pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden dan eps terhadap

advertisement
PENGARUH KEBIJAKAN LEVERAGE, KEBIJAKAN DEVIDEN DAN EPS
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG LISTING DIBURSA EFEK INDONESIA
Oleh
Ronny Malavia Mardani*)
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of policy leverage,
dividend policy, earnings per share to value the company on manufacturing companies
listing securities Indonesia Stock Exchange 2007-2009. The population in this study are
all companies listed securities Indonesia Stock Exchange since 2007 to 2009,
amounting to 151 manufacturing companies. Being the selection of the study sample
was based on precisely pursosive nonprobability sampling sampling, the sample
selection based on certain criteria or considerations.
Based on the analysis and damping which has been described previously, then
some conclusions can be drawn as follows: a) Simultaneously policy leverage, dividend
policy, and earnings pershare effect on firm value, b) Leverage significant effect on firm
value, c) Dividend influence significantly to the value of the company; d) EPS
significant effect on firm value
Keywords: effect of leverage, dividend, earnings per share and the firm value
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan leverage merupakan aktivitas pendanaan yang menentukan sejauh
mana utang digunakan dalam struktur modal perusahaan. Dalam Stice et al (2004:818),
pihak-pihak yang mempertimbangkan untuk berinvestasi kepada suatu perusahaan
tertarik dengan struktur leverage dari perusahaan. Taswan (2003) dalam penelitiannya
berhasil membuktikan bahwa kebijakan leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham
dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang diputuskan manajer dan nilai
perusahaan jangka panjang. Penelitian yang melatarbelakangi kebijakan leverage
biasanya perusahaan yang sedang bertumbuh akan lebih banyak menggunakan sumber
pendanan dari modal sendiri atau ekuitas dari pada leverage. Hal ini disebabkan jika
pertumbuhan perusahaan dibiayai dengan utang, manajer tidak akan melakukan
investasi yang optimal (underinvestment) karena para kreditur akan memperoleh klaim
pertama kali terhadap aliran kas dari proyek investasi tersebut (Myers, 1997 dalam
Lestari, 2004:1060). Modigliani dan Miller (MM) dalam Houston (1999: 43),
berpendapat bahwa utang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan dalam
menghitung pajak, tetapi hutang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan
kebangkrutan yang aktual dan potensial.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan dividen,
manajer dituntut untuk dapat mempertimbangkan secara tepat apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk 'laba ditahan' guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang (Gultom, 2011). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya akan mengurangi total
84
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
sumber dana intern (internal financing). Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk
menahan laba ditahan, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Kebutuhan dana pada kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan kebijakan dividen. Dalam kebijakan deviden dinyatakan bahwa
perusahaan yang sedang tumbuh akan membayar deviden lebih sedikit daripada
perusahaan yang tidak tumbuh, karena dana tersebut digunakan untuk reinvestasi
(Gul,1999; Jaggi dan Gul, 1999; Kallapur dan Trombley,2001; Jones dan Sharma, 2001
dalam Lestari 2004:1060).
Untuk menganalis kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio keuangan yang salah satunya dengan menggunakan earning per
share (EPS). EPS telah lama digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan
dan tingkat pengembalian. EPS menuntut pada jumlah keuntungan yang diperoleh
selama satu periode tertentu atas setiap lembar saham biasa yang beredar. EPS
merupakan informasi yang dapat digunakan oleh pemimpin perusahaan , investor dan
pemegang saham karena EPS yang besar menunjukkan bahwa perusahaan mampu
memberikan deviden yang besar. Apabila EPS terus meningkat akan menyebabkan
harga saham dipasar modal akan terdorong naik, kenaikkan harga saham akan
menimbulkan capital gain yang akan dinikmati oleh perusahaan pemegang saham.
