ANALISIS PENDAPATAN PARA MIGRAN SEKTOR

advertisement
ANALISIS PENDAPATAN PARA MIGRAN SEKTOR
INFORMAL UNTUK BERTAHAN HIDUP
(Studi Kasus Pedagang Berstatus Migran
di Kota Malang)
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh:
CITRA RAHMADHANIA
0910213032
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
ANALISIS PENDAPATAN PARA MIGRAN SEKTOR INFORMAL UNTUK BERTAHAN
HIDUP
(Studi Kasus Pedagang Berstatus Migran
di Kota Malang)
Citra Rahmadhania
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kegiatan ekonomi di sektor informal semakin berkembang seiring dengan
bertambahnya angka pengangguran khususnya di perkotaan, keberadaan sektor informal
disatu sisi dibutuhkan masyarakat terutama di kalangan ekonomi menengah kebawah,
tetapi di sisi lain kurang mendapatkan perhatian dan perlindungan dari pemerintah,
padahal sektor ini identik dengan sektor usaha yang padat karya yang mampu menyerap
banyak pengangguran dan sektor ini juga mampu memberikan pendapatan yang cukup
tinggi untuk mengurangi tingkat kemiskinan diperkotaan. Di Kota Malang kegiatan
informal yang dilakukan oleh para migran lebih banyak dilatarbelakangi oleh kebutuhan
ekonomi yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakterisik para
migran pekerja sektor informal dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan migran sektor informal di Kota Malang. Dengan menggunakan data primer
yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara langsung kepada 100
responden migran yang berprofesi sebagai pedagang informal. Karakteristik yang
ditemukan mengenai pekerja informal di Kota Malang adalah didominasi pekerja informal
migran dengan status sudah menikah dengan tingkat umur yang produktif. Sistem
kerjanya sebagian besar identik dengan waktu kerja yang panjang, ketidakamanan dalam
menjalankan usaha informal terkait pengusiran oleh pihak pemerintah maupun
keberadaan preman dan pungutan liar, sistem pengupahan yang mereka terima
umumnya harian, serta sektor ini ternyata mampu memberikan pendapatan diatas tingkat
UMR. Dari model ekonometrika yang digunakan yakni Regresi Logistik, ditemukan faktor
yang berpengaruh terhadap pendapatan pekerja informal migran Kota Malang adalah
tingkat umur, pendidikan, status perkawinan, daerah asal, sistem pengupahan, status
pekerjaan, dan jenis dagangan.
Kata kunci:
Pendapatan, Sektor Informal, Migran
A. LATAR BELAKANG
Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif.
Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit
ditarik dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi perkembangan
industri di daerah perkotaan. Proses tersebut dianggap menguntungkan secara sosial karena
sumberdaya manusia berpindah dari tempat yang produk marjinal sosial (social marginal
product)nya rendah ke tempat yang produk marjinal sosialnya tinggi, dan bertumbuh secara
cepat akibat adanya akumulasi kapital dan kemajuan teknologi (Todaro, 1998). Kenyataan
yang terjadi di negara berkembang kini bertolak belakang dengan pandangan tersebut. Todaro
(1998), mengungkapkan bahwa tingkat migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan,
selalu lebih besar daripada tingkat penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan. Relatif
1
rendahnya kemampuan kota untuk menyerap pertambahan angkatan kerja di sektor formal,
karena pengusaha sektor formal, dalam upayanya meraih keuntungan sebesar- besarnya,
cenderung menginvestasikan kembali keuntungan yang diperolehnya untuk membeli alat-alat
produksi atau mesin -mesin canggih (padat modal), yang sangat hemat tenaga kerja, untuk
meningkatkan produktivitas usahanya.
Sektor informal kawasan perkotaan dapat juga dilihat sebagai suatu bagian dari
mekanisme ekonomi modern, sebagai tempat terciptanya kegiatan ekonomi “baru”, yang
sebelumnya terlewatkan. Menurut Koyano (1996), orang-orang yang beralih ke sektor
informal tidak banyak yang mengalami pengangguran, karena kesempatan memperoleh
pekerjaan di sektor informal sangat banyak, umumnya didasarkan pada hubungan sosial di
antara migran. Hubungan sosial memegang peranan penting dalam mengatasi penghidupan di
kota, yang mencipt akan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadikan
sektor informal berkembang sangat cepat di kota, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk. Karena kesempatan berusaha untuk memperoleh penghasilan tidak terbatas oleh
jumlah jenis pekerjaan.
Mengingat bahwa sebagian besar migran terserap dan bergantung pada sektor
informal, maka sangat penting untuk mengetahui hal-hal apa yang berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan migran. Selanjutnya dengan mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
tingkat pendapatan migran pada sektor informal tersebut. Pembangunan Ekonomi yang
berasaskan kerakyatan harus memiliki keberpihakan pada rakyat golongan lemah. Ekonomi
Kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat,
pembanguan ekonomi dalam rangka menyejahterahkan kehidupan rakyat harus dapat
dirasakan oleh semua pihak utamanya bagi kaum ekonomi lemah yang sejatinya sangat
membutuhkan dukungan pemerintah untuk keberlangsungan kehidupan ekonominya, sektor
informal tergolong dalam sektor ekonomi yang lemah, oleh karena itu pembangunan ekonomi
berasaskan kerakyatan sangat penting diupayakan agar tercipta sistem ekonomi yang mampu
menyejahterakan rakyat yang bekerja di sektor ekonomi yang lemah yakni sektor informal
(Baswir, 2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh karakteristik individu tenaga
kerja seperti umur, tingkat pendidikan, daerah asal, status perkawinan, sistem pengupahan,
status pekerjaan, dan jenis dagangan terhadap tingkat pendapatan migran pada sektor informal
di Kota Malang dan mengetahui pengaruh paling dominan di antara faktor umur, tingkat
pendidikan, daerah asal, status perkawinan, sistem pengupahan, status pekerjaan, dan jenis
dagangan terhadap tingkat pendapatan migran pada sektor informal serta pengaruh terhadap
jam kerja migran pada sektor informal di Kota Malang.
