Reduksi Chemical Oxygen Demand dan NH3-N dengan Adsorpsi Menggunakan Granular Activated Carbon pada Pengolahan Tersier Air Limbah Domestik sebagai Air Daur Ulang untuk Pembilasan Toilet 1) Febrina N.S.L.Tobing, 2)Setyo Sarwanto Moersidik, 3)Elkhobar M. Nazech 1,2,3) Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Daur ulang air limbah domestik semakin banyak diterapkan di dunia sebagai salah satu solusi alternatif untuk menangani masalah kelangkaan air. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kinerja granular activated carbon dengan diameter bervariasi sebagai pengolahan tersier dalam mereduksi Chemical Oxygen Demand dan NH3-N untuk mencapai standar air daur ulang untuk pembilasan toilet di lokasi Perpustakaan Pusat UI. Metode yang digunakan adalah uji isotherm Freundlich dengan sistem batch dan uji kolom karbon aktif dengan sistem kontinu. Untuk parameter COD, kapasitas adsorpsi (Kf) dan intensitas adsorpsi (1/n) yang diperoleh dari uji isotherm sebesar 0,1482 dan 0,545 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,2273 dan 0,4743 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Sementara untuk parameter NH3-N, nilai Kf dan 1/n sebesar 0,0028 dan 1,7135 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,0066 dan 1,4727 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Dari penelitian juga diperoleh laju penggunaan karbon untuk menurunkan kadar COD hingga mencapai standar kualitas kelas I PP 82 tahun 2001 yaitu 38,367 gr/l untuk karbon aktif (8 x 16) mesh dan 33,251 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Untuk parameter NH3-N, laju penggunaan karbon aktif (8 x 16) mesh sebesar 33,377 gr/l dan 31,313 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Disimpulkan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh lebih baik dalam menurunkan kadar COD dan NH3-N dibandingkan karbon aktif (8 x 16) mesh. Karbon aktif juga memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar COD hingga 0 mg/l dan memenuhi standar kualitas air kelas I pada PP no. 82 tahun 2001, namun kadar NH3-N terendah sebesar 11,75 mg/l belum mencapai standar tersebut. Chemical Oxygen Demand and NH3-N Reduction Using Granular Activated Carbon Adsorption as Tertiary Treatment of Domestic Wastewater for Toilet Flushing Abstract Domestic wastewater recycling is increasingly practiced throughout the world as an alternative solution to deal with water scarcity. This study was conducted to assess the performance of granular activated carbon with varying diameter as tertiary treatment to reduce Chemical Oxygen Demand and NH3-N to reach the standard of recycled water for flushing toilets at Perpustakaan Pusat UI. The experimental method were Freundlich isotherm test in batch system and activated carbon column test in continuous systems. For COD, the adsorption capacity (Kf) and adsorption intensity (1/n) obtained from the isotherm test were 0.1482 and 0,545 for activated carbon (8 x 16) mesh; 0.2273 and 0,4743 for activated carbon (8 x 30) mesh, while for NH3-N the results were 0.0028 and 1,7135 for activated carbon (8 x 16) mesh; 0.0066 and 1,4727 for activated carbon (8 x 30) mesh. It was also obtained from this study that the carbon usage rates of COD to reach the first class standard quality of PP 82/2001 were 38,367 g/l for activated carbon (8 x 16) mesh and 33,251 g/l for activated carbon (8 x 30) mesh. For NH3-N parameter, the usage rates of carbon (8 x 16) mesh was 33,377 g/l and 31,313 g/l for activated carbon (8 x 30) mesh. It was concluded that activated carbon (8 x 30) mesh was better in lowering COD and NH3-N than activated carbon (8 x 16) mesh. Activated carbon also had the ability to reduce COD up to 0 mg/l and meet water quality standards Class I PP 82/2001, but the lowest NH3-N concentration (11,75 mg/l) had not reach that quality standard. Keywords: Domestic wastewater, granular activated carbon, recycled water 1 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Pendahuluan Latar Belakang Saat ini, daur ulang air limbah domestik semakin banyak diterapkan di dunia sebagai salah satu solusi alternatif untuk menangani masalah kelangkaan air. Upaya untuk mendaur ulang air ini dapat diterapkan terutama pada gedung-gedung di daerah perkotaan dan rumah tangga untuk mengantisipasi persediaan air yang sedikit dan harganya yang