Dengan demikian berarti naiknya EPS akan menaikkan hasil pengembalian yang akan
diperoleh investor dan Faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah earnings per
share (EPS). Perusahaan harus mampu mempengaruhi harga saham sehingga
memungkinkan perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal. Menurut penelitian
Taranika (2009), earnings per share dikatakan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham, yang berarti bahwa semakin tinggi earnings per share suatu perusahaan berarti
semakin tinggi minat investor terhadap saham perusahaan tersebut
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah kebijakan leverage, kebijakan deviden dan earning per share berpengaruh
simultan terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah kebijakan leverage berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah kebijakan deviden berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah earning per share berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning
per share terhadap nilai perusahaan secara simultan signifikan pada perusahaan
manufaktur terdaftar di BEI
b. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan leverage, terhadap nilai perusahaan secara
parsial pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI.
c. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan deviden, terhadap nilai perusahaan secara
parsial pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI.
d. Untuk menganalisis pengaruh earning per share terhadap nilai perusahaan secara
parsial pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI
1.4 Kontribusi Penelitian
Adapun kontribusi yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
85
a. Dapat memberikan informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning per
share yang dapat meningkatkan nilai perusahaan
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau data pelengkap yang mendukung
kegiatan analisis atau penelitian yang sejenis.
c. Dapat memberikan acuan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan
tingkat pengembalian yang berupa deviden.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Taswan (2003) yang meneliti pengaruh Analisis Pengaruh Insider Ownership,
Kebijakan Hutang Dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-faktor yang
pengaruhnya menemukan bahwa: a) kebijakan hutang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV); b) Profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang; c) Pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis, kebijakan dividen
dan kepemilikan oleh insider Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang; d) Kebijakan dividen yang berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Dividen yang lebih rendah ternyata lebih memberikan nilai perusahaan. Kebijakan
dividen juga harus memperhatikan risiko bisnis. Semakin besar risiko bisnis semakin
besar laba yang ditahan (dividen kecil). Sedangkan faktor size dan debt tidak signifikan.
Begitu juga faktor Insider Ownership yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan. Peningkatan insider ownership ini mendapat dukungan dari
peningkatan hutang dan penurunan dividen. Artinya peningkatan sumber dana dari
hutang dan laba ditahan merupakan insentif bagi insider ownership. Tapi insider
ownership tidak menyukai peningkatan size serta pertumbuhan. Peningkatan size sulit
diimbangi dengan peningkatan insider ownership sebab keterbatasan dalam memperoleh
dana. Sedangkan informasi pertumbuhan masih disangsikan oleh investor sehingga
pertumbuhan tidak otomatis mendatangkan investor baru untuk bergabung. Sementara
factor profitabilitas, tidak signifikan.
2.2 Tinjauan teori
2.2.1 Leverage
Menurut Munawir (2004) hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana
atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Sedang menurut (Riyanto, 1997)
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana
kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan.
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka
memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan
juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang
dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.
Keputusan pembiayaan melalui hutang mempunyai batasan sampai seberapa besar
dana dapat digali. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk menentukan rasio hutang
tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio hutang melewati standar ini, maka biaya
akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut akan mempengaruhi stuktur modal
perusahaan. Salah satu rasio tersebut yaitu LDE (Long Term Debt Ratio) yang
menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa
86
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
porsi hutang dibanding dengan modal perusahaan, supaya aman porsi hutang harus
lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka
akan meningkatkan beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini
memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang
semakin besar.
Leverage atau sruktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai
modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan akhir tahun. variabel
ini dinyatakn dalam rasio keuangan dengan penjumlahan total hutang dan modal sendiri
pada neraca akhir tahun Sujoko (2004: 44). Struktur modal adalah merupakan
perbandingan antara debt dengan equity yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.2.2 Kebijakan Deviden
Weston and Copeland (1996) mendefinisikan kebijakan deviden sebagai:
"Keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan".
Sartono (2000), mendefinisikan kebijakan deviden sebagai: "Keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden
atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di masa datang".
Dari kedua definisi diatas, dapat kita lihat bahwa kebijakan deviden dipengaruhi
dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham
dengan devidennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan
menahan laba. Dari sisi pemegang saham, deviden
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan
oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah (Sutrisno, 2001: 304) :
a. Posisi Solvabilitas Perusahaan
b. Posisi Likuiditas Perusahaan
c. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
d. Rencana Perluasan
e. Kesempatan Investasi
f. Stabilitas Pendapatan
g. Pengawasan Terhadap Perusahaan
2.2.3 Earning per share (EPS)
Menurut Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per lembar saham atau
EPS yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang
diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Laba merupakan alat
ukur utama kesuksesan suatu perusahaan, karena itu para pemodal seringkali
memusatkan perhatian pada besarnya earning per share (EPS) dalam melakukan analisis
saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena
semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.
