Republika : Rabu, 09 Mei 2007 Obat Rakyat Rp 1.000 Dipasarkan Pengadaan obat murah ini untuk menekan peredaran obat palsu. JAKARTA -- Rakyat kelas menengah ke bawah diharapkan tak pusing lagi memikirkan mahalnya harga obat. Melalui ''Program Obat Rakyat, Murah, dan Berkualitas'', berbagai obat generik tak berlogo dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 1.000 per strip berisi 2-10 tablet. ''Program ini bertujuan menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat murah dan berkualitas bagi masyarakat,'' kata Menkes, Siti Fadilah Supari, di Jakarta, Selasa (8/5). Pengadaan obat murah ini juga dimaksudkan untuk mencegah peredaran obat palsu dan substandar yang membahayakan kesehatan. ''Kalau obatnya dijual murah, keuntungan pemalsu obat kian sedikit, sehingga lama-lama akan menghilang,'' jelas Siti. Menkes berharap, melalui program ini di setiap desa dapat tersedia cukup banyak obat esensial, di samping alat kesehatan dasar. Akses masyarakat terhadap layanan kesehatan berkualitas pun meningkat. Menkes mengakui, pengadaan obat murah selama ini masih terkendala disparitas harga antardaerah dan serbuan obat palsu. Namun, dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan masyarakat mengakses obat murah, semua kendala itu diharapkan dapat dibenahi. Program obat rakyat produksi Indofarma ini mencakup 12 jenis obat dari 20 yang direncanakan. Obat ini tak hanya dijual di rumah sakit atau apotek umum, tapi juga dapat diperoleh di warung, toko obat, dan dokter yang menjalankan praktik dispensing (memberi obat langsung ke pasien). Mereknya pun unik, yaitu nama gejala penyakit yang akan disembuhkan, seperti obat sakit kepala, flu, mag, tambah darah, asma, penurun panas, dan batuk berdahak. ''Konsepnya adalah memberikan obat secara bebas dalam kemasan kecil, berkualitas, dan murah, sehingga terjangkau masyarakat luas.'' Meski harganya sangat murah, Menkes meyakinkan bahwa kualitasnya tak perlu diragukan. Obat-obat tersebut diawasi ketat, baik khasiat maupun keamanannya menggunakan standar nasional dan internasional. Dirut Indofarma, Syamsul Arifin, menjelaskan, saat ini baru 10 obat murah yang bisa diluncurkan. ''Obat itu dijual bebas, tanpa resep dokter. Harganya diseragamkan Rp 1.000 per paket sudah termasuk PPN, dan merupakan harga eceran tertinggi di seluruh wilayah Indonesia,'' katanya. Indofarma memberi margin 20 persen di tingkat pengecer dan 10 persen kepada distributor dan subdistributor. Terobosan memproduksi obat murah untuk pengobatan sendiri (self medicine) bagi masyarakat kelas bawah ini, jelas Syamsul, karena selama 2006 penjualan obat generik hanya mencapai 5,5 persen, menurun dibanding 2004 sebesar 17,4 persen, dan 2005 sebesar 18,5 persen. ''Pasar obat generik diharapkan bisa menggeliat lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.'' Menurut Syamsul, meski obat generik berlogo yang murah sudah tersedia, tapi masyarakat perdesaan tak mudah memperolehnya. ''Mereka kesulitan mengakses karena kebanyakan dikemas dalam jumlah besar.'' Ketua Umum GP Farmasi, Anthony Soenarjo, berharap dengan tersedianya obat murah berkualitas itu, dapat mengubah persepsi masyarakat bahwa obat harganya mahal. Masyarakat juga diharapkan mengubah paradigma dari kuratif (tindakan pengobatan) ke preventif (pencegahan). Obat Rakyat * Obat rakyat adalah obat generik tak berlogo, dijual eceran dalam kemasan kecil seharga Rp 1.000 per strip, berisi 2-10 tablet. Walau murah tapi kualitasnya terjamin. * Indofarma baru memproduksi 12 jenis obat dari 20 yang direncanakan. Yakni obat sakit kepala, flu, penurun panas, penurun panas anak, sakit mag, batuk berdahak, batuk dan flu, asma, dan tablet penambah darah. (yus )