ANALISIS PENDAPATAN PARA MIGRAN SEKTOR INFORMAL UNTUK BERTAHAN HIDUP (Studi Kasus Pedagang Berstatus Migran di Kota Malang) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: CITRA RAHMADHANIA 0910213032 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 ANALISIS PENDAPATAN PARA MIGRAN SEKTOR INFORMAL UNTUK BERTAHAN HIDUP (Studi Kasus Pedagang Berstatus Migran di Kota Malang) Citra Rahmadhania Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected] ABSTRAK Kegiatan ekonomi di sektor informal semakin berkembang seiring dengan bertambahnya angka pengangguran khususnya di perkotaan, keberadaan sektor informal disatu sisi dibutuhkan masyarakat terutama di kalangan ekonomi menengah kebawah, tetapi di sisi lain kurang mendapatkan perhatian dan perlindungan dari pemerintah, padahal sektor ini identik dengan sektor usaha yang padat karya yang mampu menyerap banyak pengangguran dan sektor ini juga mampu memberikan pendapatan yang cukup tinggi untuk mengurangi tingkat kemiskinan diperkotaan. Di Kota Malang kegiatan informal yang dilakukan oleh para migran lebih banyak dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakterisik para migran pekerja sektor informal dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan migran sektor informal di Kota Malang. Dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara langsung kepada 100 responden migran yang berprofesi sebagai pedagang informal. Karakteristik yang ditemukan mengenai pekerja informal di Kota Malang adalah didominasi pekerja informal migran dengan status sudah menikah dengan tingkat umur yang produktif. Sistem kerjanya sebagian besar identik dengan waktu kerja yang panjang, ketidakamanan dalam menjalankan usaha informal terkait pengusiran oleh pihak pemerintah maupun keberadaan preman dan pungutan liar, sistem pengupahan yang mereka terima umumnya harian, serta sektor ini ternyata mampu memberikan pendapatan diatas tingkat UMR. Dari model ekonometrika yang digunakan yakni Regresi Logistik, ditemukan faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan pekerja informal migran Kota Malang adalah tingkat umur, pendidikan, status perkawinan, daerah asal, sistem pengupahan, status pekerjaan, dan jenis dagangan. Kata kunci: Pendapatan, Sektor Informal, Migran A. LATAR BELAKANG Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit ditarik dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi perkembangan industri di daerah perkotaan. Proses tersebut dianggap menguntungkan secara sosial karena sumberdaya manusia berpindah dari tempat yang produk marjinal sosial (social marginal product)nya rendah ke tempat yang produk marjinal sosialnya tinggi, dan bertumbuh secara cepat akibat adanya akumulasi kapital dan kemajuan teknologi (Todaro, 1998). Kenyataan yang terjadi di negara berkembang kini bertolak belakang dengan pandangan tersebut. Todaro (1998), mengungkapkan bahwa tingkat migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, selalu lebih besar daripada tingkat penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan. Relatif 1 rendahnya kemampuan kota untuk menyerap pertambahan angkatan kerja di sektor formal, karena pengusaha sektor formal, dalam upayanya meraih keuntungan sebesar- besarnya, cenderung menginvestasikan kembali keuntungan yang diperolehnya untuk membeli alat-alat produksi atau mesin -mesin canggih (padat modal), yang sangat hemat tenaga kerja, untuk meningkatkan produktivitas usahanya. Sektor informal kawasan perkotaan dapat juga dilihat sebagai suatu bagian dari mekanisme ekonomi modern, sebagai tempat terciptanya kegiatan ekonomi “baru”, yang sebelumnya terlewatkan. Menurut Koyano (1996), orang-orang yang beralih ke sektor informal tidak banyak yang mengalami pengangguran, karena kesempatan memperoleh pekerjaan di sektor informal sangat banyak, umumnya didasarkan pada hubungan sosial di antara migran. Hubungan sosial memegang peranan penting dalam mengatasi penghidupan di kota, yang mencipt akan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadikan sektor informal berkembang sangat cepat di kota, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Karena kesempatan berusaha untuk memperoleh penghasilan tidak terbatas oleh jumlah jenis pekerjaan. Mengingat bahwa sebagian besar migran terserap dan bergantung pada sektor informal, maka sangat penting untuk mengetahui hal-hal apa yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan migran. Selanjutnya dengan mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran pada sektor informal tersebut. Pembangunan Ekonomi yang berasaskan kerakyatan harus memiliki keberpihakan pada rakyat golongan lemah. Ekonomi Kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, pembanguan ekonomi dalam rangka menyejahterahkan kehidupan rakyat harus dapat dirasakan oleh semua pihak utamanya bagi kaum ekonomi lemah yang sejatinya sangat membutuhkan dukungan pemerintah untuk keberlangsungan kehidupan ekonominya, sektor informal tergolong dalam sektor ekonomi yang lemah, oleh karena itu pembangunan ekonomi berasaskan kerakyatan sangat penting diupayakan agar tercipta sistem ekonomi yang mampu menyejahterakan rakyat yang bekerja di sektor ekonomi yang lemah yakni sektor informal (Baswir, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh karakteristik individu tenaga kerja seperti umur, tingkat pendidikan, daerah asal, status perkawinan, sistem pengupahan, status pekerjaan, dan jenis dagangan terhadap tingkat pendapatan migran pada sektor informal di Kota Malang dan mengetahui pengaruh paling dominan di antara faktor umur, tingkat pendidikan, daerah asal, status perkawinan, sistem pengupahan, status pekerjaan, dan jenis dagangan terhadap tingkat pendapatan migran pada sektor informal serta pengaruh terhadap jam kerja migran pada sektor informal di Kota Malang. B. TINJAUAN PUSTAKA TEORI MIGRASI Teori Migrasi oleh Everett S. Lee Menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000), volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah-daerah di wilayah tersebut. Di daerah asal dan di daerah tujuan, menurut lee, terdapat faktor-faktor yang disebut sebagai : a. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila bertempat tinggal di tempat tersebut. b. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan bila tinggal di tempat tersebut sehingga seseorang merasa perlu untuk pindah ke tempat lain. c. Faktor netral (0) yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang individu untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ke tempat lain. Selain ketiga faktor diatas terdapat faktor rintangan antara. Rintangan Antara adalah hal-hal yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya arus mobilitas penduduk. Rintangan Antara dapat berupa: ongkos pindah, topografi wilayah asal dengan daerah tujuan atau sarana transportasi. Faktor yang tidak kalah penting yang mempengaruhi mobilitas penduduk adalah 2 faktor individu. Karena faktor individu pula yang dapat menilai positif atau negatifkah suatu daerah dan memutuskan untuk pindah atau bertahan di tempat asal. Jadi menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000) arus migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : a. b. Faktor individu. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, seperti : keterbatasan kepemilikan lahan, upah di desa rendah, waktu luang (Time lag) antara masa tanam dan masa panen, sempitnya lapangan pekerjaan di desa, terbatasnya jenis pekerjaan di desa. c. Faktor di daerah tujuan, seperti : tingkat upah yang tinggi, luasnya lapangan pekerjaan yang beraneka ragam d. opografi desa ke kota dan jarak desa kota. Model Migrasi 2.2.1 Human Capital Approach Model Human Capital pada prinsipnya didasarkan atas teori pembuatan keputusan individu, dengan menekankan aspek investasi dalam rangka peningkatan produktivitas manusia. Dalam model tersebut keputusan individu ditentukan oleh usaha mencari kesempatan kerja yang lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Migrasi dianggap sebagai bentuk investasi individu yang keputusannya ditentukan dengan memperhitungkan biaya dan manfaat. Teori ini semula dikembangkan oleh Todaro dan dikenal sebagai model Todaro(Susilowati, 1998). 2.2.2 Place Utility Model Individu dipandang merupakan makhluk rasional yang mampu memilih alternatif terbaik dengan membandingkan tempat tinggal yang ada dengan yang diharapkan berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Kalau tempat tinggal yang sekarang kurang menguntungkan maka individu berniat untuk mencari tempat tinggal yang baru dengan melakukan migrasi. Proses migrasi dinyatakan melalui dua tahap. Tahap pertama individu mengalami ketidakpuasan atau stress dan tahap kedua individu mengevaluasi utilitas tempat untuk melakukan pindah. Oleh karenanya teori migrasi ini disebut juga sebagai stress-threshold model. Faktor-faktor struktural seperti karakteristik sosio demografi, karakteristik daerah asal dan tempat tujuan serta ikatan sosial dipandang mempengaruhi kepuasan terhadap tempat tinggal seseorang dan berpengaruh terhadap niat bermigrasi (Speare, 1975). Gambar 2.4: Hubungan Antara Kebutuhan dan Pola Mobilitas Penduduk Kebutuhan dan Aspirasi Tidak Terpenuhi Terpenuhi Dalam Batas Toleransi Di Luar Batas Toleransi Tidak Pindah Pindah Tidak Pindah Mobilitas Non Permanen Ulang-alik (Commuters) Menginap/Mondok Sumber: Mantra (2000) 3 2.2.3 Contextual Analysis Analisis konteksual menekankan pada pengaruh faktor latar belakang struktural. Faktor struktural tersebut bisa berupa situasi eksternal makro atau faktor kemasyarakatan, seperti misalnya karakteristik daerah asal dan tujuan, tingkat upah, pemilikan tanah dan sistem pemilikannya, ikatan keluarga dan aksesibilitas terhadap fasilitas publik dan pelayanan dan sebagainya. Niat migrasi dalam konteks ini dipandang sebagai hasil proses ekologis. Pentingnya analisis konteksual ini dapat dibaca pada studi yang dilakukan oleh Hugo (1977). 2.2.4 Value Expectancy Model Value expectancy model menekankan pada teori psikologi, dimana fokus utama adalah mempelajari hubungan antara nilai, persepsi dan sikap individu dengan niat bermigrasi. Niat bermigrasi dipengaruhi harapan untuk memperoleh kekayaan, status, kemandirian dan moralitas. Secara empiris karakteristik demografi keluarga, individu dan perbedaan kesempatan kerja antar daerah berpengaruh terhadap niat bermigrasi. Pola Migrasi Desa - Kota Di negara-negara yang sedang berkembang, pola migrasi yang terjadi menunjukkan suatu pengutuban (polarisasi), yaitu pemusatan arus migrasi ke wilayah- wilayah tertentu saja, khususnya kota-kota besar (Firman, 1994). Hal yang sama juga dijelaskan bahwa pola migrasi desa-kota di negara berkembang (termasuk di Indonesia) menunjukkan adanya konsentrasi pendatang yang tinggi di kota-kota besar seperti misalnya Jakarta, yaitu kota-kota yang relatif mempunyai sektor modern yang besar dan dinamis. Sedangkan kota-kota kecil lainnya yang kurang dinamis seringkali menunjukkan tingkat migrasi netto (selisih migrasi keluar dengan migrasi