BAB VI EKONOMI-POLITIK KEBIJAKAN FISKAL, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN: SIMULASI SKENAFUO KEBIJAKAN DAN PEMBAHASAN ..- 6.1. Validasi Model Simulasi dilakukan untuk menganalisis dampak p e ~ b d mberbagai skenario kebijakan fiskal dan faktor-faktor laimya terhadap perekonomian Indonesia, terutama terhadap permasalahan-permasalahan mendasar seperti pengangguran dan kerniskinan. Simulasi dirancang dalam 10 skenario awal, yaitu peningkatan pengeluaran pemerintah untuk ~~, pertanian, pendidikan dan kesehatan, peningkatan upah, peningkatan penerimaan pajak, peningkatan investasi swasta, penurunan nilai tukar, peningkatan PDB sektor pertanian, PDB sektor non-pertanian, dan peningkatan PDB total. Selain itu juga dilakukan 7 skenario sirnulasi lainnya yang mempakan kombinasi kebijakan-kebijakan pada skenario awal tersebut. Sebelum melakukan simulasi, terlebii dahulu diakukan validasi model melalui perhitungan Root Mean Square Percent Error (RMSPE) dan Statistik UTheil. RMSPE digunakan untuk mengukur persentase penyimpangan nilai dugaan dari nilai aktualnya selama periode pengamatan, sedangkan statistik U-Theil digunakan untuk mengevaluasi kemampuan model bagi analisis simulasi. Sebagaimana terlihat pada Tabel 25, dari keseluruhan 3 1 persamaan dalam model terdapat 7 persamaan yang memiliki RMSPE di atas 35 persen, dan selebihnya memilii RMSPE kurang dari 35 persen. Sementara statistik U-Theil untuk semua persamaan dalam model memilii nilai di bawah 0.5. Hasil validasi ini menunjukkan bahwa model dapat (layak) digunakan untuk mensimulasi berbagai skenario kebijakan tersebut di atas. Tabel 25. Hasil Validasi Model Vadabel Endogen U POVR POW POV GEEH GEl GEA G LA LN L LF HC PC GDPA GDPL GDP PI TR GR OR FB ER NE INF C MS FDR DDR DRT STD 6.2. -- Nama Variabel Jurnlah Pengangguran Angka Kemiskinan di Rural Angka Kemiskinandi Urban Total Angka Kemiskinan Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan dan Kesehatan Pengelurn Pemerintah Untuk lnfrasbukiur Pengelurn Pemerintah Untuk Pertantan Totd Pengeluaran Pemerintah Tenagakerja Sektw Pertanian Tenagakerja Sektor Non-Pertanian Jumlah Tenagakerja Jumlah Angkatan Keja Human Capital P h W I Capifal PDB SekW Pertanian ' PDB SekW Non-Perlanian Total PDB lnvestasi Swasta Penerimam Pajak Total Penerimaan Pemerintah Panerimam Pemaintah Selain Pajak Keseimbangan Fiskd Nild Tukar RupiahTerhadap Dolar AS I RMSPE ("4 27.627 Eksporm lnflasi Kradit Penmaran Uang Pembayiran Utang Luar Negeri Pemerintah Pembayaran Utang Dalam Negeri Pernerintah Total Pembayaran Utang Pemerintah Stock Of Total Debt Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur Pada skenario pertama dilakukan simulasi terhadap kebijakan peningkatan GEI (pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur) sebesar 15 persen. Selama ini pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur masih terhitung kecil, padahal infrastruktur merupakan sarana penting dalam mendukung aktivitas perekonomian. Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan GEI sebesar 15 persen akan mendorong peningkatan PDB sebesar 7.4 persen (Tabel 26). Dari total PDB tersebut, PDB sektor pertanian akan meningkat 3.5 persen sementara PDB sektor non-pertanian meningkat sebesar 8.2 persen. Peningkatan PDB ini kemudian mendorong peningkatan penyerapan tenagakerja, sehingga proporsi pengangguran terhadap total angkatan kerja akan menurun 8.5 persen. Tetapi peningkatan penyerapan tenagakerja ini ternyata lebih condong terhadap tenagakerja sektor lain diluar pertanian. Walaupun secara nominal jumlah tenagakerja sektor pertanian mengalami peningkatan, namun proporsi tenagakerja sektor pertanian terhadap total tenagakerja mengalami penurunan sebesar 4.3 persen. Peningkatan PDB dan penyerapan tenagakerja ini pada akhimya mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Namun, penurunan angka kemiskinan di perkotaan ternyata lebih nyata, yaitu sekitar 2.4 persen, dibandiigkan dengan penurunan angka kemiskinan di perdesaan yang hanya menurun sebesar 0.1 persen. Relatif kecilnya penunman ini, dibandingkan dengan penurunan laju pengangguran, menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur lebih efektif untuk mengurangi pengangguran dibandingkan kemiskinan. 