pooch village

advertisement
PERANCANGAN MODEL BISNIS
KAFE ANJING DAN ONE STOP DOG’S SOLUTION
“POOCH VILLAGE”
ALBERT WONGSO, DEWI, SANI KOSASIH SENSER
DAN RUDY KURNIAWAN
Laporan Teknis
Jakarta, 22 Januari 2015
Disetujui:
Rudy Kurniawan, S.E, M.M
1
ABSTRAK
Jakarta merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang mempunyai
aktivitas yang sangat sibuk sehingga membuat setiap orang yang tinggal di sana
memerlukan tempat yang nyaman untuk dapat berkumpul, sharing, dan
menghilangkan stress. Kafe dan restoran merupakan salah satu tempat nyaman yang
dicari oleh masyarakat Jakarta. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir,
pertumbuhan kebutuhan pasar semakin meningkat dan memberikan tantangan bagi
para pengusaha khususnya di bidang kafe atau restoran. Pengusaha akan
menawarkan ciri khas dan keunikan dari kafe untuk menarik perhatian dari
pelanggan.
Pooch Village merupakan sebuah kafe dan one stop dog’s solution yang
menawarkan nuansa anjing, dikarenakan anjing merupakan salah satu hewan
peliharaan yang banyak diminati oleh masyarakat, baik anak-anak sampai orang
dewasa. Sebagian orang memelihara anjing sebagai teman maupun untuk keperluan
lain seperti menjaga keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing
memerlukan perawatan dan perhatian baik dari segi makanan maupun kesehatannya.
Pooch Village mempunyai keunikan yaitu Pooch Village membebaskan
anjing-anjing berkeliaran di dalam kafe sehingga pelanggan dapat bermain dan
melihat anjing-anjing yang lucu dan jinak. Pooch Village juga menyediakan
berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anjing hingga kebutuhan pelanggan.
Fasilitas yang ditawarkan kepada pelanggan adalah perawatan, penitipan, serta
penjualan berbagai jenis makanan, produk perawatan dan aksesoris anjing. Pooch
Village juga menjadi wadah bagi para pecinta anjing untuk dapat berkumpul. Pooch
Village dapat digunakan untuk mengadakan event dan gathering untuk memperat
hubungan antara pecinta anjing maupun antara pelanggan dengan Pooch Village.
Kata kunci : Kafe, Anjing, One Stop Dog’s Solution
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak diminati
oleh masyarakat, baik anak-anak sampai orang dewasa. Sebagian orang
memelihara anjing sebagai teman maupun untuk keperluan lain seperti menjaga
keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan
perawatan dan perhatian baik dari segi makanan maupun kesehatannya.
Perkembangan usaha di bidang hewan peliharaan khususnya anjing
sudah cukup banyak diminati, dimulai dari penjualan anjing beserta
aksesorisnya, klinik, hotel anjing, tempat penitipan dan sekolah anjing. Hal ini
dikarenakan semakin banyaknya pencinta anjing. Anjing banyak diminati
2
karena kelucuannya dan kesetiaannya terhadap pemiliknya. Warna, bulu yang
lebat serta ras anjing yang berbeda-beda merupakan daya tarik tersendiri bagi
para pencinta anjing yang menyebabkan semakin meningkatnya komunitas
hewan di masyarakat.
Semakin maraknya dan popularnya anjing dalam kehidupan manusia,
kontes-kontes anjing pun semakin banyak dilakukan. Penggemar anjing mulai
mengutamakan penampilan dan kualitas genetik anjing mereka. Umumnya,
kontes anjing banyak diadakan di ibukota Indonesia, Jakarta.
Seiring dengan meningkatnya popularitas anjing dan juga
perkembangan era globalisasi, para penggemar anjing tidak hanya
memperhatikan penampilan anjingnya tetapi juga menjadi ajang untuk
memperlihatkan anjingnya kepada komunitas ataupun temannya. Para
penggemar anjing pun cenderung mencari suatu tempat untuk berkumpul dan
mencari tempat yang nyaman bersama anjing peliharaannya. Namun, di Jakarta
masih sedikit tempat untuk berkumpul bersama anjing kesayangan apalagi
suasana yang nyaman seperti di kafe, dimana pelanggan dapat menikmati
minumannya namun sekaligus menemani anjingnya jalan-jalan.
