PENGARUH KEBIJAKAN LEVERAGE, KEBIJAKAN DEVIDEN DAN EPS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DIBURSA EFEK INDONESIA Oleh Ronny Malavia Mardani*) Abstract The purpose of this study was to determine the effect of policy leverage, dividend policy, earnings per share to value the company on manufacturing companies listing securities Indonesia Stock Exchange 2007-2009. The population in this study are all companies listed securities Indonesia Stock Exchange since 2007 to 2009, amounting to 151 manufacturing companies. Being the selection of the study sample was based on precisely pursosive nonprobability sampling sampling, the sample selection based on certain criteria or considerations. Based on the analysis and damping which has been described previously, then some conclusions can be drawn as follows: a) Simultaneously policy leverage, dividend policy, and earnings pershare effect on firm value, b) Leverage significant effect on firm value, c) Dividend influence significantly to the value of the company; d) EPS significant effect on firm value Keywords: effect of leverage, dividend, earnings per share and the firm value 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan leverage merupakan aktivitas pendanaan yang menentukan sejauh mana utang digunakan dalam struktur modal perusahaan. Dalam Stice et al (2004:818), pihak-pihak yang mempertimbangkan untuk berinvestasi kepada suatu perusahaan tertarik dengan struktur leverage dari perusahaan. Taswan (2003) dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa kebijakan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang diputuskan manajer dan nilai perusahaan jangka panjang. Penelitian yang melatarbelakangi kebijakan leverage biasanya perusahaan yang sedang bertumbuh akan lebih banyak menggunakan sumber pendanan dari modal sendiri atau ekuitas dari pada leverage. Hal ini disebabkan jika pertumbuhan perusahaan dibiayai dengan utang, manajer tidak akan melakukan investasi yang optimal (underinvestment) karena para kreditur akan memperoleh klaim pertama kali terhadap aliran kas dari proyek investasi tersebut (Myers, 1997 dalam Lestari, 2004:1060). Modigliani dan Miller (MM) dalam Houston (1999: 43), berpendapat bahwa utang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak, tetapi hutang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan dividen, manajer dituntut untuk dapat mempertimbangkan secara tepat apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk 'laba ditahan' guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Gultom, 2011). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya akan mengurangi total 84 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 sumber dana intern (internal financing). Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba ditahan, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebutuhan dana pada kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen. Dalam kebijakan deviden dinyatakan bahwa perusahaan yang sedang tumbuh akan membayar deviden lebih sedikit daripada perusahaan yang tidak tumbuh, karena dana tersebut digunakan untuk reinvestasi (Gul,1999; Jaggi dan Gul, 1999; Kallapur dan Trombley,2001; Jones dan Sharma, 2001 dalam Lestari 2004:1060). Untuk menganalis kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan yang salah satunya dengan menggunakan earning per share (EPS). EPS telah lama digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan dan tingkat pengembalian. EPS menuntut pada jumlah keuntungan yang diperoleh selama satu periode tertentu atas setiap lembar saham biasa yang beredar. EPS merupakan informasi yang dapat digunakan oleh pemimpin perusahaan , investor dan pemegang saham karena EPS yang besar menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan deviden yang besar. Apabila EPS terus meningkat akan menyebabkan harga saham dipasar modal akan terdorong naik, kenaikkan harga saham akan menimbulkan capital gain yang akan dinikmati oleh perusahaan pemegang saham. Dengan demikian berarti naiknya EPS akan menaikkan hasil pengembalian yang akan diperoleh investor dan Faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah earnings per share (EPS). Perusahaan harus mampu mempengaruhi harga saham sehingga memungkinkan perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal. Menurut penelitian Taranika (2009), earnings per share dikatakan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, yang berarti bahwa semakin tinggi earnings per share suatu perusahaan berarti semakin tinggi minat investor terhadap saham perusahaan tersebut 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kebijakan leverage, kebijakan deviden dan earning per share berpengaruh simultan terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah kebijakan leverage berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah kebijakan deviden berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah earning per share berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning per share terhadap nilai perusahaan secara simultan signifikan pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI b. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan leverage, terhadap nilai perusahaan secara parsial pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI. c. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan deviden, terhadap nilai perusahaan secara parsial pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI. d. Untuk menganalisis pengaruh earning per share terhadap nilai perusahaan secara parsial pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI 1.4 Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi yang diperoleh dari penelitian ini adalah: JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 85 a. Dapat memberikan informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning per share yang dapat meningkatkan nilai perusahaan b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau data pelengkap yang mendukung kegiatan analisis atau penelitian yang sejenis. c. Dapat memberikan acuan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang berupa deviden. 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Taswan (2003) yang meneliti pengaruh Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-faktor yang pengaruhnya menemukan bahwa: a) kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV); b) Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang; c) Pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis, kebijakan dividen dan kepemilikan oleh insider Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang; d) Kebijakan dividen yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dividen yang lebih rendah ternyata lebih memberikan nilai perusahaan. Kebijakan dividen juga harus memperhatikan risiko bisnis. Semakin besar risiko bisnis semakin besar laba yang ditahan (dividen kecil). Sedangkan faktor size dan debt tidak signifikan. Begitu juga faktor Insider Ownership yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Peningkatan insider ownership ini mendapat dukungan dari peningkatan hutang dan penurunan dividen. Artinya peningkatan sumber dana dari hutang dan laba ditahan merupakan insentif bagi insider ownership. Tapi insider ownership tidak menyukai peningkatan size serta pertumbuhan. Peningkatan size sulit diimbangi dengan peningkatan insider ownership sebab keterbatasan dalam memperoleh dana. Sedangkan informasi pertumbuhan masih disangsikan oleh investor sehingga pertumbuhan tidak otomatis mendatangkan investor baru untuk bergabung. Sementara factor profitabilitas, tidak signifikan. 2.2 Tinjauan teori 2.2.1 Leverage Menurut Munawir (2004) hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Sedang menurut (Riyanto, 1997) Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Keputusan pembiayaan melalui hutang mempunyai batasan sampai seberapa besar dana dapat digali. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk menentukan rasio hutang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio hutang melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut akan mempengaruhi stuktur modal perusahaan. Salah satu rasio tersebut yaitu LDE (Long Term Debt Ratio) yang menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa 86 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 porsi hutang dibanding dengan modal perusahaan, supaya aman porsi hutang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar. Leverage atau sruktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan akhir tahun. variabel ini dinyatakn dalam rasio keuangan dengan penjumlahan total hutang dan modal sendiri pada neraca akhir tahun Sujoko (2004: 44). Struktur modal adalah merupakan perbandingan antara debt dengan equity yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.2.2 Kebijakan Deviden Weston and Copeland (1996) mendefinisikan kebijakan deviden sebagai: "Keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan". Sartono (2000), mendefinisikan kebijakan deviden sebagai: "Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di masa datang". Dari kedua definisi diatas, dapat kita lihat bahwa kebijakan deviden dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan devidennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi pemegang saham, deviden Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah (Sutrisno, 2001: 304) : a. Posisi Solvabilitas Perusahaan b. Posisi Likuiditas Perusahaan c. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang d. Rencana Perluasan e. Kesempatan Investasi f. Stabilitas Pendapatan g. Pengawasan Terhadap Perusahaan 2.2.3 Earning per share (EPS) Menurut Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per lembar saham atau EPS yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan, karena itu para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya earning per share (EPS) dalam melakukan analisis saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Untuk menganalisis penyebab perubahan EPS dapat digunakan analisis rasio laba (Fabozzi, 1999:386). Rasio laba menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas serta manajemen aktiva dan kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Laba per lembar saham Menurut Angg (1997), EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. Menurut Widjoatmodjo (1996: 443), menyatakan bahwa "angka EPS diperoleh dengan cara membagi keuntungan yang diperoleh emiten( yang dimaksud adalah JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 