalah jumlah semua
bcnda dan kondisi ya11g ada dalam rua11g yang kita tcmpati yang mempengaruhi
kehidupan kita. Secara teoritis ruang itu tidakl terbatas jumlahnya, anmun secara
praktis ruang itu selalu diberi batas menurut kebutuhan yang dapat ditentukan,
misalnya: jurang, sungai atau laut, faktor politik atau lainnya. 3
Segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia sebagai pribadi atau di
dalam proses pergaulan hidup, biasanya disebut sebagai lingkungan hidup,
Hubungan antara organisme hidup di dalam lingkungan pada hakekatnya
merupakan kebutuhan primer yang terjadi secara sadar ataupun tidak Sehingga
Fuad Amsyari mcmpunyai kcccndcnmgan untuk mcngadakan pcmbedaan antara
lingkungan
fisilc
(physical environment), lingkungan biologis (biological
environment) dan lingkungan social (wsial environment), 4
Menurut Emil Salim, bahwa secara umum lingkungan hidup diartikan
sebagai segala benda, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang
kita tempati clan mempengaiuhi segala hal yang hidup, termasuk manusia itu
sendi1i 5
J
1
!hid.. h. 14
Fuad Amsyarl, F'riJJsifJ-f'rinsip A1a,•ialah l-'e11cen1aran Lingk1111ga11 hh/JlfJ, (Jakarta : Ghalia.
1981 ), cetakan lll, h. 11
5
Emil Salim, Pembanguncm Be111'(fwasa11 Li11gk1111gan hidup, (Jakarta
cetakan II, h. 6
LP3ES, 1982),
32
Soedjono mengarlikan lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik
atau jasmaniah yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik yang
1
terdapat dalam alam. ' Dalam pengertian ini, manusia, hewan, dan tumbuhtumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik atau jasmaniah belaka.
Sedangkan lingkungan itu sendiri dianggap sebagai lingkungan hidup manusia,
hewan clan tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya.
Lingkungan hidup merupakan media hubungan timbal balik antara
nrnkhluk hidnp dcngan bcnda mati yang merupakan satu kesatuan yang utuh,
dimana manusia ada di dalamnya. lntegrasi antara seluruh komponen makhluk
hidup. tennasuk manusia, merupakan syarat mutlak dari keberadaan lingkungan
hiclup ilu sencliri.
7
Dr. I. Supardi mcnjclaskan hnhwa lingkungm1 hidup adalah jumlah
semua benda mati clan hiclLip serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang
kita tempati. Secara garis besar. terdapat dua lingkungan hidup, yaitu lingkungan
tlsik clan lingkungan biotik. 8
Lingkungan fisik adalah segala bcnda mati dan kcadaan fisik yang ada
di sekitar individu-individu, misalnya batu-batuan mineral, air, udara, unsur-unsur
iklim seperti cuaca, suhu kelembaban, angin, faktor gaya berat dan lain-lain.
Lingkungan hidup fisik ini berkaitan dengan makhluk hidup yang menghuninya.
6
D. Soe.djono, Pengaturan Hukun1 TerhatlaJJ J)e11ce1naran Lingkungan Akibat Iudustri,
(Bandung : Alumm, 1979), Cetakan Pertama, h. 20
7
8
Sodikin, SH. M.Hum .. Pe11egaka11 H11k11111 Li11gk1111ga11, (Jakarta: Djambatan, 2003), h.
I. Supardi, Linglwnga11 Hidup da11 Kelestarian11ya, (Bandung : Alumni, 1985), h. 2
33
Sebagai contoh n1isalnya n1ineral .van"5 dikandung- oleh tanah menentukan
:yang
kesttburan yang erat hubungannyu dengan
+l,.\.llJlV\.Ul
.......... i.. •• h
atasny.:L
Adapun lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang berada di
sekitar individu, baik ttu11buh-tun1buhan, he\van 1naupun 1nanusia. Setiap unsur
1.,,;, .... +;1.
IJHJUl'I.
dengnn
ll II
lingkungan fisik
labiotik), sebingga me-njadi suam bentuk lingkungan hidup 9
Pandangan scrupa JUga diungkapkan olch Otto Socn1arvvoto yang
rrienyatakan bahv;a !ingkungan hiciup n1erupakan jurnlah semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang yang kita te:npati yang mempengaruhi k:ehidupan
!ll
kna.
Adapun menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 di dalam pasal
1 angka 1, disebutkan : lingkungan hidup ada!ah kesatuan
bendn, daya, keudaa11
manus1a dan perilakuny'u,
yang mempengaruhi kclangslingan perikchidupnn
kcscjuhtcraan
' !amnya.
.
II
maK' ll l uk h.1aup
Istilah lingkungan
9
seka!i
da!am kerangka etimclogi
Ibid, h. 2-3
10
Otto Soen1ar\YOto, Lfu;fugf Lt;_;gk;;ngiJii JJi~t;ijJ
1991), Cetakan Kelin1a, h. LJS
(Jakarta ; Djan1bataD,
c .... 1·11uup1unri...;urtL,
rr:.1_ .1r.~nr......,~r
rr _ _,
rr.r
u1h1tliig-ui1Uliiii;
fndc::csia ,\'ornor 23 7'ah;;n ]<)97 Tcntang Lingkungan Hidup, (Jakarta, 1998)
IJ
uantor
di1n l'f-1Jibang;;11(iii,
r..
"~·i·t···:
lYJt: J t:ll
>.r ......
l'ft:ga1£l
T' •.
L111gl\.t1llgau
n. ___ ,_ 1, 1_
iu:1.1111..11111
34
lingkungan hidup sulit didapat. ~~1enurut Dr. Yusuf al Qardhawi, lingkungan
adalah sebuah lingkup dimana manusia hidup, ia tinggal di dalamnya, baik ketika
bcpcrg_ian ataupun mcngasingkan d_iri. Scbagai tcn1pat kembaJj, baik da]am
keadaan rela ataupun terpaksa. J.,,ingkungan ini. 1ne1iputi yang dinan1is (hidup) dan
yang statis (mati). Lingkungan mati meliputi alam (thabi'ah) yang diciptakan
P\llah, dun industri (shuna'i;:alt) yang diciptakan manusia.
1 ;~gi'Llllg'tll
1,111
\.