Selain itu juga kurangnya tempat yang menyediakan keperluan untuk
anjing seperti grooming dan spa, klinik hewan, serta tempat penitipan anjing
dalam satu tempat menyebabkan sulitnya para pemilik anjing untuk
memberikan perawatan terhadap anjing peliharaan karena jasa perawatan yang
ada saat ini biasanya terpisah sehingga membuat para pemilik anjing
menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk melakukan perawatan terhadap
anjing peliharaan mereka.
1.2. Definisi Masalah
1.
2.
3.
4.
Kurangnya tempat berkumpul para komunitas anjing.
Kurangnya fasilitas bermain di tempat penitipan.
Pemilik anjing khawatir akan perawatan anjingnya di tempat penitipan.
Kurangnya tempat yang menyediakan segala keperluan hewan
peliharaan anjing dalam satu tempat atau gedung.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam penulisan tesis ini dibatasi dari
berbagai hal mencakup:
1. Model bisnis Pooch Village berupa kafe yang bertema anjing dimana
pelanggan dapat membawa anjing peliharaannya dan dapat berinteraksi
langsung dengan anjing yang disediakan di kafe, terdapat juga penjualan
produk dan aksesoris anjing serta jasa perawatan, dan penitipan untuk
semua jenis anjing.
2. Model bisnis ini dirancang untuk para pencinta dan penggemar anjing di
Indonesia, khususnya Jakarta.
3
3.
Model bisnis ini mencakup deskripsi bisnis, analisa pasar, analisa
lingkungan internal dan eksternal, perancangan keuangan, strategi
operasional dan pemasaran, serta analisa kelayakan finansial.
1.4. Tujuan dan Manfaat
1.4.1.
Tujuan
Tujan dari model bisnis ini adalah :
1.
Membuat kafe dengan tema anjing serta memberikan experience
kepada pelanggan dengan menyediakan anjing yang dapat
berinteraksi langsung dengan pelanggan.
2.
Memberikan kemudahan bagi pelanggan yang ingin bertemu
dengan sesama pencinta anjing.
3.
Menyediakan tempat penitipan anjing.
4.
Menganalisis aspek finansial dari model bisnis yang akan
dikembangkan, apakah model bisnis ini layak untuk dijalankan
atau tidak.
1.4.2.
Manfaat
1.
Memberikan pengalaman bagi pelanggan yang dapat berinteraksi
langsung dengan anjing saat sedang berkumpul atau bersantai di
kafe.
2.
Memberikan informasi seputar hal yang berhubungan dengan
anjing
3.
Memberikan alternatif tempat berkumpul bagi para pencinta
anjing
4.
Memberikan solusi kepada masyarakat dengan menyediakan
tempat untuk merawat dan menitipkan anjingnya.
5.
Mengetahui apakah bisnis ini merupakan model bisnis yang
layak dijalankan dari segi finansial.
BAB II
VALUE PROPOSITION
2.1 Analisis TOWS
Menurut pernyataan Wihrich (1982) yang dikutip oleh Ravanavar dan
Charantimath (2012), analisis TOWS merupakan cara efektif untuk
mengembangkan sebuah strategi dengan menggabungkan kekuatan yang berasal
dari internal dengan peluang dan kekuatan serta menggabungkan kelemahan
internal dengan peluang yang berasal dari eksternal dan ancaman.
4
2.2 Analisis Five Forces
Model Five Forces merupakan suatu metode analisis untuk memberi gambaran
mengenai 5 (lima) kekuatan utama, baik sebagai tekanan ataupun pacuan, yang
dapat mempengaruhi kondisi perusahaan dalam suatu industri dan membantu
manajemen dalam menentukan strategi mana yang diambil untuk kelangsungan
perusahaan (Turban dan Volonino, 2012).
2.3 Analisis PESTEL
Analisis PESTEL (Politic, Economic, Social, Technology, Environmental,
Legal) digunakan sebagai alat untuk memberikan gambaran luas mengenai
lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Secara khusus, analisis ini
digunakan untuk memahami risiko yang terkait dengan peningkatan atau
penurunan dari kebutuhan pasar. Keenam elemen PESTEL ini membentuk
kerangka kerja untuk meninjau situasi dan strategi atau posisi perusahaan,
proporsi pemasaran ataupun ide.
2.4 Business Model Canvas
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2009), Business Model Canvas
digunakan untuk dapat memperjelas bisnis yang akan dibangun dan dapat
mengetahui gambar mengenai keseluruhan proses bisnis yang akan dibuat.
Business Model Canvas juga dapat menggambarkan tentang bagaimana
menciptakan dan memberikan nilai dari bisnis.