87 keuntungan setelah dipotong pajak, namun sebelum dibayarkan deviden) dengan jumlah saham yang beredar". Rasio EPS menunjukkan bahwa seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba per lembar saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap perusahaan memiliki Earning Per Share (EPS) yang mempunyai kecenderungan meningkat dari periode ke periode berikutnya, maka berarti perusahaan tersebut dapat dikatakan mengalami pertumbuhan Earning Per Share (EPS). Dan apabila investor berpedoman pada Earning Per Share (EPS) yang dicapai perusahaan tersebut, maka harga pasar saham akan mengalami kenaikkan dibursa, dan diikuti pula capital gain . Rasio Earning Per Share merupakan salah satu indikasi utama yang diinginkan para pemodal dalam melihat daya tarik suatu perusahaan. Pertumbuhan Earning Per Share merupakan indikator dari kinerja suatu perusahaan yang relatif mudah diketahui oleh para pemodal. Bila suatu perusahaan menunjukkan pertumbuhan Earning Per Share yang bagus, maka para pemodal akan tertarik untuk membeli saham perusahaan (Irawan, 1996). 2.2.4 Nilai Perusahaan Menurut Litismito (1997:51) dalam Khoirudin (2004) "bahwa nilai perusahaan merupakan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan membandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dalan persentase". Sedangkan menurut Riyanto (1997:352) "nilai perusahaan merupakan jumlah relative laba yang dihasilkan dari jumlah investasiatau modal yang ditanamkan dalam suatu perusahaan". Menurut Syamsudin (2000:63) "nilai perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan sejumlah keseluruhan di dalam aktiva yang tersedia dalam perusahaan". Menurut Ustman dalam Khoirudin (1996:302-303) bahwa "nilai perusahaan mencerminkan nilai perusahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimiliki perusahaan". Untuk memaksimalkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang diperhatikan, tetapi juga semua klaim seperti hutang, warran, maupun saham preferen (Waran Walsh, 2008:141). Manajer dituntut untuk membuat keputusan yang mempertimbangkan semua stakeholder, sehingga manajer akan dinilai kinerjanya berdasarkan kemampuannya dalam mencapai tujuan atau mampu mengimplementasikan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Nilai perusahaan diukur dengan Tobin's Q 2.2.5 Hubungan antara kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning per share terhadap nilai perusahaan Leverage mempunyai pengaruh negative terhadap nilai perusahaan. Hal ini mendukung teori struktur modal model trade off yang menyatakan bahwa jumlah hutang yang semakin meningkat akan menurunkan nilai perusahaan. Kebijakan deviden ini merupakan corporate action yang penting yang harus dilakukan perusahaan kebijakan tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham ini akan menentukkan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan, semakin besar deviden yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja emiten atau perusahaan akan dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dianggap mengguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula, yang biasanya tercemin melalui tingkat harga saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rozeff (1982) yang mengangap bahwa deviden nampaknya memiliki atau mengandung informasi 88 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 (informational content of deviden) atau sebagai isyarat prospek perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran deviden, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Sehingga kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Gordon (1963) dan Bhattacharya (1974) Myers dan Majluf (1984) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan dan akan meningkatkan nilai perusahaan. 2.3 Hipotesis Berdasarkan pada uraian sebelumnya, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 = Kebijakan leverage, kebijakan deviden, earning pershare berpengaruh simultan terhadap nilai perusahaan H2 = Kebijakan leverage berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan H3 = Kebijakan deviden berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan H4 = Earning pershare berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 yang berjumlah 158 perusahaan manufactur. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada nonprobability sampling tepatnya pursosive sampling 3.2 Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Kebijakan Leverage (leverage policy) Menurut Brigham dan Houston (2001:14), leverage keuangan (financial leverage) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Rumus yang digunakan : 3.2.2 Kebijakan Deviden (deviden policy) Menurut Sundjaja (2002:341), "kebijakan deviden perusahaan (deviden policy) adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan deviden". 