PANDANGAN HUKUM ISLAJVI TERHADAP TINDA.I{ PIDA.Ni\. PENCE1\'L4.f.L4.N DAN PERUSAI<.AN LINGKUNGAN IIIDUP Oleh Nu rd in NilYI : 9945117052 PROGRAM STUD I PIDANA. ISLAM JlJRUSAN .JJNAYAH SIYASAH FAKlJLTAS SY ARI' AH DAN HUKUM UfN SYARIF HTDA YATULLAH JAKARTA 1427 H/2006 M PANDANGAN HUKUM ISLAJ\II TERHADAP TJNDAK PJDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDl!P SKRIPSI Diajukan Kcpada Fakultas Syari'ah D;in Hukum l- lnt11k Menc()nni - ·- . r ... Gelnr . -- SRriana Hukum Islam Dalam Bidang Studi Pidana Islam ~ .J Oleh: Nurdin 9945117052 Dibawah bimbingan PNn him hing J, Drs. Abu Tlrnmrin, !VI.Hnm. NIP: 150 274 761 Pembimbing II, , .T~s:J~f!JtPV ~ NIP: 150 289 202 PHOGRAlW STUD I PIDANA TSLAM JtJRlJSAN JINA YAH SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM lrTN S'\'ARfF HTDA YATlJLLAH JAKARTA 1427 H I 2006 lV1 PENGESAHAN PANITIA lJ,JIAN Skripsi yang be1judul PANDANGAN HllKUM !SLAM TERHADAP TINDAK PIDANA l'ENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGK!JNGAN HIOUP telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakm1a pacla tanggal J7 Maret 2006. skripsi telah diterima sebagal saiali ~t::iu syaral u11luk 111c1oµt;1ult!l1 gelar Satjaua ProgratH Strata 1 (Sl) pada jurusan .linayah Siyasah. .Jakarta, 05 Juni 2006 Meugesa hkan, Dekan Fakultas Syari'ah & Hnkum UJN S a 1·cl Jakarta Pro: Dr. H. M. Amin Summa, SH. MA. MM 150210442 Sidang Munaqosyah Ketua_ Prof. D•:. H. Hasanuddin AF, MA ~P"'C? ( ................................ ) 150 050 917 ........~ ............ ) Sekretaris_ Drs. Abu Thamrin, M.Hum 150 274 761 ( Pernbimbing l Drs. Abu Tha mrin, 1\1.Hum ( ................................ ) 150 274 761 Pemimbing II Jaenal Aripin, M.Ag 150 289 202 Penguji I Dedv Nursvamsvi, M.Hum 150 264 001 Penguji !I Drs. Asep Svarifuddin Hidavat, SH 150 268 783 dfMj" KATAPENGANTAR Tiada kata atau kalirnat yang ternsa memadai untuk mengartikulasikan rasa syukur penulis kepada Allah SWT Dialah sumber tertinggi spirit, OP,timisme, dan energi bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan juga meskipun hams melalui proses yang cukup berat dalam pengalaman pribadi penulis. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurnh limpahkan kepada Baginda Rasulu!lah SAW. Beliau adalah revolusioner duniayang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang beserta para sahabat dan keluarga beliau yang telah mernpe1juangkan agama Allah SWT dalam berbagai gelombang kehidupan hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan meski waktu, tenaga, dan fikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya karya ilmiah ini, agar hermanfnat hagi penulis khususnya dan hagi para pemhaca pada umumnya. Pcnulis berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi im sebagai salah satu syarat unutk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam. Oleh karena itu, penulis mcnghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Hasanuddin AF selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum Univcrsitas Islam Ncgcri Syarif 1-Jidayatu!lah .Jakarta. 2. Bapak Drs. 1-T Afifi Fanzi Abbas . MA dan Rapak Drs. Abu Thamrin, M.Hum, masing-niasing selaku Kellia Jurnsan dan Sekreiaris Jurnsan Jinayah Siyasah yang telah banyak membantu penulis selama masih dalam masa kuliah. 3. Bapak Ors. Abu Thamrin, M.J-lurn dan Bapak Jaenal Arifin, M.Ag selaku pembimbing penulis dalam pennlisan skripsi ini. Dan berlrnt bimbingannya yang nenuh denPan 1· ..;> nf'rhntfr~n ---·· -· -i--- Onn kctclitlannvn ··-- · -- -~-- .,1 ~chinfrrra OQ - - nr;nqlis <lanat rnenvcJcsaikan. r· ---,., . . 1-·-· - - skripsi ini. 4. Segenap bapak dan ibu dosen di lingkungan Fakultas Syari'ah dan J-lukum yang telah berhagi pengetahuan.. pemikiran . dan gagasan dengan penulis se.lama menjalani studi. 5. Kepala perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum, Kepala perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang memperkenankan penulis meminjam koleksi buku-buku perpustakaan. 6. Teristimewa, Ayahanda tercinta yang tetap berjuang demi penulis sampai akhir hayatnya, lbunda tercinta yang senantiasa mendorong penulis untuk tidak arang apapun aral yang melintang, sepertinya. lautan tintapun tidak Cllknp untuk merinci jasa dan kebaikan multi dimensional mcrcka bcrdua. 7. Isteri tercinta yang tak pernah lepas dalam memberikm1 dukungan kepada penulis dan tctap sctia menemani penulis dalam menjalani bahtera kehidupan yang penuh dengan cinta dan Jrnsih s11y11ng R Ananda 1erc.int3 Kayla Fatihah Mumtazah yang se!alu menjadi motivasi dalam menyelesaikan skripsi dan studi penulis. 9. Segenap keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Pencinta Alam Arkadia Universitas lslam Negeri SyarifHidayntullah, tali persaudarnan kita tidak akan pernah putus meski gelar sarjana telah melekat di dada 10. Keluarga besar Jurusan Jinayah Siyasah Program Studi Pidana Islam Angkatan '99, semoga kebersamaan kita dalam herkarya, berdiskusi, dan bercanda akan tetap ada meski kelulusan telah menjemput kita. l l Sahabat-sahabat yang bernda di Pesanggernhan, teristimewa adalah Ojek yang me11jadi teman dalam berdiskusi dan telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 12 Se1mrn pihak yang tidak dapa1 penulis sehutkan salu persatu yang telah banyak membantu dalam menye!esaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda. Dan hanya kepada Allah penulis herserah diri. DAFTAR ISi KATA PENGANTAR ................................................................ . DAFTAR ISI ..... . BABI BAB II IV PENDAHULllAN ........................................................ . A Latar Belakang Masalah l B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .. . 10 D. Metode Penelitian ..................................................... . 11 E. Sistematika Penulisan .................... . 12 TINDAK PIDANA DALAM HUKUM ISLAM .................... . 14 A. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana 14 l. Pengertian Tindak Pidana 14 2 16 TJnsur-Unsur Tindak Pidana B. Macam-Macam Tindak Pidana... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 17 C. Asas Legalitas dan Kausalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 2I 1. Asas Legalitas 21 2 23 Asas Kausalitas D. Tujuan Pemidanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .................................... ..... F Sanksi Pidana ... ............ ., . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......... . 24 26 BAB III I. Pengertian dan Dasar Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 26 2. Macam-Macam Sanksi Pidana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 TINJAUAN UMUM TENTANG PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM UU NOMOR 23 TAIHIN 1997 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..... 30 A. Pengertian Lingkungan Hidup 30 B. Hubungan Timbal Balik Antara Manusia Dengan Lingirnngannya 35 C. Pencemaran clan Perusakan Lingkungan Hidup Sebagai Tindak BAB IV Pidana 36 !. Pengertian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 36 2. Pengertian Tindak Pidana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38 PEMIDANAAN TERHADAP TINDAKAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT HUKUM ISLAM . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 40 A. Lingkungan Hid up Dal am Ajaran Islam . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . 40 I. Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dalam Ilmu Fiqih . . . . . . . . . 43 2. Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dal am Ushul Fiqih ... ... .. 45 B. Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut Hukum Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 C. Unsur Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut Hukum Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 55 D. Sanksi Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan BABY Hidup Menurut Hukum Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56 PENUTUP ......... ... ...... ........................ ........................ 57 A. Kesimpulan 57 B. Saran-Saran 58 DAFTAR PUST AKA ................................................................... . 60 BAH I PENDAHULUAN A. i .Mar Belakang Mnsalah Sejak manusia mengenal pe.radaban. rih11an tah1m yang lain. man11srn selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup lidak lain 111e1 upakan usaha uiiluk mendapatkan kenyarnanan hidup. Kenvamanan hidup yang dimaksudkan selain untuk dapat dinikmati oleh dirinya qencliri pacln saat masih hin11p. jnga diha.raplrnn dapM diberikan atau diwariskan oleh anak-cucu. Usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia tidak akan pernah berhenti sarnpai ak.l1ir. za1r1an uanii. l Jsaha peningkaian kualitas hidup mannsia sangai terasa sejak revoltrni industri yang rnelanda bemm Eropa pada pertengahan Abad ke-19, yang kemudian menyebar ke Amerika. Pada saat itu manusia berlomba untuk mendpiakan rnesin-mesin baru untuk menghasilkan prnduk-produk baru yang diharapkan dapat segera dinikmati dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Perlmnha<in dalam meningkatkan k11alitas hidup tersebut juga melanda bidang melalui .oembukaan lahan-lahan .nertanian dan pertanian dan oerkebunan . perkebunan baru di kawasan Amerika, Asia, Australia dan juga Afrika. Dengan hantuan mesin, hasil pertanian dan perkehunan dapat ditingkatkan dan diolah lebih Janjut menjadi bahan yang SBne;at dihntnhknn mRm1siB, yHitn sannBng dim 2 pangan. Perut bumi juga tidak luput dari sasaran perlon1baan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Perlambangan-pertambangan barn dibuka unluk mendapatkan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi. Perlombaanperlombaan tersebut terasa dipercepat laci clencan pertambahan jmnlah penrlnrlnk memenuhi olanet bumi kita vang satu ini. .vang- menvebar . . ~ Unluk dapal rnemenuhi kebutuhan manusia yang berupa sandang, pangan, dan papan, manus.ia memanfaatkan penemuan-penemuan barn ilmu pencefahnan dan teknoloci untuk mencemk hasil kekayaan alam yang ada sehanyak-hanyaknya. Walaupun kekayaan alam cukup tersedia, namun karena pengamhilannya jauh lehih cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk dalarn pembentukan kelrnyaan alam tersehnt, mab tirlak 11111stahil dalam waktn sinekat kekayaan alam tersebut akan habis. Pembangunan yang sangal P'"al Jewasa ini iemyata mernbawa danlpak bagi kehidupan manusia. Dampak disini dapat bernilai positif yang berarti memberikan manfaat haci kehirlupan manusia dan dapa1 bemilai negatif yaitu timbulnya resiko yang sangat rnerugikan masyarakat. Dampak yang bernilai positif memang sanga! diharapkan oleh manusia dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan hidup. Sebagi~n kecil dari dampak positif adanya pembangunan adalah meninckatnya pertnmhuhan ekonomi secarn bertahap sehingga terjadi perubahan struktur ekonomi yang lebih 3 baik, pembangunan juga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejateraan rakyat secara merata. Adapun dampak yang bersifat negatif merupakan clampak yang sangat tirhk rliharnpkan oleh se1111rn orang, brena dampak negatif dapat menurunkan kualitas clan kenyamanan hidup yang harus cliatasi dengan sebaik-haiknya. Dampak negatif yang sangat menonjol akibal kegiatan pembangunan terhadap lingkungan adalah masalah pencemaran lingkungan. Kekhawatiran manusia atas masalah lingkungan yang dapM menurunkan kualitas clan kenyamanan hidup mulai tampak. Hal ini tampak dari bertambahnya perbendaharaan kata yang dijumpai saat ini, seperti ekologi, erosi, polusi, hujan asam dan lain sebagainya. Oieh karena itu, manusia mulai berfikir untuk mene;dola snmher daya a lam 'fan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut dimaksudkan agar gcnerasi sdanjutnya dapat merasakan apa yang telah diperbuat terhaclap sumber daya alam dan lingkungan. Pada clasamya manusia memiliki peran yang sangat penting clalam pemeliharaan lingkungan. Setelah segala unsur yang ada dalam nrnng lingkupnya clitunclukkan pacla mereka, maka pada tahap selanj utnya mereka clituntut untuk berinlerak.si del!gan baik sesuai dt:ngan hukum yang ielah cligariskan oleh Allah SWT, yaitu clengan melaksanakan serta memelihara pemberlakuan hulrnm-hukum 1 tersebut da!am ap!ikasi nyata. Salah satu peran manusia terhaclap lingkungan ' Yusuf Al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Li11gku11ga11, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), Cetakan Pertarna, h. 24 4 adalah berusaha membangun bumi ini dengan cara menanam, membangun, memperbaiki dan menghidupi, serta menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak lingkungan itu sendiri. 