2.4.1 Customer Segments
Segmentasi pelanggan merupakan pembagian pasar menjadi
suatu kelompok yang bertujuan untuk dicapai atau menjadi target dari
suatu produk.
5
2.4.2 Value Propositions
Value proposition merupakan nilai dari produk atau jasa yang
akan ditawarkan kepada segmentasi pelanggan untuk memenuhi apa
yang dibutuhkan pelanggan dan memecahkan masalah pelanggan.
Value proposition merupakan sebuah alasan kenapa pelanggan akan
memilih produk kita.
2.4.3 Channel
Channel menggambarkan bagaimana perusahaan dapat
mengkomunikasikan value proposition dari produk kepada segmentasi
pelanggan.
2.4.4 Customer Relationship
Customer relationship merupakan cara bagaimana membangun
hubungan dan menjalin hubungan dengan pelanggan.
2.4.5 Revenue Streams
Revenue streams merupakan sumber inti sebagai pendapatan
dari penjualan produk dan jasa.
2.4.6 Key Resources
Untuk membangun sebuah bisnis, maka diperlukan sumber
daya utama yang menggambarkan aset-aset penting yang dapat
mendukung bisnis agar dapat berjalan lancar seperti penawaran value
proposition, menjangkau pasar, menjalin hubungan dengan pelanggan
dan menghasilkan pendapatan.
2.4.7 Key Activities
Dalam sebuah bisnis membutuhkan aktivitas kunci yang
merupakan hal penting dalam menjalankan bisnis model agar bisnis
dapat berjalan dengan sukses. Aktivitas kunci diperlukan untuk
menawarkan value proposition, menjangkau pasar, dan menjalin
hubungan dengan pelanggan dan menghasilkan pendapatan.
2.4.8 Key Partnership
Key partnership merupakan bagian dalam bisnis model yang
berfungsi untuk menjalin hubungan kemitraan dengan pemasok agar
bisnis dapat berjalan dengan lancar.
2.4.9 Cost Structure
Cost structure menjelaskan biaya apa saja yang menjadi
pendukung dalam menjalankan model bisnis yang dirancang. Beberapa
faktor yang dapat menjadi sumber biaya adalah membuat dan
6
menawarkan value proposition, menjalin hubungan dengan pelanggan
dan menghasilkan pendapatan.
2.5 Marketing Mix
Marketing mix merupakan faktor-faktor yang digunakan untuk
mempengaruhi penjualan produk. Marketing mix yang biasanya
disebut dengan 7P mempunyai 7 (tujuh) faktor yaitu product, price,
place, promotion, people, process dan physical evidence (Kotler dan
Keller, 2012).
2.6 Perencanaan dan Perkiraan Keuangan
1.
2.
3.
Neraca (Balance Sheet)
Neraca berisi laporan yang menunjukkan aset, kewajiban dan
ekuitas pemilik suatu perusahaan dalam waktu yang telah ditentukan
(Keown, Martin dan Petty, 2011). Neraca dapat digunakan sebagai
gambaran keadaan keuangan suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menurut Keown, Martin dan Petty (2011), laporan laba rugi
mengindikasikan jumlah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan
dalam waktu tertentu, sering kali dalam jangka 1 (satu) tahun. Laporan laba
rugi mencatat gambaran semua aktivitas dalam perusahaan, baik
pendapatan maupun pengeluaran perusahaan. Net income perusahaan
biasanya terdapat di bagian bawah laporan.
Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
Perusahaan membutuhkan dana tunai atau kas dalam menjalankan
usahanya. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan mengenai
transaksi-transaksi pemasukan dan pengeluaran keuangan yang
berhubungan dengan kas sehingga jika telah digambarkan dengan benar
dan detail maka dapat mengidentifikasi kapan dan berapa banyak keuangan
yang dibutuhkan oleh perusahaan (Bygrave dan Zacharakis, 2014).
2.7 Analisis Kelayakan Usaha
2.7.1 Free Cash Flow
Menurut Warren, Reeve, Duchac (2009) Free cash flow
adalah sebuah ukuran dari aliran cash flow operasional yang
tersedia untuk keperluan perusahaan setelah mencadangkan
penambahan fixed asset yang cukup untuk mempertahankan
kapasitas produktif. Cara untuk menghitung free cash flow :
7
Free Cash Flow :
Cash flow from operating activities
Less : Investments in fixed assets to
maintain current production
Free cash flow
$XXX
$XXX
$XXX
2.7.2
Net Present Value (NPV)
NPV merupakan proposal investasi dengan melakukan
selisih antara nilai saat (present value) ini dari hasil proyeksi
pendapatan bersih yang diharapkan di masa mendatang dengan nilai
investasi awal saat ini (Keown, Martin dan Petty, 2011).
