Manasik Haji - Nulisbuku.com

advertisement
MUKADDIMAH
egala puji hanya bagi Allah swt., mahakuasa atas
segala sesuatu, tempat semua ciptaan-Nya berserahdiri dan bergantung. Dengan memohon ridha-Nya,
panduan ini disusun untuk memudahkan jamaah
haji menunaikan kewajiban syariahnya sesuai dengan tuntunan berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih
yang berhubungan langsung dengan segala permasalahan di
seputar prosesi ibadah haji.
S
Untuk mengawali, perlu dikemukakan bahwa tulisan ini
bukan merupakan fatwa. Ini hanyalah kajian penulis dari
alaman baik teori maupun praktik, dengan mentadabburi
petunjuknya. Bila terdapat dua pendapat yang berkedudukan
setara, keduanya ditampilkan apa adanya sehingga pembaca
dapat menelisik dan menyimpulkan sendiri kandungannya.
Semoga Allah swt. memudahkan kita memahaminya agar
tidak keliru melangkah.
Ibadah haji pada dasarnya merupakan ibadah yang
dilakukan dengan mengunjungi rumah Allah (Baitullah). Dan
oleh karena Allah swt. yang menjadi tuan rumahnya, sudah
sepatutnya kita mengikuti arahan dari tuan rumah, utamanya
dalam cara memasuki rumah itu, yaitu tanah haram, cara
beribadah di dalamnya dan cara meninggalkannya dengan
menelisik panduan-panduan dari al-Qur’an dan hadits.
Al-Qur’an tidak lain hanya membicarakan orang yang
membaca, walaupun kadang mengambil contoh kasus dari
masyarakat sebelum kita. Surat al-Hajj berikut ini merupakan
arahan yang secara khusus menggarisbawahi pentingnya ilmu
dalam melaksanakan segala macam peribadatan, dalam hal
ini ibadah haji.
2
Dan diantara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa
petunjuk dan tanpa kitab yang bercahaya, dengan
memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia
dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di
hari kiamat. Kami merasakan kepadanya azab neraka
yang membakar. Yang demikian itu disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu. Dan
sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya
hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Hajj: 8-10)
Dan diantara manusia ada orang yang menyembah
Allah dengan berada di tepi. Maka jika memperoleh
kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia
ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang.
Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata. Ia menyeru selain Allah
sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak
memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah
kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat ketimbang manfaatnya.
Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat
penolong dan sejahat-jahat kawan. (QS. Al-Hajj: 11-13)
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke alam
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Ia kehendaki.
Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali
tiada menolongnya di dunia dan akhirat, maka hendaklah
ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia
melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu
dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan
hatinya. (QS. Al-Hajj: 14-15)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan al-Qur’an
yang merupakan ayat-ayat yang nyata dan bahwa Allah
Manasik Haji | Menurut al-Qur’an & as-Sunnah
3
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
(QS. Al-Hajj: 16)
Semoga kita dijauhkan-Nya dari segala macam nafsu dan
prasangka, agar mudah menggapai ikhlas, yang merupakan
dasar pijakan pertama dalam beribadah. Amma ba’du.
Yang disebut ibadah haji sebenarnya terdiri dari dua
rangkaian yaitu umrah dan haji. “Sesungguhnya umrah telah
masuk ke dalam haji sampai hari kiamat.” (Penggalan dari
HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i – Hamidy,
Mu’ammal, Terjemahan Nailul Authar 3, h. 1425)
Biasanya pada saat jamaah melaksanakan tahapan
awalnya, mereka disebut calon jamaah haji (CJH), dan akan
disebut haji setelah tuntas melaksanakan wuquf di Arafah.
Inilah pangkal salah kaprah penggunaan istilah haji bagi
jamaah sepulangnya dari tanah suci sehingga mereka kemudian akan dipanggil Pak Haji atau Bu Hajah sekembalinya ke
tanah air. Akibatnya, mereka menikmati sanjungan itu,
kadang secara berlebihan.
Sebenarnya yang disebut haji adalah saat para jamaah
sedang melaksanakan ibadah hajinya bukan sesudahnya,
karena haji adalah perbuatan; menyengaja melakukan ibadah
haji. Sehingga julukan yang tepat semestinya ialah jamaah
haji bukan calon jamaah haji. Itu berlaku sejak jamaah
berkumpul di pemondokan haji, kemudian berangkat ke tanah
suci, hingga kembali ke pemondokan haji lagi. Setelah masa
itu lepas pulalah istilah jamaah haji atau haji bagi mereka.
Itu sudah berlalu. Masyarakat Arab Saudi sebenarnya lebih
paham dengan memanggil para jamaah dengan sebutan hajji.