140 Tabel 26. Hasil S i a s i Peningkatan Pengeluaran Pemerintah Untuk k&&nhr Variabel Endogen 63. Penhgkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian Selama ini pangsa alokasi pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian (GEA) relatif kecil.I2 Padahal sektor ini sangat penting dalam penyerapan tenagakerja maupun dalam menyumbangkan PDB. Dari hasil simulasi kebijakan peningkatan GEA, terliit bahwa peningkatan GEA ini tidak hanya akan meningkatkan PDB sektor pertanian tetapi juga mempengaruhi peningkatan PDB sektor non-pertanian (Tabel 27). Hal ini dimungkinkan karena sektor pertauian memilii linkages terhadap sektor-sektor lainnya baik di hulu maupun di hilii. Peningkatan GEA sebesar 15 persen akan meningkatkan PDB sektor pertanian sebesar 5.0 persen dan meningkatkan PDB sektor non-pertanian sebesar 12.0 persen sehingga total PDB nil akan meningkat sebesar 10.8 persen. " Mcnwut Kydd dan Doward (2001). invMari publik (pengeluaran pemcrintah) unluk numbangun sdrtor pManian seringlrali kccil clan kwang cfcktif karena masalah-mdah yang dihadapi dalam panbangunm~ pManian banyak tcrldak di luar scktor pcrtanian T d di dalamnya sdalah i n f m d d t u r mta masalah governanre, yang menghsmh paanmgan. p e l h a s n , dan pcngawBsMpanbangunan tascbut 141 Tabel 27. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah Untuk Pertanian Peningkatan PDB ini kemudian direspon dengan peningkatan permintaan tenagakeja sehingga proporsi pengangguran dapat ditekan sebesar 4.9 persen. Peningkatan PDB dan pengurangan pengangguran ini juga berdampak terhadap pengurangan angka kemiskinan baik di desa maupun di kota, masing-masing sebesar 0.6 persen clan 0.7 persen sehingga total angka kerniskinan menurun sebesar 0.6 persen. 6.4. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan dan Kesehatan Sama halnya dengan pengeluaran pemerintah nil di kedua sektor sebelumnya, pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan saat ini juga masih sangat kecil. Simulasi kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan (GEEH) sebesar 15 persen, ternyata berdampak positif terhadap peningkatan PDB nil di sektor pertanian sebesar 2.9 persen dan PDB riil sektor non-pertanian sebesar 4.3 persen (Tabel 28). Secara keseluruhan, peningkatan PDB riil adalah sebesar 4.1 persen. Tabel 28. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan dan Kesehatan Dengan peningkatan PDB ini, proporsi pengangguran terhadap total angkatan keja mengalami penurunan sebesar 1.9 persen. Ini berarti, peningkatan penyerapan tenagakeja lebii besar dibanding peningkatan jumlah pengangguran baru. Dari total tenagakeja ini ternyata penyerapan tenagakeja oleh sektorsektor di luar pertanian mengalami peningkatan cukup besar sehingga proprsi tenagakerja sektor non-pertanian terhadap total '' tenagakerja meningkat 2.0 Escnsi peningkatan GEEH hcndaklah dilihat sebagai upaya langsung umuk meningkatkan mum sumbadaya manusia melalui pendidikan dan kcsehalan. Pentingnya pendidikan tclah ditckankan oleh mantan chief aonomia World Bank yaihl Summers (1991), yang mcnyatalran bahwa pembangunnn kc &pan hcndaklah mcngutamakan tmnd"r dm trnnsfonnasi pengctahuan. Ini scjalan dmgan Stiglia (2001). Strauss and Thomas (1998) mmyimpulLan bahwa peningkatan status kcsehatan d+ mmingkatkan pmdapam, tcrlcbih-lcbih pada kelompok masyarakat miskin. Peningkatan GEEH juga berdampak baik terhadap pengurangan angka kemiskinan, walaupun pengurangannya lebib kecil dibanding dampak dari peningkatan GEI dan GEA. Angka kemiskinan di desa berkurang 0.1 persen, sementara angka kemiskinan di kota berkurang 0.3 persen sehingga total angka kemiskinan berkurang sekitar 0.12 persen. 