NPV = PV benefits – PV costs
PV benefits =
2.7.3
Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan perhitungan suku bunga yang setara
dengan nilai investasi awal saat ini dengan pendapatan bersih yang
diharapkan.
PV cost = 0
2.7.4
Metode Payback Period
Payback period merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan
untuk mendapatkan kembali pengeluaran kas awal yang merupakan
sebuah investasi (Keown, Martin dan Petty, 2011). Berikut formula
payback period.
2.7.5
Analisis Break Even Point (BEP)
BEP merupakan suatu titik atau kondisi perusahaan dimana
pendapatan dari bisnis sama dengan modal yang diperlukan untuk
membuat bisnis tersebut (EBIT = 0). Menurut Keown, Martin dan
Petty (2011), analisis BEP digunakan baik oleh perusahaan yang
kecil dan besar untuk memperoleh informasi yang dinilai
bermanfaat bagi perusahaan untuk membantu dalam membuat
keputusan bagi perusahaan.
2.7.6
Return on Investment (ROI)
ROI merupakan salah satu alat pengukuran performa dari
sebuah perusahaan karena dapat memberikan informasi mengenai
8
efektifitas pemanfaatan aset perusahaan untuk mendapatkan
prediksi keuntungan yang akan didapatkan.
BAB III
BUSINESS MODEL CANVAS
3.1 Business Model Canvas
BAB IV
BUSINESS PLAN
4.1 Profil Perusahaan
Pooch Village merupakan perusahaan yang dibentuk pada tanggal 8
Januari 2015. Pooch Village dibuka pada sebuah ruko 4 lantai di Jalan
Boulevard Timur kelapa Gading yang terletak di daerah Jakarta Utara.
Memiliki karyawan yang terlatih, sigap, ramah dan bertanggung jawab
sebanyak 26 orang. Pooch Village didirikan oleh 3 orang pebisnis muda dimana
9
mereka melihat kurangnya tempat untuk para pemilik anjing untuk bersantai
dan kurangnya tempat yang menyediakan segala keperluan hewan peliharan
khususnya anjing dalam satu lokasi.
4.2 Visi, Misi dan Tagline Pooch Village
Visi
Pooch Village menjadi salah satu perusahaan yang paling maju, unggul dan
terpercaya sebagai tempat yang memberikan layanan yang terbaik bagi anjing
peliharaan serta menjadikan nama Pooch Village terkenal sampai nusantara.
Misi
1. Menjadi perusahaan yang maju dibidang kafe tematik dan One Stop
Dogs Solution
2. Memberikan tempat yang nyaman bagi komunitas pencinta anjing untuk
berkumpul dengan peliharaan mereka.
3. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk kepuasan pelanggan.
4. Profesionalisme dalam melayani pelanggan.
5. Meningkatkan kualitas manajemen dan sumber daya manusia.
Tagline
Pooch Village memiliki tagline “A new destination to treat and hangout with
your dogs”.
4.3 Struktur Organisasi
Direktur
Manajer
Staff Pemasaran
Staff Pengadaan
Barang dan
Gudang
Staff
Operasional
Staff Keuangan
10
4.4 Analisis Internal dan Eksternal
4.4.1
Analisis Five Force
A. Ancaman Kompetitor Baru
Ancaman Kompetitor Baru tergolong tinggi hal ini dikarenakan
Pooch Village merupakan pionir untuk kafe yang bertemakan
anjing sehingga pemain baru dapat meniru bisnis ini.
B. Ancaman dari Produk Pengganti
Ancaman dari produk pengganti untuk Pooch Village tergolong
rendah hal ini dikarenakan para komunitas dan para pemilik
anjing saat ini tidak memiliki tempat khusus untuk berkumpul
dan mengajak anjing mereka bersantai.
C. Daya Tawar dari Pembeli
Daya tawar dari pembeli Pooch Village rendah hal ini
dikarenakan Pooch Village merupakan satu – satunya tempat
yang menyediakan kafe yang bertemakan anjing sehingga untuk
pelanggan yang ingin membawa anjing mereka bersantai akan
datang ke Pooch Village.
D. Daya Tawar dari Pemasok
Daya tawar dari pemasok Pooch Village rendah hal ini
dikarenakan Pooch Village bekerja sama dengan banyak
pemasok sehingga Pooch Village tidak tergantung dengan
pemasok.