Untuk menganalisis penyebab perubahan EPS dapat digunakan analisis rasio laba
(Fabozzi, 1999:386). Rasio laba menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas serta
manajemen aktiva dan kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Laba per lembar saham
Menurut Angg (1997), EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan.
Menurut Widjoatmodjo (1996: 443), menyatakan bahwa "angka EPS diperoleh
dengan cara membagi keuntungan yang diperoleh emiten( yang dimaksud adalah
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
87
keuntungan setelah dipotong pajak, namun sebelum dibayarkan deviden) dengan jumlah
saham yang beredar". Rasio EPS menunjukkan bahwa seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba per lembar saham. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa setiap perusahaan memiliki Earning Per Share (EPS) yang mempunyai
kecenderungan meningkat dari periode ke periode berikutnya, maka berarti perusahaan
tersebut dapat dikatakan mengalami pertumbuhan Earning Per Share (EPS). Dan apabila
investor berpedoman pada Earning Per Share (EPS) yang dicapai perusahaan tersebut,
maka harga pasar saham akan mengalami kenaikkan dibursa, dan diikuti pula capital
gain .
Rasio Earning Per Share merupakan salah satu indikasi utama yang diinginkan
para pemodal dalam melihat daya tarik suatu perusahaan. Pertumbuhan Earning Per
Share merupakan indikator dari kinerja suatu perusahaan yang relatif mudah diketahui
oleh para pemodal. Bila suatu perusahaan menunjukkan pertumbuhan Earning Per Share
yang bagus, maka para pemodal akan tertarik untuk membeli saham perusahaan
(Irawan, 1996).
2.2.4 Nilai Perusahaan
Menurut Litismito (1997:51) dalam Khoirudin (2004) "bahwa nilai perusahaan
merupakan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan membandingkan
dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dalan persentase". Sedangkan menurut
Riyanto (1997:352) "nilai perusahaan merupakan jumlah relative laba yang dihasilkan
dari jumlah investasiatau modal yang ditanamkan dalam suatu perusahaan". Menurut
Syamsudin (2000:63) "nilai perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan sejumlah keseluruhan di
dalam aktiva yang tersedia dalam perusahaan". Menurut Ustman dalam Khoirudin
(1996:302-303) bahwa "nilai perusahaan mencerminkan nilai perusahaan yang
tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimiliki perusahaan".
Untuk memaksimalkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang
diperhatikan, tetapi juga semua klaim seperti hutang, warran, maupun saham preferen
(Waran Walsh, 2008:141). Manajer dituntut untuk membuat keputusan yang
mempertimbangkan semua stakeholder, sehingga manajer akan dinilai kinerjanya
berdasarkan kemampuannya dalam mencapai tujuan atau mampu mengimplementasikan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Nilai perusahaan diukur dengan Tobin's Q
2.2.5 Hubungan antara kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning per share
terhadap nilai perusahaan
Leverage mempunyai pengaruh negative terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mendukung teori struktur modal model trade off yang menyatakan bahwa jumlah
hutang yang semakin meningkat akan menurunkan nilai perusahaan. Kebijakan deviden
ini merupakan corporate action yang penting yang harus dilakukan perusahaan
kebijakan tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh
pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham ini akan
menentukkan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan, semakin besar deviden yang dibagikan kepada pemegang saham, maka
kinerja emiten atau perusahaan akan dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya
perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dianggap mengguntungkan dan tentunya
penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula, yang biasanya tercemin
melalui tingkat harga saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rozeff (1982)
yang mengangap bahwa deviden nampaknya memiliki atau mengandung informasi
88
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
(informational content of deviden) atau sebagai isyarat prospek perusahaan. Apabila
perusahaan meningkatkan pembayaran deviden, mungkin diartikan oleh pemodal
sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya kinerja perusahaan
dimasa yang akan datang. Sehingga kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Gordon (1963) dan Bhattacharya (1974)
Myers dan Majluf (1984) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan
akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar
saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup
baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi
sehingga harga saham perusahaan dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan pada uraian sebelumnya, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1 = Kebijakan leverage, kebijakan deviden, earning pershare berpengaruh simultan
terhadap nilai perusahaan
H2 = Kebijakan leverage berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan
H3 = Kebijakan deviden berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan
H4 = Earning pershare berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar dibursa efek Indonesia sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 yang berjumlah
158 perusahaan manufactur. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada
nonprobability sampling tepatnya pursosive sampling
3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Kebijakan Leverage (leverage policy)
Menurut Brigham dan Houston (2001:14), leverage keuangan (financial leverage)
merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas
berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal
perusahaan. Rumus yang digunakan :
3.2.2 Kebijakan Deviden (deviden policy)
Menurut Sundjaja (2002:341), "kebijakan deviden perusahaan (deviden policy)
adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan deviden".
