Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R (SURVEY,
QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
JURNAL
Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
TRI ISNAENI
202012070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R (SURVEY,
QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Tri Isnaeni1, Kriswandani2, Wahyudi3
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
1
Mahasiswa pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
2
Dosen pendidikan matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
3
Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
SQ3R terhadap hasil belajar matematika pada kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang sebanyak 214 siswa yang terdiri atas 7 kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling dan diperoleh siswa kelas VII C
sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VII G sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa
masing-masing 30 siswa. Desain penelitian ini menggunakan the randomized control group pretestposttest design. Hasil analisis data pretest untuk uji beda rerata menghasilkan signifikansi sebesar 0,517
(lebih dari 0,05), artinya kondisi awal kedua kelompok sampel seimbang, sedangkan hasil analisis data uji
beda rerata untuk posttest menghasilkan signifikansi sebesar 0,003 (kurang dari 0,05) dan rata-rata kelas
eksperimen (77,30) lebih tinggi disbanding kelas kontrol (63,23). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Tuntang kabupaten Semarang.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, SQ3R, hasil belajar matematika
PENDAHULUAN
Matematika sangat penting dalam kehidupan, bahkan setiap hari matematika digunakan
oleh manusia dalam kehidupannya untuk menghitung belanja, mengukur, dan lain sebagainya.
Pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu dikenalkan kepada
siswa sejak Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menurut Suherman (2003:253),
matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengelola logika, baik secara
kuantitatif maupun berpengaruh secara kualitatif. Lebih lanjut, Soedjadi dalam Sunardi (2013)
mengatakan bahwa secara umum karakteristik matematika meliputi: 1) memiliki objek kajian
yang abstrak; 2) mengacu pada kesepakatan; 3) berpola pikir deduktif; 4) konsisten dalam
sistemnya; 5) memiliki simbol yang kosong dari arti; dan 6) memperhatikan semesta
pembicaraan.
Matematika mempunyai peranan penting sehingga dijadikan sebagai mata pelajaran wajib
di sekolah. Lebih lanjut, Wardhani (2008:8) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut: 1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; serta 5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Proses belajar dan mengajar matematika disekolah disebut sebagai pembelajaran
matematika. Hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si pelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan
peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika (Rahayu,
2007). Keterlibatan guru, siswa dan komponen-komponen dalam pembelajaran, maka seorang
guru kiranya mampu memungkinkan terciptanya situasi yang tepat, sehingga memungkinkan
pula terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal tersebut dapat terlaksana
dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah yang disusun berdasarkan kurikulum
(Ibrahim, 2012:36). Sejumlah materi yang harus diselesaikan dalam satu semester atau satu
tahun ajaran membuat guru hanya terfokus pada penyelesaian materi tetapi sering mengabaikan
pemahaman siswa mengenai konsep yang diajarkan. Pembelajaran matematika menjadi terpusat
pada guru sedangkan siswa pasif dan hanya menerima penjelasan guru. Hal ini sesuai dengan
hasil Effendi (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika masih cenderung
berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika yang kebiasaan mengajarnya
dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran seperti: menyajikan materi, memberikan
contoh-contoh soal, memberikan latihan soal dan kemudian membahasnya tanpa memperhatikan
pemahaman siswanya. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai siswa.
Fakta menunjukkan bahwa hasil belajar matematika merupakan masalah utama dalam
pembelajaran matematika (Suhendra dkk, 2007). Masalah hasil belajar pada pembelajaran
matematika juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang.
Permasalahan yang terjadi yaitu belum optimalnya hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut
diantaranya dapat dilihat dari nilai siswa kelas VII pada ulangan harian materi himpunan yang
hanya mencapai rata-rata 47,69. Tampaklah nilai rerata yang dicapai siswa belum sesuai dengan
harapan guru dan masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Selain masalah
hasil belajar, proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Tuntang masih menerapkan
model pembelajaran konvensional. Menurut Septiana dkk (2014:71), model pembelajaran
konvensional yakni ditandai dengan ceramah yang diiringi penjelasan, serta pemberian tugas dan
latihan. Disisi lain, siswa mendengarkan, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan guru,
sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan membuat siswa kurang aktif dalam
pembelajaran (Zamroni dalam Rahayu dkk, 2014:49). Oleh karena itu, diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat dijadikan solusi dalam memecahkan permasalahan pembelajaran
matematika di SMP Negeri 2 Tuntang.