6.5. Peningkatan Upah Simulasi peningkatan upah riil sebesar 25 persen temyata berdampak langsung terhadap pengurangan kerniskinan, terutama di perdesaan. Peningkatan upah nil sebesar 25 persen akan mengwangi kemiskinan di desa sebesar 5.8 persen dan kemiskinan di kota sebesar 1.2 persen, sehingga total angka kemiskinan akan berkurang 4.4 persen (Tabel 29). Akan tetapi, tingginya upah riil menyebabkan biaya produksi meningkat dan pada akhirnya permintaan tenagakerja akan berkurang. Hasil sirnulasi menunjukkan bahwa jumlah tenagakerja berkurang sebesar 8.7 persen. P e n m a n penyerapan tenagakerja ini terutama terjadi pada tenagakerja sektor non- pertanian, yang jumlahnya menurun sebesar 9.9 persen. Jumlah tenagakerja sektor pertanian juga mengalami p e n m a n cukup besar yaitu 7.3 persen. Akibatnya, tingkat pengangguran menjadi bertarnbah. Persentase pengangguran terhadap total angkatan kerja meningkat 8.9 persen. Penurunan jumlah tenagakerja tersebut juga berdampak terhadap penunman output nasional. Total PDB riil mengalami penunman 12.0 persen jika upah minimun riil ditingkatkan 25 persen. Ditinjau dari segi sektoral, maka penurunan PDB sektor pertanian adalah sebesar 7.6 prsen, sementara penurunan PDB sektor non-pertanian adalah sebesar 12.9 persen. Kenaikan upah riil berdampak negatif lebih kecil terhadap sektor pertanian, baik itu dalam h d pengurangan tenagakerja maupun p e n m a n PDB. Sebaliknya, peningkatan upah riil ini akan mengurangi kemiskinan di perdesaan secara nyata lebih besar dari penurunan kemiskinan di perkotaan. --. Tabel 29. Hasil Simulasi Peningkatan Upah U [% thd LF) 4. Kemiskinan a Kerniskinan di Perdesaan b. Kemiskinandi Perkotaan c. Kerniskinan Total 4.90 5.33 8.90 21.57 9.57 31.14 20.31 9.45 29.76 -5.83 -1.21 -4.41 Hasil-hasil simulasi di atas menunjukkan bahwa skenario kebijakan peningkatan upah riil dapat mengurangi insiden kemiskinan, terutama di pertanian (perdesaan). Namun ha1 ini sangat membebani keseluruhan perekonomian sebagaimana terlihat dari penurunan PDB yang ditimbulkan skenario kebijakan tersebut. 6.6. Peningkatan Penerimaan Pajak Semenjak krisis, defisit anggaran pemerintah semakin membengkak. Sebagian besar dari anggaran pemerintah ini d i a l o k a s i i untuk pembayaran utang, dan sebagai akibatnya, mang gerak kebijakan fiskal menjadi terbatas. Salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara adalah melalui reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan ini menunjukkan pembahan yang cukup baik dimana tax ratio (rasio penerimaan pajak terhadap PDB) tern mengalami 'pingkatan sehingga pada tahun 2003 mencapai 13.8 persen. Peningkatan penerimaan pajak ini diharapkan dapat memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi kebijakan fiskal untuk menstimulasi kegiatan perekonomian nasional. Tabel 30. Hasil Simulasi Peningkatan Penenmaan Pajak U (K thd LF) 4. Kemlsklnan a. Kemiinan di Perdesaan b. Kemiinan di Pettolaan c. Kerniskinan Total 4.90 4.82 1.60 21.57 9.57 31.14 21.56 9.51 31.08 0.03 0.55 -0.19 Hasil simulasi pe~ngkatan penenmaan pajak sebesar 15 persen menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan PDB maupun terhadap penyerapan tenagakerja (Tabel 30). Total PDB nil meningkat 0.6 peaen, dengan peningkatan PDB sektor pertanian sebesar 0.3 persen dan PDB sektor non- pertanian sebesar 0.6 persen. Peningkatan PDB ini akan meningkatkan penyerapan tenagakerja sebesar 0.3 persen. Karena peningkatan PDB sektor nonpertanian lebih besar dari PDB sektor pertanian, maka peningkatan penyerapan tenagakerja juga lebih condong kepada penyerapan tenagakerja sektor nonpertanian. Tenagakerja sektor pertanian, walaupun peningkatan, namun proporsinya terhadap total mengalami sedikit tenagakerja mengalami p e n m a n 0.3 persen. Peningkatan penyerapan tenagakerja mengakibatkan persentase pengangguran berkwang 1.6 persen. P e n m a n pengangguran ini juga d i i i t i oleh p e n m a n angka kemiskinan sebesar 0.2 persen, dengan penurunan kemiskinan di perdesaan sebesar 0,03 persen dan kemiskinan di perkotaan sebesar 0.6 persen. Positifnya dampak penerapan skenario kebijakan peningkatan penerimaan pajak terhadap PDB dan negatif terhadap pengangguran dan kemiskinan, menunjukkan bahwa penerimaan pajak nasional sesungguhnya masih di bawah potensi optimal. Karenanya, peningkatan penerimaan pajak-yang diiringi dengan peningkatan efisiensi pengumpulannya-tidak berdampak buruk bagi dunia usaha, baik pertanian maupun non-pertanian. 