Templat tesis dan disertasi

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Newcastle Disease (ND) adalah salah satu penyakit penting dalam dunia
perunggasan, karena sangat menular (contagious), cepat menyebar dan menyerang
unggas pada segala umur. Umumnya wabah penyakit ini menyerang peternakan
unggas yang intensif, baik pada peternakan ayam, kalkun, itik, burung puyuh
ataupun burung merpati. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan memiliki
potensi menyebabkan kerugian ekonomi dalam industri unggas (Lancaster 1976;
Spradbrow 1988). Selain menyerang ternak unggas, penyakit ini juga menyerang
burung liar dan dapat menimbulkan kematian. Wabah penyakit ini pertama kali
terjadi di Pulau Jawa, Indonesia dan di Inggris yang dilaporkan pada pertengahan
tahun 1920-an (Kraneveld 1926; Doyle 1927) dan dalam beberapa tahun
kemudian penyakit ini menyebar ke seluruh dunia dan endemik dibanyak negara
(Spradbrow 1988). Saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia merupakan
daerah tertular dan belum ada satu daerah atau satu pulau yang dapat dibebaskan
dari ND. Meskipun saat ini tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh ND
sudah dapat dikendalikan, namun gangguan pada produksi masih menjadi
masalah. Selain kematian, dampak kerugian lainnya yang ditimbulkan adalah
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian dan adanya penghentian
ekspor dari negara-negara yang terserang wabah ND (Brown et al. 1999).
Kejadian ND dapat bersifat akut sampai kronis dan menyerang semua jenis
unggas terutama ayam, baik ayam ras maupun ayam bukan ras (buras). Newcastle
Disease yang terjadi di lapangan dapat disebabkan oleh galur virus yang
bervariasi. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit ini pada unggas, virus
Newcastle Disease (VND) diklasifikasikan menjadi tiga patotipe yaitu lentogenik,
mesogenik dan velogenik. Galur velogenik dibedakan lagi menjadi bentuk
neurotropik dan bentuk viscerotropik (Aldous dan Alexander 2001).
Kerugian yang disebabkan oleh ND adalah angka kesakitan (morbiditas)
maupun angka kematian (mortalitas) pada unggas terinfeksi dapat mencapai 100%
akibat infeksi VND galur velogenik terutama pada kelompok ayam yang peka,
dan dibawah 10% pada galur mesogenik (Beard dan Hanson 1981). Pada negara
berkembang dimana industri peternakan berkembang sangat pesat, kerugian yang
ditimbulkan karena wabah VND bukan hanya kematian, tetapi juga pengeluaran
biaya ekstra yang digunakan untuk vaksinasi, biosekuriti dan depopulasi. Bahkan
negara yang bebas dari ND juga harus mengeluarkan dana untuk melakukan
pengujian berkala sebagai upaya mempertahankan status bebas terhadap ND yang
diperlukan untuk pendukung izin perdagangan. Selain itu pada negara
berkembang yang endemik ND, efek yang ditimbulkan bukan hanya kerugian
ekonomi tetapi juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan sosial ekonomi
masyarakat yang tidak mampu, dimana kualitas dan kuantitas telur dan daging
yang dikonsumsi menurun akibat ND (Alexander dan Senne 2008a). Pada tahun
2002, wabah ND di California, Amerika Serikat (AS) menyebabkan kerugian
200.000.000 dolar AS akibat depopulasi (Kapzynski dan King 2005). Kerugian
2
yang ditimbulkan oleh penyakit ND pada ayam petelur antara lain berupa
kematian ayam, penurunan produksi telur, sedangkan pada ayam pedaging
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan. Data OIE
(2009) menunjukkan pada tahun 2007 sekitar 1.500–8.000 ekor ayam terinfeksi
VND tiap bulannya di Indonesia. Selain itu menurut Xiao (2012) pada tahun 2009
dan 2010, wabah ND terjadi pada ayam komersial di Indonesia yang
menyebabkan tingkat kematian sebesar 70–80%. Meskipun vaksinasi rutin
diberikan pada ayam komersial di Indonesia, tetapi ND tetap menjadi masalah
besar di industri peternakan unggas (Samal 2011). Oleh karena itu kasus ND
merupakan ancaman serius bagi industri peternakan di Indonesia.