Adapun berbagai jenis model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru dan salah
satunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Model ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan teori dari aliran konstruktivisme yang melihat bahwa hakikat
belajar dipengaruhi oleh pengetahuan awal siswa, sehingga menjadi sangat penting bagi siswa
untuk terlibat secara aktif untuk ikut membangun pengetahuan mereka sendiri (Septiana, dkk
2014:68). Belajar dengan model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk melatih
keterampilan kooperatif siswa agar menghargai orang lain, berani bertanya, mendorong teman
bertanya, berbagi tugas, dan sebagainya. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif sangat
baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat terlibat secara aktif dan bekerjasama mengatasi
tugas yang dihadapinya. Model Pembelajaran Kooperatif terdiri dari beberapa tipe pembelajaran,
yakni Jigsaw, Think-Pair-Share, Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two
Stray, SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review), Tari Bambu, dan lain-lain (Huda, 2014).
Model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada pembelajar (student centered) karena siswa dituntut berperan aktif untuk menggali dan
memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari (Pratama, 2015).
Model ini juga memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara sistematis,
efektif, dan efisien dalam menghadapi berbagai materi ajar (Wijaya, 2015). Lebih lanjut, Nur
dalam Pujawan (2005) menyatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih
efisien dipergunakan untuk belajar karena siswa dapat berulang-ulang mempelajari materi ajar
berdasarkan langkah-langkah: (1) mereview bacaan atau materi ajar (survey), (2) membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang bacaan (question), (3) membaca/mempelajari bacaan untuk
mencari
jawaban
atas
pertanyaan-pertanyan
yang
telah
dibuat
(read),
(4)
membacakan/menuliskan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka
buat (recite) dan (5) meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada
langkah kedua dan ketiga (review). Model pembelajaran ini sering digunakan dalam proses
pembelajaran. Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan masing-masing.
Model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R memiliki beberapa kelebihan, yaitu adanya
tahap survey pada awal pembelajaran, hal ini membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang
materi yang akan dipelajari. Adanya 5 tahapan yang dilakukan juga membuat materi yang
dipelajari siswa melekat untuk periode yang lebih lama (Riadi, 2015). Oleh karena itu, model
pembelajaran kooperatif tipe SQ3R berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan ini sesuai
dengan penelitian Suharjati (2013) yang menyatakan hasil belajar matematika siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R dalam pembelajaran
matematika lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran konvensional. Selain itu juga terdapat penelitian Syamsiah, dkk (2012)
menunjukkan bahwa nilai pemahaman konsep matematis siswa antara kelas eksperimen dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih baik daripada kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional.
Adanya teori tentang model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R dan keberagaman hasil
penelitian menjadi alasan kuat pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
SQ3R terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten
Semarang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental).
Budiyono (2003: 79) mengungkapkan bahwa sebuah penelitian dikatakan eksperimental semu
apabila peneliti tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua
variabel yang relevan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
2 Tuntang Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 214 siswa yang terbagi dalam 7 kelas.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik cluster random sampling dan didapat dua
kelompok sampel yaitu sebagai kelompok eksperimen yang dikenakan model pembelajaran
kooperatif tipe SQ3R (30 siswa) dan kelompok kontrol yang dikenakan model pembelajaran
konvensional (30 siswa).
Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data nilai ulangan harian materi himpunan yang dijadikan data pretest, metode tes
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa, serta metode observasi yang
digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran.
Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Instrumen tes hasil
belajar berupa 10 soal uraian yang disusun berdasarkan SK, KD, dan indikator materi. Instrumen
lembar observasi terdiri dari 13 pernyataan yang disusun berdasarkan indikator. Kisi-kisi posttest
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kisi-kisi Posttest
Standar
Kompetensi
Memahami
hubungan garis
dengan garis,
garis dengan
sudut, sudut
dengan sudut,
serta
menentukan
ukurannya
Indikator
Kompetensi
Dasar
Menentukan
hubungan antara
dua garis, serta
besar dan jenis
sudut.
No.
Soal
1. Menyebutkan kedudukan dua garis
(sejajar, berhimpit, berpotongan,
bersilangan).
2. Mengenal satuan sudut yang sering
digunakan.
3. Mengukur besar sudut.
3, 5
4. Menyebutkan jenis-jenis sudut.
3, 4
Memahami sifat- 5. Menyebutkan sifat sudut jika dua garis
sejajar dipotong oleh garis ketiga (garis
sifat sudut yang
lain)
terbentuk jika dua
garis berpotongan 6. Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis
untuk menyelesaikan soal
atau dua garis
sejajar
berpotongan
dengan garis lain.
