10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi
Menurut Franchis dalam Ahmad, Kammarudin (2004:1), investment is a
commitment of money that is expected to generate of additional money. Investasi
merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi
yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2000:5)
Dari definisi tersebut dapat dilihat adanya dua elemen penting mengenai investasi
yaitu waktu dan risiko. Hal lain yang dapat dilihat adalah kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan di masa depan sebagai ganti konsumsi kebutuhan sekarang
yang hilang.
Kebutuhan investasi setiap orang berbeda-beda karena adanya beberapa
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari investor. Adapun pertimbanganpertimbangan tersebut sebagai berikut:
1). Tujuan mengadakan investasi
Tujuan dari investasi dapat berupa mempertahankan nilai tukar dana,
memperoleh pendapatan yang optimal dan berkelanjutan serta memperoleh
peningkatan nilai yang memadai dan maksimal.
10
2). Jangka waktu investasi
Hasil investasi merupakan fungsi dari jangka waktu investasi. Jenis investasi
keuangan mempunyai karakteristik risiko hasil terhadap waktu yang berbedabeda,tergantung dari masa penanaman modal dan pemakaian hasil obligasi
3). Sumber daya keuangan untuk mengadakan investasi
Sumber daya keuangan untuk berinvestasi dapat berupa penghasilan bulanan,
penghasilan tidak tetap, bonus, komisi, bunga deposito, hasil investasi, hasil
penjualan aset, dan lain sebagainya. Besar kecilnya sumber daya keuangan
dapat menentukan pemilihan suatu jenis investasi.
4). Kemampuan menanggulangi risiko
Risiko yang timbul akibat kegiatan investasi mengalami semacam siklus
hidup, maka jenis investasi yang mengalami high risk high return seperti
saham, akan mengalami penurunan nilai yang tajam. Namun setelah itu,
biasanya akan mengalami peningkatan nilai kembali. Untuk menanggulangi
penurunan nilai tersebut dan agar tetap dapat melakukan kegiatan investasi
sampai nilai kembali meningkat disebut dengan kemampuan menaggulangi
risiko yang timbul akibat kegiatan melaksanakan investasi.
5). Alternatif investasi yang tersedia
Masing-masing alternatif investasi mempunyai karakteristik hasil, risiko,
likuiditas dan ketersediaan yang berbeda-beda. Makin berkembangnya
ketersediaan berbagai alternatif investasi maka akan menambah peluang untuk
membentuk portofolio investasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan investor.
6). Informasi yang tersedia mengenai keadaan alternatif investasi
Informasi yang tersedia dapat berupa informasi resmi dari emiten, hasil riset,
berita di media masa atau rumours di kalangan terbatas. Kemampuan
11
menyerap informasi yang tersedia akan sangat mempengaruhi pilihan
investasi dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang investasi.
7). Kemampuan untuk menentukan pilihan investasi yang sesuai
Kemampuan teknis untuk menentukan pilihan alokasi aset, pilihan instrumen
serta jenis investasi sangat penting dan mempengaruhi peluang yang dimiliki
pemodal untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Rangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang
investor, baik perorangan maupun lembaga diartikan sebagai portofolio. Tujuan
dari kombinasi ini adalah mencari investasi dengan risiko tertentu dengan
keuntungan yang maksimal. Kombinasi aktiva tersebut dapat berupa aktiva riil,
finansial maupun gabungan dari keduanya.
2.1.1.2 Proses Investasi
Menurut Husnan (2003:46) proses investasi menunjukkan bagaimana
seharusnya pemodal melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa
yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut
akan dilakukan. Dalam pengambilan keputusan tersebut, diperlukan langkahlangkah sebagai berikut:
1). Menentukan kebijakan investasi
Investor perlu menentukan tujuan investasi dan berapa
banyak investasi
tersebut dilakukan. Tujuan investasi harus dinyatakan dalam risiko maupun
keuntungan, karena ada korelasi positif antara risiko dan keuntungan.
2). Menganalisis sekuritas
Ada dua filosofi dalam analisis sekuritas. Pertama adalah sekuritas yang
misprice (harganya salah mungkin terlalu tinggi atau terlalu rendah). Kedua,
12
adalah mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah harga yang
wajar. Kalaupun ada sekuritas yang misprice, investor tidak mampu untuk
mendeteksinya. Terdapat dua kelompok analisis sekuritas yaitu, analisis
teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga
masa lalu sebagai upaya untuk memprediksi harga sekuritas di masa yang
akan datang. Sedangkan analisis fundamental berusaha mengidentifikasi
prospek perusahaan untuk bisa memperkirakan harga-harga sekuritas di masa
yang akan datang.
3). Membentuk portofolio
Tahap ini menyangkut identisifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan
dipilih dan penentuan proporsi dana yang akan ditanamkan pada masingmasing
sekuritas.
Pemilihan-pemilihan
sekuritas
dimaksudkan
untuk
mengurangi risiko. Pemilihan sekuritas dapat dipengaruhi oleh preferensi
risiko dan pola kebutuhan kas.
4). Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan atas tiga tahap sebelumnya. Tahap ini
dilakukan apabila portofolio yang telah dimiliki saat ini tidak lagi optimal atau
tidak sesuai dengan preferensi risiko investor, maka investor dapat melakukan
perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio.
5). Mengevaluasi kinerja portofolio
Pada tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance)
portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun
risiko yang ditanggung.
13
2.1.1.3 Strategi investasi
Untuk mencapai suatu konsistensi dengan tujuan dan kebijakan investasi
sangat diperlukan pemilihan strategi investasi yang tepat, karena tujuan dan
kebijakan investasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan
strategi investasi.
