PERANCANGAN MODEL BISNIS KAFE ANJING DAN ONE STOP DOG’S SOLUTION “POOCH VILLAGE” ALBERT WONGSO, DEWI, SANI KOSASIH SENSER DAN RUDY KURNIAWAN Laporan Teknis Jakarta, 22 Januari 2015 Disetujui: Rudy Kurniawan, S.E, M.M 1 ABSTRAK Jakarta merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang mempunyai aktivitas yang sangat sibuk sehingga membuat setiap orang yang tinggal di sana memerlukan tempat yang nyaman untuk dapat berkumpul, sharing, dan menghilangkan stress. Kafe dan restoran merupakan salah satu tempat nyaman yang dicari oleh masyarakat Jakarta. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kebutuhan pasar semakin meningkat dan memberikan tantangan bagi para pengusaha khususnya di bidang kafe atau restoran. Pengusaha akan menawarkan ciri khas dan keunikan dari kafe untuk menarik perhatian dari pelanggan. Pooch Village merupakan sebuah kafe dan one stop dog’s solution yang menawarkan nuansa anjing, dikarenakan anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak diminati oleh masyarakat, baik anak-anak sampai orang dewasa. Sebagian orang memelihara anjing sebagai teman maupun untuk keperluan lain seperti menjaga keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan perawatan dan perhatian baik dari segi makanan maupun kesehatannya. Pooch Village mempunyai keunikan yaitu Pooch Village membebaskan anjing-anjing berkeliaran di dalam kafe sehingga pelanggan dapat bermain dan melihat anjing-anjing yang lucu dan jinak. Pooch Village juga menyediakan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anjing hingga kebutuhan pelanggan. Fasilitas yang ditawarkan kepada pelanggan adalah perawatan, penitipan, serta penjualan berbagai jenis makanan, produk perawatan dan aksesoris anjing. Pooch Village juga menjadi wadah bagi para pecinta anjing untuk dapat berkumpul. Pooch Village dapat digunakan untuk mengadakan event dan gathering untuk memperat hubungan antara pecinta anjing maupun antara pelanggan dengan Pooch Village. Kata kunci : Kafe, Anjing, One Stop Dog’s Solution BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak diminati oleh masyarakat, baik anak-anak sampai orang dewasa. Sebagian orang memelihara anjing sebagai teman maupun untuk keperluan lain seperti menjaga keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan perawatan dan perhatian baik dari segi makanan maupun kesehatannya. Perkembangan usaha di bidang hewan peliharaan khususnya anjing sudah cukup banyak diminati, dimulai dari penjualan anjing beserta aksesorisnya, klinik, hotel anjing, tempat penitipan dan sekolah anjing. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pencinta anjing. Anjing banyak diminati 2 karena kelucuannya dan kesetiaannya terhadap pemiliknya. Warna, bulu yang lebat serta ras anjing yang berbeda-beda merupakan daya tarik tersendiri bagi para pencinta anjing yang menyebabkan semakin meningkatnya komunitas hewan di masyarakat. Semakin maraknya dan popularnya anjing dalam kehidupan manusia, kontes-kontes anjing pun semakin banyak dilakukan. Penggemar anjing mulai mengutamakan penampilan dan kualitas genetik anjing mereka. Umumnya, kontes anjing banyak diadakan di ibukota Indonesia, Jakarta. Seiring dengan meningkatnya popularitas anjing dan juga perkembangan era globalisasi, para penggemar anjing tidak hanya memperhatikan penampilan anjingnya tetapi juga menjadi ajang untuk memperlihatkan anjingnya kepada komunitas ataupun temannya. Para penggemar anjing pun cenderung mencari suatu tempat untuk berkumpul dan mencari tempat yang nyaman bersama anjing peliharaannya. Namun, di Jakarta masih sedikit tempat untuk berkumpul bersama anjing kesayangan apalagi suasana yang nyaman seperti di kafe, dimana pelanggan dapat menikmati minumannya namun sekaligus menemani anjingnya jalan-jalan. Selain itu juga kurangnya tempat yang menyediakan keperluan untuk anjing seperti grooming dan spa, klinik hewan, serta tempat penitipan anjing dalam satu tempat menyebabkan sulitnya para pemilik anjing untuk memberikan perawatan terhadap anjing peliharaan karena jasa perawatan yang ada saat ini biasanya terpisah sehingga membuat para pemilik anjing menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk melakukan perawatan terhadap anjing peliharaan mereka. 