'
dl.Il'\lTI!.S
Y'\Iln
A; ,,.,-t,.,, ...,,,,..,J;,.... ..-t; ~,.,..,·i,cJ"<"••"•
'
•·
'
o u.Al'm.-.l,,,.,,.t
1ur..:.\.n.i \.11 i:.nu.:i 111'-'11}.JU.U
....
man us; a,
hc\van dan tu1nbuhan. Scdangkan Jingkungan statis dapat dibedakan dala111 dua
kategcri pckck, pertarnil: bah\va !::eluruh :ilan1 ini diciptakan untuk ke111aslahatan
1nanus1a, mernbantu
katcgori y·ang kcdua adalah bahvv·a Jingkungun dcngnn scisinyu, satu san1a lain
akan saling i11endukung, saling n1cnyc1npumaka11, saJing 1ncnolong scsuai dcngan
sunnah-sunnah Allah yang berlaku di jagad raya ini.
12
Duri penjelnsan beberapa definisi di atas, secara ringkas lingkungan
hidup 1nerufJakan ruang dhnana baik benda maupun n1akhl11k hidup atau bahkan
bcnda 1nati bcrada di dalainnya, sa1ing bcrintcraksi baik secara fisik 1naupun non
12
Yusuf Al-Qardhawi, Islam AKama Ramah Li111fkt1111fa11. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2002). cet. Ke-I, h. 5-8
35
pcngupasan rncngcnai lingku_ngan dan c_koJog_i sc.rta hubungan timbal ba1ik antara
1nanusia dengan lingkungannya sering 111en1bingungkan. Untuk i11cngatasi
kebingungan tersebut, sebenarnya il1nu lingkungan yang selama ini dipelajari,
dikembi:n1gkrrn dengan ekologi sebugai dasan1ya. Perk.ataan ekologi berasal dari
bahasa
Yunani~
yaitu rnkos yang urtinya rumah atau tcrnpat untuk hidup dun logos
artinj·a ilnTu atau tc1aa11 atau studi. Biasanya cko1ogi didefinisikan sebagai i11nu
tentang rnakh!uk hidup denga,i1 run1ahny:;. atau run1ah tangga n1akhluk hiclup.
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang susunan dan fungsi seluruh
rriakhluk h;dup dun komponcri kchidupan hiinnya, scdangkan ih11u hngkungan
1.r1e1npelajari tc1npat dan pcranan n1anusia di antara n1akhluk hidup dan koinponcn
yang iTICn1pclajari bagai1nana inanusia harus 111ene1npatkan dirinya da1ani
ekosisiem atau lingkungan hidupnya. 1'
Sebuguimana dikemukakan di atas, lingkungan biotik dun abiotik saling
berinteraksi
satu
sama
lain.
Proses
interaksi
antara
manusrn
dengan
hngkungannya discbu1 ckosistcn1. l"}roses intcraksi yang bef\Vujud scbagai
11
S0(J'k·
'
Il. 4
I 'Ill, ( !fJ. (ii.,
36
ekosislem tidak saja lerjadi anlara manusia dengan lingkungannya, ldapi juga
antara makhluk-makhluk lain, seperti binatang dengan binatang lainnya, binatang
dengan tumbuh-lumbuhan, dan lain-lain yang ada di lingkungan sekitarnya.
Dalam hubungan timbal balik ini, diperlukan adanya keseimbangan dan
kese1arasan ekolorri. vaitu suatu keadaan bahv.'il n1akhuk. hidup ber:.idn. dillrrrr.
hubungan yang harmonis dengan lingkungannya, sehingga
te~jadi
keseimbangan
dan keselarasan interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dari semua
makhluk
hidup,
manusialah
yang
paling
mampu
beradabtasi
dengan
lingkungannya, baik beradaptasi dengan Iingkungan biotik maupun dengan
lingkungan abiorik.
C. Pcnccmaran dan Pcrusakan Lingkungan Hidup Sebagai Tindak Pid:rna
1.
Pcngc:~tian
"·
Pcncc:naran dan I>crusaknn Lingkungan Hidup
Pcncemaran Lingkungan Hidup
Lingkungan mempunyai kemampuan mengabsorbsi Jimbah yang
dibuang ke dalamnya. Kemampuan ini tidak terbatas, apabila jmnlah dan
kualitas
limbah
yang
dibuang
ke
dalam
Iingkungan melampaui
kemampuannya untuk mengabsorbsi, maka dikatakan bahwa lingkungan
itu tercemar.
Istilah pencemaran lingkungan hidup mulai dipergunakan untuk
pertama kalinya guna menerjemahkan istilah asing "pollution" pada
seminar biologi kedua di Ciawi, Bogor tahun 1970. Sejak itu mulailah
]7
istilah ini mulai menvebar dan merata dalam bahasa Indonesia, baik dalarn
penggunaan di mass media atau dipergunakan di lembaga-lembaga resmi
serta dalam rencana pembtmgunan nasional dan seterusnya. Secara
mendasar
clalam
terkandung
dan
pemburukan
terhadap
sesuatu
(,;0111ami11atio11)
pemburukan
pencc1nnrnn
pcngcrtian
(deterioration).
semakin
lama
Pengotoran dan
akan
semakin
menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan, sehingga akhimya
dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya. 14
Pencemaran lingkungan seperti dirumuskan dalam Pasal 1 angka
12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah "masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau kornponen Jain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya
menurun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya" . 15
b. Perusakan Lingkungan Hidup
Perusakan lingkungan merupakan tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau
14
Rachmadi Usman, Pokok-Pokok Hukum Li11gk1111ga11 Nasional, (Jakarta
Pressindo, I 993), h. 93
15
Sodikin, Op.Ci!., h. 6
Akademika
38
hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.
16
Perusakan Jingkungan hidup dalam pasal l angka 14 UndangUndang Nomor 23 Tahun l 997 dirumuskan sebagai berikut : "'Perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
rnengak1batkan Iingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalarn rnenunjang
pembangunan berkelanjutan".
17
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dijelaskan bahwa
perbuatan yang mengakibatkan tercernar dan rusaknya lingkungan hidup
merupakan perbuatan yang dilarang, dan pelaku perbuatan tersebut diancam
dengan hukuman (sanksi).
2. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
sanksi pidana dan pelaku ini dapat dikatakan sebagai subjek hukum. Dalam
bahasa Belanda tindak pidana dikenal dengan istilah strajbaar feit, yang
sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau kitab Undangundang Hukum Pidana yang sekarang berlaku di Indonesia. 18
16
Raclunadi Usman, Op.Cit., h. 94
17
Sodikin, Op.Cit., 7
18
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas H11k11111 Pidana di J11do11esia, (Bansung : Eresco, 1989),
Cetakan Keenam, h. 55
39
Menurut Moeljatno, perbuatan pidana menurut 1.;jud atau sifatnya
bertentangan dengan tata. atau ketertiban yang dikehendaki umum, yaitu
perbuatan yang melawan (melanggar) hukum. 1'' Lebih lanjut, Moeljatno
mengatakan bahwa perkataan perbuatan, yaitu suatn pengertian abstrak yang
rnenunjuk kepada kedua keadaan kongkrit, yaitu adanya jaminan yang tertentu
dan adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian tersebut.
20
Karena istilah perbnatan pidana bersifat abstrak sebagaimana dikemnkakan
Moeljatno, maka istilah tersebut akhirnya menjadi tindak pidana atan delik
dengan maksud yang sama.
Sebagaimana tercantum dalam KlJHP, sejak zaman Hindia Belanda
sampai sekarang, diartikan sebagai sesuatu yang dibuat oleh orang yang
menimbulkan akibat pada orang lain baik merasa tidak senang, cidera manpun
meninggalnya seseorang. Perbuatan pidana tersebut menunjukkan kepada
tingkah laku yang berupa kejadian tertentu dan menimbulkan akibat pada
orang lain. 21
Dengan clemikian, perbuatan pencemaran clan pernsakan lingkungan
dapat
dikatakan
sebagai
perbnatan
pidana,
karena
perbuatan
tersebut
mengakibatkan tercemar dan rusaknya lingkungan yang menimbulkan orang lain
19
'
0
21
Moeljatno, Asas-asas H11k11111 Pida11a, (Jakaita: RJ1ineka Cipta, 1993), h.2
Ibid, h. 54
Sodikin, Op.Ci!., h. 145
40
mati dan cidera. Di samping itu, perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan hukurnan.
BAB IV
PEMIDANAAN TERHADAP TINDAKAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP MICNURUT HUKUM ISLAM
A. Linglmngan Hidup Dalam Hukum Islam
Jslam adalah ajaran Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk seluruh umat manusia dalam menjalani
kchidupan di muka bumi dan mengatur hubungan sena tanggung jawab secara
venikal terhadap Allah dan hubungan horisonto1 terhadap dirinya sendiri,
n1asyarakat sc.11a alan1 scn1csta.
Dalam Islam terdapal norma dan nilai Jlahzvah, yakni
Al-Quran dan
sunnah Rasul yang dihidayahkan kepada umat manusia sebagai pedoman dalam
melaksanakan hidupnya, Allah berfirman :
··' ..., J', !'"""'°'
'('~· ;;;•::i
'1'.•J. II
'"' ', '. ~.q'~ '
" '
'
1';-;. ~/1'.)
~~
v _,- ~ ly.,:;.i
U.) , ,., . "' Io):
.."" ~l.r"'
""""' "
,,.
,,.
,...
,..
/
,,
(153 :
Artinya
)
iL...}11) ;)J;;~f
r--<w "'-! :s-~) ~~,
};I).;
}
)
,..
,,
"Dan bahwa (yang Aku perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikurilah dia, janganlah kamu mengikuti jalan:Jalan yang lain,
karena jalan-jalan itu dapat mencerc;i-beraikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian ilu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertaqwa. "(Q.S. Al-An'aam : 153)
Kaitannya dengan hubungan timbal balik antara manusrn dengan
lingkungannya, pada dasarnya Allah telah menjelaskan di dalam Al-Quran, bahwa
manusia merupakan satu-satunya makhluk Tuhan yang bertanggungjawab
41
terhadap isi alam sekitarnya agar sumbcr kekayaan alam dapat dimanfaatkan dan
dikelola untuk mcmenuhi kebutuhan hidupnya. Mengenai ha! tersebut di atas
Allah herfirman:
~;}'
?
'ii
J
y : _.,.
,,.
~ 1::·~ifj ~ljj ~
_,
.. ,.,
,..
(20-19: y:J-1)
Artinya
,.. ()/
/0
1::;;1\j U>IS~~ J;.~\J1)
,..
,..
~~jl:r.
~~
,.,.. ,.
J ,..
0
:;J :r.:~
.. ~ ~ ~J
,..
"l)c111 Kuini tc!ah n1enght.iniJJarkcn1 bun1i dan ntenjadikan pada11ya
gunung-gunung clan Kami tumbuilkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di buni
keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhlukmakhluk yang kamu seka/i-kali hukan pemberi rezeki kepadanya."
(Q.S. al Hijr : 19-20)
Lingkungan hidup diciptakan oleh Allah dengan segala komponennya
yang beragam, yang dapat dipergunakan dalam kehidupan manusia, scrta dalam
pclaksanaan scgala tugas yang tclah Dia bcbankan kcpada manusia, baik dalam
rangka ibadah, menjalankan amanah sebagai khalifah di muka bumi, ataupun
dalam rangka membangun bumi.
Kendatipun manusia diberi kewenangan untuk mengolah isi alam ini,
namun tidak berarti bahwa manusia memiliki kekuasaan tanpa batas terhadap
alam dan isinya. Bahkan sebaliknya, ia harus menjaga ke!estarian a!am agar tidak
dirusak dan tidak dicemari, ka~ena pencemaran dan perusakan lingkungan dapat
mengakibatkan hilangnya manfaat bagi manusia.
Allah telah memerintahkan manusia agar mempcrlakukan bumi dengan
ramah, memperbaikinya, dan tidak membuat kerusakan di atasnya. Semua itu
merupakan bentuk pemenuhan amanah kehilafahan yang diemban, dengan
42
-
mensvukuri nikmat-Nva, serta melaksanakan di atasnya. Dalam hal ini, jika
-
manusia berbuat baik terhadap bumi maka bun,i akan baik terhadap mereka.
Sesuatu yang baik untuk yang baik pula. Sebagaimana firman Allah
Aiiinya
:1
"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
i::in Allah. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya
hanya tumbuh merana. "(Q.S. Al-A'raf: 58)
Dari ayat di atas, dapat kita lihat bahwa bentuk perlakuan baik yang
tcragung adalah penccgahan tcrhadap scgala bcntuk pcnccmaran yang dapat
mematikan segala potensi baik dan berkah dalam tanah yang telah diciptakan
Allah scsuai dcngan fitrahnya. Dan manusia tidak dibcnarkan mcngubah fitrah
tanah yang telah digariskan oleh Allah. Karena segala penyimpangan dari fitrah
dalmn bi dang apapun mcmpakan bentuk pengemsakan yang dilarang.
