IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

advertisement
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) KATEGORI
KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD RAA SOEWONDO
PATI PERIODE JULI – DESEMBER 2015
ARTIKEL
Oleh
ETIKA SULISTYANINGRUM
050112a023
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) KATEGORI
KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD RAA SOEWONDO
PATI PERIODE JULI – DESEMBER 2015
ARTIKEL
diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Oleh
ETIKA SULISTYANINGRUM
050112a023
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
Identifikasi Drug Related Problems (DRP’s) Kategori Ketidaktepatan Pemilihan
Obat Pada Pasien Hipertensi Geriatri Di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA
Soewondo Pati Periode Juli – Desember 2015
Etika Sulistyaningrum
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Email :[email protected]
ABSTRAK
Drug related problems pada pasien hipertensi didefinisikan sebagai suatu
kejadian tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien yang diduga berkaitan
dengan terapi obat. Terjadinya DRP’s dapat mencegah atau menunda pasien dari
pencapaian terapi yang diinginkan. Salah satu masalah DRP’s adalah
ketidaktepatan pemilihan obat yang banyak dijumpai pada pasien yang memiliki
lebih dari satu penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi DRP’s
kategori ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien hipertensi geriatri.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif menggunakan pendekatan
retrospektif, dengan jumlah sampel 97 yang diambil secara proportional random
sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat menggunakan
program Statistic Packagefor the Social Science (SPSS).
Pemilihan obat antihipertensi yang digunakan untuk mengobati hipertensi
pada geriatri sudah tepat (75,3%), kombinasi obat antihipertensi sudah tepat
(92,8%), obat aman (87,6%), obat efektif (82,5%), tidak kontraindikasi (97,9%)
berdasarkan pedoman yang diacu yaitu The Eighth Joint National Committee
(JNC 8) dan Drug Information Handbook. Mayoritas penggunaan obat
antihipertensi pada pengobatan hipertensi geriatri di instalasi RSUD RAA
Soewondo Pati tepat (75,3%).
Penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi geriatri di instalasi
rawat jalan RSUD RAA Soewondo Pati mayoritas tepat (75,3%), dilihat dari
parameter keamanan obat, keefektifan obat, kontraindikasi, kombinasi obat, dan
ketepatan pasien.
Kata kunci : Drug related problems (DRP’s), Hipertensi, Ketidaktepatan
pemilihan obat.
Kepustakaan : 8 (1998-2012)
ABSTRACT
Drug related problems in patients with hypertension is defined as an
unpleasant incident experienced by a patient believed to be related to drug
therapy. DRP's occurrence can prevent or delay patients from achieving the
desired therapy. One problem of DRP's the inaccurate in selecting drugs in
patients who have more than one disease. This study aims to identify the DRP's in
inaccurate category in selecting drugs for geriatric in hypertensive patients.
This study was a descriptive study by using retrospective approach, with the
number of 97 samples taken by proportional random sampling. Data analysis was
performed by univariate analysis using the program of Statistic Package for the
Social Science (SPSS).
The selection of antihypertensive drugs used to treat hypertension in
geriatric was correct (75,3%), antihypertensive drug combinations was correct
(92,8%), drugsafe (87,6%), drugs waseffective(82,5%), there were no
contraindications (97,9%) based on the guidelines referred tothe Eighth Joint
National Committee (JNC 8) and the Drug Information Handbook. The majority
in using antihypertensive drugs in the treatment of geriatric hypertension in
thehospital was accurate (75,3%).
The use of antihypertensive drugs in hypertensive patients in thehospital is
accurate (75,3%), seen from the parameter of drug safety, the drug were
effectivenes, contraindications, medicine combinations and accurate patients.
Keywords: Drug related problems (DRP's), Hypertension, inaccuracy of drug
selection.
Bibliographies : 8 (1998-2012)
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Drug Related Problems (DRP’s) dapat juga dikatakan sebagai suatu
pengalaman atau kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien
yang melibatkan atau diduga berkaitan dengan terapi obat dan secara aktual
maupun potensial mempengaruhi outcome terapi pasien (Cipolle, 1998).
Dengan masalah medik yang kompleks yang umum dijumpai pada pasien
usia lanjut menyebabkan golongan usia ini rentan terhadap timbulnya masalahmasalah yang berkaitan dengan obat (drug related problems) (Pramantara, 2007).
