Maulina, Pemberian syrup zynk dan lysine terhadap perubahan BB PEMBERIAN SIRUP ZINK DAN LYSINE TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN PADA BALITA KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) SEDANG Rifzul Maulina, Susilaningsih, Isman Amin, Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang Email: [email protected] Abstract: This study aims to determine the difference of zinc syrup and lysine on weight change in children with medium PED. The design of this study using experimental design quasy form of pre-post test non-randomized control group design. The population was used all PED in the village of Pulungdowo as many as 18 children with PED are samples of all who meet the criteria for inclusion were 9 children in each group by using the technique of total sampling. The collection of data using observation sheet and Data were analyzed using Mann Whytney U test with significant p 0.05. The results of this study show p = 0, 0.54 so that is greater than the significance level p> 0.05 indicating acceptable H0 means no difference of zinc syrup and lysine on weight change in PED is. Keywords: zinc, lysine, syrup, weight changes Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemberian sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperimental design bentuk pre-post test non randomized control group design. Populasi yang digunakan adalah semua balita KEP sedang di Desa Pulungdowo sebanyak 18 balita dengan sampel semua balita KEP sedang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 9 balita pada masing-masing kelompok dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan data dianalisis menggunakan Mann Whytney U Test dengan signifikan p 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan p=0, 0.54 sehingga lebih besar dari tingkat kemaknaan p > 0.05 yang menunjukkan H0 diterima artinya tidak ada perbedaan pemberian sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita KEP sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sirup zink dan lysine pada balita KEP sedang sama-sama dapat menyebabkan perubahan berat badan balita yaitu peningkatan berat badan. Kata Kunci: zink, lysine, perubahan berat badan PENDAHULUAN tidak esensial terdiri dari glutamate, alanin, aspartat dan glutamine (Almatsier, 2003). Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat terjadi kemerosotan jaringan inilah orang sudah dapat dikatakan malnutrisi dan hal ini biasanya ditandai dengan adanya penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat (Supariasa, 2006). Menurut Supariasa (2006), dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi dalam darah. Zink adalah metaloenzim dan bekerja 121 Zat-zat gizi dalam makanan meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Mineral jumlahnya banyak dalam tubuh baik makromineral maupun mikromineral. Makromineral antara lain kalsium, fosfor, magnesium, belerang, natrium dan kalium sedangkan mikromineral meliputi arsen, kromium, kobal, tembaga, fluor, iodium, besi, mangan, molibdeinum, nikel, selenium, silicon, timah, vanadium dan zink. Protein dalam tubuh jumlahnya juga banyak baik asam amino esensial dan asam amino tidak esensial. Asam amino esensial terdiri dari leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionon, ISSN 2460-0334 treonin, lisin dan histidin sedangkan asam amino 121 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 121-126 sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim. Lebih dari 80 enzim dan protein yang mengandung zink telah ditemukan. Zink esensial untuk kehidupan telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu sedangkan peranan zink bagi manusia baru diketahui pada akhir tahun 1960-an yaitu adanya laporan kegagalan pertumbuhan pada remaja yang dapat diperbaiki dengan pemberian tambahan zink. Menurut Almatsier (2003) defisiensi zink menunjukkan tanda-tanda seperti gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual, gangguan fungsi pencernaan, terjadi diare dan gangguan fungsi ginjal, gangguan metabolism vitamin A, gangguan fungsi kelenjar tyroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra perasa serta memperlambat penyembuhan luka. Kekurangan zink kronis dapat mengganggu pusat system saraf dan fungsi otak. Lysine adalah salah satu dari asam amino esensial (berarti tubuh manusia tidak dapat memproduksinya) penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat basa dan merupakan unsur dasar sama halnya seperti