masuk) yang rendah. Dengan demikian bahwa migrasi desa-kota tidak hanya disebabkan oleh faktor dorongan di desa, tetapi juga oleh faktor daya tarik di kota. Berkenaan dengan hal tersebut, perpindahan (mobilitas) tenaga kerja desa-kota tidak selalu berpola pada pergerakan tenaga kerja dari daerah kecil (kecamatan/kabupaten) ke daerah besar (kota propinsi/ibu kota). Pola daerah tujuan tenaga kerja tersebut menurut (Mantra, 2000) mempunyai empat kategori, yaitu: urban town, small city, medium-sized city dan big city. Keputusan Bermigrasi. Sedangkan Todaro (2003) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi sangat beragam dan rumit. Lebih jelasnya menurut Todaro (2003), keputusan seseorang untuk melakukan migrasi selain dipengaruhi oleh faktor ekonomi juga dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para imigran itu sendiri untuk melepaskan diri dari kendala-kendala tradisional yang sebelumnya mengungkung mereka. 2. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan. 3. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan. 4. Faktor-fakor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan “keluarga besar” sesampainya di perkotaan dan daya tarik “lampu kota yang terang benderang”. 5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif analitis (analytical descriptive approach) secara kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif (descriptive research) merupakan jenis penelitian dengan cara membuat deskripsi permasalahan yang telah diidentifikasi. Penelitian deskriptif berusaha untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu dan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu (Singarimbun, 1982:4). Penelitian deskriptif bermaksud untuk membuat pecandraan (deskripsi) secara sistematis mengenai situasi-situasi atau kejadian- 4 kejadian. Sedangkan metode analisis penelitian deskripsi kuantitatif merupakan penelitian yang memberikan identifikasi dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus untuk menguji pemecahan masalah, dengan fokus data penelitian berupa hubungan antara variabel usia, tingkat pendidikan, daerah asal, status perkawinan, dan system pengupahan terhadap pendapatan migran pada sektor informal di Kota Malang. Analisis data diperoleh melalui pengolahan statistik dengan perhitungan. Populasi dan Sample Data yang digunakan dalam penelitian (bahan penelitian) dapat berupa populasi (universe) atau sampel. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja sektor informal yang berada di Kota Malang dan memiliki status migran. Sample Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (M. Iqbal, 2002 ). Berdasarkan Data Sektor Informal (2011) yang diterbitkan oleh BPS Jatim menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor informal pada tingkat umur 15-69 adalah sejumlah 13.262.390 jiwa. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin sebagai berikutadalah sebagai berikut: n= dimana keterangannya adalah: 1 = Konstanta n = Ukuran Sample N = Ukuran Populasi e² = Kelonggaran tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir (10%) Sehingga jumlah sampel untuk meneliti tingkat pendapatan migran pada sektor informal adalah: n= = 99,99 = 100 orang Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1996:99). Variabel pada penelitian terdiri dari variabel dependen atau terikat (Y) dan variabel independen atau bebas (X). Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas, variabel dependen sering pula disebut juga variabel akibat, variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan para migran dinyatakan dengan variabel (Y) Variabel bebas Variabel bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Karena sifatnya yang mempengaruhi variabel lain maka variabel bebas disebut juga variabel penyebab dan dinyatakan dengan variabel (X). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Umur (X1), Tingkat Pendidikan (X2),Daerah Asal (X3), Status Perkawinan (X4), Sistem Pengupahan (X5), Status Pekerjaan (X6), dan Jenis Dagangan (X7). 5 D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Analisis deskriptif bertujuan menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan serta menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian atau karakteristik masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Karakteristik masing-masing variabel penelitian secara deskriptif digambarkan berdasarkan kondisi responden. Berdasarkan data dari 100 responden migran yang melakukan usaha berdagang, melalui daftar pertanyaan di dapat kondisi responden tentang pendapatan perhari, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah asal, status pekerjaan,sistem pengupahan, jenis dagangan. Gambaran umum dari responden sebagai obyek penelitian tersebut satu per satu dapat diuraikan dalam karakteristik migran pekerja sektor informal Kota Malang. Secara deskriptif karakteristik migran pekerja sektor informal di Kota Malang disajikan dalam gambaran umum responden berdasarkan masing-masing faktor. 