1.2. Definisi Masalah 1. 2. 3. 4. Kurangnya tempat berkumpul para komunitas anjing. Kurangnya fasilitas bermain di tempat penitipan. Pemilik anjing khawatir akan perawatan anjingnya di tempat penitipan. Kurangnya tempat yang menyediakan segala keperluan hewan peliharaan anjing dalam satu tempat atau gedung. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang dibahas dalam penulisan tesis ini dibatasi dari berbagai hal mencakup: 1. Model bisnis Pooch Village berupa kafe yang bertema anjing dimana pelanggan dapat membawa anjing peliharaannya dan dapat berinteraksi langsung dengan anjing yang disediakan di kafe, terdapat juga penjualan produk dan aksesoris anjing serta jasa perawatan, dan penitipan untuk semua jenis anjing. 2. Model bisnis ini dirancang untuk para pencinta dan penggemar anjing di Indonesia, khususnya Jakarta. 3 3. Model bisnis ini mencakup deskripsi bisnis, analisa pasar, analisa lingkungan internal dan eksternal, perancangan keuangan, strategi operasional dan pemasaran, serta analisa kelayakan finansial. 1.4. Tujuan dan Manfaat 1.4.1. Tujuan Tujan dari model bisnis ini adalah : 1. Membuat kafe dengan tema anjing serta memberikan experience kepada pelanggan dengan menyediakan anjing yang dapat berinteraksi langsung dengan pelanggan. 2. Memberikan kemudahan bagi pelanggan yang ingin bertemu dengan sesama pencinta anjing. 3. Menyediakan tempat penitipan anjing. 4. Menganalisis aspek finansial dari model bisnis yang akan dikembangkan, apakah model bisnis ini layak untuk dijalankan atau tidak. 1.4.2. Manfaat 1. Memberikan pengalaman bagi pelanggan yang dapat berinteraksi langsung dengan anjing saat sedang berkumpul atau bersantai di kafe. 2. Memberikan informasi seputar hal yang berhubungan dengan anjing 3. Memberikan alternatif tempat berkumpul bagi para pencinta anjing 4. Memberikan solusi kepada masyarakat dengan menyediakan tempat untuk merawat dan menitipkan anjingnya. 5. Mengetahui apakah bisnis ini merupakan model bisnis yang layak dijalankan dari segi finansial. BAB II VALUE PROPOSITION 2.1 Analisis TOWS Menurut pernyataan Wihrich (1982) yang dikutip oleh Ravanavar dan Charantimath (2012), analisis TOWS merupakan cara efektif untuk mengembangkan sebuah strategi dengan menggabungkan kekuatan yang berasal dari internal dengan peluang dan kekuatan serta menggabungkan kelemahan internal dengan peluang yang berasal dari eksternal dan ancaman. 4 2.2 Analisis Five Forces Model Five Forces merupakan suatu metode analisis untuk memberi gambaran mengenai 5 (lima) kekuatan utama, baik sebagai tekanan ataupun pacuan, yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan dalam suatu industri dan membantu manajemen dalam menentukan strategi mana yang diambil untuk kelangsungan perusahaan (Turban dan Volonino, 2012). 2.3 Analisis PESTEL Analisis PESTEL (Politic, Economic, Social, Technology, Environmental, Legal) digunakan sebagai alat untuk memberikan gambaran luas mengenai lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Secara khusus, analisis ini digunakan untuk memahami risiko yang terkait dengan peningkatan atau penurunan dari kebutuhan pasar. Keenam elemen PESTEL ini membentuk kerangka kerja untuk meninjau situasi dan strategi atau posisi perusahaan, proporsi pemasaran ataupun ide. 2.4 Business Model Canvas Menurut Osterwalder dan Pigneur (2009), Business Model Canvas digunakan untuk dapat memperjelas bisnis yang akan dibangun dan dapat mengetahui gambar mengenai keseluruhan proses bisnis yang akan dibuat. Business Model Canvas juga dapat menggambarkan tentang bagaimana menciptakan dan memberikan nilai dari bisnis. 