Identifikasi DRP’s pada pengobatan penting dalam rangka mengurangi
morbiditas, mortalitas dan biaya terapi obat (Ernst dkk, 2001). Hal ini akan sangat
membantu dalam meningkatkan efektivitas terapi obat terutama pada penyakitpenyakit yang sifatnya kronis, progresif dan membutuhkan pengobatan sepanjang
hidup seperti hipertensi.
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,
menggunakan obat-obatan antihipertensi atau telah dinyatakan sedikitnya dua kali
oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya bahwa orang tersebut
memiliki tekanan darah tinggi (Roger dkk, 2012).
Menurut profil Jawa Tengah tahun 2012, kasus tertinggi hipertensi terjadi
pada seluruh wilayah Jawa Tengah dengan jumlah 554.771 kasus (67,57%) pada
tahun 2012. Penelitian dilakukan di RSUD RAA Soewondo Pati karena angka
kejadian hipertensinya cukup tinggi. Berdasarkan catatan medik di RSUD RAA
Soewondo Pati, penyakit hipertensi masuk peringkat 3 dari 10 besar penyakit di
RSUD RAA Soewondo Pati dengan angka kejadian 1.768 (1,92%). Berdasarkan
uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pada pengobatan hipertensi di
RSUD RAA Soewondo Pati terhadap kemungkinan terjadinya Drug Related
Problems (DRP’s) kategori ketidaktepatan pemilihan obat.
B.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi DRP’s kategori ketidaktepatan pemilihan obat pada
pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo
Pati periode Juli-Desember 2015 dengan standar yang digunakan yaitu
The Eighth Joint National Committee (JNC 8).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran penggunaan obat antihipertensi pada pasien
hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo
Pati periode Juli-Desember tahun 2015.
b. Mengetahui kesesuaian pemilihan obat pada pasien hipertensi geriatri
di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati periode JuliDesember tahun 2015 berdasarkan standar yang digunakan yaitu The
Eighth Joint National Committee (JNC 8).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Mei 2016 di RSUD RAA Soewondo Pati dengan cara melihat daftar kunjungan
rawat jalan periode Juli – Desember tahun 2015 pada pasien hipertensi geriatri
usia ≥ 65 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian, memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk
sampel kasus dalam penelitian ini adalah :
a. Pasien geriatri usia ≥ 65 tahun dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
b. Pasien hipertensi geriatri yang mendapatkan terapi antihipertensi.
Kriteria eksklusi merupakan keadaan subjek tidak dapat diikutsertakan
dalam penelitian. Yang termasuk kriteria eksklusi adalah :
a. Pasien hipertensi yang mendapatkan satu jenis terapi obat.
b. Pasien hipertensi dengan riwayat komplikasi gagal ginjal dan menjalani
hemodialisa.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional random
sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 97
sampel. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis univariat
menggunakan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien dikelompokkan untuk mengetahui jumlah pasien
hipertensi berdasarkan jenis kelamin, umur dan diagnosa medis pasien hipertensi
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien
Keterangan
Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki
42
43,3
Jenis
Perempuan
55
56,7
Kelamin
97
100
Total
Lanjut usia (65-74 tahun)
72
74,2
Usia tua (75-90 tahun)
24
24,7
Umur
Sangat tua ( > 90 tahun)
1
1
97
100
Total
Hipertensi stage 1
25
25,8
Hipertensi stage 2
55
56,7
Diagnosa
Hipertensi stage 3
17
17,5
97
100
Total
Berdasarkan penelitian diketahui jumlah pasien hipertensi dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebanyak 56,7%. Hal ini
dikarenakan pada perempuan dengan usia lanjut telah mengalami menopause, dan
pada kondisi tersebut terjadi perubahan hormonal, yaitu terjadi penurunan
perbandingan estrogen dan androgen yang menyebabkan peningkatan pelepasan
renin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah (Coylewright dkk,
2008).
Sejalan dengan bertambahnya usia, tekanan darah semakin meningkat.
Tekanan darah tinggi menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah ke seluruh tubuh (Kowalski, 2010).
Berdasarkan umur kasus hipertensi paling banyak terjadi pada umur 65-74
tahun (74,2%) dengan diagnosa medis hipertensi stage 2 sebanyak 56,7% hal ini
dikarenakan pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah
(Yamasaki, 2003).
B.