2 Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tnhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat menjadi smnber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Tndo11esia serta makhlui< hirlnp lainnya clemi kelBngsungan dan perringkatan kualitas hidup itu sendiri. Untuk memenuhi jaminan-Nya terhadap manusia,maka sejak Allah menciptakan bumi dan menjadikannya tempat tinggal mereka, Allah juga membuat subur semua tanah di muka bumi ini sehingga dapat dimanfaatkan untuk hcrcocok tanam. Sebagainrnna dijelaslrnn clalam firman-Nyn· ti 0 ,.. ) ' ,, _... ~~ ,_.,LS ,,,,- 0 / - "'""'""/ / / / / / - /\) 0/ ,>',.. / ..-o / / _:,,... ~ ~IJ 1.5""\JJ ~ ~.O.l\J \.P>\.;.)..\.4 / • ,.. (20-19 : p l ) ,,. ~,.. / .... ~ jl::.: aj ~ // ,,.. J / / 0 (I f.. ,,. J" J '1\J / 0 y) ~ ~ ~ ;.s::.i Q;;,.) / / Artinya: "Dan Kami te/ah menghamparkan humi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumhuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah meJ?iadikan untukmu di humi keperluan-kepeluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makh!uk-makhluk yang kamu sekali-kali hukan pemberi re::eki padanya (Q.S. Al-Hijr: 19-20) Pembangunan merupakan upaya dasar dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmurnn lahir maupun untuk mencapai kepuasan batin. 2 !bid., h. 26 5 Suatu proses pembangunan yang berwawasan lingkungan berasumsi bahwa setiap lingkungan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan o\eh suatu usaha clan atau kegiatan. Permasalahan Jingkungan hidup tidak hanya terhatas pada masalah sampah. pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, atau bahkan sekedar pe\estarian a\am. Akan tetapi lebih dari itu, masalah lingkungan hidup merupakan bagian dari suatu pandangan hidup. Sebab hal itu merupakan kritik terhadap k"senjangan yang diakihatbn·oleh pengurasan energi dan keterbelakangan yang diakibatkan oleh pengejaran pertumbuhan ekonomi yang optimal dan konsumsi yang maksimal. Dengan kata lain, masalah lingkungan hidup berkaitan dengan pandangan dan sikap hidup manusia untuk melihat dirinya sendiri maupun pada titik pengertian. lnilah nonna-nonna fiqih yang merupakan penjabaran dari nilainilai dasar Alquran dan Sunnah yang dapat memberikan sumbangan dalam upaya pengembangan lingkungan hidup. 3 Paradigma pembangunan yang kapitalistik dan berkembang di Indonesia t"lah memunculkan kebijakan yang cenderung mengeksp!oitasi tanah demi menrreiar oertwnbuhan ekonomi -van!! orasvarat oembanrrunan ....,u • - dikatakan sebarrai • • ..... ~ nasional. Eksplorasi dan ekploitasi lingkllllgan sudah sejak lama mengakibatkan dampak negatif yang berdimensi sosial, ekonomi, budaya, maupun kemsakan 3 132-133 Ali Yafie, Jvfenggagas Flqih Sosia/; Dari Soal Lingkunga11 Hidup, Asuransi dan Dakwah, h. 6 lingkungan secara fisik. Dampak yang terlihat akibat industli dan teknologi antara lain adalah: 1. Pencemaran Udani 2. Pencemaran Air 3. Pencemaran Daratan. Perilaku manusia selamanya lidak pernah lupul dari kesalahankesalahan, haik itn yang disengaja maupun tidak disengaja, sehingga perbuatan tersebut merugikan ornng lain Kesafahan ini dapat h<'mpa '11at11 P'"·himtan yang nerbuatan iahat. Perbuatan iahat atau kejahatan merupakan dil!olmwkan sebal!ai - .... ' ~· ~ perbualan yang disamping merugikan orang lain, perbualan lersebut juga melanggar kaidah hukum pidana yang herlaku. Dapat dikatakan hahwa kejahatan atm1 tirn:fok pidm1a m('n1pabn p<"rhuatan yan3 dilarane menurnt hukum dan di ancam dengan sanksi pi dana bagi siapa saja yang melakukan perbuatan terlarang lersebut. bcgitu juga dengan ancaman pidana ditujukan kepada perhuatannya.. sedangkan sanksi pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan keJ·adian tersebut oleh brena itn antern 1"rnn<,an denP'an ani"aman - - u ~ ~· pidana harus ada hubungan yang erat juga. Hukum pidana tidak melarang adanya orang mati al.au eedera, akan lelapi yang dilarang oleh hukum pidana adalah adanya orang mati atau cedera karena perbuatan orang lain. Tlmu fiqih 5t"baeai ilmv yane meneatur manusia dengan Tuhannya, denga11 dirinya, denga11 kduarga dan masyarakalnya, dan dengan alam sekitarnya, sesuai dengan hukum-hukum syari'al yang sudah dikenal luas, yailu: wajib, 7 sunnah, haram, makruh dan mubah. Oleh karena itu, para ahli fiqih mengatakan bahwa syariat Islam berlaku bagi semua mukallaf, dan tidak ada satu pekerjaan pun ynng Input dari pemhahasannya Huhungan ilmu fiqih dengan pemeliharaan lingkungan, pelestarian dan perlindnngannya dari segala hal yang memhahayakan dan merusak merupakan hubungan yang merniliki rarnbu-rarnbu yang jelas. 4 Hubungan fiqih dengan lingkungan tidak hanya terbatas pada wilayah bukum-hukurnnya semata, tetapi j uga berhubungan era! dengan kapasitasnya sebagai clasar pemhF-ntnknn hnkum secm11 universaJ Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri oleh para ahli fiqih, bahwa metode-metode fiqih yang terkenal telah melahirkan batasan-batasan dalam berbagai literatur yang amal banyak, yang dalam hahasan-hahasan itn hanyak menyinggnng pentingnya memberikan perhatian terhadap J.ingkungan, serla hagaimana !slam mengatur clan rnemeliharanya. Karena di dalamnya dipaparkan prinsip-prinsip pemeliharaan lingkungan dengan amat terpuji. 5 Perlindungan terhadap lingkungan merupakan sehuah pelaksanaan yang clilaln1lrnn tf'rhnclap sy~riat yang clipBbi clalam mf'nf'gakkan kemaslahatan umat di dunia sekaligus di akhirat yang bertujuan untuk menegakkan syariat itu sendiri, yaitu menjaga agama, diri (nyawa), keturunan, aka! dan harta-harta benda mereka. 6 4 Yusuf Al-Qardhawi, Op. Cir., h. 51 'Ibid., h. 53 6 Ibid. h. 59 8 Hukum pidana Islam menjatuhkan sanksi pada setiap tindak pidana yaitu hukuma11. Allah SWT menurunkan hukuman dengan lujuan untuk memdihara dan menghormati agama. nyawa, ketunman, aka! dan harta. Karena memelihara kelima hal di atas merupakan tujuan syariat (mrrqashirlus syr1ri 'r1h) Maka apabila kila kaji secara mendalam, tidak dapal diragukan lagi bahwa pemeliharaan lingkungaii, pekstarian dan pengembangannya len::akup dalam lima maslahat di atas, yaitu: l. Menjaga lingkungan sama dengan menjae;a Agama 2. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa 3. Menjaga lingkungan sama dcngan menjaga kelunman 4. Menjaga Jingkungan sama dengan menjaga aka! Terdorong oleh kenyalaan yang telah terjadi dan semakin banyaknya rnodus operandi kejahatan da.n peia11ggafan µidana pe11ceinatan dan perusaka:n lingkungan hidup, maka penulis teriarik uniuk mencoba menguraikan masalah tindnk pidana pencemaran dan pernsakan lingkungan . yane; kenrndian pennlis tuangkan ke dalam skripsi yang berjudul: "PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HJDUP" 9 B. Pembatasan dan Perumusan l\1asalah a. Pcmbatasan Untuk menghindari kerancuan dalam pemhahasan, penulis akan 1111Cmbata<;i p1Cm1asalahan yang akan dibahas, yaitu : a. Pengertian dan istilah lingkungan hidup serta hal-hal yang berkaitan dengannya dalam perspektifislam dan hukum positif. h Tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dalam bukum positif c. Pandangan atau konsep hukum pidana Islam terhadap perilaku pcnce1narnn dan perusakan lingkungan hidup. b. Perumusan Berdasarkan judul dan pemaparnn latar hE>laknne; masalah s<'rta pembatasan masalah di atas, penulis mencoba merurnuskan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan tindak pidana pcncemaran dan perusakan lingkungan hidup, yaitu : a Apakah yane; dimahud dene;m1 penr.1Cmaran dan perusakan lingkungan hidup menurut UU Nomor 23 Tahun 1997? b. Bagaimana ketentuan pidana terhadap lindakan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup menurut UU Nomor 23 Tahun 1997? c. Bagaimana pandangan huknm Tsfam terhadap tindakan pencrn11arnn dan perusakan lingkungan hidup dalam Islam? 10 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: e TTntnk m<"ne;etehni hf'nt11k p<"nc('meren dan pernsakan lingkungan hidup vang dapat di!rntegorikan sebagai tindak pidana dalam perspektifislam. b. Untuk mengt':lahui kelenluan pidana dan sanksi pidana pelaku pencemaran dan pemsakan lingkungan hidup dalam perspektiflslam. c. Untuk mengetahu.i perbuatan pencemarnn dan pern.sakan line;k1me;an hidnp dalam perspekitf hukum pidana Islam 2. Kegunaan a. Sebagai sumbangan pengetabuan dan infonnasi tentang pandangan hukum pirlene l«lam terhadap tindak pidmw pencemaran dan pernsakan lingkungan hidup. b. Mencoba membuka wawasan dan Y<acana baru tentang perilaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup herdasarkan hukum lslam.dan hukum positif c. Untuk mendapatkan gelar Smjana Strata l (S-1) pada Fakultas Syari'ah - dan Huk.um, Universilas Islam Nt:eeri Sva1ifHiuavatullah Jakarta , , IJ D. Mctode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian keplls1akaan (l,ihrmy f?esearch), dan dalam mengolah juga menganalisa data pt"nulis menggunakan pendelrntan kualiiBtif rlenem1 eara rnendeskripsikan permasalahan yang akan dibahas dengan rnengarnbil rnateri-rnateri yang relevan <lcngan permasalahan. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah menggunakan halrnn dnk11111<'n yane: tertnJi, dalarn hllku-buku, artikel dan makalah, yang husilnya berupa kutipan atau catatan. Dan di dalam mengolah dan menganalisa data, penuiis 1mmggw1akan meiode induk1if. yai1u dengan earn menganalisa da1a yang bertitik tolak dari data vm1g khusus yang kemudian ditarik pada kesimp11lan yane hf'.Viifot 1111111111 Mengenai teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, fosis, Disertasi UJN S)1ar!f Hidayatullah Jakarta tcrbitan Jakarta Press, cetakan II, tahun 2002,7 dengan beberapa pengecualian : I. Ayat-ayat Al-quran tidak diberikan catatan kaki, tetapi langsung disebut surat dan ayatnya, dengan te1jemah yang diambil dari buku te1jemahan Al-quran yang diterbitkan oJeh Departemen Agama. 