B. TINJAUAN PUSTAKA
TEORI MIGRASI
Teori Migrasi oleh Everett S. Lee
Menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000), volume migrasi di suatu wilayah
berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah-daerah di wilayah tersebut. Di daerah
asal dan di daerah tujuan, menurut lee, terdapat faktor-faktor yang disebut sebagai :
a. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila bertempat
tinggal di tempat tersebut.
b. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan bila
tinggal di tempat tersebut sehingga seseorang merasa perlu untuk pindah ke tempat
lain.
c. Faktor netral (0) yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang individu
untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ke tempat lain.
Selain ketiga faktor diatas terdapat faktor rintangan antara. Rintangan Antara adalah
hal-hal yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya arus mobilitas penduduk. Rintangan
Antara dapat berupa: ongkos pindah, topografi wilayah asal dengan daerah tujuan atau sarana
transportasi. Faktor yang tidak kalah penting yang mempengaruhi mobilitas penduduk adalah
2
faktor individu. Karena faktor individu pula yang dapat menilai positif atau negatifkah suatu
daerah dan memutuskan untuk pindah atau bertahan di tempat asal. Jadi menurut Everett S.
Lee (Mantra, 2000) arus migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
a.
b.
Faktor individu.
Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, seperti : keterbatasan kepemilikan lahan,
upah di desa rendah, waktu luang (Time lag) antara masa tanam dan masa panen,
sempitnya lapangan pekerjaan di desa, terbatasnya jenis pekerjaan di desa.
c. Faktor di daerah tujuan, seperti : tingkat upah yang tinggi, luasnya lapangan
pekerjaan yang beraneka ragam
d. opografi desa ke kota dan jarak desa kota.
Model Migrasi
2.2.1
Human Capital Approach
Model Human Capital pada prinsipnya didasarkan atas teori pembuatan keputusan
individu, dengan menekankan aspek investasi dalam rangka peningkatan produktivitas
manusia. Dalam model tersebut keputusan individu ditentukan oleh usaha mencari
kesempatan kerja yang lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Migrasi dianggap sebagai
bentuk investasi individu yang keputusannya ditentukan dengan memperhitungkan biaya dan
manfaat. Teori ini semula dikembangkan oleh Todaro dan dikenal sebagai model
Todaro(Susilowati, 1998).
2.2.2
Place Utility Model
Individu dipandang merupakan makhluk rasional yang mampu memilih alternatif
terbaik dengan membandingkan tempat tinggal yang ada dengan yang diharapkan berdasarkan
pertimbangan untung dan rugi. Kalau tempat tinggal yang sekarang kurang menguntungkan
maka individu berniat untuk mencari tempat tinggal yang baru dengan melakukan migrasi.
Proses migrasi dinyatakan melalui dua tahap. Tahap pertama individu mengalami
ketidakpuasan atau stress dan tahap kedua individu mengevaluasi utilitas tempat untuk
melakukan pindah. Oleh karenanya teori migrasi ini disebut juga sebagai stress-threshold
model. Faktor-faktor struktural seperti karakteristik sosio demografi, karakteristik daerah asal
dan tempat tujuan serta ikatan sosial dipandang mempengaruhi kepuasan terhadap tempat
tinggal seseorang dan berpengaruh terhadap niat bermigrasi (Speare, 1975).
Gambar 2.4: Hubungan Antara Kebutuhan dan Pola Mobilitas Penduduk
Kebutuhan dan
Aspirasi
Tidak Terpenuhi
Terpenuhi
Dalam Batas
Toleransi
Di Luar Batas
Toleransi
Tidak Pindah
Pindah
Tidak Pindah
Mobilitas Non
Permanen
Ulang-alik
(Commuters)
Menginap/Mondok
Sumber: Mantra (2000)
3
2.2.3
Contextual Analysis
Analisis konteksual menekankan pada pengaruh faktor latar belakang struktural.
Faktor struktural tersebut bisa berupa situasi eksternal makro atau faktor kemasyarakatan,
seperti misalnya karakteristik daerah asal dan tujuan, tingkat upah, pemilikan tanah dan sistem
pemilikannya, ikatan keluarga dan aksesibilitas terhadap fasilitas publik dan pelayanan dan
sebagainya. Niat migrasi dalam konteks ini dipandang sebagai hasil proses ekologis.
Pentingnya analisis konteksual ini dapat dibaca pada studi yang dilakukan oleh Hugo (1977).
2.2.4
Value Expectancy Model
Value expectancy model menekankan pada teori psikologi, dimana fokus utama
adalah mempelajari hubungan antara nilai, persepsi dan sikap individu dengan niat bermigrasi.
Niat bermigrasi dipengaruhi harapan untuk memperoleh kekayaan, status, kemandirian dan
moralitas. Secara empiris karakteristik demografi keluarga, individu dan perbedaan
kesempatan kerja antar daerah berpengaruh terhadap niat bermigrasi.