arginine dan histidine. Lysine menjadi kerangka bagi niasin (Vitamin B1). Penelitian menyebutkan bahwa kekurangan lysine dapat menyebabkan depresi dan kehilangan nafsu makan yang menjadi gejala dari anonuxia nervosa. Selain itu, penelitian juga menyebutkan bahwa pengeluaran NE (norepinephrine) merupakan gejala awal kekurangan lysine berikut gejala anoreksia yang ditunjukkan melalui otak. Kekurangan lysine dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran serotonin (5-HT) dengan diikuti perubahan respons tingkah laku fisik, seperti memilih makanan, takut dan mendekati stress, cemas, dan pengeluaran feses. Oleh karena itu, kekurangan lysine dapat menyebabkan kekurangan nafsu makan. Hasil survey pemantauan status gizi tahun 2013 di Kecamatan Tumpang dengan jumlah balita yang diperiksa sebanyak 879 dengan hasil status gizi buruk 34 (3.9%), gizi kurang 171 (19.5%), gizi baik 668 (75.9%) sedangkan gizi lebih 6 (0.7%) sedangkan tingkat Desa Pulungdowo pada tahun 2011 dari 267 balita yang diperiksa, KEP totalnya sebesar 12% (32 balita) (Midwifery, 2008). 122 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Oktober 2012, peneliti menemukan 18 balita yang mengalami KEP sedang sehingga peneliti memilih desa Pulungdowo sebagai tempat penelitian karena angka kejadian KEP yang masih tinggi. Dalam usaha untuk meningkatkan perbaikan gizi masyarakat terutama masalah KEP, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang bekerja sama dengan Puskesmas di wilayah Kabupaten Malang memberikan bantuan berupa pemberian sirup zink. Seharusnya kejadian KEP bisa diatasi dengan pemberian sirup zink atau lysine pada balita dengan KEP karena zink dan lysine dapat membantu proses metabolisme dan membantu kerja-kerja enzim di dalam tubuh sehingga akan meningkatkan fungsi enzim dalam tubuh. Fungsi enzim dalam tubuh berlangsung baik maka asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat mudah diserap dan berfungsi optimal dalam membantu proses pertumbuhan namun lysine juga mempunyai fungsi berperan dalam fungsi kekebalan yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibody oleh sel B (Prawirohartono, 2007). Diharapkan dengan adanya pemberian sirup zink atau lysine kepada balita dengan KEP maka berbagai macam gangguan metabolisme terutama nafsu makan balita meningkat. Dengan meningkatnya nafsu makan dimungkinkan akan meningkatkan penambahan berat badan pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan konsumsi sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian yang digunakan adalah quasy-eksperimental design bentuk pre-post test non randomized control group design (Nursalam, 2006). Peneliti membagi menjadi dua kelompok yaitu satu kelompok diberi sirup zink dan satu kelompok diberi lysine. Waktu pemberian sirup zink dan lysine adalah selama dua bulan. Perlakuan kelompok A yaitu pemberian sirup zink sebanyak tiga kali dalam satu minggu hingga dua bulan ISSN 2460-0334 Maulina, Pemberian syrup zynk dan lysine terhadap perubahan BB sedangkan perlakuan kelompok B yaitu pemberian sirup lysine sebanyak tujuh kali dalam satu minggu hingga dua bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah balita dengan KEP sedang yang diberi sirup zink dan lysine di Desa Pulungdowo Tumpang sebanyak 18 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua balita dengan KEP sedang yang memenuhi kriteria inklusi. Penulis menentukan besarnya sampel yaitu masing-masing kelompok 9 balita. Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah total population sampling dengan cara mengambil semua populasi sebagai sampel (Notoadmodjo, S., 2007). Teknik analisa data digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pemberian sirup zink dan lysine pada balita dengan KEP sedang digunakan uji statistik Mann whitney U test (Sugiyono, 2008). Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan p hitung dan taraf signifikansi = 0,05 H 0 ditolak jika p < : ada perbedaan pemberian sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang (Hidayat, A. 2007). H0 diterima jika p > berarti tidak ada perbedaan pemberian sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang di Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Adapun data umum yang disajikan meliputi umur dan tingkat pendidikan. Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar ibu-ibu yang memiliki balita KEP sedang berpendidikan SD sejumlah 7 orang (77.8%) pada kelompok pemberian sirup zink dan 9 orang (100%) pada kelompok pemberian sirup lysine dan hanya ada 2 orang (22.2%) yang tidak tamat SD pada kelompok pemberian sirup zink Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang setelah diberi sirup zink pada bulan kedua ISSN 2460-0334 Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa setelah pemberian sirup zink perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang yang mengalami kenaikan berat badan sejumlah 8 orang (88.9%) dan balita KEP sedang dengan berat badan tetap Tabel 1. Distribusi frekuensi pendidikan ibu Pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA PT Total Sirup zink F % 2 22.2 7 77.8 9 100 Sirup lysine F % 9 100 9 100 total F % 2 11.1 16 88.8 18 100 Gambar 1. Berat badan sebelum dan sesudah pemberian sirup zink Tabel 2. Hasil observasi perubahan berat badan setelah diberi perlakuan pada kelompok A bulan kedua Perubahan Berat Badan Naik Tetap Turun Total F % 8 1 9 88.9 11.1 100 Gambar 2. Berat Badan sebelum dan sesudah pemberian sirup lysine 123 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 121-126 Tabel 3. Hasil observasi perubahan berat badan setelah diberi perlakuan pada kelompok B bulan kedua Perubahan Berat Badan Naik Tetap Turun Total F 7 2 9 % 77.8 22.2 100 Tabel 4. Hasil observasi perubahan berat badan setelah diberi perlakuan pada kelompok A dan kelompok B pada bulan kedua Pemberian syrup Sirupzink Sirup lysine Total Perubahan berat badan Naik Tetap Turun F % F % F % 8 88.9 1 11.1 7 77.8 2 22.2 15 83.3 3 16.7 - Jumlah F 9 9 18 % 100 100 100 Mann Whytney U Test p = 0,54 sejumlah 1 orang (11.1%) Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui terdapat perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang setelah diberi sirup lysine pada bulan kedua Tabel 3 menunjukkan bahwa setelah pemberian sirup lysine perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang yang mengalami kenaikan berat badan sejumlah 7 orang (77.8%) dan balita KEP sedang dengan berat badan tetap sejumlah 1 orang (22.2%) Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dengan pemberian sirup zink perubahan berat badan balita yang mengalami kenaikan berat badan sejumlah 88.9% (8 orang) dan tetap 11.1% (1 orang) sedangkan dengan pemberian sirup lysine perubahan berat badan balita yang mengalami kenaikan berat badan sejumlah 77.8% (7 orang) dan tetap 11.1% (1 orang). Berdasarkan Mann Whitney U test didapatkan p = 0.54 sehingga p > 0.05 yang menunjukkan H0 diterima artinya tidak ada perbedaan pemberian sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita dengan KEP sedang. PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh tentang pendidikan ibu pada penelitian ini sebagian besar berpendidikan SD dan bahkan ada yang tidak 124 tamat SD akan berpengaruh terhadap masalah KEP balita karena dengan yang berpendidikan rendah bagi seorang ibu belum mengerti tentang arti makanan bergizi seimbang bagi pertumbuhan balitanya. Hal ini diperberat lagi dengan adanya balita yang tidak suka makan tetap dibiarkan saja sehingga menyebabkan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh menjadi berkurang. Akibatnya akan memperburuk kejadian KEP pada balita yaitu perubahan berat badan balita menjadi tetap bahkan turun (Suhardjo, 2002). Adanya pemberian sirup zink pada balita mengakibatkan perubahan berat badan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa balita KEP yang diberi sirup zink mengalami kenaikan berat badan (88.9%). Hal ini karena zink sebagai mineral mikro yang terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh memegang peranan penting dalam banyak fungsi tubuh. Zink sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim, zink berperan dalam berbagai aspek metabolism, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat. Sebagai bagian dari enzim peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan pancreas, zink berperan dalam pencernaan protein (Almatsier, 2003) Pemberian sirup zink pada penelitian ini dapat membantu proses metabolisme dan membantu ISSN 2460-0334 Maulina, Pemberian syrup zynk dan lysine terhadap perubahan BB kerja enzim-enzim di dalam tubuh sehingga salah satunya akan meningkatkan fungsi enzim dalam tubuh sehingga dengan fungsi enzim dalam tubuh berlangsung dengan baik, maka asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat mudah diserap dan berfungsi optimal dalam membantu proses pertumbuhan. Hal ini tampak pada perubahan berat badan anak yang menderita gangguan gizi