2.4.1 Customer Segments Segmentasi pelanggan merupakan pembagian pasar menjadi suatu kelompok yang bertujuan untuk dicapai atau menjadi target dari suatu produk. 5 2.4.2 Value Propositions Value proposition merupakan nilai dari produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada segmentasi pelanggan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan pelanggan dan memecahkan masalah pelanggan. Value proposition merupakan sebuah alasan kenapa pelanggan akan memilih produk kita. 2.4.3 Channel Channel menggambarkan bagaimana perusahaan dapat mengkomunikasikan value proposition dari produk kepada segmentasi pelanggan. 2.4.4 Customer Relationship Customer relationship merupakan cara bagaimana membangun hubungan dan menjalin hubungan dengan pelanggan. 2.4.5 Revenue Streams Revenue streams merupakan sumber inti sebagai pendapatan dari penjualan produk dan jasa. 2.4.6 Key Resources Untuk membangun sebuah bisnis, maka diperlukan sumber daya utama yang menggambarkan aset-aset penting yang dapat mendukung bisnis agar dapat berjalan lancar seperti penawaran value proposition, menjangkau pasar, menjalin hubungan dengan pelanggan dan menghasilkan pendapatan. 2.4.7 Key Activities Dalam sebuah bisnis membutuhkan aktivitas kunci yang merupakan hal penting dalam menjalankan bisnis model agar bisnis dapat berjalan dengan sukses. Aktivitas kunci diperlukan untuk menawarkan value proposition, menjangkau pasar, dan menjalin hubungan dengan pelanggan dan menghasilkan pendapatan. 2.4.8 Key Partnership Key partnership merupakan bagian dalam bisnis model yang berfungsi untuk menjalin hubungan kemitraan dengan pemasok agar bisnis dapat berjalan dengan lancar. 2.4.9 Cost Structure Cost structure menjelaskan biaya apa saja yang menjadi pendukung dalam menjalankan model bisnis yang dirancang. Beberapa faktor yang dapat menjadi sumber biaya adalah membuat dan 6 menawarkan value proposition, menjalin hubungan dengan pelanggan dan menghasilkan pendapatan. 2.5 Marketing Mix Marketing mix merupakan faktor-faktor yang digunakan untuk mempengaruhi penjualan produk. Marketing mix yang biasanya disebut dengan 7P mempunyai 7 (tujuh) faktor yaitu product, price, place, promotion, people, process dan physical evidence (Kotler dan Keller, 2012). 2.6 Perencanaan dan Perkiraan Keuangan 1. 2. 3. Neraca (Balance Sheet) Neraca berisi laporan yang menunjukkan aset, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu perusahaan dalam waktu yang telah ditentukan (Keown, Martin dan Petty, 2011). Neraca dapat digunakan sebagai gambaran keadaan keuangan suatu perusahaan pada waktu tertentu. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menurut Keown, Martin dan Petty (2011), laporan laba rugi mengindikasikan jumlah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam waktu tertentu, sering kali dalam jangka 1 (satu) tahun. Laporan laba rugi mencatat gambaran semua aktivitas dalam perusahaan, baik pendapatan maupun pengeluaran perusahaan. Net income perusahaan biasanya terdapat di bagian bawah laporan. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) Perusahaan membutuhkan dana tunai atau kas dalam menjalankan usahanya. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan mengenai transaksi-transaksi pemasukan dan pengeluaran keuangan yang berhubungan dengan kas sehingga jika telah digambarkan dengan benar dan detail maka dapat mengidentifikasi kapan dan berapa banyak keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan (Bygrave dan Zacharakis, 2014). 