Pola Migrasi Desa - Kota
Di negara-negara yang sedang berkembang, pola migrasi yang terjadi menunjukkan
suatu pengutuban (polarisasi), yaitu pemusatan arus migrasi ke wilayah- wilayah tertentu saja,
khususnya kota-kota besar (Firman, 1994). Hal yang sama juga dijelaskan bahwa pola migrasi
desa-kota di negara berkembang (termasuk di Indonesia) menunjukkan adanya konsentrasi
pendatang yang tinggi di kota-kota besar seperti misalnya Jakarta, yaitu kota-kota yang relatif
mempunyai sektor modern yang besar dan dinamis. Sedangkan kota-kota kecil lainnya yang
kurang dinamis seringkali menunjukkan tingkat migrasi netto (selisih migrasi keluar dengan
migrasi masuk) yang rendah. Dengan demikian bahwa migrasi desa-kota tidak hanya
disebabkan oleh faktor dorongan di desa, tetapi juga oleh faktor daya tarik di kota. Berkenaan
dengan hal tersebut, perpindahan (mobilitas) tenaga kerja desa-kota tidak selalu berpola pada
pergerakan tenaga kerja dari daerah kecil (kecamatan/kabupaten) ke daerah besar (kota
propinsi/ibu kota). Pola daerah tujuan tenaga kerja tersebut menurut (Mantra, 2000)
mempunyai empat kategori, yaitu: urban town, small city, medium-sized city dan big city.
Keputusan Bermigrasi.
Sedangkan Todaro (2003) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk melakukan migrasi sangat beragam dan rumit. Lebih jelasnya menurut
Todaro (2003), keputusan seseorang untuk melakukan migrasi selain dipengaruhi oleh faktor
ekonomi juga dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para imigran itu sendiri untuk melepaskan
diri dari kendala-kendala tradisional yang sebelumnya mengungkung mereka.
2. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam seperti banjir dan
kekeringan.
3. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian
mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan.
4. Faktor-fakor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan “keluarga besar”
sesampainya di perkotaan dan daya tarik “lampu kota yang terang benderang”.
5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan
dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang
dipakai adalah deskriptif analitis (analytical descriptive approach) secara kuantitatif dengan
menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif (descriptive research) merupakan jenis
penelitian dengan cara membuat deskripsi permasalahan yang telah diidentifikasi. Penelitian
deskriptif berusaha untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu dan untuk mendeskripsikan secara terperinci
fenomena sosial tertentu (Singarimbun, 1982:4). Penelitian deskriptif bermaksud untuk
membuat pecandraan (deskripsi) secara sistematis mengenai situasi-situasi atau kejadian-
4
kejadian. Sedangkan metode analisis penelitian deskripsi kuantitatif merupakan penelitian
yang memberikan identifikasi dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus untuk
menguji pemecahan masalah, dengan fokus data penelitian berupa hubungan antara variabel
usia, tingkat pendidikan, daerah asal, status perkawinan, dan system pengupahan terhadap
pendapatan migran pada sektor informal di Kota Malang. Analisis data diperoleh melalui
pengolahan statistik dengan perhitungan.
Populasi dan Sample
Data yang digunakan dalam penelitian (bahan penelitian) dapat berupa populasi
(universe) atau sampel. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu yang juga memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah
pekerja sektor informal yang berada di Kota Malang dan memiliki status migran.
Sample
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu
yang juga memiliki karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili
populasi (M. Iqbal, 2002 ).
Berdasarkan Data Sektor Informal (2011) yang diterbitkan oleh BPS Jatim
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor informal pada tingkat umur
15-69 adalah sejumlah 13.262.390 jiwa. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus
Slovin sebagai berikutadalah sebagai berikut:
n=
dimana keterangannya adalah:
1 = Konstanta
n = Ukuran Sample
N = Ukuran Populasi
e² = Kelonggaran tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir (10%)
Sehingga jumlah sampel untuk meneliti tingkat pendapatan migran pada sektor
informal adalah:
n=
= 99,99 = 100 orang
Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 1996:99). Variabel pada penelitian terdiri dari variabel dependen atau
terikat (Y) dan variabel independen atau bebas (X).
Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh
variabel bebas, variabel dependen sering pula disebut juga variabel akibat, variabel terikat
dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan para migran dinyatakan dengan variabel (Y)
Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel
yang lain. Karena sifatnya yang mempengaruhi variabel lain maka variabel bebas disebut juga
variabel penyebab dan dinyatakan dengan variabel (X). Variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain: Umur (X1), Tingkat Pendidikan (X2),Daerah Asal (X3), Status
Perkawinan (X4), Sistem Pengupahan (X5), Status Pekerjaan (X6), dan Jenis Dagangan (X7).
5
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif Karakteristik Responden
Analisis deskriptif bertujuan menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan serta
menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian atau karakteristik masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian. Karakteristik masing-masing variabel penelitian
secara deskriptif digambarkan berdasarkan kondisi responden. Berdasarkan data dari 100
responden migran yang melakukan usaha berdagang, melalui daftar pertanyaan di dapat
kondisi responden tentang pendapatan perhari, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan,
daerah asal, status pekerjaan,sistem pengupahan, jenis dagangan. Gambaran umum dari
responden sebagai obyek penelitian tersebut satu per satu dapat diuraikan dalam karakteristik
migran pekerja sektor informal Kota Malang. Secara deskriptif karakteristik migran pekerja
sektor informal di Kota Malang disajikan dalam gambaran umum responden berdasarkan
masing-masing faktor.