Itulah yang benar, dijuluki haji saat berhaji di tanah suci.
Mereka yang telah selesai melaksanakan ibadah hajinya
tidak akan menyandang predikat apa-apa, dan sebenarnya
tidak juga perlu dipanggil Pak Haji atau Bu Hajah, karena
predikat haji itu tidak ada. Rasulullah saw. sendiri tidak
Henk Kusumawardana .
4
pernah dipanggil Haji Muhammad demikian pula para
sahabat, sebagaimana sarjana tidak lagi dijuluki mahasiswa.
Panggilan yang baru adalah gelar kesarjanaannya. Dalam hal
haji, gelar ini adalah mabrur dan itu merupakan hak
prerogatif Allah swt. saja untuk menyematkannya di dada
jamaah pilihan-Nya. Tugas kita hanyalah berusaha agar
menjadi salahsatu diantaranya.
Mabrur merupakan kosakata bahasa Arab yang berasal
dari kata barra, yaburru, barran yang berarti taat. Al-birru
artinya ketaatan. Dalam hal haji, haji mabrur artinya haji
yang diterima Allah swt. Dan diantara tanda diterimanya haji
seseorang adalah adanya perubahan perilaku menjadi lebih
baik yang tercermin dari ketaatannya pada petunjuk.
Dan dengan tujuan yang sama pula -agar ibadahnya
diterima Allah swt.- Nabi Ibrahim as. memohon petunjuk
mengenai tata-cara manasik haji langsung kepada Allah,
seperti tercatat dalam QS. Al-Baqarah: 128 berikut:
Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang
tunduk patuh kepada-Mu dan (jadikanlah) di antara
anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan
tunjukkanlah kepada kami manasik (haji) kami dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau mahapenerima taubat lagi mahapenyayang. (QS. Al-Baqarah:
128)
Kemudian Allah swt. tunjukkan tata-cara manasik haji
bagi kita, anak-cucu Nabi Ibrahim as. yang turut dido’akan,
agar menjadi insan yang tunduk patuh kepada-Nya, melalui
Rasulullah saw. yang bersabda:
Khudzuu ‘annii manaasikakum.
manasikmu. (HR. Muslim)
Ambillah
dariku
Dengan demikian, mengikuti manasik haji seperti yang
dikerjakan Rasulullah saw. menjadi kewajiban melekat.
Manasik Haji | Menurut al-Qur’an & as-Sunnah
5
Membicarakan manasik haji (tata-tertib) tentu tidak akan
lepas dari ilmu haji (kiat dan manfaat) serta hukum haji
(syarat, rukun, wajib dan sunnah). Adapun falsafah haji
(kemaknaan), sengaja tidak diangkat di dalam buku ini karena
aran itu memerlukan penjabaran sendiri yang cukup panjang.
Ada tiga cara melaksanakan haji yaitu Tamattu’, Qiran
dan Ifrad, namun tata-tertib yang digelar ini menukil Haji
Tamattu’ bagi jamaah haji Indonesia gelombang-2, dimana
perjalanan dari Indonesia ke Arab Saudi dilakukan dengan
pesawat udara menuju Jeddah kemudian dilanjutkan dengan
perjalanan darat langsung ke Makkah. Berbeda dengan
gelombang-1 yang mendarat di Madinah, baik langsung atau
pun melalui Jeddah.
Haji Tamattu’ adalah mengerjakan ibadah haji dengan
mendahulukan umrah kemudian haji dan tidak membawa
hewan hadyu dari rumah. Inilah cara yang diperintahkan
Rasulullah saw., yang juga termaktub dalam QS. Al-Baqarah:
196. Merupakan satu dari tiga jenis haji, yang khusus
ditujukan bagi penduduk di luar tanah haram.
… Maka barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji,
dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat.
Tetapi jika ia tidak mendapatkannya, maka dia wajib
berpuasa tiga hari di saat haji dan tujuh (hari) setelah
kalian kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari) Demikian
itu bagi orang yang bukan penduduk masjid al-Haram
… (QS. Al-Baqarah: 196)
Ayat di atas sering disalahertikan (salah mengerti),
salahsatunya anggapan bahwa mengerjakan haji tamattu’
akan terkena denda (dam) sebagai konsekuensi dari
mengerjakan haji secara ringan dengan bersenang-senang.
Tamattu’ bisa juga berarti nikmat atau menyenangkan karena
setelah bertahallul dari umrah, semua pantangan ihram
Henk Kusumawardana .
6
menjadi halal kembali dan menanti saat haji dengan santai
dengan berbusana bebas.