2.7 Analisis Kelayakan Usaha 2.7.1 Free Cash Flow Menurut Warren, Reeve, Duchac (2009) Free cash flow adalah sebuah ukuran dari aliran cash flow operasional yang tersedia untuk keperluan perusahaan setelah mencadangkan penambahan fixed asset yang cukup untuk mempertahankan kapasitas produktif. Cara untuk menghitung free cash flow : 7 Free Cash Flow : Cash flow from operating activities Less : Investments in fixed assets to maintain current production Free cash flow $XXX $XXX $XXX 2.7.2 Net Present Value (NPV) NPV merupakan proposal investasi dengan melakukan selisih antara nilai saat (present value) ini dari hasil proyeksi pendapatan bersih yang diharapkan di masa mendatang dengan nilai investasi awal saat ini (Keown, Martin dan Petty, 2011). NPV = PV benefits – PV costs PV benefits = 2.7.3 Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan perhitungan suku bunga yang setara dengan nilai investasi awal saat ini dengan pendapatan bersih yang diharapkan. PV cost = 0 2.7.4 Metode Payback Period Payback period merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali pengeluaran kas awal yang merupakan sebuah investasi (Keown, Martin dan Petty, 2011). Berikut formula payback period. 2.7.5 Analisis Break Even Point (BEP) BEP merupakan suatu titik atau kondisi perusahaan dimana pendapatan dari bisnis sama dengan modal yang diperlukan untuk membuat bisnis tersebut (EBIT = 0). Menurut Keown, Martin dan Petty (2011), analisis BEP digunakan baik oleh perusahaan yang kecil dan besar untuk memperoleh informasi yang dinilai bermanfaat bagi perusahaan untuk membantu dalam membuat keputusan bagi perusahaan. 2.7.6 Return on Investment (ROI) ROI merupakan salah satu alat pengukuran performa dari sebuah perusahaan karena dapat memberikan informasi mengenai 8 efektifitas pemanfaatan aset perusahaan untuk mendapatkan prediksi keuntungan yang akan didapatkan. BAB III BUSINESS MODEL CANVAS 3.1 Business Model Canvas BAB IV BUSINESS PLAN 4.1 Profil Perusahaan Pooch Village merupakan perusahaan yang dibentuk pada tanggal 8 Januari 2015. Pooch Village dibuka pada sebuah ruko 4 lantai di Jalan Boulevard Timur kelapa Gading yang terletak di daerah Jakarta Utara. Memiliki karyawan yang terlatih, sigap, ramah dan bertanggung jawab sebanyak 26 orang. Pooch Village didirikan oleh 3 orang pebisnis muda dimana 9 mereka melihat kurangnya tempat untuk para pemilik anjing untuk bersantai dan kurangnya tempat yang menyediakan segala keperluan hewan peliharan khususnya anjing dalam satu lokasi. 4.2 Visi, Misi dan Tagline Pooch Village Visi Pooch Village menjadi salah satu perusahaan yang paling maju, unggul dan terpercaya sebagai tempat yang memberikan layanan yang terbaik bagi anjing peliharaan serta menjadikan nama Pooch Village terkenal sampai nusantara. Misi 1. Menjadi perusahaan yang maju dibidang kafe tematik dan One Stop Dogs Solution 2. Memberikan tempat yang nyaman bagi komunitas pencinta anjing untuk berkumpul dengan peliharaan mereka. 3. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk kepuasan pelanggan. 4. Profesionalisme dalam melayani pelanggan. 5. Meningkatkan kualitas manajemen dan sumber daya manusia. Tagline Pooch Village memiliki tagline “A new destination to treat and hangout with your dogs”. 4.3 Struktur Organisasi Direktur Manajer Staff Pemasaran Staff Pengadaan Barang dan Gudang Staff Operasional Staff Keuangan 10 4.4 Analisis Internal dan Eksternal 4.4.1 Analisis Five Force A. Ancaman Kompetitor Baru Ancaman Kompetitor Baru tergolong tinggi hal ini dikarenakan Pooch Village merupakan pionir untuk kafe yang bertemakan anjing sehingga pemain baru dapat meniru bisnis ini. B. Ancaman dari Produk Pengganti Ancaman dari produk pengganti untuk Pooch Village tergolong rendah hal ini dikarenakan para komunitas dan para pemilik anjing saat ini tidak memiliki tempat khusus untuk