7 2002) 1\zyumardi Azra, et Al, JJedo111a11 F e1111/isan .)'kritJsi, /'esis, /Jiserlasi, (Jakarta: UIN Press, 1 12 2. Semua terjemahan dari ayat Al-quran, hadis, dan kaidah-kaidah serta istilah berbahasa Arab lainnya diketik Jalam satu spasi. E. Sistematika Penulisan Agar penulisannya lebih sistematis dan terarah, maka penulisan ini disusun dalmn '\ (lima) bab, yMg masing-masing pembahasannya memiliki titik . tekan .,,van".... berbeda namun tetan berkaitan., ,.,vaitu: Rab pertama, menguraikan bagian pendahuluan yang memberikan gamharan ~ecarn umum tentang judul skripsi ini dengan menguraikan Jatar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tiuuan dan kegunaan penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bah kedua, membahas tin<lak pidana dalam hukum Islam yang melipuii: pengertian dan unsur tindak pidana, macam-macam tindak pidana, asas legalitas oan ka1.1salitas, tujuan p~midanaan da!Bm huk1.m1 Islam, dan sanksi pidana dalam hukum Islam. Bab ketiga, membahas tinjauan umum tentang pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dalam UU Nomor 23 Tahun J997 yang meliputi : pengertian lingkungan hidup, hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sebagai tindak pidana. Rab keempat, membahas tentang pemidanaan terhadap tindakAn pi"nc~marnn dan perusalrnn lingkungan hidup dalam hukum Islam, yang meliputi: IJ lingkungan hidup dalam Islam, tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan menurut hukum Islam, unsur tindak pidana pencemaran dan pernsakan lingkungan hidup menurut hukum !slam, serta sanksi tindak pidana pencen1aran clan perusakn.n linek11ne;an 1nenur1_1l h11k11n1 f5lr11n Bab kelima, merupakan kesimpulan dan saran. BAB II TINDAK PIDANA DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana l. Pc11gertian Tindak Pitlana Dalarn hukum Islam, istilah tindak pidana dikenal dengan sebulan .1arimah. lstilah ini secara etimologis adalah perbuatan burnk, jelek atau dosa. 1 Sedangkan secara rerminologis istilah jarimah menurut Abdul Qadir Audah adalah sebagai berikut : Artinya : ''.!arimah adalah larcmgan-larangan .1yara' (yang apabila dikerfakan) diancam oleh A I/ah dengan hukuman had atau ta'=ir. " 2 Lebih lanjut beliau menjdaskan masalah ini dengan mengatakan bahwa Jafadz mahdzurat seperti tennaktub dalam definisi di atas adalah sebagai berikut :3 & _,. "" J:;.t.: J'.,j ~.:I :,1 r _,. ,,,, <" "' ~ :r,, ~ ) ,, J..' o:_1t.J1 l.j r ,., ,.. ,, Artinya: "Yang dimaksud dengan mahdzurat atau larangan adalah melakukan sua/u perbuman yang dilarang a/au meninggalkan suatu perbuatan yang diperintahkan." 1 2 Rahmat Hakim, H11k11111 Pida11a Islam, (Bandung: PustakaSetia, 2000), Cetakan I, It 13 Abdul Qadir Audah, al Tasyri' al Jina'i al Islami, (Bei,;ut: ·;,:;~s~Risalah, 1994), Juz I. h. 66 :, ' ] Ibid, h.66 i-clfp_ '"~ . .·.. . uf~Js,,;, us,''/;;,,·j'.' · · 'f.-'J,,'f(• '·,,;'.~/",;;. "•!i/" /-'·';' ;/t '''i;.'i /,,~l'\.,'.·~~?'"i/,' •'u 0 15 Dari penjelasan tersebut di atas, dapat difahami bahwa kata mahdzurat mengandung 2 (dua) pengertian, yailu . !'i:riumu, L<11angan berbual artinya dilarang mengerjakan perbuatan yang dilarang. Kedua, larangan tidak berbuat atau larangan untuk diam, artinya adalah meninggalkan ha! yang menurut aturan harus dikerjakan. 4 Dari uraian di alas, dapat diambil kesimpulan bahwa kata jarimah identik dengan pengertian yang dalam hukum positif disebut sebagai tindak pidana atau pelanggaran. Maksudnya adalah satuan atau sifat dari suatu pelanggaran hukum. Dapat dikatakan bahwa jarimah diistilahkan dengan delik atau tindak pidana. 5 Banyak ulama fiqih yang menyebut jarimah dengan lafadh jinayah. Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah, pengertian jarimah adalah sebagai berikut :6 "' r r' G-)lk...o1 ~:? "'r~ "' ,, ,,,., ,, ,, ~i ,,, Artinya 0 a;G:J1 ,, _j, :i Jt. :,I ,, ,;I "Jinayah menurut terminologi ada!ah sebuah nama untuk suatu perbuatan yang dilarang (haram) secara syar'i, baik perbuatan tersebut menyangkut jiwa, harta, a/au selainnya." 'Rahmat Hakim, Op.Cit., h. 14 ' Jim/.. h. I 5 6 ,, ) Abdu: Qodir Audah, Op.Cit., h. 67 16 Sebenamya µemakaian kata jinayah memµunyai arti lebih umum (luas ), yaitu ditujukan bagi segala sesuatu yang <ida sangkut µautnya dengan kejahatan manusia dan tidak ditujukan bagi satuan µerbuatan dosa tertentu. 7 2. Unsur-unsur Tindak Pidana Dalam setiap tindak pidana harnslah men1µunya1 unsur-unsur, sehingga suatu perbuatan dapal dikategorikan sebagai lindak pidana (jarimah). Abdul Qadir Audah mengemukakan beberapa unsur yang harus terdapat dalam tindak pidana sehingga perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana (jarimah). Unsur-unsur lersebut adalah: a. Unsur formil (rukun .1yar'i), dengan pengertian adanya nash yang mclarang suatu pcrbuatan dcngan ancan1an hukuman bagi pc1akunya. Drtlam unsur ini ulama fiqih membual kaidah : "tidak ada suatu tindak pidana dan tidak ada pula sualu hukuman lanpa ada nash." b. Unsur material (rukun maddi), dengan pengertian adanya tingkah laku yang membentuk tindak pidana (jarimah), baik berupa perbuatan yang nyata ataupun hanya sikap saja. c. Unsur moril (rukun adabi}, dengau pengerlian adanya pelaku tindak pidana (farimah), yang dalam hal ini adalah seseorang yang sudah mukallaf 7 atau Rah1nat I-Iakinl, Lo~;. ('it. orang yang dapat mempertanggungjawabkan 17 perbuatannya. Oleh karena itu, pelaku tindak pidana Oarimah) haruslah orang yang memahami hukum. 8 Unsur-unsur tersebut di atas merupakan unsur-unsur yang bersifat umum dan berlaku pada setiap tindak pidana Oi1rimah). Selain unsur-unsur tindak pidana yang bersifat umum, terdapat pula unsur tindak pidana (Janmah) yang bersifat khusus. Unsur khusus ini hanya beriaku pada tindak pidana tertentu, seperti mengambil atau memindahkan harta bcnda orang lain. pada tindak pidana pencurian atau menghilangkan nyawa orang Iain pada tindak pidana pembunuhan. B. Macam-macam Tindak Pidana Berbicara tentang macam-macam tindak pidana dalam hukum pidana Islam, maka dapat digolongkan ke dalam beberapa macam dilihat dari segi perbcduan dnn cnra penlr~jauanny·a. Gc:rdasarkan hal tcrsehuL tnaka 1naca1n- rnacam tindak pidana itu adalah : 1. Dilihat dari segi berat atau nngannya hukuman, bentuk tindak pidana (jarimah) ini dibagi ke dalam tiga macaam, yaitu : jarimah hudud, jarimah qishashdiyat danjarimah ta ';;ir . .larimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan dengan hukuman had, dimana macam dan jumlahnya mernpakan hak Allah. Pengertian hak "Abdul Qadir Audah, Op.Ci1., h. 110-111,juga lihat Rahmat Hakim, Op.Ci/., h. 52-53 18 Allah adalah bahwa hukuman tersebut tidak dapat dihapuskan baik oleh perseorangan (yang menjadi korban jarimah) atau masyarakat yang diwakili oleh pemerintah dimana efek penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Jarirnah-jarimah hudud itu terdiri dari : zina, qadzcrf, n1inu1n-n1i11un1an keras, 111encuri, 1nuhc,;rib,,;-li, rldclah dan a! baF:;l~vu . .Jarirnuh •1ishash llr:vat adalah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukurnan qishash atau hukuman diyat. Hukuman ini menjadi hak perseorangan korbaniahli waris korban), korban dapat mernaafkan si pelaku, dan apabila dimaaflcan hukurnan itu menjadi terhapus. Jarimah qishash dan diyat itu berupa pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, dan pembunuhan kesalahan . .Jarinwh ta ';;ir adalah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan beberapa hukmnan ta'zir. Hukuman ta'zir rnernpakan hukuman yang tidak terdapat dalam nash atau dalam pengertian syara' lidak menentukan macammacam hukmnan untuk tiap-tiap jarimah ta'zir. Oleh karena itu, hakim dibcrikan kebebasan untuk mernilih hukuman yang sesuai clengan macam jarimah ta'zir serta keadaan si pembuat pula. Hal ini dimaksudkan agar rnereka dapat mengatur masyarnkal dan mernelihara kepentingan- kepentingannya serta dapat menghadapi keadaan yang mendesak dengan 9 sebaik-baiknya. Contohnya adalah penerapan hukuman bagi pelaku pengedar 9 Abdul Qodir Audah, Op.Ci1., h. 78-81 19 dan produsen Narkotik dan Zat Adiktif (NAZA), dimana bentuk hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia dengan prinsip maslahah. H. A. Djazuli dalam bukunya membagi ta'zir menjadi tiga bagian, yaitu: a. Jarimah hudud atau qishash, diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarnt, namun sudah merupakan maksiat. b. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadits, namun tidak ditentukan sanksinya. c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulil arnri untuk kemaslahatan umum. Dalam hal ini yang dijadikan pertirnbangan adalah ajaran Islam sebagai pertimbangan untuk menentukan kemaslahatan umum. 2. Dilihat dari segi niat pelakunya, jarimah ini dapat dibedakan menjadi jarimah disengaja dan jarimah tidak disengaja. Pada jarimah yang disengaja, pelaku dengan sengaja melakukan jarimah dan ia rnengetahui bahwa perbuatan tersebut adalah salah. Jika si pelaku tidak menghendaki akibat-akibat perbuatannya, maka perbuatan tersebut disebut dengan semi sengaja. Bentuk kebalikan dari jaiirnah sengaja adalah jarimah tidak sengaja. Bentuk jarirnah ini dapat terjadi karena, perrama, yaitu karena kekeliruan. Perbuatan karena kekeliruannya ini sengaja dilakukan, namun hasil yang didapat tidak dikehendaki oleh pelaku. Seperti seseorang bennaksud menakutnakuti orang lain dengan dengan senjata, tetapi senjata tersebut mengenai 20 orang yang dilakuli tadi. Celaknya orang lain lersebul adalah karena kekeliruan, bukan karena ada niat atau atas dasar kesengajaan. Kedua, karena kelalaian, yaitu suatu perbuatan yang sama sekali tidak disengaja, baik perbuatan itu sendiri maupun hasil dari perbuatannya. Seperti seseorang yang membakar sampah dengan maksud membersihkan sekeliling rumahnya. Tanpa sepengetahuannya api membesar dan membakar sesuatu milik orang lain. 10 3. Dilihat dari segi objeknya, jarimah terbagi menjadi jarimah perseorangan dan jarimah masyarakat. Aspek yang dapat membedakan bentuk jarimah ini adalah aspek korban. Jika yang menjadi korban itu perseorangan maka jarimah tersebut jarimah perseorangan, dan jika yang menjadi korban itu adalah masyarakat. maka jarimah tersebut disebut jarimah masyarakat. Sebagian u lama mengatakan. j ika korban tersebut perseorangan, jarimah tel·sebut 111el\1adi hak ad.uni ( pcrscornngan ). tctapi jika korbannya masyarakat, jarimah tersebut menjadi hak jama' ah (hak Allah). 11 4. Dilihat dari segi tabiat atau motivasi yang khusus, jarimah ini terdiri dari jarimah biasa (kriminal murni) dan jarimah politik. Pemisahan tersebut berdasarkan kemaslahatan, kcamanan, ketertiban, dan pemeliharaan atas sendi-sendinya. Oleh karena itu, tidak setiap jarimah yang diperbuat untuk tujuan-tujuan politik dapat disebut jarimah politik, meskipun terkadang ada 1 '' Rahmat Hakim, Op.Cit., h 2.4 11 Ibid.