Jika berbicara tentang pemeliharaan Iingkungan, pelestarian dan
perlindungannya, malrn kita tidak akan lepas dari aturan-aturan yang mengatur
beberapa hal tersebut. Dal am Islam dikenal 2 (dua) hal yang sangat berperan
penting dalam pembentukan aturan atau hukurn, yaitu ilmu fiqih dan ushul fiqih.
Dua komponen pembentuk hukum tersebut memiliki hubungan yang sangat erat
dengan pemeliharaan, pelestarian dan perlindungannya.
1
Yusuf al Qardhwi, Op.Cit., h. 213
43
I. Pcmcliharaan Lingkung:rn llidup dalam Hmu l"i<1ih
Hubungan ilmu fiqih dengan pemeliharaan lingkungan, pelestarian
dan perlindungannya dari segala hal yang membahayakan dan merusak adalah
hubungan yang memiliki rambu-rambu yangjelas.
Sebagaimana umum diketahui, ilmu fiqih merupakan ilmu yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan
keluarga dengan masyarakatnya, dan dengan alam sekitarnya, sesuai dengan
lima hukum-hukum syariat yang sudah dikenal luas, yaitu : wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah.
Hubungan fiqih dengan lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada
wilayah
hukum-hukumnya
semata,
tetapi juga
berhubungan
dengan
kapasitasnya sebagai dasar pembentukan hukum secara universal. Kenyataan
ini tidak dapat dipungkiri oleh para ahli fiqih, bahwa metode-metode fiqih
yang terkenal telah melahirkan bahasan-bahasan dalam pelbagai literatur yang
amat banyak yang dalam bahasan-bahasan itu menyinggung pentingnya
mcmbcrikan perhatian terhadap lingkungan, serta bagaimana Islam mengatur
dan
memeliharanya.
Karena di
dalamnya dipaparkan
prinsip-prinsip
pemeliharaan lingkungan dengan amat terpuji.
Di antara prinsip-prinsip yang amat terkenal tersebut adalah prinsip
"Laa dharara wa laa dhiraar" (tidak berbahaya dan membahayakan), yang
diambil dari hadits Nabawi, dan sudah dibenarkan oleh alim ulama dengan
berbagai metode pendekatan yang mereka miliki. Pada dasarnya, prinsip itu
44
diambil dari nash Al-Quran yang semuanya mengacu pada usaha meniadakan
2
berbagai bentuk bahaya, seperti dalam firman Allah :
_A_rtinya
"Wahai orang yang iwrinwn janganlah kamu memakan harta
harta-harta di antara kamu dengrm jalan yang hathil kecuali kamu
mengadakan perdagangan alas dasar keridhaan dari kau sekalian,
dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungu!mya Allah lvfaha
Penyayang kcpadamu. "(Q.S. An-Nisa: 29)
Dari kaidah universal ini kemudian dibagi kembali ke dalmn kaidah-
kaidah parsial sebagai kumpulan metode yang telah disepakati oleh para ahli
fiqih. Di antara kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut :
Artinya
"Bahaya harus dihilangkan sesuai dengan kadar kemampuan. "
Q
Q
,,-,...
/CJ
~wl ~ ~ J)\~u.:J\ ~)~
Artinya
"A1encegah bahaya harus lebih diutamakan daripada mengambil
manfaat . "
Beberapa kaidah hukum di atas merupakan bagian dari rujukan fiqih
Hanafi dalam majalah Hukum-Hukum Keadi!an, yang kcmudian ditetapkan
dan dijadikan muqadimah pada bahasan tentang muamalah, yang kemudian
disusun hukum-hukum dalam ilmu fiqih. 3
2
Ibid, h. 53
1
·
Ibid., h. 54-55
45
Dari beberapa kaidah di atas dapat dilihat bahwa kita dapat
menetapkan pengembangan hukum-hukum tersebut pada zams.n sekarang ini,
lerutarna dalam ha! perilaku pencemaran clan perusakan Jingkungan hidup
yang sering mengganggu ketertiban lingkungan dan melampaui batas. Scpctii
yang dilakukan oleh industri-industri besar dan perusahaan-perusahaan, yang
tarnpaknya tidak perduli akan darnpak yang balm! menirnpa rnasyarakat.
2. Pemeliharaan Lingkungan Hidnp dalam U&hul Fiqih
Perlindungan terhadap Jingkungan tidak hanya dibahas dalam fiqih
saja, tapi juga dibahas dalam ushul fiqih, terutama dalam tujuan-tujuan syariat
(muqoshidush syuriul) yang kemudian diterangkan lebih lanjut oleh para ahli
ushul bahwa syariat harus dipakai untuk rnenegakkan kemaslahatan urnat di
dunia selmligus di akhirnt. Tujuan ditegakkannya syariat itu sendiri adalah
untuk mcnjaga agama, jiwa, kcturunan, akal dan harta-harta mcreka.
Allah SWT telah memerintahkan manusia agar berbuat baik di muka
bumi sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari kejahatan. Hal tersebut
diungkapkan dalam fiman-Nya:
),,\e . ., .. ~~J/t:: (>1~:~0/," ""'"'1<1'0....oy.. _? o):i ~~if J .oy. _r.??
/
H.,:;~J/1~:
o):i
rJ.
Q1~:~\)/~
~ ~ ~
/
Artinya : "Barang siapu yang mengerjakan kebaikun seberat hiji jagung,
niscuya dia ukan mefihal (ha!asan)11y11. Dan burang siupa yang
mengerjakan kejuhatan seberat biji jagungpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula. "(Q.S. Al-Zalzalah: 7-8)
Hubungan ayat di atas dengan menjaga Jima maslahat pokok
scbagaimana disebut sebelumnya merupakan keharusan untuk menegakkan
46
kemaslahatan-kemaslahatan agama dan dunia, dimana jika prinsip tersebut
ditinggalkan maka kcmaslahatan dunia tidak akan dapat berdiri dengan tegak,
sehingga rnengakibatkan kerusakan dan hilangnya kenikmatan, yang berakibat
pada penyesalan-penyesalan abadi.