berkumpul dan mengajak anjing mereka bersantai. C. Daya Tawar dari Pembeli Daya tawar dari pembeli Pooch Village rendah hal ini dikarenakan Pooch Village merupakan satu – satunya tempat yang menyediakan kafe yang bertemakan anjing sehingga untuk pelanggan yang ingin membawa anjing mereka bersantai akan datang ke Pooch Village. D. Daya Tawar dari Pemasok Daya tawar dari pemasok Pooch Village rendah hal ini dikarenakan Pooch Village bekerja sama dengan banyak pemasok sehingga Pooch Village tidak tergantung dengan pemasok. E. Persaingan dengan Usaha yang Ada 1. Dalam industri kafe, persaingan dengan usaha yang ada Pooch Village tergolong tinggi ini dikarenakan banyaknya pesaing di industry ini seperti Cinema Cafe, Kitty’s Corner Cafe, Comic Café, Biblio Theque dan Beezy Cafe. 2. Untuk persaingan dengan usaha yang ada untuk tema kafe Pooch Village tergolong rendah. Hal ini dikarenakan kafe yang menjadi bisnis utama Pooch Village yang bertemakan anjing belum ada di Indonesia khususnya di Jakarta. 4.4.2 Analisis TOWS TOWS ANALISIS Strengths : 1. Experience yang unik. 2.Karyawan yang terlatih. 3. Pelayanan yang sigap. 4. Kafe dengan konsep anjing. 5. Adanya CCTV online di penitipan. Weakness : 1. Brand yang belum kuat. 11 Opportunities : 1. Banyaknya komunitas pecinta anjing dan sulitnya tempat untuk berkumpul para komunitas pencinta anjing. 2. Kurangnya fasilitas bermain di tempat penitipan dan ketidakpercayaan terhadap tempat penitipan. Threats: 1. Munculnya kompetitor baru. S-O Strategies 1. Membuat kafe dengan fasilitas yang nyaman bagi para komunitas dan pemilik anjing berkumpul. W-O Strategies 1. Bekerja sama dengan komunitas dengan membuat event. 2. Membuat ruang penitipan khusus untuk anjing bermain dan memberikan fasilitas berupa cctv online sehingga pelanggan dapat mengecek anjing mereka melalui website . S-T Strategies 1. Memberikan promosi promosi yang baru dan menarik. 2. Menjadi sponsor dalam event yang diadakan oleh komunitas. W -T Strategies 1. Menjaga loyalitas dari pelanggan dengan memberikan promosi promosi yang baru. 2. Mengevaluasi kinerja karyawan setiap bulannya. 3. Meningkatkan kualitas berdasarkan masukkan dari pelanggan. 4.4.3 Analisis PESTEL 1. Politik - Dampak politik sangat berpengaruh terhadap bisnis Pooch Village dimana jika kondisi politik tidak menentu akan menyebabkan ketidakpastian dalam bisnis Pooch Village. - Adanya perubahan kebijakan – kebijakan pemerintah mengenai pajak, upah dan tenaga kerja juga ikut mempengaruhi bisnis Pooch Village. - Dampak politik tidak hanya berasal dari pemerintahan saja tetapi juga terdapat politik antar perusahaan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kelancaran bisnis Pooch Village. 2. Ekonomi - Kenaikan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini memberikan dampak terhadap perekonomian di 12 Indonesia. Dimana harga pasokan barang yang diperlukan Pooch Village sebagian besar akan naik dan hal ini berpengaruh terhadap harga jual produk dan jasa di Pooch Village. - Dampak inflasi juga menyebabkan harga bahan baku yang meningkat. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan operasional bisnis Pooch Village. - Berlakunya perdagangan bebas ASEAN (AFTA dan MEA) berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia dimana para pebisnis dari luar Indonesia bebas membuka usaha di Indonesia menyebabkan munculnya banyak pesaing dan persaingan bisnis Pooch Village menjadi ketat. - Dampak ekonomi juga berpengaruh terhadap harga pasar dan pemintaan konsumen untuk produk dan jasa Pooch Village. 3. Social - Masyarakat saat ini lebih menyukai hal – hal yang bersifat unik dan semakin menuntut fasilitas – fasilitas yang baik sehingga Pooch Village dituntut untuk memberikan fasilitas yang baik agar dapat bersaing dengan para pesaing yang ada. - Gaya hidup masyarakat yang suka berkumpul menjadi demand bagi Pooch Village untuk menyediakan sebuah tempat bagi para komunitas pencinta anjing dan pemilik anjing untuk berkumpul. 