Ada dua strategi dasar sebagai gaya dalam mengelola portofolio, yaitu
strategi aktif dan strategi pasif. Strategi aktif merupakan usaha untuk beat the
market, dimana manajer investasi menggunakan seluruh informasi yang tersedia
atau teknik forecasting untuk memperoleh abnormal return dari portofolio
(Achsein, 2000:91). Investor yang menerapkan strategi aktif tidak percaya bahwa
pasar sekuritas akan efisien dan mereka percaya terhadap adanya sekuritas atau
kelompok sekuritas yang mispriced. Tandelilin (2001:96) menuliskan bahwa
dalam strategi aktif, investor akan melakukan tindakan aktif, seperti mencari
informasi untuk analisis fundamental dan teknikal agar memperoleh return yang
maksimal dibandingkan dengan biaya yang ditanggung. Dengan kata lain investor
akan berusaha memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada investor lain.
Strategi pasif mengkontruksikan portofolio tidak untuk beat the market,
tetapi untuk match the market (Achsein, 2000:95). Maksudnya di sini adalah para
investor yang menerapkan strategi pasif bertindak seolah-olah berada pada pasar
sekuritas yang efisien. Para investor yang menerapkan strategi pasif tidak percaya
akan adanya peluang untuk mengeksploitasi laba karena pasar modal yang efisien
akan mencegah adanya hal tersebut.
14
2.1.2
Deposito
Deposito merupakan salah satu instrumen investasi yang sudah dikenal
oleh masyarakat luas. Produk perbankan ini mengumpulkan dana dari masyarakat
yang kemudian disalurkan kembali oleh bank yang bersangkutan dalam bentuk
kredit kepada perusahaan atau masyarakat yang sedang membutuhkan sumber
pembiayaan dalam bentuk pinjaman.
Deposan
perbankan
menerima
keuntungan
dari
dana
yang
diinvestasikannya berupa bunga yang sudah ditentukan pada saat penempatan
deposito. Bunga deposito dapat diperoleh dari bank karena bank juga menerima
bunga atas pinjaman yang disalurkan. Selisih bunga (spread) merupakan
pendapatan dari kegiatn operasional perbankan.
Para pemegang deposito diharapkan menyimpan dananya sampai tanggal
jatuh tempo. Tetapi, apabila dana diambil sebelum tanggal jatuh tempo, bank
selalu siap dan bank dapat mengenakan denda seperti mengurangi bunga atau
tidak memberikan bunga sama sekali.
Tingkat bunga yang dibayarkan dapat dihitung sebagai berikut :
Tingkat Bunga =
Bunga
X 100%................(1)
Jumlah Uang Yang Dideposito
Untuk transaksi internasional perlu adanya satu dasar tingkat bunga
tertentu dan merupakan tingkat bunga pinjaman yang berlaku antar bank yang
bonafid di Jakarta yang dikenal sebagai Jakarta Interbank Offer Rate (JIBOR)
dan dijadikan patokan untuk menentukan tingkat suku bunga dalam melakukan
transaksi pinjaman di pasar uang internasional. JIBOR merupakan kumpulan
kuotasi bank-bank BUMN, swasta maupun asing yang dapat ditetapkan setiap
15
satu atau tiga bulan. Kuotasi ini dapat digunakan untuk menetapkan tingkat
pricing dari produk perbankan seperti kredit dan pendanaan.
2.1.3
Reksadana
2.1.3.1 Pengertian Reksadana
Unit Trust, Mutual fund atau investment fund adalah istilah-istilah yang
memiliki pengertian yang sama dengan reksadana. Reksadana merupakan bentuk
investasi kolektif yang memungkinkan investor yang memiliki tujuan investasi
sejenis untuk mengumpulkan dananya agar dapat diinvestasikan dalam bentuk
portofolio yang dikelola oleh manajer investasi. Menurut UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan
untuk
menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan kembali dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Menurut
Choong dalam Achsien (2000:74) “Unit trust is an investment scheme that pools
money from many investors who share similar financial objectives, investment
strategy and risk tolerance”
Dari kedua pengertian di atas dapat diartikan bahwa reksadana merupakan
suatu wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya
akan diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Yang dimaksud
portofolio efek adalah kumpulan atau kombinasi sekuritas atau surat berharga
dengan tujuan mendiversikasikan risiko investasi.
16
2.1.3.2 Karakteristik Reksadana
Ada beberapa karakteristik reksadana menurut Bapepam yaitu sebagai
berikut :
1). Reksadana sebagai produk investasi
Reksa dana merupakan produk portofolio yang memungkinkan pengelolanya
menanamkan lebih dari satu sekuritas.
2). Reksadana adalah produk massal
Reksadana merupakan produk massal yang dirancang untuk semua kalangan
investor.
3). Menyerahkan kontrol pada pihak lain
Ketika investor berinvestasi pada reksadana maka investor tidak dapat
melakukan kontrol secara langsung. Hanya kontrol secara tidak langsung yang
dapat dilakukan yaitu dapat menarik dana apabila investor menganggap
kebijakan investasi tidak sesuai.
4). Tidak kebal risiko
Meskipun reksadana merupakan produk yang terdiversifikasi, reksadana tetap
memiliki risiko. Contohnya peningkatan suku bunga SBI pada tahun 2005
membuat para investor melakukan redemption besar-besaran yang mebuat
merosotnya kinerja reksadana.
2.1.3.3 Kelebihan Reksadana
Kelebihan reksa dana dibandingkan instrumen investasi lainnya yaitu:
1). Terjangkau, tanpa dominasi
Reksadana dapat memberi kesempatan bagi investor kecil untuk berinvestasi.
17
2). Sangat likuid
Kapanpun investor mau menjual kembali investasinya maka reksadana akan
membelinya (reksadana terbuka).