6.7. Peningkatan Investasi Swasta Krisis ekonomi tahun 1998 telah mengakibatkan kehancmn dunia usaha Indonesia Sampai saat ini, kondisi ketidakpastian disertai berbagai hambatan struktural lainnya, masih membuat investor enggan menanamkan modalnya di Indonesia Padahal, investasi swasta sangat dibutuhkan untuk menggerakkan sektor riil agar mampu mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia Berdasarkan hasil simulasi, dapat dilihat bahwa peningkatan investasi swasta sebesar 15 persen akan meningkatkan PDB sebesar 6.4 persen, dimana PDB sektor pertanian akan meningkat 2.9 persen dan PDB sektor non-pertanian meningkat 7.1 persen (Tabel 31). Peningkatan PDB ini akan mendorong peningkatan penyerapan tenagakerja sehingga total tenagakerja meningkat 4.1 persen. Dari total tenagakerja ini, tenagakerja sektor pertanian meningkat 0.2 persen sementara tenagakeja sektor non-pertanian meningkat 7.6 persen. Perbedaan yang cukup besar ini mengakibatkan persentase tenagakerja sektor perkmian terhadap total tenagakerja menurun 3.8 persen. Tabel 31. Hasil Simulasi Peningkatan Investasi Swasta Semenjak krisis, sektor pertanian menjadi penampung tenagakeja dari sektor-sektor lainnya yang ambruk diterpa krisis. Sementara itu, luas lahan pertanian tidak mengalami peningkatan, bahkan ada kecenderungan penurunan sebagai akibat dari alih fungi (konversi) lahan pmanian menjadi lahan non- pertanian (manufaktur dan pemukiman). Akibatnya, sektor pertanian mengalami kelebihan tenagakeja, dimana jumlah rumah tangga petani gurem terus meningkat. Dengan pulihnya investasi swasta maka sektor-sektor lain dapat bergerak kembali dan mampu menampung tenagakeja yang berlebihan dari sektor pertanim. Hal ini akan berdampak positif bagi p e n m a n kemiskinan baik di sektor pertanianlperdesaan maupun di perkotaan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan investasi swasta sebesar 15 persen akan m e n d a n angka kemiskinan di perdesaan sebesar 0.1 persen dan angka kemiskinan di perkotaan sebesar 0.4 persen. 6.8. Penurunan Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah yang tinggi (depresiatif) membuat daya beli rnasyarakat melemab (karena depresiasi menimbulkan idasi), sehingga berakibat pada p e n m a n permintaan agregat Indonesia. Dengan menurunnya permintaan agregat, maka output nasional juga menurun. Walaupun nilai tukar yang tinggi (depresiatif) dapat me~ngkatkannilai ekspor, namun karena produksi dalam negeri masih banyak mengandallcan bahan baku dan barang modal irnpor, maka tingginya nilai tukar ini cenderung merugikan perekonomian nasional. Penurunan nilai tukar rupiah sebesar 15 persen (apresiasi) akan mendorong penurunan kemiskinan sebesar 0.3 persen. Angka kemiskinan di perdesaan akan berkwang 0.6 persen, sementara angka kemiskinan perkotaan temyata meningkat 0.5 persen. Penurunan nilai tukar ini juga berdampak positif terhadap peningkatan output nasional, dimana PDB riil dapat meningkat sampai 8.2 persen. Peningkatan PDB sektor pertanian adalah sebesar 3.7 persen sernentara peningkatan PDB sektor non-pertanian sebesar 9.2 persen. Peningkatan PDB ini membuat permintaan tenagakerja meningkat sehingga persentase pengangguran terhadap total angkatan kerja menurun 1.3 persen. Tabel 32. Hasil Simulasi P e n m a n Nilai Tukar Rupiah U (% fhd LF) 4. Kerniskinan a. Kemiskinan di Perdesaan b. Kerniskinan di Perkotaan c. Kemiskinan Totd 4.90 4.84 -1.28 21.57 9.57 31.14 21.44 9.61 31.05 -0.60 0.47 -0.27 6.9. Peningkatan PDB Sektor Pertanian Sektor pertanian masih &pat dikatakan sebagai penopang perekonomian nasional. Baik dalam ha1 penyerapan tenagakerja, penyedia bahan baku bagi sektor manufaktur, maupun