Penyakit penyerta
Penyakit penyerta merupakan penyakit yang muncul bersamaan pasien
menderita hipertensi. Pasien geriatri seringkali menderita satu/lebih penyakit
kronis dan ini dapat mempengaruhi pemilihan antihipertensi.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta
Diabetes mellitus
Dispepsia
Dislipidemia
Osteoartritis
Gastritis
Vertigo
Bronchitis
Cephalgia
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran pernafasan atas
Osteoartritis – Diabetes mellitus
Osteoartritis -Dispepsia
Osteoartritis -Dislipidemia
Diabetes mellitus –Ulcus
Dispepsia-Infeksi saluran kemih
Vertigo-Dislipidemia
Neuropati-Dislipidemia
Stroke non hemoragik
Gout
Disuria
Edema
Struma
Stomatitis
Total
Frekuensi
22
18
12
10
6
5
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
97
Persentase (%)
22,7
18,6
12,4
10,3
6,2
5,2
3,1
2,1
2,1
2,1
2,1
2,1
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
100,0
Berdasarkan penelitian diketahui penyakit penyerta yang diderita pasien
hipertensi paling banyak yaitu sebanyak 22,7%; kemudian diikuti dengan
dispepsia (18,6%), dislipidemia (12,4%) dan osteoartritis (10,3%).
C.
Jenis Obat Antihipertensi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penggunaan Obat Antihipertensi
Variasi
Tunggal
Golongan Obat
CCB
Amlodipin
Nifedipin
Valsartan
Captopril
Bisoprolol
Propanolol
Carvedilol
Furosemid
Spironolakton
ARB
ACEI
bloker
Diuretik
Kombinasi
Sub total
CCB + ARB
CCB +
Jenis Obat
bloker
CCB + Diuretik
ARB + diuretik
CCB + ACEI
Amlodipin + valsartan
Amlodipin + candesartan
Amlodipin + irbesartan
Diltiazem + candesartan
Amlodipin + bisoprolol
Nifedipin + bisoprolol
Amlodipin + furosemid
Amlodipin + spironolakton
Nifedipin + furosemid
Candesartan + furosemid
Candesartan + spironolakton
Amlodipin + ramipril
Amlodipin + captopril
Losartan + carvedilol
Frekuensi
23
2
18
7
5
4
2
2
1
64
8
2
2
2
7
1
3
1
1
2
1
1
1
1
33
97
Persentase
(%)
23,7
2,1
18,6
7,2
5,2
4,1
2,1
2,1
1,0
66,1
8,2
2,1
2,1
2,1
7,2
1,0
3,1
1,0
1,0
2,1
1,0
1,0
1,0
1,0
33,9
100,0
ARB + bloker
Sub total
Total
Keterangan tabel :
CCB : Calcium Channel Blocker ; ARB : Angiotensin Receptor Blocker ; ACEI :
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa obat antihipertensi tunggal lebih
banyak digunakan daripada obat antihipertensi kombinasi. Penggunaan obat
antihipertensi tunggal terbanyak adalah golongan calcium channel blocker yaitu
amlodipin sebanyak 23,7%. Amlodipine menghambat masuknya ion kalsium pada
otot polos pembuluh darah dan otot jantung, hal tersebut mengurangi tahanan
vaskuler tanpa mempengaruhi konduksi jantung atau kontraksi jantung. Selain itu,
amlodipine memiliki toleransi yang baik sehubungan dengan efek sampingnya
yang rendah (Sargowo, 2012).
Golongan obat kedua yang banyak di resepkan untuk pasien hipertensi
adalah golongan angiotensin receptor blocker yaitu valsartan sebanyak 18,6%.
Kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
golongan calcium channel bloker + angiotensin receptor blocker yaitu amlodipin
+ valsartan sebanyak 8,2%. Terapi dengan angiotensin receptor blocker dan
calcium channel blocker memiliki efek yang potensial untuk mengurangi tekanan
darah yang diharapkan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
komplikasi kardiovaskuler. Sebagai tambahan, angiotensin receptor blocker dan
calcium channel blocker berhubungan dengan efek yang menguntungkan terhadap
efek kardioprotektif selama pengaturan tekanan darah (Sargowo, 2012).
D.