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur
Umur seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang secara
fisik, yang memungkinkan menjadi pertimbangan dalam pasar tenaga kerja dan
kemampuannya melakukan kegiatan ekonomi. Di sektor informal, kemampuan fisik seseorang
untuk bekerja menjadi hal yang sangat penting, umur bukanlah menjadi ukuran kemampuan
seseorang untuk bekerja, selama kondisi fisik yang masih kuat maka orang tersebut dapat
bekerja di sektor informal. Tidak ada batasan umur untuk masuk dalam kegiatan usaha
informal, karena sektor ini mengutamakan keterampilan dan kemampuan fisik yang baik
untuk bekerja. Gambaran umum tingkat umur responden disajikan dalam Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3: Krakteristik Responden Berdasarkan Umur
Keterangan:
Mean
Max
Min
= 41.33
= 66
= 18
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Umur pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah antara 18-66
tahun. Rata-rata umur pekerja yang diambil sebagai responden pada pedagang informal yang
berstatus migran adalah 41 tahun, dengan umur responden terendah 18 tahun dan umur
responden tertua adalah 66 tahun. Responden terbanyak masuk dalam kelompok umur 41-50
tahun yakni sebesar 27%.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa kelompok umur pekerja, didominasi
oleh kelompok umur yang relatif produktif, kondisi fisik yang baik turut mendukung
seseorang untuk masuk dalam kegiatan usaha informal. Seseorang yang memiliki umur yang
lebih tua umumnya memiliki pengalaman kerja yang relatif lebih banyak, kemampuan mereka
juga berkembang seiring bertambahnya usia dan pengalaman mereka.
4.2.2 Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status Perkawinan juga dapat mencerminkan kondisi pengeluaran rumah tangga bagi
migran pekerja informal, migran yang belum menikah, cenderung bekerja untuk dirinya
sendiri ataupun membantu orangtuannya, sedangkan pekerja migran yang sudah menikah
umumnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan membantu pendapatan keluarga
6
yang dirasa belum cukup. Laki-laki lebih mudah melakukan mobilitas dibandingkan
perempuan. Perempuan menikah akan terikat dengan keluarganya, sehingga tidak mudah
melakukan mobilitas. Status pernikahan laki-laki cenderung tidak menjadi faktor penghambat
dalam melakukan mobilitas.
Gambaran umum status perkawinan para migran pekerja informal Kota Malang
disajikan sebagai berikut:
Gambar 4.4: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
67%
Persentase
80
60
33%
40
20
0
Belum
Menikah/Single
Sudah Menikah
Status Perkawinan
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Berdasarkan Gambar 4.4, Para Migran Pekerja Informal Kota Malang 33% berstatus
belum menikah dan pernah menikah tetapi mengalami kegagalan, dan sisanya sebanyak 67%
pedagang berstatus sudah menikah, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang
berjualan untuk menunjang kebutuhan ekonomi rumah tangga dengan menambah pendapatan
keluarga melalui sektor informal ini.
4.2.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan kerja yang dapat mempunyai dampak terhadap kemampuan dalam melakukan
sebuah pekerjaan. Gambaran umum tingkat pendidikan para migran sekor informal Kota
Malang disajikan dalam Gambar 4.5 berikut:
Jumlah
Gambar 4.5: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
300
250
200
150
100
50
0
42
39
9
3
6
1
Keterangan:
Mean
=
9.22
Median = 9
Maximum = 17
Minimim = 0
Jenjang Pendidikan
Sumber: Data Primer 2012, diolah
7
Pendidikan formal identik sebagai ukuran kemampuan seseorang melakukan
pekerjaan serta kemampuan bersaing untuk masuk ke dalam pasar kerja. Namun dalam
kegiatan informal, keterampilan cenderung sebagai ukuran seseorang dalam melakukan usaha
di sektor informal. Berdasarkan data diatas, para migran pekrja sektor informal Kota Malang
dilihat dari segi pendidikan formal, tang tidak sekolah dan tidak menamatkan SD sebanyak 9
orang, menamatkan pendidikan SD sebanyak 39 orang, SMP sebanyak 3 orang, SMA
sebanyak 42 orang, Diploma sebanyak 6 orang, dan sisanya Sarjana sebanyak 1 orang. Ratarata lama pekerja menjalani pendidikan formal selama 9,22 tahun (9 tahun) yakni setara
dengan tingkat SMP, responden yang memiliki pendidikan lulusan SMA mengaku mengalami
persaingan yang ketat untuk masuk ke dalam sektor formal yang umumnya mensyaratkan
pendidikan yang lebih tinggi, sehingga karena tingginya persaingan di pasar kerja formal,
mereka cenderung memilih usaha informal sebagai lapangan pekerjaannya.
Pendidikan secara umum belum mampu mencerminkan produktivitas dalam sektor
informal, hal ini disebabkan karena pendidikan formal belum tentu diimbangi oleh sikap
mental yang mau bekerja keras, terus berusaha mengembangkan diri serta kemampuan
berinteraksi yang baik. Sehingga tidak jarang dalam kegiatan informal ditemukan bahwa
seseorang yang memiliki pendidikan formal yang rendah mampu memiliki produktivitas yang
lebih tinggi dibanding pekerja yang memiliki pendidikan formal yang jauh lebih tinggi,
ataupun fenomena seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang sama memiliki
tingkat produktivitas yang berbeda.
4.2.4 Responden Berdasarkan Daerah Asal
Daerah asal merupakan tempat tinggal asli seorang pekerja, bagi para migran pekerja
sektor informal daerah asal diduga dapat mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi di
Kota Malang, baik untuk berkomunikasi antar pedagang dan pembeli maupun dalam
pemilihan lokasi usaha informal. Gambaran umum pekerja migran sektor informal di Kota
Malang berdasarkan asal daerah disajikan dalam Gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal
Migran Dekat
Migran Jauh
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Berdasarkan Gambar 4.6, pekerja migran sektor informal Kota Malang sebesar 59%
berasal dari migran jauh, yang dimana migran tersebut berasal dari luar Kota Malang dan
sisanya sebanyak 41% migran dekat, yang dimana migran tersebut berasal dari Kabupaten
Malang. Daerah asal, sebenarnya bukan merupakan satu-satunya faktor yang mungkin
mempengaruhi kemampuan beradaptasi serta berkomunikasi, faktor keterampilan
berkomunikasi dan berinteraksi/bergaul, merupakan faktor yang mungkin lebih dapat
mempengaruhi kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan walaupun bukan berasal
dari Kota Malang. Para migran diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berinteraksi
dan berkomunikasi seiring berjalannya waktu, sehingga belum tentu migran jauh pasti
mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan berkomunikasi.