dalam hal kontribusinya terhadap PDB, sektor pertanian memegang peranan yang penting. Simulasi peningkatan PDB sektor pertanian dilakukan untuk meliit sumbangan kenaikan PDB sektor pertanian terhadap PDB sektor non-pertanian maupun PDB keseluruhan. Simulasi ini juga berrnaksud untuk meliit dampak kenaikan PDB sektor pertanian terhadap peningkatan penyerapan tenagakerja dan pengurangan kemiskinan. Tabel 33. Hasil Simulasi Peningkatan PDB Sektor Pertanian Hasil simulasi tabel di atas menunjukkan bahwa peningkatan PDB sektor pertanian sebesar 7 persen akan mendorong peningkatan PDB sektor nonpertanian sebesar 7.6 persen dan mendorong peningkatan total PDB sebesar 7.4 persen. Peningkatan PDB ini mengakibatkan penurunan proporsi pengangguran sebesar 3.2 persen. Tenagakerja sektor pertanian hanya meningkat sebesar 0.4 persen sementara tenagakerja sektor non-pertanian meningkat 8.1 persen. Rendahnya penyerapan tenagakerja di sektor pertanian disebabkan karena relatif sudah tingginya jumlah tenagakerja kerja yang ditampung oleh sektor pertanian, yaitu sekitar 46 persen dari total tenagakerja Hasil simulasi skenario kebijakan tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya secara nyata. Sementara itu, angka kemiskinan berhasil dikurangi sebesar 0.2 persen dengan p e n m a n kemiskinan di perdesaan sebesar 0.1 persen dan kemiskinan di perkotaan sebesar 0.5 persen. 6.10. Peningkatan PDB Sektor Non-Pertanian Pada simulasi sebelumnya, terlihat bahwa peningkatan PDB sektor pertanian memberikan sumbangan yang cukup besar bagi peningkatan PDB sektor non-pertanian dan juga pada total PDB. Di samping itu, dampak peningkatan PDB sektor pertanian juga cukup baik dalam ha1 mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Simulasi peningkatan PDB sektor non-pertanian juga berdampak positif bagi pertumbuhan PDB maupun pada pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Akan tetapi, dampaknya tidak sebesar dampak dari peningkatan PDB sektor pertanian. Tabel 34. Hasil S i u l a s i Peningkatan PDB Sektor Non-Pertanian U (X thd LF) 4. Kemiskinan a KemWnan di PevJesaan b. Kerniskinan di Perkotaan c. Kemiinan Total 4.90 4.86 -0.68 21.57 9.57 31.14 21.56 9.56 31.12 -0.03 -0.09 -0.04 Pada Tabel 34 terlihat bahwa peningkatan PDB sektor non-pertanian sebesar 7 persen akan mendorong peningkatan PDB sektor pertanian sebesar 0.6 persen dan PDB total sebesar 2.1 persa Sementara dalam ha1 pengurangan penganggum, kenaikan PDB sektor non-pertanian mampu m e n d a n proporsi pengan- sebesar 0.7 persen. Dengan peningkatan PDB dan penyerapan tenagakeja ini, angka kemiskinan berhasil ditekan sebesar 0.04 persen dengan penurunan angka kemiskinan di perdesaan sebesar 0.03 persen dan angka kemiskinan perkotaan sebesar 0.1 persen. 6.11. Peningkatan PDB -- Hasil siiulasi peningkatan PDB menunjukkan bahwa peningkatan PDB sebesar 7 persen akan meningkatkan penyerapan tenagakda sebesar 1.3 persen (Tabel 35). Dari total tenagakerja ini, tenagakeja sektor pertanian akan meningkat sebesar 0.1 persen sementara tenagakerja sektor non-pertanian meningkat 2.4 persen. Tabel 35. Hasil Sirnulasi Peningkatan PDB U (K thd lF) I Kemiskinan a Kerniskinan di Perdesaan b. KemiJkinan di Perkotaan c Kemiskinan Total 4.90 4.86 0.78 21.57 9.57 31.14 21.56 9.55 31.11 0.04 0.15 -0.07 Dalam ha1 mengatasi kemiskinan, peningkatan PDB sebesar 7 persen mampu mengurangi angka kemiskinan sebesar 0.07 persen, dimana angka kemiskinan di perdesaan berhasil ditekan sebesar 0.04 persen dan angka kemiskinan di perkotaan sebesar 0,15 persen. Ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis dapat mengurangi kemiskinan. Pengurangan kemiskinan justru lebih efektif melalui kebijakan fiskal dalam suatu kombiiasi. 6.12. Kombinasi Kebijakan 6.12.1. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian dan Infrastruktur Simulasi-simulasi terdahulu merupkan simulasi untuk meliat pengaruh pembahan salah satu &or terhadap model. Sementara simulasi-simulasi berikut ini dilakukan untuk m e l i pengaruh k o m b i i i beberapa faktor atau kebijakan terhadap model perekonomian Indonesia Siulasi kombinasi pertama dilakukan terhadap k o m b i i i kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk s&or pertanian (GEA)dan kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk inFrastruMur(GEI). Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen untuk masing-masing dua sektor ini mampu meningkatkan PDB sebesar 10.4 persen, diiana PDB sektor pertanian berhasil ditingkatkan sebesar 4.9 persen dan PDB sektor non-pertanian berhasil ditingkatkan sebesar 11.5 persen (Tabel 36). Peningkatan PDB ini mendorong kenaikan penyerapan tenagakerja sebesar 6.7 persen. Tenagakerja pertanian meningkat 0.3 persen dan tenagakerja sektor non-pertanian meningkat 12.4 persen. Persentase pengangguran berhasil ditmmkau sebesar 7.1 persen. Dan, angka kemiskinan menurun 0.7 persen, dengan penurunan kemiskinan perdesaan sebesar 0.4 persen dan penurunan kemiskinan perkotaan sebesar 1.5 persen. Tabel 36. Hasil Simulasi Pe~ngkataIIPengeluaran Pemerintah untuk Pertanian dan~trukhlr U (% thd LF) 4 KemlsMnan a. Kemiskinan di Pdesaan b. Kerniskinan dl Perkotaan c. KemiskinanTotd 4.90 4.55 -7.05 21.57 9.57 31.14 21.49 9.42 30.91 -0.38 -1.53 -0.73 6.12.2. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian, Infrastruktur, serta Pendidikan dan Kesehatan Sirnulasi kombinasi dari tiga kebijakan iN memperlihatkan bahwa peningkatan ketiga pengeluaran pemerintah masing-masing sebesar 5 persen akan meningkatkan PDB sektor pertanian dan sektor non-pertanian masing-masing sebesar 4.1 persen dan 7.5 persen (Tabel 37). Dengan peningkatan ini, total PDB naik s e b 6.9 p e n . Sementara itu, pengangguran dan kemiskinan juga berhasil ditekan. Persentase pengangguran menurun 3.8 persen dan angka kemiskinan berkurang 0.4 persen. Penurunan kemiskinan ini masih tetap lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Penurunan kemiskinan di perkotaan mencapai 0.7 persen sementara penurunan kemiskinan di perdesaan hanya 0.2 persen. Dampak terhadap kemiskinan ini relatif kecil.14 Tabel 37. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian, Infiastruktw, serta Pendidikan dan Kesehatan 6.123 Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur dan Peningkatan Upah K o m b i i i kebijakan peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 15 persen dan peningkatan upah sebesar 20 persen, memberikan dampak kurang menguntungkan terhadap PDB, namun di sisi lain, kemiskinan dan pengangguran berhasil ditekan. Walaupun secara total PDB mengalami peningkatan, namun peningkatannya hanya sebesar 0,5 persen (Tabel 38). Tetapi kombinasi kebijakan ini mampu mengurangi kemiskinan sebesar 4.7 persen, temtama kemiskinan di perdesaan yang berkurang sebesar 4.8 persen. " Untuk mendapatkan efek peninpendapatan atau output terbcsar, atau penurunan kemiskinan tubesar, Rozellc ef 01. (1998) dan Conning (2002) menyarankan agar alokssi investasi publik d i t a r g h langsung krpada ~ m a htangga pntanian atau pelaku ekonomi perdesaan lainnya lnvestasi yang rwgened tersebut dibcrikan melmgkapi investasi publik untuk infmaukhu dasar, tamasuk jalan, limik dan teleLomunikaJi Tabel 38. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur dan Peningkatan Upah Hal ini dapat diengerti karena peningkatan upah berdampak positif terhadap pengurangan kerniskinan, terutama di perdesaan. Tetapi di sisi laimya, upah yang tinggi menyebabkan biaya produksi meningkat, sehingga output nasional tidak dapat meningkat banyak walaupun pemerintah telah meningkatkan pengeluarannya untuk infhstruktur. PDB sektor non-pertanian masih mengalami peningkatan sebesar 0.8 persen, sementara PDB sektor m a n menurun 1.3 persen. Ini terjadi karena pengeluarm pemerintah untuk hfhtmktw lebii mendorong pertumbuhan sektor lain di luar pertanian. Tetapi jika ditinjau dari pengurangan pengangguran, k o m b i i i kebijakan ini memberikan hasil yang cukup baik diiana persentase pengangguran menurun sebesar 5.9 persen. Jumlah tenagakeja di sektor pertanian mengalami penurunan 5.5 persen namun jumlah tenagakeja sektor non-pertanian meningkat 4.0 persen. Peningkatan penyerapan tenagakerja non-pertanian ini dimunglunkan karena peningkatan PDB sektor non-pertanian yang masih positif. 