mahal serta untuk mendukung pembangunan perkotaan yang ramah lingkungan. Sistem inilah yang diharapkan dapat diaplikasikan untuk mengolah air limbah domestik Gedung Perpustakaan Pusat UI Depok. Hal tersebut dilakukan dengan penambahan unit pengolahan tersier berupa kontaktor karbon aktif setelah pengolahan biologis dengan biofilter anaerob-aerob. Air yang telah melalui pengolahan tersier tersebut kemudian akan digunakan kembali sebagai air pembilasan (flushing) toilet. Dalam penelitian ini, pembilasan toilet merupakan tujuan pemanfaatan air daur ulang dengan alasan kebutuhan air untuk keperluan toilet sangat besar yaitu sekitar 26,7 % dari total penggunaan air dan lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk mandi yang hanya 16,8%. (Americans Water Works Association Research Foundation, 1999). Penggunaan karbon aktif dan adanya sistem daur ulang air untuk keperluan pembilasan toilet pada pengolahan air limbah gedung ini menarik untuk dikaji lebih lanjut. Sebagaimana telah diketahui, karbon aktif memiliki porositas internal tinggi, sehingga merupakan adsorben yang baik untuk mengadsorpsi bahan organik, residu anorganik, serta rasa dan bau dari air limbah (Metcalf & Eddy, 2003). Selain itu, adsorpsi kontaminan pada karbon aktif merupakan adsorpsi fisik dan reversible (Roy, 1995 dalam Sihombing, 2007), sehingga memungkinkan karbon aktif untuk dapat diregenerasi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menganalisis kualitas air hasil pengolahan tersier bermedia karbon aktif dengan standar kualitas air kelas I pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 sebagai standar air bilasan toilet. Selain itu, beragamnya ukuran karbon aktif yang beredar di pasaran, belum diketahuinya kapasitas dan intensitas adsorpsi bahan organik dan bau oleh karbon aktif dengan ukuran bervariasi, belum diketahuinya laju penggunaan karbon terhadap adsorpsi bahan organik dan bau, serta pengaruh waktu paparan terhadap aliran air limbah secara kontinu membuat hal tersebut penting untuk dikaji pada pada penelitian ini. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi sistem pengolahan tersier karbon aktif dengan mengkaji “Reduksi Chemical Oxigen Demand dan NH3-N dengan 2 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Adsorpsi Menggunakan Granular Activated Carbon pada Pengolahan Tersier Air Limbah Domestik sebagai Air Daur Ulang untuk Pembilasan Toilet”. Perumusan Masalah 1. Belum diketahuinya kapasitas dan intensitas adsorpsi bahan organik yang terukur dengan COD dan NH3-N dari air limbah domestik oleh karbon aktif (8 x 16) mesh dan (8 x 30) mesh dengan model adsorpsi Freundlich. 2. Belum diketahuinya pengaruh diameter dan dosis granular activated carbon dari tempurung kelapa terhadap penurunan kadar COD dan NH3-N dari air limbah domestik efluen biofilter dengan sistem batch. 3. Belum diketahuinya laju penggunaan karbon aktif (8 x 16) mesh dan (8 x 30) mesh untuk menurunkan kadar COD dan NH3-N hingga mencapai standar kualitas air daur ulang untuk pembilasan toilet. 4. Belum diketahuinya pengaruh waktu paparan terhadap kadar bahan organik dan NH3-N yang teradsorpsi pada pengolahan tersier air limbah domestik dengan sistem kontinu. 5. Belum diketahuinya kualitas efluen pengolahan tersier karbon aktif jika dibandingkan dengan standar kualitas air daur ulang untuk pembilasan toilet. Tujuan Penelitian 1. Melakukan pengkajian kapasitas dan intensitas adsorpsi bahan organik yang terukur dengan COD dan NH3-N dari air limbah domestik oleh karbon aktif (8 x 16) mesh dan (8 x 30) mesh dengan model adsorpsi Freundlich. 2. Menganalisis pengaruh diameter dan dosis granular activated carbon dari tempurung kelapa terhadap penurunan kadar COD dan NH3-N dari air limbah domestik efluen biofilter dengan sistem batch. 3. Mengetahui laju penggunaan karbon aktif (8 x 16) mesh dan (8 x 30) mesh untuk menurunkan kadar COD dan NH3-N hingga mencapai standar kualitas air daur ulang untuk pembilasan toilet. 4. Menganalisis pengaruh waktu paparan terhadap kadar COD dan NH3-N yang teradsorpsi pada pengolahan tersier air limbah domestik dengan sistem kontinu. 5. Mengkaji kualitas efluen kolom karbon aktif dengan standar kualitas air daur ulang untuk pembilasan toilet. 