4.2.5 Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Sektor Informal
Status Pekerjaan berkaitan dengan tingkat kefokusan dalam menjalankan sebuah
kegiatan ekonomi, ada tidaknya pekerjaan lain yang juga dilakukan dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan yang akan mereka terima. Gambaran umum pekerja migran sektor
8
informal di Kota Malang bedasarkan status pekerjaaan nya di sektor informal disajikan dalam
Gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
100
Jumlah
57%
43%
0
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
Status Pekerjaan
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Berdasarkan Gambar 4.7, Para Migran Pekerja Informal Kota Malang 57%
menjadikan usaha berdagang sebagai pekerjaan utama dalam memenuhi kebutuhan seharihari, sedangkan 43%nya menjadikan berdagang sebagai pekerjaan sampingan dan umumnya
mereka memiliki pekerjaan utama lain yang bukan berjualan. Seseorang yang memiliki
kefokusan terhadap suatu pekerjaan cenderung memiliki produktivitas kerja yang lebih tinggi,
responden yang menjadikan kegiatan berdagang sebagai usaha sampingannya, cenderung
memiliki pekerjaan lain yang seperti bekerja sebagai buruh pabrik rokok, bekerja di konveksi
pakaian, yang cenderung tidak menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk bekerja, sehingga
sisa waktu luang yang masih ada sebelum atau setelah bekerja, mereka menggunakannya
untuk berjualan.
4.2.6 Responden Berdasarkan Sistem Pengupahan Kerja
Sistem pengupahan mencerminkan pola pemberian upah yang diterima/pendapatan,
bagi pekerja yang akan berdampak terhadap pola konsumsi dan pola penambahan modal bagi
pemilik usaha informal. Gambaran Umum Pekerja Migran Sektor Informal di Kota Malang
berdasarkan sistem pengupahan yang mereka terima saat berjualan, disajikan dalam Gambar
4.8 berikut:
Gambar 4.8: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sistem Pengupahan
78%
80
60
40
22%
20
0
Bukan Bulanan
Bulanan
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Berdasarkan Gambar 4.8 responden para migran sektor informal Kota Malang 78%
sistem pengupahannya adalah bukan bulanan sedangkan 22% nya menggunakan sistem
pengupahan bulanan, untuk sistem pengupahan harian cenderung didominasi oleh pekerja
9
dengan usaha milik sendiri dan pekerja lepas dengan usaha milik orang lain, sedangkan upah
bulanan cenderung diterima oleh pekerja informal yang tetap dengan usaha milik orang lain.
Pekerja yang mendapatkan upah harian cenderung merupakan pekerja lepas yang
belum tentu akan terus bekerja untuk hari-hari kedepannya, saat dibutuhkan mereka akan
dipanggil untuk bekerja, selain itu upah yang mereka terima belum tentu tetap setiap harinya
terkandang akan diperhitungkan dengan hasil penjualan dalam sehari, sehingga ketidakpastian
pendapatan serta ketidakpastian kerja juga dirasakan pada jenis pekerjaan yang informal.
4.2.7 Responden Berdasarkan Jenis Dagangan
Jenis dagangan mencerminkan jenis barang yang dijual kepada pembeli, setiap jenis
barang yang dijual akan cenderung menunjukkan tingkat frekuensi pembeliannya oleh
pembeli, untuk jenis barang makanan tingkat frekuensi pembelian cenderung lebih sering.
Karena untuk jenis makanan itu sendiri juga relatif lebih banyak dikonsumsi karena
merupakan kebutuhan primer. Gambaran Umum Pekerja Migran Sektor Informal di Kota
Malang berdasarkan menurut jenis dagangannya disajikan dalam Gambar 4.9 berikut:
Gambar 4.9: Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Dagangan
36%
64%
Non Makanan
Makanan
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Berdasarkan Gambar 4.8, Pekerja Migran Sektor Informal di Kota Malang 64%nya
berjualan jenis dagangan makanan, sedangkan 36%nya mereka berjualan jenis non makanan,
misalnya pakaian, asesoris, barang elektronik, dan lain-lain. Umumnya pedagang makanan
memilih berjualan makanannya dengan memasak sendiri, karena dapat menghemat biaya serta
secara tidak langsung mengembangkan hobbi yang dimilikinya. Selain itu jenis barang berupa
makanan lebih mudah dijual dalam waktu singkat dibandingkan dengan jenis barang
dagangan non makanan.
4.2.8 Responden berdasarkan Rata-Rata Tingkat Pendapatan per hari
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pendapatan merupakan jumlah
penghasilan atau upah dari usaha berjualan selama satu hari dalam satuan rupiah. Dalam Tabel
4.5 akan disajikan mengenai distribusi responden menurut jumlah pendapatan/ hari.
Tabel 4.5: Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan/hari
Pendapatan
(Rupiah)
≤ Rp 50.000
Rp 51.000 – Rp 100.000
Rp 101.000 – Rp 200.000
Rp 201.000 – Rp 300.000
≥ Rp 301.000
Jumlah
(Orang)
32
43
12
2
1
Presentase
(Persen)
32
43
12
2
1
Jumlah
100
100
Sumber: Data Primer 2012, diolah
10
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat disimpulkan sebanyak 32% responden memiliki pendapatan
per hari ≤ 50.000,sedangkan yang memiliki pendapatan antara Rp 51.000 – Rp 100.000 perhari
adalah hasil terbanyak yakni sebanyak 43%, sedangkan yang berpendapatan antara Rp 101.000,00Rp 200.000,00 per hari 12%, dan antara Rp 201.000 – Rp 300.000 sebanyak 2%. Sisanya ≤ Rp
350.000 sebanyak 1%. dengan rata-rata pendapatan/ hari adalah Rp 58.310,00/hari. Penghasilan
terendah yang didapat adalah sebesar Rp 25.000 sedangkan tertinggi adalah Rp. 350.000. Rata-rata
pendapatan per hari adalah Rp 82.450/hari.