3.2.3 Laba Per Saham (earning per share) Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham, yang menggambarkan profitabilitas perusahaan pada setiap lembar saham. EPS= JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 89 3.2.4 Nilai Perusahaan (firm value) Nilai perusahaan dapat tercermin melalui harga saham. Semakin tinggi harga saham berati kemakmuran pemegang saham akan meningkat.. Penelitian menggunakan rasio Tobin's Q (Q ratio). Dalam Kee dan Stephen (1994), Q ratio Keterangan: CP = harga penutupan TL = total kewajiban I = persedian CA = aktiva lancer TA = total aktiva 3.3 Metode Analisi Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: 3.3.1 Uji Normalitas Data Untuk uji normalitas data digunakan kolmogrof-smirnof goodness of fit test (uji K-S), yaitu uji normalitas secara non parametik terhadap terhadap masing-masing variabel,dengan kaidah keputusan uji normalitas, yaitu: a. Bila asymp signifikan KS < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal b. Bila asymp signifikan KS > 0,05, maka data berdistribusi normal 3.3.2 Model analisis Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier breganda (multiple regression analysis). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Y= α+β1 LEV +β2 DIV +β3 EPS + e Keterangan: Y = nilai peusahaan(tobin’s q) α = konstanta x1 LEV = leverage x2 DIV = deviden x3 EPS = earning per share β1-β3 = koefisien regresi e = standar error 3.3.3 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi memenuhi asumsi klasik ataukah tidak. Pengujiaan asumsi klasik dengan tiga uji yaitu sebagai berikut: a. Uji Multikoliniearitas Pedoman suatu model regresi yang bebas multikoliniearitas adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai nilai variance inflation factor (VIF) sekitar angka 1 dan tidak melebihi 10. 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1 atau lebih dari 0,05 b. Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Glejser Test. 90 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 c. Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Dengan kriteria uji sebagai berikut: Kaidah keputusan uji d Durbin Watson Hipotesis Nol (Ho) Keputusan Range Tidak ada korelasi dari positif Tidak Ho 0<d<dl Tidak ada korelasi dari positif Tidak ada dl≤d≤du Tidak ada korelasi dari negative Tolak Ho 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi dari negative Tidak ada 4-du≤d≤4-dl Tidak ada korelasi dari Terima Ho Du<d<4-du positif/negative 3.3.4 Uji hipotesis 1. Uji F- Statistic (Uji Simultan) Uji F yaitu untuk mengetahui apakah semua variabel independent secara simultan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen dan untuk mengetahui kemungkinan garis dengan taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan α = 5% dengan hipotesis: a. jika probabilitas (sig)< α (0,05) maka H0 ditolak artinya variabel independent secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen b. jika probabilitas (sig)> α (0,05) maka H0 terima artinya variabel independent secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Jika nilai signifikan F lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternative diterima atau dengan α = 5% variable independent secara simultan mempengaruhi variabel dependent secara bersama-sama. Jika nilai signifikan F lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternative ditolak, hal ini berarti variabel independent secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen. 2. Uji t Uji t yaitu pengujian untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara varsial anatara variabel dependen dengan variabel independent (Gujarati, 1995:114), dan untuk mengetahui kemaknaan garis regresi dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikasi α = 5% dengan hipotesis: Kriteria uji t: a. jika probabilitas (sig)< α (0,05) maka H0 ditolak artinya variabel independent secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen b. jika probabilitas (sig)> α (0,05) maka H0 ditolak artinya variabel independent secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Proses pemilihan sampel secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagi berikut : Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 412 2008-2010 Tidak termasuk dalam perusahaan manufaktur (254) Perusaahaan manufaktur pada tahun 2008-2010 158 Mempublikasikan LK secara tidak berturut-turut tahun 2008-2010 JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 (11) | 91 Mempublikasikan LK secara berturut-turut tahun 2008-2010 147 Tidak melakukan pembayaran deviden kas (tunai) berturut-turut (120) pada tahun 2008-2010 Melakukan pembayaran deviden kas (tunai) berturut-turut yaitu 27 pada tahun 2008-2010 dan layak dijadikan sampel Sumber : data diolah, 2011 4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji Normalitas Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Variabel Leverage Kebijakan Dividen Earning per Share Nilai Perusahaan Sumber: Data diolah, 2011 Tabel 4.2 Uji Normalitas KolmogorovSmirnov Z 0,961 1,127 0,974 1,107 Asymp. Sig. (2tailed) 0,349 0,142 0,315 0,164 Dari hasil uji normalitas dalam tabel 4.2, dapat diketahui bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki data yang berdistribusi normal (memiliki asymp. Sig > 0,05), sehingga proses analisis dapat dilanjutka pada tahap selanjutnya 4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut: Variabel Leverage Kebijakan Dividen Earning per Share Sumber: data diolah, 2011 Tabel 4.3 Variance Inflation Factor (VIF) Tolerance 0,932 0,981 0,861 VIF 1,073 1,019 1,161 Dari tabel 4.3 diketahui bahwa variabel Leverage, Kebijakan Dividen dan Earning per Share, memiliki nilai VIF di bawah 10, Hal