3 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Tinjauan Teoritis Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003, air limbah domestik didefinisikan sebagai air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama, baik berupa air bekas (greywater) dan air kotor/tinja (blackwater). Di dalam air limbah terkandung materi organik, mikroorganisme patogen, dan nutrien yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan. Karena alasan-alasan tersebut, sebelum dibuang kembali ke lingkungan, air limbah harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan bahan pencemar dan mencapai suatu baku mutu tertentu sesuai peruntukannya. Selanjutnya, air limbah yang telah diolah tersebut dapat digunakan kembali sebagai salah satu upaya konservasi air (Metcalf & Eddy, 2003). Bentuk pemanfaatan air hasil daur ulang ini sangat beragam, mulai dari irigasi pertanian, irigasi lansekap, aktivitas industri, pengisian kembali (recharge) air tanah, rekreasi dan pemeliharaan lingkungan, kebutuhan non-potable, dan kebutuhan potable (Metcalf & Eddy, 2007). Agar dapat digunakan kembali, kualitas air limbah perlu ditingkatkan sehingga diperlukan pengolahan lanjutan atau pengolahan tersier, salah satunya dengan menggunakan karbon aktif. Karbon aktif memiliki kemampuan untuk menghilangkan senyawa organik yang terbentuk dengan ikatan organik alami (bahan penyebab bau, rasa, dan warna) maupun ikatan halogen sintetis (pestisida dan bahan pelarut). Karbon aktif ini terbentuk dari hasil pembakaran material dengan kandungan karbon tinggi, seperti almond, kelapa, sekam kenari, kayu, atau batubara dan diaktifkan dengan paparan gas pengoksidasi pada suhu tinggi sehingga mengembangkan struktur pori (Water Environment Federation and American Society of Civil Engineers (WEF & ASCE), 1992). Karbon aktif yang dihasilkan nantinya diklasifikasikan menjadi Granular Activated Carbon (GAC) dan Powdered Activated Carbon (PAC) (Metcalf & Eddy, 2003). Karbon aktif yang memiliki porositas internal tinggi ini dapat menyerap kontaminan dengan proses adsorpsi. Adsorpsi adalah proses terakumulasinya suatu substansi dalam larutan pada pemukaan bidang sentuh (interface) (Metcalf & Eddy, 2003). Proses adsorpsi berlangsung dengan tiga tahap, yaitu: film difussion, pore diffusion, dan adhesion molekul terlarut ke permukaan karbon. Adsorpsi dimulai dari film difussion yang merupakan pemasukan molekul terlarut yaitu adsorbat melalui permukaan film partikel karbon, kemudian dilanjutkan dengan pore diffusion yang merupakan perpindahan molekul terlarut kedalam lokasi adsorpsi, dan proses 4 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 terakhir adalah adhesion/surface diffusion yang terjadi ketika molekul terlarut mengikuti permukaan pori karbon (WEF & ASCE, 1992). Kemampuan suatu adsorben dalam mengadsorpsi dapat diketahui dari kesetimbangan adsorpsi (isotherm). Kesetimbangan adsorpsi adalah fungsi konsentrasi adsorbat yang dapat diserap oleh adsorben dalam temperatur konstan. Dengan dilakukannya pengujian ini, akan diketahui hubungan antara konsentrasi keseimbangan dengan jumlah zat yang teradsorpsi per unit massa adsorben (Reynold & Richard, 1995). Ada bermacam teori yang menjelaskan kesetimbangan adsorpsi ini. Salah satunya adalah isotherm Freundlich yamg merupakan metode paling umum untuk mendeskripsikan karakteristik karbon aktif yang digunakan pada pengolahan air dan air limbah (Metcalf & Eddy, 2003). Persamaannya adalah: ⁄ Dengan: x/m = massa adsorbat per unit massa adsorben (mg adsorbat/g karbon aktif) Ce = konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan setelah adsorpsi ( mg/l) Kf = kapasitas adsorpsi Freundlich (mg adsorbat/g karon aktif) (l air/mg adsorbat)1/n 1/n = intensitas adsorpsi Freundlich Nilai Kf diperoleh dari garis linear grafik logaritma hasil pengolahan data. Grafik logaritma tersebut terdiri dari konsentrasi fase padatan (x/m) pada sumbu x dan konsentrasi fase cairan (Ce) pada sumbu y. Besarnya kapasitas adsorpsi (Kf) yang dihasilkan dipengaruhi oleh tingkat reduksi kadar kontaminan sedangkan nilai intensitas adsorpsi (1/n) dipengaruhi oleh perubahan reduksi kontaminan terhadap dosis adsorben (Devi et all., 2008). Menurut Treybal (1981), nilai n yang berada diantara 1 sampai 10 merupakan kondisi adsorpsi yang menguntungkan. Nilai 1/n yang semakin kecil menunjukkan ikatan adsorpsi yang kuat, sebaliknya, nilai 1/n besar mengindikasikan ikatan adsorpsi