6
1,2
7,9
8,10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal sebelum diberi perlakuan
1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest
Analisis hasil belajar awal menggunakan data ulangan harian materi himpunan
(pretest). Hasil analisis deskriptif pretest dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Deskripsi Statistika Nilai Pretest
Eksperimen
Kontrol
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
30
30
7.5
23.0
95.0
75.0
44.983
47.800
19.0347
14.0894
30
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa rata-rata nilai pretest kelas kontrol yaitu 47,80 lebih
tinggi dibandingkan kelas eksperimen yaitu 44,983. Selain itu, nilai minimum kelas
kontrol yaitu 23 juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 7,5. Namun demikian,
nilai maksimum kelas kontrol yaitu 75 lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yang
dapat mencapai 95. Pengkategorian nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kategori Nilai Pretest
Eksperimen
No
Interval
Kontrol
Kategori
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
1
66,67 – 100
Tinggi
4
6,67
4
6,67
2
33,32 – 66,66
Sedang
21
35
21
35
3
0 – 33,31
Rendah
5
8,33
5
8,33
Berdasarkan tiga pengkategorian pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masuk dalam kategori sedang dengan
jumlah yang sama yaitu 21 siswa (35%). Adapun yang masuk kategori tinggi dan rendah
berjumlah sama untuk masing-masing kategori. Siswa yang masuk kategori tinggi untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol 4 siswa (6,67%), sedangkan siswa yang masuk
kategori rendah untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol 5 siswa (8,33%).
2. Uji Nomalitas Nilai Pretest
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Uji ini untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
keduanya menghasilkan nilai signifikansi 0,184
0,05 dan 0,118
0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4. Uji Normalitas Nilai Pretest
Kolmogorov-Smirnova
Kelas
Nilai
Statistic
df
Sig.
Eksperimen
.133
30
.184
Kontrol
.143
30
.118
a. Lilliefors Significance Correction
3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
yang variansinya sama atau tidak. Uji homogenitas menggunakan metode Levene’s dan
hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan perhitungan uji beda rerata
Tabel 5 diperoleh hasil taraf signifikansi uji homogenitas kemampuan awal kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,440 > 0,05 yang berarti dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok tersebut memiliki variansi yang sama atau bersifat homogen.
Tabel 5. Hasil Uji Independent Sampel t-test Nilai Pretest
Levene's Test for
Equality of
Variances
F
Nilai Equal
variances
assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
.605
T
.440
Equal
variances
not
assumed
95% Confidence
Interval of the
Sig.
Mean Std. Error
Difference
(2- Differenc Differenc
tailed)
e
e
Lower Upper
df
-.651
58
.517
-2.817
4.324 -11.471
5.838
-.651
53.441
.518
-2.817
4.324 -11.487
5.854
Adapun hasil uji independent sampel t-test dapat dilihat pada Tabel 6. Uji ini
menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,517 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan
nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa antara siswa yang berada di kelas eksperimen maupun siswa yang berada di kelas
kontrol memiliki kemampuan awal yang seimbang.
B. Kondisi Akhir Setelah diberi perlakuan
1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest
Hasil posttest ini dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir dari kedua kelas yang
diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Adapun hasil analisis deskriptif untuk
kondisi akhir siswa dapat dilihat dalam Tabel 7.
Tabel 6. Hasil Deskripsi Statistika Nilai Posttest
Eksperimen
Kontrol
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
30
30
44
30
100
88
77.30
63.23
16.549
18.275
30
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh hasil bahwa nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar
deviasi di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas control. Hal ini bermakna bahwa
nilai hasil belajar matematika pada kelas eksperimen meningkat setelah diberi perlakuan.
Terlihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen yaitu 77,30 dan nilai rerata kelas
kontrol yaitu 63,23. Nilai minimum kelas eksperimen yaitu 44 dan nilai minimum kelas
kontrol yaitu 30. Untuk nilai maksimum kelas eksperimen yaitu 100 dan nilai maksimum
kelas kontrol yaitu 88. Pengkategorian kemampuan awal hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7.
No
Tabel 7. Kategori Nilai Posttest
Eksperimen
Interval
Kontrol
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
1
66,67 – 100
23
38,33
16
26,67
2
33,32 – 66,66
7
11,67
13
21,67
3
0 – 33,31
0
0
1
1,67
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol masuk dalam kategori tinggi dengan jumlah siswa
berselisih 7 yaitu 23 siswa atau 38,33% dan 16 siswa (26,67%). Adapun yang masuk
kategori sedang untuk kelas eksperimen 7 siswa atau 11,67% dan kelas kontrol 13 siswa
(21,67%), sedangkan siswa yang masuk kategori rendah untuk kelas eksperimen tidak
ada satupun siswa atau 0% dan untuk kelas kontrol terdapat 1 siswa (1,67%).