4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur Umur seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang secara fisik, yang memungkinkan menjadi pertimbangan dalam pasar tenaga kerja dan kemampuannya melakukan kegiatan ekonomi. Di sektor informal, kemampuan fisik seseorang untuk bekerja menjadi hal yang sangat penting, umur bukanlah menjadi ukuran kemampuan seseorang untuk bekerja, selama kondisi fisik yang masih kuat maka orang tersebut dapat bekerja di sektor informal. Tidak ada batasan umur untuk masuk dalam kegiatan usaha informal, karena sektor ini mengutamakan keterampilan dan kemampuan fisik yang baik untuk bekerja. Gambaran umum tingkat umur responden disajikan dalam Gambar 4.3 berikut: Gambar 4.3: Krakteristik Responden Berdasarkan Umur Keterangan: Mean Max Min = 41.33 = 66 = 18 Sumber: Data Primer 2012, diolah Umur pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah antara 18-66 tahun. Rata-rata umur pekerja yang diambil sebagai responden pada pedagang informal yang berstatus migran adalah 41 tahun, dengan umur responden terendah 18 tahun dan umur responden tertua adalah 66 tahun. Responden terbanyak masuk dalam kelompok umur 41-50 tahun yakni sebesar 27%. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa kelompok umur pekerja, didominasi oleh kelompok umur yang relatif produktif, kondisi fisik yang baik turut mendukung seseorang untuk masuk dalam kegiatan usaha informal. Seseorang yang memiliki umur yang lebih tua umumnya memiliki pengalaman kerja yang relatif lebih banyak, kemampuan mereka juga berkembang seiring bertambahnya usia dan pengalaman mereka. 4.2.2 Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan juga dapat mencerminkan kondisi pengeluaran rumah tangga bagi migran pekerja informal, migran yang belum menikah, cenderung bekerja untuk dirinya sendiri ataupun membantu orangtuannya, sedangkan pekerja migran yang sudah menikah umumnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan membantu pendapatan keluarga 6 yang dirasa belum cukup. Laki-laki lebih mudah melakukan mobilitas dibandingkan perempuan. Perempuan menikah akan terikat dengan keluarganya, sehingga tidak mudah melakukan mobilitas. Status pernikahan laki-laki cenderung tidak menjadi faktor penghambat dalam melakukan mobilitas. Gambaran umum status perkawinan para migran pekerja informal Kota Malang disajikan sebagai berikut: Gambar 4.4: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan 67% Persentase 80 60 33% 40 20 0 Belum Menikah/Single Sudah Menikah Status Perkawinan Sumber: Data Primer 2012, diolah Berdasarkan Gambar 4.4, Para Migran Pekerja Informal Kota Malang 33% berstatus belum menikah dan pernah menikah tetapi mengalami kegagalan, dan sisanya sebanyak 67% pedagang berstatus sudah menikah, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang berjualan untuk menunjang kebutuhan ekonomi rumah tangga dengan menambah pendapatan keluarga melalui sektor informal ini. 4.2.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan sarana untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan kerja yang dapat mempunyai dampak terhadap kemampuan dalam melakukan sebuah pekerjaan. Gambaran umum tingkat pendidikan para migran sekor informal Kota Malang disajikan dalam Gambar 4.5 berikut: Jumlah Gambar 4.5: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 300 250 200 150 100 50 0 42 39 9 3 6 1 Keterangan: Mean = 9.22 Median = 9 Maximum = 17 Minimim = 0 Jenjang Pendidikan Sumber: Data Primer 2012, diolah 7 Pendidikan formal identik sebagai ukuran kemampuan seseorang melakukan pekerjaan serta kemampuan bersaing untuk masuk ke dalam pasar kerja. Namun dalam kegiatan informal, keterampilan cenderung sebagai ukuran seseorang dalam melakukan usaha di sektor informal. Berdasarkan data diatas, para migran pekrja sektor informal Kota Malang dilihat dari segi pendidikan formal, tang tidak sekolah dan tidak menamatkan SD sebanyak 9 orang, menamatkan pendidikan SD sebanyak 39 orang, SMP sebanyak 3 orang, SMA sebanyak 42 orang, Diploma sebanyak 6 orang, dan sisanya Sarjana sebanyak 1 orang. Ratarata lama pekerja menjalani pendidikan formal selama 9,22 tahun (9 tahun) yakni setara dengan tingkat SMP, responden yang memiliki pendidikan lulusan SMA mengaku mengalami persaingan yang ketat untuk masuk ke dalam sektor formal yang umumnya mensyaratkan pendidikan yang lebih tinggi, sehingga karena tingginya persaingan di pasar kerja formal, mereka cenderung memilih usaha informal sebagai lapangan pekerjaannya. Pendidikan secara umum belum mampu mencerminkan produktivitas dalam sektor informal, hal ini disebabkan karena pendidikan formal belum tentu diimbangi oleh sikap mental yang mau bekerja keras, terus berusaha mengembangkan diri serta kemampuan berinteraksi yang baik. Sehingga tidak jarang dalam kegiatan informal ditemukan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan formal yang rendah mampu memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding pekerja yang memiliki pendidikan formal yang jauh lebih tinggi, ataupun fenomena seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang sama memiliki tingkat produktivitas yang berbeda. 4.2.4 Responden Berdasarkan Daerah Asal Daerah asal merupakan tempat tinggal asli seorang pekerja, bagi para migran pekerja sektor informal daerah asal diduga dapat mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi di Kota Malang, baik untuk berkomunikasi antar pedagang dan pembeli maupun dalam pemilihan lokasi usaha informal. Gambaran umum pekerja migran sektor informal di Kota Malang berdasarkan asal daerah disajikan dalam Gambar 4.6 berikut: Gambar 4.6: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal Migran Dekat Migran Jauh Sumber: Data Primer 2012, diolah Berdasarkan Gambar 4.6, pekerja migran sektor informal Kota Malang sebesar 59% berasal dari migran jauh, yang dimana migran tersebut berasal dari luar Kota Malang dan sisanya sebanyak 41% migran dekat, yang dimana migran tersebut berasal dari Kabupaten Malang. Daerah asal, sebenarnya bukan merupakan satu-satunya faktor yang mungkin mempengaruhi kemampuan beradaptasi serta berkomunikasi, faktor keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi/bergaul, merupakan faktor yang mungkin lebih dapat mempengaruhi kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan walaupun bukan berasal dari Kota Malang. Para migran diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi seiring berjalannya waktu, sehingga belum tentu migran jauh pasti mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan berkomunikasi. 