4.2.9 Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja per hari
Alokasi waktu kerja merupakan jumlah waktu yang digunakan responden untuk
melakukan kegiatan berdagang dalam sehari. Sektor informal identik dengan waktu kerja yang
panjang, mereka bekerja lebih lama untuk mendapakan kemungkinan pendapatan yang lebih
tinggi. Dalam Tabel 4.6 akan disajikan alokasi waktu kerja responden untuk melakukan
kegiatan berjualan dalam sehari.
Tabel 4.6: Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja per hari
Alokasi Waktu Kerja
(Jam)
<6
6-8
9 - 11
≥ 12
Jumlah
Jumlah
(Orang)
9
33
27
21
Presentase
(Persen)
9
33
27
21
100
100
Mean
8,7 jam
Minimum
3 jam
Maximum
15 jam
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Berdasarkan Tabel 4.6, jumlah jam kerja per hari, rata-rata jumlah jam kerja para
pedagang adalah 8,7 jam per hari, hal ini menunjukkan bahwa jam kerja migran sektor
informal berada di atas jam kerja normal, yaitu lebih dari 8 jam per hari. Responden terbanyak
mengalokasikan waktu kerja antara 6-8 jam per hari sebanyak 33%, kemudian rentang
waktu 9-11 jam sebanyak 27%. Pekerja paling sedikit bekerja dalam sehari sekitar 3 jam dan
paling lama pedagang berjualan 15 jam dalam sehari. Umumnya pedagang bekerja mulai
pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Waktu merupakan hal yang fleksibel dalam usaha informal,
kefleksibelan waktu inilah yang merupakan salah satu daya tarik memasuki pasar kerja
informal.
4.2.10 Responden berdasarkan Rata-rata Tingkat Produktivitas per hari
Produktivitas merupakan jumlah pendapatan atau upah dari usaha berjualan dibagi
dengan alokasi waktu yang digunakan berjualan dalam sehari sehingga satuan dari
produktivitas adalah rupiah/ jam. Dalam Tabel 4.7 akan disajikan mengenai distribusi
responden menurut tingkat produktivitasnya.
Tabel 4.7: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Produktivitasnya
Produktivitas
(Pendapatan/Jam)
≤ Rp 5.000
Jumlah
(Orang)
8
Presentase
(Persen)
8
Rp 5.100 – Rp 15.000
81
81
Rp 15.100 – Rp 25.000
6
6
11
Rp 25.100 – Rp 30.000
3
3
Rp 30.100 – Rp 40.000
1
1
≥ Rp 41.000
1
1
Jumlah
100
100
Mean
Rp 10.030
Minimum
Rp 3.333
Maximum
Rp 41.667
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Uji Regresi Logistik Secara Parsial
Uji secara parsial dilakukan dengan melihat nilai signifikansi dalam tabel Parameter
Estimates, yang tujuannya digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ENTER dengan
tingkat signifikansi sebesar 10%. Berikut ada tabel 4.8 yang menjelaskan signifikansi terhadap
model
yang dimaksudkan pada pendapatan dan model
yang dimaksudkan untuk waktu
kerja.
Tabel 4.11: Uji Regresi Logistik Secara Parsial pada Model 1 dan Model 2
Model 1
Model 2
(pendapatan)
(waktu kerja)
Variabel
Sig.
Exp(B)
Sig.
Exp(B)
Step 1a
X1
.008
1.069
.005
1.078
X2(1)
.023
6.403
.003
9.207
X3
.045
1.191
.018
1.207
X4(1)
.025
.246
.046
.290
X5(1)
.008
.081
.015
.146
X6(1)
.004
.126
.001
.086
X7(1)
.019
.212
.014
.202
Constant
.757
1.584
.290
.223
Sumber: Data Primer 2012, diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel yang lolos uji parsial pada model 1 dengan tingkat
signifikansi < 0,10 (10%) adalah variabel status perkawinan (0,023), variabel pendidikan
(0,045), daerah asal (0,025) , dan jenis dagangan (0,19). Sedangkan pada model 2 dengan
tingkat signifikansi yang sama yaitu < 0,10 (10%) adalah variabel pendidikan (0,018), daerah
asal (0,046), dan sistem pengupahan (0,015).
4.3.1.5 Regresi logistik secara simultan (Omnibus tests of model coefficient)
Pengujian secara simultan, dasar keputusannya adalah jika nilai signifikansinya
<0.10 maka secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap produktivitas,
pengujian melalui Omnibus tests of model coefficient dapat dilihat pada Tabel 4.12 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.12: Hasil Uji Omnibus Tests of Model Coefficient
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Model Y1
df
Sig.
56.576
7
.000
Model Y2
46.503
Sumber: Data Primer 2012, diolah
7
.000
Pada Model
Omnibus Test didapatkan selisih nilai -2 Log Likelihood yang
digunakan untuk membandingkan model tanpa variabel bebas dengan model dengan
mengikutsertakan variabel bebas. Nilai Chi-Square hitung yang didapatkan adalah sebesar
56,576 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai Chi-Square lebih besar dari Chi-
12
Square tabel (56,576>14,067) dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 5%
(0,000<0,050). Sedangkan pada model
Omnibus Test didapatkan selisih nilai -2 Log
Likelihood yang digunakan untuk membandingkan model tanpa variabel bebas dengan model
dengan mengikutsertakan variabel bebas. Nilai Chi-Square hitung yang didapatkan adalah
sebesar 46,503 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai Chi-Square lebih besar
dari Chi-Square tabel (46,503>14,067) dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 5%
(0,000<0,050), maka dapat disimpulkan bahwa model dengan mengikutsertakan variabel
bebas adalah lebih baik dan dapat digunakan dalam model
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah membahas teori dan menganalisa hasil penelitian pada pengaruh pendapatan
terhadap migran pada sektor informal di Kota Malang, maka pada bab ini akan dibuat beberapa
kesimpulan dan saran.