Maka jika kita lihat secara mendalam, tidak diragukan lagi bahwa
pemeliharaan lingkungan, pelestarian dan pengembangannya, tercakup dalam
kalegori lima nrnslahat pokok tersebut, yaitu :
a. Menjaga Lingkungan Sama dcngan Mcnjaga Agama
Segala usaha pemeliharaan lingkungan sama halnya dengan usaha
men,iaga agama. Maka dari itu, bahasan ini termasuk dalam kategori yang
sangat mendasar. Karena memang, perbuatan dosa yang dapat mencemari
lingkungan dapat menodai substansi dari kcbcragamaan yang benar, dan
secara tidak langsung meniadakan tujuan eksistensi manusia di muka bumi
ini. Di samping itu, ha! terse but j uga merupakan perbuatan yang
menyimpang dari perintah Allah dalarn konteks hubungan baiknya dengan
sesama.
Selain itu, penyelewengan terhadap lingkungan secara implisit juga
telah
menodai
pe1intah
Allah
SWT
untuk
membangun
bumi,
memperbaikinya, serta melarang segala bentuk perbuatan yang dapat
rncmsak dan membinasakannya. Tentang ha! ini Allah bcrfinnan:
47
,.,.
<l"
uy:.
~:bj
01
',
/
...
0
....
~1y.;1::, ~)\.'.pl,.,. ~c,; J'J'111~1:,Ll
'.J)
,.,.
,.,.
,.,.
,,.,.
.
ti
,.,.
p
I,, ,, I ,.,.
o
.,,
,,.
" "
\
"' , . ,.,.
o
,.,.
(56 : Jl_,.Y ~I) ey.• ...J 0" '-:--:!) .>JJI ~ J
,,..
,.,
,,,
,.,.
...
Artinya : "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoafah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabufkan). Sesungguhnya rahmal Allah sangat de/mt kepada
orang-orang yang berbuat baik. "(Q.S. Al-A'raf: 56)
b. Menjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Jiwa
Menjaga lingkungan hidup dan mlestarikannya juga sama dengan
maslahat pokok yang kedua, yaitu menjaga jiwa. Maksud perlindungan
terhadap jiwa adalah perlindungan terhadap kehidupan psikis manusia dan
keselamatan mereka.
Soal
ini
tidak diragukan
lagi,
bahwa rusaknya lingkungan,
pencemaran dan pengurasan sumber dayanya, serta pelecehan terhadap
pnnsip-prinsip
kcscimhangannya,
akan
mcmbahayakan
kehidupan
manusia. Semakin luas hal ini dikembangkan, maka semakin tampaklah
bahaya yang akan didcrita umat manusia. Bcgitu pentingnya harga sebuah
jiwa, hingga Al-Quran sendiri menegaskan ;
~
-
.
,.
, 81
<.)"'
,.,.
,.,.
1~•
i,f'"'
wl>J <J"')
·''- 1 <.,/· ;;, w
,,.::',.,.
,,,
/
1
:t
,.
,,..
(32 :
Artinya
,,.
,,..
"'
,.,.
'I
)
0
.<
1...r"-'1.>
'<
•' ,<
.r."'/ .........,,_,
....
,,..
1~•
i.r
' ,
jA
f"
~.J.J\ll) ~
~-01 ~f dLS:i u.~f :;::,
,
"Barang siapa yang membunuh seorang manusia, dan
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia sefurulmya. Dan barang siapa yang
memelihara kehidupan manusia, maka seakan-akan dia tefah
meme/ihara kehidupan manusia seluruhnya. "(Q.S. Al-Maidah
: 32)
48
c. Mettjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Keturunan
Menjaga lingkungan juga termasuk dalam kerangka menjaga
keturunan. Ketunman yang dimaksud adalah keturunan umat manusia di
muka bumi ini. Maka menjaga keturunan mernpunyai arti menjaga
keberlangsungan generasi masa depan.
Perbuatan yang menyimpang dengan mengambil sumber-sumber
kekayaan alam yang mcnjadi hak orang lain akan mengancam generasi
masa depan, karena perbuatan scmacam ini adalah pcnycbab kcrusakan.
Meskipun pada salu sisi mengakibatkan kemajuan pada masa sekarang.
Akan tetapi pada sisi yang lain, bahayanya akan dirasakan oleh generasigenernsi yang akan datang. Dan apabila hal itu terjadi, berarti kita
meninggalkan warisan-warisan kerusakan dan ketidakscimbangan pada
alam.
d. Menjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Akal
Menjaga Jingkungan dapat pula disepadankan dengan maslahat
pokok yang kccmpat, yaitu menjaga akal. Maslahat ini mcrupakan
jembatan ke arah pemberlakuan taklif dalam Islam. Maka barang siapa
yang tidak mempunyai aka!, tidak ada beban yang wajib ditanggungnya,
dan segala amal perbuatannya tidak akan ditulis.
Menjaga lingkungan dalam pcngertiannya yang luas, mengandung
arti menjaga manusia dengan seluruh unsur penciptaannya, yaitu jasmani,
aka!, dan jiwa. Maka upaya menjaga keberlangsungan hidup manusia
49
tidak akan berjalan, kecuali kalau akalnya dijaga, yang oleh karenanya
mereka menjadi berbeda dcngan hewan. Scbagian dari bcntuk pcrusakan
terhadap lingkungan yang dilakukan oleh manusia dewasa ini, selain
berakibat bahaya pada dirinya sendiri, j11ga dapat dikategorikan sebagai
perbuatan gila.
c. Mcnjaga Lingkungan Sama dcngan Menjaga Harta
Menjaga lingkungan sama dengan maslahat pokok yang ke.lima,
yaitu menjaga harta. Sebagaimana diketalmi secara luas, bahwa Allah
SWT telah rnenjadikan harta sebagai bekal untuk kehidupan manusia di
atas bumi ini. Harta yang dimaksud disini adalah bukan hanya uang, emas,
dan pem1ata saja, melainkan semua benda yang menjadi milik manusia
dan segala macam usaha untuk memperolelmya juga merupakan harta.
Oleh karena itu, keharusan menjaga lingkungan juga merupakan
kewajiban menjaga harta dalam bentuk dan jenisnya tersebut. Pelaksanaan
dari komitmen tersebut adalah menjaga sumber dayanya dengan tidak
mcngeksploitasi, karcna pcngeksploitasian tcrscbut akan mcnycbabkan
kerusakan dan hilangnya sumber kekayaan sebelum waktunya untuk
dimanfaatkan.