3.2.3 Laba Per Saham (earning per share)
Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap
saham, yang menggambarkan profitabilitas perusahaan pada setiap lembar saham.
EPS=
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
89
3.2.4 Nilai Perusahaan (firm value)
Nilai perusahaan dapat tercermin melalui harga saham. Semakin tinggi harga
saham berati kemakmuran pemegang saham akan meningkat.. Penelitian menggunakan
rasio Tobin's Q (Q ratio). Dalam Kee dan Stephen (1994), Q ratio
Keterangan:
CP = harga penutupan
TL = total kewajiban
I = persedian
CA = aktiva lancer
TA = total aktiva
3.3 Metode Analisi Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Uji Normalitas Data
Untuk uji normalitas data digunakan kolmogrof-smirnof goodness of fit test (uji
K-S), yaitu uji normalitas secara non parametik terhadap terhadap masing-masing
variabel,dengan kaidah keputusan uji normalitas, yaitu:
a. Bila asymp signifikan KS < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal
b. Bila asymp signifikan KS > 0,05, maka data berdistribusi normal
3.3.2 Model analisis
Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
adalah regresi linier breganda (multiple regression analysis). Persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Y= α+β1 LEV +β2 DIV +β3 EPS + e
Keterangan:
Y
= nilai peusahaan(tobin’s q)
α
= konstanta
x1 LEV = leverage
x2 DIV = deviden
x3 EPS = earning per share
β1-β3
= koefisien regresi
e
= standar error
3.3.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi memenuhi
asumsi klasik ataukah tidak. Pengujiaan asumsi klasik dengan tiga uji yaitu sebagai
berikut:
a. Uji Multikoliniearitas
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikoliniearitas adalah sebagai
berikut:
1. Mempunyai nilai variance inflation factor (VIF) sekitar angka 1 dan tidak
melebihi 10.
2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1 atau lebih dari 0,05
b. Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Glejser Test.
90
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson. Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Kaidah keputusan uji d Durbin Watson
Hipotesis Nol (Ho)
Keputusan
Range
Tidak ada korelasi dari positif
Tidak Ho
0<d<dl
Tidak ada korelasi dari positif
Tidak ada
dl≤d≤du
Tidak ada korelasi dari negative
Tolak Ho
4-dl<d<4
Tidak ada korelasi dari negative
Tidak ada
4-du≤d≤4-dl
Tidak ada korelasi dari
Terima Ho Du<d<4-du
positif/negative
3.3.4 Uji hipotesis
1. Uji F- Statistic (Uji Simultan)
Uji F yaitu untuk mengetahui apakah semua variabel independent secara
simultan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen dan untuk
mengetahui kemungkinan garis dengan taraf kepercayaan 95% atau tingkat
signifikan α = 5% dengan hipotesis:
a. jika probabilitas (sig)< α (0,05) maka H0 ditolak artinya variabel independent
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen
b. jika probabilitas (sig)> α (0,05) maka H0 terima artinya variabel independent
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Jika nilai signifikan F lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternative diterima
atau dengan α = 5% variable independent secara simultan mempengaruhi variabel
dependent secara bersama-sama. Jika nilai signifikan F lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis alternative ditolak, hal ini berarti variabel independent secara simultan
tidak mempengaruhi variabel dependen.