1. Sistem kerja sektor informal di Kota Malang sebagian besar identik dengan waktu
kerja yang panjang >8jam/hari. Hal ini sudah diatas batas waktu yang telah ditentukan
pemerintah dengan jumlah 40 jam kerja/minggu. Walaupun pada kenyataannya sektor
informal, mampu menarik banyak tenaga kerja namun tidak menjamin untuk kehidupan
mereka menjadi layak. Banyaknya biaya hidup yang harus di tanggung pada daerah
tujuan menjadi satu alasan untuk migran bekerja keras tanpa harus memperhatikan waktu
kerja. Keterbatasan keterampilan yang dimiliki pun menyebabkan para migran sulit untuk
merubah nasib mereka menjadi lebih baik.
2. Sekitar 68% pekerja informal di sektor perdagangan mampu memperoleh pendapatan
diatas tingkat UMR Kota Malang, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha sektor
informal di Kota Malang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Malang.
Dengan adanya pendapatan yang tinggi, maka migran dapat memperbaiki pola konsumsi
mereka. Tetapi hal tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan migran sehari-hari.
Karena masih rendahnya tingkat UMR yang ditentukan oleh pemerintah.
3. Dari hasil pembahasan diketahui bahwa ke tujuh faktor berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pendapatan dan waktu kerja sebagai pembandingnya. Faktor-faktor tersebut
adalah umur, status perkawinan, pendidikan, daerah asal, sistem pengupahan, status
pekerjaan, dan jenis dagangan. Pada sektor informal umur sangat berpengaruh karena
dengan usia produktif (15-64 tahun) para migran, mereka bekerja lebih giat tanpa
memikirkan waktu kerja. Sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan mereka.
Status perkawinan sangat berpengaruh juga karena dengan adanya beban tanggungan
yang mereka miliki, migran semakin lebih giat lagi bekerja untuk meningkatkan
pendapatannya. Tingkat penddidikan juga berpengaruh kepada pendapatan karena dengan
pendidikan formal yang dituntaskan oleh para migran mereka akan lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru serta latar belakang keterampilan pun berbeda.
Sehingga dengan hal tersebut pendapatan mempengaruhi tingkat pendapatan mereka.
Daerah Asal juga berpengaruh karena migran yang memilki tempat asal dekat dengan
tempat tujuan akan menggunakan pendapatan mereka untuk kebutuhan rumah tangganya
bukan untuk biaya transportasi, sehingga daerah asal mempengaruhi tingkat pendapatan
untuk menjadi tinggi. Sitem pengupahan juga berpengaruh terhadap pendapatan karena
dengan sistem bulanan migran dapat menyisihkan pendapatannya untuk keperluan belanja
selanjutnya. Status pekerjaan berpengaruh karena dengan tingkat kefokusan para migran
untuk menjalankan usahanya dan berpengaruh pada tingkat pendapatan. Jenis dagangan
juga berpengaruh, karena jenis dagangan makanan akan selalu dicari setiap hari sehingga
pedagang migran sektor informal yang berjualan makanan cenderung untuk mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan pedangan non makanan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran, antara
lain:
1. Pemerintah harus mengadakan kebijakan yang pro rakyat golongan menengah ke bawah
khususnya pada sektor informal agar dapat memperkecil kesenjangan ekonomi antara
13
2.
3.
4.
sektor formal dan sektor informal, karena pada kenyataannya, sektor informal mampu
menyerap jumlah pengangguran dan mampu memperkecil tingkat kemiskinan karena
pendapatan yang mereka terima pun cukup dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sehingga pengembangan sektor informal sangat penting dilakukan dalam
upaya menyerap pengangguran dan upaya pengentasan kemiskinan khususnya di Kota
Malang.
Pemerintah juga harus berperan penuh dalam pengawasan pendidikan terutama pada
anak-anak pekerja migran sektor informal untuk mendapatkan program wajib belajar.
Dengan adanya program wajib belajar maka anak-anak pekerja sektor informal dapat
lebih survive untuk mengahadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Perlunya
diadakan pelatihan untuk pekerja informal terampil agar dapat meningkatkan ketrampilan
para migran. Pemerintah juga harus bisa menempatkan tempat yang layak bagi para
pedagang migran sektor informal agar mereka merasa aman untuk melakukan kegiatan
ekonomi.
Penelitian ini masih mengandung beberapa keterbatasan, terutama berkaitan pada
variabel-variabel bebas yang digunakan hanyalah umur, status perkawinan, pendidikan,
daerah asal, sistem pengupahan, status pekerjaa dan jenis dagangan. Serta penggunaan
variabel dummy dalam penelitian ini memiliki kelemahan, karena tidak semua
variabel cocok didekati dengan metode dummy oleh karena itu variabel yang ditemukan
tidak signifikan dapat disebabkan karena penggunaan variabel dummy yang kurang tepat.
Diharapakan untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain serta
model penelitian yang masih ada kaitannya dengan pokok pembahasan ini.