3). Dikelola secara profesional dan murah
Program investasi reksadana dikelola oleh para profesional yang tugas sehariharinya adalah mengelola dana dan dukungan pola infrastruktur yang baik.
4). Lebih aman dan diatur lebih ketat
Banyak peraturan-peraturan khusus di pasar modal yang mengatur perusahaan
reksa dana seperti peraturan No. IV A.3 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa
Dana Berbentuk Kontrak Investasi kolektif.
5). Bukan merupakan objek pajak
Kewajiban pajak ditanggung perusahaan reksadana bukan ditanggung oleh
pemegang unit penyertaan.
6). Diversifikasi investasi
Adanya beberapa investor yang terkumpul dapat membantu kesulitan
diversifikasi investasi sendiri yang dilakukan oleh investor.
2.1.3.4 Kekurangan dari Reksadana
Selain kelebihan yang dimiliki, reksadana juga memiliki kekurangan
sebagai produk investasi. Kekurangan-kekurangan reksadana dapat diuraikan
sebagai berikut:
1). Reksa dana membebani biaya-biaya langsung seperti biaya penjualan, fee dan
transaksi-transaksi portofolio.
2). Tidak ada hubungan perseorangan antara investor dengan manajer investasi.
18
2.1.3.5 Return Reksadana
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi (return yang sudah terjadi) dan return ekspektasi (return yang
belum terjadi tetapi diharapkan terjadi di masa yang akan datang), Jogiyanto
(2000:107). Komponen-komponen return investasi dapat berupa:
1). Capital Gain
Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan sekuritas
yang berasal dari selisih harga jual dengan harga beli sekuritas tersebut.
2). Yield
Yield merupakan suatu penghasilan yang diperoleh investor karena
menanamkan dananya pada sekuritas yang dibayarkan oleh penerbit sekuritas
tersebut, misalnya dividen saham dan bunga obligasi.
Investor dari manapun akan selalu mempertimbangan return dari investasi
yang mereka lakukan, begitu juga para investor yang menginvestasikan dana
mereka pada reksadana. Return atau tingkat dari pengembalian investasi pada
reksadana tergantung dari jenis reksadana yang dipilih investor. Pada umumnya
return reksadana merupakan capital gain atas investasi reksadana tersebut. Return
Reksadana dapat dihitung sebagai berikut :
Rt =
NABt  NABt  1
………………………………(2)
NABt  1
Dimana :
Rt
=
Return reksadana pada periode t
NABt
=
NAB pada periode t
NABt-1
=
NAB pada periode sebelumnya
19
Return yang dihitung dengan cara ini juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi portofolio reksadana karena mengidentifikasi hasil keputusan
manajer investasi.
2.1.3.6 Risiko reksadana
Menghitung return dari suatu investasi tidaklah cukup. Pertimbangan
suatu investasi merupakan trade-off dari return dan risiko. Risiko sering
dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima
dengan outcome yang diharapkan. Van Horne dan Warkowicks. Jr dalam
Jogiyanto (2000:124) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap
return yang diharapkan. Jadi, risiko adalah kemungkinan tidak diperolehnya
keuntungan investasi yang dilakukan.
Sunariyah (2004:194) menyatakan pada prinsipnya risiko terdiri dari dua
komponen yaitu risiko sistematis dan tidak sistematis. Risiko sistematis
merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua sekuritas di
pasar modal dan risiko ini tidak dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi
sekalipun. Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak terkait
dengan sekuritas tertentu dan pada umumnya risiko ini dapat dihindari dan
diminimalisasi dengan diversifikasi investasi.
Risiko total merupakan penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis.
Diversifikasi
investasi
merupakan
cara
yang
efektif
untuk
meminimalkan risiko tidak sistematis. Dengan melakukan diversifikasi, dana yang
dimiliki akan dipecah pada berbagai sector bisnis dengan penetapan persentase
serta kalkulasi yang cermat.
Pendekatan pengukuran risiko yang pada umumnya adalah sebagai berikut:
20
1) Standar deviasi
Standar deviasi mengukur besarnya dispersi yang terjadi dibandingkan dengan
return yang diharapkan. Apabila standar deviasi menunjukkan dispersi yang
lebih luas atas return berarti tingkat risiko lebih tinggi dan hal ini berlaku
sebaliknya.
2) Beta
Beta mengukur risiko sistematis dari suatu sekuritas yang tidak dapat
dihilangkan dengan diversifikasi. Beta merupakan ukuran fluktuasi harga
relative terhadap portofolio pasar. Beta berkisar satu, lebih besar dari satu atau
kurang dari satu.
Apabila investor membeli reksadana, secara tidak langsung investor telah
melakukan diversifikasi karena reksadana pada hakikatnya
merupakan suatu
portofolio dari surat-surat berharga pasar modal dan pasar keuangan. Hal ini
bukan berarti reksadana tidak memiliki risiko. Bapepam (1997:52) menyebutkan
beberapa risiko apabila investor berinvestasi pada reksadana. Risiko-risiko
tersebut sebagai berikut :
1) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi dan
surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari reksa dana di bursa yang
mengakibatkan turunnya nilai penyertaan.
2) Risiko likuiditas
Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik
kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer
investasi untuk menyediakan dana untuk pembayaran tersebut.
21
3) Risiko politik ekonomi
Perubahan kebijakan pemerintah dalam bidang politik dan ekonomi dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan dan tidak terkecuali efek-efek yang
termasuk ke dalam portofolio reksadana.
4) Risiko wanprestasi
Risiko ini dapat timbul saat perusahaan asuransi yang mengasuransi garta
kekayaan reksa dana tidak dapat membayar ganti rugi atau membayar lebih
rendah daripada nilai pertanggungan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi.