E. Persaingan dengan Usaha yang Ada
1. Dalam industri kafe, persaingan dengan usaha yang ada
Pooch Village tergolong tinggi ini dikarenakan banyaknya
pesaing di industry ini seperti Cinema Cafe, Kitty’s Corner
Cafe, Comic Café, Biblio Theque dan Beezy Cafe.
2. Untuk persaingan dengan usaha yang ada untuk tema kafe
Pooch Village tergolong rendah. Hal ini dikarenakan kafe
yang menjadi bisnis utama Pooch Village yang bertemakan
anjing belum ada di Indonesia khususnya di Jakarta.
4.4.2
Analisis TOWS
TOWS ANALISIS
Strengths :
1. Experience yang unik.
2.Karyawan yang
terlatih.
3. Pelayanan yang sigap.
4. Kafe dengan konsep
anjing.
5. Adanya CCTV online
di penitipan.
Weakness :
1. Brand yang belum kuat.
11
Opportunities :
1. Banyaknya
komunitas pecinta
anjing dan sulitnya
tempat untuk
berkumpul para
komunitas pencinta
anjing.
2. Kurangnya fasilitas
bermain di tempat
penitipan dan
ketidakpercayaan
terhadap tempat
penitipan.
Threats:
1. Munculnya
kompetitor baru.
S-O Strategies
1. Membuat kafe dengan
fasilitas yang nyaman
bagi para komunitas dan
pemilik anjing
berkumpul.
W-O Strategies
1. Bekerja sama dengan
komunitas dengan
membuat event.
2. Membuat ruang
penitipan khusus untuk
anjing bermain dan
memberikan fasilitas
berupa cctv online
sehingga pelanggan
dapat mengecek anjing
mereka melalui website .
S-T Strategies
1. Memberikan promosi promosi yang baru dan
menarik.
2. Menjadi sponsor dalam
event yang diadakan oleh
komunitas.
W -T Strategies
1. Menjaga loyalitas dari
pelanggan dengan
memberikan promosi promosi yang baru.
2. Mengevaluasi kinerja
karyawan setiap
bulannya.
3. Meningkatkan kualitas
berdasarkan masukkan
dari pelanggan.
4.4.3
Analisis PESTEL
1. Politik
- Dampak politik sangat berpengaruh terhadap bisnis Pooch
Village dimana jika kondisi politik tidak menentu akan
menyebabkan ketidakpastian dalam bisnis Pooch Village.
- Adanya perubahan kebijakan – kebijakan pemerintah
mengenai pajak, upah dan tenaga kerja juga ikut
mempengaruhi bisnis Pooch Village.
- Dampak politik tidak hanya berasal dari pemerintahan saja
tetapi juga terdapat politik antar perusahaan. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kelancaran bisnis Pooch Village.
2. Ekonomi
- Kenaikan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat
ini memberikan dampak terhadap perekonomian di
12
Indonesia. Dimana harga pasokan barang yang diperlukan
Pooch Village sebagian besar akan naik dan hal ini
berpengaruh terhadap harga jual produk dan jasa di Pooch
Village.
- Dampak inflasi juga menyebabkan harga bahan baku yang
meningkat. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan
operasional bisnis Pooch Village.
- Berlakunya perdagangan bebas ASEAN (AFTA dan MEA)
berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia dimana
para pebisnis dari luar Indonesia bebas membuka usaha di
Indonesia menyebabkan munculnya banyak pesaing dan
persaingan bisnis Pooch Village menjadi ketat.
- Dampak ekonomi juga berpengaruh terhadap harga pasar
dan pemintaan konsumen untuk produk dan jasa Pooch
Village.
3. Social
- Masyarakat saat ini lebih menyukai hal – hal yang bersifat
unik dan semakin menuntut fasilitas – fasilitas yang baik
sehingga Pooch Village dituntut untuk memberikan fasilitas
yang baik agar dapat bersaing dengan para pesaing yang ada.
- Gaya hidup masyarakat yang suka berkumpul menjadi
demand bagi Pooch Village untuk menyediakan sebuah
tempat bagi para komunitas pencinta anjing dan pemilik
anjing untuk berkumpul.
4. Technology (Teknologi)
- Teknologi sangat berperan di era globalisasi saat ini. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap bisnis di Pooch Village untuk
mendukung operasional dan pemasaran dari produk dan jasa
yang akan dijual dimana Pooch Village membuat website
dan menggunakan media sosial untuk pemasaran, untuk
pembayaran juga mengunakan teknologi berupa mesin kasir.
selain itu juga untuk mempermudah proses bisnis dengan
menggunakan komputer.