ini menunjukkan bahwa model tidak melanggar asumsi multikolinieritas. b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Glejser. Adapun hasil perhitungan sebagaimana tertuang pada tabel berikut: 92 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 Variabel Leverage Kebijakan Dividen Earning per Share Sumber: data diolah, 2011 Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas t uji 0,264 0,387 0,498 sig 0,503 0,768 0,792 Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana tampak pada tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh terhadap absolut residual, hal ini bisa dilihat pada masing-masing t uji yang memiliki tingkat signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak melanggar asumsi heterokedastiditas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam model analisis regresi yang digunakan yaitu dengan melakukan pengujian model serial korelasi dengan metode Durbin Watson (DW) seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Durbin-Watson (DW) Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson 1 0,627(a) 0,393 0,329 1,9792323 1,894 Sumber : data diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.5 nilai Durbin Watson sebesar 1,94 dengan n = 81 dan k = 3 didapat dL = 1,614 dan dU = 1.801. Jadi dhitung terletak pada range 1,801 < 1,894 < 2.199 (du < d < 4-du) yang membuktikan bahwa model memenuhi asumsi autokorelasi. 4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan statistik pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat ada tabel 4.6 sebagai berikut: Model Konstanta Leverage Kebijakan Dividen Earning per Share R Square = 0.393 Fhitung = 54.499 Sig F = 0.000 Sumber: data diolah, 2011 Tabel 4.6 Hasil Regresi Linier Berganda Koefisien t () 1,519 -0,584 -2,948 0,369 2,482 0,218 3,294 Sig 0,008 0,024 0,000 Dari hasil perhitungan tersebut diatas dapat disusun model persamaan sebagai berikut: JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 93 Nilai Perusahaan = 1,519 - 0,584 LEV + 0,369 DIV + 0,218 EPS + e. 4.2.4 Pengujian Hipotesis: 1. Uji Simultan (Uji F) Hasil Uji F didapatkan nilai Fhitung sebesar 54.499 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000, oleh karena tingkat signifikan < alpha = 0.05, Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning pershare berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian H1 yang kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning pershare berpengaruh simultan terhadap nilai perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan dapat diterima 2. R square (R2) = 0.393, hal ini berarti bahwa sebesar 39.3% perubahan yang terjadi pada nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning pershare, sedangkan sisanya sebesar 60,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. 3. Uji t (Uji secara Parsial) a. Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Leverage sebesar -1,109, nilai t hitung sebesar -2,948 dengan tingkat signifikansi 0,001 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi leverage perusahaan yang dimiliki perusahaan akan semakin menurunkan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat risiko tinggi akan mendapatkan direspon secara negatif oleh pasar, sehingga harga saham perusahaan akan mengalami penurunan. Penurunan harga saham perusahaan ini akan berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Dengan demikian H2 yang menyatakan Kebijakan leverage berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan dapat diterima. b. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap nilai perusahaan Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Kebijakan Dividen sebesar 0,369, nilai t hitung sebesar 2,482 dengan tingkat signifikansi 0,024 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja baik akan direspon secara positif oleh pasar, sehingga harga saham perusahaan mengalami peningkatan. Peningkatan harga saham ini akan akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian H3 yang menyatakan kebijakan deviden berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan dapat diterima. c. Pengaruh EPS terhadap nilai perusahaan Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa koefisien regresi EPS sebesar 0,218, nilai t hitung sebesar 3,294 dengan tingkat signifikansi 0,000 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja baik (menghasilkan laba positif) akan direspon secara positif oleh pasar, sehingga harga saham perusahaan mengalami peningkatan. Peningkatan harga saham ini akan akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian H3 yang menyatakan earning pershare berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan 94 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 dapat diterima. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden, earning per share terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing dibursa efek indonesia periode 2008-20010). Berdasarkan hasil analisis dan pembasahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning pershare berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 4. EPS berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 5.2 Saran-saran Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat dikemukakan sebagai suatu bahan pertimbangan dan sebagai bahan telaah bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang akan datang yang masih relevan dengan penelitian ini diharapkan dapat menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. 