Identifikasi Drug Related Problems(DRP’s) kategori Ketidaktepatan
Pemilihan Obat
1. Keamanan obat
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi
Berdasarkan Keamanan Obat
Keamanan obat
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Aman
12
12,4
Aman
85
87,6
97
100,0
Total
Obat dikatakan tidak aman apabila obat yang diberikan dapat
membahayakan atau memperburuk kondisi pasien, sehingga dalam
penggunaannya diperlukan pemantauan terhadap kondisi pasien. Pada
penelitian ini obat dikatakan tidak aman dilihat dari efek samping obat
tersebut yang berhubungan dengan penyakit penyerta yang diderita pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat tidak aman sebanyak 12,4%
sedangkan obat aman sebanyak 87,6%.
2.
Keefektifan obat
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi
Berdasarkan Keefektifan Obat
Efektivitas obat
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Efektif
17
17,5
Efektif
80
82,5
97
100,0
Total
Obat efektif adalah obat yang dapat menimbulkan efek terapi secara
optimal, sedangkan obat tidak efektif merupakan obat yang efek terapinya
tidak optimal atau tidak menimbulkan efek terapi. Pada penelitian ini
ketidakefektifan obat dilihat dari tidak adanya efek dari terapi yang
ditunjukkan dengan tidak adanya penurunan tekanan darah pasien atau
terjadi peningkatan pada tekanan darah pasien. Efek terapi yang tidak
optimal ditunjukkan dengan adanya penurunan tekanan darah pasien, namun
tekanan darah pasien belum mencapai target yang diharapkan. Dari hasil
penelitian diketahui obat yang digunakan tidak efektif sebanyak 17,5% dan
obat yang efektif sebanyak 82,5%.
3.
Kontraindikasi
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi
Berdasarkan Kontraindikasi
Frekuensi Persentase (%)
Tidak Kontraindikasi
95
97,9
Kontraindikasi
2
2,1
97
100,0
Total
Kontraindikasi adalah kondisi yang menyebabkan sebuah terapi,
tindakan, atau pemeriksaan penunjang tidak dapat atau tidak boleh
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan obat yang dikontraindikasikan
penggunaannya pada pasien hipertensi sebanyak 2,1% sedangkan yang tidak
dikontraindikasi sebanyak 97,9%.
Data penelitian menunjukkan ada penggunaan obat yang kontraindikasi
dengan keadaan fisiologis atau patologis pasien hipertensi. Kontraindikasi
tersebut adalah pada pengobatan valsartan yang tidak dianjurkan
penggunaannya pada pasien hipertensi dengan vertigo karena valsartan
dapat memperparah vertigo pasien, dan pengobatan irbesartanjuga tidak
dianjurkan penggunaannya pada pasien hipertensi dengan dyspepsia karena
irbesartan karena dapat memperparah dyspepsia pasien.
4.
Kombinasi Obat Antihipertensi
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi
Berdasarkan Kombinasi Obat Antihipertensi
Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tepat
Tepat
Total
7
90
97
7,2
92,8
100.0
Kombinasi obat antihipertensi merupakan kombinasi dua obat atau lebih
obat antihipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi obat
antihipertensi yang digunakan pada pengobatan hipertensi di RSUD RAA
Soewondo Pati tepat sebanyak 92,8% dan tidak tepat sebanyak 7,2%.
Dikatakan kombinasi tepat apabila digunakan 2 obat antihipertensi dengan
golongan yang berbeda secara bersamaan dan kombinasi yang digunakan
sesuai dengan pedoman yang dipakai yaitu JNC 8. Dikatakan tidak tepat jika
kombinasi antihipertensi yang digunakan tidak sesuai dengan algoritma JNC
8 yang digunakan seperti penggunaan kombinasi obat golongan calcium
channel blocker dengan loop diuretic.
5.
Ketidaktepatan
Pasien
Penggunaan
Antihipertensi
BerdasarkanKetepatan
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi
Berdasarkan Ketepatan Pasien
Frekuensi Persentase (%)
Tidak tepat pasien
13
13,4
Tepat pasien
84
86,6
97
100.0
Total
Ketepatan pasien adalah ketepatan pemilihan obat yang
mempertimbangkan keadaan pasien sehingga tidak menimbulkan
kontraindikasi kepada pasien secara individu. Evaluasi ketepatan pasien
pada penggunaan antihipertensi dilakukan dengan membandingkan
keamanan dan kontraindikasi obat yang diberikan dengan kondisi pasien
pada data rekam medik. Hasil evaluasi ketepatan pasien menunjukkan obat
yang digunakan tepat pasien sebanyak 86,6% dan tidak tepat pasien
sebanyak 13,4%.