5. Environment
- Faktor perubahan iklim dan cuaca mempengaruhi
berjalannya bisnis ini dimana Pooch Village terletak di
daerah Jakarta Utara yang rawan banjir. Meskipun di sekitar
Pooch Village tidak terkena banjir namun akses yang dilalui
untuk menuju Pooch Village akan sulit dilewati karena
banjir. Hal ini menyebabkan penjualan produk dan jasa
Pooch Village menurun.
- Bisnis ini juga tidak merugikan lingkungan sekitar karena
tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Sehingga tidak
memberikan dampak yang buruk terhadap berjalannya
Pooch Village.
13
-
Masyarakat sekitar pun tidak mempengaruhi dibukanya
Pooch Village ini.
6. Legal (Hukum)
- Legal sangat mempengaruhi bisnis ini. Dimana untuk
mendirikan bisnis ini harus mengikuti peraturan –peraturan
hukum yang ditetapkan seperti pembuatan nama SIUP,
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan pembayaran pajak serta
pendaftaran produk makanan dan minuman yang dijual
Pooch Village ke BPOM dan sertifikasi halal.
4.5 Analisis Kompetitor
Perbandingan
Pooch
Village
Cub n Kit
Groovy
Noel Pets
Happy Pets
Pet Depo
Terdapat Grooming dan Spa
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Terdapat Tempat Penitipan
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Terdapat Klinik Hewan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Menjual Perlengkapan Anjing
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Memiliki Fasilitas CCTV
Online di Tempat Penitipan
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Memiliki Fasilitas Tempat
Bermain Anjing di Tempat
Penitipan
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Harga
Rp 30.000 Rp 300.000
Rp75.000Rp240.000
Rp60.000Rp100.000
Rp80.000 Rp 200.000
Rp 60.000 Rp 200.000
Mulai dari
Rp100.000
14
4.5.1 Marketing Plan
2015
Tabel 4. 1 Marketing Plan
Bulan
Januari
Promo
Discount 10% semua item dan jasa
Februari
Maret
April
May
Juni
Post foto dengan anjing di pooch village, post di
twitter dan instagram dengan hashtag #PoochVillage
akan mendapatkan 1 donat (100 orang pertama)
Event seminar
Datang ber 5 gratis 1
Kompetisi kecantikan
Join event (PERKIN)
Event seminar
Juli
Membawa anjing dengan kostum merah putih akan
Agustus
mendapatkan 20 point
September Discount 10% untuk grooming dan spa
Discount awal tahun, 10% jasa, 5% makanan dan
Oktober
minuman
November Join event (PERKIN)
Desember
Pembelian aksesoris bertema natal mendapatkan
discount 20%
Desain natal
4.6 Perencanaan Keuangan
4.6.1
Perencanaan Anggaran
Fixed Asset
Kendaraan Daihatsu Gran
Max BV 1.3 AC
Peralatan Playground
Peralatan Dapur
Peralatan Kafe
Peralatan Grooming & Spa
Peralatan Klinik Hewan
Peralatan Penitipan
Fixed Cost
Variable Cost
Others Start-Up Cost
Rp 118.000.000
Rp
10.000.000
Rp
67.163.000
Rp 159.468.000
Rp
62.600.000
Rp
16.150.000
Rp
4.800.000
Rp 801.000.000
Rp 1.258.266.415
Rp 149.250.000
Rp
438.181.000
Rp 801.000.000
Rp 1.258.266.415
Rp 149.250.000
15
Biaya Tidak Terduga
Total Start Up Costs
4.6.2
Rp
53.302.585
Rp
53.302.585
Rp 2.700.000.000
Proyeksi Laba Rugi (Income Statement)
Rp12,000,000,000
Rp10,626,935,433
Rp9,310,134,348
Rp10,000,000,000
Rp8,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp3,971,494,000
Rp3,528,708,575
Rp4,000,000,000 Rp2,670,570,090
Rp2,000,000,000
Rp2015
2016
2017
2018
2019
4.7 Analisis Kelayakan Usaha
4.7.1
Free Cash Flow
Rp14,000,000,000
Rp12,013,996,317
Rp12,000,000,000
Rp10,820,031,501
Rp10,000,000,000
Rp8,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp4,272,275,764
Rp4,000,000,000
Rp3,381,858,972
Rp2,768,476,165
Rp2,000,000,000
Rp2015
4.7.2
2016
2017
2018
2019
Net Present Value (NPV)
Perhitungan NPV Pooch Village untuk proyeksi selama 5 (lima)
tahun menggunakan suku bunga sebesar 12,5% yang didapat dari
Bank Mandiri dari nilai suku bunga kredit konsumsi (Non KPR).