lemah. Dari nilai Kf dan 1/n di atas kemudian dapat diketahui laju penggunaan karbon atau jumlah karbon yang dikonsumsi per liter air limbah yang diolah dengan persamaan (Metcalf & Eddy, 2003): 5 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Penggunaan karbon aktif granular dalam pengolahan tersier biasanya dilakukan dengan mengalirkan air limbah ke dalam lapisan karbon aktif di dalam reaktor/kontaktor. Aliran air limbah dalam kontaktor ini dapat diatur sesuai dengan diinginkan, baik dengan sistem aliran ke atas maupun ke bawah. Untuk menentukan ukuran dari reaktor GAC, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu waktu kontak, hydraulic loading rate, tinggi lapisan karbon, dan jumlah kontaktor. Jumlah kontaktor yang disarankan paling sedikit dua buah untuk dapat tetap beroperasi meskipun dlakukan regenerasi atau pergantian karbon. Metode Penelitian Variabel Penelitian Variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Variabel bebas, yang terdiri dari: a. Dosis GAC pada uji isotherm sebesar 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 gram dalam 100 ml air sampel. Kisaran dosis ini diambil berdasarkan penelitian terdahulu sebesar 0,1 hingga 10 g/100 ml (Devi et al., 2008) b. Diameter GAC untuk uji isotherm dan uji kolom yaitu (8x30) mesh dan (8x16) mesh. c. Waktu paparan air limbah pada kolom GAC yang dijalankan secara kontinyu adalah 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. d. Ukuran kolom GAC Dengan debit 15 l/jam dan surface loading rate 4800 liter per jam/m2 (range 4800 24000 liter per jam/m2) (U.S. Army Corps of Engineers,2001), serta waktu kontak 5 menit (range 5 – 30 menit dari Metcalf (2007)) , maka tinggi kolom GAC adalah: Luas penampang Diameter = √ Tinggi e. Waktu kontak pada uji isotherm adalah 60 menit, berdasarkan penelitian terdahulu, sebesar 60-70 menit (Devi et al., 2008) dan waktu kontak yang digunakan pada uji kolom adalah 5 menit. 6 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 f. Kualitas air limbah awal yang telah melewati biofilter anaerob-aerob dengan parameter yang digunakan berupa Chemical Oxygen Demand (COD) dan NH3-N. 2. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keefektifan GAC dalam menurunkan COD dan NH3-N, laju penggunaan karbon, debit efluent GAC. Prosedur Penelitian 1. Uji Isotherm a. Mempersiapkan karbon aktif b. Menimbang karbon aktif dengan massa masing-masing 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 gram kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer yang telah berisi masing-masing 100 ml sampel c. Menutup erlenmeyer dengan aluminium foil kemudian diaduk dengan shaker 150 rpm selama 60 menit d. Penyaringan air yang telah diaduk dengan Whatsmann no. 1822-047. e. Pemeriksaan COD dan NH3-N setelah pengadukan 2. Uji Kolom a. Mempersiapkan karbon aktif kemudian mengisi masing-masing kolom dengan GAC diameter (8 x 16) mesh pada kolom 1 dan (8 x 30) mesh pada kolom 2 b. Mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu dengan sistem upflow melewati kolom 1 dan 2 c. Menampung efluen kolom karbon aktif 1 dan 2 sesuai dengan interval waktu yang sudah ditetapkan untuk dilakukan pemeriksaan terhadap parameter yang sudah ditentukan. Pemeriksaan laboratorium untuk parameter COD dan NH3-N Desain Teknis Peralatan Penelitian Pada sistem kontinu, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung kontaktor GAC yang terhubung dengan bak pengendapan akhir biofilter anaerob-aerob. Air limbah hasil pengolahan biologis dialirkan dengan debit aliran 15 l/jam dan waktu kontak 5 menit ke dalam kontaktor GAC yang berupa fixed-bed column dengan spesifikasi kontaktor GAC sbb: 7 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Tabel 1. Spesifikasi Kontaktor GAC Uraian Keterangan Bahan PVC Diameter bed 6,35 cm Tinggi bed 40 cm Volume bed 1,25 liter Tinggi ruang bebas 10 cm Hasil Penelitian Hasil pengolahan air limbah efluen biofilter dengan proses fisik-kimia menggunakan karbon aktif ditunjukkan pada Tabel di bawah ini. Tabel 2. Penurunan NH3-N dengan Variasi Dosis Karbon aktif Ukuran Partikel GAC 8x16 8x30 m (g/l) Co (mg/l) Ce (mg/l) X (mg/l) x/m (mg/g) Removal (%) 10 20 40 60 80 100 10 20 40 60 80 100 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 20,6 19,9 15,9 13,3 11,3 10,9 19,2 18,4 15,6 14,1 9,7 9 6,8 7,5 11,5 14,1 16,1 16,5 8,2 9 