4.2.5 Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Sektor Informal Status Pekerjaan berkaitan dengan tingkat kefokusan dalam menjalankan sebuah kegiatan ekonomi, ada tidaknya pekerjaan lain yang juga dilakukan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan mereka terima. Gambaran umum pekerja migran sektor 8 informal di Kota Malang bedasarkan status pekerjaaan nya di sektor informal disajikan dalam Gambar 4.7 berikut: Gambar 4.7: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan 100 Jumlah 57% 43% 0 Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Status Pekerjaan Sumber: Data Primer 2012, diolah Berdasarkan Gambar 4.7, Para Migran Pekerja Informal Kota Malang 57% menjadikan usaha berdagang sebagai pekerjaan utama dalam memenuhi kebutuhan seharihari, sedangkan 43%nya menjadikan berdagang sebagai pekerjaan sampingan dan umumnya mereka memiliki pekerjaan utama lain yang bukan berjualan. Seseorang yang memiliki kefokusan terhadap suatu pekerjaan cenderung memiliki produktivitas kerja yang lebih tinggi, responden yang menjadikan kegiatan berdagang sebagai usaha sampingannya, cenderung memiliki pekerjaan lain yang seperti bekerja sebagai buruh pabrik rokok, bekerja di konveksi pakaian, yang cenderung tidak menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk bekerja, sehingga sisa waktu luang yang masih ada sebelum atau setelah bekerja, mereka menggunakannya untuk berjualan. 4.2.6 Responden Berdasarkan Sistem Pengupahan Kerja Sistem pengupahan mencerminkan pola pemberian upah yang diterima/pendapatan, bagi pekerja yang akan berdampak terhadap pola konsumsi dan pola penambahan modal bagi pemilik usaha informal. Gambaran Umum Pekerja Migran Sektor Informal di Kota Malang berdasarkan sistem pengupahan yang mereka terima saat berjualan, disajikan dalam Gambar 4.8 berikut: Gambar 4.8: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sistem Pengupahan 78% 80 60 40 22% 20 0 Bukan Bulanan Bulanan Sumber: Data Primer 2012, diolah Berdasarkan Gambar 4.8 responden para migran sektor informal Kota Malang 78% sistem pengupahannya adalah bukan bulanan sedangkan 22% nya menggunakan sistem pengupahan bulanan, untuk sistem pengupahan harian cenderung didominasi oleh pekerja 9 dengan usaha milik sendiri dan pekerja lepas dengan usaha milik orang lain, sedangkan upah bulanan cenderung diterima oleh pekerja informal yang tetap dengan usaha milik orang lain. Pekerja yang mendapatkan upah harian cenderung merupakan pekerja lepas yang belum tentu akan terus bekerja untuk hari-hari kedepannya, saat dibutuhkan mereka akan dipanggil untuk bekerja, selain itu upah yang mereka terima belum tentu tetap setiap harinya terkandang akan diperhitungkan dengan hasil penjualan dalam sehari, sehingga ketidakpastian pendapatan serta ketidakpastian kerja juga dirasakan pada jenis pekerjaan yang informal. 4.2.7 Responden Berdasarkan Jenis Dagangan Jenis dagangan mencerminkan jenis barang yang dijual kepada pembeli, setiap jenis barang yang dijual akan cenderung menunjukkan tingkat frekuensi pembeliannya oleh pembeli, untuk jenis barang makanan tingkat frekuensi pembelian cenderung lebih sering. Karena untuk jenis makanan itu sendiri juga relatif lebih banyak dikonsumsi karena merupakan kebutuhan primer. Gambaran Umum Pekerja Migran Sektor Informal di Kota Malang berdasarkan menurut jenis dagangannya disajikan dalam Gambar 4.9 berikut: Gambar 4.9: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Dagangan 36% 64% Non Makanan Makanan Sumber: Data Primer 2012, diolah Berdasarkan Gambar 4.8, Pekerja Migran Sektor Informal di Kota Malang 64%nya berjualan jenis dagangan makanan, sedangkan 36%nya mereka berjualan jenis non makanan, misalnya pakaian, asesoris, barang elektronik, dan lain-lain. Umumnya pedagang makanan memilih berjualan makanannya dengan memasak sendiri, karena dapat menghemat biaya serta secara tidak langsung mengembangkan hobbi yang dimilikinya. Selain itu jenis barang berupa makanan lebih mudah dijual dalam waktu singkat dibandingkan dengan jenis barang dagangan non makanan. 4.2.8 Responden berdasarkan Rata-Rata Tingkat Pendapatan per hari Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pendapatan merupakan jumlah penghasilan atau upah dari usaha berjualan selama satu hari dalam satuan rupiah. Dalam Tabel 4.5 akan disajikan mengenai distribusi responden menurut jumlah pendapatan/ hari. Tabel 4.5: Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan/hari Pendapatan (Rupiah) ≤ Rp 50.000 Rp 51.000 – Rp 100.000 Rp 101.000 – Rp 200.000 Rp 201.000 – Rp 300.000 ≥ Rp 301.000 Jumlah (Orang) 32 43 12 2 1 Presentase (Persen) 32 43 12 2 1 Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer 2012, diolah 10 Berdasarkan Tabel 4.5, dapat disimpulkan sebanyak 32% responden memiliki pendapatan per hari ≤ 50.000,sedangkan yang memiliki pendapatan antara Rp 51.000 – Rp 100.000 perhari adalah hasil terbanyak yakni sebanyak 43%, sedangkan yang berpendapatan antara Rp 101.000,00Rp 200.000,00 per hari 