2.1.3.7 Penggolongan Reksadana
1) Menurut Investment Company Act 1940
Seperti yang dikutip oleh Sharpe (1997:353) mengelompokkan reksadana
sebagai berikut :
(1) Unit Investment Trust
Trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat berharga
berpenghasilan tinggi (misalnya obligasi) dan ditangani oleh orang
kepercayaan yang independent.
(2) Managed Investment Companies
Perusahaan ini mungkin berbentuk perusahaan independent, manajer
investasi, perusahaan yang terkait dengan pialang atau perusahaan
investasi.
22
a. Closed - end Investment Companies
Reksadana jenis ini dapat dikatakan reksadana tertutup, karena hanya
menjual unit penyertaan pada saat penawaran perdana dan tidak wajib
membeli kembali unit penyertaan pada saat pemegang berniat
menjualnya.
b. Open – end Investment Companies
Reksadana jenis ini dikatakan reksa dana terbuka, karena reksadana ini
masih menjual saham baru setelah penawaran perdana dan pemegang
saham ini masih dapat menjual sahamnya ke perusahaan reksa dana
yang bersangkutan.
Tabel 2.1 Perbedaan antara Reksadana Terbuka dan Reksadana Tertutup
Reksadana Tertutup
Reksadana Terbuka
1. Menjualan saham pada penawaran umum
perdana sampai batas modal dasar
2. Saham reksa dana dicatat di bursa efek
3. Investor tidak dapat menjual kembali saham
yang dimilikinya kepada reksa dana yang
bersangkutan.
4. Harga jual / beli saham tergantung penawaran
dan permintaan investor.
1. Menjual sahamnya secara terus
menerus sepanjang ada pemodal dan
pembeli.
2. Saham reksa dana tidak perlu dicatat
dibursa efek.
3. Investor dapat menjual kembali saham
yang dimilikinya pada reksa dana yang
bersangkutan.
4. Harga jual/beli saham didasarkan pada
NAB persaham yang dihitung oleh
bank Kustodian.
Sumber : Pratomo dan Nugroho (2005).
2) Berdasarkan Sasaran dan Diversifikasinya
Berdasarkan sasaran dan diversifikasinya reksadana dapat digolongkan
sebagai berikut:
(1) Common Stock Fund
Perusahaan jenis ini sebagian besar menanamkan dananya pada sahamsaham biasa daripada saham preferen atau obligasi.
23
(2) Toyable Hand Fund
Obligasi perusahaan biasanya menghasilkan pendapatan langsung dengan
risiko yang minimal. Investor yang memilih reksadana jenis ini dapat
memilih reksadana atau segmen tertentu berdasarkan jangka waktu dan
sektor tertentu. Reksadana jenis difokuskan investasinya pada obligasi
domestik atau global.
a. Municipal Bond Fund
Perusahaan reksa dana jenis ini melakukan pembayaran bunga bulanan
yang teratur yang bebas dari pajak pemerintah pusat, akan tetapi mungkin
terkena pajak lokal.
b. Stock and Bond Fund
Tujuan dari reksadana ini adalah untuk mendapatkan return yang
maksimal dengan jalan mengkombinasikan portofolionya dengan saham
dan sekuritas berpenghasilan tetap meliputi obligasi pemerintah,
perusahaan dan saham-saham preferen. Sekuritas pembentuk portofolio ini
dapat dilihat dari prospektusnya.
c. Money Market Bond
Perusahaan reksadana ini berusaha memberi pendapatan tetap, jaminan
keamanan bagi pemilik dan likuiditas dengan jalan mendiversifikasikan
portofolionya pada sekuritas jangka pendek seperti sertifikat deposito
pemerintah, bank acceptance dan commercial paper.
24
3) Berdasarkan Tujuan dan Risiko
Di Indonesia saat ini, penggolongan jenis reksadana atau konsentrasi
portofolionya diatur dalam Undang-Undang No. IV. C. 7 Tahun 1997 Pedoman
Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksadana. Reksadana terbuka terdiri
dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap,reksadana saham dan
reksadana campuran. Keempat jenis reksadana merupakan pilihan bagi investor
berdasarkan konsentrasi asset pembentuk portofolio tersebut.
Berdasarkan tujuan dan risiko yang dihadapi para investornya, reksa dana
digolongkan sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2 Jenis dan Karakteristik Reksadana
Jenis
/Karakteristik
Reksadana
Pasar Uang
Reksadana
Pendapatan tetap
Reksadana
Saham
Reksadana
Campuran
Risiko
Terendah
Rendah
Tinggi
Moderat
Tujuan
Likuiditas
Pertumbuhan
harga dan
pendapatan
Sumber : Bapepam (1997)
(1) Reksadana pasar uang
Merupakan reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar
uang. Efek pasar uang adalah efek hutang yang berjangka waktu kurang
dari satu tahun. Secara umum instrumen atau efek yang termasuk kategori
ini antara lain : deposito, Setifikat Bank Indonesia (SBI),obligasi atau efek
hutang lainnya yang berjangka waktu kurang dari satu tahun. Reksa dana
ini jenis ini sangat cocok untuk investasi jangka pendek. Tujuan investasi
pada reksa dana pasar uang ini biasanya untuk perlindungan modal dan
untuk menyediakan likuiditas yang tinggi, sehingga jika dibutuhkan kita
25
dapat mencairkannya setiap hari kerja dengan risiko penurunan investasi
yang sangat rendah.