Sebenarnya hadyu itu bukan dam dalam arti denda. Dam
asalkatanya yaitu mengalirkan darah. Hadyu adalah hewan
qurban yang wajib disembelih oleh jamaah haji, baik haji
tamattu’, qiran maupun ifrad. Sedang dam adalah denda atas
tidak terpenuhinya salah satu wajib haji atau terlanggar
pantangan ihram (umumnya dengan mengalirkan darah
hewan dengan menyembelihnya).
Jamaah tidak akan didam (didenda) dengan melakukan
haji tamattu’ karena haji tamattu’ merupakan perintah Allah
swt. bagi penduduk di luar tanah haram. Mengapa pula harus
didenda sedang kita laksanakan perintah-Nya?
Tadabbur dari penggalan ayat tersebut adalah bahwa
jamaah haji tamattu’ wajib mencari hadyu di tanah haram.
Apabila sesampainya di sana ternyata tidak menemukan
hewan hadyu (atau tidak mempunyai uang untuk membeli)
maka ia harus membayar fidyah, yaitu dengan cara berpuasa
sepuluh hari; tiga hari di tanah haram dan tujuh hari
sekembalinya di kampung halaman.
Berikutnya, kebedaan mendasar haji tamattu’ dengan haji
qiran dan ifrad ialah bahwa dua yang terakhir itu membawa
sendiri hewan hadyunya dari rumah, hal mana tidak
memungkinkan bagi kita untuk membawa serta hewan hadyu
di atas pesawat udara. Dengan demikian menjadi wajar bila
kewajiban haji bagi penduduk di luar tanah haram adalah
secara tamattu’. Hal yang sudah diantisipasi dengan cermat.
Berikut adalah tadabbur dari QS. Al-Baqarah: 196 secara
lengkap. Ini penting untuk disimak karena merupakan dasar
berpijak bagi manasik haji kita. Perhatikan pengelompokan
kalimatnya untuk mendapatkan pemahaman yang baik.
Manasik Haji | Menurut al-Qur’an & as-Sunnah
7
1. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena
Allah. 2. Tetapi jika kamu terkepung (oleh musuh) maka
sembelihlah hadyu yang mudah didapat, dan jangan
kamu mencukur kepalamu sebelum hadyu sampai di
tempat penyembelihannya. 3. Jika ada diantaramu yang
sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur)
maka dia wajib berfidyah yaitu berpuasa, bersedekah
atau berqurban. 4. Apabila kamu dalam keadaan aman,
maka barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia
(wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi
jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib)
berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari)
setelah kamu kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari).
Demikian itu bagi orang yang bukan penduduk masjid alHaram. 5. Bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah
bahwa Allah sangat keras hukumannya. (QS. AlBaqarah: 196)
1. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena
Allah.
Ayat ini diawali dengan penekanan akan wajibnya
mengerjakan haji dengan ikhlas (karena Allah) dan
sempurna (ittiba’). Ini merupakan perintah.
2. Tetapi jika kamu terkepung (oleh musuh) maka sembelihlah hadyu yang mudah didapat, dan jangan kamu
mencukur kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat
penyembelihannya.
Ini khusus bagi mereka yang perjalanannya terhalang.
3. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu bercukur), maka dia wajib berfidyah
yaitu berpuasa, bersedekah atau berqurban.
Dan ini khusus bagi mereka yang sakit sehingga harus
mencukur rambut di kepalanya.
Henk Kusumawardana .
8
4. Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barang
siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib
menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia
tidak mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga
hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu
kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu bagi
orang yang bukan penduduk masjid al-Haram.
Umrah sebelum haji adalah bentuk haji tamattu’.
Mengerjakan haji secara tamattu’ seperti ini khusus bagi
jamaah yang bukan penduduk masjid al-Haram (bukan
penduduk Makkah). Penduduk Jeddah boleh bertamattu’.
Adapun penduduk Makkah, bagi mereka hanya ada satu cara
yaitu ifrad.
Hadyu yang mudah didapat itu maksudnya agar dicari di
tanah haram, tidak dibawa dari rumah.
5. Bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa
Allah sangat keras hukumannya.
Ayat ini diakhiri dengan wajibnya mengerjakan manasik
dengan benar, (bertaqwa adalah berhati-hati dalam segala
urusannya) disertai ancaman yang sangat keras bagi orang
yang menyepelekannya.
Simak riwayat berikut: Pada saat haji wada’, Rasulullah
saw. menyerukan bagi siapa yang tidak membawa hadyu agar
membuka baju ihramnya (bertahallul dari umrahnya). Beberapa orang masih ragu atas perintah tersebut yang menjadikan
Rasulullah saw. marah dan berkata: “Apa yang aku perintahkan lakukanlah.” Aisyah bertanya: “Mengapa engkau
marah?” Rasulullah saw. menjawab: “Bagaimana tidak, aku
perintahkan sesuatu namun tidak dijalankan.” Setelah orangorang mengetahui bahwa Rasulullah saw. marah, banyak dari
mereka segera bertahallul, termasuk istri Beliau dan Fatimah
putri Beliau, kecuali mereka yang membawa hadyu.