16
Tahun
0
1
2
3
4
5
Interest
Kas Bersih
Rp (2.700.000.000)
Rp
2.768.476.165
Rp
4.272.275.764
Rp
3.381.858.972
Rp 10.820.031.501
Rp 12.013.996.317
Present Value
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
PV Kas Bersih
(2.700.000.000)
2.460.867.702
3.375.625.295
2.375.187.646
6.754.892.399
6.666.914.449
18.933.487.490
12,50 %
Total PV Kas Bersih
Total PV Investasi
NPV
Rp
Rp
Rp
18.933.487.490
2.700.000.000
16.233.487.490
Berdasarkan perhitungan NPV diatas, NPV menunjukkan
nilai yang positif. Dapat disimpulkan bahwa bisnis Pooch Village
merupakan bisnis yang layak dilakukan karena proyeksi yang
ditunjukkan selama 5 (lima) tahun merupakan nilai yang positif.
4.7.3
Internal Rate of Return (IRR)
Tahun
0
1
2
3
4
5
Kas Bersih
Rp (2.700.000.000)
Rp
2.768.476.165
Rp
4.272.275.764
Rp
3.381.858.972
Rp 10.820.031.501
Rp 12.013.996.317
Present Value
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
PV Kas Bersih
(2.700.000.000)
2.460.867.702
3.375.625.295
2.375.187.646
6.754.892.399
6.666.914.449
18.933.487.490
IRR
136%
Kesimpulannya, jika IRR > suku bunga kredit, maka diterima
jika IRR < suku bunga kredit, maka ditolak
Berdasarkan perhitungan IRR diatas, Pooch Village memiliki
investasi yang sangat menjanjikan.
4.7.4
Payback Period
Dari pengeluaran kas awal sebesar Rp 2.700.000.000 dapat
dilihat bahwa diperkirakan dalam waktu 1 tahun 1 bulan payback
period dari bisnis Pooch Village dapat tercapai.
17
Tahun
0
1
2
3
4
5
4.7.5
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Annual
(2.700.000.000)
2.670.570.090
3.528.708.575
3.971.494.000
9.310.134.348
10.626.935.433
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Cumulative
(2.700.000.000)
(29.429.910)
3.499.278.665
7.470.772.664
16.780.907.012
27.407.842.445
Break Even Point (BEP)
BEP merupakan kondisi perusahaan dimana
pendapatan dari bisnis sama dengan modal yang diperlukan untuk
membuat bisnis tersebut. Kondisi BEP Pooch Village terjadi pada
tahun pertama sebesar Rp 2.700.000.000
4.7.6
Return on Investment (ROI)
Tahun
1
2
3
4
5
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Net Income
2.670.570.090
3.528.708.575
3.971.494.000
9.310.134.348
10.626.935.433
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Initial Investment
2.700.000.000
2.700.000.000
2.700.000.000
3.026.631.000
3.026.631.000
4.8 Rencana Jangka Panjang
Membuka
cabang
baru di
Pantai
Indah
Kapuk
2018
Membuka
cabang
baru di
Puri
Mendirikan
sekolah
grooming
2020
Membuat
fasilitas
kolam
renang
anjing
2022
2023
Membuat
fasilitas
taman
bermain
anjing
2024
2025
Membuat
tempat
fitness
anjing
ROI
98,9%
130,7%
147,1%
307,6%
351,1%
18
BAB V
PROTOTYPE
5.1. Logo dan Seragam
5.2. Menu
5.3. Layout Pooch Village
19
5.4. Website Pooch Village
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1. Pooch Village merupakan sebuah tempat yang memberikan
experience yang unik dimana pelanggan dapat membawa anjing
peliharaan mereka bermain didalam kafe dan pelanggan juga dapat
bermain dengan anjing – anjing yang disediakan oleh Pooch
Village di dalam kafe. Selain itu Pooch Village menyediakan
keperluan khusus anjing seperti tempat penitipan, grooming dan
spa, klinik hewan serta tempat penjualan aksesoris dan makanan
anjing.