4. Technology (Teknologi) - Teknologi sangat berperan di era globalisasi saat ini. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bisnis di Pooch Village untuk mendukung operasional dan pemasaran dari produk dan jasa yang akan dijual dimana Pooch Village membuat website dan menggunakan media sosial untuk pemasaran, untuk pembayaran juga mengunakan teknologi berupa mesin kasir. selain itu juga untuk mempermudah proses bisnis dengan menggunakan komputer. 5. Environment - Faktor perubahan iklim dan cuaca mempengaruhi berjalannya bisnis ini dimana Pooch Village terletak di daerah Jakarta Utara yang rawan banjir. Meskipun di sekitar Pooch Village tidak terkena banjir namun akses yang dilalui untuk menuju Pooch Village akan sulit dilewati karena banjir. Hal ini menyebabkan penjualan produk dan jasa Pooch Village menurun. - Bisnis ini juga tidak merugikan lingkungan sekitar karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Sehingga tidak memberikan dampak yang buruk terhadap berjalannya Pooch Village. 13 - Masyarakat sekitar pun tidak mempengaruhi dibukanya Pooch Village ini. 6. Legal (Hukum) - Legal sangat mempengaruhi bisnis ini. Dimana untuk mendirikan bisnis ini harus mengikuti peraturan –peraturan hukum yang ditetapkan seperti pembuatan nama SIUP, Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan pembayaran pajak serta pendaftaran produk makanan dan minuman yang dijual Pooch Village ke BPOM dan sertifikasi halal. 4.5 Analisis Kompetitor Perbandingan Pooch Village Cub n Kit Groovy Noel Pets Happy Pets Pet Depo Terdapat Grooming dan Spa Ya Ya Ya Ya Ya Ya Terdapat Tempat Penitipan Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Terdapat Klinik Hewan Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Menjual Perlengkapan Anjing Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Memiliki Fasilitas CCTV Online di Tempat Penitipan Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Memiliki Fasilitas Tempat Bermain Anjing di Tempat Penitipan Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Harga Rp 30.000 Rp 300.000 Rp75.000Rp240.000 Rp60.000Rp100.000 Rp80.000 Rp 200.000 Rp 60.000 Rp 200.000 Mulai dari Rp100.000 14 4.5.1 Marketing Plan 2015 Tabel 4. 1 Marketing Plan Bulan Januari Promo Discount 10% semua item dan jasa Februari Maret April May Juni Post foto dengan anjing di pooch village, post di twitter dan instagram dengan hashtag #PoochVillage akan mendapatkan 1 donat (100 orang pertama) Event seminar Datang ber 5 gratis 1 Kompetisi kecantikan Join event (PERKIN) Event seminar Juli Membawa anjing dengan kostum merah putih akan Agustus mendapatkan 20 point September Discount 10% untuk grooming dan spa Discount awal tahun, 10% jasa, 5% makanan dan Oktober minuman November Join event (PERKIN) Desember Pembelian aksesoris bertema natal mendapatkan discount 20% Desain natal 4.6 Perencanaan Keuangan 4.6.1 Perencanaan Anggaran Fixed Asset Kendaraan Daihatsu Gran Max BV 1.3 AC Peralatan Playground Peralatan Dapur Peralatan Kafe Peralatan Grooming & Spa Peralatan Klinik Hewan Peralatan Penitipan Fixed Cost Variable Cost Others Start-Up Cost Rp 118.000.000 Rp 10.000.000 Rp 67.163.000 Rp 159.468.000 Rp 62.600.000 Rp 16.150.000 Rp 4.800.000 Rp 801.000.000 Rp 1.258.266.415 Rp 149.250.000 Rp 438.181.000 Rp 801.000.000 Rp 1.258.266.415 Rp 149.250.000 15 Biaya Tidak Terduga Total Start Up Costs 4.6.2 Rp 53.302.585 Rp 53.302.585 Rp 2.700.000.000 Proyeksi Laba Rugi (Income Statement) Rp12,000,000,000 Rp10,626,935,433 Rp9,310,134,348 Rp10,000,000,000 Rp8,000,000,000 Rp6,000,000,000 Rp3,971,494,000 Rp3,528,708,575 Rp4,000,000,000 Rp2,670,570,090 Rp2,000,000,000 Rp2015 2016 2017 2018 2019 4.7 Analisis Kelayakan Usaha 4.7.1 Free Cash Flow Rp14,000,000,000 Rp12,013,996,317 Rp12,000,000,000 Rp10,820,031,501 Rp10,000,000,000 Rp8,000,000,000 Rp6,000,000,000 Rp4,272,275,764 Rp4,000,000,000 Rp3,381,858,972 Rp2,768,476,165 Rp2,000,000,000 Rp2015 4.7.2 2016 2017 2018 2019 Net Present Value (NPV) Perhitungan NPV Pooch Village untuk proyeksi selama 5 (lima) tahun menggunakan suku bunga sebesar 12,5% yang didapat dari Bank Mandiri dari nilai suku bunga kredit konsumsi (Non KPR). 