Manasik Haji | Menurut al-Qur’an & as-Sunnah
9
Ali bin Abi Thalib ra. yang saat itu baru kembali dari
ekspedisinya ke Yaman, sudah pula memakai baju ihram dan
berikrar haji. Rasulullah saw. menyuruhnya untuk thawaf
dan membuka ihramnya. Ini membuat Ali ra. heran dan berkata: “Rasulullah, aku sudah mengucapkan ihlal (talbiyah)
seperti yang kau ucapkan (mengapa pula harus bertahallul).”
Rasulullah saw. bertanya apakah ia mempunyai hadyu. Dan
setelah oleh Ali dijawab “tidak” Rasulullah saw. membagikan hadyu kepada Ali. Dengan demikian Ali tetap mengenakan ihram dan melakukan manasik haji hingga selesai. (Lihat
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, h.
549-550)
Perhatikan bahwa cerita di atas (yang tercatat pula dalam
Shahih Bukhari), sesuai dengan QS. Al-Baqarah: 196, yang
menggarisbawahi bahwa mereka yang tidak membawa hadyu
harus mengerjakan haji tamattu’, bukan qiran atau ifrad.
Bahkan pengabaian akan hal ini membuat Rasulullah marah.
Tentu marahnya Beliau adalah bentuk kemarahan Allah pula
manakala ini dilanggar.
Simpulan. Tiga hal yang mendasari haji tamattu’ adalah:
Mendahulukan umrah hingga bertahallul kemudian haji, tidak
membawa hewan hadyu dari rumah, dan ketentuan ini khusus
bagi penduduk di luar tanah haram. Dengan demikian, masih
bolehkah kita memilih jenis haji yang akan kita lakukan?
Tidak ada pilihan lain kecuali tamattu’.
Miqat Makani (batas wilayah). Diangkatnya gelombang-2
sebagai contoh karena miqatnya. Jamaah wajib memakai
busana ihram dan berikrar ihram di atas pesawat udara saat
melalui daerah Yalamlam sebagai miqat atau batas wilayah
ihram (ihram zone). Pesawat udara mungkin tidak tepat
berada di atas Yalamlam, namun ini merupakan miqat
terdekat dengan jalur penerbangan dari Indonesia. Berbeda
dengan gelombang-1 dimana rutenya tidak langsung ke
Makkah tetapi Madinah sehingga tidak terdapat ketentuan
Henk Kusumawardana .
10
berihram di atas pesawat. Bagi jamaah yang datang dari arah
Madinah, miqatnya di darat, dalam perjalanan dari Madinah
ke Makkah yaitu di Dzulhulaifah (Bir Ali).
Allah swt. melalui Rasul-Nya menetapkan lima miqat
bagi bukan penduduk tanah haram yaitu Dzulhulaifah,
Juhfah, Yalamlam, Qarnul Manazil, dan Dzatu Irqin. Lima
tempat yang menjadi batas wilayah ihram. Makkah merupakan
miqat penduduk Makkah, Jeddah merupakan miqat penduduk
Jeddah. Ini perlu digarisbawahi mengingat banyak jamaah
haji Indonesia gelombang-2 yang berihram di Jeddah.
Sedang Jeddah bukan merupakan miqat kita. Benar bahwa
Jeddah berada di luar tanah haram tetapi ia masih berada di
dalam wilayah ihram dimana mereka yang memasukinya
dengan tujuan berhaji, harus sudah dalam keadaan berihram.
Apabila ini dilanggar, maka diwajibkan membayar denda
(dam) atau kembali ke miqatnya.
Alhamdulillah, sejak tahun 2010 sudah banyak jamaah
haji Indonesia yang tidak mulai berihram di Jeddah atas
imbauan pemerintah Arab Saudi sesuai ketetapan Lajnah
Daimah untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi yang
menetapkan bahwa jamaah haji tidak bisa berihram di
Jeddah. (Di nukil dari berbagai sumber. Lihat juga Harian
Republika, Ahad 31 Juli 2011, h. C3)
Demikianlah, ulama Arab Saudi melarang menggunakan
Jeddah sebagai tempat miqat haji, baik mereka yang
datang menggunakan pesawat udara, darat maupun laut,
karena Nabi telah menentukan miqat, berdasarkan
keterangan hadits. (A. Adzim Irsad, Makkah, A+ Books,
h. 223)
Manasik Haji | Menurut al-Qur’an & as-Sunnah
Download