2. Uji Normalitas Nilai Posttest
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji normalitas dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Uji Normalitas Nilai Posttest
Kolmogorov-Smirnova
Kelas
Nilai
Statistic
df
Sig.
Eksperimen
.085
30
.200*
Kontrol
.144
30
.112
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika pada tabel di atas
diperoleh nilai signifikansi uji normalitas untuk kelas eksperimen sama atau lebih dari
0,200 > 0,05 dan untuk kelas kontrol sebesar 0112 > 0,05 artinya hasil belajar
matematika dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Posttest
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang variansinya sama atau tidak. Uji homogenitas menggunakan metode
Levene’s dan hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan perhitungan
uji beda rerata Tabel 9 diperoleh hasil taraf signifikansi uji homogenitas kemampuan
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,466 > 0,05 yang berarti dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki variansi yang sama atau bersifat
homogen.
Tabel 9. Hasil Uji Independent Sampel t-test Nilai Posttest
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F
Nilai Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Sig.
t
.539 .466 3.125
Sig.
(2Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference Lower Upper
df
58
.003
14.067
4.501 5.056 23.077
3.125 57.438
.003
14.067
4.501 5.054 23.079
Adapun hasil uji independent sampel t-test dapat dilihat pada Tabel 9. Uji ini
menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan nilai
rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
C. Pembahasan
Hasil independent sampel t-test menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,003 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai rerata kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Artinya ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R terhadap hasil
belajar matematika bagi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rerata kelas eksperimen sebesar 77,30 dan nilai rerata kelas kontrol sebesar 66,23.
Tampaklah bahwa nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas
kontrol.
Faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional karena proses yang terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe SQ3R. Siswa
dapat bekerjasama, saling termotivasi, bertukar pikiran dalam melakukan proses
pembelajaran di dalam kelas khususnya dengan menggunakan langkah-langkah belajar pada
model pembelajaran kooperatif tiep SQ3R. Selain itu, tahap-tahap pembelajaran yang
dilaksanakan lebih efektif karena model ini mendorong siswa untuk lebih memahami apa
yang dibacanya, terarah pada inti yang ada dalam bacaan, hal ini sesuai dengan teori
Sudrajat (2010), model ini memiliki keunggulan yaitu tingkat pemahaman yang akan
diperoleh dapat lebih mendalam karena membaca dengan aktif dengan demikian, proses
membaca cepat yang dilakukan lebih efisien dan efektif.
Pada awal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R, siswa belum terbiasa
dan belum mempunyai pengalaman dengan pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R,
sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi kelas agak ribut, sebagian besar tugas
kelompok dikerjakan secara individu oleh anggota kelompok yang paling pintar dan
sebagian besar siswa kurang berani mengemukakan gagasan atau menjawab pertanyaan dari
guru. Demikian halnya dengan penelitian Pujawan (2005), ketika awal pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe SQ3R diterapkan, suasana kelas agak ribut dan kurangnya
motivasi siswa untuk belajar, hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang tidak
mengerjakan tugas yang terdapat dalam lembar kerja siswa (LKS) dan dalam diskusi atau
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, hanya beberapa siswa yang mau
mengemukakan pendapat atau menjawab. Hal ini disebabkan oleh kurang berani atau
kurangnya rasa percaya diri siswa. Melihat masalah tersebut, guru memberikan arahan
kembali kepada siswa bagaimana seharusnya mereka dalam mengikuti pembelajaran.
Kemudian, dengan berbagai strategi guru berusaha membangkitkan kesadaran dan motivasi
siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan dalam hal ini guru memberikan perhatian
lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan lembar kerja siswa
(LKS). Serta mendorong siswa yang berkemampuan kurang untuk berpartisipasi aktif dalam
diskusi, dengan memberikan kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu, misalnya
dengan menunjuk siswa sehingga interaksi siswa tidak hanya terbatas pada siswa yang
berkemampuan tinggi.
Kelemahan model pembeajaran kooperatif tipe SQ3R yang ditemukan saat menerapkan
model pembeajaran kooperatif tipe SQ3R di SMP Negeri 2 Tuntang kabupaten Semarang
yaitu bahwa metode ini membutuhkan waktu yang relatif lama dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu guru harus menggunakan waktu seefisien mungkin dalam menerapkan metode ini.