12%, dan antara Rp 201.000 – Rp 300.000 sebanyak 2%. Sisanya ≤ Rp 350.000 sebanyak 1%. dengan rata-rata pendapatan/ hari adalah Rp 58.310,00/hari. Penghasilan terendah yang didapat adalah sebesar Rp 25.000 sedangkan tertinggi adalah Rp. 350.000. Rata-rata pendapatan per hari adalah Rp 82.450/hari. 4.2.9 Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja per hari Alokasi waktu kerja merupakan jumlah waktu yang digunakan responden untuk melakukan kegiatan berdagang dalam sehari. Sektor informal identik dengan waktu kerja yang panjang, mereka bekerja lebih lama untuk mendapakan kemungkinan pendapatan yang lebih tinggi. Dalam Tabel 4.6 akan disajikan alokasi waktu kerja responden untuk melakukan kegiatan berjualan dalam sehari. Tabel 4.6: Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja per hari Alokasi Waktu Kerja (Jam) <6 6-8 9 - 11 ≥ 12 Jumlah Jumlah (Orang) 9 33 27 21 Presentase (Persen) 9 33 27 21 100 100 Mean 8,7 jam Minimum 3 jam Maximum 15 jam Sumber: Data Primer 2012, diolah Berdasarkan Tabel 4.6, jumlah jam kerja per hari, rata-rata jumlah jam kerja para pedagang adalah 8,7 jam per hari, hal ini menunjukkan bahwa jam kerja migran sektor informal berada di atas jam kerja normal, yaitu lebih dari 8 jam per hari. Responden terbanyak mengalokasikan waktu kerja antara 6-8 jam per hari sebanyak 33%, kemudian rentang waktu 9-11 jam sebanyak 27%. Pekerja paling sedikit bekerja dalam sehari sekitar 3 jam dan paling lama pedagang berjualan 15 jam dalam sehari. Umumnya pedagang bekerja mulai pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Waktu merupakan hal yang fleksibel dalam usaha informal, kefleksibelan waktu inilah yang merupakan salah satu daya tarik memasuki pasar kerja informal. 4.2.10 Responden berdasarkan Rata-rata Tingkat Produktivitas per hari Produktivitas merupakan jumlah pendapatan atau upah dari usaha berjualan dibagi dengan alokasi waktu yang digunakan berjualan dalam sehari sehingga satuan dari produktivitas adalah rupiah/ jam. Dalam Tabel 4.7 akan disajikan mengenai distribusi responden menurut tingkat produktivitasnya. Tabel 4.7: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Produktivitasnya Produktivitas (Pendapatan/Jam) ≤ Rp 5.000 Jumlah (Orang) 8 Presentase (Persen) 8 Rp 5.100 – Rp 15.000 81 81 Rp 15.100 – Rp 25.000 6 6 11 Rp 25.100 – Rp 30.000 3 3 Rp 30.100 – Rp 40.000 1 1 ≥ Rp 41.000 1 1 Jumlah 100 100 Mean Rp 10.030 Minimum Rp 3.333 Maximum Rp 41.667 Sumber: Data Primer 2012, diolah Uji Regresi Logistik Secara Parsial Uji secara parsial dilakukan dengan melihat nilai signifikansi dalam tabel Parameter Estimates, yang tujuannya digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ENTER dengan tingkat signifikansi sebesar 10%. Berikut ada tabel 4.8 yang menjelaskan signifikansi terhadap model yang dimaksudkan pada pendapatan dan model yang dimaksudkan untuk waktu kerja. Tabel 4.11: Uji Regresi Logistik Secara Parsial pada Model 1 dan Model 2 Model 1 Model 2 (pendapatan) (waktu kerja) Variabel Sig. Exp(B) Sig. Exp(B) Step 1a X1 .008 1.069 .005 1.078 X2(1) .023 6.403 .003 9.207 X3 .045 1.191 .018 1.207 X4(1) .025 .246 .046 .290 X5(1) .008 .081 .015 .146 X6(1) .004 .126 .001 .086 X7(1) .019 .212 .014 .202 Constant .757 1.584 .290 .223 Sumber: Data Primer 2012, diolah Tabel 4.11 menunjukkan variabel yang lolos uji parsial pada model 1 dengan tingkat signifikansi < 0,10 (10%) adalah variabel status perkawinan (0,023), variabel pendidikan (0,045), daerah asal (0,025) , dan jenis dagangan (0,19). Sedangkan pada model 2 dengan tingkat signifikansi yang sama yaitu < 0,10 (10%) adalah variabel pendidikan (0,018), daerah asal (0,046), dan sistem pengupahan (0,015). 4.3.1.5 Regresi logistik secara simultan (Omnibus tests of model coefficient) Pengujian secara simultan, dasar keputusannya adalah jika nilai signifikansinya <0.10 maka secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap produktivitas, pengujian melalui Omnibus tests of model coefficient dapat dilihat pada Tabel 4.12 adalah sebagai berikut: Tabel 4.12: Hasil Uji Omnibus Tests of Model Coefficient Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Model Y1 df Sig. 56.576 7 .000 Model Y2 46.503 Sumber: Data Primer 2012, diolah 7 .000 Pada Model Omnibus Test didapatkan selisih nilai -2 Log Likelihood yang digunakan untuk membandingkan model tanpa variabel bebas dengan model dengan mengikutsertakan variabel bebas. Nilai Chi-Square hitung yang didapatkan adalah sebesar 56,576 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai Chi-Square lebih besar dari Chi- 12 Square tabel (56,576>14,067) dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 5% (0,000<0,050). Sedangkan pada model Omnibus Test didapatkan selisih nilai -2 Log Likelihood yang digunakan untuk membandingkan model tanpa variabel bebas dengan model dengan mengikutsertakan variabel bebas. Nilai Chi-Square hitung yang didapatkan adalah sebesar 46,503 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai Chi-Square lebih besar dari Chi-Square tabel (46,503>14,067) dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 5% (0,000<0,050), maka dapat disimpulkan bahwa model dengan mengikutsertakan variabel bebas adalah lebih baik dan dapat digunakan dalam model E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah membahas teori dan menganalisa hasil penelitian pada pengaruh pendapatan terhadap migran pada sektor informal di Kota Malang, maka pada bab ini akan dibuat beberapa kesimpulan dan saran. 