2. Uji t
Uji t yaitu pengujian untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara varsial anatara
variabel dependen dengan variabel independent (Gujarati, 1995:114), dan untuk
mengetahui kemaknaan garis regresi dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikasi
α = 5% dengan hipotesis:
Kriteria uji t:
a. jika probabilitas (sig)< α (0,05) maka H0 ditolak artinya variabel independent
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen
b. jika probabilitas (sig)> α (0,05) maka H0 ditolak artinya variabel independent
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Proses pemilihan sampel secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagi berikut :
Tabel 4.1
Proses Pemilihan Sampel
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
412
2008-2010
Tidak termasuk dalam perusahaan manufaktur
(254)
Perusaahaan manufaktur pada tahun 2008-2010
158
Mempublikasikan LK secara tidak berturut-turut tahun 2008-2010
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
(11)
|
91
Mempublikasikan LK secara berturut-turut tahun 2008-2010
147
Tidak melakukan pembayaran deviden kas (tunai) berturut-turut
(120)
pada tahun 2008-2010
Melakukan pembayaran deviden kas (tunai) berturut-turut yaitu
27
pada tahun 2008-2010 dan layak dijadikan sampel
Sumber : data diolah, 2011
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Normalitas
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Variabel
Leverage
Kebijakan Dividen
Earning per Share
Nilai Perusahaan
Sumber: Data diolah, 2011
Tabel 4.2
Uji Normalitas
KolmogorovSmirnov Z
0,961
1,127
0,974
1,107
Asymp. Sig. (2tailed)
0,349
0,142
0,315
0,164
Dari hasil uji normalitas dalam tabel 4.2, dapat diketahui bahwa variabel yang
digunakan dalam penelitian memiliki data yang berdistribusi normal (memiliki asymp.
Sig > 0,05), sehingga proses analisis dapat dilanjutka pada tahap selanjutnya
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:
Variabel
Leverage
Kebijakan Dividen
Earning per Share
Sumber: data diolah, 2011
Tabel 4.3
Variance Inflation Factor (VIF)
Tolerance
0,932
0,981
0,861
VIF
1,073
1,019
1,161
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa variabel Leverage, Kebijakan Dividen dan
Earning per Share, memiliki nilai VIF di bawah 10, Hal ini menunjukkan bahwa
model tidak melanggar asumsi multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Glejser.
Adapun hasil perhitungan sebagaimana tertuang pada tabel berikut:
92
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
Variabel
Leverage
Kebijakan Dividen
Earning per Share
Sumber: data diolah, 2011
Tabel 4.4
Uji Heteroskedastisitas
t uji
0,264
0,387
0,498
sig
0,503
0,768
0,792
Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana tampak pada tabel 4.4 diatas, dapat
dilihat bahwa masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh terhadap absolut
residual, hal ini bisa dilihat pada masing-masing t uji yang memiliki tingkat
signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak melanggar asumsi
heterokedastiditas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam model analisis regresi yang digunakan yaitu dengan
melakukan pengujian model serial korelasi dengan metode Durbin Watson (DW)
seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Durbin-Watson (DW)
Adjusted R Std. Error of DurbinModel
R
R Square
Square
the Estimate
Watson
1
0,627(a) 0,393
0,329
1,9792323
1,894
Sumber : data diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.5 nilai Durbin Watson sebesar 1,94 dengan n = 81 dan k
= 3 didapat dL = 1,614 dan dU = 1.801. Jadi dhitung terletak pada range 1,801 <
1,894 < 2.199 (du < d < 4-du) yang membuktikan bahwa model memenuhi asumsi
autokorelasi.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil perhitungan statistik pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat ada tabel 4.6 sebagai berikut:
Model
Konstanta
Leverage
Kebijakan Dividen
Earning per Share
R Square = 0.393
Fhitung = 54.499
Sig F = 0.000
Sumber: data diolah, 2011
Tabel 4.6
Hasil Regresi Linier Berganda
Koefisien
t
()
1,519
-0,584
-2,948
0,369
2,482
0,218
3,294
Sig
0,008
0,024
0,000
Dari hasil perhitungan tersebut diatas dapat disusun model persamaan sebagai
berikut:
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
93
Nilai Perusahaan = 1,519 - 0,584 LEV + 0,369 DIV + 0,218 EPS + e.