2. Periode amatan yang digunakan diharapkan dapat lebih diperpanjang agar diperoleh jumlah perusahaan sampel lebih banyak lagi. Sehingga hasilnya lebih baik secara statistik. 3. Variabel yang digunakan untuk menjelaskan nilai perusahaan lebih dikembangkan lagi dengan memasukkan variabel risiko dan variabel makro, seperti tingkat inflasi dan suku bunga (SBI) DAFTAR PUSTAKA Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi.BPFE Yogyakarta: Yogyakarta Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal, Yogyakarta : Ekonisia Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2001. Managemet Keuangan. Penerbit Erlangga: Jakarta. Brigham, F. Eugene dan houston F. Joel, 2004.manajemen keuangan buku 11, edisi ke delapan. Alih bahasa herman wibowo. Jakarta : PT. Gelora aksara pratama Chairiri, Anis dan Ghozali, Imam. 2007. Toei Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang Dajan, anto. (1995). "pengantar metode statistik". Jilid I, Jakarta: pustaaka LP3ES Indonesia Gulton (2008) dengan judul pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden, earning per share terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur,jurnal akuntansi 47. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Yogyakarta Husnan, Suad. 11996. Pembelanjaaan Perusahan. Penerbit liberty Yogyakarta. Yogyakarta Horne dan Wachowicz. 2007. Prinsip-prinsip Management Keuangan. Salemba Empat: Jakarta. JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 95 Indrianto , Nur dan Bambang Supomo.1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Management. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta Irawan, ridwan 1996, IPO Sebagai alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan,majalah usahawan, no. 4, tahun XXV, april. Jakarta Indriantoro nur dan supomo bambang, (1999), "metodologi penelitian bisnis" edisi pratama. Yogyakarta: BPFE Jensen, M, dan meckling, 1976. theory firm: managerial behavior agency cost and ownership structure. Jounal of financial economics, page 305-360 Jogianto,h. m. 2003,"teori portofolio dan analisis informasi", edisi tiga, Kaaro, Hermeidianto. 2001. Analisis Leverage dan Dividen Dalam Lingkungan Ketidakpastian: Pendekatan Pecking Order Theory dan Balancing Theory. Simposium Nasional Akuntansi IV. Keown, et al. 2000. Manajemen Keuangan, edisi 7, diterjemahkan oleh Djakman dan Sulistyorini, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Lestari, holodya. 2004.pengaruh kebijakan utang, kebijakan deviden, resiko dan profitabilitas perusahaan terhadap set kesempatan investasi. Symposium Moh. Syah'roni (2006) bahwa tingkat pertumbuhan earning per share (EPS), dan return on equity (ROE nasional akuntansi V11.tidak dipublikasikan Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty: Yogyakarta Prastowo,D. Dwi, 1995, analisis laporan keuangan, Edisi pertama, UPP, AMP, YKPN, yogyakarta Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta. Roni faizal (2003) secara parsial devident payout ratio (DPR), retun on equity (ROE) dan price earning ratio (PER) terhadap harga saham perusahaan farmasi yang go publik dibusa efek suabaya. Tidak dipublikasikan Santoso, singgih. 2001."SPSS statistic parametik". j akarta: PT. elex media kompotindo. Gramedia 2000-2003. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Dipublikasikan Sartono, Agus, Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta, Oktober 2000 Sofiana, Dewi. 2009. Komparasi Keputusan Tingkat Pofitabilitas, Dan nilai Perusahaan Berdasrakan Status kepemilikan ManajerialDalam Perspektif Agency Theory. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung Sujoko dan ugy soebiantoro (2004) pengaruh kepemilikan saham, leverage, faktor intern, dan faktor ekstern tehadap nilai perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar diBEJ 2000-2004.tidak dipublikasikan Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi, Ekonisia, Juni 2003 Susetyo A, Arief . 2006. pengaruh risiko bisnis (bussines risk), struktur aktiva (tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan (firm size) terhadap struktur modal pada industri manufaktur yang telah listing di BEJ selama periode Sudjana, Prof.,Dr.,M.A.,M.Sc., 2002. Metode Statistika, Edisi Keenam, Tarsito : Bandung. Scott, William R, Financial Accounting Theory, Second Edition, Prentice-Hall, Scarborough, Ontario, Canada, 2000 Weston, Freed and Thomas E Coopeland, 1996, Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta 96 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 widyarini (2009) dengan judul pengaruh struktuk, kepemilikan saham,leverage, ukuran perusahaan, inflasi dan suku bunga terhadap nilai perusahaan. UNISMA yang tidak dipublikasikan Widjotmodjo, sawidji, 1996, cara sehat investasi di pasar modal, cetakan kedua, jakarta: PT. Jurnalindo aksara grafik Yogianto, 1998, teori portofolio dan analisis investasi, cetakan pertama, yogyakarta: BPFE www.idx.co.id *) Ronny Malavia Mardani adalah dosen tetap Prodi Manajemen FE Unisma JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 97