1. Sistem kerja sektor informal di Kota Malang sebagian besar identik dengan waktu kerja yang panjang >8jam/hari. Hal ini sudah diatas batas waktu yang telah ditentukan pemerintah dengan jumlah 40 jam kerja/minggu. Walaupun pada kenyataannya sektor informal, mampu menarik banyak tenaga kerja namun tidak menjamin untuk kehidupan mereka menjadi layak. Banyaknya biaya hidup yang harus di tanggung pada daerah tujuan menjadi satu alasan untuk migran bekerja keras tanpa harus memperhatikan waktu kerja. Keterbatasan keterampilan yang dimiliki pun menyebabkan para migran sulit untuk merubah nasib mereka menjadi lebih baik. 2. Sekitar 68% pekerja informal di sektor perdagangan mampu memperoleh pendapatan diatas tingkat UMR Kota Malang, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha sektor informal di Kota Malang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Malang. Dengan adanya pendapatan yang tinggi, maka migran dapat memperbaiki pola konsumsi mereka. Tetapi hal tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan migran sehari-hari. Karena masih rendahnya tingkat UMR yang ditentukan oleh pemerintah. 3. Dari hasil pembahasan diketahui bahwa ke tujuh faktor berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan dan waktu kerja sebagai pembandingnya. Faktor-faktor tersebut adalah umur, status perkawinan, pendidikan, daerah asal, sistem pengupahan, status pekerjaan, dan jenis dagangan. Pada sektor informal umur sangat berpengaruh karena dengan usia produktif (15-64 tahun) para migran, mereka bekerja lebih giat tanpa memikirkan waktu kerja. Sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan mereka. Status perkawinan sangat berpengaruh juga karena dengan adanya beban tanggungan yang mereka miliki, migran semakin lebih giat lagi bekerja untuk meningkatkan pendapatannya. Tingkat penddidikan juga berpengaruh kepada pendapatan karena dengan pendidikan formal yang dituntaskan oleh para migran mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta latar belakang keterampilan pun berbeda. Sehingga dengan hal tersebut pendapatan mempengaruhi tingkat pendapatan mereka. Daerah Asal juga berpengaruh karena migran yang memilki tempat asal dekat dengan tempat tujuan akan menggunakan pendapatan mereka untuk kebutuhan rumah tangganya bukan untuk biaya transportasi, sehingga daerah asal mempengaruhi tingkat pendapatan untuk menjadi tinggi. Sitem pengupahan juga berpengaruh terhadap pendapatan karena dengan sistem bulanan migran dapat menyisihkan pendapatannya untuk keperluan belanja selanjutnya. Status pekerjaan berpengaruh karena dengan tingkat kefokusan para migran untuk menjalankan usahanya dan berpengaruh pada tingkat pendapatan. Jenis dagangan juga berpengaruh, karena jenis dagangan makanan akan selalu dicari setiap hari sehingga pedagang migran sektor informal yang berjualan makanan cenderung untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan pedangan non makanan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain: 1. Pemerintah harus mengadakan kebijakan yang pro rakyat golongan menengah ke bawah khususnya pada sektor informal agar dapat memperkecil kesenjangan ekonomi antara 13 2. 3. 4. sektor formal dan sektor informal, karena pada kenyataannya, sektor informal mampu menyerap jumlah pengangguran dan mampu memperkecil tingkat kemiskinan karena pendapatan yang mereka terima pun cukup dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga pengembangan sektor informal sangat penting dilakukan dalam upaya menyerap pengangguran dan upaya pengentasan kemiskinan khususnya di Kota Malang. Pemerintah juga harus berperan penuh dalam pengawasan pendidikan terutama pada anak-anak pekerja migran sektor informal untuk mendapatkan program wajib belajar. Dengan adanya program wajib belajar maka anak-anak pekerja sektor informal dapat lebih survive untuk mengahadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Perlunya diadakan pelatihan untuk pekerja informal terampil agar dapat meningkatkan ketrampilan para migran. Pemerintah juga harus bisa menempatkan tempat yang layak bagi para pedagang migran sektor informal agar mereka merasa aman untuk melakukan kegiatan ekonomi. Penelitian ini masih mengandung beberapa keterbatasan, terutama berkaitan pada variabel-variabel bebas yang digunakan hanyalah umur, status perkawinan, pendidikan, daerah asal, sistem pengupahan, status pekerjaa dan jenis dagangan. Serta penggunaan variabel dummy dalam penelitian ini memiliki kelemahan, karena tidak semua variabel cocok didekati dengan metode dummy oleh karena itu variabel yang ditemukan tidak signifikan dapat disebabkan karena penggunaan variabel dummy yang kurang tepat. Diharapakan untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain serta model penelitian yang masih ada kaitannya dengan pokok pembahasan ini. Penggunaan data ini menggunakan data primer, sehingga ada keterbatasan dari waktu penelitian yang cukup singkat sehingga sulit untuk mengetahui secara pasti karena sulitnya data yang diperoleh dari responden. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, bisa lebih baik lagi untuk menetukan waktu penelitian. DAFTAR PUSTAKA Achmad S Ruky. 2003. Sumber Daya Manusia Berkualitas Mengubah Visi menjadi Realitas.Edisi Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik (BPS).2011.Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama. http://bps.go.id diakses tanggal 28 November 2012 Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, 2011.Hasil Sensus Penduduk Kota Malang. http://bpskabmalang.go.id diakses tanggal 30 Desember 2012 Baswir,Revinson.2009. Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme. http://www.lingkungan.org diakses tanggal 20 Januari 2012 BPS Kabupaten Malang. 2010. Kontribusi Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Malang. http://bpskabmalang.go.id diakses tanggal 30 November 2012 Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim. 2011.Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. http://bpsjatim.go.id diakses tanggal 30 Desember 2012 BPS Provinsi Jawa Timur. 2011. Partisipasi Tenaga Kerja di Jawa Timur. http://bpsjatim.go.id diakses tanggal 30 Desember 2012 Data Sakernas. 2011. Jumlah Pekerja Informal Menurut Jenis Kelamin. http://sakernas.go.id diakses tanggal 31 Desember 2012 14 Desiar, R. 2003. Dampak Migrasi Terhadap Pengangguran dan Sektor Informal di DKI Jakarta. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Earlyanti, Novi Indah.2010. Distribusi. http://www. edukasi.net diakses tanggal 17 Januari 2013 Firman, T. (1994), Urbanisasi, Persebaran Penduduk dan Tata Ruang di Indonesia, Jakarta: Gramedia, Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gujarati,Damodar.2012.Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta:Salemba Empat Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press Haryono, (2007),Statistika Bisnis dan Industri,Handout Mata Kuliah Statistika Bisnis dan Industri, Magister manajemen Teknologi. Surabaya: ITS Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia Hasyim, M. 2011.Definisi Pedagang Kaki Lima.http://www.shvoong.com-the global source for sumarries & reviews diakses tanggal 10 Januari 2013 Hauser, Philip M; Robert W. Gardner; Aprodicio A. Laquaian; Salah El-Shaks. 1982. Population and The Urban Future. New York: State University Press of New York. Hossain, A. dan A. Chowdhury. 2001. Macroekonomics For Develoving Countries. Edward Elgar Publishing, USA Hugo, Graeme J. 1977. Circular Migration.Bulletin of Indonesian Economic Studies. Vol XIII, No. 3 November 1977. Australian National University Canbera. ______________. 1978. Population Mobility in West Java. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, EdisiRevisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta, 2003 Indrawati, Surachmi.2009. Perempuan di sektor informal (Studi kasus Pedagang sayur sekitar pasar Terong Makasar).Maksassar: Universitas SaweriGading Makassar Keban, Yeremias T. 1994. Studi Niat Bermigrasi Di Tiga Kota: Determinan dan Intervensi Kebijakan. Jurnal Prisma, No.7 Juli 1994 Keban, Yeremias. T. 1992. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori, dan Isu.Yogyakarta. Gava Media Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta: Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Khoyano, Shogo. 1996. Pengkajian Tentang Urbanisasi di Asia Tenggara. Jogjakarta: UGMPress Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2001. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta 15 Laila. 2005. Kesehatan Wanita Pekerja Sektor Informal DKI http://www.pustaka2.ristek.go.id diakses tanggal 2 Desember 2012 Jakarta. Lamba, A. 2011. Fleksibilitas dan Produktivitas Sektor Informal Perkotaan di Kota JayapuraPapua. Jayapura : Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia. 2009. Presentase Kontribusi usaha Terhadap Pembentukan PDB Indonesia. Lee, Everett,S.,1970. A Theory of Migration. Population Geography: A Reader, by Demko,G.J.,et al., McGraw-Hill, New York, 299- 308 Lewis, W.A. 1954. Economic Development with Unlimited Supplies of Labor In Chenery and Srinivasan (Editors). Handbook of Development Economics. Science Publisher B.V., Amsterdam Mangkoesoebroto, Guritno, 1998. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia : Substansi dan Urgensi, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Umum Maria, Elli .2006. Analisa Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Home Industri Kripik Tempe Sanan Di Kota Malang.Universitas Muhamadiah Malang http://www.researchgate. net/publication/51013919 diakses tanggal15 Januari 2013 Marzuki. (2005), Metodologi Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial, Edisi Kedua, Ekosiana, Yogyakarta. McGee, T.G. dan Y.M. Yeung. 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning for The Bazaar Economy . Ottawa: International Development Research Centre Mitchell, B. B, Setiawan dan Dwita Hadi Rahmi, 1961. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Terjemahan, Cetakan Pertama (Agustus 2000), Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta Soeratno & Arsyad, L. 2003. Metode penelitian : Untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Soetomo. 1995. Masalah Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka JayaJakarta. Stephani, Arrie.2008.Strategi Nafkah Strategi Nafkah Pedagang Perempuan Di Sektor Informal Perkotaan: Intititut Pertanian Bogor. http://www.repository.ipb.ac.id diakses tanggal 10 Desember 2012 Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta ________. 2009.Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia Surachmi. 2009. Metodologi Penelitian (Metode Percobaan dan Penulisan Karya Ilmiah). Malang: UB Press Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga 16 __________. 1979. Economic for A Developing World: Introduction to a Principles, Problem and Polices. Hongkong: Longman. __________. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Todaro, M.P. & Smith S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Zhao, W. B. 1999. Polymer Data Handbook. Oxford: Oxford University Press. 17