6.12.4. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian dan Peningkatan Upah K o m b k i peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian (GEA) sebesar 15 persen clan peningkatan upah (W) sebesar 20 persen mampu meningkatkan total PDB sebesar 6.1 persen (Tabel 39). Dari total PDB ini, PDB sektor pertanian meningkat 1.2 persen dan PDB sektor non-pertanian meningkat 7.1 persen. Walaupun efek peningkatan upah dapat mendorong pengurangan output nasional, namun peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian temyata mampu mendorong pertumbuhan PDB sehingga mengatasi potensi pengurangan tersebut. Peningkatan PDB ini berdampak positif terhadap penyerapan tenagakerja dan pengurangan pengangguran. Persentase pengangguran dalam simulasi ini menurun sebesar 1.1 persen. Dengan peningkatan PDB dan penyerapan tenagakerja, angka kemiskinan juga berml dikurangi." Penwunan angka kemiskinan di pexdesaan adalah sebesar 5.5 persen sementara di perkotaan 1.9 persen, sehingga angka kemiskinan total berkurang 4.4 persen. Penwunan angka kemiskinan yang lebii nyata di perdesaan texjadi karena dampak peningkatan upah yang lebih besar pada tenagakerja di perdesaan daripada di perkotaan. " Ini s j h dmgan Kanwar (2000). Datt dan Ravallion (19%). dan Matsuyama (1992). yang mmyimpulkan bahw panbangunan parsnian dapat menkcmiskinan, temtama jika pembangunan tersebut diarshkan psda pcningkatan produktivitas pcrtanian. Tabel 39. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian dan Peningkatan Upah K o m b ' i i skenario kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian (GEA) clan peningkatan upah (W) tersebut, dengan demikian, merupakan k o m b ' i i kebijakan jangka pendek yang potensial teTutama dalam mengurangi kerniskinan. Namun demikian, kenaikan upah s&g harus dipertimbangkan secara matang, sebab akan menimbulkan penolakan oleh perusahaarZ sehingga dapat menjadi counter-productive. Suatu ha1 yang patut diingat ialah pmhgkatan upah rid dalam teon sama dengan pmhgkatan pduktivitas. 6.12.5. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur dan Peningkatan Investasi Swasta Peningkatan pembangunan infrastruktur (GEI) clan peningkatan investasi swasta (PI) merupakan dua ha1 penting untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. Dari hasil simulasi kombinasi peningkatan kedua kebijakan ini masing-masing sebesar 15 persen, terlihat bahwa PDB berhasil meningkat sebesar 6.9 persen. Dari total PDB tersebut, PDB sektor pertanian meningkat sebesar 3.3 persen sementara PDB sektor non-pertanian meningkat 7.6 persen. Peningkatan PDB ini mendorong peningkatan penyerapan tenagakerja sehingga me~ngkatsebesar 4.4 persen. Peningkatan ini membuat persentase pangangguran-menurun sebesar 8.3 persen. Hasil peningkatan PDB dan penyerapan tenagakerja ini berdarnpak lebih lanjut pada pengurangan kemiskinan, baik di desa maupun di kota. Kemiskinan di desa berhasil diiurangi 0.1 persen, sementara kemiskinan di kota menurun 2.4 persen. Tabel 40. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur dan Peningkatan Investasi Swasta 6.12.6. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian dan Peningkatan Investasi Swasta Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia Dari simulasi terdahulu juga terlihat bahwa peningkatan PDB sektor pertanian mampu mendorong peningkatan PDB sektor non-pertanian dan mengurangi pengangguran secara nyata. Untuk mendorong peningkatan PDB sektor pertanian, dibutuhkan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian. Dalam simulasi ini, kebijakan pe~ngkatan pengeluarm -pemerintah di sektor pertanian akan dikombiiasikan dengan peningkatan investasi swasta, yang dharapkan dapat berdampak positif terhadap peningkatan perekonomian. Tabel 41. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pertanian dan Peningkatan Investasi Swasta U (K thd LF) 4. Kerniskinan a Kecniskinandi Perdesaan b. Kemiian di Perkataan c. Kemiian Totd 4.90 4.74 -3.27 21.57 9.57 31.f4 21.45 9.53 30.98 -0.55 -0.42 -0.51 Hasil simulasi dari kombinasi kedua kebijakan ini menunjukkan darnpak terhadap peningkatan PDB sebesar 7.1 persen (Tabel 41). PDB sektor pertanian sendiri meningkat sebesar 3.3 persen, sementara PDB sektor non-pertanian meningkat 7.9 persen. Peningkatan PDB ini kemudian mampu menekan persentase pengangguran sebesar 3.3 persen clan menurunkan kerniskinan sebesar 0.5 persen. Kemiskinan di perdesaan berhasil dikurangi sebesar 0.6 persen, sementara di perkotaan berhasil dikurangi sebesar 0.4 persen. 6.12.7. Peningkatan Penerimaan Pajak, Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur, serta Peningkatan Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan dan Kesehatan .-.. Simulasi skenario kebijakan terakhir ini menggabungkan kombinasi peningkatan penerimaan pajak (TR), peningkatan pengeluaran untuk infrastruktur (GEI), sxta peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor p e n d i d i i dan kesehatan (GEEH), masing-masing sebesar 15 persen (Tabel 42). Peningkatan penerimaan pajak ini dimaksudkan untuk meningkatkan anggaran pemerintah sehingga &pat digunakan untuk stimulus fiskal. Hasil dari simulasi ini menunjukkan pe~ngkatan10.5 persen pada total PDB, dimana PDB sektor pertanian meningkat 6 persen, dan PDB sektor nonpertanian meningkat 11.5 persen. Peningkatan PDB ini selanjutnya mendorong peningkatan penyerapan tenagakerja sebesar 6.7 persen, dengan peningkatan tenagakerja pertanian sebesar 0.4 persen dan tenagakerja sektor lain sebesar 12.3 persen. Dengan ini, persentase pengangguran menurun cukup besar yaitu 9.2 persen. Angka kemiskinan berhasil ditekan sebesar 0.8 persen, melalui pengurangan kemiskinan di perdesaan sebesar 0.1 persen dan di perkotaan sebesar 2.4 persen. Tabel 42. Hasil Simulasi Peningkatan Penerimaan Pajak, Peningkatan Pengeluaran untuk Infrastruktur, serta Pendidikan dan Kesehatan Variabel Endogen Tingkat Pengangguran U (4:(hd LF) 4 Kerniskinan a. Kerniskinan di Perdesaan b. Kerniskinan di Perkotaan c. Kerniskinan Total 4.26 4.90 4.11 4.45 -3.57 21.57 9.57 31.14 21.54 9.34 4.11 -238 30.88 -0.81 -9.17 Semua hasil sirnulasi pada skenario-skenario di atas rata-rata menunjukkan perilaku yang mirip, yaitu &pat menaikkan PDB, menurunkan pengangguran dan kemiskinan. Tetapi walaupun memberikan dampak positif terhadap peningkatan sektor pertanian dan perdesaan, namun semuanya cenderung memberikan manfaat yang lebih besar kepada sektor perkotaan dan sektor-sektor di luar pertanian. Hanya satu kebijakan yang tampaknya memberikan dampak penurunan kemiskinan di perdesaan yang jauh lebii besar dari penurunan kemiskinan di perkotaan yaitu kebijakan peningkatan upah. Tetapi kebijakan peningkatan upah ini berdampak negatif terhadap penyerapan tenagakeja dan PDB. Karena itu, kebijakan ini seharusnya dikombinasikan dengan kebijakan-kebijakan laimya yang mampu mendorong peningkatan PDB dan penyerapan tenagakerja Kombinasi skenario kebijakan yang paling efektif mengurangi kemiskinan adalah kombinasi kenaikan upah dengan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian. Agar kenaikan upah tidak memberatkan perusahaan-perusahaan, maka kenaikan upah haruslah diikuti dengan upaya peningkatan -pmduktivitas pekeja. Upaya-upaya ini antara lain berbentuk pelatihan dan pendidikan. Pemerintah seharusnya mencurahkan perhatian dan sumberdaya yang memadai untuk pendidikan dan pelatihan tenagakerja Bahkan, peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian pun seyogyanya mencakup upaya-upaya peningkatan produktivitas petani. Penyuluhan dan pengembangan teknologi budidaya yang tidak bersifat Iabor displacing menjadi sangat penting untuk dilakukan. Perusahaan-perusahaan swasta yang terjun atau melaksanakan upaya-upaya peningkatan produktivitas tenagakerja perlu mendapat dukungan yang sehat.