6.
Drug Related Problems (DRP’s) Kategori Ketidaktepatan Pemilihan
Obat
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Drug Related Problems (DRP’s) Kategori
Ketidaktepatan Pemilihan Obat
Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tepat
24
24,7
Tepat
73
75,3
97
100.0
Total
Pemilihan obat pada pasien hipertensi dikatakan tepat apabila kriteria
tepat obat dan tepat pasien terpenuhi. Namun, jika salah satu atau bahkan
semua kriteria tersebut tidak terpenuhi maka dapat dikatakan pemilihan obat
pada pasien tersebut tidak tepat. Hasil penelitian diketahui bahwa
penggunaan obat antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA
Soewondo Pati tepat sebanyak 75,3% hal ini dilihat dari parameter obat
aman sebanyak 87,6% ; obat efektif sebanyak 82,5% ; tidak kontraindikasi
sebanyak 97,9% ; tepat pasien sebanyak 86,6% dan kombinasi tepat
sebanyak 92,8%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Identifikasi Drug Related Problems
(DRP’s) Kategori Ketidaktepatan Pemilihan Obat Pada Pasien Hipertensi Geriatri
Di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember
2015”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Dari 97 pasien hipertensi 43,3% adalah laki-laki dan 56,7% adalah
perempuan dengan golongan umur terbanyak usia 65-74 tahun (lanjut usia)
sebanyak 74,2%.
Obat antihipertensi tunggal yang paling banyak diresepkan adalah golongan
calsium channel bloker yaitu amlodipin (23,7%).
Obat antihipertensi kombinasi yang paling banyak diresepkan adalah
golongan calcium channel blocker + angiotensin reseptor blocker
(amlodipin + valsartan) sebanyak 8,2%.
Semua penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi geriatri di
RSUD RAA Soewondo Pati kategori pemilihan obatnya tepat sebanyak
75,3% hal ini dilihat dari parameter obat aman sebanyak 87,6% ; obat
efektif sebanyak 82,5% ; tidak kontraindikasi sebanyak 97,9% ; tepat pasien
sebanyak 86,6% dan kombinasi tepat sebanyak 92,8%.
SARAN
1. Perlu adanya kerjasama yang tepat antara dokter, apoteker dan tenaga
kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan
pengobatan pasien sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif dan aman.
2. Perlu peningkatkan kesadaran dan kewaspadaan diri terhadap penyakit
hipertensi dan faktor resikonya dengan memeriksakan tekanan darah secara
berkala dan mengubah pola hidup sehat.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memantau pasien secara
prospektif, sehingga benar-benar diketahui pasti outcome/keberhasilan
terapi dari penggunaan obat anti hipertensi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Semua civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program Studi
Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko Susilo, Dosen
Pembimbing 1 Dian Oktianti, S.Far., M.Sc., Apt., Dosen pembimbing II Richa
Yuswantina, S.Farm., Apt., M.Si.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C. 1998 .Pharmaceutical Care
Practice. McGraw-Hill, New York.
2. Coylewright, M., Reckelhoff, J.F. & Ouyang, P. 2008 .Menopause and
Hypertension: An Age-Old Debate, Journal of The American
HeartAssociation
3. Ernst, F. R. and A. J. Grizzle. 2001. Drug Related Morbidity and
Mortality: Updating the Cost of-Illness Model. J Am Pharm Assoc,
4. Kowalski, R. E., 2010, Terapi Hipertensi Program 8 Minggu,
diterjemahkan oleh Rani S. Ekawati, Bandung, Qanita.
5. Pramantara. 2007. Identifikasi Drug Related Problems (DRP’s) Potensial
Kategori Interaksi Obat Pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. [Skripsi]. Farmasi
UMS : Surakarta
6. Roger V. L., dkk. 2012. Heart Disease and Stroke Statistics-2012 Update :
A Report From the American Heart Association. Circulation.
7. Sargowo, H Djanggan. 2012. Single Pill Combination In Antihypertensive
Therapy.Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
8. Yamasaki, S., Taguchi, S. 2003. The relationship between age at onset of
hypertension, body shape, and lifestyle of hypertensives in an urban
population. Advanced Exercise Sport Physiology
Download