16 Tahun 0 1 2 3 4 5 Interest Kas Bersih Rp (2.700.000.000) Rp 2.768.476.165 Rp 4.272.275.764 Rp 3.381.858.972 Rp 10.820.031.501 Rp 12.013.996.317 Present Value Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp PV Kas Bersih (2.700.000.000) 2.460.867.702 3.375.625.295 2.375.187.646 6.754.892.399 6.666.914.449 18.933.487.490 12,50 % Total PV Kas Bersih Total PV Investasi NPV Rp Rp Rp 18.933.487.490 2.700.000.000 16.233.487.490 Berdasarkan perhitungan NPV diatas, NPV menunjukkan nilai yang positif. Dapat disimpulkan bahwa bisnis Pooch Village merupakan bisnis yang layak dilakukan karena proyeksi yang ditunjukkan selama 5 (lima) tahun merupakan nilai yang positif. 4.7.3 Internal Rate of Return (IRR) Tahun 0 1 2 3 4 5 Kas Bersih Rp (2.700.000.000) Rp 2.768.476.165 Rp 4.272.275.764 Rp 3.381.858.972 Rp 10.820.031.501 Rp 12.013.996.317 Present Value Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp PV Kas Bersih (2.700.000.000) 2.460.867.702 3.375.625.295 2.375.187.646 6.754.892.399 6.666.914.449 18.933.487.490 IRR 136% Kesimpulannya, jika IRR > suku bunga kredit, maka diterima jika IRR < suku bunga kredit, maka ditolak Berdasarkan perhitungan IRR diatas, Pooch Village memiliki investasi yang sangat menjanjikan. 4.7.4 Payback Period Dari pengeluaran kas awal sebesar Rp 2.700.000.000 dapat dilihat bahwa diperkirakan dalam waktu 1 tahun 1 bulan payback period dari bisnis Pooch Village dapat tercapai. 17 Tahun 0 1 2 3 4 5 4.7.5 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Annual (2.700.000.000) 2.670.570.090 3.528.708.575 3.971.494.000 9.310.134.348 10.626.935.433 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Cumulative (2.700.000.000) (29.429.910) 3.499.278.665 7.470.772.664 16.780.907.012 27.407.842.445 Break Even Point (BEP) BEP merupakan kondisi perusahaan dimana pendapatan dari bisnis sama dengan modal yang diperlukan untuk membuat bisnis tersebut. Kondisi BEP Pooch Village terjadi pada tahun pertama sebesar Rp 2.700.000.000 4.7.6 Return on Investment (ROI) Tahun 1 2 3 4 5 Rp Rp Rp Rp Rp Net Income 2.670.570.090 3.528.708.575 3.971.494.000 9.310.134.348 10.626.935.433 Rp Rp Rp Rp Rp Initial Investment 2.700.000.000 2.700.000.000 2.700.000.000 3.026.631.000 3.026.631.000 4.8 Rencana Jangka Panjang Membuka cabang baru di Pantai Indah Kapuk 2018 Membuka cabang baru di Puri Mendirikan sekolah grooming 2020 Membuat fasilitas kolam renang anjing 2022 2023 Membuat fasilitas taman bermain anjing 2024 2025 Membuat tempat fitness anjing ROI 98,9% 130,7% 147,1% 307,6% 351,1% 18 BAB V PROTOTYPE 5.1. Logo dan Seragam 5.2. Menu 5.3. Layout Pooch Village 19 5.4. Website Pooch Village BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Pooch Village merupakan sebuah tempat yang memberikan experience yang unik dimana pelanggan dapat membawa anjing peliharaan mereka bermain didalam kafe dan pelanggan juga dapat bermain dengan anjing – anjing yang disediakan oleh Pooch Village di dalam kafe. Selain itu Pooch Village menyediakan keperluan khusus anjing seperti tempat penitipan, grooming dan spa, klinik hewan serta tempat penjualan aksesoris dan makanan anjing. 2. Pooch Village memposisikan bisnisnya sebagai pionir kafe yang bertema anjing dimana Pooch Village mengijinkan pelanggan 20 membawa anjing peliharaan mereka dan didalam kafe terdapat anjing yang dilepas di dalam kafe untuk bermain dengan pelanggan. 