Penggunaan data ini menggunakan data primer, sehingga ada keterbatasan dari waktu
penelitian yang cukup singkat sehingga sulit untuk mengetahui secara pasti karena
sulitnya data yang diperoleh dari responden. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya,
bisa lebih baik lagi untuk menetukan waktu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad S Ruky. 2003. Sumber Daya Manusia Berkualitas Mengubah Visi menjadi
Realitas.Edisi Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Pusat Statistik (BPS).2011.Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama. http://bps.go.id diakses tanggal 28 November 2012
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, 2011.Hasil Sensus Penduduk Kota Malang.
http://bpskabmalang.go.id diakses tanggal 30 Desember 2012
Baswir,Revinson.2009. Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme. http://www.lingkungan.org
diakses tanggal 20 Januari 2012
BPS Kabupaten Malang. 2010. Kontribusi Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Malang.
http://bpskabmalang.go.id diakses tanggal 30 November 2012
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim. 2011.Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.
http://bpsjatim.go.id diakses tanggal 30 Desember 2012
BPS Provinsi Jawa Timur. 2011. Partisipasi Tenaga Kerja di Jawa Timur. http://bpsjatim.go.id
diakses tanggal 30 Desember 2012
Data Sakernas. 2011. Jumlah Pekerja Informal Menurut Jenis Kelamin. http://sakernas.go.id
diakses tanggal 31 Desember 2012
14
Desiar, R. 2003. Dampak Migrasi Terhadap Pengangguran dan Sektor Informal di DKI
Jakarta. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor
Earlyanti, Novi Indah.2010. Distribusi. http://www. edukasi.net diakses tanggal 17 Januari
2013
Firman, T. (1994), Urbanisasi, Persebaran Penduduk dan Tata Ruang di Indonesia, Jakarta:
Gramedia,
Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati,Damodar.2012.Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta:Salemba Empat
Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press
Haryono, (2007),Statistika Bisnis dan Industri,Handout Mata Kuliah Statistika Bisnis dan
Industri, Magister manajemen Teknologi. Surabaya: ITS
Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia
Hasyim, M. 2011.Definisi Pedagang Kaki Lima.http://www.shvoong.com-the global source
for sumarries & reviews diakses tanggal 10 Januari 2013
Hauser, Philip M; Robert W. Gardner; Aprodicio A. Laquaian; Salah El-Shaks. 1982.
Population and The Urban Future. New York: State University Press of New York.
Hossain, A. dan A. Chowdhury. 2001. Macroekonomics For Develoving Countries. Edward
Elgar Publishing, USA
Hugo, Graeme J. 1977. Circular Migration.Bulletin of Indonesian Economic Studies. Vol
XIII, No. 3 November 1977. Australian National University Canbera.
______________. 1978. Population Mobility in West Java. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, EdisiRevisi, Penerbit PT. Rineka Cipata,
Jakarta, 2003
Indrawati, Surachmi.2009. Perempuan di sektor informal (Studi kasus Pedagang sayur sekitar
pasar Terong Makasar).Maksassar: Universitas SaweriGading Makassar
Keban, Yeremias T. 1994. Studi Niat Bermigrasi Di Tiga Kota: Determinan dan Intervensi
Kebijakan. Jurnal Prisma, No.7 Juli 1994
Keban, Yeremias. T. 1992. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori, dan
Isu.Yogyakarta. Gava Media
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2012. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta: Bidang Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian
Khoyano, Shogo. 1996. Pengkajian Tentang Urbanisasi di Asia Tenggara. Jogjakarta: UGMPress
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2001. Akuntansi Intermediete,
Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta
15
Laila.
2005.
Kesehatan
Wanita
Pekerja
Sektor Informal DKI
http://www.pustaka2.ristek.go.id diakses tanggal 2 Desember 2012
Jakarta.
Lamba, A. 2011. Fleksibilitas dan Produktivitas Sektor Informal Perkotaan di Kota JayapuraPapua. Jayapura : Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih
Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia. 2009. Presentase Kontribusi usaha Terhadap
Pembentukan PDB Indonesia.
Lee, Everett,S.,1970. A Theory of Migration. Population Geography: A Reader, by
Demko,G.J.,et al., McGraw-Hill, New York, 299- 308
Lewis, W.A. 1954. Economic Development with Unlimited Supplies of Labor In Chenery and
Srinivasan (Editors). Handbook of Development Economics. Science Publisher B.V.,
Amsterdam
Mangkoesoebroto, Guritno, 1998. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia : Substansi dan
Urgensi, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Umum
Maria, Elli .2006. Analisa Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Home Industri
Kripik Tempe Sanan Di Kota Malang.Universitas Muhamadiah Malang
http://www.researchgate. net/publication/51013919 diakses tanggal15 Januari 2013
Marzuki. (2005), Metodologi Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial, Edisi
Kedua, Ekosiana, Yogyakarta.
McGee, T.G. dan Y.M. Yeung. 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning for
The Bazaar Economy . Ottawa: International Development Research Centre
Mitchell, B. B, Setiawan dan Dwita Hadi Rahmi, 1961. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan, Terjemahan, Cetakan Pertama (Agustus 2000), Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta
Soeratno & Arsyad, L. 2003. Metode penelitian : Untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Soetomo. 1995. Masalah Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka JayaJakarta.
Stephani, Arrie.2008.Strategi Nafkah Strategi Nafkah Pedagang Perempuan Di Sektor
Informal Perkotaan: Intititut Pertanian Bogor. http://www.repository.ipb.ac.id
diakses tanggal 10 Desember 2012
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta
________. 2009.Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Surachmi. 2009. Metodologi Penelitian (Metode Percobaan dan Penulisan Karya Ilmiah).
Malang: UB Press
Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga
16
__________. 1979. Economic for A Developing World: Introduction to a Principles, Problem
and Polices. Hongkong: Longman.
__________. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Todaro, M.P. & Smith S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Zhao, W. B. 1999. Polymer Data Handbook. Oxford: Oxford University Press.
17
Download