V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi suhu dan waktu penyeduhan teh hijau dapat memengaruhi besarnya nilai inhibisi enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase. Daya hambat yang dianggap paling optimal adalah daya hambat yang tidak berbeda nyata dengan daya hambat yang dihasilkan acarbose sebagi kontrol positif. Daya inhibisi ekstrak awal terhadap enzim alfa-amilase menunjukkan bahwa hanya faktor interaksi antara suhu dan waktu penyeduhan yang berpengaruh terhadap nilai inhibisi enzim alfaamilase pada p < 0.05. Terdapat dua sampel yang memiliki daya hambat alfa-amilase yang tidak berbeda nyata dengan acarbose sebagai kontrol positif. Kedua sampel tersebut adalah ekstrak teh hijau dengan suhu penyeduhan 100oC selama 5 menit dan 100oC selama 15 menit. Sedangkan untuk ekstrak pada pH 6.8, faktor waktu dan interaksi antar suhu dan waktu berpengaruh (p<0.05). Pada ekstrak pH 6.8 semua sampel memiliki daya hambat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daya hambat acarbose sebagai kontrol positif Daya inhibisi ekstrak teh hijau pada pH awal terhadap enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa faktor suhu dan faktor interaksi antara suhu dan waktu berpengaruh terhadap nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase (p<0.05). Ekstrak yang memiliki daya hambat enzim alfa-glukosidase yang tidak berbeda nyata dengan daya hambat acarbose adalah ekstrak teh dengan suhu penyeduhan 70oC selama 30 menit. Sedangkan untuk nilai inhibisi untuk ekstrak teh hijau pada pH 6.8 terhadap enzim alfa-glukosidase menunjukkan bahwa hanya faktor interaksi antara suhu dan waktu penyeduhan yang berpengaruh terhadap nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase (p<0.05). Hanya terdapat satu sampel yang mempunyai daya hambat alfa-glukosidase yang tidak berbeda dengan acarbose sebagai kontrol positif, yaitu ekstrak teh hijau hasil suhu penyeduhan 70oC selama 30 menit. Ekstrak teh hijau setelah melalui proses pencernaan secara in vitro, mengalami penurunan terhadap daya inhibisi enzim alfaamilase maupun enzim alfa-glukosidase. Daya inhibisi enzim alfa-amilase mempunyai nilai korelasi yang tinggi dengan nilai total fenol, namun berbanding terbalik dengan nilai kadar tanin. hal ini menunjukkan bahwa komponen yang diduga dominan dalam menghambat kerja dari enzim alfa-amilase adalah komponen fenol selain tanin. Hubungan antara nilai inhibisi enzim alfa-glukosidase dengan nilai total fenol maupun nilai kadar tanin menunjukkan bahwa komponen fenol maupun tanin diduga bukan merupakan komponen yang dominan dalam menghambat kerja dari enzim alfa-glukosidase. Teh hijau dengan perlakuan suhu penyeduhan 100oC selama 5 menit adalah sampel dengan kombinasi yang terbaik dari daya hambat enzim alfa-amilase maupun enzim alfa-glukosidase, baik pada pH ekstrak awal maupun pada pH 6.8. Sampel dengan kombinasi terbaik ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam pengonsumsian teh hijau dengan tujuan mengurangi asupan kalori berlebih yang berasal dari pati. B. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal penentuan titikoptimasi antara suhu dan waktu sehingga dapat diketahui, pada suhu dan waktu manakah nilai inhibisi terbesar dapat diberikan. Pengukuran nilai total fenol dan nilai kadar tanin, seharusnya juga dilakukan pada pH usus halus (6.8) dan melalui tahap pencernaan secara in vitro. Selain itu penelitian lebih lanjut dapat berupa pengujian dalam menentukan konsentrasi terbaik yang dapat memberikan nilai inhibisi maksimal baik pada pH awal, maupun pada pH usus halus. Penelitian lain yang dapat dilakukan adalah pengujian terhadap inhibisi enzim lipase yang bertujuan agar produk pangan ini dapat digunakan untuk mengurangi asupan kalori berlebihan untuk makanan yang berasal dari lemak. Dan untuk selanjutnya dapat juga melakukan penelitian dengan menciptakan produk pangan fungsional yang berbahan dasar teh hijau. 30