(2) Reksadana pendapatan tetap
Reksa dana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam
instrumen yang bersifat hutang. Umumnya reksa dana pendapatan tetap
memanfaatkan obligasi sebagai bagian terbesar investasinya. Bagi investor
jenis investasi ini sangat menarik karena penghasilan yang diterima dari
kupon bunga tidak kena pajak dan cocok untuk investasi jangka panjang.
(3) Reksadana saham
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi minimal
80% dari portofolio yang dikelolanya dalam efek berbentuk ekuitas
(saham ). Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan
obligasi, investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, saham
biasanya memberikan potensi return lebih tinggi berupa dividen dan
capital gain. Reksadana saham dapat memberikan return yang lebih tinggi
demikian juga
risikonya juga lebih tinggi karena harga-harga saham
sangat fluktuatif.
(4) Reksadana campuran
Reksadana campuran merupakan reksadana yang melakukan investasi
baik dalam efek hutang maupun ekuitas (saham) yang perbandingan atau
alokasi dananya tidak termasuk reksadana pendapatan tetap dan reksadana
saham. Potensi risiko reksadana campuran secara teoritis berada di tengah-
26
tengah antara reksadana pendapatan tetap dan reksa dana saham. Saat ini
Bapepam menetapkan pelaksanaan reksadana dalam dua bentuk yaitu
perseroan dan kontrak investasi kolektif. Reksadana perseroan mencatat
sahamnya di bursa efek dan memperjual-belikannya di pasar sekunder.
Sedangkan bentuk kontrak investasi kolektif, saham yang diterbitkan tidak
dicatat di bursa efek dan tidak diperjual-belikan di pasar sekunder.
4) Berdasarkan Struktur
Kenaikan suku bunga Bank Indonesia, membuat suku bunga Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) dan suku bunga deposito perbankan naik. Dengan
keadaan seperti ini para investor secara serempak melakukan redemption
sehingga Nilai Aktiva Bersih dari reksadana menurun drastis pada tahun 2005.
Hal tersebutlah yang melatar belakangi lahirnya reksadana terstruktur sebagai
produk baru dari industri reksadana di Indonesia.
Reksadana Terstruktur (Structured Fund) adalah reksadana yang memiliki
tujuan dan kebijakan investasi dengan struktur tertentu dan karakteristik khusus
yang berbeda dengan reksadana yang saat ini telah diatur dalam peraturan
Bapepam. Pada dasarnya jenis-jenis reksadana terstruktur ini sangat banyak
jenisnya di pasar modal luar negeri.. Adapun jenis-jenis dari reksadana terstruktur
yang dikembangkan oleh Bapepam, yaitu sebagai berikut:
(1) Reksadana Indeks
Reksadana indeks merupakan reksadana yang portofolionya terdiri atas
efek-efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. Indeks acuan dapat
berupa IHSG, indeks LQ 45 maupun indek, indeks syariah maupun
27
sektoral. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal 80% dari
NAB pada sekurang-kurangnya 80% efek yang menjadi bagian dari indeks
acuan.
(2) Reksadana Dengan Penjaminan ( Guaranteed Funds )
Reksadana dengan penjaminan merupakan reksadana dengan skema dan
struktur khusus yang memberikan penjaminan sejumlah tertentu dana
investor, dimana penjaminan tersebut dilakukan oleh pihak tertentu yang
disebut penjamin seperti bank atau lembaga keuangan yang telah
mendapat izin atau otoritas yang mengatur dari Bapepam.
(3) Reksadana Teproteksi
Reksadana terproteksi disebut juga reksadana dengan perlindungan atau
capital protected funds karena memiliki struktur dan karakteristik tertentu
yang menjamin investasi awal investor secara penuh. Reksadana jenis ini
menyerupai reksadana pendapatan tetap dalam hal alokasi dana investor
dominan pada efek yang bersifat hutang, hanya saja reksadana terproteksi
dapat memberi perlindungan dari investasi awal investor dengan
pembatasan waktu penjualan kembali. Berikut ini beberapa karakteristik
reksadana teproteksi yaitu sebagai berikut:
a. Modal awal investor dilindungi dan variasi perlindungannya dapat
bervariasi dari 95% sampai dengan 120%.
b. Investor tidak dapat menjual kembali reksadana terproteksi dalam
jangka waktu tertentu (lock up period).
28
c. Penempatan dana yang terkumpul dalam instrumen pendapatan tetap
sebagai sarana perlindungan (biasanya 80% - 90%) dan instrumen
lainnya (ekuitas atau derivatif) sebagai sarana untuk menumbuhkan
investasi (biasanya 10% -20%).
d. Mengutamakan instrumen pendapatan tetap yang relatif aman seperti
obligasi yang mendekati tanggal jatuh tempo, obligasi tanpa bunga,
Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi perusahaan dengan rating baik
(AA).
Dilihat dari karakteristiknya, jenis reksadana terproteksi memiliki
beberapa manfaat seperti adanya jaminan investasi awal investor.
Hal ini
dikarenakan manajer investasi mendesain struktur investasinya pada efek-efek
hutang dan investor mendapatkan peluang untuk menghasilkan return yang lebih
tinggi jika pasar saham dan derivatif mengalami trend naik.
Disamping keuntungan, reksadana terproteksi juga mempunyai
kerugian seperti probabilitas hasil pertumbuhan investasi akan terbatas karena
sebagian besar proporsi aset diinvestasikan pada efek pendapatan tetap dan
sisanya diinvestasikan pada efek yang mempunyai pertumbuhan investasi yang
lebih tinggi. Kemudian adanya ketentuan lock up period, akan membuat para
investor tidak leluasa menarik kembali dananya jika suatu saat nanti mereka
memerlukan dananya dan
kerugian lainnya adalah biaya relatif tinggi untuk
paket reksadana dengan perlindungan ini.