11,8 13,3 17,7 18,4 0,68 0,375 0,2875 0,235 0,20125 0,165 0,82 0,45 0,295 0,221667 0,22125 0,184 24,82 27,37 41,97 51,46 58,76 60,22 29,93 32,85 43,07 48,54 64,60 67,15 8 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Tabel 3. Penurunan COD dengan Variasi Dosis Karbon Aktif Ukuran Partikel GAC 8x16 8x30 m (g/l) Co (mg/l) Ce (mg/l) X (mg/l) x/m (mg/g) Removal (%) 10 20 40 60 80 100 10 20 40 60 80 100 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 48 40 32 24 16 8 48 40 24 16 8 8 16 24 32 40 48 56 16 24 40 48 56 56 1,6 1,2 0,8 0,67 0,6 0,56 1,6 1,2 1 0,8 0,7 0,56 25 37,5 50 62,5 75 87,5 25 37,5 62,5 75 87,5 87,5 Tabel 4. Pengaruh Waktu Paparan terhadap Kualitas NH3-N Efluen Ukuran Menit kePartikel Kualitas Limbah Awal 30 60 90 8 x 16 mesh 120 150 180 30 60 90 8 x 30 mesh 120 150 180 Ce (mg/l) 27,25 11,75 20 28 30 31,5 31,75 10,5 19 19 26 31,25 31,5 9 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Tabel 5. Pengaruh Waktu Paparan terhadap Kualitas COD Efluen Ukuran Menit kePartikel Kualitas Limbah Awal 30 60 90 8 x 16 mesh 120 150 180 30 60 90 8 x 30 mesh 120 150 180 Ce (mg/l) 56 0 0 8 8 8 16 0 0 0 8 16 16 Pembahasan Uji Isotherm Freundlich 1. NH3-N a. Pengaruh Dosis Karbon Aktif terhadap Penurunan NH3-N Data yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan adanya penurunan NH3-N yang signifikan seiring dengan meningkatnya dosis karbon aktif pada uji isotherm secara batch. Efisiensi tertinggi tersebut dicapai dengan dosis karbon aktif sebesar 100 gr/l air limbah. Tabel 2 juga menunjukkan nilai x/m yang berbanding lurus dengan nilai Ce. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa x/m dan Ce berbanding terbalik dengan dosis. Hal yang demikian terjadi karena nilai Ce yang semakin menurun diakibatkan oleh penambahan dosis. Dengan kata lain, penambahan dosis (m) akan meningkatkan kadar NH3-N yang diadsorpsi (x) dan menurunkan konsentrasi akhir NH3-N (Ce). Hal ini sesuai dengan rumus Freundlich, yaitu: ⁄ Selanjutnya, Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan terjadinya kenaikan efisiensi penghilangan kadar NH3-N seiring dengan bertambahnya dengan variasi dosis karbon aktif. 10 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Semakin besar dosis karbon aktif maka akan semakin besar luas permukaan total yang mengadsorpsi NH3-N. Namun, pada akhirnya grafik akan konstan yang mengindikasikan telah tercapainya titik efisiensi optimal. Gambar 1. Grafik Removal NH3-N (8 x 16) Mesh removal (%) 80,00 y = 24,141e0,0105x R² = 0,9088 60,00 40,00 20,00 0,00 0 20 40 60 80 100 120 dosis (gram/l) removal (%) Gambar 2. Grafik Removal NH3-N (8 x 30) Mesh 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 y = 27,894e0,0095x R² = 0,9716 0 20 40 60 80 100 120 dosis (gram/l) Hasil pengujian juga mengindikasikan ukuran partikel yang semakin kecil memiliki kinerja penurunan NH3-N yang lebih baik jika dibandingkan dengan karbon aktif berukuran. Hal ini juga terlihat nantinya pada Tabel 5, dimana nilai kapasitas adsorpsi karbon aktif (8 x 30) mesh lebih besar dibandingkan dengan (8 x 16) mesh) dan memiliki ikatan adsorpsi yang lebih kuat. Dengan dosis yang sama, jumlah butiran karbon aktif berukuran kecil akan lebih banyakdan semakin besar luas permukaan pori totalnya dibandingkan dengan karbon aktif berukuran besar. 11 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 b. Kapasitas dan Intensitas Adsorpsi NH3-N oleh Karbon Aktif Gambar 3. Grafik Isotherm NH3-N (8 x 16) Mesh 1 1 10 x/m y = 0,0028x1,7135 R² = 0,866 0,1 Ce (mg/l) Gambar 4. Grafik Isotherm NH3-N (8 x 30) Mesh 1 10 y = 0,0066x1,4727 R² = 0,704 x/m 1 0,1 Ce (mg/l) Dengan menggunakan persamaan garis dari grafik isotherm tersebut, maka akan diketahui kinerja adsorpsi NH3-N dari nilai kapasitas dan intensitas adsorpsi, yaitu: Tabel 6. Nilai Kf dan 1/n untuk Parameter NH3-N Ukuran Parameter 8 x 16 NH3-N 8 x 30 Kf 0,0028 0,0066 1/n 1,7135 1,4727 Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh memiliki kapasitas adsorpsi NH3-N yang lebih baik dibandingkan dengan karbon aktif (8 x 16) mesh. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin tinggi kapasitas dan 12 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 efisiensi removal-nya. Tabel 6 juga memperlihatkan bahwa karbon aktif berukuran (8 x 16) mesh memiliki intensitas adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbon aktif berukuran (8 x 30) mesh. Menurut Treybal (1981), meskipun memiliki intensitas yang lebih tinggi, ikatan adsorpsi yang terjadi lebih lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa ikatan adsorpsi yang lebih kuat dimiliki oleh karbon aktif ( 8 x 30) mesh. Dari nilai kapasitas serta intensitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh lebih baik untuk menurunkan NH3-N dibandingkan dengan karbon aktif (8 x 16 mesh) karena memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dan ikatan adsorpsi yang lebih kuat. Apabila dibandingkan dengan literatur, maka dapat diketahui bahwa kapasitas adsorpsi NH3-N oleh karbon aktif tempurung kelapa ini lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif sekam padi (0,0009). Selain itu, nilai intensitas adsorpsinya berada di antara nilai intensitas (8 x 16) mesh dan (8 x 30 mesh), yaitu sebesar 1,6 (Kim, 1998). c. Laju Penggunaan Karbon Aktif untuk Adsopsi NH3-N Laju penggunaan karbon untuk menurunkan kadar NH3-N dari 27 mg/l hingga 0,5 mg/l sesuai dengan standar kualitas air kelas I pada PP no. 82 tahun 2001 dengan menggunakan nilai Kf dan 1/n yang diperoleh dari uji isotherm, yaitu: Tabel 7. Nilai Laju Penggunaan Karbon untuk Parameter NH3-N Ukuran Parameter 8 x 16 NH3-N 8 x 30 C0 27 27 Ce 0,5 0,5 LPK (g/l) 33,377 31,313 Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa dengan penurunan NH3-N yang sama, laju penggunaan karbon aktif berukuran kecil akan lebih sedikit dibandingkan karbon aktif berukuran besar. Oleh karena itu, dalam pengaplikasiannya lebih efisien untuk menggunakan karbon aktif berukuran (8 x 30) mesh. 2. COD a. Pengaruh Dosis Karbon Aktif terhadap Penurunan COD Seperti yang terlihat dari Tabel 3, dengan variasi dosis yang sama, penurunan kontaminan bahan organik oleh karbon aktif lebih signifikan jika dibandingkan dengan NH3-N, 13 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 yaitu sebesar 25-87,5 %. Terlihat juga bahwa efisiensi removal dengan menggunakan karbon aktif (8 x 16) mesh hampir sama dengan efisiensi removal menggunakan karbon aktif (8 x 30) mesh. Meskipun demikian, karbon aktif (8 x 30) mesh tetap dinilai lebih baik dibandingkan dengan karbon aktif ( 8 x 16) mesh, karena memiliki nilai kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dan ikatan adsorpsi yang lebih kuat, seperti yang tampak pada Tabel 8. Selanjutnya, nilai yang diperoleh dari Tabel 3 di-plot ke dalam grafik seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Grafik tersebut menunjukkan terjadinya kenaikan efisiensi penghilangan kadar COD seiring dengan bertambahnya dengan variasi dosis karbon aktif. Akan tetapi, berbeda dengan grafik penurunan NH3-N dimana tercapai titik konstan, grafik penurunan COD untuk karbon (8 x 16) mesh terus mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan karbon aktif dalam menurunkan COD lebih besar dari 87,5%. Akan tetapi, hal yang sedikit berbeda terjadi pada karbon aktif (8 x 30) mesh, dimana karbon tersebut sudah mencapai titik konstan pada dosis 100 g/l. Meskipun demikian, dari Gambar 6 terlihat nilai R2 yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai R2 pada Gambar 5, sehingga diambil kesimpulan bahwa data removal COD dengan karbon aktif (8 x 16) mesh lebih baik dibandingkan dengan data removal COD dengan karbon aktif (8 x 30) mesh. Efisiensi penurunan COD yang lebih besar dari uji isotherm juga telah terbukti pada uji kolom karbon aktif, dimana efisiensi penghilangan COD mencapai 100%. removal (%) Gambar 5. Grafik Removal COD (8 x 16) Mesh 120 100 80 60 40 20 0 y = 26,598e0,0129x R² = 0,9323 0 20 40 60 80 100 120 dosis (gram/l) 14 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 removal (%) Gambar 6. Grafik Removal COD (8 x 30) Mesh 120 100 80 60 40 20 0 y = 28,395e0,0134x R² = 0,8397 0 20 40 60 80 100 120 dosis (gram/l) b. Kapasitas dan Intensitas Adsorpsi Bahan Organik oleh Karbon Aktif Isotherm bahan organik yang terukur dengan parameter COD disajikan dalam bentuk grafik, seperti yang terlihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Gambar 7. Grafik Isotherm COD (8 x 16) Mesh x/m 10 y = 0,1482x0,545 R² = 0,7447 1 1 10 0,1 100 Ce (mg/l) Gambar 8. Grafik Isotherm COD (8 x 30) Mesh x/m 10 y = 0,2273x0,4743 R² = 0,9297 1 1 10 0,1 Ce (mg/l) 15 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Besarnya