50
B. Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut
Hulmm Islam
Allah menciptakan bumi dan segala 1smya serta segala macarn yang
bcrhubungan dengannya, bcrupa lingkungan yang alami bagi manusia dalam
keadaan bersih dari segala kotoran bersih dan terhindar dari segala jenis
pencemaran, seimbang dan tidak ada kepincangan di sana.
llahkan, Allah mcnciplakan alum dcngan bumi dan langilnya dcngan
scbaik-baiknya bentuk. Scbagaimana diungkapkan dalam firman-Nya :
Artinya : "Dialah Allah yang membuat segala sesuatu dengan ciptaan yang
sebaik-baiknya... " (Q.S. As Sajdah : 7)
Dari kutipan ayat di atas dapat dilihat bahwa di alam ini tidak ada sesuatu
pun yang tercemar atau hilang kcseimbangannya, sebagaimana penciptaan
awalnya. Akan tctapi datangnya kcrusakan, pcnccmaran dan perusakan lingkungan
hidup adalah hasil perbuatan tangan-tangan manusia semata, yang secara sengaja
berusaha untuk mengubah fitrah Allah pada lingkungan, dan mengubah ciptaanNya pada kehidupan dan diri manusia.
Sama halnya dengan ayat di atas, pada beberapa ayat yang lain dalam Al
Quran Allah melarang perbuatan yang dapat mengakibatkan kerusakan di muka
bumi, yaitu :
51
:;;i
,,
~
,,..
.,,
~\
~) 01,, Ll J [.;:,.;:. ~1;~1j ~
~l,, ::0 (.i')
~\\
,,
....
,,
c
,.,
J (,Ll 'Jj
....
/
'
"
,
(56 : Jl_,v~l)~I;)..
~}
,, ,,
,,
....
Artinya : "Dan janganlah kamu berbuar kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
rakut (tidak aka11 diterima) clan harapan (akan dikahulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekatv kepada orang-orang yang
berbual baik. "(Q.S. Al-A'raf: 56)
Artinya
"Barang siapa yang membunuh seorang mam1sia, dan membuat
kerusakan di muka .bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia se/urulmya. /)an barang siapa yang memelihara kehidupan
manusia, maka seakan-akan dia te/ah meme/ihara kehidupan manusia
seluruhnya. "(Q.S. Al-Maidah : 32)
Dalam suatu hadits disebutkan :
,..
i
\
,..
,::
,, /
/:'.11 ~ t..1) -JJ1 Y~ :;):~ ~ ;;
Artinya
"Rarang siapa yang menebang pepohonan,
mencelupkan kepalanya ke da!am neraka."
maka Allah akan
Beberapa ayat dan hadits di atas terlihat jelas bahwa Allah 111elarang
hambanya berbuat kcrusakan di muka bumi, sepcrti pcnccmaran dan pcrusakan
lingkungan hidup. Di samping itu, perbuatan tersebut bertentangan dengan t(\jnan
penegakan syariat sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu
menjaga agama, jiwa, keturunan, akal dan harta.
Yusuf Qaradhawi lcbih lanjut mcnjelaskan bahwa perbuatan pcncemaran
dan perusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh manusia disebabkan oleh
salah satu dari beberapa faktor yang kesemuanya merupakan bentuk pelanggaran
52
terhadap perintah Allah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an. Faktor-faktor
tersebut adalah melawan sunnatullah, berlaku zalim, sombong dan angkuh
(lukahhur), menuruti hawa nafsu, penyimpangan dari keseimbangan kosmos, dan
ku[ur lerhadap nikmal Allah.
4
Perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tidak hanya
berpengaruh pada lingkungan alam saja, tapi juga berpengaruh pada tanaman,
hewan dan juga manusia. Jika linglrnngan alam sudah tercemar, sudah barang
tentu sangat berpengaruh pada hewan yang hidup di situ, dan pada akhirnya
manusia sebagai makhluk hidup yang yang memakan segala macam makanan
(omnivora) akan ikut pula merasakan dampak tersebut.
Pencemaran air misalnya, air yang tercemar oleh limbah organik terutama
limbab yang berasal dari industri olahan bahan makanan merupakan tempat
berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk di dalamnya mikro patogen. Di
mana bcrkcmbangbiaknya mikro patogen dapat mcnimbulkan bcrbagai penyakit
seperti cholera, polio yang mengakibatkan kelumpuhan, keracunan air raksa yang
uapal rmmgakibatkan l.w.:alnya sestorang dan bahkan meninggal dunia. 5
Sama halnya dengan pencemaran air, pencemaran udara merupakan
masalah sangat serius yang dihadapi oleh negara industri yang mempunyai akibat
langsung tidak hanya terhadap manusia tetapi juga terhadap Jingkungan lainnya
·t Yusuf Qaradhawi, !slam Agama Ramah Lingkungan, terj. Abdullah Hakam Shah, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 200 I), cet. Ke- I, h. xv
5
Wisnu Aiya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, (Yogyakarta: Andi, 2001), Edisi
revisi, h. 133-150
53
seperti hewan, tumbuhan dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Amerika pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh
pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut
cukup mengerikan karena bersaing dengan angka kcmatian yang disebabkan oleh
penyakit lainnya seperti jantung, kangker, AIDS dan lain sebagainya. Karbon
monoksida misalnya, apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut pcredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen ya11g dibutuhkan oleh tubuh. 6
Apabila melihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 da!am pasal I
angka 12 dan 14 dijelaskan bahwa perbuatan yang mengakibatkan tercemar dan
rusaknya lingkungan hidup adalah perbuatan pidana. Di mana perbuatan pidana
tersebut menunjukkan kepada tingkah .laku yang berupa kejadian tertentu dan
mcnimbulkan akibat pada orang Jain.
Ahmad Hanafi mengatakan, bahwa SLtatu perbuatan dikatakan sebagai
tindak pidana apabila perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain
baik jasad (anggota badan atau jiwa), harta benda, keamanan, tata aturan
masyarakat, nama baik, pcrasaan ataupun hal-hal yang lain yang dipclihara dan
7
dijunjung tinggi keberadaannya. Imam al Mawardi mengatakan bahwa tindak
6
7
Ibid., h. 115-118
Rahrnat Hakim, H11k11111 !'1du11u !slum, (Bandung. Pustaka Selia, 2000}, cetakan ke-1, h. 17
54
pidana adalah segala larangan syara' yang diancam dengan hukuman had atau
ta'zir. 8
Pada hakikatnya, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup memiliki
hubungan kausal antara pcrbuatan pelaku pcnccmaran dan perusakan lingkungan
hidup itu sendiri dengan akibat yang ditimbulkan. Oleh karena itu, penulis melihat
bahwa perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup merupakan
perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana. Karena perbuatan
tersebut mempakan perbuatan yang dilarang oleh syara' dan mengakibatkan
kerugian terhadap orang lain. Secara jelas memang dalam al-Quran dan al-Hadits
tidak terlihat bahwa perbuatan terscbut scbagai tindak pidana, akan tctapi akibat
yang ditimbulkan oleh pcrbuatan tersebut bertentangan dengan kcrnaslahatan
umum, tcrlebih lagi jika perbuatan tcrscbut bcrakibat pada hilangnya nyawa
seseorang.