Kabupaten Subang di Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah
penyangga produksi ternak ayam, baik pedaging maupun petelur, dengan populasi
unggas yang ada di Kabupaten Subang adalah 44.049.739 ekor pada tahun 2013
(DISNAK 2013). Newcastle Disease endemik di Indonesia, termasuk di
Kabupaten Subang. DISNAK (2010) mencatat 258 kasus unggas mati mendadak
akibat ND sepanjang 2010. Kematian massal pun bisa terjadi jika tidak ditangani
dengan benar. Survei tahunan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)
Subang tahun 2011 menemukan 10 dari 131 serum unggas pekarangan yang diuji
positif terhadap ND (BPPV 2011), tahun 2012 sebanyak 12 dari 37 serum yang
diuji positif terhadap ND (BPPV 2012), dan pada tahun 2013, sebanyak 184 dari
359 serum yang diuji positif terhadap ND (BPPV 2013). Hal ini menunjukkan
bahwa ND masih endemik di Kabupaten Subang. Untuk itu, sebagai dasar
pertimbangan agar dapat dilakukan tindakan pengendalian dan pencegahan yang
efektif, maka perlu dilakukan isolasi dan deteksi VND serta deteksi antibodi
terhadap ND pada itik dan ayam di Kabupaten Subang.
Perumusan Masalah
Newcastle Disease merupakan penyakit endemik yang telah bertahun-tahun
bertahan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Penyakit ini mempunyai dampak
penting dalam industri perunggasan karena menyebabkan penurunan kuantitas
produksi dan kualitas telur, gangguan pertumbuhan, biaya penanggulangan
penyakit yang tinggi dan dapat memicu timbulnya penyakit lain (DISNAK 2010).
Subang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat dengan
jumlah populasi unggas yang cukup besar. Ternak unggas yang terdapat didaerah
Subang antara lain adalah ayam kampung, ayam ras pedaging, ayam ras petelur,
dan itik. Ternak unggas tersebut selain memenuhi kebutuhan lokal dan nasional
juga diekspor ke beberapa negara di Asia. Sebagai sentra produksi unggas, maka
Kabupaten Subang bertanggung jawab dalam upaya mencegah dan mengurangi
kerugian yang diakibatkan oleh ND.
Penyidikan tentang ND di Kabupaten Subang selama ini masih terbatas
pada diagnosa berdasarkan gejala klinis, perubahan patologi anatomi (PA) dan
serologik. Aplikasi teknik deteksi virus yang sensitif perlu dilakukan sebagai
peneguhan adanya infeksi VND pada itik dan ayam di Kabupaten Subang.
3
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji infeksi dan
keragaman VND pada itik dan ayam di 10 kecamatan di Kabupaten Subang.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi infeksi VND,
melihat rute ekskresi VND, mendeteksi VND dengan teknik Real Time Reverse
Transcription-Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR), mengisolasi dan
mengkarakterisasi virus, baik patogenisitas dan antigenisitasnya, mendeteksi dan
menentukan titer antibodi spesifik, serta mengkaji hubungan antara infeksi VND
dengan titer antibodi pada individu unggas yang terinfeksi.
Manfaat Penelitian
Informasi tentang keberadaan dan keragaman VND pada unggas, terutama
itik dan ayam, di beberapa lokasi di Kabupaten Subang, diharapkan dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan tindakan pengendalian dan
pencegahan ND yang efektif.
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan mencakup koleksi
sampel usapan orofaring dan kloaka serta serum dari itik dan ayam di 10
kecamatan di Kabupaten Subang: pooling sampel usapan, deteksi VND dengan
rRT-PCR matrix (M), isolasi VND pada Telur Ayam Berembrio (TAB),
identifikasi VND dengan uji hemaglutinasi (HA) dan hambatan hemaglutinasi
(HI). Karakterisasi VND dengan uji HI, uji Waktu Elusi dan rRT-PCR fusion (F).
Deteksi dan titrasi antibodi spesifik dengan uji HI.
Hipotesis
Newcastle Disease pada itik dan ayam di Kabupaten Subang disebabkan
oleh infeksi VND yang beragam, infeksinya dapat bersifat subklinis pada ayam,
virus ND diekskresikan melalui orofaring dan kloaka, dan vaksinasi ND yang
telah dilakukan pada unggas di Kabupaten Subang mampu menggertak antibodi
yang optimal.
Download