nilai Kf dan 1/n untuk parameter COD terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8. Nilai Kf dan 1/n untuk Parameter COD Ukuran Parameter 8 x 16 COD 8 x 30 Kf 0,1482 0,2273 1/n 0,545 0,4743 Hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa kapasitas karbon aktif (8x30) mesh lebih tinggi dibandingkan karbon aktif (8x16) mesh. Hal ini mengindikasikan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh memiliki tingkat reduksi COD yang lebih besar untuk setiap partikelnya dibandingkan dengan karbon aktif (8 x 16) mesh. Selain itu, nilai intensitas adsorpsi bahan organik oleh karbon aktif (8 x 16) mesh lebih tinggi dibandingkan dengan karbon aktif (8 x 30) mesh. Hal ini mengindikasikan bahwa laju reduksi COD terhadap dosis karbon lebih besar terjadi pada karbon (8 x 16) mesh. Meskipun demikian, nilai intensitas juga mempengaruhi ikatan adsorpsi yang terjadi, dimana semakin tinggi intensitas maka ikatan adsorpsi semakin lemah. Maka dapat dikatakan ikatan adsorpsi yang lebih tinggi dimiliki oleh karbon aktif (8 x 30) mesh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh lebih baik untuk menurunkan COD dibandingkan dengan karbon aktif (8 x 16 mesh) karena memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dan ikatan adsorpsi yang lebih kuat. Apabila dibandingkan dengan literatur, maka dapat diketahui bahwa kapasitas adsorpsi bahan organik yang terukur dengan COD oleh karbon aktif tempurung kelapa ini lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif sekam padi, yaitu 0,0082. Selain itu, nilai intensitas adsorpsinya juga lebih kecil dibandingkan nilai intensitas (8 x 16) mesh dan (8 x 30 mesh), yaitu sebesar 0,265 (Kim et. Al., 1998). c. Laju Penggunaan Karbon untuk Adsorpsi Bahan Organik Berikut adalah laju penggunaan karbon untuk menurunkan kadar COD dari 56 mg/l hingga 5 mg/l sesuai dengan standar kualitas air kelas I pada PP no. 82 tahun 2001. Tabel 9. Nilai Laju Penggunaan Karbon untuk Parameter COD Ukuran Parameter 8 x 16 COD 8 x 30 Co 56 56 Ce 5 5 LPK (gr/l) 38,367 33,251 16 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Tabel 9 menunjukkan bahwa laju penggunaan karbon dalam penurunan kadar COD dari 56 mg/l menjadi 5 mg/l dengan karbon aktif (8 x 16) mesh adalah 38,367 gram/liter air limbah sedangkan untuk karbon aktif (8 x 30) mesh adalah 33,251 gram/liter air limbah. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa laju penggunaan karbon aktif berukuran lebih kecil akan semakin sedikit untuk menurunkan kadar COD, sehingga dalam pengaplikasiannya lebih efisien untuk menggunakan karbon aktif berukuran (8 x 30) mesh. Uji Kolom 1. Pengaruh Waktu Paparan terhadap Kualitas NH3-N Efluen Gambar 9. Grafik Pengaruh Waktu Paparan terhadap Konsentrasi NH3-N Konsentrasi NH3-N (mg/l) 35 30 25 20 15 10 5 0 8 x 16 mesh 0 30 60 90 120 150 180 Waktu Paparan (menit) Dari Gambar 9 terlihat bahwa konsentrasi NH3-N terendah dapat tercapai pada menit ke-30. Selanjutnya, konsentrasi NH3-N perlahan akan naik seiring dengan bertambahnya waktu paparan karena kemampuan adsorpsinya akan semakin menurun. Hal ini terjadi akibat semakin banyaknya NH3-N yang terakumulasi dalam karbon aktif. Pada akhirnya, karbon aktif akan jenuh, yang terlihat pada menit ke-90 dimana konsentrasi akhirnya melebihi konsentrasi awal. Dari uji kolom diketahui bahwa persen reduksi NH3-N yang lebih kecil dibandingkan hasil uji isotherm. Hal ini kemungkinan besar disebabkan masih kurangnya waktu kontak (waktu kontaminan diadsorpsi) meskipun waktu kontak yang dipilih sudah sesuai dengan kriteria desain. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas air efluen yang telah diolah dengan karbon aktif ternyata masih belum mampu untuk menurunkan kandungan NH3-N dari 27,25 mg/l menjadi 0,5 mg/l sesuai dengan PP no 82 tahun 2001. 