2. Pooch Village memposisikan bisnisnya sebagai pionir kafe yang
bertema anjing dimana Pooch Village mengijinkan pelanggan
20
membawa anjing peliharaan mereka dan didalam kafe terdapat
anjing yang dilepas di dalam kafe untuk bermain dengan
pelanggan.
3. Pooch Village menargetkan pelanggannya dari usia 25 tahun
sampai 55 tahun dan juga para komunitas pencinta anjing dan
pemilik anjing.
4. Pooch Village juga berfokus terhadap segmentasi pelangan
menengah keatas dengan pendapatan diatas Rp 5.000.000.
5. Penetapan target dan segmentasi Pooch Village dilakukan
berdasarkan survei yang telah dilakukan.
6. Pooch Village telah merencanakan strategi pemasaran selama
setahun yang dapat meningkatkan penjualan dan menarik
pelanggan untuk datang ke Pooch Village.
7. Untuk meningkatkan brand awareness, Pooch Village strategi
pemasaran dan hubungan masyarakat yang dilakukan secara offline
maupun online dengan media cetak, flyer, brosur, spanduk,
gathering community, sponsor, media online, online banner, dan
media sosial.
8. Pooch Village menetapkan lokasi bisnis di Kelapa Gading. Hal ini
berdasarkan survei yang dilakukan serta berdasarkan target dan
segmentasi Pooch Village.
9. Dari analisis keuangan yang dilakukan, bisnis kafe Pooch Village
selama 5 tahun menghasilkan Net Present Value (NPV) yang
positif yaitu sebesar Rp 16.233.487.490 yang berarti bahwa bisnis
ini dapat memberikan keuntungan. IRR dari bisnis ini lebih besar
dari suku bunga kredit yaitu 136%. ROI dalam bisnis Pooch
Village pun menunjukkan angka positif menunjukkan bahwa
bisnis Pooch Village layak dijalankan
10. Berdasarkan analisis keuangan untuk payback period dari bisnis
Pooch Village berlangsung selama 1 tahun 1 bulan. Dimana dapat
dilihat bahwa waktu pengembalian balik modal dari bisnis ini
cukup baik.
6.2.
Saran
1. Melakukan kerja sama dengan komunitas yang menangani anjing
terlantar di Indonesia untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
atau pemilik anjing terhadap anjing peliharaannya.
2. Merealisasikan rencana ekspansi bisnis Pooch Village di daerah
Pantai Indah Kapuk dan Puri Indah dengan melakukan survei dan
analisis pasar yang detail.
3. Melakukan riset yang mendalam terhadap kemungkinan untuk
Pooch Village membuka franchise.
4. Mendirikan sekolah khusus grooming bagi para groomer dengan
mendatangkan pengajar dari Thailand.
21
5. Membangun wahana permainan yang lengkap untuk anjing dan
pemiliknya seperti kolam renang, taman bermain dan tempat
fitness untuk anjing.
6. Membuat event dan promosi baru yang menarik. Seperti lari
bersama anjing kesayangan untuk menjaga loyalitas pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Bygrave,
William
D.,
Zacharakis,
Andrew.
(2014).
Entrepreneurship. Edisi ke-3. United States: John Wiley & Sons,
Inc.
Kasali, Rhenald, et al. (2010). Modul Kewirausahaan. Jakarta:
Hikmah Zaman Baru
Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William. (2011).
Foundations of Finance. Edisi ke-7. United States: Pearson
Education, Inc.
Kimmel, Paul D., Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald E. (2011).
Financial Accounting: Tools for Business Decision Making. Edisi
ke-6. United States: John Wiley & Sons, Inc.
Kotler, Philip, Keller, Kevin Lane. (2012). Marketing Management
14th Edition. New Jersey Prentice Hall.
Osterwalder, Alexander, Pigneur, Yves. (2009). Business Model
Generation, A Handbook for Visioners, Game Changers and
Challengers. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Ravanavar, Gomatesh M., Charantimath, Dr. Poornima M. (2012).
Strategic Formulation Using TOWS Matrix. Vol.1, p. 3-4
Sunaryo, Eunike Y. (2013). Pusat Pemeliharaan, Perawatan dan
Pelatihan Anjing Peliharaan. Vol.1, p.2
Turban, Efraim, Volonino, Linda. (2012). Information Technology
for Management. Edisi ke-8. United States: John Wiley & Sons,
Inc.
Warren, Carl, Reeve, James, Duchac, Jonathan. (2009). Financial
and Managerial Accounting. United States: South-Western
Cengage Learning.
Download