• h. 24-25 21 jarimah biasa yang diperbuat dalam suasana politik tertentu dapat digolongkan dalam jaiimah politik. Perbedaan antara keduanya terletak pada motif (faktor pembangkitnya), apakah suatu tindakan itu hanya untuk kcpentingan pribadi alau adanya muatan polilik lei lenlu. 12 Rahmat hakim mengatakan, bahwa jaiimah politik adalah jarimah yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tujuan politik untuk melawan pemerintah yang sah pada waktu situasi yang tidak normal, seperti pcmberontakan, mengacaukau perckonomian dengan maksud-maksud politis, dan lain sebagainya. Sedangkanjarimah-jarimah yang tidak bennuatan politik dinamakan jarimah biasa, seperti mencuri ayam atau barang-barang lainnya atau membunuh atau menganiaya orang-orang kebanyakan (orang biasa). 13 C. Asas Legalitas dan Kausalitas l. Asas Legalitas Salah satu aturan pokok yang sangat penting dalam penerapan hukuman adalah kaidah yang menyatakan : .,, .... ) ) ,,, ) .,,,. ') ,~, ') ~~ 'J) ~_;., Artinya "Sebelwn ada nash (ketentuan undang-undang) itu lidak ada hukuman dan 'uqubatnya.~\'C/nksi. " 14 12 Ahn1ad Hanafi, Asas-asas fluk1u11 l)hia1111a Islaru, (Jaka11a: Bulan Bintang, 1967), h. 18-24 13 Rahmat Hakim, Op.Cit., h. 25 11 · Abdul Qodir Audah, Op.Cit., h. 115 22 Dengan perkataan lain, perbualan seseorang yang cakap tidak dapat dikatakan dilarang selmna belum ada nash (ketenluan) yang melarangnya dan dia mempunyai kebebasan unluk mclakukan perbualan atau meninggalkannya, sampai ada nash yang tegas-tegas rnelarangnya. Aturan pokok lain mengatakan bahwa pada dasamya semua perkara dan sduruh perbualan ilu dibolehkan. Hal ini selama belurn ada nash yang melarang, maka tidak ada tuntutan terhadap semua perbuatan, yakni :15 Kesimpulan dari kedua pokok di atas adalah bahwa suatu perbuatan atau sikap tidak berbual lidak boleh dipandang si;;bagai tindak pidana (jarimah) kecuali karena ada nash (ketentuan) yang jelas dan yang melarang perbuatan atau sikap tidak berbuat tersebut Asas legalitas dalam hukum pidana Islam memberikan pandangan bahwa tidak ada jarimah atau hukuman tanpa nash yang disebutkan dalarn .~vara', hal ini tidak semata-mata didasarkan kepada nash-nash .~vara' yang secara umum memerintahkan u/il amri (penguasa) supaya menegakkan keadilan dan kebenaran serta melenyapkan praktek-praktek penyelewengan dan kezaliman, akan telapi juga tegas-tegas didasarkan pada nash-nash khusus rnengenai ha! ini, diantaranya adalah : " /hid. 23 Artinya " ... Dan Kami tidak akan 1nenghukum (.1·eseurang) sebelum kami mengutus seorang Nosul. " (Q.S. A1-lsra : 1'i) Nosh di atas secara tegas menjelaskan bahwa tidak ada suatu tindak pidana (jarimah) kecuali sud ah ada penjelasan (nash) dan tidak ada hukmnan kecuali telah ada pemberitahuan. 2. Asas Ka usalitas Secara etimologis kausalitas bernsal dari bahasa latin cuusa yang berarti sebab. Secara tenninologis kausalitas berarti sesuatu yang muncul akibat sebab atau dalam ha! ini adalah sebagai akibat aktivitas. 16 Asas kau,alitas ini berkaitan dengan asas tidak sahnya hukuman karena keraguan Jalam hal terjadinya pc;risliwa pidana. Raociiuilah SAW bi.:rsabda: ,,, J , . I, c~~~· ~\•,\,_;:.ii,··~ ,,__,--oMO JJJ ~ p J, ;. 1 0 J ,,.. ll l!0 .) ..I•...\.?'<.!\ \JJ d).:>\" Artinya : "Hindari hudud da!am keadaan 1yubh;1. "(H.R. Baihaqi) , 17 Dengan ketentuan ini, putusan untuk menjatuhkan hukuman dilakukan dengan keyakinan dan adanya hubungan antara sebab dengan akibatnya. Menurut Abdul Qadir Audah, keraguan disini berarti segala hal yang kelihatan, seperti sesuatu yang terbukti, padahal pada kenyatannya tidak terbukti atau segala ha! yang sah menurut sah menurut hukum yang mungkin secara kongkrit muncul. 16 17 Lorens Bagus, Kamus Filsafai, (Jakarta: Gramedia, 2002), cetakan Ke-3, h. 399 lbnu Hajr al Asqolani, Jl11/11gh11/ Manun : Min Adil/at al Ahkam, (Beirut : Dar al Fikr, 1995), h. 120 24 Padahal tidak ada ketentuan untuk itu dan yang tidak ada dalam kenyataannya .. 18 sen dm. D. Tu.iuau Pcmidauaan Esensi dari pemidanaan bagi pelaku tindak pidana (jarimah) menurut Islam adalah pertwna, pencegahan serta balasan dan kedua, adalah perbaikan dan pengajaran. Dengan ttliuan tersebut, pelaku tindak pidana Oarimah) diharapkan tidak lagi melakukan perbuatan jeleknya. Pemidanaan juga merupakan tindakan preventif bagi orang lain untuk tidak melakukan ha! yang sarna. Di sarnping itu, pernidanaan juga bertujuan untuk mengusahakan kebaikan serta pengajarnn bagi pelaku tindak pidana. Dengan tujuan ini pelaku tindak pidana diarahkan serta dididik untuk rnelakukan perbuatan baik dan . lkan perbuatan Ja . I1at. 19 111e11111ga Dalam aplikasinya, tujuan pemidanaan dapat dijabarkan dalam bebernpa bagian, yaitu: I. Untuk memelihara masyarakat. Hal 1111 berkaitan dengan upaya menyelamatkan masyarakat dari perbuatan pelaku tindak pidana. Pelaku sendiri sebenarnya merupakan bagian dari masyarakat, tetapi demi kebaikan masyarakat yang banyak, maka kepentingan perseornngan dapat dikorbankan. Dalam ketentuan umum (kaidah), kepentingan yang lebih banyak harus didahulukan daripada kepentingan perseorangan: 1 ' Topo Santoso, lvfe11ggagas Hukum Pida11a Islam, (Bandung : Asy Syan1il, 2000), Cetakan Ke-2, h. 12 l 19 Rahma1 Hakim, Op. Ci!., h. 63 25 ,, ,... ; / / .... J /. ) / // ;;:,.,,,L:J....1 •~.\ l.SIS- r~ ;(:GJ\ ~\ Artinya: ·'Kemaslahatan umum didahu!ukan dan kemaslahatan khusus." 2. Sebagai upaya penccgahan atau prcvensi khusus bagi pelaku. Dengan kata lain, tqiuan pernidanaan yang kedua ini adalah upaya memblokade kejahatan agar Lidak lagi dilakl1kan dan tidak lagi diikuti oleh orang lain. Sehinga terciptalah ketentraman dan kemaslahatan umurn. 3. Sebagai upaya pendiclikan dan pengajaran. Pemidanaan pada dasamya merupakan upaya untuk mendidik pelaku tindak pidana agar menjadi orang baik dan anggota masyarakat yang baik pula. Sclain itu, pemidanaan juga mengajarkan masyarakat akan hak dan kewajiban. 20 E. Sanksi Pidana 1. Pengertian dan .Dasnr Hulmm Sanksi (hukuman) menurut kamus bahasa Indonesia karangan S. Wojowasito, berarti siksaan atau pernbalasan kejahatan (kesalahan dosa). Dalarn bahasa arab, hukurnan disebut dengan 'iqah (singular) dan 'uquhah (Plural), yang pada dasarnya mempunyai pengertian yang sarna seperti S. Wojowasito dalam kamusnya di atas. Abdul Qadir Audah memberikan definisi sanksi (hukurnan) sebagai berikut: w Ibid, h. 64-65 26 / "'JL:J1 ;1 0~ ,, ,, ,, ~,, Artinya : "Sanksi perintah / 0 0 / .,,.,, 0 J J 0 J 0/ l5:- ~L..;.J1 ~ ~fa-JI ,,.1;.._11 ~ :t;'JkJI .1yara' /'/ / (hukuman) ,, - ,, ,,. adalah pemba!asan alas pelanggaran yang ditetapkan untuk kemaslahatan m11.1yaraka1. " Dari definisi tersebut, dapat dikenmkakan bahwa sanksi (hukuman) merupakan balasan yang setimpal atas perbuatan yang pelaku kejahatan yang rnenyebabkan orang lain menjadi koroan akibat perbuatannya. Dalam ungkapan lain, hukuman mempak:an penimpaan derita dan kesengsaraan bagi pelaku kejahatan sebagai balasan dari apa yang telah diperbuatnya kepada orang Iain atau balasan yang diterima si pdaku akibal pelanggaran . h syara ''l permta .Pada dasarnya, maksud pokok hukuman adalah untuk memelihara dan rnenciptakan kemaslahatan manusia dan rnenjaga mereka dari hal-hal yang mafsadah, karena Islam itu sebagai rahmafan lil 'almnin, untuk memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Hukuman itu hams mempunyai dasar, baik dari Al-Quran, hadits, atau Jembaga legislatif yang mempunyai kewenangan menetapkan hukuman ta'zir. Selain itu hukuman hams bersifat pribadi atau dapat dikatakan bahwa sanksi (hukuman) hanya dijatuhkan kepada yang melakukan kejahatan saja. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa : "Seseorang tidak menanggung dosanya orang lain." Dan yang terakhir, sanksi (hukuman) hams bersifat 21 Rahmat Hakim, Op.Ci!., h. 59 27 umum, maksudnya adalah bahwa sanksi (hukuman) berlaku bagi semua orang, karena semua onmg sama dihadapan hukum. 22 2. Macam-Macam Sanksi Pidana Mengenai macam-macam sanksi (hukuman) pidana, Prof H. A. Djazuli membaginya dalam beberapa macam, yaitu : a. Sanksi (hukuman) ditinjau dari seg1 terdapat atau tidaknya dalarn nashnva dalam Al-Quran dan Al-Hadits, maka sanksi (hukuman) . . , dapat dibagi menjadi dua : 1) Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud, qishash, diyat dan kafarat. Misalnya, hukwnan bagi pczina, pcncuri, pcrampok, pembcroniak, pembunuh, dan orang yang mendzihar istcrinya. 2) Hukuman yang tidak ada nashnya, hukurnan ini disebut dengan hukuman ta'zir, seperti percobaan melakukan tindak pidana, tidak mdaksanakan amanah, saksi palsu, dan melanggar aturan lalu lintas. b. Ditinjau dari segi hubungan antara satu huktmian dengan hukuman lain, maka hukurnan dapat dibagi menjadi empat : I) Hukuman pokok (al- 'uqubat af-ashliyah), yaitu hukuman yang asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati bagi pembunuh dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina ghairu muhshan. H. A. Djazuli, Fil1ih .Jinayah : Upaya Pena11gg11/a11ga11 k~jahalan da/am Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), cetakan l!J, h. 25-26 22 28 2) Hukuman pengganti (al-'uqubat al-badaliyah), yaitu hukuman yang menempati tcmpal hukurnan pokok apabila hukuman pokok itu tidak dapat dilaksanakan karena suatu a.lasan hukum, seperti hukuman diyat/denda bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban atau hukuman ta'zir apabila karena suatu alasan hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan. 3 i Hukuman tambahan (al- 'uqubal al-taba '(vah), yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok, seperti terhalan!,'nya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari harta si terbunuh. 4) Huktm1an pelengkap (al- 'u(1ubut al-takmil(vah), yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan, seperti rnengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya. Hukuman ini hai-us be1dasaika11 kepulusan hakim tersendiri. Sedangkan hukuman pengganti tidak memerlukan keputusan hakim tersendiri. c. Diti1tjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan hukuman, maka hukuman dapat dibagi dua : 1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti hukuman had. 2) Hukuman yang memiliki dua batas, yaitu batas tertinggi dan batas terendah, dimana hakim dapal memilih hukuman yang paling adil 2!) dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasus-kasus maksiat yang di ancam dengan ta' zir. d. Ditinjau dari sasaran hukum, hukuman dibagi menjadi empat : 1) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan manusia, seperti hukuman/ilid. 2) Hukuman yang dikenakan kepada jiwa, yaitu huk'Uman mati. 3) Hukmnan yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti hukuman penjara atau pengasingan. 4) Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta, seperti diyat, denda, dan perampasan. BAB III TIN.JAUAN UMUl'.1 TENT ANG PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKl.JNGAN lllDTIP DALAM Ull NOMOR 23 TAIIUN 1997 A. Pengertian Lingkungan Hidup Lingkungan hidup berasal dari kata lingkungan dan hidup. Dalam kamus bahasa Indonesia, iingkungan bidup diartikan sebagai daerah (kawasan dan sebagainya) yang tennasuk di dalamnya. Sedangkan lingkungan alam adalah keadaan (kon<lisi, kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. 1 Beberapa pakar lingkungan tidak me:mbedakan secara tegas antara pcngcrti an "lingkungan" dengan "] ingkungan hidup'', baik dalam pengertian sehari-hari maupun dalam forum ilmiah. Namun yang secara umum digunakan adalah bahwa istilah istilah "lingkungan" (environment) lebih luas daripada istilah "lingkungan hidup" (life envirownem). 2 Munajat Danusaputra mendcfinisikan bahwa lingkungan hidup merupakan semua benda dan daya serta kondisi tennasuk di dalamnya manusia dan perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Be.1ar Bahasa !11donesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cetakan I, h. 237 2 R.M. Gatot P. Soemartono, Me11ge11a/ l/11k11111 Ungkungan !11do11esia, (Jakarta : Sinar Grafika, 1991), cetakan I, h. 12 31 mempengaruhi kelangsungtan hidup serta kesejateraan manusia dan jasad hidupnya, Otto Sumarwoto berpendapat bahwa lingkungan adalah jumlah semua bcnda dan kondisi ya11g ada dalam rua11g yang kita tcmpati yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara teoritis ruang itu tidakl terbatas jumlahnya, anmun secara praktis ruang itu selalu diberi batas menurut kebutuhan yang dapat ditentukan, misalnya: jurang, sungai atau laut, faktor politik atau lainnya. 3 Segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia sebagai pribadi atau di dalam proses pergaulan hidup, biasanya disebut sebagai lingkungan hidup, Hubungan antara organisme hidup di dalam lingkungan pada hakekatnya merupakan kebutuhan primer yang terjadi secara sadar ataupun tidak Sehingga Fuad Amsyari mcmpunyai kcccndcnmgan untuk mcngadakan pcmbedaan antara lingkungan fisilc (physical environment), lingkungan biologis (biological environment) dan lingkungan social (wsial environment), 4 Menurut Emil Salim, bahwa secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati clan mempengaiuhi segala hal yang hidup, termasuk manusia itu sendi1i 5 J 1 !hid.. h. 14 Fuad Amsyarl, F'riJJsifJ-f'rinsip A1a,•ialah l-'e11cen1aran Lingk1111ga11 hh/JlfJ, (Jakarta : Ghalia. 1981 ), cetakan lll, h. 11 5 Emil Salim, Pembanguncm Be111'(fwasa11 Li11gk1111gan hidup, (Jakarta cetakan II, h. 6 LP3ES, 1982), 32 Soedjono mengarlikan lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik atau jasmaniah yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik yang 1 terdapat dalam alam. ' Dalam pengertian ini, manusia, hewan, dan tumbuhtumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik atau jasmaniah belaka. Sedangkan lingkungan itu sendiri dianggap sebagai lingkungan hidup manusia, hewan clan tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya. Lingkungan hidup merupakan media hubungan timbal balik antara nrnkhluk hidnp dcngan bcnda mati yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dimana manusia ada di dalamnya. lntegrasi antara seluruh komponen makhluk hidup. tennasuk manusia, merupakan syarat mutlak dari keberadaan lingkungan hiclup ilu sencliri. 7 Dr. I. Supardi mcnjclaskan hnhwa lingkungm1 hidup adalah jumlah semua benda mati clan hiclLip serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Secara garis besar. terdapat dua lingkungan hidup, yaitu lingkungan tlsik clan lingkungan biotik. 8 Lingkungan fisik adalah segala bcnda mati dan kcadaan fisik yang ada di sekitar individu-individu, misalnya batu-batuan mineral, air, udara, unsur-unsur iklim seperti cuaca, suhu kelembaban, angin, faktor gaya berat dan lain-lain. Lingkungan hidup fisik ini berkaitan dengan makhluk hidup yang menghuninya. 6 D. Soe.djono, Pengaturan Hukun1 TerhatlaJJ J)e11ce1naran Lingkungan Akibat Iudustri, (Bandung : Alumm, 1979), Cetakan Pertama, h. 20 7 8 Sodikin, SH. M.Hum .. Pe11egaka11 H11k11111 Li11gk1111ga11, (Jakarta: Djambatan, 2003), h. I. Supardi, Linglwnga11 Hidup da11 Kelestarian11ya, (Bandung : Alumni, 1985), h. 2 33 Sebagai contoh n1isalnya n1ineral .van"5 dikandung- oleh tanah menentukan :yang kesttburan yang erat hubungannyu dengan +l,.\.llJlV\.Ul .......... i.. •• h atasny.:L Adapun lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang berada di sekitar individu, baik ttu11buh-tun1buhan, he\van 1naupun 1nanusia. Setiap unsur 1.,,;, .... +;1. IJHJUl'I. dengnn ll II lingkungan fisik labiotik), sebingga me-njadi suam bentuk lingkungan hidup 9 Pandangan scrupa JUga diungkapkan olch Otto Socn1arvvoto yang rrienyatakan bahv;a !ingkungan hiciup n1erupakan jurnlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita te:npati yang mempengaruhi k:ehidupan !ll kna. Adapun menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 di dalam pasal 1 angka 1, disebutkan : lingkungan hidup ada!ah kesatuan bendn, daya, keudaa11 manus1a dan perilakuny'u, yang mempengaruhi kclangslingan perikchidupnn kcscjuhtcraan ' !amnya. . II maK' ll l uk h.1aup Istilah lingkungan 9 seka!i da!am kerangka etimclogi Ibid, h. 2-3 10 Otto Soen1ar\YOto, Lfu;fugf Lt;_;gk;;ngiJii JJi~t;ijJ 1991), Cetakan Kelin1a, h. LJS (Jakarta ; Djan1bataD, c .... 1·11uup1unri...;urtL, rr:.1_ .1r.~nr......,~r rr _ _, rr.r u1h1tliig-ui1Uliiii; fndc::csia ,\'ornor 23 7'ah;;n ]<)97 Tcntang Lingkungan Hidup, (Jakarta, 1998) IJ uantor di1n l'f-1Jibang;;11(iii, r.. "~·i·t···: lYJt: J t:ll >.r ...... l'ft:ga1£l T' •. L111gl\.t1llgau n. ___ ,_ 1, 1_ iu:1.1111..11111 34 lingkungan hidup sulit didapat. ~~1enurut Dr. Yusuf al Qardhawi, lingkungan adalah sebuah lingkup dimana manusia hidup, ia tinggal di dalamnya, baik ketika bcpcrg_ian ataupun mcngasingkan d_iri. Scbagai tcn1pat kembaJj, baik da]am keadaan rela ataupun terpaksa. J.,,ingkungan ini. 1ne1iputi yang dinan1is (hidup) dan yang statis (mati). Lingkungan mati meliputi alam (thabi'ah) yang diciptakan P\llah, dun industri (shuna'i;:alt) yang diciptakan manusia. 1 ;~gi'Llllg'tll 1,111 \. ' dl.Il'\lTI!.S Y'\Iln A; ,,.,-t,.,, ...,,,,..,J;,.... ..-t; ~,.,..,·i,cJ"<"••"• ' •· ' o u.Al'm.-.l,,,.,,.t 1ur..:.\.n.i \.11 i:.nu.:i 111'-'11}.JU.U .... man us; a, hc\van dan tu1nbuhan. Scdangkan Jingkungan statis dapat dibedakan dala111 dua kategcri pckck, pertarnil: bah\va !::eluruh :ilan1 ini diciptakan untuk ke111aslahatan 1nanus1a, mernbantu katcgori y·ang kcdua adalah bahvv·a Jingkungun dcngnn scisinyu, satu san1a lain akan saling i11endukung, saling n1cnyc1npumaka11, saJing 1ncnolong scsuai dcngan sunnah-sunnah Allah yang berlaku di jagad raya ini. 12 Duri penjelnsan beberapa definisi di atas, secara ringkas lingkungan hidup 1nerufJakan ruang dhnana baik benda maupun n1akhl11k hidup atau bahkan bcnda 1nati bcrada di dalainnya, sa1ing bcrintcraksi baik secara fisik 1naupun non 12 Yusuf Al-Qardhawi, Islam AKama Ramah Li111fkt1111fa11. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002). cet. Ke-I, h. 5-8 35 pcngupasan rncngcnai lingku_ngan dan c_koJog_i sc.rta hubungan timbal ba1ik antara 1nanusia dengan lingkungannya sering 111en1bingungkan. Untuk i11cngatasi kebingungan tersebut, sebenarnya il1nu lingkungan yang selama ini dipelajari, dikembi:n1gkrrn dengan ekologi sebugai dasan1ya. Perk.ataan ekologi berasal dari bahasa Yunani~ yaitu rnkos yang urtinya rumah atau tcrnpat untuk hidup dun logos artinj·a ilnTu atau tc1aa11 atau studi. Biasanya cko1ogi didefinisikan sebagai i11nu tentang rnakh!uk hidup denga,i1 run1ahny:;. atau run1ah tangga n1akhluk hiclup. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang susunan dan fungsi seluruh rriakhluk h;dup dun komponcri kchidupan hiinnya, scdangkan ih11u hngkungan 1.r1e1npelajari tc1npat dan pcranan n1anusia di antara n1akhluk hidup dan koinponcn yang iTICn1pclajari bagai1nana inanusia harus 111ene1npatkan dirinya da1ani ekosisiem atau lingkungan hidupnya. 1' Sebuguimana dikemukakan di atas, lingkungan biotik dun abiotik saling berinteraksi satu sama lain. Proses interaksi antara manusrn dengan hngkungannya discbu1 ckosistcn1. l"}roses intcraksi yang bef\Vujud scbagai 11 S0(J'k· ' Il. 4 I 'Ill, ( !fJ. (ii., 36 ekosislem tidak saja lerjadi anlara manusia dengan lingkungannya, ldapi juga antara makhluk-makhluk lain, seperti binatang dengan binatang lainnya, binatang dengan tumbuh-lumbuhan, dan lain-lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Dalam hubungan timbal balik ini, diperlukan adanya keseimbangan dan kese1arasan ekolorri. vaitu suatu keadaan bahv.'il n1akhuk. hidup ber:.idn. dillrrrr. hubungan yang harmonis dengan lingkungannya, sehingga te~jadi keseimbangan dan keselarasan interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dari semua makhluk hidup, manusialah yang paling mampu beradabtasi dengan lingkungannya, baik beradaptasi dengan Iingkungan biotik maupun dengan lingkungan abiorik. C. Pcnccmaran dan Pcrusakan Lingkungan Hidup Sebagai Tindak Pid:rna 1. Pcngc:~tian "· Pcncc:naran dan I>crusaknn Lingkungan Hidup Pcncemaran Lingkungan Hidup Lingkungan mempunyai kemampuan mengabsorbsi Jimbah yang dibuang ke dalamnya. Kemampuan ini tidak terbatas, apabila jmnlah dan kualitas limbah yang dibuang ke dalam Iingkungan melampaui kemampuannya untuk mengabsorbsi, maka dikatakan bahwa lingkungan itu tercemar. Istilah pencemaran lingkungan hidup mulai dipergunakan untuk pertama kalinya guna menerjemahkan istilah asing "pollution" pada seminar biologi kedua di Ciawi, Bogor tahun 1970. Sejak itu mulailah ]7 istilah ini mulai menvebar dan merata dalam bahasa Indonesia, baik dalarn penggunaan di mass media atau dipergunakan di lembaga-lembaga resmi serta dalam rencana pembtmgunan nasional dan seterusnya. Secara mendasar clalam terkandung dan pemburukan terhadap sesuatu (,;0111ami11atio11) pemburukan pencc1nnrnn pcngcrtian (deterioration). semakin lama Pengotoran dan akan semakin menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan, sehingga akhimya dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya. 14 Pencemaran lingkungan seperti dirumuskan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah "masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau kornponen Jain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya" . 15 b. Perusakan Lingkungan Hidup Perusakan lingkungan merupakan tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau 14 Rachmadi Usman, Pokok-Pokok Hukum Li11gk1111ga11 Nasional, (Jakarta Pressindo, I 993), h. 93 15 Sodikin, Op.Ci!., h. 6 Akademika 38 hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan. 16 Perusakan Jingkungan hidup dalam pasal l angka 14 UndangUndang Nomor 23 Tahun l 997 dirumuskan sebagai berikut : "'Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang rnengak1batkan Iingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalarn rnenunjang pembangunan berkelanjutan". 