17 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 2. Pengaruh Waktu Paparan terhadap Kualitas COD Efluen Gambar 10. Grafik Pengaruh Waktu Paparan terhadap Konsentrasi COD Konsentrasi COD (mg/l) 20 15 10 8 x 16 mesh 5 0 0 30 60 90 120 150 180 Waktu Paparan (menit) Tabel 5 dan Gambar 10 menunjukkan waktu paparan 30 hingga 90 menit merupakan waktu optimum karbon aktif untuk menurunkan kadar COD hingga 0 mg/l. Setelah melewati waktu tersebut, konsentrasi COD semakin meningkat perlahan seiring dengan bertambahnya waktu paparan. Semakin lama karbon aktif terpapar air limbah, maka kemampuannya dalam mengadsorpsi akan semakin menurun, akibat bertambahnya bahan organik yang terakumulasi dalam karbon aktif. Namun, grafik ini belum menunjukkan karbon aktif jenuh terhadap bahan organik.. Dari data tersebut juga terlihat bahwa kedua ukuran diameter karbon aktif sangat efektif untuk menurunkan kadar COD dengan efisiensi penghilangan hingga 100 %. Dari uji kolom, dapat disimpulkan bahwa karbon aktif mampu untuk menurunkan kandungan COD dari 56 mg/l menjadi di bawah 10 mg/l sesuai dengan PP no. 82 tahun 2001. Kesimpulan 1. Untuk parameter COD, nilai Kf dan 1/n sebesar 0,1482 dan 0,545 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,2273 dan 0,4743 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Sementara untuk parameter NH3N, nilai Kf dan 1/n sebesar 0,0028 dan 1,7135 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,0066 dan 1,4727 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. 2. Pada sistem batch, karbon aktif (8 x 30) mesh memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan kadar NH3-N dibandingkan karbon aktif (8 x 16) mesh dengan efisiensi tertinggi diperoleh pada dosis 100 g/l. Namun, kemampuan kedua karbon aktif tersebut cenderung sama untuk menurunkan kadar COD. 18 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 3. Laju penggunaan karbon aktif untuk menurunkan kadar COD hingga mencapai standar kualitas air daur ulang untuk pembilasan toilet (COD = 5 mg/l) adalah 38,367 gr/l untuk karbon aktif (8 x 16) mesh dan 33,251 gr/l air limbah untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Sedangkan, laju penggunaan karbon aktif untuk menurunkan kadar NH3-N hingga mencapai standar kualitas air daur ulang untuk pembilasan toilet (NH3-N = 0,5 mg/l) adalah 33,377 gr/l untuk karbon aktif (8 x 16) mesh dan 31,313 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. 4. Semakin besar waktu paparan, konsentrasi kontaminan akan semakin meningkat akibat akumulasi kontaminan dalam karbon aktif dan suatu saat karbon aktif akan jenuh karena tidak mampu untuk mengadsorpsi kontaminan lagi. 5. Dari uji kolom, karbon aktif dapat menurunkan kadar COD hingga 0 mg/l dan memenuhi standar kualitas air kelas I pada PP no 82 tahun 2001 sebagai standar air daur ulang untuk pembilasan toilet, namun karbon aktif belum mampu untuk menurunkan kadar NH3-N hingga standar yang diinginkan. Saran 1. Diharapkan adanya kajian tentang efektivitas karbon aktif sebagai pengolahan tersier untuk menurunkan kadar NH3-N dan COD berdasarkan variasi waktu kontak. 2. Diharapkan adanya kajian tentang efektivitas karbon aktif sebagai pengolahan tersier dengan parameter lainnya seperti yang ada pada standar kualitas air kelas I pada PP no 82 tahun 2001 sebagai standar air daur ulang untuk pembilasan toilet. Kepustakaan Americans Water Works Association Research Foundation. (1999). Residential End Uses of Water. Devi, R., Singh, V., Kumar, A. (2008). COD and BOD Reduction from Coffee Processing Wastewater Using Avacado Peel Carbon. Journal of Bioresource Technology, 99, 18531860 Kim, K.S., Choi, H.C. (1998). Characteristic of Adsorption of Rice-Hull Activated Carbon. Journal Water Science Technology, 38, 95-101. Metcalf & Eddy. (2003). Wastewater Engineering, Treatment and Reuse (4th edition). New York: McGraw-Hill Book. 19 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013 Metcalf & Eddy. (2007). Water reuse: Issues, Technologies, and Applications. New York: McGraw-Hill Book. Reynolds & Richards. (1996). Unit Operations and Process in Environmental Engineering(2nd ed). Boston: PWS Publishing Company. Sihombing, Johannes B. F. (2007). Penggunaan Media Filtran dalam Upaya Mengurangi Beban Cemaran Limbah Cair Industri Kecil Tapioka. Skripsi, Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institu Pertanian Bogor Treybal, R.E. (1981). Mass Transfer Operations (3rd edition). McGraw-Hill Inc. New York. U.S. Army Corps of Engineers. (2001). Adsorption Design Guide. Design Guide No. 1110-1-2. Water Environment Federation and American Society of Civil Engineers. (1992). Design of Municipal Wastewater Treatment Plants Volume II. WEF Manual of Practice no.8 and ASCE Manual and Report on Engineering Practice no.76. 20 Reduksi chemical..., Febrina N S L Tobing, FT UI, 2013