29
2.1.3.8 Manfaat Investasi Pada Reksadana
Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh investor apabila berinvestasi
pada reksadana. Manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut :
1) Terdiversifikasinya portofolio secara cepat (Instant diversification)
2) Kecepatan dalam proses penjualan dan pembelian (Marketability)
3) Keluwesan untuk menukarkannya dengan portofolio investasi lainnya dalam
satu kelompok reksadana (flexibility) atau diperjual-belikan pada penerbitnya
pada NABnya setiap saat (liquidity).
4) Ditangani oleh manajemen profesional yang sudah memperoleh izin otoritas
dari bursa (professionability)
5) Banyaknya pilihan dari beragamnya usaha investasi reksa dana yang kini
mulai tumbuh pesat.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari reksadana yaitu sebagai berikut :
1) Peningkatan buying power
Melalui
reksa
dana
buying
power
meningkat
dibandingkan
berinvestasi secara individu.
2) Keterbukaan investasi
Pengelola reksa dana memberikan informasi yang transparan kepada
nasabah mengenai semua aspek investasi,risiko portofolio dan biayabiaya transaksi.
30
3) Manfaat perlindungan investor
Melalui peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam, di antaranya
mengatur tentang transaksi-transaksi pada satu jenis saham maksimal
5% dari total modal yang disetor investor.
Keuntungan berinvestasi pada reksadana yang dapat diperoleh para
investor sebagai berikut:
1) Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko
Manajer investasi dapat mendiversifikasi investasi pada berbagai efek
atau alternatif media investasi lainnya karena dana yang dikelola
cukup besar, jadi tidak tergantung pada satu instrumen saja dan hal ini
sama dengan penyebaran risiko. Manajer investasi akan melihat
peluang-peluang yang ada serta menganalisis berdasarkan data yang
tersedia sehingga dapat memperkecil risiko. Selain itu manajer
investasi akan melihat sektor-sektor industri yang dapat memberikan
keuntungan yang terbaik. Juga tidak menutup kemungkinan apabila
kondisi pasar modal buruk, manajer investasi akan mengalihkan
investasinya ke tempat lain, misalnya pasar uang. Jadi manajer
investasi secara kontinyu menganalisa kondisi sektor-sektor industri
yang dapat memberikan keuntungan yang lebih baik dan pada
akhirnya akan menjadi milik investor.
2) Harga
Harga saham di bursa efek tidak begitu mempengaruhi reksadana,
sehingga saat saham mengalami penurunan harga maka manajer
31
investasi akan mengalihkan investasi pada instrumen-instrumen lain
yang lebih menguntungkan.
3) Biaya rendah
Berinvestasi pada reksadana membutuhkan biaya yang rendah karena
dikelola
secara
profesional
sehingga
meningkatkan
efisiensi
pengelolaan. Tidak demikian halnya saat investor mengelola
transaksinya sendiri yang membutuhkan komisi transaksi dan biaya
informasi yang sangat besar.
4) Dapat dimonitor secara rutin
Perkembangan harga sekuritas dapat dimonitor secara rutin oleh para
pemegang
unit
penyertaan
karena
setiap
minggu
reksadana
mengumumkan nilai aktiva bersih melalui media cetak maupun
elektronik.
2.1.3.9 Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
Sebelum melakukan investasi pada reksadana para investor selalu akan
melihat kinerja reksadana tersebut. Kinerja reksadana merupakan suatu ukuran
yang menggambarkan hasil pencapaian dari tujuan investasi yang telah
direncanakan oleh manajer investasi. Nilai Aktiva bersih (NAB) reksadana
merupakan suatu tolak ukur dalam memantau kinerja portofolio suatu reksadana.
NAB adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi
dengan biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayar.
Kekayaan reksadana terdiri dari berbagai macam jenis seperti kas,
deposito, surat berharga pasar uang, Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga
32
komersial, obligasi, saham dan lain sebagainya. Sedangkan kewajiban reksa dana
dapat berupa biaya-biaya yang belum dibayar seperti komisi manajer investasi,
komisi bank kustodian, pajak, komisi broker dan pembelian efek-efek yang belum
dilunasi.
Lebih lanjut dinyatakan terkait dengan NAB dan perkembangannya yaitu
bahwa hasil investasi reksadana dapat meningkatkan NAB yang dapat berupa
dividen, bunga obligasi, bunga deposito dan capital gain. Pada umumnya
reksadana pasar modal membagikan sebagian dari hasil investasi kepada para
pemegang unit penyertaan secara berkala, sedangkan reksadana pasar uang
membagikan hasil investasinya setiap hari. Di lain pihak biaya-biaya yang
dikeluarkan reksadana dapat mengurangi NAB berupa komisi manajer
investasi,komisi bank kustodian, komisi broker, pajak dan biaya-biaya transaksi.
Nilai hak pemegang unit penyertaan dinyatakan dalam bentuk NAB.
Menurut undang-undang pasar modal bank kustodian dan manajer investasi wajib
menentukan nilai pasar yang wajar dari setiap efek, menghitung dan
mengumumkan NAB dari setiap unit penyertaan pada setiap hari bursa.
Menurut Alder Manurung (2001:54), NAB dihitung sebagai berikut :
NABt = NAkt-TKWt ..............................................................
Dimana :
NABt = Nilai Aktiva Bersih Periode t
NAkt = Nilai Aktiva Periode t
TKwt = Total Kewajiban Reksadana Periode t
Adapun peerhitungan NAB dari unit penyertaan sebagai berikut :
33
(3)
NABupt
NABt
NUPt
=
………………………………………….