17 Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dijelaskan bahwa perbuatan yang mengakibatkan tercernar dan rusaknya lingkungan hidup merupakan perbuatan yang dilarang, dan pelaku perbuatan tersebut diancam dengan hukuman (sanksi). 2. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana dan pelaku ini dapat dikatakan sebagai subjek hukum. Dalam bahasa Belanda tindak pidana dikenal dengan istilah strajbaar feit, yang sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau kitab Undangundang Hukum Pidana yang sekarang berlaku di Indonesia. 18 16 Raclunadi Usman, Op.Cit., h. 94 17 Sodikin, Op.Cit., 7 18 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas H11k11111 Pidana di J11do11esia, (Bansung : Eresco, 1989), Cetakan Keenam, h. 55 39 Menurut Moeljatno, perbuatan pidana menurut 1.;jud atau sifatnya bertentangan dengan tata. atau ketertiban yang dikehendaki umum, yaitu perbuatan yang melawan (melanggar) hukum. 1'' Lebih lanjut, Moeljatno mengatakan bahwa perkataan perbuatan, yaitu suatn pengertian abstrak yang rnenunjuk kepada kedua keadaan kongkrit, yaitu adanya jaminan yang tertentu dan adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian tersebut. 20 Karena istilah perbnatan pidana bersifat abstrak sebagaimana dikemnkakan Moeljatno, maka istilah tersebut akhirnya menjadi tindak pidana atan delik dengan maksud yang sama. Sebagaimana tercantum dalam KlJHP, sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang, diartikan sebagai sesuatu yang dibuat oleh orang yang menimbulkan akibat pada orang lain baik merasa tidak senang, cidera manpun meninggalnya seseorang. Perbuatan pidana tersebut menunjukkan kepada tingkah laku yang berupa kejadian tertentu dan menimbulkan akibat pada orang lain. 21 Dengan clemikian, perbuatan pencemaran clan pernsakan lingkungan dapat dikatakan sebagai perbnatan pidana, karena perbuatan tersebut mengakibatkan tercemar dan rusaknya lingkungan yang menimbulkan orang lain 19 ' 0 21 Moeljatno, Asas-asas H11k11111 Pida11a, (Jakaita: RJ1ineka Cipta, 1993), h.2 Ibid, h. 54 Sodikin, Op.Ci!., h. 145 40 mati dan cidera. Di samping itu, perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukurnan. BAB IV PEMIDANAAN TERHADAP TINDAKAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP MICNURUT HUKUM ISLAM A. Linglmngan Hidup Dalam Hukum Islam Jslam adalah ajaran Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk seluruh umat manusia dalam menjalani kchidupan di muka bumi dan mengatur hubungan sena tanggung jawab secara venikal terhadap Allah dan hubungan horisonto1 terhadap dirinya sendiri, n1asyarakat sc.11a alan1 scn1csta. Dalam Islam terdapal norma dan nilai Jlahzvah, yakni Al-Quran dan sunnah Rasul yang dihidayahkan kepada umat manusia sebagai pedoman dalam melaksanakan hidupnya, Allah berfirman : ··' ..., J', !'"""'°' '('~· ;;;•::i '1'.•J. II '"' ', '. ~.q'~ ' " ' ' 1';-;. ~/1'.) ~~ v _,- ~ ly.,:;.i U.) , ,., . "' Io): .."" ~l.r"' """"' " ,,. ,,. ,... ,.. / ,, (153 : Artinya ) iL...}11) ;)J;;~f r--<w "'-! :s-~) ~~, };I).; } ) ,.. ,, "Dan bahwa (yang Aku perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikurilah dia, janganlah kamu mengikuti jalan:Jalan yang lain, karena jalan-jalan itu dapat mencerc;i-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian ilu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. "(Q.S. Al-An'aam : 153) Kaitannya dengan hubungan timbal balik antara manusrn dengan lingkungannya, pada dasarnya Allah telah menjelaskan di dalam Al-Quran, bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk Tuhan yang bertanggungjawab 41 terhadap isi alam sekitarnya agar sumbcr kekayaan alam dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk mcmenuhi kebutuhan hidupnya. Mengenai ha! tersebut di atas Allah herfirman: ~;}' ? 'ii J y : _.,. ,,. ~ 1::·~ifj ~ljj ~ _, .. ,., ,.. (20-19: y:J-1) Artinya ,.. ()/ /0 1::;;1\j U>IS~~ J;.~\J1) ,.. ,.. ~~jl:r. ~~ ,.,.. ,. J ,.. 0 :;J :r.:~ .. ~ ~ ~J ,.. "l)c111 Kuini tc!ah n1enght.iniJJarkcn1 bun1i dan ntenjadikan pada11ya gunung-gunung clan Kami tumbuilkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di buni keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhlukmakhluk yang kamu seka/i-kali hukan pemberi rezeki kepadanya." (Q.S. al Hijr : 19-20) Lingkungan hidup diciptakan oleh Allah dengan segala komponennya yang beragam, yang dapat dipergunakan dalam kehidupan manusia, scrta dalam pclaksanaan scgala tugas yang tclah Dia bcbankan kcpada manusia, baik dalam rangka ibadah, menjalankan amanah sebagai khalifah di muka bumi, ataupun dalam rangka membangun bumi. Kendatipun manusia diberi kewenangan untuk mengolah isi alam ini, namun tidak berarti bahwa manusia memiliki kekuasaan tanpa batas terhadap alam dan isinya. Bahkan sebaliknya, ia harus menjaga ke!estarian a!am agar tidak dirusak dan tidak dicemari, ka~ena pencemaran dan perusakan lingkungan dapat mengakibatkan hilangnya manfaat bagi manusia. Allah telah memerintahkan manusia agar mempcrlakukan bumi dengan ramah, memperbaikinya, dan tidak membuat kerusakan di atasnya. Semua itu merupakan bentuk pemenuhan amanah kehilafahan yang diemban, dengan 42 - mensvukuri nikmat-Nva, serta melaksanakan di atasnya. Dalam hal ini, jika - manusia berbuat baik terhadap bumi maka bun,i akan baik terhadap mereka. Sesuatu yang baik untuk yang baik pula. Sebagaimana firman Allah Aiiinya :1 "Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan i::in Allah. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. "(Q.S. Al-A'raf: 58) Dari ayat di atas, dapat kita lihat bahwa bentuk perlakuan baik yang tcragung adalah penccgahan tcrhadap scgala bcntuk pcnccmaran yang dapat mematikan segala potensi baik dan berkah dalam tanah yang telah diciptakan Allah scsuai dcngan fitrahnya. Dan manusia tidak dibcnarkan mcngubah fitrah tanah yang telah digariskan oleh Allah. Karena segala penyimpangan dari fitrah dalmn bi dang apapun mcmpakan bentuk pengemsakan yang dilarang. Jika berbicara tentang pemeliharaan Iingkungan, pelestarian dan perlindungannya, malrn kita tidak akan lepas dari aturan-aturan yang mengatur beberapa hal tersebut. Dal am Islam dikenal 2 (dua) hal yang sangat berperan penting dalam pembentukan aturan atau hukurn, yaitu ilmu fiqih dan ushul fiqih. Dua komponen pembentuk hukum tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan pemeliharaan, pelestarian dan perlindungannya. 1 Yusuf al Qardhwi, Op.Cit., h. 213 43 I. Pcmcliharaan Lingkung:rn llidup dalam Hmu l"i<1ih Hubungan ilmu fiqih dengan pemeliharaan lingkungan, pelestarian dan perlindungannya dari segala hal yang membahayakan dan merusak adalah hubungan yang memiliki rambu-rambu yangjelas. Sebagaimana umum diketahui, ilmu fiqih merupakan ilmu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan keluarga dengan masyarakatnya, dan dengan alam sekitarnya, sesuai dengan lima hukum-hukum syariat yang sudah dikenal luas, yaitu : wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Hubungan fiqih dengan lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada wilayah hukum-hukumnya semata, tetapi juga berhubungan dengan kapasitasnya sebagai dasar pembentukan hukum secara universal. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri oleh para ahli fiqih, bahwa metode-metode fiqih yang terkenal telah melahirkan bahasan-bahasan dalam pelbagai literatur yang amat banyak yang dalam bahasan-bahasan itu menyinggung pentingnya mcmbcrikan perhatian terhadap lingkungan, serta bagaimana Islam mengatur dan memeliharanya. Karena di dalamnya dipaparkan prinsip-prinsip pemeliharaan lingkungan dengan amat terpuji. Di antara prinsip-prinsip yang amat terkenal tersebut adalah prinsip "Laa dharara wa laa dhiraar" (tidak berbahaya dan membahayakan), yang diambil dari hadits Nabawi, dan sudah dibenarkan oleh alim ulama dengan berbagai metode pendekatan yang mereka miliki. Pada dasarnya, prinsip itu 44 diambil dari nash Al-Quran yang semuanya mengacu pada usaha meniadakan 2 berbagai bentuk bahaya, seperti dalam firman Allah : _A_rtinya "Wahai orang yang iwrinwn janganlah kamu memakan harta harta-harta di antara kamu dengrm jalan yang hathil kecuali kamu mengadakan perdagangan alas dasar keridhaan dari kau sekalian, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungu!mya Allah lvfaha Penyayang kcpadamu. "(Q.S. An-Nisa: 29) Dari kaidah universal ini kemudian dibagi kembali ke dalmn kaidah- kaidah parsial sebagai kumpulan metode yang telah disepakati oleh para ahli fiqih. Di antara kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut : Artinya "Bahaya harus dihilangkan sesuai dengan kadar kemampuan. " Q Q ,,-,... /CJ ~wl ~ ~ J)\~u.:J\ ~)~ Artinya "A1encegah bahaya harus lebih diutamakan daripada mengambil manfaat . " Beberapa kaidah hukum di atas merupakan bagian dari rujukan fiqih Hanafi dalam majalah Hukum-Hukum Keadi!an, yang kcmudian ditetapkan dan dijadikan muqadimah pada bahasan tentang muamalah, yang kemudian disusun hukum-hukum dalam ilmu fiqih. 3 2 Ibid, h. 53 1 · Ibid., h. 54-55 45 Dari beberapa kaidah di atas dapat dilihat bahwa kita dapat menetapkan pengembangan hukum-hukum tersebut pada zams.n sekarang ini, lerutarna dalam ha! perilaku pencemaran clan perusakan Jingkungan hidup yang sering mengganggu ketertiban lingkungan dan melampaui batas. Scpctii yang dilakukan oleh industri-industri besar dan perusahaan-perusahaan, yang tarnpaknya tidak perduli akan darnpak yang balm! menirnpa rnasyarakat. 2. Pemeliharaan Lingkungan Hidnp dalam U&hul Fiqih Perlindungan terhadap Jingkungan tidak hanya dibahas dalam fiqih saja, tapi juga dibahas dalam ushul fiqih, terutama dalam tujuan-tujuan syariat (muqoshidush syuriul) yang kemudian diterangkan lebih lanjut oleh para ahli ushul bahwa syariat harus dipakai untuk rnenegakkan kemaslahatan urnat di dunia selmligus di akhirnt. Tujuan ditegakkannya syariat itu sendiri adalah untuk mcnjaga agama, jiwa, kcturunan, akal dan harta-harta mcreka. Allah SWT telah memerintahkan manusia agar berbuat baik di muka bumi sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari kejahatan. Hal tersebut diungkapkan dalam fiman-Nya: ),,\e . ., .. ~~J/t:: (>1~:~0/," ""'"'1<1'0....oy.. _? o):i ~~if J .oy. _r.?? / H.,:;~J/1~: o):i rJ. Q1~:~\)/~ ~ ~ ~ / Artinya : "Barang siapu yang mengerjakan kebaikun seberat hiji jagung, niscuya dia ukan mefihal (ha!asan)11y11. Dan burang siupa yang mengerjakan kejuhatan seberat biji jagungpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. "(Q.S. Al-Zalzalah: 7-8) Hubungan ayat di atas dengan menjaga Jima maslahat pokok scbagaimana disebut sebelumnya merupakan keharusan untuk menegakkan 46 kemaslahatan-kemaslahatan agama dan dunia, dimana jika prinsip tersebut ditinggalkan maka kcmaslahatan dunia tidak akan dapat berdiri dengan tegak, sehingga rnengakibatkan kerusakan dan hilangnya kenikmatan, yang berakibat pada penyesalan-penyesalan abadi. Maka jika kita lihat secara mendalam, tidak diragukan lagi bahwa pemeliharaan lingkungan, pelestarian dan pengembangannya, tercakup dalam kalegori lima nrnslahat pokok tersebut, yaitu : a. Menjaga Lingkungan Sama dcngan Mcnjaga Agama Segala usaha pemeliharaan lingkungan sama halnya dengan usaha men,iaga agama. Maka dari itu, bahasan ini termasuk dalam kategori yang sangat mendasar. Karena memang, perbuatan dosa yang dapat mencemari lingkungan dapat menodai substansi dari kcbcragamaan yang benar, dan secara tidak langsung meniadakan tujuan eksistensi manusia di muka bumi ini. Di samping itu, ha! terse but j uga merupakan perbuatan yang menyimpang dari perintah Allah dalarn konteks hubungan baiknya dengan sesama. Selain itu, penyelewengan terhadap lingkungan secara implisit juga telah menodai pe1intah Allah SWT untuk membangun bumi, memperbaikinya, serta melarang segala bentuk perbuatan yang dapat rncmsak dan membinasakannya. Tentang ha! ini Allah bcrfinnan: 47 ,.,. <l" uy:. ~:bj 01 ', / ... 