3. Pooch Village menargetkan pelanggannya dari usia 25 tahun sampai 55 tahun dan juga para komunitas pencinta anjing dan pemilik anjing. 4. Pooch Village juga berfokus terhadap segmentasi pelangan menengah keatas dengan pendapatan diatas Rp 5.000.000. 5. Penetapan target dan segmentasi Pooch Village dilakukan berdasarkan survei yang telah dilakukan. 6. Pooch Village telah merencanakan strategi pemasaran selama setahun yang dapat meningkatkan penjualan dan menarik pelanggan untuk datang ke Pooch Village. 7. Untuk meningkatkan brand awareness, Pooch Village strategi pemasaran dan hubungan masyarakat yang dilakukan secara offline maupun online dengan media cetak, flyer, brosur, spanduk, gathering community, sponsor, media online, online banner, dan media sosial. 8. Pooch Village menetapkan lokasi bisnis di Kelapa Gading. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan serta berdasarkan target dan segmentasi Pooch Village. 9. Dari analisis keuangan yang dilakukan, bisnis kafe Pooch Village selama 5 tahun menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif yaitu sebesar Rp 16.233.487.490 yang berarti bahwa bisnis ini dapat memberikan keuntungan. IRR dari bisnis ini lebih besar dari suku bunga kredit yaitu 136%. ROI dalam bisnis Pooch Village pun menunjukkan angka positif menunjukkan bahwa bisnis Pooch Village layak dijalankan 10. Berdasarkan analisis keuangan untuk payback period dari bisnis Pooch Village berlangsung selama 1 tahun 1 bulan. Dimana dapat dilihat bahwa waktu pengembalian balik modal dari bisnis ini cukup baik. 6.2. Saran 1. Melakukan kerja sama dengan komunitas yang menangani anjing terlantar di Indonesia untuk meningkatkan kepedulian masyarakat atau pemilik anjing terhadap anjing peliharaannya. 2. Merealisasikan rencana ekspansi bisnis Pooch Village di daerah Pantai Indah Kapuk dan Puri Indah dengan melakukan survei dan analisis pasar yang detail. 3. Melakukan riset yang mendalam terhadap kemungkinan untuk Pooch Village membuka franchise. 4. Mendirikan sekolah khusus grooming bagi para groomer dengan mendatangkan pengajar dari Thailand. 21 5. Membangun wahana permainan yang lengkap untuk anjing dan pemiliknya seperti kolam renang, taman bermain dan tempat fitness untuk anjing. 6. Membuat event dan promosi baru yang menarik. Seperti lari bersama anjing kesayangan untuk menjaga loyalitas pelanggan. DAFTAR PUSTAKA Bygrave, William D., Zacharakis, Andrew. (2014). Entrepreneurship. Edisi ke-3. United States: John Wiley & Sons, Inc. Kasali, Rhenald, et al. (2010). Modul Kewirausahaan. Jakarta: Hikmah Zaman Baru Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William. (2011). Foundations of Finance. Edisi ke-7. United States: Pearson Education, Inc. Kimmel, Paul D., Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald E. (2011). Financial Accounting: Tools for Business Decision Making. Edisi ke-6. United States: John Wiley & Sons, Inc. Kotler, Philip, Keller, Kevin Lane. (2012). Marketing Management 14th Edition. New Jersey Prentice Hall. Osterwalder, Alexander, Pigneur, Yves. (2009). Business Model Generation, A Handbook for Visioners, Game Changers and Challengers. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Ravanavar, Gomatesh M., Charantimath, Dr. Poornima M. (2012). Strategic Formulation Using TOWS Matrix. Vol.1, p. 3-4 Sunaryo, Eunike Y. (2013). Pusat Pemeliharaan, Perawatan dan Pelatihan Anjing Peliharaan. Vol.1, p.2 Turban, Efraim, Volonino, Linda. (2012). Information Technology for Management. Edisi ke-8. United States: John Wiley & Sons, Inc. Warren, Carl, Reeve, James, Duchac, Jonathan. (2009). Financial and Managerial Accounting. United States: South-Western Cengage Learning.