BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi. Sehingga mau tak mau mereka yang berasal dari daerah lain atau kota lain harus bisa menyesuaikan dengan daerah yang mereka tinggali untuk sekarang ini. Generasi pemuda terbesar dalam sejarah sampai sebanyak 1,2 miliar jiwa sedang memasuki masa dewasa dalam dunia yang sedang berubah dengan cepat. Pendidikan serta kesehatan pemuda menjadi „kunciā yang sangat menentukan masa depan mereka sekaligus bangsanya. Sedangkan pemuda yang merupakan bagian dari penduduk Indonesia angkanya mencapai 65, 6 juta atau 30% dari total penduduk Indonesia (Sustiwi, 2005: 15). Tidak hanya itu, merekapun juga harus mampu mandiri, dimana mereka tidak bergantung kepada orang tua namun sekarang apapun harus mereka lakukan sendiri. Kehidupan pemuda di Denpasar diwarnai beberapa hal baru bagi pelakunya. Dimana hal-hal baru tersebut dapat berupa suatu pengalaman maupun masalah. Pemuda yang jauh dari orang tua tentu akan mengalami perubahan drastis dari keseharian mereka sewaktu tinggal bersama orang tua. Pergaulan mereka pun juga menjadi sangat rawan di zaman sekarang ini. Jika salah bergaul, tentu akan terjerumus ke dalam hal-hal yang berupa penyimpangan. 1 2 Para orang tua harus sadar, bahwa banyak dari bagian kehidupan pemuda yang sulit untuk dibagi bersama orang tua, jika tidak maka mungkin orang tua akan mengalami kesulitan untuk memahami masalah pemuda meskipun mereka berusaha dan benar-benar memperhatikan kesejahteraan anak mereka (Mussen, 1994 : 511). Pada kenyataannya, budaya masyarakat Bali saat ini merupakan hasil dari suatu proses asimilasi dan akulturasi budaya yang sangat panjang. Budaya Bali ini banyak dipengaruhi berbagai unsur luar seperti, unsur-unsur budaya modern dimana di dalamnya juga terkandung pengaruh budaya pop (popular culture). Pengaruh ini hadir mengiringi gelombang besar globalisasi di segala bidang kehidupan masyarakat dengan segala aspeknya. Derasnya arus budaya modern yang masuk ke Bali dalam beberapa hal telah termasuk ke dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat Bali, termasuk diantaranya pola kehidupan antar pemuda, gaya hidup modern dan konsumerisme. Dalam era globalisasi dan revolusi informasi seperti ini, pertukaran intelektual sosial dan kultural dapat berlangsung begitu cepat dan semakin intens. Apalagi setelah hal ini di dukung oleh adanya revolusi di bidang transportasi. Kondisi ini mengakibatkan migrasi, perpindahan dan perjalanan antar wilayah menjadi tidak terelakan lagi. Kondisi ini akan mempermudah terjadinya benturan antar peradaban. Pertukaran yang terjadi dalam proses ini setidaknya menimbulkan berbagai prasangka, mispersepsi dan citra distortif. Sebagian kalangan menganggap ada doomed scenario yang dapat membawa manusia dan peradabannya ke dalam “jurang tanpa dasar” di masa depan. 3 Kesenjangan tersebut mendorong terjadinya berbagai dampak samping yang tidak diharapkan. Apalagi arus globalisasi yang bermula dari aspek ekonomi lalu mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lainnya, termasuk politik dan kultural. Kondisi tidak ada kesiapan dalam menerima perubahan yang begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan mengakibatkan berbagai gejala sosial “ikutan” yang melanda khususnya kalangan generasi muda. Hal ini diakibatkan cepatnya transformasi informasi masuk ke berbagai wilayah. Khusus yang menyangkut gaya hidup “lifestyle” anak muda yang terkesan sebagai subkultural anak muda terutama dalam pergaulan antar pemuda, membuat cemas dan prihatin pada orang tua. Pola pergaulan pemuda di berbagai kota besar di Indonesia, termasuk di antaranya yang terjadi di Kota Denpasar, memiliki kecenderungan mengarah kepada situasi yang semakin bebas, acuh tak acuh (permissiveness) dan melanggar aturan luhur budaya serta ajaran agama. Hal tersebut tercermin dari berkembangnya hubungan seksual pranikah di kalangan pemuda yang banyak ditandai dengan munculnya kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk di dalamnya HIV dan AIDS di kalangan pemuda itu sendiri. Bahkan, sekarang tidak sedikit pemuda yang kurang