terutama KEP. Pada penelitian ini, perubahan berat badan pada balita yang diberi sirup zink mengalami kenaikan berat badannya rata-rata sebesar 1 kg (37.5%) Pemberian sirup lysine pada balita mengakibatkan perubahan berat badan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa balita KEP yang diberi sirup lysine mengalami kenaikan berat badan (77.8%). Lysin merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Lysin termasuk dalam asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lysin juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibodi, hormon, enzim, dan pembentukan kolagen juga perbaikan jaringan (Poedjiadi, 2006) Disamping itu anak yang menderita KEP yang biasanya banyak kekurangan lysine dalam tubuhnya akan mengalami kehilangan indra rasa dan indra bau sehingga akan terjadi pengurangan nafsu makan. Sehingga dengan adanya asupan lysine yang masuk ke dalam tubuh anak akan membantu kerja enzim-enzim di dalam tubuh dan akan meningkatkan nafsu makan anak. Pada penelitian ini, perubahan berat badan pada balita yang diberi sirup lysine mengalami kenaikan berat badannya rata-rata sebesar 0.9 kg (71.4%). Pada penelitian ini, terdapat juga balita KEP dengan berat badan tetap yaitu sejumlah 11.1% (1 orang) baik pada kelompok pemberian sirup zink atau pemberian sirup lysine. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari data yang menunjukkan balita KEP sedang yang mengalami kenaikan berat badan setelah diberi sirup zink sejumlah 8 balita ISSN 2460-0334 (88.9%) sedangkan setelah diberi sirup lysine sebanyak 7 orang (77.8%) Berdasarkan hasil uji Mann Whytney U test yang diperoleh peneliti menunjukkan p = 0.54 sehingga lebih besar dari tingkat kemaknaan p > 0.05 yang menunjukkan H0 diterima artinya tidak ada perbedaan pemberian sirup zink dan lysine terhadap perubahan berat badan pada balita KEP sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sirup zink dan lysine pada balita KEP sedang samasama dapat menyebabkan perubahan berat badan balita yaitu peningkatan berat badan. Penjelasan tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa lysine ini dapat membantu proses metabolisme dan membantu kerja enzim di dalam tubuh sehingga salah satunya akan meningkatkan fungsi enzim dalam tubuh. Jika fungsi enzim dalam tubuh berlangsung dengan baik, maka asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat mudah diserap dan berfungsi optimal dalam membantu proses pertumbuhan. Di antara peran lysine dalam fungsi tubuh, lysine juga berperan dalam fungsi kekebalan yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibody oleh sel B. Jika kekurangan zink dan lysine, taraf zink yang lebih rendah dibandingkan dengan lysine terhadap kejadian hipogeusia atau kehilangan indra rasa (Almatsier, 2003). PENUTUP Berdasarkan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian sirup zink memberikan pengaruh peningkatan berat badan pada balita KEP sedang. Dari 9 responden, 8 responden mengalami peningkatan berat badan pada bulan kedua setelah pemberian sirup zink rata-rata sebesa 1 kg. Pemberian sirup lysine memberikan pengaruh peningkatan berat badan pada balita KEP sedang. Dari 9 responden, 7 responden mengalami peningkatan berat badan pada bulan kedua setelah pemberian sirup zink rata-rata sebesa 0.9 kg. Melalui hasil uji Mann Whytney U Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada bulan kedua setelah pemberian sirup zink atau lysine terhadap 125 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 121-126 perubahan berat badan pada balita dengan KEP. Hasil penelitian ini dapat disosialisasikan kepada masyarakat pada umumnya dan tempat penelitian pada khususnya bahwa pemberian sirup zink dan lysine pada balita KEP sedang sama-sama dapat menyebabkan perubahan berat badan balita yaitu peningkatan berat badan. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Midwifery. 2008. Data KEP. http://www.sinar harapan. co. id 126 Notoadmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta Nursalam. 2006. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prawirohartono. 2007. Nutrien dan Angka Kecukupan Gizi. Yogyakarta : Subbagian Gizi Anak, SMF Kesehatan Anak, RSUP Dr. Sardjito Poedjiadi. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Peneliti. Bandung : Alfabeta Suhardjo. 2002. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Jogjakarta : Kanisius Supariasa, IDN. 2006. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ISSN 2460-0334