Mengenai bentuk tindak pidana, penulis melihat bahwa perbuatan
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dikategorikan sebagai tindak pidana
(/arimah) ta'zir, karena perbuatan tersebut sangat jelas dilarang oleh syara', akan
tetapi tidak ditentukan sanksinya dalam al-Quran dan al-Hadits.
-.,..~
' H. A. Djazuli, Ftqih jtnayah : Upaya Me11a11gg11/a11gt Kejahatan dalam
Ra1a Grafindo Persada, 2000), cetakan ke-3, h. 11
.
--t'>1,,
J.\·mm, (Jif!Affii';
·",,, ..
··
55
C. Unsu;- Tindak Pidana Pcnccmarnn dan Pernsakan Lingkungan Hidup
Menurut Uukum Islam
Tindakan
pencemaran
dan
perusakan
lingkungan
hidup
dapat
dikatcgorikan sebagai tindak pidana (jinayah) apabila mcmenuhi beberapa unsur.
Unsur-unsur tersebul adalah sebagai berikut :
1. Adanya nash yang melarang tindakan pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup yang disertai ancaman hukuman atas perbuatan tersebut. Unsur ini
dapat diistilahkan scbagai unsur formal (al-rukn al-syar'i).
Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, da!am ha! ini adalah
pcrbuatan penccmaran dan pcrusakan lingkungan hidup. Unsur ini dapat
diistilahkan sebagai unsur ma1erii1 (o/-m/m al-modi).
3. Pclaku yang mclakukan tindakan pcnccmaran dan pcrusakan lingkungan
hidup adalah orang yang dapat menerima khithab atau dapat memahami takli;;
artinya pelaku perbuatan tersebut adalah seorang mukallaf. Status mukallaf
yang terdapat pada diri pelaku tindak pencemaran dan perusakan Jingkungan
hidup itulah yang mcnyebabkannya dapat dituntut atas kejahatn yang telah
dilakukan. Unsur ini dapat diistilahkan sebagai unsur moral (al-rukn aladabiia/-mas'uliyah al:finiyah)
Perbuatan
pencemaran
dan
perusakan
lingkungan
hidup
dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana (jinayah) karcna mengandung kctiga unsur
tersebut. Tanpa ketiga unsur tersebut, perbuatan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana (jinayah ).
56
Berdasarkan hat tersebut, seorang mukallaf yang melakukan perbuatan
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat dikategorikan sebagai pelaku
!indak pidana yang dapat diancarn dengan hukuman.
Sclain itu, terdapat pula unsur-unsur tindak pidana yang klrnsus bagi
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Unsur-unsur khusus tersebut adalah
bahwa tindakan tersebut dapat mengancam keselamatan jiwa dan kelangsungan
hidup manusia lainnya <la.lam bentuk apa pun, haik secara Jangsung ataupun tidak
langsung.
D. Sanksi Tindak Pidnnn Pencemaran dan Perusakan Lingkungnn Hidup
Menurut Hukum Islam
Pada prinsipnya Al-Quran mcrupakan norrna dasar. Oleh karena itu,
dalam menentukan hukuman, Al-Quran memberikan pola dasar yang umum.
Karena bukan merupakan hukum, Al-Quran tidak merinci bentuk-bentuk tindak
pidana serta rincian hukumannya.
Jenis-jenis kejahatan yang telah ditentukan syari'at berikut hukumannya
itu pada prinsipnya adalah apa yang dikehendaki syariat dalam pemeliharaan dan
keharusan keberadaannya yang sifatnya sangat penting. Kelonggaran dalam
keberadaan
jenis-jenis kejahatan
berakibat sangat fatal
bagi kehidupan
kcmanusiaan. Hal-hal yang sangat dhamri itu ditujukan untuk pcmcliharaan
terhadap jiwa, aka! pikiran, agama, harta dan keturunan.
57
Adapun selebihnya, yang merupakan bagian terbesar dari jumlah tindak
pidana dan hukuman, diserahkan kepada u/i/ amri dalam menentukan jenis
relm1eearnn
maurun
hukumannya
Walaupun
demikian,
syari'at
masih
menentukan beberapa di antarnnya sebagai suatu kejahatan yang dapat dihukum,
tanpa menentukan bentuk sanksinya. Dan bagian yang tidak ditentukan jenis
pelanggarannya dan juga jenis sanksinya, dalam tenninologi fiqih disebut ta'zir.
Dan dalam pengaturnnnya, tindak pidana beserta hukumannya menjadi wewenang
ulil amn. 9
Kaitannya dengan tindak pidana pencemaran dan pernsakan lingkungan
hidup, sebagaimana diungkapkan di atas bahwa perbuatan tersebut merupakan
tindak pidana dan masnk dalam kategori tindak ridana (jarimah) ta'zir, karena
pcncemaran dan pc.rusakan lingkungan hidup mcrupakan perbuatan yang dilarang
oleh syara', akan tetapi tidak ditentukan jenis hukumannya. Mengenai hukuman
atau sanksi yang akan dijatuhkan terhadap pelaku, diserahkan kepada ulil amri
dengan melihat segala sesuatu yang herkaitan dengan kemaslahatan umum. Sesuai
dengan sebuah kaidah :
~\ ;; Jo~Jo.~~\\
c:: J)
Artinya
9
"To'zir sangat bergantung kepada tuntutan k;aslahatan. "10
Rahmat Hakim, Op.Cit., h. 139-140
'" H.A. Djazuli, Op.Ci!., h. 166
- fa~
,
58
Akan tetapi yang perlu me1tjadi catatan adalah bahwa hukuman ta'zir
merupakan hukuman pengganti dari hukuman pokok yang tidak dapat dijatuhkan.
H ukuman tersebut tidak dapat dijatuhkan dikarenakan kurangnya bukti-bukti atau
adanya keraguan menurut penilaian hakim.