mendapatkan bimbingan terlanjur meniru hal yang tidak baik dari teman-teman sebayanya tersebut (Daradjat, 1983: 107). Untuk itu, pemuda diwajibkan untuk lebih extra hati-hati dalam bergaul. Biasanya perilaku menyimpang sering terjadi di kalangan pemuda adalah seks pranikah dan tidak jarang para pemuda yang yang melakukan 4 seks pranikah, disini saya menuliskan fenomena seks pranikah di kalangan pemuda yang berpenghasilan. Perilaku seks pranikah itu terjadi karena kurang nya pengawasan dari orang tua, sehingga para pemuda dengan bebas melakukan tindakan seks pranikah. Selanjutnya masih berbicara tentang faktor penyebab terjadinya seks pranikah yaitu dengan adanya situasi dan kondisi yang dirasa aman oleh pemuda untuk melakukan tindakan seks pranikah tersebut. Pemuda berusaha menemukan jawaban atas kekaburan identitas itu melalui kelompok sosial di luar keluarga, yaitu kelompok teman sebaya (peer group). Teman sebaya memainkan peranan yang penting dalam perkembangan psikologis dan sosial sebagian besar pemuda. Hal ini karena pemuda tidak mengetahui cara bergaul dengan kawan-kawan dan orang dewasa lainnya, dan cara-cara yang dibutuhkan untuk menarik hati kawan-kawannya. Kelompok inilah yang merupakan bagian integral dari identitas sosial individu. Dengan interaksi tersebut memberikan kesempatan pada pemuda untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan minat yang sesuai dengan usia, dan berbagi masalah dan perasaan bersama. Pada masa ini pemuda cenderung conform dan mengikuti sikap atau perilaku kelompoknya. Bersama kelompoknya, pemuda merasa menemukan ”identitas” dan berharap tidak mengalami penolakan dengan konformitasnya tersebut. Dalam masa ini orang tua perlu menyadari bahwa keluarga juga merupakan bagian integral identitas sosial setiap anggotanya. 5 Ketertarikan terhadap lawan jenis disertai dorongan seksual merupakan hal yang kodrati dialami oleh pemuda. Pemuda pun mulai ingin berkenalan, bergaul dengan teman-temannya dari lawan jenis, dan mengenal pacaran. Sebagai suatu motif, wajar pula bila dorongan semacam ini disertai muatan emosi yang seringkali menimbulkan kecemasan orang tua. Kecemasan ini timbul karena kelakuan-kelakuan, cara berpakaian, berbicara, dan sebagainya, yang seolah-olah disengaja dilebih-lebihkan dan dibuat-buat untuk menarik perhatian lawan jenis. Prilaku seks pranikah dapat dipengaruhi oleh tempat kos yang letaknya jauh dari rumah pemilik kos atau letaknya sulit dari pengawasan pemilik kos. Dengan keadaan seperti ini maka akan semakin mempermudah para penghuni kos untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh seperti hubungan seks pranikah. Alasan yang lain adalah letak kos jauh dari jalan raya dan jauh dari keramaian maka, bagi para pemuda yang nakal mereka akan merasa aman dan nyaman untuk berbuat hal-hal yang bersifat negatif. Namun, apabila letak kos itu dekat dengan pemilik kos dan terlihat oleh masyarakat maka setidaknya jika terjadi perbuatan yang mencurigakan dapat diketahui dan dicegah sedini mungkin. Dengan dekatnya jarak tempat kos dengan rumah pemilik kos, dapat sesekali mengawasi dan menegurnya apabila terjadi hal-hal yang tidak sewajarnya. Perilaku seks pranikah sebagai salah satu perilaku menyimpang pemuda dari tahun ke tahun semakin beresiko, masyarakatpun mulai membicarakan ketika muncul fakta bahwa 74,89% pemuda di Kupang, Cirebon, Palembang, Singkawang, dan Tasik Malaya berhubungan seks dengan pacar mereka (Sustiwi, 6 2005: 15). Pemuda mulai dipersalahkan, dituduh tidak sopan, tidak bermoral, tidak berakhlak bahkan sampai dikatakan tidak beragama. Tudingan yang diarahkan pada pemuda pada pangkalnya sudah jelas, pemuda melakukan semua itu karena mereka tidak mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi, sehingga kurang tahu bahaya atau dampak dari seks pranikah. Pemuda yang pada umumnya mempunyai rasa ingin tahu yang besar tentang seks pranikah terpaksa mencari informasi sendiri guna memuaskan rasa keingintahuannya tersebut. Pergaulan bebas di kalangan pemuda yang akhir-akhir ini terjadi adalah karena pemuda mencari pengetahuan dan informasi