Hal ini sesuai yang di katakan oleh Muhibbinsyah dalam Syamsiah, dkk (2012), bahwa
kekurangan model pembeajaran kooperatif tipe SQ3R yaitu materi yang disajikan hanya
berupa materi bacaan dan kurang efesien untuk kelas yang jumlah siswanya terlalu banyak.
Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R yang masih tergolong baru bagi siswa
di SMP Negeri 2 Tuntang kabupaten Semarang, sehingga dalam pelaksanaannya model
pembelajaran kooperatif tipe SQ3R ini membutuhkan adaptasi tersendiri bagi siswa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe SQ3R menunjukkan bahwa, siswa sudah mulai terbiasa dalam mengikuti
pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R, Ini terlihat dari keantusiasan siswa setelah
diberikan tugas yang tertuang ke dalam lembar kerja siswa (LKS), kemudian siswa langsung
mengerjakannya sesuai dengan petunjuk tanpa menunggu perintah. Selain itu, model
pembelajaran kooperatif tipe SQ3R ini dapat melatih siwa bekerja dalam kelompok, siswa
berani dan tidak ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya, melatih siswa untuk
berbicara di depan kelas, melatih siswa belajar menghargai pendapat teman lain.
SIMPULAN
Hasil nilai signifikansi uji beda rerata sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti terdapat
perbedaan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dan rata-rata hasil
belajar matematika kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 77,30 dibandingkan kelas kontrol
hanya 66,23. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe SQ3R terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini berarti hasil belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih baik dibandingkan hasil
belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode
Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Repersentasi Dan Pemecahan
Masaah Matematis Siswa SMP. Jurnal penelitian pendidikan. Vol. 13 No. 2, Oktober
2012.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.
Pratama, Rizki, dkk. 2012. Pengaruh metode SQ3R terhadap Hasil Belajar dan Minat
Membaca di MAN 1 PONTIANAK. Jurnal Penddidikan Kimia FKIP Untan
Pujawan, I Gusti Ngurah. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
SQ3R dalam meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No 5 tahun XXXVIII, Juli
20115.
Rahayu, dkk. 2014. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok. Jurnal
Graha Pendidikan Matematika. Vol. 2, No. 2, Mei 2014: halaman 48-61. Salatiga:
UKSW.
Rahayu, Nurhayati. 2007. Matematika itu Gampang. Jakarta: Transmedia Pustaka
Riadi.
2013.
Strategi
Belajar
SQ3R.
Diakses
melalui:
http://www.kajianpustaka.com/2013/04/strategi-belajar-sq3r.html Diakses Tanggal 6
Juni 2013 Pukul 21.20
Septiana, dkk. 2014. Perbedaan Prestasi Beajar Matematika Diantara Siswa yang diajar
Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dengan Model Pembelajaran Konvensional. Jurnal Graha Pendidikan
Matematika. Vol. 2 No. 2, Mei 2014: halaman 62-82. Salatiga: UKSW.
Sudrajat A. 2010. Perbedaan antara Pendekatan, Metode, Strategi, Model dan Tekhnik
dalam Pembelajaran. http://www.psb psma.org/conten/pengertian-pendekatan- strategimetode-teknik-taktik-dan-model- pembelajaran.pdf. Diakses tanggal 19 April 2016
Pukul 16.37
Suharjati dkk. 2013. Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, and Review
(SQ3R) Pada Pembelajaran Matematika SMK Kartika 1-2 Padang. Jurnal Pendidikan
Matematika Universitas Bung hatta
Suhendra. 2007. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
IMSTEP UPI.
Sunardi. 2013. Pengembangan Karakter Teliti, Konsisten dan Kreatif pada Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education
Berbasis Lesson Study. FKIP Universitas jember.
Syamsiah, dkk. 2012. Penerapan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and
Review) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar BiologiSiswa Kelas VIIIA
SMP negeri 1 Lamuru Kabupaten Bone. Makasar. Jurnal Sainsmat. Vol. 1 No. 1, Maret
2012: halaman 100-108. Makasar: Universitas Negeri Makasar
Whardani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS untuk
Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matemtika. Yogyakarta: Depdiknas
Wijaya, Ratih Ayu, dkk. 2015. Penerapan Metode Survey Question Read Recite Review
SQ3R dalam pembelajaran IPA di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika IKIP Universitas
Jember. vol. 4 No 1, Juni 2015: halaman 87-92.
Download