Amatullah Amstrong : Tanpa Disadari, Ia Telah Bersyahadat Bilik » Mualaf | Kamis, 5 November 2009 22:16 Penulis : Sylvia Nurhadi Sejak kecil, Jylly dan keluarga terbiasa memuja sesuatu atau seseorang. Ini adalah kebutuhan yang dirasakan seluruh keluarga. Itu sebabnya mereka terbiasa pergi ke gereja dan sekolah minggu. Di samping itu, seperti ayahnya, Jylly juga amat mencintai berbagai bentuk kesenian. Oleh sebab itu, Jylly kecil telah mengenal puisi-puisi karya nama-nama besar, di antaranya Umar Khayam, seorang sufi terkenal. Setelah agak besar, Jylly mulai belajar balet. Maka dunia balet pun berpindah menguasai pikirannya. Menjelang remaja, sebagaimana jutaan remaja pada masa itu, Jylly tergila-gila pada kelompok musik The Beatles. Seiring dengan bertambahnya usia, kegandrungannya pada sesuatu berubah sedikit demi sedikit. Ia mulai menyukai yoga, musik klasik, serta berbagai kebudayaan, di antaranya adalah peradaban kuno Mesir dan Arab. Dari sini, ia mulai mengenal dunia Islam walaupun masih sebatas budaya dan seninya. Masih panjang perjalanan yang harus dilaluinya untuk betul-betul mengenal ajaran Islam yang sebenarnya. Bertahun-tahun lamanya, bahkan setelah ia menikah, ia hanya merasa jatuh cinta kepada Islam sebagai seni dan budaya yang sangat tinggi nilainya. Dengan tetap mengenakan rosarionya, Jylly terbiasa menghabiskan berjam-jam waktunya untuk mempelajari ajaran Islam. Ia sangat terobsesi dengan cara hidup para sufi yang mengorbankan hidup demi kecintaan dan penghambaannya pada Tuhannya. Ia pun mulai terbiasa melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sekaligus menghafalkannya! Tanpa mengetahui maknanya, sambil berjalan-jalan sendirian di antara semak belukar di sekitar kediamannya, Jylly sering belajar mengucapkan kalimat, "La ilaha ilallah, Muhammadarasulullah." Ia tidak menyadari bahwa dengan mengucapkan kalimat tersebut sesungguhnya dirinya telah menjadi muslimah. Dengan tuntunan sebuah buku yang didapatnya ketika ia dan suami bepergian ke sebuah negeri Islam, ia bahkan mulai mempelajari gerakan shalat. Perjalanan spiritual Jylly mencapai puncaknya ketika ia berusia 35 tahun. Ia bersyahadat secara resmi di sebuah masjid di Sydney. Sebagai seorang muslimah yang memiliki pengetahuan yang luas, ia menyadari bahwa perkawinannya yang telah mencapai usia 14 tahun bakal kandas. Karena dengan keislamannya ini, maka suaminya yang non muslim kini menjadi haram baginya. Namun beruntunglah ia, sebab cahaya Islam rupanya telah pula meneranginya. Sang suami yang seorang pematung itupun berbaiat menuju Islam. Kini, Jylly dan suaminya menjalani hidup secara amat bersahaja. Mereka menanggalkan berbagai koleksi antik mereka, seperti patung, lukisan, serta foto-foto. Bahkan musik klasik yang selama bertahun-tahun menemani hidup Jylly pun ia tinggalkan. Ia merasa kesenangannya itu cenderung mengganggu keasyikannya untuk mengingat Allah. Ia berprinsip kepada hadits yang dihafalnya di luar kepala, "Aku berlindung kepada Allah dari pengetahuan yang tidak beguna." Hidup mereka kini dipenuhi dengan dzikir. Semua kegiatan hidup adalah ibadah dalam rangka mengingat Allah. Alam semesta adalah masjid yang agung. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56). Referensi : "Santri-santri Bule" - Prof. DR. Deddy Mulyana, MA. KotaSantri.com © 2002-2017