4.2.4 Pengujian Hipotesis:
1. Uji Simultan (Uji F)
Hasil Uji F didapatkan nilai Fhitung sebesar 54.499 dengan tingkat signifikan
sebesar 0.000, oleh karena tingkat signifikan < alpha = 0.05, Hal ini menunjukkan
bahwa secara simultan kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning pershare
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian H1 yang kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan
earning pershare berpengaruh simultan terhadap nilai perusahaan berpengaruh
secara simultan terhadap nilai perusahaan dapat diterima
2. R square (R2) = 0.393, hal ini berarti bahwa sebesar 39.3% perubahan yang terjadi
pada nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh kebijakan leverage, kebijakan deviden,
dan earning pershare, sedangkan sisanya sebesar 60,7% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian.
3. Uji t (Uji secara Parsial)
a. Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Leverage
sebesar -1,109, nilai t hitung sebesar -2,948 dengan tingkat signifikansi 0,001 di
bawah  = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Leverage berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini telah sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa semakin tinggi leverage perusahaan yang dimiliki
perusahaan akan semakin menurunkan nilai perusahaan.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat risiko
tinggi akan mendapatkan direspon secara negatif oleh pasar, sehingga harga
saham perusahaan akan mengalami penurunan. Penurunan harga saham
perusahaan ini akan berdampak pada penurunan nilai perusahaan.
Dengan demikian H2 yang menyatakan Kebijakan leverage berpengaruh
parsial terhadap nilai perusahaan dapat diterima.
b. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Kebijakan
Dividen sebesar 0,369, nilai t hitung sebesar 2,482 dengan tingkat signifikansi
0,024 di bawah  = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Dividen
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja baik
akan direspon secara positif oleh pasar, sehingga harga saham perusahaan
mengalami peningkatan. Peningkatan harga saham ini akan akan meningkatkan
nilai perusahaan. Dengan demikian H3 yang menyatakan kebijakan deviden
berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan dapat diterima.
c. Pengaruh EPS terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa koefisien regresi EPS
sebesar 0,218, nilai t hitung sebesar 3,294 dengan tingkat signifikansi 0,000 di
bawah  = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa EPS berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja baik
(menghasilkan laba positif) akan direspon secara positif oleh pasar, sehingga
harga saham perusahaan mengalami peningkatan. Peningkatan harga saham ini
akan akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian H3 yang
menyatakan earning pershare berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan
94
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
dapat diterima.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan leverage,
kebijakan deviden, earning per share terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang listing dibursa efek indonesia periode 2008-20010). Berdasarkan hasil
analisis dan pembasahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning pershare
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
4. EPS berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat dikemukakan sebagai suatu
bahan pertimbangan dan sebagai bahan telaah bagi pihak-pihak yang berkepentingan
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang akan datang yang masih relevan dengan penelitian ini diharapkan
dapat menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.
2. Periode amatan yang digunakan diharapkan dapat lebih diperpanjang agar diperoleh
jumlah perusahaan sampel lebih banyak lagi. Sehingga hasilnya lebih baik secara
statistik.
3. Variabel yang digunakan untuk menjelaskan nilai perusahaan lebih dikembangkan
lagi dengan memasukkan variabel risiko dan variabel makro, seperti tingkat inflasi
dan suku bunga (SBI)
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi.BPFE Yogyakarta: Yogyakarta
Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal, Yogyakarta : Ekonisia
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2001. Managemet Keuangan. Penerbit
Erlangga: Jakarta.
Brigham, F. Eugene dan houston F. Joel, 2004.manajemen keuangan buku 11, edisi ke
delapan. Alih bahasa herman wibowo. Jakarta : PT. Gelora aksara pratama
Chairiri, Anis dan Ghozali, Imam. 2007. Toei Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang
Dajan, anto. (1995). "pengantar metode statistik". Jilid I, Jakarta: pustaaka LP3ES
Indonesia
Gulton (2008) dengan judul pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden, earning
per share terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur,jurnal akuntansi
47.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Yogyakarta
Husnan, Suad. 11996. Pembelanjaaan Perusahan. Penerbit liberty Yogyakarta.