(4)
Dimana :
NABupt
= NAB unit penyertaan pada periode t
NABt
= Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode t
NUPt
= Jumlah Unit Penyertaan pada Periode t
2.1.3.10 Pengukuran Kinerja Reksadana
Dalam pengukuran kinerja reksadana terdapat dua metode yaitu :
pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan risiko (risk adjusted performance)
dan
pengukuran
kinerja
dengan
tidak
mempertimbangkan
risiko
(raw
performance).
1) Raw Performance
Perbandingan kinerja dengan raw performance adalah membandingkan
kinerja
reksa
dengan
pembandingnya
tanpa
mempertimbangkan
risiko.
Perbandingan ini dilakukan dengan menghitung rata-rata return dari pembanding
reksadana selama periode penelitian, kemudian dihitung rata-rata return dari
pembandingnya. Dalam perhitungan ini fee diasumsikan diabaikan dan dividen
diperoleh diasumsikan diinvestasikan kembali.
2) Risk Adjusted Performance
Dalam teori portofolio hubungan risiko dan return dinyatakan dalam
CAPM adalah suatu teori yang menjelaskan bagaimana harga dan tingkat bunga
pasar sekuritas yang berisiko ditentukan pada pasar modal. Ada tiga metode yang
digunakan dalam mengukur kinerja reksa dana dengan mempertimbangan risiko
yaitu sebagai berikut :
34
a. Indeks Sharpe (Rasio Reward to Variability)
Rasio ini diperkenalkan oleh Sharpe pada tahun 1965. Pengukuran
dengan metode ini didasarkan pada premium atas risiko yang merupakan
perbedaan antara kinerja rata-rata yang dihasilkan reksadana dengan rata-rata
invertasi yang bebas risiko. Dalam hal ini investasi tanpa risiko diasumsikan
merupakan tingkat bunga rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Perumusan formula rasio ini sebagai berikut :
RVAR =
RJ - RF
…………………………………….................(5)
σi
Dimana :
RVAR
=
Indeks Sharpe (reward to variability)
RJ
=
Return
portofolio
J
selama
jangka
waktu
pengukuran
RF
=
Return aset bebas resiko selama jangka waktu
pengukuran
i
=
Standar devisiasi portofolio J selama jangka waktu
pengukuran.
a. Indek Treynor (Reward to Volatility)
Rasio ini diperkenalkan oleh
Treynor pada tahun 1965. Treynor
menyusun penilaian ini berdasarkan risiko yang dihadapi oleh seorang
investor yaitu risiko yang disebabkan oleh fluktuasi secara umum (risiko
sistematik) dan risiko unik yang terjadi pada suatu saham. Dalam indeks
Treynor digunakan pembagi beta yang merupakan risiko fluktuatif terhadap
risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematik (risiko
35
pasar). Tetapi dalam reksadana, beta merupakan risiko yang dimiliki oleh
pembandingnya. Perhitungan Treynor memfokuskan pada risiko sistematik
yang tidak dapat didiversifikasi. Hasil yang didapatkan ini kemudian
dibandingkan dengan nilai rasio pembandingan rumusnya sebagai berikut :
RVOL
Dimana
=
RJ - RF
……………………………………….(6)
βP
:
RVOL
=
Indeks Treynor (reward to volability)
RJ
=
Return
portofolio
J
selama
jangka
waktu
pengukuran
RF
=
Return aset bebas risiko selama jangka
waktu
pengukuran
P
=
Beta portofolio/risiko sistematik dari portofolio
selama jangka waktu pengukuran
Setelah menghitung indeks Treynor, langkah selanjutnya adalah
membandingkan hasil perhitungan Treynor, dengan hasil hasil perhitungan
Treynor untuk pembandingnya. Apabila indeks Treynor untuk reksa dana lebih
besar dari indeks Treynor pembandingnya maka reksa dana dikatakan superior.
Hal ini berlaku sebaliknya apabila indeks Treynor lebih kecil dari indeks Treynor
pembandingnya, maka portofolio tersebut dikatakan interior.
b. Indeks Jensen (Differential Return Measure)
Pengukuran dengan metode ini diperkenalkan oleh Jensen tahun 1968.
Pengukuran ini juga berdasarkan atas CAPM. Semua versi CAPM
36
menghitung perkiraan satu periode pengembalian atas reksadana maupun
portofolio sesuai dengan persamaan dibawah ini:
P
Dimana
= RP – (RF + (RM-RF) P) …………….......……….(7)
:
P
=
Indeks Jensen (differential return measure)
RP
=
Return portofolio selama jangka waktu pengukuran
RF
=
Return aset bebas risiko selama jangka waktu
pengukuran
RM
=
Return pasar selama jangka waktu pengukuran
P
=
Beta portofolio/risiko sistematik dari portofolio
selama jangka waktu pengukuran.
Pada dasarnya metode ini berusaha mencari α yang merupakan selisih
antara tingkat keuntungan portofolio dengan tingkat keuntungan pembandingnya.
Portofolio yang superior akan mempunyai α positif yang signifikan, sedangkan
portofolio inperior akan mempunyai α yang signifikan.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
1) Dicky Lohanto (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh IHSG dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Reksa Dana di Indonesia
Periode Januari – Desember
kinerja
reksadana
dengan
2002”. Tujuan penelitian adalah mengukur
mempertimbangkan
risiko
maupun
tanpa
mempertimbangkan risiko. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh IHSG dan JIBOR terhadap return reksadana. Metode
penarikan sampel yang digunakan adalah cluster purposive sampling yaitu
37
subjek populasi terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai ciri –ciri
tersendiri serta sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan IHSG dan JIBOR berpengaruh
terhadap
return
reksadana.