tentang seks sendiri lewat teman yang sama-sama belum tahu akibat seks pranikah, majalah-majalah porno, video, dan tempat hiburan malam yang memberikan akses informasi tanpa sensor sehingga proses kematangan alat reproduksi pada pemuda tidak diimbangi dengan informasi yang baik. Berbagai cara pencegahan kehamilan yang sangat mudah dilakukan, seperti pemasaran alat kontrasepsi di masyarakat luas, adanya tempat aborsi dengan tenaga ahli medis yang dianggap aman, dan pemuda itu sendiri beranggapan bahwa jika melakukan seks pranikah sekali saja akan timbul rasa ketagihan. Fenomena seks pranikah ini banyak terjadi di tempat kos atau tempat persewaan kamar harian yang jaraknya memang sulit dijangkau oleh banyak orang dan jauh dari keramaian agar tidak mudah di curigai oleh orang lain, biasanya laki laki yang sering mengajak perempuan untuk bermalam atau 7 menginap di rumah atau menyewa sebuah kamar hotel murah dan awalnya hanya satu sampai dua kali saja mereka melakukan seks pranikah, karena sudah terbiasa, maka para pemuda tidak segan untuk melakukan hubungan seks pranikah berulang kali. Para pemuda pelaku seks pranikah ini memang sengaja mencari situasi dan kondisi rumah yang sepi agar tidak terpantau oleh orang lain bahkan orang tua. Sesuai dengan masa pemuda yang mempunyai rentangan usia 15-24 tahun, masa pemuda merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Selain mengalami perubahan fisik dan terdapat pula perubahan psikologis, seperti meningginya emosi, minat peran, pola perilaku nilai nilai yang dianut, dan bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1999: 207). Pada penelitian ini saya tertarik untuk memilih fenomena-fenomena seks pranikah di kalangan pemuda berpenghasilan, hal ini didasarkan pada perilakuperilaku pemuda yang menyimpang yang terjadi pada kehidupannya tersebut, termasuk mengenai seks pranikah. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, timbul beberapa permasalahan yaitu: 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya seks pranikah dikalangan pemuda berpenghasilan? 2. Apa dampak persepsi pemuda tersebut terhadap hubungan seks pranikah? 8 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dipandang perlu dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui berbagai hal tentang fenomena seks pranikah di kalangan pemuda di Kota Denpasar dalam perspektif sosiologi. Hal ini penting dalam upaya mecegah prilaku seks pranikah dan mencegah terjadinya penyakit infeksi menular seksual maupun HIV dan AIDS di Denpasar khususnya dan di Bali pada umumnya. 1.3.2. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk : 1. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi terjadinya seks pranikah pada pemuda yang sudah berpenghasilan. 2. Mendeskripikan fenomena seks pranikah dikalangan pemuda yang sudah berpenghasilan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai hal-hal negatif seperti seks pranikah dalam kehidupan pemuda itu sangat buruk. Berikut adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pijakan dalam merencanakan dan mengembangkan program - program dalam pembelajaran moral. 9 2. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua , guru atau dosen bahwa perkembangan moral mempunyai andil terjadinya kenakalan pada pemuda terutama masalah perilaku atau fenomena seks pranikah yang akhir-akhir ini banyak terjadi sehingga bisa melakukan tindakan preventif untuk mencegahnya dan memberikan perhatian yang lebih terhadap pemuda. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Hasil dari penelitian ini dapat memberi informasi atau masukan kepada pemegang kebijakan tentang persepsi sifat pemuda terhadap hubungan seksual pranikah, agar dapat dicarikan jalan keluar yang bijaksana dan spesifik sehingga dapat menolong para pemuda dan masyarakat di Bali pada umumnya dalam mempertahankan sistem sosial dan nilai budaya melalui pengendalian sosial oleh masyarakat. 2. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan untuk peer group pemuda jaman sekarang ini khusus nya di Bali sehingga para pemuda bisa berfikir secara panjang terhadap perilaku seks pranikah.