Melihat beberapa hal yang diungkapkan di atas, penulis melihat bahwa
sanksi pada tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
disesuaikan dengan kebijaksanaan hakim dan akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tersebut. Jika perbuatan
tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang maka lmkumannya adalah
hukuman mati, jika perbuatan tersebut mengakibatkan cederanya seseorang maka
hukumannya adalah sama dengan hukuman pada jarimah pelukaan.
BABY
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya
mengenai pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan untuk menarik
kesimpulan tentang tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
terdapat bcberapa ha! yang hams diperhatikan yaitu bahwa hukum pidana Islam
dalam pemidananaan menitik beratkan pada penegakan kepentingan umum dan
berupaya memelihara lima hal yang pokok, yaitu agama, jiwa, aka!, keturunan,
dan harta. Selain itu, unsur fonnil (rukun syar'i), unsur material (rukun maddi),
dan unsur moril (rukun adabi) juga harus terdapat dalam perbuatan yang
dilakukan sehingga dapat dikatakan sebagai tindak pidana (jarimah). Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara umum pencemaran dan pernsakan lingkungan hidup menurnt hukum
Islam dipandang sebagai perbuatan pidana, karena perbuatan tersebut telah
melanggar perintah Allah untnk menjaga kelestarian alam yang merupakan
salah satn tngas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itn,
pencemaran dan perusakan
lingknngan
hidnp juga berpotensi nntnk
membahayakan keselamatan dan jiwa manusia. Dan yang terpenting adalah
bahwa perbnatan itu mengandung empat unsur yang harus ada dalam
pcrbuatan pidana, yaitu: adanya nash yang mclarang pcrbuatan terscbut
60
pencemaran dan perusakan Iingkungan hidup, adanya perbuatan itu sendiri,
adanya pelaku perbuatan, dan adanya dampak negatif yang ditimbulkan dari
perhuatan tersehut terhadap manusia Iainnya.
2. Bentuk
pencemaran
dan
pcrusakan lingkungan hidup yang dapat
dikategorikan sebagai perbuatan pidana adalah pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup yang dapat mengancam keselamatan, jiwa manusia, dan
kelangsungan hidup mamisia dalam bentuk apapun, baik secara Jangsung
maupun tidak langsung.
3. Tindakan
pencemaran dan
perusakan
Iingkungan
hidup yang telah
dikategorikan sebagai perbuatan pidana memiliki sanksi hukum terhadap
pelakunya berupa hukuman ta'zir, yaitu hukuman hukuman yang tidak ada
nashnya. Mengenai bentuk hukuman yang dijatuhkan dapat berupa hukuman
mati, hukuman penjara, dan hukuman terhadap benda. Akan tetapi semua itu
menjadi wewenang penuh uli! amri dalam ha! ini adalah
hakim untuk
menjatuhkan vonis tentang bentuk maupun jenis hukumannya.
B. Saran-Saran
Berdasarkan atas pemaparan mengenai pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup menurut hukum Islam, maka penulis menyarankan kepada
pemcrintah khususnya dan umumnya kepada para pencinta Iingkungan hidup
dalam rangka upaya penanggulangan tindakan pencemaran dan perusakan
Iingkungan hidup, yaitu:
61
I. Perlu dikembangkan wacana mengenai pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup menurut Islam, yang berdasarkan pada sumber-sumber hukumnya, yaitu
Al-Qur'an, hadis, ijma', dan qiyas.
2. Perlu dikembangkan kajian yang lebih intensif mengenai wacana pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup, tetapi perlu dianalisa pula dengan
menggunakan analisa Islam sehingga dapat dimanfaatkan oleh umat Islam
secara efektif.
3. Hukum pidana Islam perlu menjadi sumber materi hukum pidana nasional, di
samping sumber-sumber lainnya, seperti hukum adapt dan hukum barat.
Upaya mengakomodasi materi hukum pidana Islam merupakan bagian dari
perjuangan membentuk hukum pidana nasional yang diterapkan untuk
meminimalisasi kejahatan.
DAFTARPllSTAKA
Al-Qur'an al-Karim
Amsyari, Fuad, Prinsip-Prinsip A1asalah Pencemaran Lingkungan Hidup, Jakarta,
Ghalia, 1981, Cetakan lII
Asqolani, al-, Hajar, fon, Bu!ughu! lv!aram : Nfin Adil/at al Ahkam, Beirnt, Dar al
Fikr, 1995
Audah, Qodir, Abdul, al Tasyri' al Jina'i al Jslami, Beirut, Muassasah al Risalah,
1994, Juz I
Azra Az"umardi et.al., Pedoman Penu/isan Sknp· si, Tesis, Disertasi, Jakarta, UIN
'
'
'
Press, 2002
,)
Bagus, Lorens, Kamus Filsafi:11, .Jakarta, Gramedia, 2002, Cetakan Ke-3
Djazuli, A., H., Fiqih .!inayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000, Cetakan III
Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam, Bandung, Pustaka Setfo., 2000, Cetakan I
Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, .Jakarta, Bulan Bintang, 1967
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup/BAPEDAL, Undang"Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Ta/nm 1997 Tentang Lingkungan Hidup, Jakarta, 1998
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rhineka Cipta, 1993
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Eresco,
1989, Cetakan VI
Qaradhawi, Al-, Yusuf, Islam Agama Ramah Lingkungan, te1j. Abdul Hakam Shah,
Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2002, Cetakan I
Salim, Emil, Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup, Jakarta, LP3ES, 1982,
Cetakan II
Santoso, Topo, Nienggagas Hukum Pidana klam, Bandung, Asy Syamil, 2000,
Cetakan II
Sodikin, Penegakan Huki11n Lingkungan, Jakarta, Djambatan, 2003
63
Soeqjono, D., Pengaturan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat
Jndustri, Bandung, Alumni, 1979, Cetakan I
Soemartono, P., Gatot, R.M., Niengenal Hukwn Lingkungan Indonesia, .Jakarta, Sinar
Grafika, 1991, Cetakan I
Soemarwoto, Otto, Ekologi Lmgkungan Hidup dan Pembangzman,
Djambatan, 1991, Cetakan V
Jakarta,
Supardi, !., Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Bandung, Alumni, 1985
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998, Cetakan J
Usman, Rachmadi, Pokok-Pokok Hukum Lingkungan Nasional, Jakarta, Akademika
Pressindo, 1993
Wardhana, Arya, Wisnu, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta, Andi, 2001,
Edisi revisi
Yafie, Ali, lvfenggagas Fiqih Sosial; Dari Soal Lingkzmgan Hidup, Asurcmsi dan
Dakwah, Bandung, Mizan, 2000
Download