Pengujian
kinerja
reksadana
tanpa
mempertimbangkan risiko menunjukkan rata-rata return bulanan reksadana
lebih besar dari return rata-rata pembandingnya. Kemudian pengujian kinerja
reksadana dengan mempertimbangkan risiko secara keseluruhan menunjukkan
kinerja reksadana lebih tinggi daripada kinerja pembandingnya. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian Dicky Lohanto adalah sama-sama melakukan
penilaian kinerja reksadana dengan mempertimbangkan risiko dan tidak
mempertimbangkan risiko. Sedangkan perbedaannya adalah jenis reksadana
yang diteliti yaitu reksadana terproteksi sebagai produk baru dari reksadana,
waktu penelitiannya dan juga sampel yang dipergunakan, pada penelitian
Dicky Lohanto menggunakan 22 sampel dari berbagai jenis reksadana
konvensional yang dikelola oleh berbagai jenis perusahaan sekuritas..
2) Dewi Ayu Puspita Sari (2007) dengan judul “Analisis Kinerja Reksadana di
PT. Danareksa (Persero) dengan metode Raw Performance dan Risk Adjusted
Performance”. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan kinerja
reksadana yang dikelola oleh PT. Danareksa (Persero) secara raw
performance dan risk adjusted performance, model CAPM dari Sharpe,
Treynor dan Jensen. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana dengan
38
pembandingnya dengan metode raw performance dan risk adjusted
performance. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu penarikan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Teknik
analisis yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata (Paired T-test). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode raw performance, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja 15 jenis reksadana yang
dikelola oleh PT. Danareksa (Persero) dengan pembandingnya. Metode risk
adjusted performance juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara
kinerja reksadana dengan pembandingnya. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ayu Puspita Sari adalah sama-sama
meneliti tentang kinerja reksadana baik dengan metode raw performance
maupun risk adjusted performance (indeks Sharpe, Treynor dan Jensen).
Sementara perbedaannya terletak pada sampel penelitian yang digunakan,
yaitu pada penelitian Dewi Ayu Puspita Sari menggunakan 15 sampel dari
berbagai jenis reksadana konvensional yang dikelola PT. Dana Reksa.
Sedangkan pada penelitian ini menggunakan 37 sampel reksadana terproteksi
yang dikelola oleh berbagai jenis perusahaan sekuritas. Selain itu perbedaan
penelitian ini juga dapat dilihat dari periode penelitian yang digunakan.
3) Penelitian dari Adler Haymans Manurung (2006) berjudul ”Analisis Kinerja
Reksadana dengan Menggunakan Risk Adjusted Return, Rasio Risiko dan
Snail Trail” menganalisis kinerja reksadana di Indonesia dari tahun 1996–
2005. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja reksadana
berdasarkan risk dan return terbaik agar dapat digunakan oleh para investor
39
yang berinvestasi pada reksadana. Metode yang digunakan untuk menentukan
reksadana terbaik adalah metode risk adjusted performance, rasio risiko pasar
(standar deviasi) dan snail trail (jejak bekicot). Hasil penelitian menunjukkan
dengan metode risk adjusted performance dari 13 sampel reksadana saham
hanya satu yang menunjukkan angka negatif, 14 reksadana pendapatan tetap
hanya satu reksadana yang menunjukkan angka positif dan untuk 18
reksadana campuran terdapat satu reksadana yang memiliki angka negatif.
Perhitungan rasio risiko pada penelitian ini menunjukkan rata-rata risiko yang
dimiliki oleh reksadana tersebut kecil. Hasil perhitungan snail trail terhadap
kinerja reksadana saham menunjukkan reksadana saham pergerakannya paling
banyak menempati kuadran 1 (risiko rendah dan return tinggi), reksadana
pendapatan tetap pergerakannya dominan menempati kuadran 3 (risiko rendah
dan return rendah) dan reksadana campuran pergerakaannya paling banyak
menempati kuadaran 1 dan 3. Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
oleh Adler Hayman Manurung memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti
tentang kinerja reksadana dan juga beberapa metode penilaian yang digunakan
yaitu metode risk adjusted return. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Adler Hayman Manurung adalah waktu penelitian, sampel yang digunakan
dan jenis reksadana yang digunakan, dimana penelitian dari Adler Hayman
Manurung meneliti reksadana konvensional di Indonesia.
4) Yogi Setiadi Sediarto (2006) mekukan penelitian dengan judul ”Perbandingan
Kinerja Reksadana Terproteksi dengan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kinerja reksadana terproteksi
40
dengan kinerja reksadana pendapatan tetap dengan memakai suku bunga
deposito
satu
bulan
yang
dikeluarkan
oleh
bank
swasta
sebagai
pembandingnya. Hasil dari penelitian baik dengan metode time weighted
maupun dengan metode pengukuran kinerja dengan indek Sharpe, Treynor
dan Jensen menunjukkan kinerja reksadana terproteksi lebih bagus daripada
kinerja reksadana pendapatan tetap untuk investasi jangka panjang. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Yogi Setiadi Sediarto adalah
sama-sama meneliti tentang kinerja reksadana terproteksi dan metode
penilaian kinerja yang digunakan yaitu menggunakan indeks Sharpe, Treynor
dan Jensen. Sedangkan perbedaannya terletak pada periode penelitiannya
dimana pada Yogi meneliti dari periode Oktober 2005 sampai dengan Juni
2006.
2.3
Rumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
1) Kinerja reksadana terproteksi di Bursa Efek Indonesia berbeda signifikan
dengan kinerja pembandingnya (benchmark) berdasarkan metode raw
performance.
2) Kinerja reksadana terproteksi di Bursa Efek Indonesia berbeda signifikan
dengan kinerja pembandingnya (benchmarknya) berdasarkan metode risk
adjusted performance.
41
42
Download