Yogyakarta
Horne dan Wachowicz. 2007. Prinsip-prinsip Management Keuangan. Salemba Empat:
Jakarta.
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
95
Indrianto , Nur dan Bambang Supomo.1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Management. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta
Irawan, ridwan 1996, IPO Sebagai alternatif sumber pendanaan bagi
perusahaan,majalah usahawan, no. 4, tahun XXV, april. Jakarta
Indriantoro nur dan supomo bambang, (1999), "metodologi penelitian bisnis" edisi
pratama. Yogyakarta: BPFE
Jensen, M, dan meckling, 1976. theory firm: managerial behavior agency cost and
ownership structure. Jounal of financial economics, page 305-360
Jogianto,h. m. 2003,"teori portofolio dan analisis informasi", edisi tiga,
Kaaro, Hermeidianto. 2001. Analisis Leverage dan Dividen Dalam Lingkungan
Ketidakpastian: Pendekatan Pecking Order Theory dan Balancing Theory.
Simposium Nasional Akuntansi IV.
Keown, et al. 2000. Manajemen Keuangan, edisi 7, diterjemahkan oleh Djakman dan
Sulistyorini, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Lestari, holodya. 2004.pengaruh kebijakan utang, kebijakan deviden, resiko dan
profitabilitas perusahaan terhadap set kesempatan investasi. Symposium
Moh. Syah'roni (2006) bahwa tingkat pertumbuhan earning per share (EPS), dan return
on equity (ROE nasional akuntansi V11.tidak dipublikasikan
Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty: Yogyakarta
Prastowo,D. Dwi, 1995, analisis laporan keuangan, Edisi pertama, UPP, AMP, YKPN,
yogyakarta
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE Yogyakarta:
Yogyakarta.
Roni faizal (2003) secara parsial devident payout ratio (DPR), retun on equity (ROE)
dan price earning ratio (PER) terhadap harga saham perusahaan farmasi yang go
publik dibusa efek suabaya. Tidak dipublikasikan
Santoso, singgih. 2001."SPSS statistic parametik". j akarta: PT. elex media kompotindo.
Gramedia 2000-2003. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Dipublikasikan
Sartono, Agus, Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta, Oktober 2000
Sofiana, Dewi. 2009. Komparasi Keputusan Tingkat Pofitabilitas, Dan nilai Perusahaan
Berdasrakan Status kepemilikan ManajerialDalam Perspektif Agency Theory.
Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung
Sujoko dan ugy soebiantoro (2004) pengaruh kepemilikan saham, leverage, faktor
intern, dan faktor ekstern tehadap nilai perusahaan dengan menggunakan sampel
perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar diBEJ 2000-2004.tidak
dipublikasikan
Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi, Ekonisia, Juni 2003
Susetyo A, Arief . 2006. pengaruh risiko bisnis (bussines risk), struktur aktiva
(tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan (firm
size) terhadap struktur modal pada industri manufaktur yang telah listing di BEJ
selama periode Sudjana, Prof.,Dr.,M.A.,M.Sc., 2002. Metode Statistika, Edisi Keenam, Tarsito : Bandung.
Scott, William R, Financial Accounting Theory, Second Edition, Prentice-Hall,
Scarborough, Ontario, Canada, 2000
Weston, Freed and Thomas E Coopeland, 1996, Manajemen Keuangan, Erlangga,
Jakarta
96
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
widyarini (2009) dengan judul pengaruh struktuk, kepemilikan saham,leverage, ukuran
perusahaan, inflasi dan suku bunga terhadap nilai perusahaan. UNISMA yang
tidak dipublikasikan
Widjotmodjo, sawidji, 1996, cara sehat investasi di pasar modal, cetakan kedua, jakarta:
PT. Jurnalindo aksara grafik
Yogianto, 1998, teori portofolio dan analisis investasi, cetakan pertama, yogyakarta:
BPFE
www.idx.co.id
*) Ronny Malavia Mardani adalah dosen tetap Prodi Manajemen FE Unisma
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
97
Download