0 .... ~1y.;1::, ~)\.'.pl,.,. ~c,; J'J'111~1:,Ll '.J) ,.,. ,.,. ,.,. ,,.,. . ti ,.,. p I,, ,, I ,.,. o .,, ,,. " " \ "' , . ,.,. o ,.,. (56 : Jl_,.Y ~I) ey.• ...J 0" '-:--:!) .>JJI ~ J ,,.. ,., ,,, ,.,. ... Artinya : "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoafah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabufkan). Sesungguhnya rahmal Allah sangat de/mt kepada orang-orang yang berbuat baik. "(Q.S. Al-A'raf: 56) b. Menjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Jiwa Menjaga lingkungan hidup dan mlestarikannya juga sama dengan maslahat pokok yang kedua, yaitu menjaga jiwa. Maksud perlindungan terhadap jiwa adalah perlindungan terhadap kehidupan psikis manusia dan keselamatan mereka. Soal ini tidak diragukan lagi, bahwa rusaknya lingkungan, pencemaran dan pengurasan sumber dayanya, serta pelecehan terhadap pnnsip-prinsip kcscimhangannya, akan mcmbahayakan kehidupan manusia. Semakin luas hal ini dikembangkan, maka semakin tampaklah bahaya yang akan didcrita umat manusia. Bcgitu pentingnya harga sebuah jiwa, hingga Al-Quran sendiri menegaskan ; ~ - . ,. , 81 <.)"' ,.,. ,.,. 1~• i,f'"' wl>J <J"') ·''- 1 <.,/· ;;, w ,,.::',.,. ,,, / 1 :t ,. ,,.. (32 : Artinya ,,. ,,.. "' ,.,. 'I ) 0 .< 1...r"-'1.> '< •' ,< .r."'/ .........,,_, .... ,,.. 1~• i.r ' , jA f" ~.J.J\ll) ~ ~-01 ~f dLS:i u.~f :;::, , "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, dan membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia sefurulmya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan manusia, maka seakan-akan dia tefah meme/ihara kehidupan manusia seluruhnya. "(Q.S. Al-Maidah : 32) 48 c. Mettjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Keturunan Menjaga lingkungan juga termasuk dalam kerangka menjaga keturunan. Ketunman yang dimaksud adalah keturunan umat manusia di muka bumi ini. Maka menjaga keturunan mernpunyai arti menjaga keberlangsungan generasi masa depan. Perbuatan yang menyimpang dengan mengambil sumber-sumber kekayaan alam yang mcnjadi hak orang lain akan mengancam generasi masa depan, karena perbuatan scmacam ini adalah pcnycbab kcrusakan. Meskipun pada salu sisi mengakibatkan kemajuan pada masa sekarang. Akan tetapi pada sisi yang lain, bahayanya akan dirasakan oleh generasigenernsi yang akan datang. Dan apabila hal itu terjadi, berarti kita meninggalkan warisan-warisan kerusakan dan ketidakscimbangan pada alam. d. Menjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Akal Menjaga Jingkungan dapat pula disepadankan dengan maslahat pokok yang kccmpat, yaitu menjaga akal. Maslahat ini mcrupakan jembatan ke arah pemberlakuan taklif dalam Islam. Maka barang siapa yang tidak mempunyai aka!, tidak ada beban yang wajib ditanggungnya, dan segala amal perbuatannya tidak akan ditulis. Menjaga lingkungan dalam pcngertiannya yang luas, mengandung arti menjaga manusia dengan seluruh unsur penciptaannya, yaitu jasmani, aka!, dan jiwa. Maka upaya menjaga keberlangsungan hidup manusia 49 tidak akan berjalan, kecuali kalau akalnya dijaga, yang oleh karenanya mereka menjadi berbeda dcngan hewan. Scbagian dari bcntuk pcrusakan terhadap lingkungan yang dilakukan oleh manusia dewasa ini, selain berakibat bahaya pada dirinya sendiri, j11ga dapat dikategorikan sebagai perbuatan gila. c. Mcnjaga Lingkungan Sama dcngan Menjaga Harta Menjaga lingkungan sama dengan maslahat pokok yang ke.lima, yaitu menjaga harta. Sebagaimana diketalmi secara luas, bahwa Allah SWT telah rnenjadikan harta sebagai bekal untuk kehidupan manusia di atas bumi ini. Harta yang dimaksud disini adalah bukan hanya uang, emas, dan pem1ata saja, melainkan semua benda yang menjadi milik manusia dan segala macam usaha untuk memperolelmya juga merupakan harta. Oleh karena itu, keharusan menjaga lingkungan juga merupakan kewajiban menjaga harta dalam bentuk dan jenisnya tersebut. Pelaksanaan dari komitmen tersebut adalah menjaga sumber dayanya dengan tidak mcngeksploitasi, karcna pcngeksploitasian tcrscbut akan mcnycbabkan kerusakan dan hilangnya sumber kekayaan sebelum waktunya untuk dimanfaatkan. 50 B. Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut Hulmm Islam Allah menciptakan bumi dan segala 1smya serta segala macarn yang bcrhubungan dengannya, bcrupa lingkungan yang alami bagi manusia dalam keadaan bersih dari segala kotoran bersih dan terhindar dari segala jenis pencemaran, seimbang dan tidak ada kepincangan di sana. llahkan, Allah mcnciplakan alum dcngan bumi dan langilnya dcngan scbaik-baiknya bentuk. Scbagaimana diungkapkan dalam firman-Nya : Artinya : "Dialah Allah yang membuat segala sesuatu dengan ciptaan yang sebaik-baiknya... " (Q.S. As Sajdah : 7) Dari kutipan ayat di atas dapat dilihat bahwa di alam ini tidak ada sesuatu pun yang tercemar atau hilang kcseimbangannya, sebagaimana penciptaan awalnya. Akan tctapi datangnya kcrusakan, pcnccmaran dan perusakan lingkungan hidup adalah hasil perbuatan tangan-tangan manusia semata, yang secara sengaja berusaha untuk mengubah fitrah Allah pada lingkungan, dan mengubah ciptaanNya pada kehidupan dan diri manusia. Sama halnya dengan ayat di atas, pada beberapa ayat yang lain dalam Al Quran Allah melarang perbuatan yang dapat mengakibatkan kerusakan di muka bumi, yaitu : 51 :;;i ,, ~ ,,.. .,, ~\ ~) 01,, Ll J [.;:,.;:. ~1;~1j ~ ~l,, ::0 (.i') ~\\ ,, .... ,, c ,., J (,Ll 'Jj .... / ' " , (56 : Jl_,v~l)~I;).. ~} ,, ,, ,, .... Artinya : "Dan janganlah kamu berbuar kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa rakut (tidak aka11 diterima) clan harapan (akan dikahulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekatv kepada orang-orang yang berbual baik. "(Q.S. Al-A'raf: 56) Artinya "Barang siapa yang membunuh seorang mam1sia, dan membuat kerusakan di muka .bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia se/urulmya. /)an barang siapa yang memelihara kehidupan manusia, maka seakan-akan dia te/ah meme/ihara kehidupan manusia seluruhnya. "(Q.S. Al-Maidah : 32) Dalam suatu hadits disebutkan : ,.. i \ ,.. ,:: ,, / /:'.11 ~ t..1) -JJ1 Y~ :;):~ ~ ;; Artinya "Rarang siapa yang menebang pepohonan, mencelupkan kepalanya ke da!am neraka." maka Allah akan Beberapa ayat dan hadits di atas terlihat jelas bahwa Allah 111elarang hambanya berbuat kcrusakan di muka bumi, sepcrti pcnccmaran dan pcrusakan lingkungan hidup. Di samping itu, perbuatan tersebut bertentangan dengan t(\jnan penegakan syariat sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu menjaga agama, jiwa, keturunan, akal dan harta. Yusuf Qaradhawi lcbih lanjut mcnjelaskan bahwa perbuatan pcncemaran dan perusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh manusia disebabkan oleh salah satu dari beberapa faktor yang kesemuanya merupakan bentuk pelanggaran 52 terhadap perintah Allah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an. Faktor-faktor tersebut adalah melawan sunnatullah, berlaku zalim, sombong dan angkuh (lukahhur), menuruti hawa nafsu, penyimpangan dari keseimbangan kosmos, dan ku[ur lerhadap nikmal Allah. 4 Perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tidak hanya berpengaruh pada lingkungan alam saja, tapi juga berpengaruh pada tanaman, hewan dan juga manusia. Jika linglrnngan alam sudah tercemar, sudah barang tentu sangat berpengaruh pada hewan yang hidup di situ, dan pada akhirnya manusia sebagai makhluk hidup yang yang memakan segala macam makanan (omnivora) akan ikut pula merasakan dampak tersebut. Pencemaran air misalnya, air yang tercemar oleh limbah organik terutama limbab yang berasal dari industri olahan bahan makanan merupakan tempat berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk di dalamnya mikro patogen. Di mana bcrkcmbangbiaknya mikro patogen dapat mcnimbulkan bcrbagai penyakit seperti cholera, polio yang mengakibatkan kelumpuhan, keracunan air raksa yang uapal rmmgakibatkan l.w.:alnya sestorang dan bahkan meninggal dunia. 5 Sama halnya dengan pencemaran air, pencemaran udara merupakan masalah sangat serius yang dihadapi oleh negara industri yang mempunyai akibat langsung tidak hanya terhadap manusia tetapi juga terhadap Jingkungan lainnya ·t Yusuf Qaradhawi, !slam Agama Ramah Lingkungan, terj. Abdullah Hakam Shah, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 200 I), cet. Ke- I, h. xv 5 Wisnu Aiya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, (Yogyakarta: Andi, 2001), Edisi revisi, h. 133-150 53 seperti hewan, tumbuhan dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup mengerikan karena bersaing dengan angka kcmatian yang disebabkan oleh penyakit lainnya seperti jantung, kangker, AIDS dan lain sebagainya. Karbon monoksida misalnya, apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut pcredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen ya11g dibutuhkan oleh tubuh. 6 Apabila melihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 da!am pasal I angka 12 dan 14 dijelaskan bahwa perbuatan yang mengakibatkan tercemar dan rusaknya lingkungan hidup adalah perbuatan pidana. Di mana perbuatan pidana tersebut menunjukkan kepada tingkah .laku yang berupa kejadian tertentu dan mcnimbulkan akibat pada orang Jain. Ahmad Hanafi mengatakan, bahwa SLtatu perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana apabila perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain baik jasad (anggota badan atau jiwa), harta benda, keamanan, tata aturan masyarakat, nama baik, pcrasaan ataupun hal-hal yang lain yang dipclihara dan 7 dijunjung tinggi keberadaannya. Imam al Mawardi mengatakan bahwa tindak 6 7 Ibid., h. 115-118 Rahrnat Hakim, H11k11111 !'1du11u !slum, (Bandung. Pustaka Selia, 2000}, cetakan ke-1, h. 17 54 pidana adalah segala larangan syara' yang diancam dengan hukuman had atau ta'zir. 8 Pada hakikatnya, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup memiliki hubungan kausal antara pcrbuatan pelaku pcnccmaran dan perusakan lingkungan hidup itu sendiri dengan akibat yang ditimbulkan. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup merupakan perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana. Karena perbuatan tersebut mempakan perbuatan yang dilarang oleh syara' dan mengakibatkan kerugian terhadap orang lain. Secara jelas memang dalam al-Quran dan al-Hadits tidak terlihat bahwa perbuatan terscbut scbagai tindak pidana, akan tctapi akibat yang ditimbulkan oleh pcrbuatan tersebut bertentangan dengan kcrnaslahatan umum, tcrlebih lagi jika perbuatan tcrscbut bcrakibat pada hilangnya nyawa seseorang. Mengenai bentuk tindak pidana, penulis melihat bahwa perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dikategorikan sebagai tindak pidana (/arimah) ta'zir, karena perbuatan tersebut sangat jelas dilarang oleh syara', akan tetapi tidak ditentukan sanksinya dalam al-Quran dan al-Hadits. -.,..~ ' H. A. Djazuli, Ftqih jtnayah : Upaya Me11a11gg11/a11gt Kejahatan dalam Ra1a Grafindo Persada, 2000), cetakan ke-3, h. 11 . --t'>1,, J.\·mm, (Jif!Affii'; ·",,, .. ·· 55 C. Unsu;- Tindak Pidana Pcnccmarnn dan Pernsakan Lingkungan Hidup Menurut Uukum Islam Tindakan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat dikatcgorikan sebagai tindak pidana (jinayah) apabila mcmenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur tersebul adalah sebagai berikut : 1. Adanya nash yang melarang tindakan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang disertai ancaman hukuman atas perbuatan tersebut. Unsur ini dapat diistilahkan scbagai unsur formal (al-rukn al-syar'i). Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, da!am ha! ini adalah pcrbuatan penccmaran dan pcrusakan lingkungan hidup. Unsur ini dapat diistilahkan sebagai unsur ma1erii1 (o/-m/m al-modi). 3. Pclaku yang mclakukan tindakan pcnccmaran dan pcrusakan lingkungan hidup adalah orang yang dapat menerima khithab atau dapat memahami takli;; artinya pelaku perbuatan tersebut adalah seorang mukallaf. Status mukallaf yang terdapat pada diri pelaku tindak pencemaran dan perusakan Jingkungan hidup itulah yang mcnyebabkannya dapat dituntut atas kejahatn yang telah dilakukan. Unsur ini dapat diistilahkan sebagai unsur moral (al-rukn aladabiia/-mas'uliyah al:finiyah) Perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat dikategorikan sebagai tindak pidana (jinayah) karcna mengandung kctiga unsur tersebut. Tanpa ketiga unsur tersebut, perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana (jinayah ). 56 Berdasarkan hat tersebut, seorang mukallaf yang melakukan perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat dikategorikan sebagai pelaku !indak pidana yang dapat diancarn dengan hukuman. Sclain itu, terdapat pula unsur-unsur tindak pidana yang klrnsus bagi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Unsur-unsur khusus tersebut adalah bahwa tindakan tersebut dapat mengancam keselamatan jiwa dan kelangsungan hidup manusia lainnya <la.lam bentuk apa pun, haik secara Jangsung ataupun tidak langsung. D. Sanksi Tindak Pidnnn Pencemaran dan Perusakan Lingkungnn Hidup Menurut Hukum Islam Pada prinsipnya Al-Quran mcrupakan norrna dasar. Oleh karena itu, dalam menentukan hukuman, Al-Quran memberikan pola dasar yang umum. Karena bukan merupakan hukum, Al-Quran tidak merinci bentuk-bentuk tindak pidana serta rincian hukumannya. Jenis-jenis kejahatan yang telah ditentukan syari'at berikut hukumannya itu pada prinsipnya adalah apa yang dikehendaki syariat dalam pemeliharaan dan keharusan keberadaannya yang sifatnya sangat penting. Kelonggaran dalam keberadaan jenis-jenis kejahatan berakibat sangat fatal bagi kehidupan kcmanusiaan. Hal-hal yang sangat dhamri itu ditujukan untuk pcmcliharaan terhadap jiwa, aka! pikiran, agama, harta dan keturunan. 57 Adapun selebihnya, yang merupakan bagian terbesar dari jumlah tindak pidana dan hukuman, diserahkan kepada u/i/ amri dalam menentukan jenis relm1eearnn maurun hukumannya Walaupun demikian, syari'at masih menentukan beberapa di antarnnya sebagai suatu kejahatan yang dapat dihukum, tanpa menentukan bentuk sanksinya. Dan bagian yang tidak ditentukan jenis pelanggarannya dan juga jenis sanksinya, dalam tenninologi fiqih disebut ta'zir. Dan dalam pengaturnnnya, tindak pidana beserta hukumannya menjadi wewenang ulil amn. 9 Kaitannya dengan tindak pidana pencemaran dan pernsakan lingkungan hidup, sebagaimana diungkapkan di atas bahwa perbuatan tersebut merupakan tindak pidana dan masnk dalam kategori tindak ridana (jarimah) ta'zir, karena pcncemaran dan pc.rusakan lingkungan hidup mcrupakan perbuatan yang dilarang oleh syara', akan tetapi tidak ditentukan jenis hukumannya. Mengenai hukuman atau sanksi yang akan dijatuhkan terhadap pelaku, diserahkan kepada ulil amri dengan melihat segala sesuatu yang herkaitan dengan kemaslahatan umum. Sesuai dengan sebuah kaidah : ~\ ;; Jo~Jo.~~\\ c:: J) Artinya 9 "To'zir sangat bergantung kepada tuntutan k;aslahatan. "10 Rahmat Hakim, Op.Cit., h. 139-140 '" H.A. Djazuli, Op.Ci!., h. 166 - fa~ , 58 Akan tetapi yang perlu me1tjadi catatan adalah bahwa hukuman ta'zir merupakan hukuman pengganti dari hukuman pokok yang tidak dapat dijatuhkan. H ukuman tersebut tidak dapat dijatuhkan dikarenakan kurangnya bukti-bukti atau adanya keraguan menurut penilaian hakim. Melihat beberapa hal yang diungkapkan di atas, penulis melihat bahwa sanksi pada tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup disesuaikan dengan kebijaksanaan hakim dan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tersebut. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang maka lmkumannya adalah hukuman mati, jika perbuatan tersebut mengakibatkan cederanya seseorang maka hukumannya adalah sama dengan hukuman pada jarimah pelukaan. BABY PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya mengenai pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan untuk menarik kesimpulan tentang tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup terdapat bcberapa ha! yang hams diperhatikan yaitu bahwa hukum pidana Islam dalam pemidananaan menitik beratkan pada penegakan kepentingan umum dan berupaya memelihara lima hal yang pokok, yaitu agama, jiwa, aka!, keturunan, dan harta. Selain itu, unsur fonnil (rukun syar'i), unsur material (rukun maddi), dan unsur moril (rukun adabi) juga harus terdapat dalam perbuatan yang dilakukan sehingga dapat dikatakan sebagai tindak pidana (jarimah). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum pencemaran dan pernsakan lingkungan hidup menurnt hukum Islam dipandang sebagai perbuatan pidana, karena perbuatan tersebut telah melanggar perintah Allah untnk menjaga kelestarian alam yang merupakan salah satn tngas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itn, pencemaran dan perusakan lingknngan hidnp juga berpotensi nntnk membahayakan keselamatan dan jiwa manusia. Dan yang terpenting adalah bahwa perbnatan itu mengandung empat unsur yang harus ada dalam pcrbuatan pidana, yaitu: adanya nash yang mclarang pcrbuatan terscbut 60 pencemaran dan perusakan Iingkungan hidup, adanya perbuatan itu sendiri, adanya pelaku perbuatan, dan adanya dampak negatif yang ditimbulkan dari perhuatan tersehut terhadap manusia Iainnya. 2. Bentuk pencemaran dan pcrusakan lingkungan hidup yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana adalah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang dapat mengancam keselamatan, jiwa manusia, dan kelangsungan hidup mamisia dalam bentuk apapun, baik secara Jangsung maupun tidak langsung. 3. Tindakan pencemaran dan perusakan Iingkungan hidup yang telah dikategorikan sebagai perbuatan pidana memiliki sanksi hukum terhadap pelakunya berupa hukuman ta'zir, yaitu hukuman hukuman yang tidak ada nashnya. Mengenai bentuk hukuman yang dijatuhkan dapat berupa hukuman mati, hukuman penjara, dan hukuman terhadap benda. Akan tetapi semua itu menjadi wewenang penuh uli! amri dalam ha! ini adalah hakim untuk menjatuhkan vonis tentang bentuk maupun jenis hukumannya. B. Saran-Saran Berdasarkan atas pemaparan mengenai pencemaran dan perusakan lingkungan hidup menurut hukum Islam, maka penulis menyarankan kepada pemcrintah khususnya dan umumnya kepada para pencinta Iingkungan hidup dalam rangka upaya penanggulangan tindakan pencemaran dan perusakan Iingkungan hidup, yaitu: 61 I. Perlu dikembangkan wacana mengenai pencemaran dan perusakan lingkungan hidup menurut Islam, yang berdasarkan pada sumber-sumber hukumnya, yaitu Al-Qur'an, hadis, ijma', dan qiyas. 2. Perlu dikembangkan kajian yang lebih intensif mengenai wacana pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, tetapi perlu dianalisa pula dengan menggunakan analisa Islam sehingga dapat dimanfaatkan oleh umat Islam secara efektif. 3. Hukum pidana Islam perlu menjadi sumber materi hukum pidana nasional, di samping sumber-sumber lainnya, seperti hukum adapt dan hukum barat. Upaya mengakomodasi materi hukum pidana Islam merupakan bagian dari perjuangan membentuk hukum pidana nasional yang diterapkan untuk meminimalisasi kejahatan. DAFTARPllSTAKA Al-Qur'an al-Karim Amsyari, Fuad, Prinsip-Prinsip A1asalah Pencemaran Lingkungan Hidup, Jakarta, Ghalia, 1981, Cetakan lII Asqolani, al-, Hajar, fon, Bu!ughu! lv!aram : Nfin Adil/at al Ahkam, Beirnt, Dar al Fikr, 1995 Audah, Qodir, Abdul, al Tasyri' al Jina'i al Jslami, Beirut, Muassasah al Risalah, 1994, Juz I Azra Az"umardi et.al., Pedoman Penu/isan Sknp· si, Tesis, Disertasi, Jakarta, UIN ' ' ' Press, 2002 ,) Bagus, Lorens, Kamus Filsafi:11, .Jakarta, Gramedia, 2002, Cetakan Ke-3 Djazuli, A., H., Fiqih .!inayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000, Cetakan III Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam, Bandung, Pustaka Setfo., 2000, Cetakan I Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, .Jakarta, Bulan Bintang, 1967 Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup/BAPEDAL, Undang"Undang Republik Indonesia Nomor 23 Ta/nm 1997 Tentang Lingkungan Hidup, Jakarta, 1998 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rhineka Cipta, 1993 Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Eresco, 1989, Cetakan VI Qaradhawi, Al-, Yusuf, Islam Agama Ramah Lingkungan, te1j. Abdul Hakam Shah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2002, Cetakan I Salim, Emil, Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup, Jakarta, LP3ES, 1982, Cetakan II Santoso, Topo, Nienggagas Hukum Pidana klam, Bandung, Asy Syamil, 2000, Cetakan II Sodikin, Penegakan Huki11n Lingkungan, Jakarta, Djambatan, 2003 63 Soeqjono, D., Pengaturan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Jndustri, Bandung, Alumni, 1979, Cetakan I Soemartono, P., Gatot, R.M., Niengenal Hukwn Lingkungan Indonesia, .Jakarta, Sinar Grafika, 1991, Cetakan I Soemarwoto, Otto, Ekologi Lmgkungan Hidup dan Pembangzman, Djambatan, 1991, Cetakan V Jakarta, Supardi, !., Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Bandung, Alumni, 1985 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998, Cetakan J Usman, Rachmadi, Pokok-Pokok Hukum Lingkungan Nasional, Jakarta, Akademika Pressindo, 1993 Wardhana, Arya, Wisnu, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta, Andi, 2001, Edisi revisi Yafie, Ali, lvfenggagas Fiqih Sosial; Dari Soal Lingkzmgan Hidup, Asurcmsi dan Dakwah, Bandung, Mizan, 2000